MATA KULIAH
PENGELASAN LANJUT
PTM A
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA KELOMPOK 1 :
MHD. FAIZ ZAKI
AHDA SABILA
ALFREDO
DAMIANUS DESRA SEMBIRING
LEFRANDI SIMANJUNTAK
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat berupa
hidayah dan kelapangan waktu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONSEP K3L DALAM PENGELASAN, KLASIFIKASI PENGELASAN DAN
PEMOTONGAN & PERENCANAAN KONSTRUKSI LAS” dengan baik. Serta ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Drs. Hidir Efendi, M.Pd. sebagai dosen
pengampu yang sudah memebantu dalam penyelesain makalah ini.
Makalah ini disusun tentunya untuk menambah wawasan penulis serta pembaca
mengenai pembelajaran yang akan digunakan nantinya kepada peserta didik. Tentunya
makalah masih memiliki kesalahan yang mendasar dalam penyusunannya. Oleh karena itu,
kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Terima kasih…
KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I [PENDAHULUAN]
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat
BAB II [PEMBAHASAN]
G. Klasifikasi Pengelasan
I. Sumber Panas
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan kesehatan kerja bagi seorang tenaga kerja sangat diperlukan, karena hal
tersebut sangat mempengaruhi dalam melakukan proses produksi suatu pekerjaan,
keselamatan kesehatan kerja itu harus diperhatikan oleh setiap tenaga kerja agar proses
produksi dalam pekerjaan dapat berjalan dengan aman dan baik. Bagi seorang welder (tukang
las) pada pengelasan las listrik, keselamatan kesehatan kerja sangat diperlukan, oleh karena
itu setiap welder harus memperhatikan tata cara yang benar dalam melakukan proses
pengelasan, agar keselamatan kesehatan kerja dapat terwujud dilingkungan pekerjaan. Oleh
karena itu keselamatan kesehatan kerja didalam proses pengelasan las listrik sangat
diperlukan.
Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan
dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut.
Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut vpada waktu ini dapat dibagi dua
golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang
digunakan. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan
lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok
seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya.
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat
PEMBAHASAN
Secara Filosofi : Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian
tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta hasil karya dan budaya dalam upaya
mencapai adil, makmur dan sejahtera
Secara Keilmuan : Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari
tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja.
B. APD Dalam Pengelasan
Saat proses pengelasan akan ada percikan las dan panas yang dihadapi oleh pekerja,
sehingga pakaian khusus kerja las diperlukan agar melindungi bagian tubuh pekerja. Sebagai
tambahan, apron dada dan lengan berasal dari bahan kulit agar tidak jadi berlubang jika
terkena suhu panas percikan las.
Dibuat dari bahan kulit atau jenis bahan asbes yang memiliki kelenturan, sarung
tangan khusus tersebut berperan seperti apron. Yaitu, sarung pelindung tangan pekerja dari
percikan las dan suhu panas saat proses pengelasan.
Untuk perlindungan kaki, ada sepatu khusus las yang sifatnya isolator agar pekerja
terlindung dari bahaya sengatan listrik. Selain itu, sepatu tersebut bisa menjaga kaki pekerja
dari kejatuhan benda.
4. Helm atau Topeng las
Bagian wajah pekerja dilindungi dengan menggunakan helm atau topeng las. Selain
percikan las dan suhu tinggi, proses pengelasan juga menghasilkan sinar las yang akan
mempengaruhi mata jika tidak dilindungi. Maka, topeng las ini dilengkapi dengan tiga kaca
yang terdiri dari kaca bening, hitam dan bening, agar terjaga dari buruknya sinar tampak dan
ultraviolet. Terdapat pengkodean nomor kaca, yaitu nomor 6, 7, 8 , 10, 11, 12 dan 14 yang
semakin besar angkanya maka semakin gelap yang penggunaannya disesuaikan dengan
sebesar apa ampere listrik yang digunakan dan silaunya sinar yang dihasilkan dalam proses
pengelasan.
5. Masker Las
Karena sinar
Karena panas busur api dan pelindung dari arus
listrik
Pelindung dari asap las, debu dan gas.
Sinar Inframerah
Sinar Ultrafiolet
Cahaya tampak
Sinar Inframerah
3. Karena panas busur api waktu mengelas
Juru las harus melindungi diri dari timbulnya panasserta loncatan-loncatan busur api
yang tak tentu arah
Dapat mengakibatkan luka bakar dan timbulnya kebakaran pada pakaian, untuk
menjaga agar terhindar dari busur api, maka juru las memakai pakaian las yang tahan
terhadap panas
Juga juru las harus menjaga supaya pakaian kerja bebas dari minyak atau gemuk.
Setelah selesai dalam pengelasan perlu adanya pembersihan terak untuk mengetahui,
baik buruknya hasil pengelasan.
Waktu membersihkan perlu sekali menjaga terak-terak yang meloncat ke mata, maka
perlu memakai kaca mata.
Peredaran udara atau ventilasi harus benar-benar di atus dan di upayakan, dimana
setiap kamar las dilengkapi dengan pipa penghisap debu dan asap yang
penempatannya jangan melebihi tinggi rata-rata/posisi wajah (hidung) operator las
yang bersangkutan.
Menggunakan kedok/helm las secara benar, yakni pada saat pengelasan berlangsung
harus menutupi sampai dagu
Menggunakan apron (baju las) yang terbuat dari kulit atau asbes
Menggunakan alat pernapasan pelindung debu, jika rungannya tdak ada srkulai.
Luka bakar pada mata dapat mengakibatkan iritasi dan resiko yang paling fatal adalah
mengalami katarak pada mata.
2. Upaya Pencegahan Luka Bakar :
Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan
dalam bidang las, ini disebabkan karena belum adanya kesepakatan dalam hal tersebut.
Secara konvesional cara-cara pengklasifikasiaan tersebut pada waktu ini dapat dibagi dalam
dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan cara kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang
digunakan. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan
lain-lainnya, sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok
seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Bila diadakan klasifikasi yang lebih
terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut di atas akan terbaur dan akan terbentuk
kelompok-kelompok yang banyak sekali.
1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan sampai mencair
dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar. Pengelasan cair
dapat dibagi lagi menjadi :
3. Pematrian adalah cara pengelasan di mana sambungan diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Pematrian dapat di bagi lagi
menjadi :
Pembrasingan
Penyolderan
1. Pemotongan Bakar
Cara pemotongan yang banyak digunakan pada waktu kini adalah pemotongan panas
dengan gas oksigen, pemotongan terjadi karena adanya reaksi antara oksigen dan baja3. Pada
permulaan pemotongan, baja dipanaskan lebih dahulu dengan api oksi-asetilen sampai
mencapai suhu antara 800 sampai 900°C. Kemudian gas oksigen tekanan tinggi atau gas
pemotong disemburkan kebagian yang telah dipanaskan dan terjadilah proses pembakaran
yang membentuk oksida besi. Karena titik cair oksida besi lebih rendah dari baja, maka
oksida tersebut mencair dan terhembus oleh gas pemotong. Dengan demikian terjadilah
proses pemotongan.
Pemotongan logam dengan busur udara adalah cara pemotongan logam dimana logam
yang akan dipotong dicairkan dengan menggunakan busur listrik yang dihasilkan oleh
elektroda karbon. Kemudian cairan logam tersebut di sembur dengan udara tekan.
Pemotongan laser tergantung pada pemusatan berkas laser yang sejajar dengan
menggunakan suatu lensa sehingga kerapatan energy cukup untuk melebur benda kerja7.
Sistem laser karbon dikosida mampu meneruskan keluaran yang digetarkan sebesar 1 KW
dan 50 KW.
6. Flame Cutting
1. Listrik
Busur listrik adalah sumber panas terkonsentrasi. suhu busur tergantung pada sifat
dari elektroda dan arus busur dalam proses pengelasan daya tahan, panas yang dihasilkan
oleh hambatan listrik pada sufaces menghubungi material
Dalam elektron - berkas pengelasan dan pemotongan, panas yang dihasilkan oleh
berkas elektron. yang fokus dari berkas elektron pada benda kerja dilakukan dalam ruang
vakum radiasi cahaya dalam pengelasan laser energi cahaya terkonsentrasi menjadi sumber
panas
3. Kimia
Api las dan proses mengurangi pemakaian bahan bakar gas untuk membakar dengan
oksigen. Gas bahan bakar yang paling umum digunakan adalah asetilena untuk pengelasan
dan pemotongan dan propana untuk pra-hearting dan memotong. dalam pengelasan termit,
reaksi kimia, reaksi kimia terjadi antara bubuk aluminium dan besi oksida bubuk untuk
menghasilkan panas.
4. Mekanik
sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul,
sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang, sambungan dengan penguat dan
smabungan sisi seperti yang ditunjukan dalam gbr. Pembagian lebih lanjut dari sambungan
ini dapat dilihat, dalam gbr.
2. Sambungan Tumpul
Sambungan tumpul adalah jenis sambunganyang paling efesien, sambungan ini dibagi
lagi dalam dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi menjadi
sambungan tanpa pelat pembantu yang masih dibagi lagi dalam pelat pembantu yang turut
menjadi bagian dari kontruksi dan pelat pembantu yang hanya sebagai penolong pada waktu
proses pengelasan saja.
Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada penurunan logam las
Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu sambungan. Karena hal ini
maka dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan penglaman yang luas.
Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya hanya meliputi pelaksanaan
pengelasan yang sering dilakukan sehingga dalam pengelasan khusus bentuk alur harus
ditentukan sendiri berdasarkan penglaman yang dapat dipercaya.
Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las
dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul diatas juga
berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada bagian
batang yang menghalngi yang dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur.
4. Sambungan sudut
Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat yang dapat
menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan membuat alur pada pelat
tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan yang tidak dapat dilakukan karena sempitnya
ruang maka pelaksanaanya dapat dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan
dengan pelat pembantu.
5. Sambungan Tumpang
Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini efisiensinya rendah
maka jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan penyambungan konstruksi utama.
Sambungan tumpang biasanya dilaksanakan dengan las sudut, dan las isi.
6. Sambungan sisi
Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las ujung.
Untuk jenis yang pertama pada pelatnya harus dibuat alur sedangkan pada jenis kedua
pengelasan dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini biasanya hasilnya
kurang memuaskan kecuali bila pengelasannya dilakukan dalam posisi datar dengan aliran
listrik yang tinggi.
Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat penguat tunggal
dan dengan pelat penguat ganda. Sambungan ini mirip dengan sambungan tumpang. Dengan
alasan yang sama dengan sambungan tumpang, maka sambungan ini pun jarang digunakan
untuk penyambungan konstruksi utama.
K. Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan
Sambungan las cair adalah jenis yang paling banyak digunakan dalam konstruksi las
yang masih dibagi lagi kedalam elektroda terumpan dan elektroda tak terumpan. Las busur
listrik tangan, las busur listrik dengan pelindung gas dan las busur listrik terendaam
kesemuanya termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda terumpan. Sedangkan las TIG
termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda tak terumpan.
Jenis sambungan yang dapat dilakukan dengan sambungan las tekaan adalah
sambungaaan tumpang, di mana pelaksanaannya dapat berupaa las ledakan, las gesekan atau
friksi las ultrasonic las tekan dingin, lastekan panas dan las resisteansi.
3. Sambungan Patri
Sambungan patri adalah semacam sambungan las yang menggunakan sifat metalurgi
dimana ligam dapat dipadu pada temperatur yang lebih rendah dari pada temperatur cairnya.
Logam patri biasanya mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari pada logam induk dan
dibagi dalam dua jenis yaitu logam patri keras dan logam patri lunak yang dibedakan oleh
suhu cairnya.
L. Tanda – Tanda Gambar Dalam Pengelasan
Syarat-syarat dalam pengelasan sangat penting bagi mutu dari sambungan las, karena
itu syarat-syarat tersebut harus disampaikan dengan baik dan tepat kepada juru las. Cara yang
tepat adalah menempatkan tanda-tanda gambar pada gambar konstruksi. Tanda gambar ini
telah di standarkan oleh AWS, JIS, BS, DIN dan system standar yang lainnya.
Tanda gambar las biasanya terdiri dari dua yaitu tanda gambar dasar dan tanda
gambar pelengkap yang kedua-duanya ditempatkan pada garis tanda. Untuk meyakinkan
mutu mutu las kadang-kadang ditambahkan tanda gambar uji yang menjelaskan jenis
pengujian tak merusak yang harus dilakukan.
Berdasarkan tanda gambar dasar, pengelasan dibagi dalam las alur, las sudut, las
busur listrik dan las resistensi. Las alur diberi tanda sesuai dengan bentuk alur dan las
resistensi di bedakan dalam jenisnya, misalnya las titik atau las garis. Tanda gambar
pelengkap digunakan untuk menjelaskan penampakan, penyelesaian permukaan dan lain
sebagainya dari permukaan las secara tertulis pada garis tanda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan kesehatan kerja sangat penting dalam proses pengelasan las listrik.
Pada proses pengelasan las listrik harus selalu memperhatikan prosedur yang benar
tentang keselamatan kesehatan kerjanya.
Pada proses pengelasan las listrik selalu mengutamakan keselamatan kesehatan
kerjanya.
Setiap welder harus mengerti bahaya-bahaya yang diakibatkan las listrik dan mengerti
bagaimana menanggulanginya.
Selalu memperhatikan keadaan disekelilingnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dalam setiap proses pengelasan las listrik.
Setiap welder harus selalu waspada terhadap sesuatu yang akan mengganggu
keselamatan kesehatan kerjanya.
Setiap welder harus bisa merefresh atau menyegarkan diri baik secara jasmani
maupun rohani agar tidak mengganggu dalam proses pengelasan las listrik.
Setiap welder harus mampu menjaga keselamatan kesehatan kerja, baik bagi dirinya
sendiri maupun orang lain dan sesuatu apapun yang ada disekitarnya.
Pada proses pengelasan las listrik setiap orang harus saling mengingatkan tentang
pentingnya keselamatan kesehatan kerja.
B. Saran
TERIMA KASIH