Anda di halaman 1dari 30

ABSTRACT

Maju atau tidaknya suatu daerah ditentukan oleh


kemauan dan kemampuan daerah. Upaya
pemerintah adalah dengan membangun fasilitas-
fasilitas umum seperti pasar. Fasilitas umum yang
ada dapat mempermudah kegiatan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari.

Konsultan Kajian
Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat

BAB 3
GAMBARAN UMUM
Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat Tahun 2021

BAB 3
GAMBARAN UMUM

3.1. Profil Wilayah Kota Depok


Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Daerah Tingkat II Bogor tanggal 16 Mei 1994 Nomor 135/SK.DPRD/03/1994 tentang
Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Keputusan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 7 Juli 1997
Nomor 135/Kep.Dewan 06/DPRD/1997 tentang Persetujuan Atas Pembentukan
Kotamadya Dati II Depok dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kepada
masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat, maka
pembentukan Kota Depok sebagai wilayah administratif baru di Provinsi Jawa Barat
ditetapkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1999.
Berdasarkan Undang-undang tersebut, dalam rangka pengembangan fungsi
kotanya sesuai dengan potensinya dan guna memenuhi kebutuhan pada masa-masa
mendatang, terutama untuk sarana dan prasarana fisik kota, serta untuk kesatuan
perencanaan, pembinaan wilayah, dan penduduk yang berbatasan dengan wilayah
Kota Administratif Depok, maka wilayah Kota Depok tidak hanya terdiri dari wilayah
Kota Administratif Depok, tetapi juga meliputi sebagian wilayah Kabupaten Bogor
lainnya, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan dan
sebagian wilayah Kecamatan Bojonggede yang terdiri dari Desa Pondokterong, Desa
Ratujaya, Desa Pondokjaya, Desa Cipayung dan Desa Cipayung Jaya. Sehingga wilayah
Kota Depok terdiri dari 6 Kecamatan.
Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan serta pelayanan
masyarakat di Kota Depok Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, tunututan
masyarakat akan pelayanan prima dari pemerintah dan volume kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan pada akhir tahun 2009 Kota Depok pemekaran wilayah
kecamatan yang semula 6 kecamatan menjadi 11 kecamatan. Adapun pemekaran ini
dituangkan dalam Perda Kota Depok No. 8 Tahun 2007 dengan implementasi mulai
dilaksanakan tahun 2009. Wilayah yang mengalami pemekaran ada 5 kecamatan
teridiri atas Kecamatan Tapos merupakan pemekaran dari Kecamatan Cimanggis,
Kecamatan Bojongsari pemekaran dari Kecamatan Sawangan, Kecamatan Cilodong

Bab 3 - hal | 44
pemekaran dari Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Cipayung pemekaran dari
Kecamatan Pancoran Mas dan Kecamatan Cinere pemekaran dari kecamatan Limo.
Kota Depok memiliki 11 kecamatan, 63 kelurahan, 890 Rukun Warga (RW) dan 5.055
Rukun Tetangga (RT)
Secara administrasi merupakan kota otonom dengan luas wilayah 200,29 km2 ,
yang terbagi atas 11 kecamatan dan kemudian terbagi lagi menjadi 63 kelurahan.
Jumlah kelurahan dalam satu kecamatan berkisar dari 4 sampai 7 kelurahan.
Pemekaran Kecamatan di Kota Depok dari 6 (enam) menjadi 11 (sebelas) kecamatan
merupakan implementasi dari Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kecamatan di Kota Depok. Adapun selangkapnya nama kecamatan dan
kelurahan hasil pemekaran berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007
sebagai berikut :
1. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur,
Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan
Tanah Baru.
2. Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas,
Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan
Rangkap Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.
3. Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan
Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan
Kelurahan Pondok Jaya.
4. Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan
Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan
Kelurahan Cisala
5. Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan
Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.
6. Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung,
Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut
7. Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja Kelurahan Cinere, Kelurahan Gandul,
Kelurahan Pangkal jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru
8. Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan
Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti
dan Kelurahan Curug
9. Kecamatan Tapos meliputi wilayah Kerja Kelurajhan Tapos, Kelurahan
Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar,
Kelurahan Cilangkap dan Kelurahan Cimpaeun
10. Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja Kelurahan Sawangan, Kelurahan
Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan,
Kelurahan Pengasinan dan Kelurahan Pasir Putih

Bab 3 - hal | 45
11. Kecamatan Bojongsari, meliputi wilayah kerja Kelurahan Bojongsari, Kelurahan
Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug,
Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu
Untuk Lebih Jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1
Administratif Kota Depok
Luas Wilayah
No Kecamatan Jumlah Kelurahan RW RT
(km²)

1 Sawangan 26,19 7 82 420

2 Bojongsari 19,30 7 85 357

3 Pancoran Mas 18,03 6 107 636

4 Cipayung 11,45 5 53 346

5 Sukmajaya 17,35 6 123 887

6 Cilodong 16,19 5 67 401

7 Cimanggis 21,58 6 92 660

8 Tapos 33,26 7 132 665

9 Beji 14,56 6 75 405

10 Limo 11,84 4 49 258

11 Cinere 10,55 4 42 215

Kota Depok 200,29 63 907 5250


Sumber: Kota Depok Dalam angka 2020

3.2. Karakteristik Fisik


3.2.1. Letak Geografis
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00”
Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota
Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan
wilayah Jabotabek.
Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran
rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter
diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai
wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.
Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan
Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat pula 25

Bab 3 - hal | 46
situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas air rata-
rata buruk akibat tercemar.
Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan
lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama
kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara:
Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas
Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten dan satu Propinsi. Secara
lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dan
Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi dan
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan
Bojonggede Kabupaten Bogor.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan
Gunungsindur Kabupaten Bogor

3.2.2. Topografi
Kondisi morfologi wilayah bagian Utara umumnya berupa dataran rendah,
sedangkan di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan
ketinggian 40-140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2-
15 %. Sebagian besar ketinggian Kota Depok berkisar antara 40-70 m dpl yang berada
di bagian tengah Kota Depok dengan sebaran seluruhnya di Kecamatan Beji, sebagian
kecil di bagian Selatan Kecamatan Cinere, hampir seluruhnya di Kecamatan Cimanggis,
sebagian di Kecamatan Bojongsari bagian Utara, dan sebaian besar di Kecamatan
Pancoran Mas. Penyebaran ketinggian 40-70 mdpl Kota Depok berada di Kecamatan
Cinere dan sebagian kecil di Kecamatan Cimanggis. Sedangkan ketinggian 100-140
mdpl berada di bagian Selatan Kota Depok, antara lain berada di Kecamatan Sawangan,
Kecamatan Cipayung, Kecamatan Cilodong, dan Kecamatan Tapos. Secara umum
kemiringan lereng di Kota Depok hampir rata dengan rata-rata kemiringan 0-8 %,
adapun kemiringan 8-15 % hanya terdapat di wilayah sektor sempadan sungai. Adapun
penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan yaitu :
➢ 0 – 3 % terletak di hampir seluruh Kota Depok
➢ 3 – 8 % terletak di hampir seluruh Kota Depok,
➢ 8 – 15 % terletak di Kelurahan Leuwinangung, Tapos, Cimpaeun, Sukmajaya, Pasir
Gunung Selatan, Tugu, Pondok Cina, Bakti Jaya, Kemirimuka, Mekar Jaya, Depok,
Tirta Jaya, Ratu Jaya, Kalimulya, Pondok Jaya, Pangkalan Jati, Cinere, Limo dan
Cinangka (pada umumnya terletak di sekitar sungai)

Bab 3 - hal | 47
Kemiringan lereng antara 0-8 % potensial untuk pengembangan perkotaan,
sedangkan kemiringan lereng yang lebih besar dari 8-15 % potensial untuk dijadikan
sebagai pertanian. Di samping itu, perbedaan kemiringan lereng juga bermanfaat untuk
sistem drainase. Permasalahan yang muncul akibat topografi
Kota Depok adalah karena adanya perbedaan kemiringan lereng yang cukup
rendah (relative datar) menyebabkan terjadinya genangan atau banjir, bila
penangannya tidak dilakukan secara terpadu.

3.2.3. Sumber Daya Air


Kota Depok memiliki setidaknya 3 (tiga) sungai utama yang mengalir melewati
Kota Depok dari Selatan ke Utara. ketiga sungai besar yang melewati wilayah Kota
Depok ini berperan sebagai sungai induk bagi sungai-sungai kecil yang tercakup dalam
Daerah Aliran Sungai masing-masing. Kota Depok menurut Arahan Sistem Air Baku dan
Pengendali Banjir dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2008 Tentang Penataan
Kawasan Strategis Nasional Jabodetabekpunjur, termasuk dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS) Angke Pesanggrahan, DAS Cikeas Cileungsi dan DAS Ciliwung. Khususnya DAS
Ciliwung, yang memiliki daerah cakupan aliran sungai yang paling besar bila
dibandingkan dengan DAS lainnya, menurut dokumen akademis RTRW Provinsi Jawa
Barat Tahun 2025, memiliki rasio kebutuhan dan ketersediaan air sebesar 548,71%
dengan kategori sangat kritis. Kategori DAS sangat kritis menunjukkan rasio kebutuhan
dan ketersediaan air lebih besar dari 100%, sedangkan DAS kritis apabila rasio
kebutuhan dan ketersediaan air berkisar dari 76% sampai 100%. Berikut ini profil
sungai-sungai utama Kota Depok yang menjadi cakupan Daerah Aliran Sungai (DAS) di
Kota Depok, diantaranya :
1. Sungai Pesangrahan
Sungai ini merupakan sumberdaya air terpenting untuk Sawangan, dan kondisi air
berwarna cokelat bercampur lumpura dan kotoran. Sungai ini mempunyai fluktuasi
yang tinggi antara musim hujan dan musim kemarau. Bahkan pada musim hujan
sering menimbulkan banjir setempat. Berdasarkan data debit dari Balitbang PU,
Pusat penelitian dan pengembangan Pengairan Bandung antara 1992-1996 statistik
pengukuran Sawangan debit minimum adalah Qmin = 350 l/detik (sumber: RTRW
Kota Depok Tahun 2000-2010).
2. Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung digunakan sebagai sumber mata air baku bagi Kota Depok dan
Jakarta. Pada perbatasan dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat pada musim kemarau
mempunyai debit sebesar 9,06-13,40 m3/detik.

Bab 3 - hal | 48
3. Sungai Cikeas
Sungai ini merupakan batas wilayah antara Kota Depok dan Kabupaten Bogor,
mengalir kearah Utara. Sungai Cikeas ini mempunyai perbedaan debit yang besar
antara musim hujan dan musim kemarau.
Wilayah Kota Depok dilalui oleh 3 sungai besar dan 24 sungai kecil yang mengalir
dari arah Selatan menuju Utara (bermuara ke Laut Jawa/ wilayah administrasi
Kabupaten Tangerang dan Provinsi DKI Jakarta). Pola aliran sungai di Kota Depok
berpola tulang rusuk dengan 3 sungai utama sebagai tulang belakangnya. Adapun
nama-nama sungai yang mengalir melewati Kota Depok berikut dengan Daerah
Aliran Sungai (DAS) dijelaskan pada table 3.2 berikut ini
Tabel 3,2
Daftar Inventaris Sungai di Kota Depok
No DAS Nama Sungai Panjang Lokasi

1 DAS Ciangke – Kali Cibenda


Pasanggrahan
2 Kali Cantiga

3 Kali Angke 10 Kec. Sawangan

4 Kali Pasanggrahan 20.75 Kec. Pancoran Mas

5 Kali Caringin 4.1 Kec. Sawangan

6 Kali Krukut 12 Kec. Pancoran Mas

7 DAS Ciliwung Kali Grogol 35.2 Kec. Limo

8 Kali Ciliwung 19.25 Kec. Pancoran Mas-Kec


Sukmajaya

9 Kali Cikumpa 7.25 Kec Sukmajaya

10 Kali Sugutamu 5.5 Kec Sukmajaya

11 Kali Karanji 1.125 Kec Sukmajaya

12 Kali Cikaret 3.125 Kec Sukmajaya

13 Kali Jantung Kec Sukmajaya

14 Kali Laya 3.125 Kec Sukmajaya

15 Kali Ciliwung 14 Kec Sukmajaya-


Katulampa Cimanggis

16 Kali Cipinang 10.25 Kec Cimanggis

17 Kali Citatah 5.25 Kec Cimanggis

Bab 3 - hal | 49
No DAS Nama Sungai Panjang Lokasi

18 Kali Cibogo 1.875 Kec Cimanggis

19 Kali Cakung 22.2 Kec Cimanggis

20 Kali Angsana 5 Kec Sawangan

21 DAS Cikeas Kali Cilangkap 7.5 Kec Cimanggis

22 Kali Manggis 4.25 Kec Cimanggis

23 Kali Sunter 6 Kec Cimanggis

24 Kali Cikeas 12.5 Kec Cimanggis


Sumber : Bukku Putih II Kota Depok

Sumber Daya Air yang ada terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ. Secara
umum sungai-sungai di Kota Depok termasuk kedalam dua Satuan Wilayah Sungai
besar, yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Selanjutnya sungai-sungai tersebut dibagi
menjadi 13 Satuan Wilayah Aliran Sungai, yaitu sungai Ciliwung, Kali Baru,
Pesanggrahan, Angke, Sugutamu, Cipinang, Cijantung, Sunter, Krukut, Saluran Cabang
Barat, Saluran Cabang Tengah dan sungai Caringin. Kota Depok memiliki 25 situ yang
tersebar di wilayah Timur, Barat dan Tengah.
Sumber daya air merupakan sumber air baku yang dipergunakan untuk
melayani kebutuhan air bersih. Di Kota Depok dan sekitarnya tidak ditemukan mata air
yang besar. Pada beberapa danau hulu cabang sungai, serta tebing-tebing sungai
didapatkan mata air dengan debit kecil dan alirannya tidak kontinu. Untuk melayani air
bersih Kota Depok, diambilkan dari mata air di Kabupaten Bogor yang merupakan hulu
sungai besar yang mengalir ke Utara. Pemanfaatan mata air sudah dilakukan sejak
zaman Belanda. Pada tahun 1922 dipasang jalur pipa sepanjang 60 km dari mata air
Ciburial dengan debit 300 l/detik. Mata air ini untuk memasok Jakarta, tetapi air ini juga
disadap untuk memasok Kota Depok, Cimanggis, Cibinong dan Ciomas (RTRW Kota
Depok Tahun 2000-2010). Selain mata air, sumber mata air untuk Kota Depok berasal
dari sumber air permukaan. Kota Depok banyak memiliki sumber-sumber air yang
potensial diantaranya sumber air permukaan (sungai, setu) dan sumur dalam.
• Mempunyai kemampuan meluruskan air dengan kecepatan lebih dari 1
mm/hari
• Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tanah.
• Kelerengan kurang dari 15%
• Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air
tanah dalam

Bab 3 - hal | 50
Kota Depok memiliki 25 Setu/danau yang tersebar di beberapa kecamatan di
Kota Depok yang dapat di jadikan kawasan resapan air dimana daerah sekitar
Setu/danau merupakan daerah perlindungan setempat (kawasan lindung) yang
digunakan sebagai kawasan resapan air. Dalam Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang
kawasan lindung disebutkan bahwa kawasan perlindungan setempat yang fungsinya
kawasan sekitar danau atau waduk, kriterianya meliputi daratan dengan jarak 50 (lima
puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk
tertinggi; atau daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional
terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk. Selain itu, Kota Depok memiliki
Hutan Raya Pancoran Mas yang juga dapat dijadikan kawasan resapan air. Tahura ini
memiliki luas mencapai 7,2 Ha. Akan tetapi lokasi hutan ini sangat dekat dengan
permukiman padat sehingga rawan teradi keruskan. Kondisi seperti ini sangat tidak
bagus untuk Ruang Terbuka Hijau yang fungsi utamanya sebagai ekologis.
Selain memiliki Tahura, Kota Depok juga terdapat beberapa taman kota yang
bisa menjadi daerah resapan air seperti misalnya taman kota yang terdapat Kawasan
Pendidikan Universitas Indonesia yang dibangun di atas lahan seluas 390 Ha, dimana
70% atau +273 Ha lahannya berfungsi sebagai dearah resapan air. Ada juga di
Harjamukti Kecamatan Cimanggis, Taman Wiladatika biasa digunakan untuk kegiatan
pramuka dan memiliki luas mencapai 19,764 Ha. Untuk lebih jelas lihat gambar 3.3

3.2.4. Hidrologi
Kondisi hidrogeologi Kota Depok berdasarkan peta Peta hidrogeologi skala
100.000 lembar Jakarta Batuan Dasar terdiri dari 3 jenis, yaitu : daerah beririgasi, luah
sungai kurang dari 5 l/detik dan luah sungai antara 5-25 l/detik. Di Kota Depok terdapat
luah sumur antara 5-25 l/dtk yang artinya akuifer dengan aliran melalui ruang antar
butir, setempat melalui rekahan umumnya terdapat pada batuan sedimen kuartet;
terdiri dari beberapa akuifer batu pasir, ketebalan berkisar antara 3-18 meter,
keterusan 120-260 m2/hari dengan kedalaman 150-250 m di bawah tarah, kapasitas
jenis 0,5 – 1,5 l/dtk, muka air tanah statis 3-21m dibawah muka air tanah.
Luas sumur antara 5-25 l/det di Kota Depok hanya berada di Kecamatan Cinere.
Selain itu, terdapat pula luah sumur kurang dari 5 l/det, yang berada di sebagian besar
Kecamatan Kota Depok diantaranya berada di Kecamatan Bojongsari, sebagian besar
di Kecamatan Cinere dan Limo, dan membentang dari Selatan ke Utara Kota Depok di
Kecamatan Cilodong, Sukmajaya dan Cimanggis. Luah sumur kurang dari 5 l/det ini
terdiri dari beberapa akuifer batuan sedimen kuarter berupa batu pasir dan breksi,
batuan gamping koral dan battu gamping pasiran; ketebalan berkisar antara 3-20m,
keterusan 7-1000 m2/hari dengan kedalaman sumur 60-250 m, di bawah muka tanah
kapasitas jenis 0, 1-0, 4 l/dtk/m, muka air tanah statis 2-45 m di bawah tanah.
Tinjauan air tanah di wilayah Kota Depok tidak terlepas dari daerah Jabotabek.
Kondisi air tanah di daerah Jabotabek dipengaruhi kondisi geologi dan sifat batuan

Bab 3 - hal | 51
penyusunnya. Unit hidrogeologi yang erat kaitannya dengan sistemair tanah yang
terdapat di wilayah ini adalah:
• Batuan sedimen tersier dan vulkanikan
• Endapan kipas vulkanik yang didasari oleh sedimen tersier
• Endapan kipas vulkanik yang didasari oleh endapan laut dan endapan
dataran banjir
• Endapan paparan pantai
Sistem air tanah di Jabotabek dibagi menjadi 3 (Tiga) kelompok akifer (Sumber:
WJEMP Depok City 3-1). Hal ini didasarkan atas adanya lapisan lempung laut yang
merupakan lapisan pemisah antar kelompok akifer. Kelompok akifer tersebut adalah:
Kelompok Akifer Tidak Tertekan (< 40m)
Kelompok ini merupakan air tanah bebas, dibentuk oleh endapan kipas
vulkanik di bagian Selatan. Pada sistem ini, pengisian air tanahnya berasal
dari presipitasi air hujan dan air sungai. Kelompok akifer ini merupakan
sumber air utama yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Kelompok Akifer Tertekan (40-140 m)
Kelompok ini terdiri dari endapan vulkanik menyatu dengan kelompok
endapan
paparan di bagian Utara. Pada sistem ini, pengisian air tanahnya berasal dari
imbuhan (recharge) dari daerah Selatan. Pemanfaatan air tanah banyak
dilakukan dengan cara pembuatan sumur bor.
Terdapat 2 (dua) jenis air tanah di Kota Depok manurut WJEMP Depok City 3-
1, yaitu:
Air Tanah Dangkal
Di Kota Depok banyak ditemukan sumur gali untuk kebutuhan masyarakat.
Pada umumnya kondisi sumur gali baik, tetapi air tawar di sebagian tempat
kondisinya keruh dan berbau dengan kedalaman rata-rata 10 m.
Air Tanah Dalam
Di Kota Depok banyak ditemukan sumber air tanah dalam. Saat ini tanah
merupakan sumber penyediaan air yang utama di Kota Depok. Kota Depok
sendiri dilewati oleh formasi genteng dan endapan vulkanik yang
mempunyai potensi 3-4 l/detik/km2, serta alluvium dengan potensi air
sebesar 5-7 l/detik/km2
Dari peta proyeksi transverse Mercator yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi
dan Tata Lingkungan Tahun 1986 (dikutip dari WJEMP Depok City) diindikasikan bahwa
wilayah Depok berada pada lokasi antara Badak Kulon dan Pasar Minggu yang
merupakan ujung dari kipas alluvium yang merupakan batas dari Cekungan Air Tanah
(CAT) Jakarta dan Bogor dimana akuifer terdapat pada kedalaman < dari 5 m sepanjang
20 km dari Selatan ke Utara dimana Daerah Pengamatan yang dilakukan UI-BPPT.

Bab 3 - hal | 52
Dari hasil sample yang didapat menunjukan hasil yang beragam dan rata-rata
adalah laju infiltrasi sebesar 19,7 l/det dan di lain tempat didapat 22,4 l/det. Hal dapat
memberikan keyakinan bahwa bila dapat dilakukan pemotongan akuifer/penyingkapan
dan membuat sarana pengisian kembali air tanah (recharge) maka sudah dapat
diprediksi aliran air bawah tanah akan sangat optimum dengan biaya yang relative
murah.

3.2.5. Penggunaan Lahan


Sumber Daya Lahan Kota Depok mengalami tekanan sejalan dengan
perkembangan kota yang sedemikian pesat. Sebagaimana kita ketahui berdasarkan
data analisis Revisi RTRW Kota Depok (2000-2010) dalam pemanfaatan ruang kota,
kawasan pemukiman pada tahun 2005 mencapai 8.915.09 ha (44,31%) dari total
pemanfaatan ruang Kota Depok
Pada tahun 2005 kawasan terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23%) dari
luas wilayah Depok atau terjadi penyusutan sebesar 0,93 % dari data tahun 2000.
Meningkatnya tutupan permukaan tanah, berdampak terhadap penurunan kondisi alam
Kota Depok, terutama disebabkan tekanan dari pemanfaatan lahan untuk kegiatan
pemukiman yang mencapai lebih dari 44,31 % dari luas wilayah kota. Sementara luas
kawasan terbangun tahun 2005 mencapai 10.013,86 ha (49,77%) dari luas wilayah Kota
Depok atau meningkat 3,59 % dari data tahun 2000.
Luas kawasan terbangun sampai dengan tahun 2010 diproyeksikan mencapai
10.720,59 ha (53,28%) atau meningkat 3,63 % dari data tahun 2005. Sementara
luas ruang terbuka (hijau) pada tahun 2010 diproyeksikan seluas 9.399,41 ha (46,72%)
atau menyusut 3,63 % dari tahun 2005.

3.3. Karakteristik Sosial


Kecenderungan perkembangan penduduk di Kota Depok tiap tahunnya
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk tiap tahunnya yang
selalu mengalami penambahan. Terutama Kecamatan Cimanggis mengalami
peningkatan yang lebih besar dibandingkan kecamatan lainnya. Hal ini dapat dilihat
pada nilai pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kota Depok seperti yang terlihat pada
tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3
Jumlah Penduduk dan Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Kota Depok
Menurut Kecamatan Tahun 2020
Jumlah Penduduk Jumlah Rasio
No Kecamatan jenis
Pria Wanita Total Kelamain

1 Sawangan 81.279 78.334 159.613 103,76

Bab 3 - hal | 53
Jumlah Penduduk Jumlah Rasio
No Kecamatan jenis
Pria Wanita Total Kelamain

2 Bojongsari 65.473 63.421 128.894 103,24

3 Pancoran Mas 137.438 136.009 273.447 101,05

4 Cipayung 84.046 81.315 165.361 103,36

5 Sukmajaya 149.975 152.744 302.719 98,19

6 Cilodong 81.741 80.125 161.866 102,02

7 Cimanggis 158.734 155.253 313.987 102,24

8 Tapos 140.750 139.371 280.121 100,99

9 Beji 108.925 106.290 215.215 102,48

10 Limo 57.550 56.134 113.684 102,52

11 Cinere 69.628 69.978 139.606 99,50

Kota Depok 1.135.539 1.118.974 2.254.513 101,48


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020

Berdasarkan pada tabel di atas maka perkembangan jumlah penduduk untuk


berjenis kelamin pria jauh lebih besar dibandingkan perkembangan jumlah penduduk
wanita. Bahkan Pertumbuhan penduduk Kecamatan Cipayung lebih tinggi sebesar
7,25% dibandingkan pertumbuhan penduduk Kota Depok itu sendiri yang sebesar
7,23%.
Kepadatan penduduk di Kota Depok cukup beragam, dimulai dari besaran
sekitar 5000 jiwa/km² hingga 15.000 jiwa/km². Untuk Kecamatan Sawangan, kecamatan
ini memiliki kepadatan penduduk yang paling kecil yaitu sebesar 6.094 jiwa/km² dan
Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk
terbesar yaitu 17.448 jiwa/km². Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 3.4.
Kepadatan Penduduk Kota Depok Tahun 2020
No Kecamatan Kepadatan Penduduk

1 Sawangan 6.094

2 Bojongsari 6.678

3 Pancoran Mas 15.166

4 Cipayung 14.442

Bab 3 - hal | 54
No Kecamatan Kepadatan Penduduk

5 Sukmajaya 17.448

6 Cilodong 9.998

7 Cimanggis 14.550

8 Tapos 8.422

9 Beji 14.781

10 Limo 9.602

11 Cinere 13.233

Kota Depok 11.256


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020

Berdasarkan kelompok umur di Kota Depok maka Kota Depok memiliki jumlah
penduduk yang berumur produktif yaitu penduduk berusia 30 hingga 39 tahun lebih
besar dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Hal ini dapat menjadi potensi
pengembangan ekonomi wilayah Kota Depok mengingat banyaknya penduduk berusia
produktif.
Tabel 3.5
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kota Depok Tahun 2020

Kelompok Umur Pria Wanita Total

0–4 113.933 107.189 221.122

5–9 100.034 95.559 195.593

10 – 14 89.573 86.358 175.931

15 – 19 93.590 98.413 192.003

20 – 24 103.204 104.660 207.864

25 – 29 104.065 107.262 211.327

30 – 34 110.883 110.993 221.876

35 – 39 103.971 101.425 205.396

40 – 44 91.822 86.265 178.087

45 – 49 71.070 68.932 140.002

50 – 54 54.557 53.299 107.856

Bab 3 - hal | 55
Kelompok Umur Pria Wanita Total

55 – 59 40.610 38.442 79.052

60 – 64 25.074 23.929 49.003

65 – 70 16.604 15.991 32.595

71 – 74 9.519 9.792 19.311

75 + 7.030 10.465 17.495

Kota Depok 1.135.539 1.118.974 2.254.513


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020

Hal ini juga terlihat dari jumlah angkatan kerja di Kota Depok dimana penduduk
yang bekerja merupakan penduduk dengan persentase tertinggi yaitu sebesar 81,14%
untuk penduduk berjenis kelamin pria 46,89 % dan 64,04 % untuk penduduk yang
berjenis kelamin wanita.
Tabel 3.6
Jumlah Angkatan Kerja Kota Depok Tahun 2020

Jenis Kelamin
Jenis Kegiatan Selama
Seminggu yang lalu
Laki-laki Perempuan Jumlah

Angkatan Kerja Active 688.678 396.748 1.085.426

Bekerja 637.155 372246 1.009.401

Pengangguran Terbuka 51.523 24.502 76.025

Bukan Angkatan Kerja 160 449 462 609 579


Sekolah 117 87 282 169 524
82 242

Mengurus Rumah 34 669 347.441 382.110

Lainnya/Others 43 206 14.739 57.945

Jumlah/Total 848 846.210 1.695.105


795

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 46,89% 64,04%


81,14 %

Rate

Tingkat Pengangguran 6,18% 7,00%


7,48%
Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020

Bab 3 - hal | 56
Sedangkan jenis pekerjaan utama di Kota Depok, jumlah penduduk yang bekerja
di bidang lainnya seperti pertambangan, listrik, gas dan air, bangunan dan sebagainya
merupakan bidang memiliki persentase terbesar yaitu sebesar 30,16% dan sebagian
besar dilakukan oleh penduduk yang berjenis kelamin pria sedangkan penduduk
berjenis kelamin wanita sebagian besar bekerja di bidang perdagangan baik itu
perdagangan besar, perdagangan eceran, maupun yang bekerja di rumah makan atau
hotel sebesar 37,56%.
Tabel 3.7
Jumlah Penduduk Menurut Bidang Pekerjaan Utama Kota Depok Tahun 2020

Bidang Pekerjaan Utama Pria % Wanita % Jumlah %

Pertanian, Kehutanan,Perburuan 9.208 1.16 3.677 0.3 12.885 0.87


dan Perikanan

Industrri Pengolahan 87.418 13.89 46.871 8.29 134.289 11.96

Perdagangan Besar, Eceran, 155.812 25.24 129.449 37.56 285.261 29.47


Rumah Makan dan Hotel

Jasa Kemasyarakatan 146.195 22.67 144.365 36.85 290.560 27.54

Lainnya (Pertambangan, listrik, 238.522 37.04 47.884 17.01 286.406 30.16


Gas & air, bangunan, Angkutan,
dll)

Kota Depok 637155 100 372246 100 1.009.401 42


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020

3.4. Karakteristik Ekonomi


Penerimaan pemerintah daerah merupakan salah satu faktor utama untuk
membiayai pembangunan. Penerimaaan pemerintah daerah bersumber dari
pendapatan asli daerah berupa pajak daerah dan bantuan pemerintah pusat. Dengan
terbatasnya penerimaan daerah maka bantuan pusat berupa dana perimbangan masih
cukup dominan dalam APBD Kota Depok.
Realisasi anggaran pendapatan Kota Depok tahun 2015 berdasarkan anggaran
perubahan adalah Rp. 2.395.876.066.852,90 dengan rincian pendapatan asli daerah
sebesar Rp. 697.154.396.353, dana perimbangan Rp1.005.358.032.192,00 dan
pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp. 693.363.638.307,90. Realisasi anggaran
pengeluaran kota Depok pada tahun 2015 sebesar Rp. 3.163.054.626.434,42. Inflasi
Kota Depok Tahun 2015 tercatat sebesar 1,87 atau turun dibandingkan inflasi tahun
2014 yang tercatat sebesar 7,49. Pada tahun 2015, bulan Juli mencatat inflasi tertinggi,
yaitu sebesar 0,95. dan yang terendah adalah bulan April sebesar -0,66 atau deflasi.

Bab 3 - hal | 57
Tabel 3.8
Nilai PDRB Harga konstan Kota Depok Tahun 2018-2020

Lapangan Usaha 2018 2019* 2020*

Pertanian 488,18 503,22 511,18

Pertambangan dan Penggalian - - -

Industri Pengolahan 12.354,30 12.881,59 13.290,65

Pengadaan listrik & Gas 105,80 114,19 119,27

Pengadaan Air & Pengelolaan 28,70 30,33 32,42

Konstruksi 7.268,71 7.954,73 8.745,12

Perdagangan Besar & Eceran 7.918,86 8.577,21 9.213,86

Transportasi & Pergudangan 1.360,06 1.451,04 1.529,51

Akomodasi & Makanan/ 1 187,38 1.303,42 1.438,62

Informasi & Komunikasi 855,24 976,94 1.107,58

Jasa Keuangan 1.448,45 1.606,52 1.674,25

Real Estat 625,85 676,86 745,26

Jasa Perusahaan 85,15 91,04 99,35

Pemerintahan 941,26 969,69 1 000.01

Jasa Pendidikan 1.029,55 1.115,40 1.220,05

Jasa Kesehatan & Sosial 402,87 440,28 482,93

Jasa Lainnya 1.429,12 1.570,77 1 729.33

Produk Domestik Regional Bruto 37 529,48 40.263,23 42.939,38


Sumber: Kota Depok dalam angka 2020

Sarana dan prasarana memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung
aktivitas ekonomi, sosial, budaya, serta meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa.
Melalui pembangunan infrastruktur yang ditempuh dengan pembangunan sumber daya
air, transportasi, perumahan dan permukiman, energi dan ketenagalistrikan serta
jaringan komunikasi dan informatika, diharapkan pertumbuhan ekonomi dan sosial
yang berkeadilan dapat dicapai dan daya saing ekonomi nasional secara global dapat
ditingkatkan.

Bab 3 - hal | 58
3.5. Sarana Perkotaan
Ketersediaan sarana dan prasarana di Kota Depok juga merupakan salah satu
factor berkembangnya Kota Depok saat ini mengingat lokasi yang berdekatan dengan
ibukota yaitu Kota DKI Jakarta. Sebagai kota yang berdekatan dengan ibukota maka
Kota Depok memiliki peranan yang sangat penting terutama menyediakan lahan
permukiman dan perumahan bagi masyarakat yang bekerja di Kota Jakarta terutama
perumahan yang layak huni dan terjangkau.
Sebagian besar perumahan di Kota Depok memiliki kondisi perumahan yang
dapat dibilang cukup memadai. Hal ini dilihat dari kondisi fisik perumahan hamper
sebagian besar sesuai dengan persyaratan atau kriteria sebagai rumah layak huni.
Tabel 3.9
Persentase Kondisi Sarana Perumahan di Kota Depok Tahun 2020
Sarana Perumahan %

Luas Lantai (m²)

< 20 3.12

20-49 29.51

50-99 36.83

100-149 19.58

150+ 10.96

Jenis Lantai

Marmer/granit 5.07

Keramik 79.42

Ubin/Tegel/Teraso 10.98

Semen/Bata Merah 3.91

Kayu/Papan kualitas Rendah 0.19

Tanah 0.43

Jenis Atap

Beton 1.91

Genteng Keramik 10.53

Genteng Metal 6.47

Genteng tanah Liat 33.94

Bab 3 - hal | 59
Sarana Perumahan %

Asbes 46.41

Seng 0.67

Kayu/Sirap 0.06

Lainnya 0

Jenis Dinding Terluas

Tembok 99.19

Plesteran Anyaman Bambu/Kawat 0.31

Kayu 0.08

Anyaman Bambu 0.19

Lainnya 0.23

Penerangan

Listrik PLN 100

Non PLN 0

Sumber Air Minum

Air Kemasan Bermerk 27.95

Air isi ulang 12.09

Ledeng Meteran 2.96

Ledeng Eceran 0

Sumur Bor/Pompa 51.31

Sumur terlindung 5.61

Mata Air Terlindung 0.08

MCK

Sendiri 94.38

Bersama 5.17

Umum 0.26

Tidak Ada 0.19


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020

Bab 3 - hal | 60
Dengan banyaknya kondisi perumahan yang cukup memadai maka dibutuhkan
pula sarana penunjang dan pendukung sarana perumahan di Kota Depok. Salah
satunya sarana kesehatan yang ada di Kota Depok. Sarana kesehatan yang ada mulai
dari puskesmas hingga rumah sakit besar.
Tabel 3.10
Sarana Kesehatan Kota Depok Tahun 2020
No Kecamatan Rumah Puskesmas Pustu Klinik
sakit

1 Sawangan 1 4 1 12

2 Bojongsari 1 2 0 12

3 Pancoran Mas 5 3 1 21

4 Cipayung 0 2 1 10

5 Sukmajaya 1 4 0 11

6 Cilodong 2 3 0 24

7 Cimanggis 7 6 0 21

8 Tapos 0 6 0 14

9 Beji 2 3 2 13

10 Limo 0 1 0 16

11 Cinere 2 1 0 16

Kota Depok 21 35 5 164


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020

Sarana pendidikan juga tersedia di Kota Depok, dan sarana pendidikan yang ada
cukup komplit mulai dari tingkat TK hingga universitas. Namun jumlah sarana
pendidikan tingkat SD merupakan jumlah yang terbesar.

Tabel 3.11
Sarana Pendidikan Kota Depok Tahun 2020
M M M
No Kecamatan SD SMP SMA SMK RA
Ibtidaiyah Tsanawiyah Aliyah

1 Sawangan 36 21 5 16 20 21 10 4

2 Bojongsari 33 14 4 9 23 11 11 2

3 Pancoran Mas 61 39 16 27 18 17 9 7

4 Cipayung 28 16 3 6 12 12 4 2

Bab 3 - hal | 61
M M M
No Kecamatan SD SMP SMA SMK RA
Ibtidaiyah Tsanawiyah Aliyah

5 Sukmajaya 70 21 6 13 10 9 7 2

6 Cilodong 31 13 4 9 11 11 6 3

7 Cimanggis 60 22 7 13 14 14 9 3

8 Tapos 46 20 4 9 16 16 8 1

9 Beji 36 15 7 10 11 11 3 1

10 Limo 22 13 3 7 7 7 1 0

11 Cinere 16 11 4 7 8 9 5 0

Kota Depok 439 205 63 126 150 138 73 25


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020

Sedangkan sarana pendidikan lanjutan tingkat universitas, Kota Depok memiliki


6 pendidikan tingkat universitas/akademi. Salah satunya merupakan universitas
terkemuka di Indonesia yaitu Universitas Indonesia (UI). Selain itu pula terdapat
Universitas Jayabaya, Universitas Gunadarma, Akademi Kimia Analis Caraka Nusantara,
Politeknik Negeri Jakarta dan STIE Fajar.
Selain sarana kesehatan dan sarana pendidikan, Kota Depok juga tersedia
sarana perdagangan berupa pasar. Terdapat 6 pasar besar di Kota Depok seperti yang
terlihat pada table berikut.
Tabel 3.12
Sarana Perdagangan Kota Depok Tahun 2020
No Kecamatan Nama Pasar Luas (m²)

1 Sawangan

2 Bojongsari

3 Pancoran Mas Pasar Depok Jaya *

Pasar Segar *

4 Cipayung

5 Sukmajaya Pasar Agung 4662

Pasar Musi *

De Market *

6 Cilodong Pasar Pucung *

Bab 3 - hal | 62
No Kecamatan Nama Pasar Luas (m²)

7 Cimanggis Pasar Cisalak 18635

Pasar Tugu 1890

8 Tapos Pasar Sukatani 1892

9 Beji Pasar Kemiri Muka 26000

10 Limo

11 Cinere Pasar Gandul *


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020
Keterangan : * Tidak dibawah Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok

Mengingat Kota Depok merupakan kota yang berdekatan dengan ibukota,


sebagai kota penyangga yang menyediakan lahan perumahan dan permukiman bagi
kebutuhan tempat tinggal penduduk yang bekerja di Ibukota Jakarta, maka sangat
dibutuhkan sarana perhubungan yang mendukung penduduk untuk melakukan
pergerakan dan perjalanan dari tempat tinggal ke tempat bekerja. Salah satunya adalah
keberadaan stasiun angkutan kota atau terminal. Dimana keberadaan angkot dapat
meringankan beban masyarakat menuju ke lokasi mereka bekerja. Hal ini terlihat
banyaknya penumpang yang menggunakan sarana perhubungan angkutan kota
dimana jumlah penumpang yang menggunakan sarana ini sebesar 37.759.815 jiwa
pada tahun 2015.
Tabel 3.13
Sarana Perhubungan Kota Depok Tahun 2020
Kode
No Terminal Jumlah
Trayek

1 TERMINAL DEPOK - DEPOK I DALAM PP. D 01 156

2 TERMINAL DEPOK - DEPOK II TENGAH / D 02 549


TIMUR PP.

3 TERMINAL DEPOK - PARUNG PP. D 03 544

4 TERMINAL DEPOK - BEJI - KUKUSAN PP. D 04 170

5 TERMINAL DEPOK - CITAYAM - BOJONG D 05 365


GEDE PP.

6 TERMINAL DEPOK - PASAR CISALAK PP. D 06 287

7 TERMINAL DEPOK - PITARA - RAWA DENOK D 07 46


PP.

8 TERMINAL DEPOK - PITARA - CITAYAM PP. D 07A 74

Bab 3 - hal | 63
Kode
No Terminal Jumlah
Trayek

9 TERMINAL DEPOK - BBM - KP. SAWAH PP. D 08 40

10 TERMINAL DEPOK - STUDIO ALAM - KP. D 09 56


SAWAH PP.

11 TERMINAL DEPOK - PARUNG SERAB - KP. D 10 81


SAWAH PP.

12 TERMINAL DEPOK - AKSES UI - D 11 145


PALSIGUNUNG PP.

13 TERMINAL DEPOK - JL. R. SANIM - D 15 34


SIMPANGAN LIMO PP.

14 SUB. TERMINAL SAWANGAN - DUREN SERIBU D 21 18


PP.

15 BEDAHAN - SUB. TERM.SAWANGAN - CURUG D 25 31


- BSI PP.

16 SUB. TERMINAL SAWANGAN - CITAYAM PP. D 26 27

17 PS. CISALAK - GAS ALAM - LEUWINANGGUNG 107 81


PP.

18 PS. PALSIGUNUNG - PANGK. SUGUTAMU PP. 35 7

19 PS. PALSIGUNUNG - PD. DUTA - PS. CISALAK 35A 2


PP.

20 PS. CISALAK - PEKAPURAN - BAYUNAN - 69 84

21 JATIJAJAR - BANJARAN PUCUNG - TAPOS D 17 13

KOTA DEPOK 2.810


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020

3.6. Prasarana Perkotaan


Prasarana perkotaan sangatlah dibutuhkan dalam pengembangan wilayah di
masa mendatang. Karena tersedia prasaranalah maka suatu wilayah dapat
berkembang dan menjadi salah satu wilayah yang dianggap maju. Ketersediaan
prasarana perkotaan khususnya di Kota Depok, menjadikan Kota Depok sebahgai salah
satu kota yang berperan penting dalam kehidupan dan penghidupan masyarakatnya,
terutama kaitannya dengan ibukota Negara yaitu DKI Jakarta.
Prasarana jalan merupakan prasarana yang paling memegang peranan penting
dalam pengembangan perkotaan khususnya Kota Depok. Kondisi jalan yang dimiliki
oleh suatu wilayah haruslah berada dalam kondisi yang baik sehingga pengembangan

Bab 3 - hal | 64
kotanya dapat berjalan dengan baik pula. Kota Depok memiliki kondisi jalan yang
hampir seluruhnya berada dalam kondisi baik dan seluruhnya merupakan jalan yang
diaspal.
Tabel 3.14
Panjang Prasarana Jalan Kota Depok (km) Tahun 2020
Kondisi Jalan Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kab/Kota

Jenis Permukaan

Diaspal 36.25 17.75 117.35

Kerikil - - -

diperkeras - - 358,80

lainnya (Beton) - - -

Kondisi Jalan

Baik 36.25 17.75 429.49

Sedang - - 46.66

Rusak - - -

Rusak Berat - - -

Kelas Jalan

I 36.25 - -

II - 17.75 -

IIIa - - 397,53

IIIb - - 397.53

IIIc - - -

Tidak Dirinci - - -
Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020

Prasarana energy dan kelistrikan yang ada di Kota Depok pada tahun 2015 ini
didukung dengan keberadaan unit listrik. Sebanyak 3 unit besar untuk memasok
kebutuhan listrik di Kota Depok. Daya yang telah tersambung saat ini mencapai
787.537.834 VA.

Bab 3 - hal | 65
Tabel 3.15
Sambungan Listrik Kota Depok Tahun 2020
Unit Daya Tersambung (VA) Jumlah Pelanggan

UPJ Depok Kota 437236170 270134

UPJ Cimanggis 107599370 83573

UPJ Sawangan 242702294 113757


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2020

Diprediksikan pada tahun 2010, dari 53,28% total luas kawasan terbangun,
hampir 45,49% akan tertutup oleh perumahan dan perkampungan. Jasa dan
perdagangan akan menutupi 2,96% total luas kota, industri 2,08% total luas kota,
pendidikan tinggi 1,49% total luas kota, dan kawasan khusus 1,27% total luas
kota. Meningkatnya jumlah tutupan permukaan tanah tersebut, ditambah dengan
berubahnya fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase, diprediksikan akan
menyebabkan terjadinya genangan dan banjir di beberapa kawasan, yang berdampak
terhadap penurunan kondisi Kota Depok.
Diperkirakan pembangunan pertanian tanaman pangan di Kota Depok di masa
yang akan datang akan menghadapi suatu kondisi, dimana lahan sawah yang semakin
menyempit. Pada tahun 2010 diperkirakan lahan sawah akan mengecil
bila dibandingkan kondisi sekarang. Penyempitan yang paling parah terjadi pada lahan
sawah tadah hujan, disusul sawah irigasi sederhana PU.

Tabel 3.16
Jenis Penggunaan Lahan di Kota Depok
No Penggunaan Lahan 2015 2016 2017 2018

1 Lahan Bangunan, Permukiman, Jalan, 16630 17655 17312 17538


Danau sungai dan lain2

2 Tegal/Kebun 1637 1275 1245 1227

3 Ladang/Huma' 487 82 427 367

4 Padang Rumput 33 33 27

5 Lahan Kering Sementara Tidak Di 465 303 341 303


usahakan

6 Hutan Rakyat 7 34 38 45

7 Hutan Negara - - - -

8 Perkebunan - - - -

9 Rawa 29 28 28 28

Bab 3 - hal | 66
No Penggunaan Lahan 2015 2016 2017 2018

10 Tambak - - - -

11 Kolam/Tebat/Empang 257 257 257 257

Kota Depok 19512 19667 19681 19792


Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2019

3.7. PROFIL PASAR DI KOTA DEPOK


Dalam Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat di Kota Depok, terdapat 7
lokasi pasar yang dijadikan sebagai lokus. Yaitu Pasar Cisalak, Pasar Sukatani, Pasar
Agung, Pasar Kemiri Muka, Pasar Tugu, dan Pasar Musi.

3.7.1. Pasar Sukatani


Pasar Sukatani dibangun (didirikan) tepatnya pada tanggal 23 Agustus 1990
oleh Pemerintah Desa Sukatani yang diprakarsai oleh Kepala Desa Sukatani, LKMD dan
LMD Sukatani. Pasar Sukatani didirikan diatas lahan seluas 3.000 m², dimana lahan
tersebut diperoleh dengan cara membeli dari PT. Dian Asri Pratama selaku pengembang
perumahan Departemen Penerangan RI. Bangunan Pasar Sukatani terdiri atas 204 kios
dan 53 los yang masing-masing berukuran 2,5 x 2 m². Pengelolaan Pasar Sukatani
sendiri dikelola langsung oleh Pemerintah Desa Sukatani sejak didirikan hingga tahun
1999.

Gambar 3.1. UPT. Pasar Sukatani

Bab 3 - hal | 67
Seiring dengan berjalannya waktu, dimana administrasi pemerintahan dari yang
sebelumnya dibawah Pemerintahan Kab. Bogor kemudian beralih ke Pemerintahan
Kota Depok, dengan sendirinya Pasar Sukatani menjadi salah satu asset Pemerintah
Kota Depok sejak Tahun 1999. Kemudian terhitung mulai tahun 2000 hingga saat ini,
pengelolaan Pasar Sukatani langsung dibawah Pemerintah Kota Depok, melalui
Organisasi Perangkat Daerah Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar Kota Depok.
Visi Sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Depok Tahun 2011-2016, Visi Kota Depok adalah
“Terwujudnya Kota Depok Yang Maju Dan Sejahtera”.
Agar selaras dan mendukung Visi dari Kota Depok, maka Visi Pasar
Sukatani/Pasar Rakyat Kota Depok adalah “ Menjadi salah satu fasilitas layanan publik
yang bersih, tertib, nyaman, sejuk serta lebih berdaya saing”
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi
diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat
mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi pemerintahan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.

Tabel 3.17 Data Umum Pasar Sukatani

STATUS LAHAN : SHP 00009 An. PEMERINTAH KOTA DEPOK

TAHUN DI BANGUN : 1990

LUAS LAHAN : 2.892 M²


LUAS BANGUNAN : 1.039 M²

JUMLAH PEDAGANG : 246 PEDAGANG


REVITALISASI : 2012 opr 2013

TYPE PASAR : TYPE 4

KOMODITAS UNGGULAN : IKAN AIR TAWAR


Sumber : Profil UPT Pasar Sukatani

JUMLAH PEGAWAI PASAR SUKATANI


➢ PETUGAS RETRIBUSI : 4 PERSONIL
➢ PETUGAS KEAMANAN : 5 PERSONIL
➢ PETUGAS KEBERSIHAN : 5 PERSONIL
➢ TEKNISI : 0 PERSONIL
➢ JUMLAH : 14 PERSONIL

Bab 3 - hal | 68
Tabel 3.18. Data Kios dan Los Yang Tersedia

Sumber : Profil UPT Pasar Sukatani

3.7.2. Pasar Cisalak


Visi dari Pasar Cisalaj adalah Mewujudkan UPT Pasar Cisalak sebagai Pusat
Pertumbungan Perkonomian di bidang Perdagangan yang tertib, bersih, indah dan
nyaman. Sedangkan Misi dari Pasar Cisalak adalah:
1) Mengembangkan potensi dan fasilitas sarana dan prasarana pasar
2) Menerapkan pengelolaan manajemen pasar yang baik melalui Standar Operasional
Prosedur (guna mengukur kinerja manajemen
3) Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat pengguna pasar
4) Menertibkan baik pedagang, administrasi dan pungutan retribusi serta sistem
pelaporan yang akurat
5) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada serta meningkatkan
pengawasan.

Gambar 3.2. Pasal Cisalak

Bab 3 - hal | 69
Tabel 3.19. Data Umum Pasar Cisalak

Sumber : Profil UPT Pasar Cisalak

JUMLAH PEGAWAI PASAR CISALAK


➢ PETUGAS RETRIBUSI : 10 PERSONIL
➢ PETUGAS KEAMANAN : 13 PERSONIL
➢ PETUGAS KEBERSIHAN : 17 PERSONIL
➢ TEKNISI : 04 PERSONIL
➢ JUMLAH : 44 PERSONIL

3.7.3. Pasar Tugu


Visi dari Pasar Tugu adalah Terwujudnya Pasar Rakyat yang Sehat, Bersih, Tertib
dan Nyaman. Sedangkan Misi dari Pasar Tugu adalah:
1) Meningkatkan kualitas SDM Aparatur Pasar Tugu
2) Meningkatkan kinerja SDM Aparatur UPT Pasar Tugu
3) Meningkatkan Pembinaan Pedagang Pasar Tugu.
Tabel 3.20. Data Umum Pasar Tugu

Sumber : Profil UPT Pasar Tugu

Bab 3 - hal | 70
3.7.4. Pasar Agung
Pasar Agung Depok 2 Timur yang didirikan tahun 2002 ini terletak di Jalan
Proklamasi dan berada di tengah-tengah pemukiman warga serta akses – akses lainnya
seperti SPBU, Sekolah, Pemerintahan, Bank-bank. Pasar Agung Depok 2 Timur memiliki
luas 10.674,98 m2 dengan 3 lantai bangunan serta ruang terbuka yang difungsikan
untuk parkiran.
Pasar ini dibangun menjadi 3 lantai seperti basement,lantai 1,lantai 2 yang
diatur sesuai fungsinya, dengan beberapa fasilitas seperti MCK, mushola, parkir dan
wartel. Pasar Agung Depok 2 Timur terdiri dari 426 buah Los, 296 buah kios, dan 110
buah PKL sudah termasuk dari lantai basement hingga lantai 2 yang menjual berbagai
kebutuhan sehari-hari.
Ruang parkir Pasar Agung Depok 2 Timur terdiri dari parkir motor dan parkir
mobil yang terletak di sekeliling bangunan pasar. Parkir motor diletakkan mengelilingi
sisi bangunan antara tangga-tangga yang menuju bawah lantai basement maupun
tangga-tangga menuju lantai 1. Sedangkan parkiran mobil diletakkan di sekeliling
bangunan berseberangan dengan parkir motor dan disisi tembok pembatas pasar
dengan wilyah sebelan pasar. Parkir mobil juga diletakkan di depan Pasar Agung Depok
2 Timur dan di belakang pasar.
JUMLAH PEGAWAI PASAR AGUNG
➢ PETUGAS RETRIBUSI : 12 PERSONIL
➢ PETUGAS KEAMANAN : 09 PERSONIL
➢ PETUGAS KEBERSIHAN : 10 PERSONIL
➢ TEKNISI : 00 PERSONIL
➢ JUMLAH : 31 PERSONIL

Bab 3 - hal | 71
3.7.5. Pasar Kemirimuka
Pasar tradisional Kemirimuka yang legendaris berdiri era 90an di Jalan Arif
Rahman Hakim, Depok, Jawa Barat, saat ini bernasib tidak jelas. Polemik kepemilikan
lahan pasar seluas 2,8 hektar itu masih tarik menarik antara Pemkot Depok dengan PT
Petamburan Jaya Raya melalui meja hijau di Pengadilan Negeri Depok.
LUAS : 2,8 Ha
Jumlah Pedagang : 1050 Lapak
JUMLAH PEGAWAI PASAR KEMIIRI MUKA & PASAR MUSI
➢ PETUGAS RETRIBUSI : 15 PERSONIL
➢ PETUGAS KEAMANAN : 12 PERSONIL
➢ PETUGAS KEBERSIHAN : 17 PERSONIL
➢ TEKNISI : 00 PERSONIL
➢ JUMLAH : 44 PERSONIL

3.7.6. Pasar Musi


Pasar Musi merupakan bagian dari UPT Pasar Kemirimua. Pasar dengan luas 1.0
Ha mempunyai Jumlah Pedagang : 18 Kios dan 187 Los.

Bab 3 - hal | 72

Anda mungkin juga menyukai