Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mencermati perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada


saat ini mengalami perkembangan begitu pesatnya seiring dengan tuntutan
kehidupan masyarakat yang semakin tinggi. Bersama dengan itu pula terjadi
perubahan dalam berbagai kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan dipengaruhi oleh tuntutan hidup dari
masyarakat ini, maka peaa insinyur terus berusaha mempelajari dan
mengembangkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat khususnya yang berkaitan erat dengan dunia industri.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala


aspek kehidupan masyarakat itulah, khususnya di bidang industri
pembuatan paving block juga turut mengalami kemajuan guna menemukan
satu bentuk yang dapat memberikan kepuasan bagi para penggunanya.
Paving blok merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan
sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah.
Paving blok dikenal juga dengan sebutan bata beton (concrete block) atau
cone blok.

Sebagai bahan penutup dan pengerasan permukaan tanah, paving


blok sangat luas penggunaannya untuk berbagai keperluan, mulai dari
keperluan yang sederhana sampai penggunaan yang memerlukan spesifikasi
khusus. Paving blok dapat digunakan untuk pengerasan dan memperindah
trotoar jalan di kota-kota, pengerasan jalan di komplek perumahan atau
kawasan pemukiman, memperindah taman, pekarangan dan halaman
rumah, pengerasan areal parkir, areal perkantoran, pabrik, taman dan
halaman sekolah, serta di kawasan hotel dan restoran. Paving blok bahkan

1
dapat digunakan pada areal khusus seperti pada pelabuhan peti kemas,
Bandar udara, terminal bis dan stasiun kereta. Dibandingkan dengan aspal,
pemakaian paving block sangat efisien penggunaannya. Paving block lebih
dapat menyerap panas dan air lebih cepat disbanding aspal. Di Indonesia
penggunaan paving blok sudah banyak dijumpai, seperti pada trotoar jalan
dan alun-alun di ibukota provinsi atau kabupaten terlihat menggunakan
paving blok.

Diantara berbagai macam alternatif penutup permukaan tanah,


paving blok lebih memiliki banyak variasi baik dari segi bentuk, ukuran,
warna, corak dan tekstur permukaan, serta kekuatan. Penggunaan paving
blok juga dapat divariasikan dengan jenis paving atau bahan bangunan
penutup tanah lainnya. Proses pembuatan paving blok relatif mudah untuk
dilakukan dan tidak memerlukan persyaratan khusus lokasi. Karena itu untuk
melakukan usaha pembuatan paving blok hampir merata dapat di lakukan di
seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sumber bahan baku.

1.2 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu:

 Untuk mengetahui definisi dari paving block


 Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dari perkerasan
menggunakan paving block
 Untuk mengetahui mutu dan syarat yang memenuhi standar perkersan
jalan untuk paving block

1.3 Manfaat

Makalah ini sangat bermanfaat bagi para pembaca yaitu salah


satunya agar para pembaca lebih mengetahui tentang apa itu paving block,
keunggulan dan kelemahan paving block, mutu dan syarat dari paving block
dll., sehingga para pembaca dapat mengaplikasikan paving block dengan
baik dan benar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paving Block

Paving block mulai dikenal dan dipakai di Indonesia terhitung


sejak tahun 1977/1978, dimulai dengan pemasangan trotoar di Jalan
Thamrin dan untuk terminal bis Pulogadung, keduanya di Jakarta. Sekarang
pemakaiannya sudah tersebar di seluruh kota di Indonesia, baik digunakan
sebagai tempat parkir, terminal, jalan setapak dan juga perkerasan jalan di
kompleks-kompleks perumahan serta untuk keperluan lainnya. Ada
beberapa definisi dari paving block itu sendiri yakni :

1. Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah


suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen
Portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan
atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu
beton tersebut.
2. Paving block menurut SK SNI T-04-1990-F, paving block adalah
segmen-segmen kecil yang terbuat dari beton dengan bentuk segi
empat atau segi banyak yang dipasang sedemikian rupa sehingga
saling mengunci (Dudung Kumara, 1992; Akmaluddin dkk. 1998).
3. Paving block menurut SNI 03-0691-1996 didefinisikan sebagai
suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran
semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan
agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak
mengurangi mutu paving block itu.

3
Dari beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa paving block sebuah
komposisi bahan bangunan yg terbuat dari bahan perekat, air dan agregat,
sehingga karakteristiknya hampir mendekati dengan karakteristik mortar.
Mortar adalah bahan bangunan yang dibuat dari pencampuran antara pasir
dan agregat halus lainnya dengan bahan pengikat dan air yang dalam
keadaan keras mempunyai sifat-sifat seperti batuan (Smith, 1979 dalam
Malawi, 1996).

Lapis perkerasan paving block adalah jenis perkerasan segmental,


dimana lapis permukaannya menggunakan unit-unit blok beton atau
segmental beton yang disusun sedemikian rupa sehingga unit-unit blok
beton tersebut saling kunci mengunci interlocking antara unit blok yang
satu dengan unit blok lainnya. Paving block dapat berwarna seperti aslinya
atau diberikan zat pewarna pada komposisinya dan digunakan untuk lantai,
baik di dalam maupun di luar bangunan. Paving block untuk lantai harus
mempunyai bentuk yang sempurna, tidak terdapat retak-retak dan cacat,
serta bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan
tangan.

2.2 Keunggulan dan Kelemahan Paving Block

Keberadaan paving block bisa menggantikan aspal dan pelat


beton, dengan banyak keuntungan yang dimilikinya. Paving block
mempunyai banyak kegunaan diantaranya sebagai lapisan perkerasan
terminal bis, parkir mobil, pejalan kaki, taman kota, dan tempat bermain,
namun paving block juga memiliki kelemahan. Berikut beberapa keunggulan
dan kelemahan dari paving block :

4
a. Keunggulan paving block:
 Dapat diproduksi secara massal.
 Dapat diaplikasikan pada pembangunan jalan dengan tanpa
memerlukan keahlian khusus.
 Pada kondisi pembebanan yang normal paving block dapat
digunakan selama masa-masa pelayanan dan paving block tidak
mudah rusak.
 Paving block lebih mudah dihamparkan dan langsung bisa
digunakan tanpa harus menunggu pengerasan seperti pada
beton
 Tidak menimbulkan kebisingan dan gangguan debu pada saat
pengerjaannya.
 Paving block menghasilkan sampah konstruksi lebih sedikit
dibandingkan penggunaan pelat beton.
 Adanya pori-pori pada paving block meminimalisasi aliran
permukaan dan memperbanyak infiltrasi dalam tanah.
 Perkerasan dengan paving block mampu menurunkan
hidrokarbon dan menahan logam berat.
 Paving block memiliki nilai estetika yang unik terutama jika
didesain dengan pola dan warna yang indah
(www.paving.org.uk).
 Perbandingan harganya lebih rendah dibanding dengan jenis
perkerasan konvensional yang lain.
 Pemasangannya cukup mudah dan biaya perawatannya pun
murah (www.paving.org.uk).

5
b. Kelemahan dari paving block :
 Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat dan
 kurang nyaman untuk kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Sehingga perkerasan paving block sangat cocok untuk
mengendalikan kecepatan kendaraan di lingkungan permukiman
dan perkotaan yang padat.

2.3 Klasifikasi Paving Block


Klasifikasi dari paving block didasarkan atas bentuk, tebal,
kekuatan dan warna antara lain, yaitu:
1. Klasifikasi berdasarkan bentuk
Ada beberapa macam bentuk dari paving block yang
diproduksi, namun secara garis besar bentuk paving block dapat
dibedakan atas:
a. Paving block bentuk segiempat (rectangular)
b. Paving block bentuk segibanyak
Pemakaian dari bentuk paving block disesuaikan dengan
keperluan. Untuk keperluan konstruksi perkerasan pada jalan
dengan lalulintas sedang sampai berat (misalnya: jalan raya,
kawasan industri, jalan umum lainnya), karenanya penggunaan
paving block bentuk segiempat lebih cocok. Kuipers (1984) dalam
penelitiannya berkesimpulan bahwa pemakaian bentuk segiempat
untuk lalulintas sedang dan berat lebih cocok karena sifat
pengunciannya yang konstan serta mudah dicungkil apabila
sewaktu-waktu akan diadakan perbaikan. Untuk keperluan
konstruksi ringan (misalnya: trotoar plaza, tempat parkir, jalan
lingkungan) dapat dipakai bentuk segiempat maupun segibanyak.

6
2. Klasifikasi berdasarkan tebal
Paving block yang diproduksi secara umum mempunyai
ketebalan 60 mm, 80 mm, dan 100 mm. Pemakaian dari masing-
masing ketebalan paving block disesuaikan dengan kebutuhan
sebagai berikut:

a. Paving block dengan ketebalan 60 mm diperuntukkan bagi


beban lalulintas ringan yang frekuensinya terbatas pada
pejalan kaki dan kadang-kadang sedang.
b. Paving block dengan ketebalan 80 mm, diperuntukkan bagi
beban lalulintas sedang yang frekuensinya terbatas pada
pick up, truck, dan bus.
c. Paving block dengan ketebalan 100 mm. diperuntukkan
bagi beban lalulintas berat, antara lain: crane, loader, dan
alat berat lainnya. Paving block dengan ketebalan 100 mm
ini sering dipergunakan di kawasan industri dan pelabuhan.

Klasifikasi paving block ini bukan berdasarkan dimensi,


menging banyaknya variasi bentuk dari paving block. Dimensi
paving block untuk bentuk rectangular berkisar antara 105 mm x
210 mm. Shackel (1980) dalam penelitiannya yang berkaitan
dengan dimensi menyimpulkan bahwa perubahan dalam dimensi
paving block tidak terlalu berpengaruh pada penampilannya
sebagai perkerasan untuk kepentingan lalulintas.

3. Klasifikasi berdasarkan warna


Warna selain menampakkan keindahan juga digunakan
sebagai pembatas seperti pada tempat parkir. Warna paving block
yang ada di pasaran adalah merah, hitam dan abu-abu.

7
4. Klasifikasi berdasarkan kekuatan
Untuk klasifikasi paving block berdasarkan kekuatan
terdiri dari:
 Paving block mutu A : di gunakan untuk perkerasan jalan
 Paving block mutu B : di gunakan untuk pelataran parkir
 Paving block mutu C : di gunakan untuk pejalan kaki
 Paving block mutu D : digunakan untuk taman dan
penggunaan lain

Untuk kuat tekan dari paving block dapat di liaht pada table di
bawah ini
Tabel 2.1 Kekuatan fisik paving block

8
2.4 Pola Pemasangan Paving Block

Dalam pelaksanaan pemasangan lapis perkerasan paving block


dipergunakan beberapa pola pemasangan paving block, yaitu:

 Pola susunan bata

Gambar 2.1 pola susunan bata

 Pola susunan anyaman tikar (basket wave patern)

Gambar 2.2 pola susunan anyaman tikar

9
 Pola tulang ikan (herringbone pattern)

Gambar 2.3 pola susunan tulang ikan

Dari beberapa alternatif pola pasang di atas, pemilihan


pemakaian berdasarkan alasan teknis dan non teknis. Alasan non
teknis adalah untuk mendapatkan penampilan yang baik,
sedangkan alasan teknis adalah untuk mendapatkan interlocking
(penguncian) yang baik. Shackel (1980) menyatakan bahwa
paving block yang dihampar dengan pola tulang ikan
mengembangkan secara penuh daya penguncinya dan daya
tahan terhadap beban hingga 70 KN serta mempunyai
penampilan yang lebih baik jika dibandingkan dengan pola
hampar lain.

10
2.5 Bahan dan Proses Pembuatan Paving Block

Seperti yang kita ketahui bahwa bahan baku paving block yang
utama adalah pasir dengan gradasi baik dan semen sebagai bahan pengikat.
Adapun komposisi dari adukan yang umum dipakai (semen : pasir) adalah :
1 : 3 ; 1 : 4 ; 1 : 5 bahkan lebih sesuai dengan mutu yang diinginkan.
Disamping itu dapat ditambahkan bahan substitusi lainnya seperti abu batu,
abu terbang, kapur dan bahan lainnya yang dapat memperbaiki mutu dari
paving block tersebut.

Paving block dapat diproduksi baik secara mekanis, cara semi


mekanis dan secara manual dengan cetak tangan. Pada umumnya mutu
paving block yang diproduksi dengan peralatan mekanis memiliki mutu yang
tinggi. Bahan-bahan dicampur dalam perbandingan tertentu sesuai dengan
peruntukan dan mutu yang direncanakan, kemudian dicetak dan dipadatkan
dengan getaran. Setelah dibuka dari cetakannya disimpan pada tempat yang
terlindung dari panas matahari langsung dan hembusan angin yang
berlebihan. Supaya hasilnya lebih baik dilakukan perawatan seperti beton
dengan penyiraman secara teratur. Setelah mencapai umur 28 hari paving
block dapat diuji mutunya dan siap untuk dipasarkan.

Dari hasil penelitian yang menggunakan limbah kapur soda 1 : 4


terhadap volume diperoleh kuat tekan 214 kg/cm2 termasuk mutu III
(Abdurachim A, 1993). Penelitian lain menunjukkan penambahan abu
terbang sebagai bahan substitusi pengganti semen sangat memuaskan yaitu :
sebesar 30% dari berat semen untuk mutu I (400 kg/cm2), untuk mutu II (300
kg/cm2) sebesar 40% dan untuk mutu III (200 kg/cm2) mencapai 50% dari
berat semen (Andriati AH dkk, 1990; Abdurachim A. dkk, 1993).

11
Berikut beberapa penjelasan mengenai bahan – bahan penyusun
dari paving block itu sendiri:

A. Semen Portland
Semen portland adalah bahan perekat hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama
dari silikat kalsium yang bersifat hidrolis). Semen hidrolis sendiri
adalah semen yang dapat bereaksi dengan air dan menghasilkan
benda keras yang stabil dan tidak mudah larut (Wuryat Samekto
& Candra Rahmadiyanto, 2001). Type semen menurut SNI 15-2094-
2004 dan ASTM C-150-2004 adalah sebagai berikut :
 Type I (Ordinary Portland Cement) adalah semen
yang dipakai untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus.
 Type II (Moderate Sulfat Resistance) adalah semen
Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat sedang dan panas hidrasi
sedang.
 Type III (High Early Strength) adalah semen Portland
yang dalam penggunaannya memerlukan kuat tekan awal
yang tinggi.
 Type IV (Low Heat of Hydration) adalah semen
Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi rendah, biasanya digunakan untuk struktur beton
seperti Dam.
 Type V (Sulfat Resistance) adalah semen Portland yang
dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap
sulfat yang tinggi

12
B. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi
sebagai bahan pengisi dalam campuran beton atau mortar
(Wuryati Samekto & Candra Rahmadiyanto, 2001). Agregat
(bahan pengisi) di dalam adukan beton menempati kurang lebih
70% dari volume beton / mortar. Oleh karena itu sifat- sifat agregat
sangat mempengaruhi sifat-sifat beton / mortar yang dihasilkan.
Sifat yang paling penting dari agregat ialah kekuatan
hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi
ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik
penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap pengaruh
musim dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.
Tujuan penggunaan agregat dalam beton / mortar adalah (Wuryati
Samekto & Candra Rahmadiyanto, 2001) :
1. Menghemat pemakaian semen
2. Untuk menghasilkan kekuatan yang besar
3. Untuk mengurangi susut beton / mortar
4. Untuk mendapatkan susunan yang padat pada beton / mortar
5. Untuk mengontrol agar adukan memiliki workability yang baik.

Berikut beberapa klasifikasi agregat menurut sumber, bentuk,


berat jenis, dan sebagainya :
1. Ditinjau dari sumbernya
Ditinjau dari sumbernya agregat dibagi menjadi dua cara,
agregat alam dan agregat buatan.
a. Agregat Alam
Agregat alam yaitu agregat yang berasal dari alam tanpa
pengolahan terlebih dahulu. Agregat alam pada umumnya
menggunakan bahan baku batu alam hasil penghancurannya.
Sebagian besar dari agregat yang berasal dari alam
materialnya berasal dari batuan padat. Ada tiga jenis batuan

13
yang digunakan sebagai sumber agregat yaitu : (i) batuan beku,
(ii) batuan endapan dan (iii) batuan metamorf. Penggolongannya
dari tiga jenis batuan ini didasarkan pada proses pembentukan
batuan (Concrete Technology)
 Batuan Beku
Batuan beku yang digunakan sebagai sumber
agregat sangat baik untuk beton, karena sifatnya yang
keras, kuat dan padat. Batuan ini cenderung berwarna
terang dan gelap. Proses terjadinya batuan beku karena
meletusnya gunung berapi, akibat magma yang dikandung
berupa lava dan mengadakan kontak dengan udara dan
akhirnya membeku.
 Batuan Endapan
Batuan yang terjadi karena lapuk (hilang) akibat
terkena erosi yang mengakibatkan pelapukan pada batu
yang lama kelamaan hacur menjadi butiran-butiran halus
dibawa oleh air, diendapkan disuatu tempat yang makin lama
makin tebal sehingga membentuk batuan endapan.
Kualitas agaregat yang berasal dari batuan ini bervariasi
tergantung pada proses pembentukan yang terjadi.
 Batuan Metamorf
Batuan induknya berasal dari batuan beku dan
batuan endapan yang terjadi akibat tekanan dan suhu yang
tinggi.
b. Agregat Buatan
Agregat buatan adalah agregat yang dihasilkan sebagai hasil
sampingan atau bahan buangan dari suatu produk tertentu.
Contoh agregat buatan adalah: pecahan bata atau potongan batu
bata yang tidak dipakai, limbah beton dan limbah plastik
termasuk limbah botol plastik yang dibuat mirip dengan
bentuk agregat.

14
2. Ditinjau dari berat jenisnya
Ditinjau dari berat jenisnya agregat dibedakan atas tiga
macam yakni agregat normal, agregat ringan dan agregat berat :
 Agregat ringan, jenis agregat ini dipakai untuk
menghasilkan beton ringan dengan berat isi tidak lebih
dari 2100 kg/m3. Beton yang bibuat dengan agregat ringan
mempunyai sifat yang tahan api.
 Agregat normal, jenis agregat ini dapat digunakan untuk
tujuan umum dan menghasilkan beton dengan berat isi umum
antara 2100-2700 kg/m3.
 Agregat berat, agregat berat dapat digunakan secara efektif
dan ekonomis untuk jenis beton yang harus dapat menahan
radiasi sehingga dapat memberi perlindungan sinar x, sinar y
dan neutron. Agregat ini dipakai dalam pembuatan beton
dengan berat isi tinggi lebih dari 2700 kg/m3.

3. Ditinjau dari bentuknya


Bentuk dari agregat sangat penting pada beton karena
mempengaruhi workability beton. Bentuk dari agregat
dipengaruhi oleh jenis batuannya dan proses pemecahan
batuannya. Ditinjau dari bentuknya agregat digolongkan dalam
bentuk-bentuk sebagai berikut (Wuryati Samekto & Candra
Rahmadiyanto, 2001):
 Bulat
Umumnya agregat ini berbentuk bulat atau bulat
telur. Agregat ini banyak ditemukan disungai atau pantai dan
mempunyai rongga udara minimum, ini berarti agregat
mempunyai resiko luas permukaan yang kecil, sehingga
hanya memerlukan sedikit pasta semen untuk
menghasilkan adukan beton yang baik. Tetapi ikatan antar
butir-butir menjadi kurang kuat sehingga ikatannya
(lekatannya) lemah. Oleh karena itu, agregat seperti ini

15
tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan
jalan raya.
 Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, mempunyai sudut-sudut
yang tajam dan permukaannya kasar. Agregat ini terbentuk
karena pecahan mesin pemecah batu.
 Pipih
Agregat pipih ialah agregat yang memiliki
perbandingan ukuran terlebar dan tertebal pada butiran itu
lebih dari tiga (T < 1/3 L), biasanya berasal dari batu - batuan
yang berlapis.
 Memanjang (lonjong)
Butir agregat dikatakan memanjang (lonjong) jika
perbandingan ukuran yang terpanjang (terbesar) dan
terlebar lebih dari tiga (L < 1/3 P). Butir yang terlalu
pipih dan yang terlalu panjang tidak boleh melebihi 20%.

4. Ditinjau dari besar butirannya


Ukuran agregat maksimum yang digunakan untuk beton
tergantung pada tujuan penggunaannya. Ukuran agregat maksimum
yang biasa digunakan dalam pembuatan beton pada umumnya adalah
5-50 mm. Agregat dibagi menjadi dua kategori berdasarkan
ukurannya (ASTM D 8 – 94):

a. Agregat kasar, ukurannya lebih besar dari 4,75 mm.


b. Agregat halus, ukurannya lebih kecil dari 4,75 mm.

Berdasarkan SK SNI T-15-1990-03 agregat halus untuk beton


adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari
batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir sebesar 5 mm. Sedangkan
agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil

16
disintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu dan mempunyai ukuran butir
antara 5-40 mm. Besar butir yang direncanakan tergantung pada
pemakaian.

5. Kekuatan Agregat
Kekuatan dari agregat sangat menentukan terhadap kuat
tekan beton / mortar yang akan dibuat. Untuk beton struktural
dengan kekuatan yang tinggi memerlukan agregat yang keras dan
kuat. Kekuatan agregat dapat diuji dengan kuat tekan langsung atau
kuat tekan tidak langsung. Pengujian kuat tekan langsung biasanya
benda uji masih berupa batu alam yang belum dipecah, bentuk dari
benda uji dibuat kubus ukuran 50 x 50 x 50 mm atau bentuk silinder
dengan diameter 50 mm dan tinggi 100 mm, kemudian ditekan
dengan mesin tekan, sampai mencapai beban maksimum. Kuat
tekannya dinyatakan dengan beban maksimum dibagi dengan luas
penampang. Pengujian kuat tekan tidak langsung,yaitu diuji
kekerasannya.
Pada umumnya cara ini yang paling banyak digunakan
untuk mengetahui kekuatan agregat. Untuk mengetahui kekerasan
agregat, menurut stándar pengujian yang berlaku di Indonesia adalah
dengan ditest abrasi dengan menggunakan alat Los Angelos, atau
diuji kuat hancurnya dengan bejana tekanan Rudeloff. Hubungan
antara keausan agregat yang diuji dengan bejana british dengan kuat
tekan batuan induknya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

17
Gambar 2.4 Hubungan keausan agregat dengan kuat tekan batuan induk

6. Susunan Besar Butiran (Gradasi)


Gradasi adalah distribusi ukuran butiran dari agregat.
Susunan butiran atau gradasi dari agregat akan mempengaruhi
kepadatan beton. Agar beton yangdihasilkan memiliki kepadatan
yang baik maka, susunan butiran harus bervarias dari yang besar
sampai yang kecil. Untuk mengetahui susunan butiran dapat
dilakukan dengan analisa ayak. Syarat susunan butiran di Indonesia
diatur dalam SKSNI, Namun sering juga menggunakan syarat
susunan butiran berdasarkan ASTM atau British Standard. Menurut
Standard tersebut gradasi agregat harus memenuhi syarat seperti
tersebut dibawah ini:

18
 Persyaratan gradasi agregat kasar
Syarat susunan butiran menurut BS 882 : 1973 dan ASTM
Standard C33 – 74 adalah sebagai berikut:
Table 2.2 Gradasi agregat

Lubang ayakan Persen butir yang lewat ayakan


Besar butir maksimum
40 mm 20 mm 12.5 mm
40 95-100 100 100
20 30-70 95-100 100
12.5 - - 90-100
10 10-35 25-55 40-85
4.8 0-5 0-10 0-10

 Persyaratan gradasi agregat halus


Susunan gradasi agregat halus menurut BS 882 yang
juga dipakai di Indonesia saat ini dibagi menjadi 4 zone atau
daerah dan ASTM dengan gradasi masing-masing sebagai berikut:
Table 2.3 Gradasi agregat halus menurut BS

Lubang Persen berat butir yang lewat ayakan


Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
ayakan
10 100 100 100 100
4.8 90 -100 90 -100 90 -100 95 -100
2.4 60 - 95 75 -100 85 -100 95 -100
1.2 30 -70 55 - 90 75 -100 90 -100
0.6 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 -100
0.3 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 – 50
0.015 0 -10 0 -10 0 -10 0 -15

19
Gambar 2.5 Grafik gradasi pasir zona1

Gambar 2.6 Grafik gradasi pasir zona2

Gambar 2.7 Grafik gradasi pasir zona 3

20
Gambar 2.8 Grafik gradasi pasir zona 4

Persyaratan susunan butiran agregat selain ada yang


menggunakan persen tertinggal kumulatif dan persen tembus
kumulatif ada juga yang menggunakan angka kehalusan
(fineness modulus). Angka kehalusan adalah jumlah persen
tertinggal kumulatif pada tiap-tiap ayakan dari statu seri
ayakan yang ukuran lubangnya 2 kali lipat dimulai dari ayakan
berukuran 0,15 mm dibagi seratus. Berdasarkan angka
kehalusan menurut SK SNI S-04-1989-F agregat kasar memiliki
angka kehalusan 6,0-7,10. Sedangkan pada agregat halus memiliki
angka kehalusan 1,5-3,8.

C. Air
Air adalah salah satu bahan yang penting dalam
pembuatan beton, air diperlukan agar terjadi reaksi kimia dengan

21
semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas agregat agar
mudah dalam pengerjaannya. Air yang umumnya dapat digunakan
untuk beton adalah air yang dapat diminum (Tri Mulyono, 2003).
Tetapi tidak semua air dapat memenuhi syarat tersebut karena
mengandung berbagai macam unsur yang dapat merugikan. SK SNI S-
04-1989-F mensyaratkan air yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan sebagai berikut:
 Air harus bersih
 Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya yang dapat dilihat secara visual.
 Tidak mengandung benda-benda yang tersuspensi lebih dari 2
gram/liter.
 Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih
dari 15 gram/liter.
 Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 ppm dan
senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 ppm sebagai SO3.
 Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan dan beton
yang memakai air suling, maka penurunan kekuatan adukan
dan beton yang memakai air yang diperiksa tidak lebih dari
10%.
 Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara
kimia dan dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.
 Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat tersebut
diatas tidak boleh mengandung klorida lebih dari 50 ppm.

2.6 Mutu dan Syarat

Adapun mutu dan standar yang disyaratkan untuk paving block agar
memenuhi syarat perkerasan jalan menurut SNI 03-0691-1996:

 mempunyai bentuk yang sempurna.

22
 tidak retak-retak dan cacat.
 bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan
kekuatan tangan.

Serta berikut bentuk dan ukuran yang disyaratkan menurut SNI 03-0691-
1996:

 Berdasarkan bentuknya paving block dapat dibedakan menjadi


dua yaitu bentuk segi empat dan segi banyak.
 Ketebalan 6 cm, 8 cm dan 10 cm, Warna umumnya abu-abu atau
sesuai dengan pesanan konsumen.
 Toleransi ukuran yang disyaratkan adalah ± 2 mm untuk ukuran
lebar bidang dan ± 3 mm untuk tebalnya serta kehilangan berat
bila diuji dengan natrium sulfat maksimum 1%.

table 2.4 Kekuatan fisik paving block

Sedangkan menurut British Standart 6717 Part I 1986 tentang Precast


Concrete Paving Blocks, persyaratan untuk paving block antara lain sebagai
berikut :

 Paving block sebaiknya mempunyai ketebalan tidak kurang dari 60


mm.

23
 Ketebalan paving block yang baik yaitu 60 mm, 65 mm, 80 mm, dan
100 mm.
 Paving block dengan bentuk persegi panjang sebaiknya mempunyai
panjang 200 mm dan lebar 100 mm.
 Tali air yang terdapat pada seputar badan paving block sebaiknya
mempunyai lebar tidak lebih dari 7 mm.
 Toleransi dimensi pada paving block yang diijinkan yaitu :
o Panjang ± 2 mm
o Lebar ± 2 mm
o Tebal ± 3 mm
 Faktor koreksi kuat tekan pada paving block menurut ketebalannya :
Tabel 2.5 Faktor koreksi kuat tekan paving block

2.7 Cara Pengambilan Contoh

Contoh harus terdiri dari satuan yang utuh. Pengambilan harus


dilakukan oleh pembeli atau badan yang diberi kuasa olehnya. Contoh harus
mencerminkan jumlah seluruh satuan dari kelompok dan diambil secara
acak. Contoh diambil dari beberapa di dalam kelompoknya dan didalam
semua keadan.

24
2.8 Pemeliharaan

Pemeliharaan sehari-hari yang perlu dilakukan adalah


membersihkan permukaan paving blok dengan menyapu paving blok  untuk
menghilangkan debu. Jika terdapat ganggang hijau atau sejenis rerumputan
diantara paving blok  , lakukan pembersihan dengan menyikat ganggang  dan
memberi obat untuk membunuh ganggang, dan juga rerumputan harus
segera dicabut. Hal ini untuk menghindari jangan sampai akar rerumputan
bertumbuh di paving sehingga akan cepat merusak paving blok. Permukaan
paving blok jangan sampai terlalu lama tergenang oleh air, jika paving terlalu
lama terendam oleh air maka akan melemahkan kekuatan paving blok.
Dianjurkan supaya paving blok dua kali setahun diberikan obat pembunuh
rumput-rumputan umum seperti natrium klorat, untuk mencegah lumut dan
gulma tinggal di sendi pasir.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa


paving block adalah sebuah komposisi bahan bangunan yg terbuat dari
bahan perekat, air dan agregat, sehingga karakteristiknya hampir mendekati
dengan karakteristik mortar. Paving block ini memiliki beberapa kenggulan
namun paving block juga memiliki beberapa kekurangan. Dilihat dari mutu
dan persyaratannya, paving block dapat dimanfaatkan sebagai bahan lapis
perkerasan jalan atau yang lebih dikenal lapis perkerasan segmental.

3.2 Saran

Agar para pembaca lebih memahami tentang apa itu paving block
sehingga dapat mengaplikasikan kegunaan paving block dengan baik dan benar
serta mengetahui bagaimana cara merawat paving block agar selalu terjaga
keawetannya.

26

Anda mungkin juga menyukai