Anda di halaman 1dari 8

1 Abdul Rokhman / Perancangan Mesin Penanganan Limbah Ternak Ayam Petelur Dengan Metode Value Enginering

Perancangan Mesin Penanganan Limbah Ternak Ayam Petelur


Dengan Metode Value Enginering

Abdul Rokhman, Wiwiek Ftmawati, S.T.,M.Eng., Nurwidiana, S.T.,M.T.


Universitas Islam Sultan Agung
JL. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang
Abdulrokhman@std.unissula.ac.id

Abstrak – Pencemaran udara akibat limbah ternak adalah masalah umum yang dihadapi oleh
peternakan ayam petelur. Pencemaran akibat limbah yang berlebih dapat memberi dampak
negative terhadap hewan ternak dan lingkungan sekitar peternakan. Bagi pengolah peternakan,
penanganan limbah perlu untuk diperhatikan untuk keberlangsungan usaha dan agar tidak diberi
respon negatif dari masyarakat sekitar. Peternakan milik Muna Group terletak tidak jauh dengan
pemukiman warga, maka dari itu peternakan Muna Group melakukan perlakuan khusus terhadap
limbah yang dihasilkan.Usaha pembersihan limbah yang sudah dilakukan berupa pembuangan
limbah setiap minggunya ke TPA dan pembersihan secara berkala sehingga memakan biaya
berlebih dibanding dampak yang dihasilkan dari usaha tersebut.
Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini dilakukan untuk mencari solusi berupa
perancangan mesin penanganan limbah menggunakan metode Rekaya Nilai yaitu metode disain
produk berdasarkan fungsi yang dibutuhkan oleh peternakan tersebut. Identifikasi fungsi
dilakukan dengan metode FAST (Function Analysis System’s Technique), tahap analisa dilakukan
dengan metode AHP, sedangkan tahapan pengembangan menggunakan model pengembangan
generik yang diikuti pembuatan prototype untuk pembuktian fungsi yang sebenarnya. Pada ahir
perancangan dilakukan evaluasi akhir berupa perhitungan perkiraan biaya operasional selama 5
tahun yang memperoleh penghematan biaya sebesar Rp29.949.000.00. dan memberikan dampak
postif terhadap kebersihan kandang.

Kata Kunci: Penanganan limbah, Rekayasa nilai.

Abstract – Air pollution due to livestock waste is a common problem caused by laying hens Poultry.
Pollution due to excessive waste can have a negative impact on livestock and the environment around
livestock. For livestock owner, waste management needs to be considered for the sake of business
continuity and so as not to get negative responses from people life around poultry. Muna Group Poultry
are located not far from residential areas, therefore Muna Group Poultry provide special assistance for
the waste produced. The effort to control waste that has been carried out consists of transportation every
week to the landfill and periodic cleaning so that it will cost more than the impact resulting from the
business.
Based on the problems above, this research was conducted to find solutions in the form of designing a
waste handling machine using the Value Engineering method which is a product design method based on
the functions needed by the farm. Function identification is done by the method of FAST (Function
Analysis System’s Technique), the analysis phase is carried out by the AHP method, while the development
stage uses a generic development model which is followed by making a prototype to prove the actual
function. At the end of the design, a final evaluation is calculated in the form of an estimated operational
cost for 5 years that receives a cost savings of Rp.29,949,000.00. and has a positive impact on the
cleanliness of the cage.

Keywords: Waste control, value enginering.

I. PENDAHULUAN manusia di sekitar peternakan, dan rentan


1. Latar Belakang terhadap pemberhentian usaha seperti yang
Polusi udara yang timbul dari kotoran ternak marak terjadi terhadap peternakan rakyat karena
ayam petelur mengandung gas ammonia bila melanggar hukum perdata sesuai Pasal 1365
mencapai ambang batas tertentu dapat memberi KUH Perdata yang berbunyi “Tiap perbuatan
banyak resiko bagi proses produksi, kesehatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian
2 Abdul Rokhman / Perancangan Mesin Penanganan Limbah Ternak Ayam Petelur Dengan Metode Value Enginering

kepada orang lain, mewajibkan orang yang II. TINJAUAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI
menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya 1. Tinjauan Pustaka
untuk menggantikan kerugian tersebut”. Oleh a. Nurwidiana, Eli Mas’idah dan Wiwiek
karena itu dibutuhkan sebuah solusi efektif Fatmawati pada tahun 2018 melakukan
dalam penanganan limbah ternak ayam petelur. penelitian dalam jurnal penelitian dengan
judul “Rancang Bangun Mesin Penyamak
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan Kulit Ikan Pari Dengan Metode Metode
cara optimal dalam penanganan limbah ternak Rekayasa Nilai Dan Analytical Hierarkie
ayam petelur yaitu dengan membuat sebuah Process (Ahp)” Menggunakan metode
Rekayasa Nilai yaitu metode desain produk
mesin yang berfungsi mengakomodir
dengan didasarkan pada pemenuhan nilai-
pembersihan limbah ternak ayam petelur. nilai (fungsi) yang diinginkan konsumen
Dengan demikian mampu mengurangi pekerjaan yaitu IKM kulit ikan pari untuk produk berupa
pembersihan limbah kandang oleh tenaga alat penyamak kulit ikan pari. Identifikasi
manusia secara tradisional juga mengurangi fungsi menggunakan metode FAST (function
dampak negatif dari paparan gas amonia oleh Analysis System’s Technique), Tahap analisa
limbah itu sendiri terhadap hewan ternak dan menggunakan metode AHP dan pada tahap
pekerja di lokasi peternakan. Agar rencana pengembangan menggunankan model
tersebut dapat terpenuhi, dibutuhkan suatu pengembangan generik.
langkah perancangan termasuk penyesuaian b. Jefi, Cahyono, dan Trisunarno, 2012, meneliti
disain dan ketersediaan bahan baku pembuatan dengan judul jurnal “Penerapan Metode
Value Engineering Pada Pengembangan
mesin tersebut agar dicapai hasil kerja yang
Desain Jamban Sehat dan Ekonomis (Studi
optimal. Kasus : Pengusaha Sanitasi Jawa Timur)”.
2. Perumusan Masalah Topik penelitian ini dilakukan pada tahun
2012. Tujuan dari penelitian ini adalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
memberikan usulan berupa solusi ekonomis
perumusan masalah pada penelitian ini adalah atas alternatif disain sanitasi jamban untuk
bagaimana mengurangi polusi bau pada limbah mengatasi permaslahan mahalnya
ternak ayam petelur dengan merancang dan pembangunan sanitasi sehingga jarang ada
membangun mesin yang optimal untuk masyarakat yang memiliki sistem sanitasi
digunakan membantu proses pembersihan yang layak. Dari penilitian ini diperoleh 3
limbah kotoran ayam petelur dengan cepat pada alternatif disain sanitasi. Setelah dilakukan
kandang model bertingkat. perbandingan nilai (value) diperoleh 1 disain
alternatif dengan nilai tertinggi dan juga
3. Pembatasan Masalah penghematan terbesar, sehingga diperoleh
Untuk menghindari meluasnya masalah serta agar disain sanitasi jamban sehat dan juga
dalam proses penulisan peneliti dapat terarah pada ekonomis tanpa mengurangi kualitas dari
tujuan maka dilakukan pembatasan masalah sebagai jamban tersebut.
berikut: c. Aziz, 2010 judul jurnal penelitian
 Mesin digunakan untuk membantu pembersihan “Aplikasi Rekayasa Nilai Untuk Evaluasi
kotoran ayam dipeternakan ayam petelur model Produk Mesin Compos Mini Produksi”
kandang bertingkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
 Parameter Rekayasa Nilai di ambil dari segi biaya mengetahui akibat mahalnya biaya
pembuatan, biaya operasional alat dan produksi dari suatu mesin kompos mini
perbandingan dengan metode terdahulu. sedangkan target dari konsumen adalah
kalangan ekonomi menengah kebawah.
4. Tujuan Penelitiam
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah
Setelah dilakukan Klasifikasi ABC
merancang bangun mesin pengumpul limbah Rekayasa nilai ditemui bahwa terdapat
kotoran ayam petelur sehingga membantu dalam komponen yang terlampau mahal (grade A
proses penanganan limbah kotoran ayam petelur pada klasifikasi ABC). Sehinga solusi
yang menggunakan kandang model tingkat. alternatifnya yaitu untuk mengganti
componen berupa puley besi menjadi
puley yang berbahan plastik dengan begitu
3 Abdul Rokhman / Perancangan Mesin Penanganan Limbah Ternak Ayam Petelur Dengan Metode Value Enginering

nilai penghematan yang dicapai adalah pengembangan produk setelah melihat peluang pasar
55%. dan baru kemudian menggunakan teknologi yang
tepat untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan
2. Landasan Teori yang membutuhkannya. Jadi pada proses peluang
A. Kandang Ayam Petelur pasar lebih diutamakan baru melihat pemanfaatan
Pada umumnya peternak ayam petelur teknologi yang digunakan (widodo ; 2003). Menurut
menggunakan kandang model bertingkat dengan Ulrich dan Eppinger (1991), proses generik
ukuran tiap tingkatanya yaitu: Panjang 120 cm x pengembangan produk memiliki lima tahapan
lebar 35 cm x tinggi depan 42 cm x tinggi belakang penting yaitu pengembangan konsep (Concept
37 cm, kemudian dibagi menjadi 4 sekat yang development), rancangan tingkatan sistem produk
masing-masing sekat diisi 2 ekor ayam sehingga (sistem level design), rancangan ditail (detail design),
mampu menampung 8 ekor ayam. Penggunaan uji coba dan evaluasi (testing and refinement), uji
ukuran ini bertujuan agar mengurangi gerak ayam coba proses produksi (productioan ramp-up).
sehingga energi dari makanan yang dikonsumsi ayam
tidak terbuang dan meningkatkan produktifitas telur. E. Rekayasa Nilai ( Value Enginering)
Rekaya Nilai adalah salah satu metode yang
B. Conveyor digunakan untuk memenuhi keinginan konsumen dan
Conveyor atau dikenal dengan nama ban berjalan menghindari kesalahan-kesalahan dalam
adalah suatu sistem mekanik yang berfungsi untuk perancangan suatu produk tersebut. Metode ini
memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat berorientasi pada Nilai (value) termasuk didalamnya
lainnya. Conveyor banyak dipakai di industri untuk berupa nilai kegunaan (use vale), Nilai kebanggaan
transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak (esteem value), nilsi tukar ( exchange value) dan nilai
dan berkelanjutan. Dalam kondisi biaya (cost value). Nilai bisa diartikan sebagai rasio
tertentu conveyor banyak dipakai karena memiliki antara performansi suatu produk dengan biaya yang
nilai ekonomis yang lebih tinggi dibanding dibutuhkan untuk mendapatkan performansi dari
transportasi berat seperti truk dan mobil pengangkut. suatu produk tersebut. Menurut Lawrence D Miles
Conveyor dapat memobilisasi barang dalam jumlah (1972) Rekaya nilai adalah suatu pendekatan yang
banyak dan kontinyu dari satu tempat ke tempat lain. bersifat kreatif dan sistematis dengan tujuan
Perpindahan tempat tersebut harus mempunyai lokasi mengurangi atau menghilangkan biaya – biaya yang
yang tetap agar sistem conveyor mempunyai nilai tidak diperlukan.
ekonomis. Kelemahan sistem ini adalah tidak Dalam metode rekayasa nilai, secara umum ada 5
mempunyai fleksibilitas saat lokasi barang yang fase yang perlu dilakukan, yaitu:
dimobilisasi tidak tetap dan jumlah barang yang
masuk tidak kontinyu. 1) Fase Informasi
Adalah fase pengumpulan informasi mengenai
C. Scrapper masalah ataupun kebutuhan konsumen akan
scrapper merupakan mesin paling optimal dalam fungsi produk, biaya dan pengoperasiannya.
penanganan limbah hewan ternak selain unggas. Cara Analisis fungsi digunakan untuk mengidentifikasi
kerja mesin ini cukup sederhana dimana kotoran fungsi-fungsi yang diperlukan. Dalam penelitian
ternak dibersihkan dengan cara menarik ini menggunakan metode Analysis System’s
menggunakan scrapper, cara kerja scrapper seperti Technique (FAST)
cara kerja wiper mobil dalam menyeka air di kaca 2) Fase Kreatif
mobil depan saat hujan turun, sedangkan scrapper Adalah fase pengembangan ide untuk memenuhi
peternakan menyeka kotoran hewan ternak dalam fungsi yang dibutuhkan berdasarkan data yang
skala besar dan berat. Scrapper mencapai tingkat didapat pada fase informasi.
optimal ketika diletak pada tengah layout atau gang 3) Fase Analisis
diantara postal-postal sapi yang membelakangi Dilakukan Analisa terhadap ide-ide yang muncul
scrapper. Scrapper ditarik menggunakan tali kawat dari fase kreatif menggunakan perbandingan
yang ditenagai motor listrik AC dibantu gearbox berpasangan atau Analytical Hierarchy Process
reducer untuk melambatkan putaran dan (AHP) untuk memutuskan ide terbaik.
meningkatkan torsi motor listrik. 4) Fase Pengembangan
Adalah fase pengembangan untuk
D. Proses Pengembangan Generik menyempurnkan ide terpilih agar dapat berjalan
Proses pengembangan generic adalah proses dengan baik.
perancangan yang tergantung pada situasi dan 5) Fase Rekomendasi
kondisi pasar. Sebuah perusahaan akan memulai
4 Abdul Rokhman / Perancangan Mesin Penanganan Limbah Ternak Ayam Petelur Dengan Metode Value Enginering

Fase merekomendasikan agar produk dapat dibuat


Mulai
dengan menunjukkan beberapa keuntungan yang
diperoleh Observasi Awal

E. Hipotesa Studi Lapangan Studi Pustaka


Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan
sebelumnya maka diambil hipotesa yaitu dengan Perumusan Masalah
menggunakan metode Rekayasa Nilai bisa
Tujuan
didapatkan sebuah produk yang optimal sehingga
dapat mengurangi dampak negatif dari limbah ternak. Pengumpulan Data
1. Luas kandang
2. Layout Kandang
F. Kerangka Teoritis 3. Kapasitas kandang
4. Lintasan aliran kerja kandang
Berdasarkan yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya maka penulis akan menentukan Fase informasi
Function Analysis System s Technique (FAST)
kebijakan perawatan preventif mesin dengan 1. Mengetahui fungsi utama dan pendukung
2. Evalusi prosedur, struktur, komponen, tujusn
parameter keandalan (reliability). Dengan fungsi
menggunakan parameter tersebut dapat memberikan
Fase Kreatif
solusi untuk meminimalkan biaya perawatan. Berikut mengahasilkan beberapa disain alternatif
ini merupakan kerangka teoritisnya:
Fase Analisis
Masalah Analytical Hierarcy Product (AHP)
Penanganan Limbah 1. Evaluasi beberapa disain
Ternak Ayam 2.Memutuskan ide terbaik
Petelur

Fase Pengembangan
Fase Informasi Penyempurnaan dan pengembangan ide terpilih
Metode
Mengidentifikasi fungsi premier dan sekunder yang
Value Enginering termasuk biaya, analisa disain, dan keuntungan
dibutuhkan oleh produk untuk dapat bekerja
Untuk perancangan
menggunakan metode Function Analysis System s
produk
Technique (FAST) Fase Rekomendasi
Menentukan Disain yang akan direkomendasikan
Fase Kreatif
Pengembangan ide – ide produk alternatif
untuk memenuhi fungsi - fungsi Pembuatan dan perancangan produk

Fase Analisis Analisa


Seleksi ide pada faktor teknis, efektifitas dan ekonomi
dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
terhadap ide-ide yang dihasilkan berdasarkan
pembobotan kepentingan oleh pengembang dan mitra Kesimpulan dan Saran
penelitian (pemilik objek penelitian).

Selesai
Fase Pengembangan
Penyempurnaan terhadap ide terpilih
Gambar 2. Flowchart Penelitian
Perancangan Fase Rekomendasi
Produk Merekomendasikan hasil final IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Fase Informasi
Analisa Pengumpulan data dilakukan di peternakan
Produk
ayam milik Muna group berikut profil usahanya:
Gambar 1. Kerangka Teoritis Nama usaha : Muna Group
Alamat : Jln Platar – Semat Rt/Rw 02/01
III. METODE PENELITIAN Ds. Platar, Kec. Tahunan,
Tempat penelitian dilakukan pada Kab. Jepara
peternakan rakyat Muna Group dengan populasi Pemilik : Ahmad Mujahidin
ternak sekitar 4000 ekor yang berlokasi di Jl Bidang usaha : Peternakan ayam petelur
semat Ds. Platar Kec. Tahunan Kab. Jepara. Jumlah pekerja : 4 orang
Metode pengambilan data yang digunakan yaitu: Kapasitas kandang : 4000 ekor
observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data Kapasitas Produksi : 125kg – 237kg telur ayam
diperoleh dari pengamatan dilapangan, serta
dilengkapi dengan literature lainnya Berikut
flowchart penelitian:
5 Abdul Rokhman / Perancangan Mesin Penanganan Limbah Ternak Ayam Petelur Dengan Metode Value Enginering

Muna group menggunakan kandang model tingkat fungsi memindahkan limbah dengan cara
untuk mengoptimalkan produksi dan memudahkan mengakomodir limbah agar limbah dibawah kandang
proses pembersihan, karena limbah feses ayam bersih sehingga mengurangi gas ammonia, selain itu
petelur akan terkumpul di bawah kandang. diperlukan kfleksibelan produk agar mudah di
instalasi.

B. Fase Kreatif
Dalam fase kreatif dilakukan brainstroming dan
adaptasi ide yang sudah ada, menghasilkan 2
alternatif produk yang paling relevan untuk
Gambar 3. Disain kandang ayam petelur memenuhi fungsi yang dibutuhkan, yaitu scrapper
dan conveyor. Berikut disain awal dan kriteria
Dalam segi disain dari kandang yang digunakan masing – masing alternatif :
sudah optimal dengan penempatan fungsi-fungsi
secara khusus. Tetapi terdapat permasalahan berupa 1) scrapper
pencemaran limbah di udara dan populasi lalat yang
meningkat pesat. Usaha pencegahan yang sudah
dilakukan berupa pembersihan litter (tempat feses
terkumpul dibawah kandang) kandang 3 kali tiap
pekan dan pembuangan limbah ke TPA 1 kali tiap
pekannya. Diperlukan alternatif lain agar usaha
pencegahan lebih optimal yaitu dengan merancang
bangun sebuah mesin penanganan limbah ternak.
Untuk itu dilakukan Analisa fungsi
menggunakan diagram FAST untuk memetakan Gambar 5. Scrapper
fungsi-fungsi yang dibutuhkan oleh produk secara
sistematis berupa fungsi utama dan pendukung. Cara kerja scrapper yaitu menarik kotoran
Berikut adalah tabel identifikasi fungsi yang terkumpul di bawah kandang ke ujung kandang
dibutuhkan produk dan merupakan Hasil dari dengan bantuan reel gulung dan gearbox yang
brainstorming dengan pihak pemilik peternakan. digerakkan motor listrik.
Tabel 1. Frekuensi Kerusakan & Total Biaya Penggantian
2) conveyor

Gambar 6. Conveyor

Cara kerja conveyor yaitu sebagai litter (wadah


Dari tabel fungsi tersebut, kemudian digambarkan kotoran terkumpul dibawah kandang) kemudian saat
diagram FAST sebagai berikut: conveyor dijalankan kotoran akan ikut terkumpul ke
How Why ujung kandang.
Membersihkan
Mengakomodir Mengurangi
limbah dibawah
limbah
kandang
gas ammonia C. Fase Analisa
Memindah Penanganan Kedua alternatif produk akan di Analisa dan
limbah limbah
menggunakan perbandingan berpasangan atau
Memberi
keFleksibelan
Memudahkan
instalasi
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
memperoleh satu alternatif terbaik. Kedua produk
Ruang Lingkup Kajian memenuhi fungsi yang dibutuhkan seperti pada
Gambar 4. Diagram FAST bagan hierarki dibawah ini:
Diagram FAST diatas menunjukkan untuk
memenuhi fungsi penanganan limbah diperlukan
6 Abdul Rokhman / Perancangan Mesin Penanganan Limbah Ternak Ayam Petelur Dengan Metode Value Enginering

Mesin Penaganagan
Limbah Ternak
(6.800 x 0.184) + (9.000 x 0.111) +
Ayam Petelur
(11.000 x 0.101) = 5.256
Kemampuan Kemudahan
(Membersihkan
limbah dibawah
(Pergantian dan
ketersediaan spare
Kehandalan
(Mudah dalam
Keamanan
(Saat pengoperasian)
Fleksibel
(Peletakan mesin)
Maka consistency index (CI) adalah :
perawatan)
kandang) part)
λ max − 𝑛
𝐶𝐼 =
𝑛−1
Mesin Scrapper Mesin Conveyor
5.256 − 5
Gambar 6. Bagan hierarki alternatif produk =
5−1
Kemudian dilakukan pembobotan tingkat = 0.064
kepentingan masing-masing kriteria
Selanjutnya menghitung consistensi ratio (CR),
1) Perhitungan bobot prioritas masing masing faktor
Berdasatkan kuesioner yang diberikan kepada CI
dengan rumus : 𝐶𝑅 = 𝑅𝐼
pemilik peternakan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Matrik perbandingan antar kriteria Random index (RI) didapat berdasarkan tabel
random index, menentukkan nilai random index
berdasarkan jumlah kriteria atau n. tabel random
index (RI) dapat dilihat di tabel berikut :
Tabel 5. Matrik normalisasi dan perhitungan eugen factor
n 1 2 3 4 5 6 7 9 10
Dari tabel diatas kemudian disederhanakan
RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.42 1.49
sebagai berikut:
Sumber: Saaty, 1986
Tabel 3. Matrik perbandingan antar kriteria disederhanakan

Sehingga nilai consistency ratio (CR) adalah :


CI
𝐶𝑅 =
𝑅𝐼
0.064
=
1.12
= 0.057
Dari hasil tersebut dilakukan perhitungan rata-
rata bobot, yaitu nilai dibagi dengan jumlah nilai tiap Karena nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan
kolom. Selanjutnya dihitung nilai eugen factor dari bahwa responden konsisten dengan jawabannya.
hasil rata-rata bobot relative untuk setiap factor. Nilai konsistensi 0,057 atau sama dengan 5.7 %
dapat di terima karena lebih kecil dari 10 %.
Tabel 4. Matrik normalisasi dan perhitungan eugen factor
Tabel 6. Vektor prioritas tiap kriteria

Dari hasil tersebut dihitung konsistensi index,


untuk mengukur konsistensi rasio. 2) Analisa performansi
Analisa peformansi merupakan penilaian
λ max − 𝑛 terhadap tiap-tiap alternatif desain yang dihasilkan
Consistensi Indek (CI) = 𝐶𝐼 =
𝑛−1 dari fase kreatif. Analisa ini dilakukan untuk
mengetahui alternatif yang memiliki nilai
Dimana λmax = jumlah hasil kali dari jumlah performansi tertinggi untuk dikembangkan Analisa
kolom dengan eugen factor, dan n = jumlah dilakukan secara brainstorming dengan pemilik
kriteria = 5 peternakan ayam petelur Muna Group dan tukang las.
λmax = ( 6.000x 0.149) + (2.200x 0.455) + Berikut hasil penilaiannya:
7 Abdul Rokhman / Perancangan Mesin Penanganan Limbah Ternak Ayam Petelur Dengan Metode Value Enginering

Tabel 7. Vektor prioritas tiap kriteria E. Fase Rekomendasi


Pada fase terakhir Rekayasa Nilai di penelitian
ini direkomendasikan bahwa pembuatan mesin
conveyor untuk penanganan limbah ternak ayam
petelur lebih murah dan memiliki nilai performansi
lebih baik dibanding mesin scrapper. Dengan
dibuatnya mesin tersebut akan meminimalisir
Pada tabel diatas diketahui alternatif mesin masalah limbah, penghematan biaya, waktu
conveyor memiliki performansi tertinggi. Kemudian pembersihan kandang dan kemampuan penambahan
dilakukan perbandingan biaya pembuatan dan kapasitas hewan ternak.
performansi tiap alternatif sebagai berikut:
F. Prototyping
Tabel 8. Perbandingan nilai
dalam penelitian ini jenis prototyping yang
digunakan adalah model pembuktian produk, yaitu
dibuatnya suatu bentuk eksak dari rancangan disain
untuk menguji fungsionalitas produk.

1) Bill Of Material ( BOM )


- Terlampir
alternatif mesin conveyor memiliki nilai tertinggi 2) Operation Process Chart ( OPC )
sebesar 0.027 Maka alternatif mesin conveyor yang - Terlampir
terpilih untuk dikembangkan.
3) Instalasi
D. Fase Pengembangan Setelah semua part sudah selesai dipersiapkan
Dalam fase ini, alternatif produk terpilih akan kemudian dilakukan instalasi pada kandang untuk
disempurnakan agar dapat berjalan dengan baik. mengetahui performa dan reliabilitas dalam rangka
Pengembangan dilakukan pada segi penyempurnaan untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
disain dan penggunaan material untuk memperoleh perlu dilakukan pada produk.
biaya dan kinerja optimal. Perubahan yang dilakukan
antara lain:

1) Pengembangan disain gearbox dari model


terpisah ke model menyatu agar lebih mudah saat
instalasi dan perawatan.

Gambar 9. Instalasi conveyor

Gambar 7. Gearbox terpisah (kiri) dan Gearbox menyatu


(kanan)
Gambar 10. Tes jalan
2) Pengembangan disain bagian scrapper dengan
penambahan fungsi moncong untuk G. Analisa dan Pembahasan
memudahkan memasukkan kotoran kedalam 1) Analisa biaya kerja
karung Dilakukan perhitungan biaya breakdown selama
5 tahun sebelum dan sesudah menggunakan conveyor
untuk penanganan limbah ternak ayam petelur
sebagai berikut:
 Biaya pokok transportasi ke TPA tiap pekan.
- Tiket masuk TPA : Rp15.000.00
- Transport : Rp50.000.00
Gambar 8. Design scrapper awal (kiri) Design scrapper final - Tenaga kerja : Rp90.000.00
(kanan) - Total biaya / 1 pekan = Rp155.000.00
- Total biaya / 5 tahun = Rp37.200.000.00
8 Abdul Rokhman / Perancangan Mesin Penanganan Limbah Ternak Ayam Petelur Dengan Metode Value Enginering

 Biaya sebelum menggunakan Conveyor PUSTAKA:


- Tenaga 1 orang pekerja : Rp90.000.00 x 3 kali Artikel Jurnal
kerja / pekan [1] Aziz, A. (2010). Produk Mesin Compos Mini
= Rp270.000.00 / pekan Produksi. Universitas Andalas, Padang, 9(2),
- Total biaya / 5 tahun = Rp64.800.000.00 81–84.
[2] Jefi, M., Cahyono, N., & Trisunarno, L. (2012).
 Biaya setelah menggunakan Conveyor Penerapan Metode Value Engineering Pada
- Biaya investasi mesin :Rp5.500.000/mesin x Pengembangan Desain Jamban Sehat dan
6 baris Ekonomis ( Studi Kasus : Pengusaha Sanitasi
= Rp33.000.000.00 Jawa Timur ), 1, 506–509.
- Biaya perawatan mesin / 5 tahun: [3] Nurwidiana, Eli, M., & Wiwiek, F., (2018).
= Rp375.000.00 Rancang Bangun Mesin Penyamak Kulit Ikan
- Biaya listrik : Rp820.00 / hari /6 mesin Pari Dengan Metode Metode Rekayasa Nilai
- Biaya listrik / 5 tahun = Rp1.476.000.00 Dan Analytical Hierarkie Process (Ahp)
BUKU
Jadi total biaya untuk 5 tahun adalah: [4] Widodo, ID. 2003. Perencanaan dan
Biaya total conveyor = investasi mesin + Biaya Pengembangan Produk. Yogyakarta: UII Press
perawatan + biaya listrik Biaya + transportasi ke TPA Indonesia
Biaya total conveyor = Rp33.000.000.00 + [5] Ulrich K. T., dan S. D. Epinger.Product Design
Rp375.000.00 + Rp1.476.000.00 + Rp37.200.000.00 and Product Development. Singapore: McGraw
Hill, 1995.
-Total biaya / 5 tahun = Rp72.051.000.00

2) Analisa waktu kerja


Berikut perbandingan waktu kerja yang Semarang, Juli 2019
diperlukan dalam proses pembersihan limbah Mengetahui
sebelum dan sesudah menggunakan conveyor: Pembimbing I

Tabel 9. Perbandingan waktu kerja

Wiwiek Fatmawati, ST, M.Eng

V. KESIMPULAN Pembimbing II
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
perancangan mesin penanganan limbah ternak ayam
petelur diperoleh beberapa kesimpulan berikut:
a. Dengan menggunakan conveyor, limbah feses
ayam dapat dikumpulkan setiap hari kedalam
karung dengan waktu kerja yang singkat,
sehingga mampu segera mengurangi gas
ammonia yang terbawa di udara.
b. Menggunakan conveyor untuk limbah ternak Nurwidiana, ST, MT
dapat memotong waktu dan tahapan kerja
dibanding proses pembersihan secara
manual. Selain itu peternak juga diuntungkan
karena biaya operasional dan perawatan
yang minim.

Anda mungkin juga menyukai