Anda di halaman 1dari 96

PENGENDALIAN KUALITAS BIJIH NIKEL LATERIT

PT JHONLIN BARATAMA SITE DAN PT TIRAN INDONESIA,


KECAMATAN LANGGIKIMA, KABUPATEN KONAWE UTARA,
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KERJA PRAKTIK

OLEH
MECKY MANTUNG
D621 15 013

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2019
ii
ABSTRAK

Nikel laterit merupakan endapan bijih nikel yang terbentuk dari proses laterisasi
pada batuan ultramafik yang mengandung unsur Ni, baik peridotit maupun serpentinit.
Bijih nikel merupakan salah satu bahan tambang yang penting di dunia. Penambangan
dan pemanfaatan endapan nikel laterit telah banyak dilakukan oleh industri
pertambangan di Pulau Sulawesi, khususnya di Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten
Konawe Utara di PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran Indonesia. Salah satu masalah
yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah kadar dari bijih tersebut yang bervariasi
sehingga akan sangat berpengaruh terhadap kualitas bijih nikel yang diproduksi.
Kegiatan kerja praktik ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pengendalian kualitas
bijih nikel laterit di PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran Indonesia sehingga kualitas dan
kadar bijih nikel yang diproduksi dapat terus terjaga selama proses pra-penambangan
hingga proses penambangan. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk
penelitian pada kerja praktik ini terdiri dari dua jenis, yaitu observasi dan pengambilan
data dari dokumen perusahaan, yang dianalisis sehingga menghasilkan nilai deviasi
dan spesifikasi kimia bijih nikel laterit yang diproduksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk kadar Ni rata-rata di sampel ETO yaitu 1,44% dan untuk sampel produksi
yaitu 1,69% sehingga perubahan kadar yang terjadi yaitu 25,1%. untuk itu perlu
dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan (Standar Operasional Prosedur) SOP di
lapangan, serta proses preparasi sampel di laboratorium.

Kata kunci: Nikel, Kualitas, Spesifikasi, Deviasi.

iii
ABSTRACT

Nickel laterite is nickel ore deposit formed by laterization process of ultramafic


rocks with Ni element, whether the peridotite or the serpentinite . Nickel ores are one
of the most important material in the world. Mining and utilization of laterite nickel
deposit have been widely carried out by the mining industry on the island of Sulawesi,
Particulary in Southeast Sulawesi Province, North Konawe Regency by PT Jhonlin
Baratama and PT Tiran Indonesia . one of the problems faced by this company is the
varying levels of the ore so that it will greatly affect the quality of nickel ore produced .
The purpose of this study is observing the quality control activities of nickel laterite ore
at PT Jhonlin Baratama and PT Tiran Indonesia, determining and controlling the quality
of nickel laterite ore during pre-mining process to the mining process . Data collection
methods consists of observation and documentation, which is further analyzed to
produce deviation and chemical specification of nickel latertite ore. The results show
that the average Ni in the ETO sample was 1,44% and for the production sample was
1,69% so that the change in content was 25,1%. For this reason, it is necessary to
evaluate the Standard Operating Procedure (SOP) in the field, and the process of
sample preparation in the laboratory.

Keywords: Nickel, Quality, Spesifications, deviation.

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik ini dengan

judul “Pengendalian Kualitas Bijih Nikel Laterit PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran

Indonesia Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi

Selatan”.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat lulus Mata Kuliah Kerja Praktik

Departemen Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Laporan

ini berisi tentang kegiatan lapangan pengendalian kualitas bijih nikel yang dilakukan

oleh PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran Indonesia, dan karakteristik endapan nikel

laterit di Blok 1 dan Blok 2 daerah penambangan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materi sehingga

laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terimah kasih

kepada:

1. Markus L. Balik dan Yuliana Lopak selaku Orang tua yang selalu memberikan

dukungan dalam bentuk apapun kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan kegiatan kerja praktik ini serta penyusunan laporan dengan baik

tanpa hambatan apapun.

2. Bapak Dr. Sufriadin. ST., MT selaku dosen pembimbing kerja praktik yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan laporan kerja praktik.

3. Bapak Daud Kala Bombang, selaku project manager PT Jhonlin Baratama yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat melakukan

kegiatan kerja praktik di perusahaan ini.

v
4. Bapak Albert Paulus, selaku Mine Plan Engineer PT Jhonlin Baratama yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama kegiatan kerja praktik di PT Jhonlin

Baratama.

5. Bapak Teuku Yusdiansyah selaku Kepala Laboratorium PT Tiran Indonesia yang

telah memberikan arahan dan bimbingan selama kegiatan kerja praktik di PT

Tiran Indonesia.

6. Bapak A. Suago, Perdinand Roland L, Carles Tombi selaku Officer Grade Control

yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama kegiatan praktik di PT

Jhonlin Baratama.

7. Bapak La Ode Tri Hijrialdi, Ikramullah Jum dan Rafael Pakadang, Syahrir Fajar

Arsyad, Ibu Tri Lidya Kasy yang telah memberikan saran dan kritik serta

bimbingan selama kegiatan kerja praktik.

8. Seluruh karyawan PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran Indonesia yang telah

banyak membantu Penulis selama kegiatan kerja praktik serta rekan-rekan

mahasiswa yang telah memberikan saran, dukungan, dan masukan selama

kegiatan kerja praktik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan selama kegiatan

kerja praktik dan dalam penyusunan laporan sehingga kritik dan saran sangat penulis

harapkan guna menutupi kekurangan dan keterbatasan penulis dalam penyusunan

kerja praktik ini. Akhir kata, semoga laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan semua pembaca.

Gowa, 20 Mei 2019

Mecky Mantung

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBARx
DAFTAR TABELx
DAFTAR LAMPIRANxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Kerja Praktik
1.4 Tahapan Kegiatan Pengendalian Kualitas Bijih
1.4.1 Pengambilan Sampel (Sampling)
1.4.2 Preparasi Sampel
1.4.3 Analisis Kadar
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Geologi Regional
2.1.1 Geomorfologi Regional
2.1.2 Stratigrafi Regional
2.2 Litologi Regional
2.3 Struktur Geologi Regional
2.4 Sejarah PT Jhonlin Baratama
2.5 Visi, Misi dan Kebijakan Sistem Manajemen
2.5.1 Visi
2.5.2 Misi
2.5.3 Sistem Kerja Manajemen
2.6 Struktur Organisasi
2.6.1 Direktorat
2.6.2 Departemen
2.6.3 Section Head
2.7 Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.8 Unit Laboratorium

vii
BAB III AKTIVITAS KERJA PRAKTIK
3.1 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Observasi
3.2.2 Dokumen
3.3 Metode Analisis Data
3.3.1 Analisis Deskriptif
3.3.2 Analisis Komparatif
3.3.3 Analisis Korelasi
3.4 Kegiatan Kerja Praktik
3.4.1 Kegiatan Eksplorasi
3.4.2 Kegiatan Penambangan
3.4.3 Pengambilan Sampel
3.4.4 Preparasi Sampel
3.4.5 Analisis Kadar
3.4.6 Penambangan
3.4.7 Pengambilan Sampel Produksi
3.4.5 Pemuatan (Loading)
3.4.5 Pengangkutan (Hauling) dan Pengambilan Sampel
BAB IV DISKUSI
4.1 Spesifikasi Bijih
4.1.1 Spesifikasi Bijih Nikel Blok 1 Daerah Penambangan
4.1.2 Spesifikasi Bijih Nikel Blok 2 Daerah Penambangan
4.2 Deviasi Kadar
4.2.1 Kadar Sampel Produksi
4.2.2 Kadar Sampel ETO Stock
4.2.3 Perubahan Kadar Nikel Sampel Check, Sampel Produksi dan Sampel ETO
4.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kadar
4.3 Hambatan yang Dihadapi
4.4 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi PT Jhonlin Baratama Site

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengendalian Kualitas Bijih Nikel Laterit


Gambar 3.2 Lapisan Penutup
Gambar 3.3 Proses Pengambilan Sampel Pada Test Pit Blok 2
Gambar 3.4 Kenampakan Sampel Bijih Top Ore Blok 1
Gambar 3.5 Proses Pengambilan Sampel pada Sampel Check
Gambar 3.6 Diagram Alir Preparasi Sampel PT Tiran Indonesia
Gambar 3.7 Tahapan Preparasi Sampel di PT Tiran Indonesia
Gambar 3.8 Preparasi Sampel Lanjutan PT Tiran Indonesia
Gambar 3.9 Preparasi Sampel Lanjutan PT Tiran Indonesia
Gambar 3.10 Analisis XRF Menggunakan Bruker X-Ray Fluorescence Fluorescence
Gambar 3.11 Proses Pengambilan Sampel Produksi
Gambar 3.12 Proses Pengambilan Sampel ETO Stock

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Spesifikasi Bijih Nikel untuk Kebutuhan Pabrik Pengolahan


Tabel 4.2 Spesifikasi Bijih Nikel Pit C Lokasi Penambangan
Tabel 4.3 Spesifikasi Bijih Nikel Blok 2 Lokasi Penambangan
Tabel 4.4 Kadar Sample Check
Tabel 4.5 Kadar Sampel Produksi

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Peta IUP PT Tiran Indonesia


Lampiran B Aktivitas Harian Kerja Praktik
Lampiran C Standar Operasional Prosedur Pengendalian Kualitas Bijih NikelLampiran D
Diagram Alir Preparasi Sample CheckLampiran E Diagram Alir Preparasi Sample Dome

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bijih nikel laterit adalah endapan nikelferrous yang terjadi karena proses

mineral olivine pada peridotit terdekomposisi oleh air tanah yang bersifat asam. Bijih

nikel limonit adalah jenis endapan yang terjadi akibat proses dekomposisi air tanah

yang bersifat asam, sehingga magnesium (MgO) dan nikel (Ni) terlarut, sedangkan

silikon tersuspensi sebagai koloid silika kelapisan bawah. Bijih nikel garnierit/saprolit

adalah jenis endapan yang terjadi akibat proses pelindihan. Larutan yang masih

mengandung magnesium, nikel, dan silika ke lapisan bawah sampai akhirnya larutan

asam dinetralisir oleh batuan dan tanah pelapukan (Sukandarrumidi, 1999).

Dalvi, 2004 mengungkapkan bahwa negara yang memiliki cadangan nikel laterit

terbesar ke-empat di dunia adalah Indonesia, yaitu sebesar 1,576 MT atau sekitar 15%

dari cadangan nikel di dunia. Berdasarkan data tersebut Indonesia memiliki potensi

yang besar sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Pulau Sulawesi

merupakan salah satu penghasil endapan nikel laterit terbesar di Indonesia. Nikel

umumnya diproduksi menjadi beberapa jenis seperti logam halus, bubuk, spons, dan

sebagainya. Lebih dari 60% digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja tahan

karat atau stainless stell. Stainless steel merupakan salah satu jenis baja yang

digunakan dalam industri khususnya untuk industri yang membutuhkan bahan yang

memiliki ketahanan terhadap korosi tinggi serta sifat mekanis yang baik.

Penambangan dan pemanfaatan endapan nikel laterit telah banyak dilakukan

oleh industri pertambangan di Pulau Sulawesi, khususnya di Provinsi Sulawesi

Tenggara. Salah satu perusahaan yang melakukan penambangan endapan nikel laterit

1
adalah PT Jhonlin Baratama Site yang melakukan proses penambangan nikel laterit di

Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Salah satu masalah yang dialami dalam proses penambangan nikel laterit di PT

Jhonlin Baratama Site adalah kadar bijih pada endapan nikel laterit yang bervariasi

sehingga akan sangat mempengaruhi kualitas bijih yang diproduksi. Kegiatan kerja

praktik ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan dalam pengendalian kualitas bijih

nikel laterit di PT Jhonlin Baratama Site dengan tujuan kualitas dan kadar bijih yang

diproduksi akan terus terjaga selama proses pra-penambangan hingga proses

penambangan. Oleh karena itu, kerja praktik ini dilakukan untuk mengetahu kegiatan

pengendalian kualitas bijih yang dilakukan di PT Jhonlin Baratama Site dan PT Tiran

Indonesia yang meliputi kegiatan pengambilan sampel pada lokasi penambangan,

tahapan kegiatan penambangan, kegiatan preparasi sampel, dan kegiatan analisis

kandungan unsur pada sampel bijih laterit yang akan dianalisis lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam kegiatan kerja praktik di PT Jhonlin Baratama Site dan

PT Tiran Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tahapan kegiatan pengendalian kualitas bijih nikel laterit yang

dilakukan di PT Jhonlin Baratama Site dan PT Tiran Indonesia?

2. Bagaimana analisis perubahan kadar dari lokasi aktif mining sampai stock yard

(Exportable Transit Ore) ETO dan(Exportable Fine Ore) EFO?

1.3 Tujuan Kerja Praktik

Tujuan kegiatan kerja praktik di PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran Indonesia

adalah sebagai berikut:

2
1. Mengetahui tahapan kegiatan pengendalian kualitas bijih nikel laterit PT Jhonlin

Baratama Site dan PT Tiran Indonesia

2. Mengetahui analisis perubahan kadar dari lokasi aktif mining sampai stock yard

(Exportable Transit Ore) ETO dan(Exportable Fine Ore) EFO

1.4 Tahapan Kegiatan Pengendalian Kualitas Bijih

Tahapan kegiatan operasional penambangan di PT Jhonlin Baratama

merupakan kegiatan yang dilakukan pada bagian quality control yang secara umum

meliputi:

1.4.1 Pengambilan Sampel (Sampling)

Pengambilan sampel (sampling) yang dilakukan pada kegiatan pengendalian

kualitas bijih nikel laterit di PT Jhonlin Baratama terdiri atasi:

a. Pengambilan Sampel Stripping

b. Pengambilan Sampel Top Ore

c. Pengambilan Sampel Check

d. Pengambilan Sampel Face Production Ore

e. Pengambilan Sampel ETO Stock

1.4.2 Preparasi Sampel

Preparasi sampel merupakan kegiatan awal sebelum dilakukannya analisis

kandungan unsur kimia dalam sampel dengan menggunakan alat X-Ray Fluorescence

(XRF). Preparasi sampel adalah tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mereduksi

ukuran butir suatu bahan galian menjadi lebih kecil dari ukuran semula untuk

mengubah sampel menjadi pellet. Tahapan preparasi sampel yang dilakukan di

PT Tiran Indonesia terdiri dari:

a. Screening

b. Crushing (peremukan)

3
c. Mixing (pengadukan/pencampuran)

d. Matriks

e. Quartering

f. Pengeringan

g. Milling

h. Shieve Shaker

i. Pembuatan pellet

1.4.3 Analisis Kadar

Analisis kadar adalah kegiatan analisis kandungan kimia di dalam sampel

dengan menggunkan alat XRF Bruker S2 Puma.

4
BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Geologi Regional

2.1.1 Geomorfologi Regional

Pulau Sulawesi yang mempunyai luas sekitar 172.000 km 2 (Van Bemmelen,

1949), dikelilingi oleh laut yang cukup dalam. Sebagian besar daratannya dibentuk

oleh pengunungan yang ketinggiannya mencapai 3.440 m (gunung Latimojong). Pulau

Sulawesi berbentuk huruf “K” dengan empat lengan yaitu Lengan Timur memanjang

timur laut-baratdaya, Lengan Utara memanjang barat-timur dengan ujung baratnya

membelok ke arah utara-selatan, Lengan Tenggara memanjang barat laut-tenggara,

dan Lengan Selatan membujur utara-selatan. Ke-empat lengan tersebut bertemu pada

bagian tengah Sulawesi.

Sebagian besar Lengan Utara bersambung dengan Lengan Selatan melalui

bagian tengah Sulawesi yang merupakan pengunungan dan dibentuk oleh batuan

gunung api. Di ujung Timur Lengan Utara terdapat beberapa pengunungan api aktif,

diantaranya adalah Gunung Lokon, Gunung Soputan, dan Gunung Sempu. Rangkaiaan

gunung aktif ini menerus sampai ke Sangihe. Lengan Timur merupakan rangkaiaan

pegunungan yang dibentuk oleh batuan Ofiolit. Pertemuan antara Lengan Timur dan

bagian Tengah Sulawesi disusun oleh batuan Malihan, sementara Lengan Tenggara di

bentuk oleh batuan Malihan dan Batuan Ofiolit.

Pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya merupakan pertemuan tiga lempeng

yang aktif bertabrakan. Akibat tektonik aktif ini, pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya

dipotong oleh sesar regional yang masih aktif. Kenampakan morfologi dikawasan ini

5
merupakan cerminan sistem sesar regional yang memotong pulau ini serta batuan

penyusun pada bagian Tengah Sulawesi, Lengan Tenggara, dan Lengan Selatan

dipotong oleh sesar regional yang umumnya berarah timur-laut baratdaya. Sesar yang

masih aktif sampai sekarang pada umumnya merupakan sesar geser mengiri.

Van Bemmelen (1945), membagi Lengan Tenggara Sulawesi menjadi tiga

bagian yaitu, Ujung Utara, bagian Tengah, dan ujung Selatan. Ujung Utara dimulai

dari Palopo sampai Teluktolo dan dibentuk oleh batuan Ofiolit. Bagian Tengah yang

merupakan bagian paling lebar (sampai 162,5 km), didominasi oleh batuan Malihan

dan batuan Sedimen Mesozoikum. Ujung Selatan Lengan Tenggara merupakan bagian

yang relative lebih landai dan didominasi oleh batuan Sedimen Tersier.

Morfologi bagian tengah Lengan Tenggara Sulawesi didominasi oleh

pegunungan yang umumnya memanjang hampir sejajar berarah barat-tenggara.

Pegunungan tersebut diantaranya adalah pegunungan Mangkuka, pegunungan

Tangke Lembuke yang merupakan morfologi tanah yang sangat kasar dengan

kemiringan lereng yang tajam. Puncak tertinggi pada rangkaiaan pegunungan

Mangkuka yaitu 2970 mdpl. Berdasarkan relief, ketinggian, batuan penyususn dan

stadia wilayah,

Kabupaten Konawe Utara secara umum dikelompokkan dalam tiga satuan

morfologi yaitu satuan perbukitan tinggi, satuan perbukitan rendah, dan satuan karst.

A. Satuan Perbukitan Tinggi

Satuan perbukitan tinggi menempati bagian Selatan Lengan Tenggara,

terutama di Selatan Kendari yang terdiri dari bukit-bukit yang mencapai

ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar. Batuan penyusun morfologi ini

berupa batuan Klastika Mezozoikum dan Tersier.

B. Satuan Perbukitan Rendah

6
Satuan perbukitan rendah menempati luas di Utara Kendari dan Ujung Selatan

Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri dari bukit kecil dan rendah

dengan morfologi yang bergelombang. Batuan penyusun satuan ini adalah

batuan Sedimen Klastika dan Mezozoikum.

C. Satuan Karst

Satuan karst dicirikan dengan perbukitan kecil dan sungai di bawah permukaan

tanah. Sebagain besar batuan penyusun satuan morfologi didominasi oleh batu

Gamping dan Mezozoikum.

2.2.2 Stratigrafi Regional

Batuan-batuan yang tersingkap di Lembar ini berumur mulai dari Paleozoikum

sampai Kuarter. Berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, geologi pra-tersier di

Lembar Lasusua-Kendari dapat dibedakan dalam dua Lajur Geologi yaitu Lajur Tinondu

dan Lajur Hialu. Lajur Tinondu dicirikan oleh batuan endapan paparan benua dan Lajur

Hialu oleh endapan kerak samudera/ofiolit. Secara garis besar kedua mandala ini

dibatasi oleh sesar Lasolo (Rusmana et. al, 1985).

Stratigrafi daerah penelitian termasuk dalam Lembar Lasusua-Kendari. Formasi

batuan penyusun daerah penelitian diurutkan dari termuda yaitu sebagai berikut:

A. Aluvium (Qa)

Alluvium (Qa) terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal. Satuan ini

merupakan endapan sungai, rawa, dan endapan pantai. Umur satuan ini adalah

halosen.

B. Formasi Pandua (Tmpp)

Formasi pandua (Tmpp) terdiri atas konglomerat, batulempung dan batupasir.

Formasi ini berumur Pliosen.

C. Batuan Ofiolit (Ku)

7
Batuan Ofilot (Ku) terdiri atas Harzburgit, Dunit, Serpentinit, Gabro, dan

Peridotit. Satuan ini diperkirakan berumur kapur.

Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan umur batuan, terdapat 3 kelompok

batuan yang terdiri atas:

1. Batuan Malihan Kompleks Mekongga

Batuan malihan berderajat rendah ( Low Grade metamorphic) ini merupakan

batuan alas di Lengan Tenggara Sulawesi. Batuan malihan kompleks Mekongga

ini diperkirakan berumur Permo-Karbon dan termasuk batuan metamorf fasies

epidot-amfibolit. Batuan malihan ini terjadi karena adanya proses burial

metamorphism. Batuan penyusunnya berupa sekis mika, sekis kuarsa, sekis

klorit, sekis mika-amfibol, sekis-grafit dan genes.

2. Batuan Sedimen Mesozoikum

Di atas batuan malihan itu secara tak selaras menindih batuan Sedimen

Klastika, yaitu Formasi Meluhu dan Sedimen Karbonat Formasi Laonti.

Keduanya diperkirakan berumur Trias Akhir hingga Jura Awal. Formasi Meluhu

tersusun dari batusabak, fillit, dan kuarsit serta sisipan batugamping hablur.

Formasi Laonti terdiri atas batugamping hablur bersisipan fillit di bagian

bawahnya dan setempat sisipan kalsilutit rijangan.

3. Kelompok Mollasa Sulawesi

Pada Neogen tak selaras di atas kedua madala yang saling bersentuhan itu,

diendapkan kelompok Molasa Sulawesi. Batuan jenis Mollasa yang tertua di

daerah penelitian adalah Formasi Langkowala yang diperkirakan berumur akhir

Miosen Tengah. Formasi ini terdiri dari batupasir konglomerat. Formasi

Langkowala mempunyai anggota konglomerat yang keduanya berhubungan

menjemari. Di atasnya menindih secara selaras batuan berumur Miosen akhir

hingga Pliosen yang terdiri dari Formasi Eemoiko dan Formasi Boepinang.

8
Formasi Eemoiko dibentuk oleh batugamping koral, kalkarenit, batupasir

gampingan dan napal. Formasi Boepinang terdiri atas batulempung pasiran,

napal pasiran, dan batupasir. Secara tak selaras kedua formasi ini tertindih oleh

formasi Alangga dan Formasi Buara yang saling menjemari. Formasi Alangga

berumur Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan batupasir yang belum padat.

Formasi Buara dibangun oleh terumbu koral, setempat terdapat lensa

konglomerat dan batupasir yang belum padat. Formasi ini masih

memperlihatkan hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu pada

pantai yang berumur Resen. Satuan batuan termuda yaitu endapan sungai,

rawa, dan kolovium.

.
2.2 Litologi Regional

Pengelompokan atau pembagian satuan litologi didasarkan oleh perbedaan

kenampakan fisik baik secara megaskopis maupun mikroskopis, dimana litologi pada

daerah penelitian merupakan satuan dunit-peridotit, satuan peridotit merupakan

basement dari Mandala Geologi Sulawesi Timur yang berumur Kapur Awal

(Simandjuntak et al., 1993). Satuan dunit-peridotit yang merupakan bagian dari ofiolit

Sulawesi Timur, menempati sebagian besar daerah perbukitan yang mencakup daerah

penelitian. Secara megaskopis satuan ini didominasi oleh batuan beku ultramafik

berupa peridotit (dunit dan lerzolit), piroksen dan sebagian kecil serpentinit yang

tersebar setempat-setempat.

2.3 Struktur Geologi Regional

Pada umumnya struktur geologi regional sangat berhubungan dengan gerakan

ke Barat dari beberapa kepingan benua. Akibat dorongan ke arah Barat dari kepingan

9
Benua Banggai-Sula, terbentuklah sesar geser Mengiri, diantaranya sistem sesar Palu-

koro yang berhubungan dengan beberapa sesar di bagian Timur Sulawesi termasuk

sesar matano, sesar lawanopo, dan sesar kolaka. Struktur geologi yang berkembang

di lembar Lasusua adalah sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya

berarah Baratlaut-Tenggara searah dengan sesar Lasolo yang merupakan sesar geser

Mengiri yang aktif hingga kini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan sesar

Sorong yang aktif kembali pada kala Oligosen merupakan salah satu kawasan yang

masih mendapat pengaruh oleh sesar Lasolo dan sesar Matarombeo yang berarah

Tenggara-Barat Laut.

Struktur geologi di Sulawesi didominasi oleh arah Baratlaut-Tenggara yang

berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik sesar Palu-Koro memotong Sulawesi

bagian Barat dan Tengah, menerus ke bagian utara hingga ke Palung Sulawesi Utara

yang merupakan batas tepi benua di Laut Sulawesi. Jalur Sesar Palu-Koro merupakan

sesar medatar sinistral dengan pergeseran lebih dari 750 km (Sukamto, 1975), arah

gerak sesuai dengan jalur Sesar Matano dan jalur Sesar Sorong. Sesar Sadang yang

terletak di bagian barat dan sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan Selatan

Sulawesi, lembah Sungai Sadang dan Sungai Masupu yang sistemnya dikontrol oleh

sesar mendatar (Hamilton, 1979).

Sesar Gorontalo merupakan sesar mendatar dekstral yang berlawanan arah

dengan sesar Palu-Koro dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan arah yang

konsekuen terhadap platform Banggai-Sula sehingga memberikan gambaran adanya

kemungkinan kompresi mendatar yang disebabkan oleh dorongan platform Banggai-

Sula Kearah Barat.

Sesar Matano merupakan sesar mendatar sinistral berarah barat laut-timur

memotong Sulawesi Tengah dan melalui Danau Matano merupakan kelanjutan dari

sesar Palu ke arah Timur yang kemudian berlanjut dengan prisma akresi Tolo di Laut

10
Banda Utara. Sistem sesar Lawanopo berarah barat laut-Tenggara melewati Teluk

Bone dan Sulawesi Tenggara. Sesar ini kemungkinan berperan dalam pembukaan

Teluk Bone, seperti pembukaan yang terjadi di daratan Sulawesi Tenggara yang

merupakan zona sesar mendatar sinistral Neogen. Sesar Lawanopo memisahkan

mintakat benua Sulawesi Tenggara pada Lengan Tenggara Sulawesi dengan metamorf

Sulawesi Tengah.

Sesar naik Batui terletak pada bagian timur Lengan Timur Sulawesi merupakan

hasil dari tumbuhan platform Banggai-Sula dengan Sulawesi yang menyebabkan

pergeseran secara oblique sehingga cekungan Gorontalo menjadi terangkat. Kompleks

pompangeo diduga telah beberapa kali mengalami masa perlipatan. Perlipatan tua

diperkirakan berarah utara-selatan atau baratdaya-timurlaut, sedangkan lipatan muda

berarah Baratlaut-Tenggara atau Barat-Timur. Serta ada pula yang berarah hampir

sama dengan lipatan tua.

Perdaunan atau foliasi umumnya berkembang baik dalam satuan batuan

malihan kompleks Pompangeo dan di beberapa tempat dalam amfibolit, sekis

glaukofan dan serpentin yang tersekiskan dalam kompleks ultramafic. Secara umum

perdaunan berarah barat-timur dan Baratlaut-Tenggara. Di beberapa tempat

perdaunan terlipat dan pada jalur sesar mengalami gejala kink banding. Belahan

umumnya berupa belahan bidang sumbu dan di beberapa tempat berupa belahan

retak (fracture cleavage). Belahan retak umumnya dijumpai dalam batupasir malih

dan batugamping malih. Secara umum bidang belahan berarah sejajar atau hampir

sejajar dengan bidang perlapisan; oleh karenanya belahan ini digolongkan sebagai

berjajar bidang sumbu.

Kekar dijumpai hampir pada semua batuan, terutama batuan beku (kompeks

ultramafic dan mafik), batuan sedimen malih mesozoikum, dan batuan malihan

(kompleks pompangeo). Dalam batuan Neogen kekar kurang berkembang. Sejarah

11
pengendapan batuan di daerah Sulawesi Tenggara diduga sangat erat hubungannya

dengan perkembangan tektonik daerah Indonesia bagian Timur, tempat lempeng

Samudera Pasifik, Lempeng Benua Australia dan Lempeng Benua Eurasia saling

Bertumbukkan.

2.4 Sejarah PT Jhonlin Baratama

PT Jhonlin Baratama merupakan sebuah anak perusahaan dari Jhonlin Group

yang didirikan di tahun 2003 dan berkantor pusat di Kabupaten Tanah Bumbu,

Kalimantan Selatan. Bidang usaha yang dijalani di PT Jhonlin Baratama adalah jasa

kontraktor dan penyewaan peralatan tambang, serta penghasil dan ekspor batubara,

dan saat ini PT Jhonlin Baratama telah menjadi salah satu perusahaan tambang

terbesar di Tanah Bumbu. PT Jhonlin Baratama selalu mengadakan training kepada

pegawainya untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pegawai.

Kegiatan penambangan PT Jhonlin Baratama berlokasi di Kecamatan

Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara yang dapat ditempuh dari

Makassar menggunakan pesawat menuju Kendari selama 1 jam dan dilanjutkan

dengan perjalanan darat dari Kendari ke lokasi penambangan selama ±7 jam.

Perusahaan ini melakukan kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan produksi bijih nikel

laterit.

Tenaga ahli berperan sangat penting dalam pengelolaan sumber daya alam

dengan dukungan langsung dari konsultan yang berpengalaman, dengan melakukan

proses eksplorasi untuk menemukan cadangan nikel di dalam bumi, melakukan

perhitungan kapasitas produksi dan melakukan proses penggalian. Perusahaan

melibatkan personal yang ahli dan berpengalaman dalam setiap proses penambangan

dan penggalian sampai pengiriman ke dermaga dan pengangkutan ke tongkang

dengan dukungan alat berat dan mobil angkut milik PT Dua Samudera Pasifik dan

12
pengekspor yang dilakukan langsung oleh PT Tiran Indonesia sebagai pemilik lahan

produksi.

2.5 Visi, Misi dan Kebijakan Sistem Manajemen

Visi, misi, dan kebijakan sistem manajemen PT Jhonlin Baratama diuraikan

seperti di bawah ini:

2.5.1 Visi

Visi PT Jhonlin Baratama adalah menjadi perusahaan jasa pertambangan yang

unggul dan ter-integrasi

2.5.2 Misi

Misi yang diemban PT Jhonlin Baratama adalah sebagai berikut:

1. Berawal dari perusahaan lokal menuju skala Internasional

2. Menjalankan perusahaan dengan tata kelola profesional dengan

memperhatikan aspek lingkungan dan sesuai standar Internasional

3. Menciptakan lingkungan kerja yang religious dengan menjunjung tinggi nilai

moral dan etika

4. Memberikan kontribusi optimum kepada stakeholders

5. Meningkatkan kwalitas sumber daya manusia (SDM) dan kesejahteraan

6. Mengutamakan aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

7. Memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar melalui program CSR yang

berkesinambungan

2.5.3 Sistem Kerja Manajemen

Proses penambangan dilakukan dengan sistem penambangan terbuka dengan

jalan menggali bijih nikel menggunakan excavator dan diangkut dengan menggunakan

alat angkut dump truck, melalui jalan selebar 12 m ke stock yard (EFO) yang berjarak

7 km dari ROM tambang. Kemudian dari stock yard (EFO) bijih nikel diangkut ke

13
pelabuhan dengan jarak tempuh 500 m dan dari ETO dengan jarak 2 km untuk

dipindahkan ke tongkang melalui jembatan ponton dan kemudian dari tongkang

dipindahkan ke mother vessel.

Kesehatan dan keselamatan kerja selalu menjadi perhatian penting bagi

perusahaan dalam menjaga produktifitas perusahaan dengan selalu menjaga

mematuhi semua peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah diatur.

Perusahaan harus selalu memastikan bahwa semua petugas lapangan memakai

perlengkapan pengaman kerja dan memastikan bahwa karyawan menjalankan semua

standar operasional kerja yang telah ditentukan. Sebelum melakukan aktivitas kerja

perlu diperhatikan bahwa alat yang akan dioperasikan dalam keadaan aman untuk

mengurangi resiko kecelakaan kerja.

2.6 Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT Jhonlin Baratama dapat digambarkan seperti pada

Gambar 2.1.

2.6.1 Direktorat

Direktorat adalah direktur operasional yang memiliki wewenang dalam

merumuskan dan menetapkan suatu kebijakan serta program umum perusahaan

sesuai dengan wewenang yang diberikan perusahaan. Seorang direktur operasional

bertugas untuk mengoordinasikan semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan

dan mengendalikan pengadaan peralatan dan perlengkapan, serta menawarkan ide-

idenya dalam memajukan perusahaan di tingkat tertinggi. Tugas direktur operasional

selanjutnya adalah memimpin rapat dan mewakili perusahaan dalam berhubungan

dengan pihak luar perusahaan. Selain itu juga bertugas dalam membuat rancangan

untuk mengembangkan sumber pendapatan dan pembelanjaan kekayaan perusahaan

14
DIREKTORAT DIREKTUR OPERATIONAL

PROJECT MANAGER
DEPARTEMEN

MINING PLANT ENGINEERING HR-GA FINANCE SHE LOGISTIC

SECTION HEAD

SUPERVISOR SUPERVISOR SUPV. MPE SUPV. HR-GA

FOREMAN FOREMAN OFFICER SCHEDULE OFFICER. MPE OFFICER GC OFFICER. EDP OFFICER.HR-GA OFFICER. SAFETY OFFICER.LOGISTIC
OFFICER

OG

OPERATOR 1-5 MEKANIK SAFETY CONTROL DRIVER FUEL

ADMIN/NON DRIVER DRIVER LV CREW SAFETY STOREMAN


STAFF

CIVIL

HELPER ADM SCHEDULE ADMIN ENG OB ADMIN HR-GA ADM. FINANCE FUELMAN

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi PT Jhonlin Baratama Site

15
2.6.2 Departemen

Departemen bagian dari project manager yang merupakan orang yang ditunjuk

dan dipercaya untuk menggerakkan organisasi proyek dalam perkembangan bisnis dan

keberlangsungan perusahaan menjadi lebih strategis. Tugas utama dari project

manager adalah untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan potensi masalah yang akan

timbul seperti halnya dalam pelaksaan operasional proyek sehingga operasi proyek

dapat berjalan sesuai dengan rencana. Seorang project manager harus mengontrol

proyek yang ditanganinya sesuai dengan permintaan produksi, spesifikasi dan waktu.

Project manager memiliki wewenang yang sangat penting untuk bertanggungjawab

terhadap semua divisi yang berada di bawahnya. Project manager membawahi

beberapa divisi yaitu divisi Mining, Plant, Engineering, HR-GA, Finance, SHE, dan

Logistic.

2.6.3 Section Head

Section Head terdiri dari beberapa divisi diantaranya adalah:

1. Mining

Divisi mining adalah divisi yang bertugas untuk menjaga produksi bijih nikel

laterit yang akan ditambang. Divisi ini bertanggungjawab dalam kegiatan ore

getting dan hauling bijih nikel laterit dari daerah penambangan hingga

pengapalan. Divisi mining membawahi beberapa kontraktor yang melakukan

kegiatan-kegiatan produksi bijih nikel laterit PT Jhonlin Baratama.

2. Plant

Plant adalah sebuah divisi di dalam sebuah perusahaan yang mengemban tugas

dan tanggungjawab dalam manajemen asset berupa equipment dan

memastikan ketersediannya yang layak untuk dapat dipergunakan oleh divisi

lain untuk pencapaiaan target produksi dan kegiatan terkait aktivitas

pertambangan. Divisi ini bertugas dalam memperbaiki peralatan tambang yang

16
rusak pada saat operasional. Misalnya bertanggungjawab dalam perencanaan

perbaikan dan perawatan ban untuk mengoptimalkan biaya perawatan dan

pemakaiaan ban pada alat yang beroperasi. Divisi plant membawahi ADM

schedule, mechanic, dan helper.

3. Engineering

Engineering adalah divisi yang dibawahi langsung oleh supervisor engineering

yang bertanggungjawab dalam semua kegiatan tambang. Divisi ini merupakan

bagian dari pelaksanaan kegiatan KP yang atas tiga (3) bagian officer yaitu:

a. Officer MPE

Officer MPE bertugas untuk membuat model endapan dan menghitung

cadangan bijih nikel laterit yang akan ditambang. Mineplan mengolah data

bor dan data kandungan kadar tiap elevasi untuk memodelkan endapan

bijih nikel laterit dan menghitung cadangan berdasarkan cut of grade yang

telah ditetapkan oleh perusahaan.

b. Officer GC

Officer GC bertanggungjawab terhadap kegiatan pengawasan kadar bijih di

lapangan. Seorang grade control bertugas untuk mengawasi kegiatan ore

getting.

c. Officer EDP

Officer (Entry Data Processing) EDP bertanggungjawab untuk melakukan

entry (memasukkan/menginput dan mengeluarkan) data yang dibutuhkan

dan diperlukan oleh perusahaan. Seperti data produksi dan fuel.

2.7 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Wilayah izin usaha pertambangan PT Jhonlin Baratama terletak pada koordinat

3o11’4’’ LS dan 122o18’10’’ LU, yang ditunjukkan pada lampiran A. PT Jhonlin Baratama

17
terletak di Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi

Tenggara. Perjalanan dari Makassar menuju lokasi kerja praktik ditempuh dengan

menggunakan transportasi udara melalui Bandara Sultan Hasanuddin Makassar dengan

waktu tempuh 60 menit untuk sampai di Bandara Haluoleo Kendari. Perjalanan menuju

Kabupaten Konawe Utara khususnya lokasi kerja praktik ditempuh menggunakan

kendaraan umum dalam kurun waktu kurang lebih 7 jam.

2.8 Unit Laboratorium

PT Jhonlin Baratama tidak memiliki laboratorium khusus untuk melakukan

analisis sampel akan tetapi PT Jhonlin sebagai perusahaan kontraktor untuk melakukan

produktifitas bijih nikel laterit. Unit laboratorium yang digunakan untuk melakukan

analisis batuan dan preparasi sampel adalah PT Tiran Indonesia. Sampel diambil dari

setiap truk yang mengangkut bijih nikel dan telah disepakati bahwa satu sample grade

diambil dari setiap satu truck. Sistem pengetesan sampel yang dilakukan oleh PT Tiran

Indonesia telah diakui oleh kebanyakan lembaga survey sebagai sistem pengetesan

yang akurat dan direkomendasikan.

18
BAB III

AKTIVITAS KERJA PRAKTIK

3.1 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik

Kegiatan kerja praktik dilaksanakan pada wilayah operasi penambangan bijih

nikel laterit PT Jhonlin Baratama di Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara,

Provinsi Sulawesi Tenggara. Kegiatan kerja praktik dilaksanakan pada beberapa tempat

di wilayah penambangan PT Jhonlin Baratama meliputi:

a. Kantor PT Jhonlin Baratama

b. Lokasi Penambangan Blok 1

1. Pit A

2. Pit B

3. Pit C

c. Lokasi Penambangan Blok 2

d. Kantor PT Tiran Indonesia

e. Laboratorium PT Tiran Indonesia

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian pada kerja praktik

ini terdiri dari dua jenis yaitu:

3.2.1 Observasi

Metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan cara

mengamati daerah penelitian dengan melibatkan pancaindra. Pengumpulan data dapat

dibantu dengan alat yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan pencatatan dapat

19
ditulis pada lembaran kertas atau menggunakan media rekam elektronik. Metode ini

yang menghasilkan jenis data primer.

3.2.2 Dokumen

Pengumpulan data dengan metode ini yaitu pengambilan data melalui

dokumen-dokumen dari divisi yang berkaitan untuk melengkapi data yang diperlukan

pada penelitian ini. Metode dokumen ini yang akan memberikan data sekunder.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis data kuantitatif.

Metode ini merupakan pendekatan pengolahan data melalui metode statistik dan atau

matematik pada data-data primer dan sekunder yang telah terkumpul. Pada metode

analisis ini terdapat beberapa teknik analisis yang dilakukan, yaitu:

3.3.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan hasil temuan-

temuan data yang diperoleh melalui perhitungan matematik seperti perhitungan nilai

basisitas dan (silika/magnesium) S/M dari bijih nikel laterit yang diproduksi oleh

PT Jhonlin Baratama

3.3.2 Analisis Komparatif

Analisis komparatif yaitu kegiatan membandingkan suatu fenomena atau data

dengan fenomena atau data lainnya seperti membandingkan karakteristik endapan

bijih nikel laterit pada lokasi penambangan dengan karakteristik endapan bijih nikel

laterit yang telah diangkut.

3.3.3 Analisis Korelasi

Analisis korelasi yaitu mengetahui keterkaitan setiap data yang secara teori

belum terbukti misalnya hubungan antara topografi dan struktur regional endapan

20
nikel laterit pada lokasi penambangan dengan karakteristik endapan nikel laterit yang

terbentuk pada lokasi penambangan.

3.4 Kegiatan Kerja Praktik

Kegiatan kerja praktik secara umum meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan

pada bagian grade control dan quality control PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran

Indonesia. Selain itu, kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan adalah pengamatan

terhadap kegiatan survey lapangan, kegiatan produksi di lokasi penambangan, dan

pemberian materi dan arahan. Kegiatan kerja praktik secara rinci diuraikan dalam pada

lampiran b aktivitas harian kerja praktik.

Lingkup kerja pengendalian kualitas bijih nikel laterit di PT Jhonlin Baratama

digambarkan seperti pada Gambar 3.1 yang menunjukkan diagram alir pengendalian

kualitas bijih. Secara umum, kegiatan pengendalian kualitas bijih nikel dibagi menjadi

dua, yaitu kegiatan pengendalian kualitas bijih pada pra-penambangan dan kegiatan

pengendalian kualitas bijih pada saat penambangan. Kegiatan pengendalian kualitas

bijih pada pra-penambangan bertujuan untuk mengetahui kadar bijih pada endapan

sebelum ditambang. Pengambilan data titik bor dilakukan untuk mengetahui kadar bijih

pada tiap lapisan. Analisis kadar menghasilkan data kadar Ni, Fe, MgO, dan SiO 2 untuk

kemudian diolah oleh bagian mine planner engineer untuk mengetahui jumlah

cadangan yang ekonomis untuk ditambang. Apabila daerah pengambilan sampel

memiliki cadangan yang cukup dan ekonomis ditambang, maka akan dilakukan

kegiatan selanjutnya yaitu land clearing atau pembersihan lahan, pengupasan tanah

pucuk, dan pengupasan overburden. Apabila daerah pengambilan sampel tidak

ekonomis ditambang maka akan dilakukan evaluasi dan penentuan titik pengambilan

sampel yang baru.

21
Gambar 3.1 Diagram Alir Pengendalian Kualitas Bjih Nikel Laterit

3.4.1 Kegiatan Eksplorasi

Penentuan layak atau tidaknya suatu kegiatan penambangan ditentukan oleh

kualitas dan jumlah cadangan endapan bahan galian tersebut. Salah satu sifat dari

bahan galian adalah terdapat di permukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi

secara tidak merata. Bahan galian yang terdapat di suatu tempat bukan merupakan

kumpulan dari bahan galian yang murni, kebanyakan masih bercampur dengan bahan

galian atau material lainnya. Tujuan dari kegiatan eksplorasi adalah untuk mengetahui

penyebaran jumlah cadangan dan kadar dari suatu endapan bahan galian serta untuk

mengetahui keadaan, posisi, atau letak bijih dan lapisan batuan sekelilingnya ( country

rock). Setelah mengetahui penyebaran jumlah cadangan dan kadar dari suatu endapan

22
maka dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi detail. Kegiatan utama dalam tahap ini

adalah adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan

memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data-data yang lebih

teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran

kadar atau kualitas kadar. Sampel tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan

alat Bruker X-Ray Fluorescence di PT Tiran Indonesia. Data kadar yang dianalisis

adalah kadar Ni, Fe, MgO, dan SiO2.

Pada kegiatan eksplorasi, penentuan kadar nikel laterit merupakan bagian yang

terpenting untuk menentukan jumlah cadangan yang telah ada. Penentuan kadar bijih

nikel laterit merupakan bagian yang terpenting untuk menentukan jumlah cadangan

yang telah ada. Penentuan kadar bijih nikel yang perlu diketahui adalah cut of grade

(COG) yang telah ditetapkan sehingga dari data kadar rata-rata tiap meter kedalaman

lubang bor dapat ditentukan kadar dari titik bor tersebut.

Studi kelayakan merupakan bagian dari kegiatan eksplorasi yang bertujuan

untuk merancang rencana produksi, rencana kemajuan tambang, metode

penambangan, perencanaan peralatan, dan rencana investasi penambangan.

Berdasarkan rencana tersebut dan penentuan kadar yang telah ada maka dapatlah

diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan

menguntungkan atau tidak.

3.4.2 Kegiatan Penambangan

Penambangan bijih nikel yang diterapkan di PT Jhonlin Baratama dilakukan

secara tambang terbuka (Open Cut Mining), dimana sistem penambangan memotong

sisi bukit yang dimulai dari atas puncak gunung menurun ke bawah pada sisinya. Hal

ini dilakukan untuk membuat jenjang dengan sifat penambangannya yaitu dengan

selective mining yaitu sifat penambangan yang dilakukan dengan cara memilih daerah-

daerah tertentu yang mengandung kadar ekonomis untuk ditambang. Untuk

23
memisahkan material dari batuan induknya digunakan alat gali Excavator PC 300 dan

PC 200. Alat mekanis ini dalam melakukan operasi penambangan bijih hasil pemisahan

diletakkan pada suatu tempat tertentu ( pit). Bijih yang tertambang langsung dimuat

oleh alat muat excavator ke dalam alat angkut dump truck (DT), kemudian diangkut

langsung ke tempat penumpukan ore (stock yard). Tahapan penting yang dilakukan

pada kegiatan penambangan PT Jhonlin Baratama di pit C adalah sebagai berikut:

a. Pioneering dan Clearing

Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam kegiatan penambangan, yakni

persiapan alat-alat yang akan digunakan, pembuatan jalan tambang, dan

pengupasan material-material dan pepohonan ( clearing) yang menutupi

endapan bijih nikel dengan menggunakan alat-alat mekanis seperti bulldozer

tipe D6R. Pembuatan jalan tambang dapat ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Lapisan Tanah Penutup

b. Overburden Stripping

Tahap selanjutnya setelah pioneering dan clearing adalah pengupasan lapisan

tanah penutup. Pada proses pengupasan lapisan tanah penutup, material

tersebut dibuang ke daerah bekas penambangan atau diangkut ke tempat

pembuangan (disposal area), hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya

dampak negatif yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan.

24
3.4.3 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dari kegiatan penambangan pada PT Jhonlin Baratama

berpedoman pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dibuat oleh quality

control. SOP yang diterapkan terdiri atas 3 (tiga) yaitu:

a. Sample Stripping

Sample stripping bertujuan untuk memonitor dan mengontrol kegiatan

stripping dan clean up yang sedang dilakukan di Face/pit. Kegiatan ini

dilakukan sesuai dengan keadaan bukaan, dan pengambilan sampel ini tidak

dilakukan terus-menerus, yang hanya dilakukan apabila di lapangan ditemui

material atau face stripping secara visual di lapangan yang mengindikasikan

adanya peningkatan Ni ataupun Fe. Berikut ini adalah Gambar 3.3 yang

menunjukkan proses pengambilan sampel di parit uji pada blok 2.

Gambar 3.3 Proses Pengambilan sampel pada test pit Blok 2

b. Sampling Top Ore

Pengambilan sample top ore dilakukan dengan tujuan untuk memastikan

bagian atas dari lapisan bijih ( top ore). Pengambilan sampel dilakukan dengan

mengambil sampel pada lapisan yang diduga merupakan bagian atas dari bijih.

25
Analisis kadar pada pengambilan sample top ore biasanya menggunakan alat

analisis yang dapat dibawa ke lapangan seperti Nitton X-Ray Fluorescence. Jika

tidak tersedia alat analisis lapangan, maka diambil sampel kemudian dianalisis

di laboratorium. Lokasi pengambilan sampel diberi tanda. Apabila hasil analisis

menunjukkan sampel merupakan bijih yang ekonomis maka proses

penambangan dilanjutkan dengan melakukan ore getting pada daerah tersebut.

Berikut ini adalah Gambar 3.4 yang menunjukkan kenampakan sampel bijih

pada bagian atas perlapisan bijih.

Gambar 3.4 Kenampakan Sampel Bijih Top Ore Blok 1

Sampling top ore bertujuan untuk mengontrol kualitas ore di zona top ore yang

akan ditambang. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memasang

patok dan bendera putih dengan jarak ±2.5 cm di 9 titik pengambilan setiap

tiap patok dengan berat ±5 kg. Pengambilan sampel harus sesuai dengan

kondisi aktual di lapangan, perbandingan harus sesuai dengan soft dan rock.

c. Sample Check

Sample check bertujuan untuk memonitor dan mengontrol kualitas ore yang

akan diambil untuk produksi. Sebelum mengambil sampel di lapangan terlebih

dahulu memperhatikan daerah singkapan endapan bijih, kemudian memasang

patok di setiap interval ±2.5 meter di 9 titik pengambilan tiap patoknya. Proses

pengambilan sampel yang berada dekat dengan bench/tebing dapat dilakukan

26
dengan cara menggali badan bijih sedalam 10 cm dengan luas 54cm2 di sekitar

patok sebanyak 6 titik dengan menggunakan palu geologi atau pacul sampel

sebanyak ±5 kg untuk satu nomor sampel. Sampel harus diambil sesuai dengan

kondisi aktual di lapangan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada saat

pengambilan sampel. Berikut ini adalah proses pengambilan sample check pada

pit C.

Gambar 3.5 Proses Pengambilan Sampel pada Sample Check

3.4.4 Preparasi Sampel

Preparasi sampel adalah kegiatan mempersiapkan sampel sebelum dilakukan

analisis lebih lanjut dengan menggunakan alat Bruker X-Ray Fluorescence. Sampel

yang akan dianalisis kadarnya dimasukkan ke preparasi sampel terlebih dahulu untuk

direduksi, baik jumlah maupun ukuran butir dari sampel tersebut sehingga didapatkan

sampel yang homogen. Alat-alat yang diperlukan dalam pekerjaan preparasi sampel

hasil penambangan adalah sebagai berikut:

a. Sekop 30D, 15D, dan 1.5D. g. Splitter

b. Palu geologi h. Pulverizer

c. Talang i. Shieve Shaker 200 mesh

d. Oven j. Press Pellet, dan

e. Jaw Crusher k. Alat Analisis X-Ray Fluorescence

f. Roll Crusher yaitu Bruker

27
Tahapan preparasi sampel yang dilakukan di PT Tiran Indonesia terbagi atas

dua yaitu preparasi sampel dome dan preparasi sample check seperti pada Gambar

3.5 berikut ini.

Gambar 3.6 Diagram Alir Preparasi Sampel Bijih Nikel Laterit PT Tiran Indonesia

Preparasi sample dome adalah preparasi sampel yang dilakukan untuk

mengetahui kadar dalam satu dome produksi. Preparasi sampel dalam satu dome

terdiri atas dua sublot (40 increament) . Satu sublot terdiri atas 20 increament yang di

campur setelah dilakukan matriks 5x6. Kegiatan preparasi sampel diawali dengan

kegiatan penyaringan (screening). Screen yang digunakan berukuran 10x10 mm atau

20x20 mm. Kegiatan penyaringan bertujuan untuk memisahkan material berbutir halus

dengan material berbutir kasar. Material berbutir kasar yang tidak lolos penyaringan

(oversize) kemudian diremukkan menggunakan palu atau jaw crusher, sedangkan

material yang berbutir halus disiapkan untuk proses pencampuran atau mixing. Berikut

ini adalah Gambar 3.7 yang menunjukkan preparasi sample dome.

28
Gambar 3.7 Tahapan Preparasi Sampel PT Tiran Indonesia

Mixing adalah kegiatan mencampurkan material dengan menggunakan sekop.

Mixing bertujuan untuk membuat sampel menjadi homogen dan representatif saat

diambil sebagian kecilnya. Kegiatan yang dilakukan setelah mixing adalah membentuk

sampel menjadi persegi panjang dan membagi sampel menjadi beberapa bagian yaitu

5x6. Tiap kotak dari sampel ini diambil dengan menggunakan scoop 30D sehingga

didapatkan dua sampel yaitu sampel bagian A dan sampel bagian B ( quality sample)

serta sample waste atau disebut remainder. Sampel bagian A dan sampel bagian B

kemudian di mixing 3x sebelum dilakukan matriks 4x5 dengan menggunakan sekop

15D. Hasil matriks tersebut kemudian didapatkan quality sample. Quality sample

adalah hasil pencampuran yang mewakili 20 increament. langkah selanjutnya adalah

quartering dan MC sample. Quartering adalah kegiatan membagi sampel menjadi

empat bagian kemudian diambil dua bagian yang berseberangan. Hasil quartering

didapatkan sampel original dan duplikat. Berikut ini adalah Gambar 3.8 yang

menunjukkan proses preparasi sampel.

29
Gambar 3.8 Preparasi Sampel Lanjutan PT Tiran Indonesia

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan data kadar setelah

dianalisis. Pengeringan dilakukan dengan memanaskan sampel pada oven di suhu 120°

C ±8 sampai 18 jam. Pengeringan dilakukan dengan tujuan menghilangkan kandungan

air pada sampel untuk memudahkan dalam proses berikutnya.

Milling adalah kegiatan mereduksi ukuran sampel hingga berukuran -3mm.

Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan peralatan seperti double roll crusher dan

disk mill. Setelah kegiatan milling dilanjutkan dengan kegiatan splitter yaitu preparasi

dengan membagi dua sampel yaitu sampel buckup dan sampel original.

Setelah didapatkan sampel original langkah selanjutnya adalah pulverizer.

Pulverizer adalah kegiatan mereduksi ukuran butir material hingga 200 mesh sebelum

dilakukan vibrating screen atau sizing. Sampel yang didapatkan dari proses sizing

dibuatkan matriks 4x5 menggunakan scoop 1,5D untuk mendapatkan dua sampel.

Kegiatan terakhir pada preparasi sampel adalah membentuk sampel bubuk

menjadi pellet dengan menggunakan alat press pellet machine tipe mesin automatis.

Jenis pellet yang dibuat adalah pellet press dengan menggunakan wadah cup. Jenis die

yang digunakan adalah tipe datar. Sampel di- press sampai tekanan 80 kN. Gambar 3.9

berikut ini merupakan tahap terakhir dari proses preparasi sampel.

30
Gambar 3.9 Preparasi Sampel Lanjutan PT Tiran Indonesia

3.4.5 Analisis Kadar

Gambar 3.10 merupakan alat analisis kadar sampel yang dilakukan di dalam

Laboratorium menggunakan alat analisis Bruker X-Ray Fluorescence. Sampel yang

telah berbentuk pellet dan telah melalui tahap preparasi kemudian dianalisis kadarnya.

Alat analisis akan menembakkan X-Ray Fluorescence ke permukaan sampel kemudian

mendeteksi kandungan unsur dalam sampel. Lama waktu pembacaan tergantung pada

banyak sampel yang akan dianalisis kadarnya serta banyaknya unsur yang ingin

dideteksi pada sampel. Biasanya analisis kandungan unsur yang dilakukan pada sampel

bijih nikel laterit meliputi kadar Ni, Fe, MgO, dan SiO 2. Data kandungan sampel

kemudian dianalisis dan dihitung nilai basisitas dan S/M untuk mengetahui apakah bijih

nikel yang diproduksi sesuai dengan spesifikasi pabrik pengolahan atau tidak.

31
Gambar 3.10 Analisis XRF Menggunakan Bruker X-Ray Fluorescence

Apabila kadar bijih nikel yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi pabrik

pengolahan maka perlu dilakukan pencampuran atau blending bijih nikel dengan

kualitas yang berbeda untuk mecapai bijih nikel hasil blending yang sesuai dengan

spesifikasi pabrik pengolahan. Data kandungan sampel tersebut juga dapat digunakan

untuk menghitung rata-rata kadar Ni yang dihasilkan. Berdasarkan data kandungan

tersebut dapat membantu dalam proses untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

yang di alami pada saat di Lapangan.

3.4.6 Penambangan

Penambangan bijih nikel pada kuasa pertambangan PT Jhonlin Baratama

dilakukan setelah lapisan penutup ( overburden) habis tergusur, penambangan hasil

bijih dilakukan dengan alat-alat mekanis. Penambangan dilakukan pada batas-batas

tertentu dimana kadar masih memenuhi standar kadar pengapalan sebagaimana telah

ditetapkan. Pada PT Jhonlin Baratama hanya dilakukan penambangan bijih nikel kadar

tinggi dan medium dengan Cut Of Grade Ni lebih besar atau sama dengan 1.4%.

Pada proses penambangan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam upaya mengantisapi terjadinya perubahan kadar yaitu:

a. Teknik Penggalian atau Pengambilan Bijih

1. Karakteristik Endapan

32
Karakteristik endapan yang cocok untuk ditambang dipengaruhi oleh pola

penyebaran endapan, dan kelunakan bijih. Badan bijih dapat berbentuk

teratur atau tidak (massive).

2. Keseragaman Kadar

Keseragaman kadar yang bervariasi adalah hal yang harus diperhatikan

dalam penambangan, dengan mengetahui penyebaran kadar pada daerah

tertentu maka dalam penambangan dapat diperhitungkan untuk melakukan

mixing/blending agar mencapai kadar sesuai yang diinginkan.

3. Produksi yang Diinginkan

Target produksi yang diinginkan meliputi COG dan tonase yang akan

diproduksi per waktu tertentu. COG adalah batas kadar rata-rata terendah

yang masih dapat di blending dengan material lain sehingga mendapatkan

material bijih sesuai dengan yang diinginkan.

b. Pengontrolan Terhadap Pengotoran

Pengotoran pada bijih akan mempengaruhi kadar yang didapatkan. Pengotoran

dapat disebabkan karena adanya material yang tidak berharga yang ikut

tercampur dalam bijih. Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya dilusi yaitu

sebagai berikut:

1. Posisi Waste dan Bijih serta Cuaca

Daerah penggalian bijih yang lebih rendah dari lokasi pengupasan tanah

penutup akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jika dipengaruhi

oleh aliran air atau hujan dari atas ke bawah, maka daerah penggalian bijih

akan mengalami dilusi dari material yang terbawa bersama air.

2. Keadaan Bijih

Keadaan bijih yang ada di lapangan biasanya berbentuk boulder maupun

yang berada didekat boulder merupakan bijih yang berkadar tinggi.

33
permasalahan yang dihadapi adalah sangat sukar bagi suatu alat untuk

menambang bijih yang dekat dengan bolder.

3.4.7 Pengambilan Sampel Produksi

Pengambilan sampel dari kegiatan penambangan mengggunakan

metode sampling Face Production Ore. Gambar 3.11 menunjukkan proses

pengambilan sampel produksi di pit C.

Gambar 3.11 Proses Pengambilan Sampel Produksi

Metode sampling Face Production Ore dapat dilakukan dengan cara

meminta kepada operator agar mengambil dari lokasi aktif mining, dan

memposisiskan bucket backhoe dengan posisi yang aman dan tidak bergerak.

Mengambil sample sebanyak 3 titik di bucket backhoe dengan sekop 125D

sebanyak ±15 kg. sampel yang telah diambil dimasukkan ke dalam karung

yang diberi kode serta diikat dengan tali untuk membedakan sampel yang satu

dengan yang lainnya. Sampel tersebut kemudian dikirim ke laboratorium

preparasi untuk analisis kadar.

3.4.8 Pemuatan (Loading)

34
Setelah melakukan penambangan dan pengambilan sampel produksi maka

dilanjutkan dengan memuat ore ke dalam alat angkut dump truck. Mekanisme kerja

dari alat muat adalah gali, putar isi, tumpah, putar kosong, dan menurunkan bucket

untuk gali berikutnya.

3.4.9 Pengangkutan (Hauling) dan Pengambilan Sampel

Untuk pengangkutan bijih nikel menggunakan alat angkut DT dengan kapasitas

±50 ton dan melakukan pengangkutan langsung ke tempat penumpukan ore (stock

yard ETO dan EFO). Sebelum ore ditimbun ke ETO (Exportable Transit Ore) dan EFO

(Exportable Fine Ore), material ore terlebih dahulu dibawa ke sample house untuk

proses pengambilan sampel produksi. Proses pengambilan sampel yang dilakukan di

sample house dengan cara mengambil material dari 2 titik yang berbeda yaitu pinggir

dan tengah dengan sekop incerement sebanyak 15 kilo dalam 1 Dump Truck. Satu

sublot terdiri atas 20 incerement. Satu dome terdiri atas 40 incerement karena material

yang di angkut memiliki kadar moisture content (MC) yang sangat tinggi sehingga

untuk mempermudah dalam proses treatment dilakukanlah hal tersebut. Gambar 3.12

menunjukkan proses pengambilan sampel pada sample house.

Gambar 3.12 Proses Pengambilan Sampel ETO Stock

35
BAB IV

DISKUSI

4.1 Spesifikasi Bijih

Terdapat ketentuan khusus dari bijih yang akan diolah pada pabrik pengolahan

dimana tidak hanya mempertimbangkan nilai Ni yang dikandung bijih, sebab hal ini

akan berdampak pada proses yang akan berlangsung serta produk akhir pengolahan,

yaitu logam feronikel. Keseimbangan unsur-unsur yang dikandung dari tumpukan bijih

yang akan dijadikan umpan pabrik pengolahan maka dicari dengan melakukan

blending. Proses blending dilakukan sesuai kebutuhan bijih pada pabrik pengolahan.

Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan blending pada

bijih nikel yaitu kandungan bacisity (tingkat kebasaan), S/M, nilai Fe/Ni, nomor

blending, tonase, ratio, dan kadar unsur (Musnajam, 2012).

Tabel 4.1 Spesifikasi Bijih Nikel untuk Kebutuhan Pabrik Pengolahan (Musnajam, 2012)
Kandungan Unsur Kadar
Ni > 1,80%
Fe > 14,00%
BC ≥ 0,48
S/M < 2,20
SiO2 ≥ 3,80%

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan nilai kandungan bacisity/tingkat kebasaan

diperoleh dari perbandingan antara unsur-unsur oksida yang bersifat basa (MgO, FeO,

CaO, MnO, NiO) dan oksida-oksida yang bersifat asam (SiO 2). Dalam pelaksanaan

peleburan NiO dan MnO jumlahnya sangat sedikit dalam slag, kadar FeO dalam slag

dapat dianggap konstan karena adanya pembatasan kadar Fe dalam bijih untuk

menjaga kadar feronikel. Nilai 0,6-0,7 dari tingkat kebasaan dianggap ideal bagi proses

36
peleburan feronikel yang menggunakan tanur listrik dengan lining batu tahan api jenis

magnesia. Formula yang digunakan untuk menghitung nilai bacisity bijih yang akan

masuk pada pabrik pengolahan adalah sebagai berikut (Musnajam, 2012):

%MgO+ %CaO
BC=
%SiO 2

Nilai Fe/Ni diperoleh dari hasil perbandingan antara kandungan unsur Fe dan Ni

yang terdapat pada tumpukan bijih, nilai COG 1,8 % dari kandungan unsur Ni pada

bijih dianggap sebagai nilai terendah dalam menetapkan kadar unsur Ni pada bijih

yang akan masuk pada pabrik pengolahan, sebab suatu perusahaan dalam

mengusahakan bahan galian logam, penentuan COG tergantung dari seberapa besar

biaya yang dikeluarkan dalam proses penambangan dan pengolahan bahan galian

tersebut serta nilai jual dari logam yang dihasilkan (Musnajam, 2012).

4.1.1 Spesifikasi Bijih Nikel Blok 1 lokasi Penambangan

Spesifikasi bijih nikel blok 1 lokasi penambangan PT Jhonlin Baratama

ditunjukkan oleh Tabel 4.2 dari data kandungan unsur bijih nikel pada sampel ETO

check.

Tabel 4.2 Spesifikasi Bijih Nikel Pit C lokasi Penambangan


S
F M
N i F
e g
i O e S
Sample O
No ( 2 / / BC
ID ( (
% ( N M
% %
) % i
) )
)
2 3 2
1
7 1 1 1 2,
PC A 01 , 0,4
, 4, , , 1
SC 2 7
5 6 1 7 3
7
8 6 2
PC A 02 1 2 1 2 1 1, 0,5
SC , 1 6, 8 2 7 6

37
, ,
6 , 2
9 9 8
3 1 6
1 4
1 1
1 3
1 9 3 1,
PC A 03 6, 1 0,5
, , , 8
SC 7 , 4
5 5 0 5
8 1
3 2
3 2 1
1
1 0 6 2,
PC A 04 , 9, 0,4
, , , 1
SC 9 5 6
5 6 2 8
4
1 7 4
2 2 1
2
7 7 3 3,
PC A 05 , 7, 0,2
, , , 5
SC 0 8 9
0 3 2 1
4
8 5 7
2 2 1
2 7 1 2 2 1,
PC A 06 0,5
, , 1, , , 9
SC 1
1 2 3 3 9 8
8 7 9
1 3
2 2 3
0 8 1,
PC A 07 , 9, , 0,7
, , 3
SC 7 4 8 6
5 9 2
5 5 4
5 5
3 1
2 1
8 5, 6 2,
PC A 08 , 5 0,3
, 5 , 8
SC 3 , 5
0 5 3 5
3 8
8 4
PC A 09 2 3 7, 1 1 2, 0,4

38
1 8 5
,
, 5 , , 4
SC 0 1
5 2 1 4 2
5
9 8 1
1 3
2 2 6
2 5 1,
PC A 010 , 4, , 0,6
10 , , 4
SC 0 7 3 9
7 7 4
1 5 5
6 6
3 2 1
2
0 9, 2 4 2,
PC B 01 , 0,4
11 , 7 , , 3
SC 1 3
6 6 5 3 1
3
2 8 8
2 2 1
2 2
2 7 0 1,
PC B 02 , 0, 0,7
12 , , , 3
SC 1 7 6
2 4 3 2
6 4
9 1 2
Sambungan Tabel 4.2
S
F M
N i F
e g
i O e S
Sample O
No ( 2 / / BC
ID ( (
% ( N M
% %
) % i
) )
)
1 3
2 2 5
4 7 1,
PC B 03 , 2, , 0,6
13 , , 6
SC 7 5 3 0
5 4 6
2 4 6
7 5
14 PC B 04 2 2 1 3 8 1, 0,5
SC , 0 7, 1 , 7 7

39
, ,
4 8 1
3 1 4
9 7 7
4 3
2 2
2 1 9
2 8 1,
PC B 05 , 4, , 0,5
15 , , 9
SC 4 6 3 1
4 6 6
1 1 0
1 9
1 3
2 2 7
7 3 1,
PC B 06 , 3, , 0,7
16 , , 4
SC 4 7 0 1
5 6 2
9 2 6
8 2
2 3
2 9
0 2 3 1,
PC B 07 , , 0,6
17 , 0, , 6
SC 1 5 1
6 3 1 3
6 5
3 9
1 3
2 2 6
6 3 1,
PC B 08 , 1, , 0,6
18 , , 5
SC 4 8 5 4
1 9 5
5 7 9
4 2
3 1 2
1
9 2, 0 3 3,
PC B 09 , 0,2
19 , 9 , , 4
SC 6 9
4 4 0 3 3
9
8 9 6
2 2 1
1
2 5 3 2 1,
PC B 010 5, 0,6
20 , , , , 5
SC 5 5
1 3 8 0 3
2
3 1 6
21 PC C 01 1 2 1 2 1 1, 0,5

40
4 9 2
5,
, , , , 8
SC 9 4
9 0 5 6 5
5
4 1 5
1
2 2 3 6
8 1,
PC C 02 , 1, 8 , 0,5
22 , 7
SC 6 5 , 9 6
3 9
4 7 6 4
3
4 2
1 9
5 3, 5 2,
PC C 03 , , 0,3
23 , 3 , 7
SC 8 2 6
5 3 1 9
1 9
9 9
2 2 1
2 1
9 3 3 1,
PC C 04 , 4, 0,6
24 , , , 6
SC 1 2 2
0 1 4 2
6 7
1 1 3
2 2
2 1 9
4 7 1,
PC C 05 , 5, , 0,5
25 , , 7
SC 5 6 4 7
1 3 5
5 2 5
1 4
1
3 6
2 7 2 1,
PC C 06 4 , 0,6
26 , , 0, 6
SC , 6 1
7 8 7 5
1 1
4
1 3
2 2 5
2 7 1,
PC C 07 , 6, , 0,7
27 , , 4
SC 2 3 4 0
4 5 2
7 7 8
4 7

41
3 1 1
1
1 9, 9 6 2,
PC C 08 , 0,4
28 , 3 , , 0
SC 9 8
7 2 2 3 7
4
3 9 6
2 2
2 1 9
0 9 1,
PC C 09 , 7, , 0,5
29 , , 7
SC 1 3 4 8
6 8 2
8 3 6
3 4
1 3
2 2 6
3 9 1,
PC C 010 , 6, , 0,6
30 , , 4
SC 3 9 0 8
9 4 6
2 8 3
9 8
2 1
2 1
, 1 1,
Rata-rata 3 6, 2 0,5
31 1 , 9
Kadar , 1 8 5
6 6 4
8 6
3 6

Keterangan :

Fe/Ni : Rasio Fe/Ni diperoleh dari nilai kadar Fe dibagi kadar Ni

S/M : Tingkat asam-basa diperoleh dari nilai kadar SiO 2 dibagi kadar MgO

BC : Basisitas diperoleh dari nilai kadar MgO dibagi SiO 2

Tabel 4.2 menunjukkan spesifikasi bijih nikel blok 1 lokasi penambangan

PT Jhonlin Baratama. Berdasarkan data spesifikasi yang diperoleh didapatkan

kadar rata-rata Fe sebesar 23,8%, kadar Ni rata-rata 2,16%, kadar MgO rata-

rata 16,16%, kadar SiO2 rata-rata 28%, rasio Fe/Ni rata-rata 11,66%, S/M rata-

rata sebesar 1,94% dan basisitas rata-rata adalah 0,55%.

42
Data spesifikasi bijih nikel yang didapatkan menunjukkan kandungan

kimia, rasio Fe/Ni, tingkat keasaman, dan basisitas yang cukup baik dan sesuai

dengan spesifikasi bijih nikel untuk pabrik pengolahan menurut Musnajam

(2012) yaitu untuk kadar Ni lebih besar dari 1,8%, kadar Fe lebih besar dari

14%, basisitas lebih besar atau sama dengan 0,48%, S/M lebih kecil dari 2,2%,

dan kadar Si02 lebih besar atau sama dengan 3,8%.

4.1.2 Spesifikasi Bijih Nikel Blok 2 Lokasi Penambangan

Spesifikasi bijih nikel Blok 2 lokasi penambangan PT Jhonlin Baratama

ditunjukkan oleh Tabel 4.3 dari data kandungan unsur bijih nikel pada sampel ETO

check.

Tabel 4.3 Spesifikasi Bijih Nikel Blok 2 lokasi Penambangan

S
F M
N i F
e g
i O e S
Sample O
No ( 2 / / BC
ID ( (
% ( N M
% %
) % i
) )
)
2 2 2
1
9 5, 4 7 4,
B2AC 01 , 0,2
, 2 , , 6
SC 0 2
4 9 5 3 4
8
8 7 0
2 2 2
1
7 6, 8 3 4,
B2AC 02 , 0,2
, 8 , , 1
SC 1 4
4 9 4 6 3
6
8 7 9
2 2 2
1
9 7, 6 4 3,
B2AC 03 , 0,2
, 0 , , 6
SC 1 7
2 9 0 5 8
9
2 7 5

43
3 2 3
0
2 4, 0 3 4,
B2AC 04 , 0,2
, 3 , , 7
SC 9 1
6 1 5 2 8
8
2 9 9
3 3
1 1
3 2, 3 8,
B2AC 05 , 9 0,1
, 3 , 2
SC 0 , 2
5 7 2 3
1 5
5 2
1 3 1
1 1
8 3 2 2,
B2AC 06 , 4, 0,4
, , , 3
SC 4 0 2
1 2 7 7
2 3
2 7 6
2 1
3 9
9 8, 8 2,
B2AC 07 , , 0,4
, 1 , 2
SC 1 3 5
2 5 2 4
1 9
1 5
1 3
2 2 5
3 9 1,
B2AC 08 , 9, , 0,7
, , 3
SC 3 0 6 4
2 1 5
4 2 7
6 4
4 3
1 5
3 1 5,
B2AC 09 , , 0,1
, 1 , 8
SC 3 8 7
1 0 3
9 3
1 1
10 B2AC 010 1 3 1, 1 3 6, 0,1
SC , 7 9 2 2 7 5
1 , 2 , , 6
5 2 9 3

44
1 8 6
1 3 1
1 1
7 4 0 2,
B2AD 01 , 2, 0,3
11 , , , 8
SC 6 1 5
7 9 9 8
3 3
8 1 1
3 1
1 1 1
3 2 3,
B2AD 02 , 8 0, 0,3
12 , , 3
SC 4 , 0 0
1 4 0
7 3 5
6 5
1 3 1
1 1
8 3 0 1,
B2AD 03 , 8, 0,5
13 , , , 8
SC 7 4 5
8 5 9 2
2 1
8 3 8
3 2 1
1 1
0 2 8 1,
B2AD 04 , 2, 0,5
14 , , , 8
SC 6 1 3
4 7 1 8
8 4
7 8 4
2 2 1
2 1
2 9 0 1,
B2AD 05 , 8, 0,6
15 , , , 5
SC 2 9 4
2 3 0 5
2 3
4 5 2

Sambungan Tabel 4.3


No Sample N F M S F S BC
ID i e g i e /
( O O / M
% ( ( 2 N
) % % ( i
) ) %

45
)
3 2 1
1 3 5, 0 9 3,
B2AD 06 0,2
16 , , 4 , , 8
SC 6
7 7 3 7 8 2
9 5 8
2 3 1
1
4 7, 1 8 4,
B2AD 07 , 0,2
17 , 3 , , 2
SC 3 4
6 6 1 5 3
3
6 4 4
3 2 3
1 1
2 2, 5 0
B2AD 08 , 1, 0,0
18 , 1 , ,
SC 0 9 8
7 5 6 3
8 1
7 1 4
3 1 2
1 1
4 7 4 1,
B2AD 09 , 0, 0,6
19 , , , 6
SC 4 7 1
7 5 4 3
2 5
8 4 9
3 1 2
1 2 7, 9 3 2,
B2AD 010 0,4
20 , , 9 , , 4
SC 1
4 5 4 5 2 6
6 7 6
2 2 2
1
7 9, 4 0 3,
Kadar , 0,3
21 , 2 , , 9
Rata-rata 5 5
9 7 8 6 7
2
7 5 1

Tabel 4.3 menunjukkan spesifikasi bijih nikel blok 2 daerah

penambangan

46
PT Jhonlin Baratama. Berdasarkan data spesifikasi yang diperoleh didapatkan

kadar rata-rata Fe sebesar 27,97%, kadar Ni rata-rata 1,52%, kadar MgO rata-

rata 9,27%, kadar SiO2 rata-rata 24,85%, rasio Fe/Ni rata-rata 20,61%, S/M

rata-rata sebesar 3,97% dan basisitas rata-rata adalah 0,35%.

Data spesifikasi bijih nikel yang didapatkan menunjukkan kandungan

kimia. Rasio Fe/Ni dan basisitas yang cukup baik dan sesuai dengan spesifikasi

bijih nikel untuk pabrik pengolahan menurut Musnajam (2012) yaitu untuk

kadar Fe lebih besar dari 14%, basisitas lebih besar atau sama dengan 0,48%,

dan kadar Si02 lebih besar atau sama dengan 3,8%. Akan tetapi untuk kadar Ni

dengan kadar 1,52% dan perbandingan silika magnesium dengan kadar 3,97%

tidak sesuai dengan data spesifikasi bijih nikel untuk pabrik pengolahan.

4.2 Deviasi Kadar

Deviasi kadar merupakan selisih nilai kandungan bijih pada beberapa

tahapan penambangan tertentu. Divisi Quality Control PT Jhonlin Baratama

melakukan analisis terhadap deviasi kadar pada sampel produksi yang diambil

pada cone penambangan dengan sampel ETO stock yang diambil pada dump

truck. Deviasi kadar dapat dihitung dengan selisih kadar pada data kadar yang

ingin diketahui deviasinya. Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 menunjukkan nilai deviasi

kadar nikel pada sampel check, produksi dan sampel ETO stock yang diperoleh

dengan rumus:

Deviasi= |kandungan bijih sampel ETO Stock – kandungan bijih sampel produksi|

4.2.1 Kadar Sampel Produksi

47
Sampel produksi yang diperoleh terdiri atas dua (2) yaitu kadar original

dan duplikat. Untuk proses perhitungan kadar digunakan kadar yang memiliki

nilai acuan terendah. Berdasarkan operasi kegiatan penambangan yang telah

dilakukan pada beberapa titik khususnya untuk kegiatan penambangan Pit C

didapatkan data kadar rata-rata pada Tabel 4.4 yaitu:

Tabel 4.4 Kadar Sampel Produksi


N F M Si Ca
i e gO O2 O
Sample
No ( ( ( ( (
ID
% % % % %
) ) ) ) )
1
1
0
PCJM 02 , 19, 36,
, 1,4
SP DPL 1 53 46
6
3
7
1
1
3
PC JN 03 , 20, 37, 1,0
,
SP ORY 5 97 93 1
2
8
1
2
1
3
PC KJ 01 , 8,4 28, 0,5
,
SP ORY 8 1 94 6
3
2
9
1
1
0
PCJM 01 , 22, 39,
, 1,3
SP ORY 2 97 25
0
9
9

48
1
1 2
PCSI 01 15, 34, 1,0
, ,
SP ORY 63 98 1
4 3
4
1
1
3
Kadar , 17, 35, 1,0
,
Rata-rata 4 5 51 6
9
4
4
4.2.2 Kadar Sampel ETO Stock

Sampel ETO yang diperoleh terdiri atas dua yaitu kadar original dan

duplikat. Untuk proses perhitungan kadar digunakan kadar yang memiliki nilai

acuan terendah. Berdasarkan operasi kegiatan penambangan yang telah

dilakukan pada beberapa titik khususnya untuk kegiatan penambangan Pit C

didapatkan data kadar rata-rata seperti Tabel 4.5 yaitu:

Tabel 4.5 Kadar Sampel ETO Stock


S
F M
N i Ca
e g
i O O
N O
Sample ID ( 2 (
o ( (
% ( %
% %
) % )
) )
)
1 3
1 6 15 6
DOME 3058
, , ,3 , 0,8
SL-1 DPL
7 0 7 5
1 4 9

49
1 3
1
2 9
DOME 3058 SL- , 20 0,8
, ,
2 ORY 7 ,5 2
4 6
4
2 5 6
2 3
1
0 12 3
DOME 2041 SL- , 0,4
, ,0 ,
1 DPL 7 5
4 3 0
2
3 5 2
2 3
1
0 10 1
DOME 2041 SL- , 0,5
, ,9 ,
2 ORY 6 8
5 2 1
2
4 6 7
1 3
1
7 5
, 14 0,6
Kadar Rata-rata , ,
6 ,7 6
3 1
9
5 7 1

4.2.3 Perubahan Kadar Nikel Sampel Produksi dan Sampel ETO

Untuk mengetahui besarnya perubahan kadar dari kegiatan sampel

produksi sampai ETO, maka perlu dilihat dari data kadar rata-rata tiap metode

pengambilan sampel. Dari data yang telah diperoleh khususnya untuk Pit C

areal penambangan didapatkan perubahan kadar sebesar 25% dari hasil

pengangkutan. Perubahan kadar dapat dihitung dengan cara:

Q= Q2-Q1X100%

Dimana:

Q = Presentase perubahan kadar

Q1 = Kadar rata-rata sampel produksi

50
Q2 = Kadar rata-rata sampel ETO

Sehingga:

Q = Q2-Q1X100%

= 1,695-1,444

= 0,251 X 100%

Q = 25,1%

4.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kadar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kadar adalah

sebagai berikut:

1. Operasi Kegiatan Penambangan

Kegiatan penambangan ialah faktor yang menentukan optimal dan tidaknya

kandungan kadar pada bijih nikel sesuai dengan kandungan kadar awal kegiatan

pemboran eksplorasi. Dalam sistem operasi penambangan terbuka dengan metode

selective mining yang metode pengambilannya memilih bijih/ ore sangat berpengaruh

pada alat yang digunakan untuk bisa mengoptimalisasi kadar bijih yang akan

ditambang dan pada saat penggalian dalam upaya pengontrolan terhadap terjadinya

pengotoran (dilusi).

a. Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan pada areal penambangan blok 1 pit C yakni 2 buah jenis

excavator yaitu PC 200 dan PC 300. Berdasarkan pengamatan di lapangan,

perubahan kadar dapat terjadi karena fungsi excavator tidak sesuai dengan

kegiatan selective yang dilakukan, yang seharusnya kegiatan selective

dilakukan dengan menggunakan excavator PC 200 yang kapasitas bucket-nya

lebih kecil, tetapi selective biasanya dilakukan dengan menggunakan excavator

PC 300 sehingga untuk memilih dan memisahkan ore dari waste sangat sulit

51
untuk dilakukan akibatnya ore sering kali terakumulasi dengan waste.

Menggunakan excavator PC 300 karena bijih yang akan diambil berada dekat

dengan material yang keras sehingga sangat sulit apabila menggunakan

excavator PC 200.

b. Pengontrolan Terhadap Pengotoran

Pengotoran disebabkan karena adanya material yang tidak berharga ikut

tercampur dalam bijih. Untuk itu, dengan adanya penyebaran ore saprolit yang

tidak merata pada areal penambangan ini, maka biasanya terjadi pula

kehilangan bijih. Keadaan penyebaran dan ketebalan bijih yang tidak merata

ini, menyulitkan seorang grade control dalam mengambil keputusan apakah

suatu areal pit cadangan ditambang atau diangkut ke areal stock yard atau

tidak ditambang sama sekali. Metode selective mining diakui sangat efektif

untuk menghindari terjadinya mining dilution, namun pada prosesnya ada hal-

hal yang harus dievaluasi misalnya pada saat pembukaan suatu areal pit

cadangan dengan sistem back filling biasanya dilakukan pada pit cadangan lain.

Akibatnya OB yang didorong ke daerah blok cadangan itu akan mempengaruhi

kadar bijih yang ada pada daerah tersebut. Berikut adalah hal yang

mempengaruhi dilusi adalah:

1. Posisi waste dan badan bijih serta cuaca

Daerah penggalian bijih yang lebih rendah dari lokasi pengupasan tanah

penutup akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jikalau terjadi hujan

dari atas ke bawah maka daerah penggalian dibawahnya akan mengalami

dilusi dari material yang terbawa oleh air hujan.

2. Keadaan bijih

Bijih yang berbentuk boulder maupun yang berada dekat dengan boulder

merupakan bijih yang berkadar tinggi. permasalahan yang dihadapi di

52
lapangan adalah sangat sukar bagi alat untuk melakukan selective terhadap

bijih dengan boulder.

2. Proses Pengambilan Sampel

Hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kadar bijih nikel yang akan

ditambang adalah cara pengambilan sampel. Standarisasi pengambilan sampel yang

telah ditetapkan haruslah menjadi perhatian penting bagi sampler pada saat di

lapangan. Untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan standarisasi yang telah ada

maka haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Mempersiapkan sarana pendataan dan pengambilan sampel seperti sekop

incerement, kantong, label, dan lain sebagainya.

b. Tidak dibenarkan memilih-milih sampel yang harus dimasukkan ke sekop untuk

dijadikan sampel

c. Besarnya sampel yang diambil setengah di atas tumpukan.

3. Perawatan Ore di Stock Yard

Hal terpenting pada saat ore telah diletakkan di stock yard adalah melakukan

perawatan terhadap ore tersebut, yaitu penimbunan ore di stock yard sudah memiliki

beberapa ketentuan. Ketentuan utama ore pada saat telah dilakukan penimbunan ialah

bahwa ore telah siap untuk dikapalkan. Ketika perawatan terhadap ore tidak ada maka

hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Waktu penumpukan ore di stock pile akan membentuk tumpukan, yang

setelah itu akan dilakukan penataan ore oleh bulldozer akan tetapi sebelum

itu dapat terjadi genangan air ketika tumpukan di stock pile tidak ditutup.

Hal ini akan berpengaruh terhadap perubahan kadar air dan kadar ore itu

sendiri.

b. Dapat terjadi campuran antara ore dengan waste ketika landasan stock pile

tidak disetrilkan.

53
4. Proses Preparasi Sampel

Proses preparasi sampel merupakan proses mereduksi ukuran butir material

sebelum dilakukan analisis di laboratorium. Perubahan kadar bijih akan sangat

berpengaruh apabila sistem preparasi tidak dilakukan sesui dengan SOP yang telah

ditetapkan. Hal yang sangat berpengaruh terhadap perubahan kadar pada saat

preparasi adalah alat yang digunakan. Tidak dibenarkan menggunakan alat yang

kurang bersih untuk preparasi selanjutnya misalnya jaw crusher. Jaw crusher adalah

alat yang digunakan untuk mereduksi ukuran butir yang berukuran sekitar ±22mm.

untuk menghindari terjadinya perubahan kadar pada saat menggunakan alat sebaiknya

dibersihkan terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya dekomposisi dengan material

lainnya. Begitupun dengan alat seperti roll crusher dan splitter. Pengaruh yang sangat

berpengaruh terhadap perubahah kadar yaitu pada saat proses sieve shaker.

Sebaiknya sebelum menggunakan alat sizing terlebih dahulu dibersihkan menggunakan

compressor kemudian dicuci dan dikeringkan. Setiap menggunakan alat terlebih dahulu

dibersihkan untuk menghindari perubahan kadar yang sebenarnya di lapangan.

4.3 Hambatan yang Dihadapi

Hambatan-hambatan yang dihadapi selama kegiatan kerja praktik di PT

Jhonlin Baratama dan PT Tiran Indonesia adalah perubahan cuaca yang selalu

berubah-ubah setiap harinya sehingga untuk proses pengambilan sampel di

lapangan terhambat. Hambatan lain yang ditemui adalah tidak dapat dilakukan

pengamatan langsung pada kegiatan pengambilan sampel barging.

54
4.4 Rekomendasi

Kegiatan kerja praktik yang telah dilaksanakan di PT Jhonlin Baratama

memberikan beberapa gagasan dan ide mengenai topik yang dapat diangkat dalam

penelitian tugas akhir. Beberapa ide tersebut diantaranya:

1. Studi perubahan kadar nikel pada tahapan penambangan bijih nikel laterit di

PT Jhonlin Baratama

2. Studi blending bijih nikel laterit di PT Jhonlin Baratama

3. Studi perubahan kadar besi laterit menggunakan metode pemanasan ekstrim

55
DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, R. W. Van., 1949. The Geology of Indonesia, Vol. 1 A, Government Printing


Office, The Hauge.

Dalvi, A. D.; Bacon, W. G.; & Osborne, R. C. 2004. The Past and the Future of Nickel
Laterites. Paper presented at the PDAC 2004 International Convention,
Toronto.

Hamilton, W., 1979. Tectonics of Indonesian Region, US Geological Survey Profesional


Paper. 345p.

Musnajam. 2012. Optimalisasi Pemanfaatan Bijih Nikel Kadar Rendah dengan Metode
Blending di PT. Antam Tbk. UBPN Sultra, Jurnal Teknologi Technoscientia Vol.
4. Hal. 217-219

Rusmana, E dan Sukarna, D., 1985. Tinjauaan Stratigrafi Lengan Tenggara Sulawesi
Dibandingkan dengan Daerah Sekitarnya. Proceeding of Indonesia Association
Geologist, 14th Annual Convention, h.61-70.

Simandjuntak, T. O., Rusmana, E., Supandjono, J. B dan Koswara, A., 1993. Peta
Geologi Lembar Penelitian Sulawesi Tenggara . Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.

Sukamto, R., 1975. The Structure of Sulawesi in the Light of Plate Tectonics . Paper
Presented in the Regional Conference of Geology and Mineral Resources:
Jakarta.

Sukandarrumidi, 1999. Bahan Galian Industri. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta. 51pp.

49
LAMPIRAN

50
Lampiran A Peta IUP PT Tiran Indonesia

51
Lampiran B Aktivitas Harian Kerja Praktik
Tabel Aktivitas Harian Kerja Praktik
Hari/
No Lokasi Aktivitas
Tanggal
Tahapan pengenalan
Sabtu, 9
Kantor PT Tiran dengan Staff dan
Februari
Indonesia pengurusan
2019
administrasi
Minggu,10 Persiapan
Mess PT Tiran
Februari pemberangkatan ke
Indonesia
2019 lokasi site
Senin,11 Kantor PT
Pengurusan
Februari Jhonlin
administrasi
2019 Baratama
Selasa, 12 Laboratorium Pengenalan alat
Februari Preparasi laboratorium PT Tiran
2019 Sampel Indonesia
Rabu, 13 Kantor PT
Februari Jhonlin Presentasi proposal KP
2019 Baratama
Orientasi lapangan dan
Kamis, 14 Daerah
pemberian materi oleh
Februari penambangan
surveyor engineer
2019 Blok 1
Tahapan pengenalan
Jumat, 15 dengan Staff dan
Kantor PT Tiran
Februari penjelasan mengenai
Indonesia
2019 topik kerja praktik

Survey lapangan untuk


Sabtu, 16 Daerah mengetahui elevasi
Februari Penambangan pengupasan lapisan
2019 Blok 1 tanah penutup dan
topografi
Pengamatan kegiatan

Minggu,17 Daerah pengambilan sampel


Februari Penambangan produksi yang
2019 Blok 1 dilakukan oleh seorang
sampler
Senin, 18 Daerah Pengamatan kegiatan
10 Februari Penambangan pengambilan sample
2019 Blok 2 test pit
Daerah
Selasa, 19 Survey lapangan dan
Penambangan
11 Februari pengamatan kegiatan
Blok 1 dan
2019 preparasi sample check
Laboratium

52
Rabu, 20 Daerah Orientasi lapangan dan
12 Februari Penambangan arahan dari Grade
2019 Blok 1 Control
Daerah Membuat surat jalan
Kamis, 21
Penambangan produksi dari daerah
13 Februari
Blok 1 dan Pos penambangan ke stock
2019
Ceker yard
Sambungan Tabel Aktivitas Harian Kerja Praktik
Hari/
No Lokasi Aktivitas
Tanggal
Membuat surat jalan
Jumat, 22
produksi dari daerah
14 Februari Pos Ceker
penambangan ke stock
2019
yard
Sabtu- Pengamatan proses
Daerah
senin, 23- selective mining dan
15 Penambangan
25 Februari loading pada daerah
Blok 1
2019 aktif mining
selasa, 26 Pemberian materi
16 Februari ETO tentang MC Treatment
2019 di Lapangan
Rabu, 27 Pengamatan tentang
17 Februari ETO proses penanganan MC
2019 di lapangan
Kantor PT Input data fuel dan
Jhonlin orientasi lapangan
Kamis, 28
Baratama dan tentang proses
18 Februari
Daerah pengambilan sampel
2019
Penambangan check
Blok 2
Pengamatan dan
pengambilan data
Jumat-
Laboratorium PT kegiatan pengendalian
19 sabtu, 1-2
Tiran Indonesia kualitas bijih nikel dari
Maret 2019
proses preparasi
sampel

Minggu, 3
20 Gereja Ibadah hari Minggu
Maret 2019

Kantor PT
Senin, 4
21 Jhonlin Penyusunan Laporan
Maret 2019
Baratama
Selasa- Laboratorium Proses pengamatan
22 rabu, 5-6 PT.Tiran preparasi sampel dan
Maret 2019 Indonesia analisis kadar
Kamis- Daerah Proses pengamatan
23 jumat, 7-8 Penambangan kegiatan pengendalian
Maret 2019 Blok 1 kualitas bijih

53
Sabtu, 9 Pengamatan Kegiatan
24 EFO Jetty
Maret 2019 Survey Lapangan

Minggu, 10
25 Gereja Ibadah hari Minggu
Maret 2019

Kantor PT
Senin, 11 Pengumpulan Data
26 Jhonlin
Maret 2019 Lapangan
Baratama

Selasa, 12 Mess PT Jhonlin


27 -
Maret 2019 Baratama

Sambungan Tabel Aktivitas Harian Kerja Praktik


Hari/
No Lokasi Aktivitas
Tanggal
Kegiatan pengambilan
Daerah sampel check dan
Rabu, 13
28 Penambangan mengamati proses
Maret 2019
Blok 1 pengambilan sampel
produksi
Daerah Proses pengambilan
Kamis, 14
29 Penambangan sampel tanah dan
Maret 2019
Blok 1 sampel batuan
Jumat-
Asistensi bagan alir
sabtu, 15- Kantor PT Tiran
30 sample check dan
16 Maret Indonesia
sample dome
2019

Minggu, 17
31 Gereja Ibadah Hari Minggu
Maret 2019

Kantor PT Penyusunan Laporan


Senin, 18
32 Jhonlin dan pengurusan
Maret 2019
Baratama sertifikat

Selasa, 19 Mess PT Jhonlin


33 Packing
Maret 2019 Baratama

54
Lampiran C Standar Operasional Prosedur Pengendalian Kualitas Bijih

1. SOP PT JHONLIN BARATAMA


A. SAMPLING STRIPPING
Tujuan :
Untuk memonitor dan mengontrol kegiatan Stripping dan Clean Up yang
sedang dilakukan di Face/Pit. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan keadaan
bukaan, dan pengambilan sample ini tidak dilakukan terus-menerus, hanya
dilakukan apabila di lapangan ditemui material atau face stripping secara visual
di lapangan yang mengindikasikan adanya peningkatan kadar Ni ataupun Fe.
Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku pada saat Grade Control mengambil sample
Stripping (OB & Waste) di face/Pit.
Prosedur
a. Persiapan alat kerja
b. Pemeriksaan lokasi kerja dan peralatan safety
c. Penomoran sampel
d. Pengiriman sampel ke labarotorium
B. SAMPLING TOP ORE
Tujuan :
Untuk mengontrol kualitas ore di zona top ore yang akan ditambang
Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku pada saat Grade Control mengambil sample top ore
di face/Pit.
Prosedur
a. Persiapan alat kerja
b. Pemeriksaan lokasi kerja dan peralatan safety
c. Pengambilan sample:
- Pasang patok dan bendera putih dengan jarak ±2,5m.
- Sample diambil di permukaan sedalam 10 cm dengan luas permukan 36
cm2 di 9 titik pengambilan.
- Pengambilan sample ini diambil di sekitaran patok dengan berat ± 5 kg.
- Pastikan sample diambil sesuai kondisi aktual di lapangan, perbandingan
harus sesuai antara soft dan rock (tanah dan batu).
d. Penomoran sample

55
e. Pengiriman sample
Penggantian bendera dan penulisan kadar
- Segera setelah sample selasai dianalisis dan hasil analisis tiba dari
laboratorium, sampler segera mengganti bendera putih dengan bendera
yang sesuai dengan hasil analisis dari laboratorium.
- Sebelum bendera dipasang/diganti, cocokkan nomor di patok dengan nomor
sample
- Tulis pada bendera sesuai hasil analisis laboratorium
C. SAMPLING CHECK
Tujuan
Untuk memonitor dan mengontrol kualitas ore yang akan diambil untuk
produksi
Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku pada saat Grade Control mengambil sample check
di mining face / Pit.
Prosedur
a. Persiapan alat kerja
b. Pemeriksaan lokasi kerja dan peralatan safety
c. Sebelum patok dipasang, amati dengan baik lokasi yang akan diambil
samplenya
d. Pasang patok dan bendera putih yang sudah ditulis dengan nomor/ID sample
dan tanggal di setiap interval jarak ±2,5 meter
e. Mengambil sample di permukaan sedalam 10 cm dengan luas 36 cm² di sekitar
patok sebanyak 9 titik dengan menggunakan palu geologi atau pacul sample
sebanyak ±5 kg untuk 1 nomor sample.
f. Mengambil sample di bench / tebing sedalam 10 cm dengan luas 54 cm² di
sekitar patok sebanyak 6 titik dengan menggunakan palu geologi atau pacul
sample sebanyak ±5 kg untuk 1 nomor sample.
g. Sample harus diambil sesuai dengan kondisi aktual material di lapangan,
perbandingan harus sesuai (proporsional) antara soft dan rock (tanah dan
batu)
h. Sample diambil bila ditemukan kenampakan visual yg berbeda dari level
sebelumnya.
i. Penomoran sample

56
j. Pengiriman sample
Penggantian bendera dan penulisan kadar
- Segera setelah sample selasai dianalisis dan hasil analisis yang tertulis di
waybill tiba dari laboratorium, sampler segera mengganti bendera putih
dengan bendera yang sesuai dengan hasil analisis dari Laboratorium.
- Sebelum bendera dipasang/diganti, cocokkan nomor di patok dengan nomor
sample.
- Tulis pada bendera sesuai hasil analisis laboratorium.
D. SAMPLING FACE PRODUCTION ORE
Tujuan
Untuk memonitor dan mengontrol kualitas ore yang sedang ditambang,
Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku pada saat Grade Control mengambil sample
produksi ore di mining face
Prosedur
a. Meminta kepada operator agar mengambil dari lokasi aktif mining, selanjutnya
memposisiskan bucket backhoe dengan posisi yang aman dan tidak bergerak
(diam ditempat).
b. Meminta kepada operator agar isi bucket jangan terlalu penuh untuk
menghindari terkena jatuhan tanah/batu ketika sedang melakukan sampling di
bucket tersebut.
c. Mengambil sample sebanyak 3 titik di bucket backhoe dengan sekop 125D
sebanyak ± 15 kg. Pastikan material proporsional antara soft dan rock (tanah
dan batu) sehingga mewakili informasi daerah yang sedang di mining.
d. Mengambil sample disetiap interval truck ke 5 untuk hino 700 (100 ton) untuk
1 nomor sample di waybill.
e. Memasukkan sample ke dalam karung dan mengikatnya untuk menghindari
sample tertumpah.
f. Penomoran sample
g. Pengiriman sample
E. KETERANGAN WARNA PITA:
1. Putih : Belum Ada Hasil Analisis
2. merah : Kadar Ni < 1.20%
3. Merah muda : Kadar Ni 1.20 % – 1.39 %

57
4. Orange : Kadar Ni 1.40 % – 1.59%
5. Kuning : Kadar Ni 1.6 % – 1.79 %
6. Hijau : Kadar Ni 1.8 % – 1.99 %
7. Double Hijau : Kadar Ni > 2 %
Disetujui oleh
Dibuat oleh Diterima oleh

(Ir. Daud Kala’ Bombang)


(Engineering Team) (KTT)
Project Manager
Date: Date: Date:

2. SOP PT TIRAN INDONESIA


A. PROSES PENGAMBILAN SAMPEL PRODUKSI

No. Dokumen : TI/MAT/03


PT TIRAN INDONESIA

d
Halaman :
a
r
i
3
Revisi : 0
PROSEDUR PENGAMBILAN
No. Terbitan : 1
SAMPLE PRODUKSI
: Feb
Tgl. Penerbitan
2019

A. RUANG LINGKUP

58
Prosedur ini dipergunakan sebagai petunjuk kerja pengambilan sample
(sampling) bijih nikel yang akan dimuat ke stockpile produksi menurut
Japanese Industrial Standard (JIS) yang harus diikuti oleh personel sampling.
B. STANDAR ACUAN
JIS M 8109:1996. Garnierite Nickel Ores - Methods for Sampling,
Sample Preparation, and Determination of Moisture Content.
C. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA
a. Sepatu Safety
b. Helmet
c. Masker
d. Ear plug
e. Sarung Tangan Kain
f. Kaca Mata Safety
g. Cangkul Kecil
h. Drum/Ember polyethylene kapasitas 25 liter bertutup atau karung kap±25 Kg
i. Kantong plastik kapasitas 5 kg
j. Spidol Permanent
k. Pita Berwarna
D. PRINSIP
Sample bijih nikel diambil secara manual dari atas permukaan bijih di
atas truk. Banyaknya increment yang diambil yaitu setiap 1 truk (±10 ton)
sekali sebanyak ± 11 kg/increment menggunakan scoop 100D.
E. BAHAN KIMIA (REAGENS)
Tidak ada
F. PROSEDUR KERJA
a. Ambil sample tiap increment (setiap 1 truk DT) menggunakan scoop
100D di permukaan bijih di atas truk.
b. Masukkan ke dalam ember polyethylene atau karung kap±25 Kg dan di
tutup rapat dengan tutupnya dan diberikan kode dengan pita berwarna.
c. Ulangi pengambilan sample sampai cukup untuk mewakili sample bagian
nya, misalnya 20 increment (mewakili 20 truk). Sample ini di sebut Sub
sample/Sample bagian A. (total cargo mewakili ±200 kg).

59
d. Ulangi kembali pekerjaan No. 6.1 sampai 6.3 untuk mewakili Sample
bagian B sampai Sample bagian E sehingga sampai produksi selesai
(total cargo mewakili ±1000 MT = 100 truk DT).
e. Sample bagian A sampai Sample bagian E disebut 1 Sublot (Sampelh:
Sublot 1), dan di beri label yang sesuai..
f. Setelah Sample bagian E selesai di sampling, bawa sample tersebut ke
preparasi sampel.
Catatan : Sample-sample bagian untuk perwakilan satu sublot tersebut
ada kemungkinan tidak tercapai, dan dilaporkan sesuai dengan jumlah
increment nya/kantongnya dengan maksimal adalah 100 increment.
G. REKAMAN DATA
Disiapkan Oleh: T. Yusdiansyah Diperiksa dan Disahkan Oleh:

B. PROSES PREPARASI SAMPEL PRODUKSI


No. Dokumen : TI/MAT/04
PT TIRAN INDONESIA
Halaman : 1 dari 3

Revisi : 0
PROSEDUR PREPARASI (BESAR)
No. Terbitan : 1
SAMPLE PRODUKSI
Tgl. Penerbitan : Feb 2019

1. RUANG LINGKUP
Prosedur ini dipergunakan sebagai petunjuk kerja preparasi (BESAR)
sample produksi menurut standar Japanese Industrial Standard (JIS) yang
harus diikuti oleh personel preparasi sample.
2. STANDAR ACUAN
JIS M 8109:1996. Garnierite Nickel Ores - Methods for Sampling,
Sample Preparation, and Determination of Moisture Content.
3. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA
a. Sepatu Safety
b. Helmet

60
c. Masker
d. Ear Plug
e. Sarung Tangan kain
f. Kaca Mata Safety
g. Bingkai Matriks 4 x 5 Size -22.4 mm
h. Mesin Jaw Crusher/Palu
i. Plastik sample ukuran 5 Kg
j. Scoop 30 D
k. Spidol permanent
l. Kantong coli core ukuran 5 Kg
4. PRINSIP
Sejumlah increment sample yang telah diambil (tiap group) diperkecil
ukuran partikelnya sampai -20 mm dengan menggunakan palu (manual)/ jaw
crusher (mesin). Dari sample yang telah digerus ini diambil 6-8 kg untuk
General Analysis dan 1-5 Kg untuk penentuan Moisture Content.
5. BAHAN KIMIA (REAGENS)
Tidak ada
6. PROSEDUR KERJA
a. Setiap 10 increment (±110 kg/10 truk DT) sample yang di terima di
preparasi besar, dilakukan pengecilan ukuran partikel sampai -20 mm
dengan menggunakan mesin Jaw Crusher besar atau dihancurkan secara
manual menggunakan palu/martil diatas plat besi.
b. Campurkan sample setiap 10 increment (sebagai Sample Group A1), aduk
3 kali secara merata, dan lakukan matriks 4 x 5 menggunakan scoop
30D dengan ketebalan max. 35-45 mm. Sample yang terkumpul ±6-8 kg,
dimasukkan ke dalam kantong plastic/ember tertutup rapat. Lakukan untuk
10 sample increment berikutnya dengan cara yang sama (sebagai Sampel
Group A2).
c. Campurkan Sample Group A1 dan A2, aduk 3 kali secara merata, dan
lakukan matrix 4 x 5 menggunakan scoop 30D dengan ketebalan max. 35-
45 mm. Sample yang terkumpul ±6-8 kg, dimasukkan ke dalam kantong
plastic/ember tertutup rapat (sebagai Sample Bagian A).
d. Tunggu untuk Group berikutnya (B - E).
e. Ulangi pekerjaan No. 6.1. sampai 6.3

61
f. Setelah semua Sample Bagian lengkap (A-E), gabungkan dan campurkan 5
sampel bagian (±55 kg) di atas Plat Besi, diaduk 3 kali secara merata,
matriks 4 x 5 menggunakan scoop 30D, sehingga didapat Sample Sublot
sebanyak ±6-8 kg (2 kali pengambilan, masing-masing sebagai sample
Quality dan Sample Quality duplicate). Sisa sample yang masih ada lalu
diambil sebanyak ±6-8 digunakan sebagai sample MC dengan
menggunakan scoop 20D, sehingga didapat sample sebanyak ±4-6 kg.
g. Sampel dimasukkan ke kantong plastik, lalu diberi label yang sesuai dengan
kode sampelnya.

7. REKAMAN DATA
Disiapkan Oleh: T. Yusdiansyah Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:

C. PROSEDUR PENGERINGAN SAMPEL


No. Dokumen : IK-TI-2-01OVEN
INSTRUKSI KERJA
Halaman : 1 dari 1
PT TIRAN INDONESIA
Revisi : 0

PENGERINGAN DENGAN No. Terbitan : 1


DRYING OVEN (ELECTRIC)
Tgl. Penerbitan : Feb 2019

1. TUJUAN
Untuk mengeringkan sampel nikel sehingga dapat diproses ketahap
selanjutnya.
2. RUANG LINGKUP
Instruksi kerja ini mencakup pekerjaan proses pengeringan sampel nikel untuk
tahap proses selanjutnya sebelum diremukkan dan dihaluskan dengan Ring
Mill/Pulverizer.
3. PENANGGUNGJAWAB
a. Preparator bertanggung jawab dalam proses pengeringan sampel nikel dalam
Drying Oven.

62
b. Supervisor preparator bertanggung jawab untuk menginstruksikan proses
pengeringan sampel nikel yang dilakukan.
4. DEFENISI
Drying oven adalah alat untuk mengeringkan sampel nikel pada temperature
tertentu (105oC).
5. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KESELAMATAN KERJA
a. Drying Oven Besar (Elektric)
b. Tray/Loyang Aluminium
c. Alat Pelindung Diri (Sarung Tangan Kain, Masker Debu, Kaca Mata, Sepatu,
Helmet).
6. LANGKAH KERJA
a. Masukkan sampel nikel kedalam tray/loyang aluminium yang sudah diberi
identitas barcode.
b. Masukkan tray kedalam drying oven diatas rak, susun rapi agar proses
penguapan berjalan dengan baik.
c. Nyalakan oven dan set temperature pada suhu 1050C.
d. Tinggalkan sampel nikel dalam oven pengeringan selama ±18 jam untuk
mendapatkan sampel yang benar-benar kering.
e. Jika sampel sudah kering, gunakan sarung tangan dan masker untuk
mengeluarkan sampel dari drying oven.
Disiapkan Oleh: T. Yusdiansyah Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:

D. PROSEDUR MESIN JAW CRUSHER


1. TUJUAN
Untuk memeperkecil ukuran partikel sampel nikel tanpa mengurangi
berat sampel nikel.
2. RUANG LINGKUP
Instruksi kerja ini mencakup pekerjaan proses peremukan/penghancuran
sampel nikel dari ukuran besar menjadi partikel tertentu dengan menggunakan alat
Jaw Crusher. Pengurangan ukuran partikel biasanya hingga 3-10 mm.
3. PENANGGUNGJAWAB
a. Preparator bertanggung jawab dalam proses peremukan sampel nikel.

63
b. Supervisor preparator bertanggung jawab untuk menginstruksikan proses
peremukan sampel nikel sebelum atau setelah pengovenan.
4. DEFENISI
Jaw crusher adalah alat untuk meremukkan sampel nikel.
5. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KESELAMATAN KERJA
a. Jaw crusher
b. Kompressor
c. Pipa besi
d. Kuas
e. Alat pelindung diri (sarung tangan kain, masker debu, kaca mata, sepatu,
helmet, earplug).
6. LANGKAH KERJA
a. Bersihkan Jaw Blade, hopper serta bagian tempat keluarnya hasil crushing.
b. Pastikan alat Jaw Crusher dalam kondisi bersih tanpa ada material ataupun
kotoran yang masih menempel.
c. Hidupkan arus listrik dengan menekan saklar pada posisi ON.
d. Tempatkan penampung sampel nikel dibawah tempat keluaran hasil
crushing.
e. Masukkan sampel nikel kedalam hopper dengan hati-hati (tidak melebihi
kapasitas hopper) sesuai dengan nomor ID/jenis sample-nya. Jika sampel
nikel tersebut basah atau tertahan didalam pada Jaw Blade (misalnya
pecahan batu keras), dorong dengan bantuan pipa besi. Jangan sekali -kali
mendorong dengan menggunakan tangan langsung kedalam hopper.
f. Selama proses peremukkan dilakukan, tutup segera hopper agar tidak ada
material yang terlempar serta untuk mengurangi debu yang keluar dari
dalam hopper.
g. Jika semua sampel nikel telah selesai digiling, segera matikan alat Jaw
Crusher dengan menekan saklar pada posisi OFF.
h. Pindahkan sampel nikel pada tempat/wadah yang bersih. Jaga sampel
tersebut agar tidak terkontaminasi oleh kotoran/debu dari lingkungan
sekitar atau sampel nikel lain yang sedang diremukkan atau dihaluskan.
i. Bersihkan kembali alat Jaw Crusher seperti langkah 1 & 2.
j. Pastikan sebelum hingga selesai pengerjaan peremukkan sample harus
menggunakan perlengkapan keselamatan kerja yang sesuai.

64
Disiapkan Oleh: T. Yusdiansyah Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:

E. PROSEDUR PRESS PELLET

Name
Title Date Signature

Hendrikus Tappi
Date Site Manager

Rahmatullah
QAQC

Annisa Indriani
Analyzed

1. TUJUAN
Prosedur alat ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara
mengoperasikan Press Pellet dengan baik dan benar.
2. RUANG LINGKUP DAN APLIKASI
Prosedur ini digunakan pada penggunaan/pengoperasian Press Pellet
dalam kegiatan preparasi untuk menghasilkan sampel pellet yang berpotensi
menghasilkan bahaya.
3. ALAT PELINDUNG DIRI
a. Kacamata
b. Masker
c. Jas laboratorium
4. PERINGATAN UMUM

65
a. Setiap operator wajib mengetahui prosedur penggunaan mesin untuk
menghindari kerusakan pada mesin. Pahami cara kerja alat, kapasitas, dan
batasannya. Kesalahan dalam mengoperasikan dapat memperpendek usia
alat ini.
b. Kelalaian dan kecerobohan dalam bekerja dapat membahayakan dan
mencederai diri anda sendiri dan orang lain.
c. Pastikan anda sudah mengetahui emergency response procedure, letak
kotak P3K di lokasi kerja Anda.
d. Dilarang keras mengoperasikan alat dalam pengaruh alkohol dan obat-
obatan terlarang. Beritahukan kepada pengawas apabila anda
mengkonsumsi obat yang dapat menimbulkan kantuk dan kurangnya
kewaspadaan.
e. Jangan memasukkan cairan/barang atau benda yang yang dapat merusak
sample/pulp ataupun alat ini.
f. Jika sesuatu yang tidak normal terjadi pada mesin saat dioperasikan, tekan
stop button dan turunkan power ON/OFF kemudian laporkan ke staff yang
berwenang.
g. Pastiakan alat dalam kondisi baik dan bersih sebelum dan sesudah
digunakan.
h. Gunakan APD dengan baik dan benar selama bekerja.
5. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
A. Persiapan dan Pengecekan Kondisi Alat
1. Lakukan Pengecekan dan memastikan secara menyeluruh kondisi alat
sebelum digunakan.
2. Pastikan bahwa Anda sudah menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai.
3. Pastikan alat bisa digunakan (tidak ada Warning Tag).
4. Kabel-kabel dalam kondisi baik (tidak ada yang lepas atau robek).
5. Cek kondisi oli mesin di level indicator-nya, dianjurkan tetap berada
diatas level indicator tengah, kalau sudah dibawah segera ditambahkan.
6. Atur di batas terendah 12 ton dan batas tertinggi 40 ton.
7. Tombol on/off dan lampu star berfungsi dengan baik.
8. Mor dan sekrup pada alat tidak ada yang lepas atau longgar.
9. Singkirkan barang-barang yang tidak semestinya disekitar area kerja.

66
10. Bersihkan central hole tempat sampel di press dengan menggunakan
vacum cleaner dan tissu.
11. Siapkan peralatan lain yang akan digunakan seperti cup aluminium dan
talang sampel.
12. Siapkan sample yang akan dipres secara berurutan.
B. Pengoperasian Alat dan Memasukkan Sampel yang akan di Press
1. Sample 200 mesh dari preparasi di cross check dengan data dari Waybill
yang sudah di Input
2. Jika sudah sesuai dengan data Waybill, siapkan Cup Aluminium dan
Sample yang akan dianalisis
3. Bersihkan terlebih dahulu alat Press Pellet
4. Masukkan sample tersebut ke dalam Cup aluminium sampai merata
5. Setelah itu, masukkan Cup aluminium yang sudah diisi sample ke Alat
Press Pellet
6. Tombol Release diputar ke kiri untuk menurunkan tempat Cup
aluminium yang akan di press
7. Tutup sample dengan penutup Cup Aluminium, sebelum itu Penutup
press pellet dibersihkan terlebih dahulu
8. Putar Bowlring Press Pellet hingga rapat (Putar ke kanan). Kemudian
tombol Release diputar kembali ke kanan
9. Tekan tombol Reload hingga tekanan 20 Ton, lalu tekan tombol Stop
10. Tombol Release diputar ke kiri untuk membuka Bowlring-nya agar tidak
susah diputar
11. Putar Bowlring Press Pellet sampai ke atas (Putar ke kiri)
12. Kemudian tombol Release diputar ke kanan , lalu klik tombol Reload
hingga sample yang sudah di press naik
13. Setelah sample sudah di press tulis id sample di Cup Aluminium bagian
belakang yang tidak teranalisis, lalu masukkan ke dalam ruangan X-Ray
Fluorescence untuk dianalisis
14. Kemudian bersihkan kembali alat Press Pellet dan Penutup Cup
Aluminium agar tidak terjadi kontaminasi dari sample lain
6. PERAWATAN ALAT
a. Bersihkan selalu mesin press sebelum dan setelah pemakaian
b. Bersihkan selalu bagian hydraulic pressure system dengan lap kain

67
c. Bersihkan selalu bagian press tools terutama bagian central hole dan cover
-nya
d. Periksa selalu level oli, cairan seharusnya diisi diatas level indicator
tengahnya. Isi dengan cairan oli hydrolic 10.

F. PROSEDUR XRF BRUKER

Name
Title Date Signature

Hendrikus Tappi
Date Site Manager

Rahmatullah
QAQC

Annisa Indriani
Analyzed

1. TUUAN
Prosedur alat ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara
mengoperasikan XRF-Bruker S2 Puma dengan baik dan benar.
2. RUANG LINGKUP DAN APLIKASI
Prosedur ini digunakan pada penggunaan/pengoperasian XRF-Bruker S2
Puma untuk menganalisis sampel yang berpotensi menghasilkan bahaya.
3. DOKUMEN TERKAIT
-
4. PERINGATAN UMUM
a. Setiap operator wajib mengetahui syarat-syarat khusus, bagian berbahaya,
dan tindakan pencegahan pada alat ini sebelum mengoperasikan.
b. Pastikan anda sudah mengetahui emergency response procedure, letak fire
extinguisher, kotak P3K di lokasi kerja anda.

68
c. Pahami cara kerja alat dan batasannya. Kesalahan dalam mengoperasikan
dapat merusak dan memperpendek usia alat ini.
d. Dilarang keras mengoperasikan alat dalam pengaruh alkohol dan obat-
obatan terlarang. Beritahukan kepada pengawas apabila anda
mengkonsumsi obat yang dapat menimbulkan kantuk dan kurangnya
kewaspadaan.
e. Pastikan alat dalam kondisi baik dan bersih setelah selesai digunakan.
f. Gunakan APD dengan baik dan benar selama bekerja.
g. Kelalaian dan ketidaktelitian ketika mengoperasikan/menggunakan XRF
Bruker menyebabkan kesalahan informasi dan pengambilan keputusan
yang salah.
h. Untuk menghindari dan mencegah terjadinya potensi bahaya dan kerugian
gunakan Standar Job Prosedur yang ditentukan
i. Periksa bahaya kebocoran radiasi
5. ALAT PELINDUNG DIRI
a. Kacamata
b. Masker
c. Jas Laboratorium
6. SPESIFIKASI PERALATAN
X-Ray Fluorescence tube with VF-50 J-Pd, Generator 50 kV, Detector
XFlash Standard, 20 sample chember. Analysis in air, or vacum, XY
Autochanger Loader.
7. GAMBAR ALAT

8. STANDAR OPERATIONAL PROSEDURE

69
A. Persiapan dan Pengecekan Kondisi Alat
1. Lakukan Pengecekan dan memastikan secara menyeluruh kondisi alat
sebelum digunakan, mulai dari UPS, Monitor dan juga instrumen X-Ray
Fluorescence.
2. Pastikan bahwa Anda sudah menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai
3. Pastikan alat bisa digunakan (tidak ada Warning Tag). Informasikan
selalu apabila ada kerusakan pada alat
4. Pastikan instrument X-Ray Fluorescence sudah terhubung dengan arus
listrik.
5. Singkirkan barang-barang yang tidak semestinya disekitar area kerja.
6. Siapkan peralatan lain yang akan digunakan seperti UPS, Komputer, dan
tissu
7. Siapkan sample yang akan dianalisis
8. Pastikan suhu ruangnya memenuhi spesifikasi untuk ruang X-Ray
Fluorescence
B. Menghidupkan Instrument XRF Bruker S2 Puma
1. Pastikan X-Ray Fluorescence sudah terhubung dengan UPS, dan Juga
Komputer
2. Untuk menyalakan UPS tekan tombol power pada UPS sampai lampunya
berwarna hijau
3. Untuk menyalakan X-Ray Fluorescence naikkan tombol power switch
pada alat
4. Pastikan muncul tampilan BRUKER pada alat
5. Perhatikan dan pastikan kondisi alat berfungsi baik/normal setelah
dihidupkan.
6. Pada Login , klik Username Lab Manager (Passwordnya tidak usah di isi)
dan klik OK

70
7. Setelah berada ditampilan awal , Turn Key 2 Switch On X-Ray
Fluorescence ( Putar kunci ke kiri )
8. Hubungkan alat X-Ray Fluorescence dengan program yang sudah

disediakan di komputer. Pilih Program Spectra Elements


9. Kemudian muncul Login, klik Username Lab Manager (Passwordnya
tidak usah di isi) dan klik OK

10. Pada komputer, klik File, Connect, kemudian klik Connect

11. Alat siap untuk digunakan.


C. Menganalisis Sampel dengan Instument XRF Bruker S2 Puma

71
1. Masukkan sampel bawaan dari Bruker , Copper untuk mengecek Energy
Calibration Check dan Vacum Calibration, FLX K-04 untuk mengecek
Quality Check
2. Setelah mengecek Quality Checknya pastikan QC tercentang hijau
3. Catatan: Jika salah satu QC tidak tercentang hijau, cek ulang QC dan
jika tetap tidak tercentang hijau Drift Standard Quality Check pakai FLX
K-04. Setelah itu cek ulang QC.

4. Masukkan sampel standard untuk dianalisis terlebih dahulu kemudian


diikuti memasukkan sampel reguler yang akan dianalisis
5. Masuk Ke Loader ketik Id sampel Standard dan Id sampel yang akan
dianalisis dengan Metode TIRAN-1

Catatan: Jika sampel tersebut murni Ore pakai Metode Solid, dan jika
sampel tersebut dicampur bahan kimia pakai Metode Pressed Pellet.

6. Masuk ke Result Manager untuk melihat hasil analisis , kemudian Copy


Value hasil analisis ke Form yang telah dibuat

7. Laporkan hasil analisis ke Admin


8. Lakukan analisis sesuai prioritas sampel

72
D. Menghentikan Operasi Instrument XRF Bruker S2 Puma
1. Menghentikan operasi X-Ray Fluorescence diperlukan apabila ada
pemadaman listrik atau ada yang perlu untuk di cek.
2. Rekomendasi dari Teknisi Bruker sebaiknya menghidupkan alat 24 jam
sehari tanpa ada pemadaman. Hal ini untuk memperpanjang usia alat,
sebaliknya jika pemadaman listrik dilakukan secara terus menerus, hal
ini akan memperpendek usia alat X-Ray Fluorescence.
3. Pastikan semua sample telah selesai di analisis
4. Pastikan alat sudah tidak digunakan lagi
5. Tutup program Spectra Elements kemudian, matikan alat X-Ray
Fluorescence

6. Kembali ke menu awal lalu klik


7. Kemudian jika muncul perintah, klik OK

8. Matikan mesin dengan menurunkan power switch pada X-Ray


Fluorescence
9. Lalu tekan tombol power pada UPS, kemudian cabut kabel yang
berwarna hitam
E. Perawatan Alat
1. Bersihkan selalu alat X-Ray Fluorescence sebelum dan setelah
pemakaian, mulai dari cover sampai sampel chamber tempat sampel di
analisis
2. Bersihkan juga Detector menggunakan vakum dengan hati-hati
3. Pastikan Plastik Mylar tidak rusak

73
4. Pastikan aliran listrik ke alat X-Ray Fluorescence stabil, tidak berubah-
ubah.

74
Lampiran D Diagram Alir Preparasi Sample Check

74
Lampiran E Diagram Alir Preparasi Sample Dome

75
76
77

Anda mungkin juga menyukai