Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KELOMPOK

MATA KULIAH

PENGELASAN LANJUT

PTM A

KONSEP K3L DALAM PENGELASAN, KLASIFIKASI PENGELASAN DAN


PEMOTONGAN & PERENCANAAN KONSTRUKSI LAS
D
I

S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA KELOMPOK 1 :
 MHD. FAIZ ZAKI
 AHDA SABILA
 ALFREDO
 DAMIANUS DESRA SEMBIRING
 LEFRANDI SIMANJUNTAK

 PANGONDIAN ULI TEACHER SIAGIAN


 ARYA WIDYANTO
 PETER SINAGA
 MHD. ARIF
DOSEN PENGAMPU : Drs. Hidir Efendi, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat berupa
hidayah dan kelapangan waktu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONSEP K3L DALAM PENGELASAN, KLASIFIKASI PENGELASAN DAN
PEMOTONGAN & PERENCANAAN KONSTRUKSI LAS” dengan baik. Serta ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Drs. Hidir Efendi, M.Pd. sebagai dosen
pengampu yang sudah memebantu dalam penyelesain makalah ini.

Makalah ini membahas topik tentang “KONSEP K3L DALAM PENGELASAN,


KLASIFIKASI PENGELASAN DAN PEMOTONGAN & PERENCANAAN
KONSTRUKSI LAS” yang mana merupakan pokok bahasan penting dalam pembelajaran
pengelasan lanjut untuk di pelajari dan di aplikasikan terhadap kehidupan sehari-hari. Besar
harapan kami akan adanya kemanfaatan dari makalah ini khsusnya bagi kami selaku penulis
dan tentunya parapembeca sekalian.

Makalah ini disusun tentunya untuk menambah wawasan penulis serta pembaca
mengenai pembelajaran yang akan digunakan nantinya kepada peserta didik. Tentunya
makalah masih memiliki kesalahan yang mendasar dalam penyusunannya. Oleh karena itu,
kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Terima kasih…

Medan, Desember 2021

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I [PENDAHULUAN]

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Manfaat

BAB II [PEMBAHASAN]

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

B. APD Dalam Pengelasan

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Las Listrik

D. Keselamatan Pada Mesin Las Listrik

E. Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Las Listrik

F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Las GAS

G. Klasifikasi Pengelasan

H. Pemotongan Dalam Pengelasan

I. Sumber Panas

J. Perencanaan Konstruksi Las

K. Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan

L. Tanda – Tanda Gambar Dalam Pengelasan

M. Tanda Gambar Dasar Dan Pelengkap


BAB III [PENUTUP]

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan kesehatan kerja bagi seorang tenaga kerja sangat diperlukan, karena hal
tersebut sangat mempengaruhi dalam melakukan proses produksi suatu pekerjaan,
keselamatan kesehatan kerja itu harus diperhatikan oleh setiap tenaga kerja agar proses
produksi dalam pekerjaan dapat berjalan dengan aman dan baik. Bagi seorang welder (tukang
las) pada pengelasan las listrik, keselamatan kesehatan kerja sangat diperlukan, oleh karena
itu setiap welder harus memperhatikan tata cara yang benar dalam melakukan proses
pengelasan, agar keselamatan kesehatan kerja dapat terwujud dilingkungan pekerjaan. Oleh
karena itu keselamatan kesehatan kerja didalam proses pengelasan las listrik sangat
diperlukan.

Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan
dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut.
Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut vpada waktu ini dapat dibagi dua
golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang
digunakan. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan
lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok
seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan konsep K3L dalam pengelasan ?


2. Sebutkan klasifikasi pengelasan dan pemotongan ?
3. Apa saja perencanaan konstruksi las ?

C. Manfaat

1. Mengetahui konsep K3L dalam pengelasan ?


2. Mengetahui klasifikasi pengelasan dan pemotongan ?
3. Mengetahui perencanaan konstruksi las ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara Etimologis : Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga


kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap
sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien

Secara Filosofi : Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian
tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta hasil karya dan budaya dalam upaya
mencapai adil, makmur dan sejahtera

Secara Keilmuan : Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari
tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja.
B. APD Dalam Pengelasan

1. Pakaian Kerja Las atau Apron

Saat proses pengelasan akan ada percikan las dan panas yang dihadapi oleh pekerja,
sehingga pakaian khusus kerja las diperlukan agar melindungi bagian tubuh pekerja. Sebagai
tambahan, apron dada dan lengan berasal dari bahan kulit agar tidak jadi berlubang jika
terkena suhu panas percikan las.

2. Sarung Tangan Las atau welding gloves

Dibuat dari bahan kulit atau jenis bahan asbes yang memiliki kelenturan, sarung
tangan khusus tersebut berperan seperti apron. Yaitu, sarung pelindung tangan pekerja dari
percikan las dan suhu panas saat proses pengelasan.

3. Sepatu las atau safety shoes

Untuk perlindungan kaki, ada sepatu khusus las yang sifatnya isolator agar pekerja
terlindung dari bahaya sengatan listrik. Selain itu, sepatu tersebut bisa menjaga kaki pekerja
dari kejatuhan benda.
4. Helm atau Topeng las

Bagian wajah pekerja dilindungi dengan menggunakan helm atau topeng las. Selain
percikan las dan suhu tinggi, proses pengelasan juga menghasilkan sinar las yang akan
mempengaruhi mata jika tidak dilindungi. Maka, topeng las ini dilengkapi dengan tiga kaca
yang terdiri dari kaca bening, hitam dan bening, agar terjaga dari buruknya sinar tampak dan
ultraviolet. Terdapat pengkodean nomor kaca, yaitu nomor 6, 7, 8 , 10, 11, 12 dan 14 yang
semakin besar angkanya maka semakin gelap yang penggunaannya disesuaikan dengan
sebesar apa ampere listrik yang digunakan dan silaunya sinar yang dihasilkan dalam proses
pengelasan.

5. Masker Las

Proses pengelasan juga menghasilkan asap yang berbahaya untuk kesehatan


pernafasan pekerja. Sebab asap tersebut bukan asap biasa karena asalnya dari hasil
pembakaran bahan kimia dari bahan atau material las.

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Las Listrik

1. Keselamatan pada juru las

 Karena sinar
 Karena panas busur api dan pelindung dari arus
 listrik
 Pelindung dari asap las, debu dan gas.

2. Karena Cahaya dan Sinar

 Sinar Inframerah
 Sinar Ultrafiolet
 Cahaya tampak
 Sinar Inframerah
3. Karena panas busur api waktu mengelas

 Juru las harus melindungi diri dari timbulnya panasserta loncatan-loncatan busur api
yang tak tentu arah
 Dapat mengakibatkan luka bakar dan timbulnya kebakaran pada pakaian, untuk
menjaga agar terhindar dari busur api, maka juru las memakai pakaian las yang tahan
terhadap panas
 Juga juru las harus menjaga supaya pakaian kerja bebas dari minyak atau gemuk.

4. Karena Percikan terak

 Setelah selesai dalam pengelasan perlu adanya pembersihan terak untuk mengetahui,
baik buruknya hasil pengelasan.
 Waktu membersihkan perlu sekali menjaga terak-terak yang meloncat ke mata, maka
perlu memakai kaca mata.

5. Karena Arus Listrik

 Arus 1 Ma hanya menimbulkan kejutan yang kecil dan tidak membahayakan


 Arus 5 MA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi padaotot dan menimbulkan
rasa sakit.
 Arus 10 MA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat
 Arus 20 MA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot sehingga orang yang
kena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain.
 Arus 50 MA sudah sangat berbahaya
 Arus 100 MA akan mengakibatkan kematian
D. Keselamatan Pada Mesin Las Listrik

 Percikan bunga api sebaiknya tidak mengenai mesin las listrik.


 Mesin las listrik sebaiknya dimatikan apabila telah selesai digunakan.
 Kawat elektroda yang masih aktif dijauhkan atau sebaiknya dihindarkan dari mesin
las listrik.
 Tidak menaruh benda apapun diatas atau didekat sekitar mesin las listrik
 Mesin las listrik dibersihkan dari kotoran dan debu setelah selesai digunakan agar
kotoran dan bebu tidak mengendap didalam mesin las listrik.
 Melakukan perawatan khusus (shut down) secara berkala agar mesin dapat berfungsi
standart.
 Sebaiknya tidak melakukan penggerindaan disekitar mesin las listrik, karena hal
tersebut akan menyebabkan serbuk-serbuk besi masuk kedalam mesin las listrik

E. Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Las Listrik

1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Karena Debu dan Asap Las, yaitu :

 Peredaran udara atau ventilasi harus benar-benar di atus dan di upayakan, dimana
setiap kamar las dilengkapi dengan pipa penghisap debu dan asap yang
penempatannya jangan melebihi tinggi rata-rata/posisi wajah (hidung) operator las
yang bersangkutan.
 Menggunakan kedok/helm las secara benar, yakni pada saat pengelasan berlangsung
harus menutupi sampai dagu
 Menggunakan apron (baju las) yang terbuat dari kulit atau asbes
 Menggunakan alat pernapasan pelindung debu, jika rungannya tdak ada srkulai.
 Luka bakar pada mata dapat mengakibatkan iritasi dan resiko yang paling fatal adalah
mengalami katarak pada mata.
2. Upaya Pencegahan Luka Bakar :

 Menggunakan baju kerja dari bahan katun


 Mengenakan apron/jaket kulit
 Mengenakan sarung tangan kulit
 Mengenakan topi dari bahan kulit (terutama untuk pengelasan posisi di atas kepala)
 Mengenakan safety shoes
 Mengenakan helm/kedok las
 Mengenakan kacamata bening saat membuang terak

F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Las GAS

1. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan :

 Hindarkan bahaya kebakaran, jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar.


 Periksa sambungan tidak bocor, gunakan air sabun untuk mengeceknya, jangan
sekali-kali menggunakan api.
 Membuka atau mnutup kran tabung, tangan harus bebas minyak.
 Dilarang membuka kran tabung secara dihentakkan.
 Pergunakan kunci tabung yang khusus, jangan disambung dengan benda lainnya.
 Biarkan kunci tabung pada posisi dimana ia dibuka, khusus tabung Acetylene.
 Jangan berdiri di depan regulator ketika sedang membuka katup berdirilah di sebelah
sisi lainnya.
 Katub tabung tidak boleh lebih dibuka dari 1!/2 x putaran, sebaiknya ½ putaran.
 Gunakan tekanan kerja yang sesuai untuk pengelasan yang dimaksud.
 Tutup kembali katub-katub tabung setelah pengelasan, tabungyang kosong harus
ditandai.
 Dilarang menempatkan tabung dekat sumber panas, api, matahari
 Tabung-tabung ditempatkan pada Troly ataupun diletakkan ke dinding, harus diikat
erat-erat pada tempatnya.
 Jauhkan benda-benda keras yang dapat menimpa tabung gas.
 Memindahkan tabung gas, tutup pengamannya harus dipasang dan posisi tabung harus
direbahkan.
 Kemungkinan bahaya peledakan kontak dengan minyak maka : Dilarang melumasi
alat-alat perlengkapan gas
 Dilarang membersihkan alat-alat perlengkapan gas dengan kain/majun yang
berminyak.
 Dilarang memegang peralatan gas dengan tangan berminyak.
 Dilarang menggunakan kulit/gasket untuk memperapat sambungan pada alat
perlengkapan gas.

2. Pakailah alat-alat pengaman operator :

 Kaca mat alas yang sesuai


 Karung tangan las
 Baju pelindung las
 Sepatu kulit yang rapat dan kuat

3. Upaya Pencegahan Kecelakaan, Yaitu :

 Jaga ! pakaian harus bersih dari minyak pelumas


 Alat-alat, kran, manometer, pipa gas, koping yang rusak, jangan dipakai dan segera
lapor.
 Dilarang melilitkan pipa gas dan badan pada waktu proses pengelasan berlangsung.
 Jangan biarkan brander tetap menyala kalau tidak dipergunakan, jangan diletakkan
dilantai/ditanah.
 Brander tidak boleh dipakai untuk memukul sesuatu.
 Panjang dari selang gas harus benar-benar diperhitungkan, jangan terlampau
panjang/pendek.
 Selang gas yang pendek jangan disambung. Jangan menggunakan selang gas yang
rusak dan sangat tua.
 Hindarkan selang gas dari percikan api , benda-benda panas atau benda tajam lainnya.
 Selang gas tidak boleh berada melintang di tempat untuk jalan.
 Selang tidak boleh diikat/ditekuk untuk menstop gas walaupun sementara,
umpamanya pada penggantian brander.
 Usahakan ventilasi udara yang baik, jangan mengelas dalam ruangan tertutup.
 Hati-hati akan gas beracun yang timbul pada waktu pengelasan benda kerja yang
dilapisi cat, khususnya lapisan cat yang mengandung timah hitam ( lead meni )
 Lapisan-lapisan yang berbahaya lainnya adalah ledminum, timah hitam dan lain-lain.
 Jangan gunakan alas mengelas dari kayu kalau terpaksa mengelas di atas lantai
terlebih dahulu dibasahi atau dilapisi dengan asbes sebelum bekerja.
 Hati-hati mengelas drum/tangki yang mengandung minyak cat, paraffin, gas dan lain-
lain; bisa meledak.
 Pengelasan tangki/tabung terlebih dahulu disirami/diisi air, kemudian harus ada celah,
lubang untuk menandakan tekanan akibat panas.
 Siap sedia alat pemadam kebakaran.
 Menggunakan pakaian kerja yang lengkap berarti melindungi anggota badan dari
percikan-percikan api dan panas.
 Gunakan pemantik api las untuk menyalakan pembakar
 Menggantungkan pembakar yang menyala pada silinder, sangat berbahaya.
 Gunakan kereta dorong untuk mengangkut atau memindahkan silinder dan diikat
secara benar.
 Simpan silinder-silinder di tempat yang sejuk, kering, dan terlindung dari panas dan
terik matahari.
 Bengkel harus selalu bersih jauhkan barang atau benda-benda yang mudah terbakar.
 Hindari percikan api yang dapat menyebabkan kebakaran
 Hindari selang gas terkilir atau terputus sehingga aliran gas terganggu
 Hindari benda panas, tajam dan nyala api kena selang
G. Klasifikasi Pengelasan

Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan
dalam bidang las, ini disebabkan karena belum adanya kesepakatan dalam hal tersebut.
Secara konvesional cara-cara pengklasifikasiaan tersebut pada waktu ini dapat dibagi dalam
dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan cara kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang
digunakan. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan
lain-lainnya, sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok
seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Bila diadakan klasifikasi yang lebih
terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut di atas akan terbaur dan akan terbentuk
kelompok-kelompok yang banyak sekali.

Di antara kedua cara klasifikasi tersebut, kelihatannya klasifikasi berdasarkan cara


kerja lebih banyak digunakan, berdasarkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga
kelas utama yaitu :

1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan sampai mencair
dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar. Pengelasan cair
dapat dibagi lagi menjadi :

 Las Busur Plasma


 Las Sinar Elektron
 Las termit
 Las Busur
 Las Listrik Gas
 Las Listrik Terak
 Las Listrik Gas
2. Pengelasan tekan adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan dan kemudian
ditekan hingga menjadi satu. Pengelasan tekan dapat dibagi lagi menjadi :

 Las Tekan Gas


 Las Tempa
 Las Resistansi Listrik
 Las Ledakan
 Las Induksi
 Las Ultrasonik

3. Pematrian adalah cara pengelasan di mana sambungan diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Pematrian dapat di bagi lagi
menjadi :

 Pembrasingan
 Penyolderan

Klasifikasi Cara Pengelasan


H. Pemotongan Dalam Pengelasan

1. Pemotongan Bakar

Pemotongan bakar (pemotongan otogen) ialah proses pemenggalan, terutama untuk


benda kerja dari baja. Proses ini berdasarkan atas sifat bahan untuk tersulut dan terbakar
didalam pancaran zat asam murni pada suhu di bawah titik lebur, tanpa meleleh.

2. Pemotongan dengan gas oksigen

Cara pemotongan yang banyak digunakan pada waktu kini adalah pemotongan panas
dengan gas oksigen, pemotongan terjadi karena adanya reaksi antara oksigen dan baja3. Pada
permulaan pemotongan, baja dipanaskan lebih dahulu dengan api oksi-asetilen sampai
mencapai suhu antara 800 sampai 900°C. Kemudian gas oksigen tekanan tinggi atau gas
pemotong disemburkan kebagian yang telah dipanaskan dan terjadilah proses pembakaran
yang membentuk oksida besi. Karena titik cair oksida besi lebih rendah dari baja, maka
oksida tersebut mencair dan terhembus oleh gas pemotong. Dengan demikian terjadilah
proses pemotongan.

Proses pemotongan dengan gas oksigen


3. Pemotongan Panas dengan Busur Udara

Pemotongan logam dengan busur udara adalah cara pemotongan logam dimana logam
yang akan dipotong dicairkan dengan menggunakan busur listrik yang dihasilkan oleh
elektroda karbon. Kemudian cairan logam tersebut di sembur dengan udara tekan.

Proses pemotongan dengan busur udara

4. Pemotongan panas denganPlasma (Plasma-Arc Cutting)

Dalam proses pemotongan dengan menggunakan plasma, alat potong menggunakan


sebuah elektrodatungsten yang dipasang dalam nozel6. Karena elektroda tungsten ini akan
mengeluarkan busur yang sngat panas, maka nozzle harus didinginkan dengan air. Bentuk
nozzle dibuat sedemikian rupa, sehingga gas sebelum keluar dipanaskan oleh tungsten.Gas
tersebut dengan kecepatan tinggi digunakan untuk meniup (menyembur) logam yang telah
dipanaskan sehingga dengan mudah terjadi pemotongan.

Proses pemotongan dengan plasma cutting


5. Pemotongan dengan Laser

Pemotongan laser tergantung pada pemusatan berkas laser yang sejajar dengan
menggunakan suatu lensa sehingga kerapatan energy cukup untuk melebur benda kerja7.
Sistem laser karbon dikosida mampu meneruskan keluaran yang digetarkan sebesar 1 KW
dan 50 KW.

6. Flame Cutting

Merupakan proses Termo-Kimia membutuhkan sumber panas yang intens, disebut


sebagai pemanasan dan dibutukan oksigen murni. Kebutuhan oksigen murni dari kemurnian
minimal 99,5%, yang merupakan kemurnian minimum. Penurunan kemurnian 0,1% akan
mengurangi kecepatan pemotongan sekitar 10%. Selain sumber oksigen kurang murni
sambungan selang yang tidak benar atau kebocoran apapun dapat memungkinkan kotoran di
dalam sistem sehingga mengurangi kecepatan potong.Kemurnian oksigen yang tinggi
menyebabkan kemungkinan kondisi yang sangat berbahaya dan membutuhkan perhatian
khusus dalam pemilihan peralatan dan desain sistem perpipaan untuk penggunaannya.

Proses Flame Cutting


I. Sumber Panas

1. Listrik

Busur listrik adalah sumber panas terkonsentrasi. suhu busur tergantung pada sifat
dari elektroda dan arus busur dalam proses pengelasan daya tahan, panas yang dihasilkan
oleh hambatan listrik pada sufaces menghubungi material

2. A. Energi tinggi balok

Dalam elektron - berkas pengelasan dan pemotongan, panas yang dihasilkan oleh
berkas elektron. yang fokus dari berkas elektron pada benda kerja dilakukan dalam ruang
vakum radiasi cahaya dalam pengelasan laser energi cahaya terkonsentrasi menjadi sumber
panas

3. Kimia

Api las dan proses mengurangi pemakaian bahan bakar gas untuk membakar dengan
oksigen. Gas bahan bakar yang paling umum digunakan adalah asetilena untuk pengelasan
dan pemotongan dan propana untuk pra-hearting dan memotong. dalam pengelasan termit,
reaksi kimia, reaksi kimia terjadi antara bubuk aluminium dan besi oksida bubuk untuk
menghasilkan panas.

4. Mekanik

Dalam proses pengelasan gesekan dua permukaan menggosok ditekan bersama-sama


dengan kekuatan, gesekan menciptakan energi panas sampai suhu pengelasan tercapai. Dalam
pengelasan ultrasonik, getaran mekanik dari bagian-bagian bersama-sama menyebabkan
dijepit menghubungi las yang akan dibuat. Dalam pengelasan peledak, muatan peledak
digunakan untuk memaksa dua bagian bersama-sama dengan dampak yang cukup untuk
menyebabkan pemanasan dan ikatan permukaan.
J. Perencanaan Konstruksi Las

Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sambungan Dan Bentuk Alur.

1. Sambungan Las Dasar

sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul,
sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang, sambungan dengan penguat dan
smabungan sisi seperti yang ditunjukan dalam gbr. Pembagian lebih lanjut dari sambungan
ini dapat dilihat, dalam gbr.

2. Sambungan Tumpul

Sambungan tumpul adalah jenis sambunganyang paling efesien, sambungan ini dibagi
lagi dalam dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi menjadi
sambungan tanpa pelat pembantu yang masih dibagi lagi dalam pelat pembantu yang turut
menjadi bagian dari kontruksi dan pelat pembantu yang hanya sebagai penolong pada waktu
proses pengelasan saja.

Bentuk alur dalam sambungan tumpul mempengaruhi efesiensi pengerjaan, efesiensi


Sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur sangat penting,
bentuk dan ukuran alur sambungan datar ini sudah banyak distandarkan dalam standar AWS,
BS, DIN, GOST, JSSC dan lain-lainnya.

Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada penurunan logam las
Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu sambungan. Karena hal ini
maka dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan penglaman yang luas.
Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya hanya meliputi pelaksanaan
pengelasan yang sering dilakukan sehingga dalam pengelasan khusus bentuk alur harus
ditentukan sendiri berdasarkan penglaman yang dapat dipercaya.

3. Sambungan bentuk T dan silang

Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las
dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul diatas juga
berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada bagian
batang yang menghalngi yang dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur.
4. Sambungan sudut

Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat yang dapat
menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan membuat alur pada pelat
tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan yang tidak dapat dilakukan karena sempitnya
ruang maka pelaksanaanya dapat dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan
dengan pelat pembantu.

5. Sambungan Tumpang

Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini efisiensinya rendah
maka jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan penyambungan konstruksi utama.
Sambungan tumpang biasanya dilaksanakan dengan las sudut, dan las isi.

6. Sambungan sisi

Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las ujung.
Untuk jenis yang pertama pada pelatnya harus dibuat alur sedangkan pada jenis kedua
pengelasan dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini biasanya hasilnya
kurang memuaskan kecuali bila pengelasannya dilakukan dalam posisi datar dengan aliran
listrik yang tinggi.

7. Sambungan dengan pelat penguat

Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat penguat tunggal
dan dengan pelat penguat ganda. Sambungan ini mirip dengan sambungan tumpang. Dengan
alasan yang sama dengan sambungan tumpang, maka sambungan ini pun jarang digunakan
untuk penyambungan konstruksi utama.
K. Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan

1. Sambungaan Las Cair

Sambungan las cair adalah jenis yang paling banyak digunakan dalam konstruksi las
yang masih dibagi lagi kedalam elektroda terumpan dan elektroda tak terumpan. Las busur
listrik tangan, las busur listrik dengan pelindung gas dan las busur listrik terendaam
kesemuanya termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda terumpan. Sedangkan las TIG
termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda tak terumpan.

2. Sambungan Las Tekan

Jenis sambungan yang dapat dilakukan dengan sambungan las tekaan adalah
sambungaaan tumpang, di mana pelaksanaannya dapat berupaa las ledakan, las gesekan atau
friksi las ultrasonic las tekan dingin, lastekan panas dan las resisteansi.

3. Sambungan Patri

Sambungan patri adalah semacam sambungan las yang menggunakan sifat metalurgi
dimana ligam dapat dipadu pada temperatur yang lebih rendah dari pada temperatur cairnya.
Logam patri biasanya mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari pada logam induk dan
dibagi dalam dua jenis yaitu logam patri keras dan logam patri lunak yang dibedakan oleh
suhu cairnya.
L. Tanda – Tanda Gambar Dalam Pengelasan

Syarat-syarat dalam pengelasan sangat penting bagi mutu dari sambungan las, karena
itu syarat-syarat tersebut harus disampaikan dengan baik dan tepat kepada juru las. Cara yang
tepat adalah menempatkan tanda-tanda gambar pada gambar konstruksi. Tanda gambar ini
telah di standarkan oleh AWS, JIS, BS, DIN dan system standar yang lainnya.

Tanda gambar las biasanya terdiri dari dua yaitu tanda gambar dasar dan tanda
gambar pelengkap yang kedua-duanya ditempatkan pada garis tanda. Untuk meyakinkan
mutu mutu las kadang-kadang ditambahkan tanda gambar uji yang menjelaskan jenis
pengujian tak merusak yang harus dilakukan.

M. Tanda Gambar Dasar Dan Pelengkap

Berdasarkan tanda gambar dasar, pengelasan dibagi dalam las alur, las sudut, las
busur listrik dan las resistensi. Las alur diberi tanda sesuai dengan bentuk alur dan las
resistensi di bedakan dalam jenisnya, misalnya las titik atau las garis. Tanda gambar
pelengkap digunakan untuk menjelaskan penampakan, penyelesaian permukaan dan lain
sebagainya dari permukaan las secara tertulis pada garis tanda.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Keselamatan kesehatan kerja sangat penting dalam proses pengelasan las listrik.
 Pada proses pengelasan las listrik harus selalu memperhatikan prosedur yang benar
tentang keselamatan kesehatan kerjanya.
 Pada proses pengelasan las listrik selalu mengutamakan keselamatan kesehatan
kerjanya.
 Setiap welder harus mengerti bahaya-bahaya yang diakibatkan las listrik dan mengerti
bagaimana menanggulanginya.
 Selalu memperhatikan keadaan disekelilingnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dalam setiap proses pengelasan las listrik.
 Setiap welder harus selalu waspada terhadap sesuatu yang akan mengganggu
keselamatan kesehatan kerjanya.
 Setiap welder harus bisa merefresh atau menyegarkan diri baik secara jasmani
maupun rohani agar tidak mengganggu dalam proses pengelasan las listrik.
 Setiap welder harus mampu menjaga keselamatan kesehatan kerja, baik bagi dirinya
sendiri maupun orang lain dan sesuatu apapun yang ada disekitarnya.
 Pada proses pengelasan las listrik setiap orang harus saling mengingatkan tentang
pentingnya keselamatan kesehatan kerja.

B. Saran

Hendaknya dalam setiap melakukan proses pengelasan las listrik selalu


memperhatikan dan mengutamakan keselamatan kesehatan kerja baik bagi welder itu sendiri
maupun orang lain yang ada disekitarnya karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
suatu proses produksi. Apabila terdapat oknumoknum tertentu yang dengan sengaja
melakukan tindakan melanggar tentang keselamatan kesehatan kerja yang dapat
membahayakan dirinya sendiri atau orang lain supaya dikenakan sanksi yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA

 Arifin, S , 1997.Las Listrik dan Otogen. Ghalia Indonesia. Jakarta


 ASM Handbook. 1988. Metals HandbookNinth Edition Volume 15 Casting.
TheUniversity of Alabama.
 ASM Handbook. 2000. Volume 9Metallography and Microstructures. International
ASM
 S, Widharto, 2007. Menuju Juru Las Tingkat Dunia, cetakan pertama, Jakarta,
Pradnya Pramita
 Sindo kou. WELDING METALLURGY. University of Wiconsin
 Surdia, Tata. & Chijiiwa Kenji. 1991. Teknik Pengecoran Logam. Jakarta:
PradnyaParamita.
 Wiryosumarto, H, 2000. Teknologi Pengelasan Logam, Erlangga. Jakarta
 Zainun achmad, 2006. Elemen mesin I ,Bandung PT.Refika Aditama
 https://indo.wiki/content/Las/Jenis-jenis%20pengelasan%20dan%20pemotongan.html
 https://surabaya.proxsisgroup.com/jenis-jenis-pengelasan/
 https://megaperkakas.com/pentingnya-keselamatan-saat-proses-welding-pengelasan/
 https://surabaya.proxsisgroup.com/keselamatan-kerja-las/
 http://terazkadri.blogspot.com/2013/05/proses-pengelasan-dan-pemotongan.html
 http://repository.unj.ac.id/2454/6/6.%20BAB%20II%20sandi%20edit%20dikit1.pdf
 http://mavia-lontong.blogspot.com/2008/06/perencanaan-konstruksi-las.html
LAMPIRAN

Alat penghisap asap

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai