KERJA PRAKTIK
OLEH
MECKY MANTUNG
D621 15 013
GOWA
2019
ii
ABSTRAK
Nikel laterit merupakan endapan bijih nikel yang terbentuk dari proses laterisasi
pada batuan ultramafik yang mengandung unsur Ni, baik peridotit maupun serpentinit.
Bijih nikel merupakan salah satu bahan tambang yang penting di dunia. Penambangan
dan pemanfaatan endapan nikel laterit telah banyak dilakukan oleh industri
pertambangan di Pulau Sulawesi, khususnya di Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten
Konawe Utara di PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran Indonesia. Salah satu masalah
yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah kadar dari bijih tersebut yang bervariasi
sehingga akan sangat berpengaruh terhadap kualitas bijih nikel yang diproduksi.
Kegiatan kerja praktik ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pengendalian kualitas
bijih nikel laterit di PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran Indonesia sehingga kualitas dan
kadar bijih nikel yang diproduksi dapat terus terjaga selama proses pra-penambangan
hingga proses penambangan. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk
penelitian pada kerja praktik ini terdiri dari dua jenis, yaitu observasi dan pengambilan
data dari dokumen perusahaan, yang dianalisis sehingga menghasilkan nilai deviasi
dan spesifikasi kimia bijih nikel laterit yang diproduksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk kadar Ni rata-rata di sampel ETO yaitu 1,44% dan untuk sampel produksi
yaitu 1,69% sehingga perubahan kadar yang terjadi yaitu 25,1%. untuk itu perlu
dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan (Standar Operasional Prosedur) SOP di
lapangan, serta proses preparasi sampel di laboratorium.
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik ini dengan
judul “Pengendalian Kualitas Bijih Nikel Laterit PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran
Selatan”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat lulus Mata Kuliah Kerja Praktik
ini berisi tentang kegiatan lapangan pengendalian kualitas bijih nikel yang dilakukan
oleh PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran Indonesia, dan karakteristik endapan nikel
Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materi sehingga
laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terimah kasih
kepada:
1. Markus L. Balik dan Yuliana Lopak selaku Orang tua yang selalu memberikan
menyelesaikan kegiatan kerja praktik ini serta penyusunan laporan dengan baik
2. Bapak Dr. Sufriadin. ST., MT selaku dosen pembimbing kerja praktik yang telah
3. Bapak Daud Kala Bombang, selaku project manager PT Jhonlin Baratama yang
v
4. Bapak Albert Paulus, selaku Mine Plan Engineer PT Jhonlin Baratama yang telah
Baratama.
Tiran Indonesia.
6. Bapak A. Suago, Perdinand Roland L, Carles Tombi selaku Officer Grade Control
Jhonlin Baratama.
7. Bapak La Ode Tri Hijrialdi, Ikramullah Jum dan Rafael Pakadang, Syahrir Fajar
Arsyad, Ibu Tri Lidya Kasy yang telah memberikan saran dan kritik serta
kerja praktik dan dalam penyusunan laporan sehingga kritik dan saran sangat penulis
kerja praktik ini. Akhir kata, semoga laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi
Mecky Mantung
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBARx
DAFTAR TABELx
DAFTAR LAMPIRANxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Kerja Praktik
1.4 Tahapan Kegiatan Pengendalian Kualitas Bijih
1.4.1 Pengambilan Sampel (Sampling)
1.4.2 Preparasi Sampel
1.4.3 Analisis Kadar
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Geologi Regional
2.1.1 Geomorfologi Regional
2.1.2 Stratigrafi Regional
2.2 Litologi Regional
2.3 Struktur Geologi Regional
2.4 Sejarah PT Jhonlin Baratama
2.5 Visi, Misi dan Kebijakan Sistem Manajemen
2.5.1 Visi
2.5.2 Misi
2.5.3 Sistem Kerja Manajemen
2.6 Struktur Organisasi
2.6.1 Direktorat
2.6.2 Departemen
2.6.3 Section Head
2.7 Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.8 Unit Laboratorium
vii
BAB III AKTIVITAS KERJA PRAKTIK
3.1 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Observasi
3.2.2 Dokumen
3.3 Metode Analisis Data
3.3.1 Analisis Deskriptif
3.3.2 Analisis Komparatif
3.3.3 Analisis Korelasi
3.4 Kegiatan Kerja Praktik
3.4.1 Kegiatan Eksplorasi
3.4.2 Kegiatan Penambangan
3.4.3 Pengambilan Sampel
3.4.4 Preparasi Sampel
3.4.5 Analisis Kadar
3.4.6 Penambangan
3.4.7 Pengambilan Sampel Produksi
3.4.5 Pemuatan (Loading)
3.4.5 Pengangkutan (Hauling) dan Pengambilan Sampel
BAB IV DISKUSI
4.1 Spesifikasi Bijih
4.1.1 Spesifikasi Bijih Nikel Blok 1 Daerah Penambangan
4.1.2 Spesifikasi Bijih Nikel Blok 2 Daerah Penambangan
4.2 Deviasi Kadar
4.2.1 Kadar Sampel Produksi
4.2.2 Kadar Sampel ETO Stock
4.2.3 Perubahan Kadar Nikel Sampel Check, Sampel Produksi dan Sampel ETO
4.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kadar
4.3 Hambatan yang Dihadapi
4.4 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Bijih nikel laterit adalah endapan nikelferrous yang terjadi karena proses
mineral olivine pada peridotit terdekomposisi oleh air tanah yang bersifat asam. Bijih
nikel limonit adalah jenis endapan yang terjadi akibat proses dekomposisi air tanah
yang bersifat asam, sehingga magnesium (MgO) dan nikel (Ni) terlarut, sedangkan
silikon tersuspensi sebagai koloid silika kelapisan bawah. Bijih nikel garnierit/saprolit
adalah jenis endapan yang terjadi akibat proses pelindihan. Larutan yang masih
mengandung magnesium, nikel, dan silika ke lapisan bawah sampai akhirnya larutan
Dalvi, 2004 mengungkapkan bahwa negara yang memiliki cadangan nikel laterit
terbesar ke-empat di dunia adalah Indonesia, yaitu sebesar 1,576 MT atau sekitar 15%
dari cadangan nikel di dunia. Berdasarkan data tersebut Indonesia memiliki potensi
yang besar sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Pulau Sulawesi
merupakan salah satu penghasil endapan nikel laterit terbesar di Indonesia. Nikel
umumnya diproduksi menjadi beberapa jenis seperti logam halus, bubuk, spons, dan
sebagainya. Lebih dari 60% digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja tahan
karat atau stainless stell. Stainless steel merupakan salah satu jenis baja yang
digunakan dalam industri khususnya untuk industri yang membutuhkan bahan yang
memiliki ketahanan terhadap korosi tinggi serta sifat mekanis yang baik.
Tenggara. Salah satu perusahaan yang melakukan penambangan endapan nikel laterit
1
adalah PT Jhonlin Baratama Site yang melakukan proses penambangan nikel laterit di
Salah satu masalah yang dialami dalam proses penambangan nikel laterit di PT
Jhonlin Baratama Site adalah kadar bijih pada endapan nikel laterit yang bervariasi
sehingga akan sangat mempengaruhi kualitas bijih yang diproduksi. Kegiatan kerja
praktik ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan dalam pengendalian kualitas bijih
nikel laterit di PT Jhonlin Baratama Site dengan tujuan kualitas dan kadar bijih yang
penambangan. Oleh karena itu, kerja praktik ini dilakukan untuk mengetahu kegiatan
pengendalian kualitas bijih yang dilakukan di PT Jhonlin Baratama Site dan PT Tiran
kandungan unsur pada sampel bijih laterit yang akan dianalisis lebih lanjut.
Rumusan masalah dalam kegiatan kerja praktik di PT Jhonlin Baratama Site dan
2. Bagaimana analisis perubahan kadar dari lokasi aktif mining sampai stock yard
2
1. Mengetahui tahapan kegiatan pengendalian kualitas bijih nikel laterit PT Jhonlin
2. Mengetahui analisis perubahan kadar dari lokasi aktif mining sampai stock yard
merupakan kegiatan yang dilakukan pada bagian quality control yang secara umum
meliputi:
kandungan unsur kimia dalam sampel dengan menggunakan alat X-Ray Fluorescence
(XRF). Preparasi sampel adalah tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mereduksi
ukuran butir suatu bahan galian menjadi lebih kecil dari ukuran semula untuk
a. Screening
b. Crushing (peremukan)
3
c. Mixing (pengadukan/pencampuran)
d. Matriks
e. Quartering
f. Pengeringan
g. Milling
h. Shieve Shaker
i. Pembuatan pellet
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
1949), dikelilingi oleh laut yang cukup dalam. Sebagian besar daratannya dibentuk
Sulawesi berbentuk huruf “K” dengan empat lengan yaitu Lengan Timur memanjang
dan Lengan Selatan membujur utara-selatan. Ke-empat lengan tersebut bertemu pada
bagian tengah Sulawesi yang merupakan pengunungan dan dibentuk oleh batuan
gunung api. Di ujung Timur Lengan Utara terdapat beberapa pengunungan api aktif,
diantaranya adalah Gunung Lokon, Gunung Soputan, dan Gunung Sempu. Rangkaiaan
gunung aktif ini menerus sampai ke Sangihe. Lengan Timur merupakan rangkaiaan
pegunungan yang dibentuk oleh batuan Ofiolit. Pertemuan antara Lengan Timur dan
bagian Tengah Sulawesi disusun oleh batuan Malihan, sementara Lengan Tenggara di
yang aktif bertabrakan. Akibat tektonik aktif ini, pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya
dipotong oleh sesar regional yang masih aktif. Kenampakan morfologi dikawasan ini
5
merupakan cerminan sistem sesar regional yang memotong pulau ini serta batuan
penyusun pada bagian Tengah Sulawesi, Lengan Tenggara, dan Lengan Selatan
dipotong oleh sesar regional yang umumnya berarah timur-laut baratdaya. Sesar yang
masih aktif sampai sekarang pada umumnya merupakan sesar geser mengiri.
bagian yaitu, Ujung Utara, bagian Tengah, dan ujung Selatan. Ujung Utara dimulai
dari Palopo sampai Teluktolo dan dibentuk oleh batuan Ofiolit. Bagian Tengah yang
merupakan bagian paling lebar (sampai 162,5 km), didominasi oleh batuan Malihan
dan batuan Sedimen Mesozoikum. Ujung Selatan Lengan Tenggara merupakan bagian
yang relative lebih landai dan didominasi oleh batuan Sedimen Tersier.
Tangke Lembuke yang merupakan morfologi tanah yang sangat kasar dengan
Mangkuka yaitu 2970 mdpl. Berdasarkan relief, ketinggian, batuan penyususn dan
stadia wilayah,
morfologi yaitu satuan perbukitan tinggi, satuan perbukitan rendah, dan satuan karst.
ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar. Batuan penyusun morfologi ini
6
Satuan perbukitan rendah menempati luas di Utara Kendari dan Ujung Selatan
Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri dari bukit kecil dan rendah
C. Satuan Karst
Satuan karst dicirikan dengan perbukitan kecil dan sungai di bawah permukaan
tanah. Sebagain besar batuan penyusun satuan morfologi didominasi oleh batu
Lembar Lasusua-Kendari dapat dibedakan dalam dua Lajur Geologi yaitu Lajur Tinondu
dan Lajur Hialu. Lajur Tinondu dicirikan oleh batuan endapan paparan benua dan Lajur
Hialu oleh endapan kerak samudera/ofiolit. Secara garis besar kedua mandala ini
batuan penyusun daerah penelitian diurutkan dari termuda yaitu sebagai berikut:
A. Aluvium (Qa)
Alluvium (Qa) terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal. Satuan ini
merupakan endapan sungai, rawa, dan endapan pantai. Umur satuan ini adalah
halosen.
7
Batuan Ofilot (Ku) terdiri atas Harzburgit, Dunit, Serpentinit, Gabro, dan
Di atas batuan malihan itu secara tak selaras menindih batuan Sedimen
Keduanya diperkirakan berumur Trias Akhir hingga Jura Awal. Formasi Meluhu
tersusun dari batusabak, fillit, dan kuarsit serta sisipan batugamping hablur.
Pada Neogen tak selaras di atas kedua madala yang saling bersentuhan itu,
hingga Pliosen yang terdiri dari Formasi Eemoiko dan Formasi Boepinang.
8
Formasi Eemoiko dibentuk oleh batugamping koral, kalkarenit, batupasir
napal pasiran, dan batupasir. Secara tak selaras kedua formasi ini tertindih oleh
formasi Alangga dan Formasi Buara yang saling menjemari. Formasi Alangga
berumur Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan batupasir yang belum padat.
pantai yang berumur Resen. Satuan batuan termuda yaitu endapan sungai,
.
2.2 Litologi Regional
kenampakan fisik baik secara megaskopis maupun mikroskopis, dimana litologi pada
basement dari Mandala Geologi Sulawesi Timur yang berumur Kapur Awal
(Simandjuntak et al., 1993). Satuan dunit-peridotit yang merupakan bagian dari ofiolit
Sulawesi Timur, menempati sebagian besar daerah perbukitan yang mencakup daerah
penelitian. Secara megaskopis satuan ini didominasi oleh batuan beku ultramafik
berupa peridotit (dunit dan lerzolit), piroksen dan sebagian kecil serpentinit yang
tersebar setempat-setempat.
ke Barat dari beberapa kepingan benua. Akibat dorongan ke arah Barat dari kepingan
9
Benua Banggai-Sula, terbentuklah sesar geser Mengiri, diantaranya sistem sesar Palu-
koro yang berhubungan dengan beberapa sesar di bagian Timur Sulawesi termasuk
sesar matano, sesar lawanopo, dan sesar kolaka. Struktur geologi yang berkembang
di lembar Lasusua adalah sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya
berarah Baratlaut-Tenggara searah dengan sesar Lasolo yang merupakan sesar geser
Mengiri yang aktif hingga kini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan sesar
Sorong yang aktif kembali pada kala Oligosen merupakan salah satu kawasan yang
masih mendapat pengaruh oleh sesar Lasolo dan sesar Matarombeo yang berarah
Tenggara-Barat Laut.
berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik sesar Palu-Koro memotong Sulawesi
bagian Barat dan Tengah, menerus ke bagian utara hingga ke Palung Sulawesi Utara
yang merupakan batas tepi benua di Laut Sulawesi. Jalur Sesar Palu-Koro merupakan
sesar medatar sinistral dengan pergeseran lebih dari 750 km (Sukamto, 1975), arah
gerak sesuai dengan jalur Sesar Matano dan jalur Sesar Sorong. Sesar Sadang yang
terletak di bagian barat dan sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan Selatan
Sulawesi, lembah Sungai Sadang dan Sungai Masupu yang sistemnya dikontrol oleh
dengan sesar Palu-Koro dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan arah yang
memotong Sulawesi Tengah dan melalui Danau Matano merupakan kelanjutan dari
sesar Palu ke arah Timur yang kemudian berlanjut dengan prisma akresi Tolo di Laut
10
Banda Utara. Sistem sesar Lawanopo berarah barat laut-Tenggara melewati Teluk
Bone dan Sulawesi Tenggara. Sesar ini kemungkinan berperan dalam pembukaan
Teluk Bone, seperti pembukaan yang terjadi di daratan Sulawesi Tenggara yang
mintakat benua Sulawesi Tenggara pada Lengan Tenggara Sulawesi dengan metamorf
Sulawesi Tengah.
Sesar naik Batui terletak pada bagian timur Lengan Timur Sulawesi merupakan
pompangeo diduga telah beberapa kali mengalami masa perlipatan. Perlipatan tua
berarah Baratlaut-Tenggara atau Barat-Timur. Serta ada pula yang berarah hampir
glaukofan dan serpentin yang tersekiskan dalam kompleks ultramafic. Secara umum
perdaunan terlipat dan pada jalur sesar mengalami gejala kink banding. Belahan
umumnya berupa belahan bidang sumbu dan di beberapa tempat berupa belahan
retak (fracture cleavage). Belahan retak umumnya dijumpai dalam batupasir malih
dan batugamping malih. Secara umum bidang belahan berarah sejajar atau hampir
sejajar dengan bidang perlapisan; oleh karenanya belahan ini digolongkan sebagai
Kekar dijumpai hampir pada semua batuan, terutama batuan beku (kompeks
ultramafic dan mafik), batuan sedimen malih mesozoikum, dan batuan malihan
11
pengendapan batuan di daerah Sulawesi Tenggara diduga sangat erat hubungannya
Samudera Pasifik, Lempeng Benua Australia dan Lempeng Benua Eurasia saling
Bertumbukkan.
yang didirikan di tahun 2003 dan berkantor pusat di Kabupaten Tanah Bumbu,
Kalimantan Selatan. Bidang usaha yang dijalani di PT Jhonlin Baratama adalah jasa
kontraktor dan penyewaan peralatan tambang, serta penghasil dan ekspor batubara,
dan saat ini PT Jhonlin Baratama telah menjadi salah satu perusahaan tambang
Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara yang dapat ditempuh dari
Perusahaan ini melakukan kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan produksi bijih nikel
laterit.
Tenaga ahli berperan sangat penting dalam pengelolaan sumber daya alam
melibatkan personal yang ahli dan berpengalaman dalam setiap proses penambangan
dengan dukungan alat berat dan mobil angkut milik PT Dua Samudera Pasifik dan
12
pengekspor yang dilakukan langsung oleh PT Tiran Indonesia sebagai pemilik lahan
produksi.
2.5.1 Visi
2.5.2 Misi
berkesinambungan
jalan menggali bijih nikel menggunakan excavator dan diangkut dengan menggunakan
alat angkut dump truck, melalui jalan selebar 12 m ke stock yard (EFO) yang berjarak
7 km dari ROM tambang. Kemudian dari stock yard (EFO) bijih nikel diangkut ke
13
pelabuhan dengan jarak tempuh 500 m dan dari ETO dengan jarak 2 km untuk
mematuhi semua peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah diatur.
standar operasional kerja yang telah ditentukan. Sebelum melakukan aktivitas kerja
perlu diperhatikan bahwa alat yang akan dioperasikan dalam keadaan aman untuk
Gambar 2.1.
2.6.1 Direktorat
dengan pihak luar perusahaan. Selain itu juga bertugas dalam membuat rancangan
14
DIREKTORAT DIREKTUR OPERATIONAL
PROJECT MANAGER
DEPARTEMEN
SECTION HEAD
FOREMAN FOREMAN OFFICER SCHEDULE OFFICER. MPE OFFICER GC OFFICER. EDP OFFICER.HR-GA OFFICER. SAFETY OFFICER.LOGISTIC
OFFICER
OG
CIVIL
HELPER ADM SCHEDULE ADMIN ENG OB ADMIN HR-GA ADM. FINANCE FUELMAN
15
2.6.2 Departemen
Departemen bagian dari project manager yang merupakan orang yang ditunjuk
dan dipercaya untuk menggerakkan organisasi proyek dalam perkembangan bisnis dan
manager adalah untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan potensi masalah yang akan
timbul seperti halnya dalam pelaksaan operasional proyek sehingga operasi proyek
dapat berjalan sesuai dengan rencana. Seorang project manager harus mengontrol
proyek yang ditanganinya sesuai dengan permintaan produksi, spesifikasi dan waktu.
beberapa divisi yaitu divisi Mining, Plant, Engineering, HR-GA, Finance, SHE, dan
Logistic.
1. Mining
Divisi mining adalah divisi yang bertugas untuk menjaga produksi bijih nikel
laterit yang akan ditambang. Divisi ini bertanggungjawab dalam kegiatan ore
getting dan hauling bijih nikel laterit dari daerah penambangan hingga
2. Plant
Plant adalah sebuah divisi di dalam sebuah perusahaan yang mengemban tugas
16
rusak pada saat operasional. Misalnya bertanggungjawab dalam perencanaan
pemakaiaan ban pada alat yang beroperasi. Divisi plant membawahi ADM
3. Engineering
bagian dari pelaksanaan kegiatan KP yang atas tiga (3) bagian officer yaitu:
a. Officer MPE
cadangan bijih nikel laterit yang akan ditambang. Mineplan mengolah data
bor dan data kandungan kadar tiap elevasi untuk memodelkan endapan
bijih nikel laterit dan menghitung cadangan berdasarkan cut of grade yang
b. Officer GC
getting.
c. Officer EDP
3o11’4’’ LS dan 122o18’10’’ LU, yang ditunjukkan pada lampiran A. PT Jhonlin Baratama
17
terletak di Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Perjalanan dari Makassar menuju lokasi kerja praktik ditempuh dengan
waktu tempuh 60 menit untuk sampai di Bandara Haluoleo Kendari. Perjalanan menuju
analisis sampel akan tetapi PT Jhonlin sebagai perusahaan kontraktor untuk melakukan
produktifitas bijih nikel laterit. Unit laboratorium yang digunakan untuk melakukan
analisis batuan dan preparasi sampel adalah PT Tiran Indonesia. Sampel diambil dari
setiap truk yang mengangkut bijih nikel dan telah disepakati bahwa satu sample grade
diambil dari setiap satu truck. Sistem pengetesan sampel yang dilakukan oleh PT Tiran
Indonesia telah diakui oleh kebanyakan lembaga survey sebagai sistem pengetesan
18
BAB III
Provinsi Sulawesi Tenggara. Kegiatan kerja praktik dilaksanakan pada beberapa tempat
1. Pit A
2. Pit B
3. Pit C
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian pada kerja praktik
3.2.1 Observasi
dibantu dengan alat yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan pencatatan dapat
19
ditulis pada lembaran kertas atau menggunakan media rekam elektronik. Metode ini
3.2.2 Dokumen
dokumen-dokumen dari divisi yang berkaitan untuk melengkapi data yang diperlukan
pada penelitian ini. Metode dokumen ini yang akan memberikan data sekunder.
Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis data kuantitatif.
Metode ini merupakan pendekatan pengolahan data melalui metode statistik dan atau
matematik pada data-data primer dan sekunder yang telah terkumpul. Pada metode
temuan data yang diperoleh melalui perhitungan matematik seperti perhitungan nilai
basisitas dan (silika/magnesium) S/M dari bijih nikel laterit yang diproduksi oleh
PT Jhonlin Baratama
bijih nikel laterit pada lokasi penambangan dengan karakteristik endapan bijih nikel
Analisis korelasi yaitu mengetahui keterkaitan setiap data yang secara teori
belum terbukti misalnya hubungan antara topografi dan struktur regional endapan
20
nikel laterit pada lokasi penambangan dengan karakteristik endapan nikel laterit yang
pada bagian grade control dan quality control PT Jhonlin Baratama dan PT Tiran
pemberian materi dan arahan. Kegiatan kerja praktik secara rinci diuraikan dalam pada
digambarkan seperti pada Gambar 3.1 yang menunjukkan diagram alir pengendalian
kualitas bijih. Secara umum, kegiatan pengendalian kualitas bijih nikel dibagi menjadi
dua, yaitu kegiatan pengendalian kualitas bijih pada pra-penambangan dan kegiatan
bijih pada pra-penambangan bertujuan untuk mengetahui kadar bijih pada endapan
sebelum ditambang. Pengambilan data titik bor dilakukan untuk mengetahui kadar bijih
pada tiap lapisan. Analisis kadar menghasilkan data kadar Ni, Fe, MgO, dan SiO 2 untuk
kemudian diolah oleh bagian mine planner engineer untuk mengetahui jumlah
memiliki cadangan yang cukup dan ekonomis ditambang, maka akan dilakukan
kegiatan selanjutnya yaitu land clearing atau pembersihan lahan, pengupasan tanah
ekonomis ditambang maka akan dilakukan evaluasi dan penentuan titik pengambilan
21
Gambar 3.1 Diagram Alir Pengendalian Kualitas Bjih Nikel Laterit
kualitas dan jumlah cadangan endapan bahan galian tersebut. Salah satu sifat dari
bahan galian adalah terdapat di permukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi
secara tidak merata. Bahan galian yang terdapat di suatu tempat bukan merupakan
kumpulan dari bahan galian yang murni, kebanyakan masih bercampur dengan bahan
galian atau material lainnya. Tujuan dari kegiatan eksplorasi adalah untuk mengetahui
penyebaran jumlah cadangan dan kadar dari suatu endapan bahan galian serta untuk
mengetahui keadaan, posisi, atau letak bijih dan lapisan batuan sekelilingnya ( country
rock). Setelah mengetahui penyebaran jumlah cadangan dan kadar dari suatu endapan
22
maka dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi detail. Kegiatan utama dalam tahap ini
adalah adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data-data yang lebih
kadar atau kualitas kadar. Sampel tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan
alat Bruker X-Ray Fluorescence di PT Tiran Indonesia. Data kadar yang dianalisis
Pada kegiatan eksplorasi, penentuan kadar nikel laterit merupakan bagian yang
terpenting untuk menentukan jumlah cadangan yang telah ada. Penentuan kadar bijih
nikel laterit merupakan bagian yang terpenting untuk menentukan jumlah cadangan
yang telah ada. Penentuan kadar bijih nikel yang perlu diketahui adalah cut of grade
(COG) yang telah ditetapkan sehingga dari data kadar rata-rata tiap meter kedalaman
Berdasarkan rencana tersebut dan penentuan kadar yang telah ada maka dapatlah
diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan
secara tambang terbuka (Open Cut Mining), dimana sistem penambangan memotong
sisi bukit yang dimulai dari atas puncak gunung menurun ke bawah pada sisinya. Hal
ini dilakukan untuk membuat jenjang dengan sifat penambangannya yaitu dengan
selective mining yaitu sifat penambangan yang dilakukan dengan cara memilih daerah-
23
memisahkan material dari batuan induknya digunakan alat gali Excavator PC 300 dan
PC 200. Alat mekanis ini dalam melakukan operasi penambangan bijih hasil pemisahan
diletakkan pada suatu tempat tertentu ( pit). Bijih yang tertambang langsung dimuat
oleh alat muat excavator ke dalam alat angkut dump truck (DT), kemudian diangkut
langsung ke tempat penumpukan ore (stock yard). Tahapan penting yang dilakukan
tipe D6R. Pembuatan jalan tambang dapat ditunjukkan pada Gambar 3.2.
b. Overburden Stripping
24
3.4.3 Pengambilan Sampel
berpedoman pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dibuat oleh quality
a. Sample Stripping
dilakukan sesuai dengan keadaan bukaan, dan pengambilan sampel ini tidak
adanya peningkatan Ni ataupun Fe. Berikut ini adalah Gambar 3.3 yang
bagian atas dari lapisan bijih ( top ore). Pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil sampel pada lapisan yang diduga merupakan bagian atas dari bijih.
25
Analisis kadar pada pengambilan sample top ore biasanya menggunakan alat
analisis yang dapat dibawa ke lapangan seperti Nitton X-Ray Fluorescence. Jika
tidak tersedia alat analisis lapangan, maka diambil sampel kemudian dianalisis
Berikut ini adalah Gambar 3.4 yang menunjukkan kenampakan sampel bijih
Sampling top ore bertujuan untuk mengontrol kualitas ore di zona top ore yang
patok dan bendera putih dengan jarak ±2.5 cm di 9 titik pengambilan setiap
tiap patok dengan berat ±5 kg. Pengambilan sampel harus sesuai dengan
kondisi aktual di lapangan, perbandingan harus sesuai dengan soft dan rock.
c. Sample Check
Sample check bertujuan untuk memonitor dan mengontrol kualitas ore yang
patok di setiap interval ±2.5 meter di 9 titik pengambilan tiap patoknya. Proses
26
dengan cara menggali badan bijih sedalam 10 cm dengan luas 54cm2 di sekitar
patok sebanyak 6 titik dengan menggunakan palu geologi atau pacul sampel
sebanyak ±5 kg untuk satu nomor sampel. Sampel harus diambil sesuai dengan
pengambilan sampel. Berikut ini adalah proses pengambilan sample check pada
pit C.
analisis lebih lanjut dengan menggunakan alat Bruker X-Ray Fluorescence. Sampel
yang akan dianalisis kadarnya dimasukkan ke preparasi sampel terlebih dahulu untuk
direduksi, baik jumlah maupun ukuran butir dari sampel tersebut sehingga didapatkan
sampel yang homogen. Alat-alat yang diperlukan dalam pekerjaan preparasi sampel
27
Tahapan preparasi sampel yang dilakukan di PT Tiran Indonesia terbagi atas
dua yaitu preparasi sampel dome dan preparasi sample check seperti pada Gambar
Gambar 3.6 Diagram Alir Preparasi Sampel Bijih Nikel Laterit PT Tiran Indonesia
mengetahui kadar dalam satu dome produksi. Preparasi sampel dalam satu dome
terdiri atas dua sublot (40 increament) . Satu sublot terdiri atas 20 increament yang di
campur setelah dilakukan matriks 5x6. Kegiatan preparasi sampel diawali dengan
20x20 mm. Kegiatan penyaringan bertujuan untuk memisahkan material berbutir halus
dengan material berbutir kasar. Material berbutir kasar yang tidak lolos penyaringan
material yang berbutir halus disiapkan untuk proses pencampuran atau mixing. Berikut
28
Gambar 3.7 Tahapan Preparasi Sampel PT Tiran Indonesia
Mixing bertujuan untuk membuat sampel menjadi homogen dan representatif saat
diambil sebagian kecilnya. Kegiatan yang dilakukan setelah mixing adalah membentuk
sampel menjadi persegi panjang dan membagi sampel menjadi beberapa bagian yaitu
5x6. Tiap kotak dari sampel ini diambil dengan menggunakan scoop 30D sehingga
didapatkan dua sampel yaitu sampel bagian A dan sampel bagian B ( quality sample)
serta sample waste atau disebut remainder. Sampel bagian A dan sampel bagian B
15D. Hasil matriks tersebut kemudian didapatkan quality sample. Quality sample
empat bagian kemudian diambil dua bagian yang berseberangan. Hasil quartering
didapatkan sampel original dan duplikat. Berikut ini adalah Gambar 3.8 yang
29
Gambar 3.8 Preparasi Sampel Lanjutan PT Tiran Indonesia
dianalisis. Pengeringan dilakukan dengan memanaskan sampel pada oven di suhu 120°
Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan peralatan seperti double roll crusher dan
disk mill. Setelah kegiatan milling dilanjutkan dengan kegiatan splitter yaitu preparasi
dengan membagi dua sampel yaitu sampel buckup dan sampel original.
Pulverizer adalah kegiatan mereduksi ukuran butir material hingga 200 mesh sebelum
dilakukan vibrating screen atau sizing. Sampel yang didapatkan dari proses sizing
dibuatkan matriks 4x5 menggunakan scoop 1,5D untuk mendapatkan dua sampel.
menjadi pellet dengan menggunakan alat press pellet machine tipe mesin automatis.
Jenis pellet yang dibuat adalah pellet press dengan menggunakan wadah cup. Jenis die
yang digunakan adalah tipe datar. Sampel di- press sampai tekanan 80 kN. Gambar 3.9
30
Gambar 3.9 Preparasi Sampel Lanjutan PT Tiran Indonesia
Gambar 3.10 merupakan alat analisis kadar sampel yang dilakukan di dalam
telah berbentuk pellet dan telah melalui tahap preparasi kemudian dianalisis kadarnya.
mendeteksi kandungan unsur dalam sampel. Lama waktu pembacaan tergantung pada
banyak sampel yang akan dianalisis kadarnya serta banyaknya unsur yang ingin
dideteksi pada sampel. Biasanya analisis kandungan unsur yang dilakukan pada sampel
bijih nikel laterit meliputi kadar Ni, Fe, MgO, dan SiO 2. Data kandungan sampel
kemudian dianalisis dan dihitung nilai basisitas dan S/M untuk mengetahui apakah bijih
nikel yang diproduksi sesuai dengan spesifikasi pabrik pengolahan atau tidak.
31
Gambar 3.10 Analisis XRF Menggunakan Bruker X-Ray Fluorescence
Apabila kadar bijih nikel yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi pabrik
pengolahan maka perlu dilakukan pencampuran atau blending bijih nikel dengan
kualitas yang berbeda untuk mecapai bijih nikel hasil blending yang sesuai dengan
spesifikasi pabrik pengolahan. Data kandungan sampel tersebut juga dapat digunakan
tersebut dapat membantu dalam proses untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
3.4.6 Penambangan
tertentu dimana kadar masih memenuhi standar kadar pengapalan sebagaimana telah
ditetapkan. Pada PT Jhonlin Baratama hanya dilakukan penambangan bijih nikel kadar
tinggi dan medium dengan Cut Of Grade Ni lebih besar atau sama dengan 1.4%.
1. Karakteristik Endapan
32
Karakteristik endapan yang cocok untuk ditambang dipengaruhi oleh pola
2. Keseragaman Kadar
Target produksi yang diinginkan meliputi COG dan tonase yang akan
diproduksi per waktu tertentu. COG adalah batas kadar rata-rata terendah
dapat disebabkan karena adanya material yang tidak berharga yang ikut
tercampur dalam bijih. Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya dilusi yaitu
sebagai berikut:
Daerah penggalian bijih yang lebih rendah dari lokasi pengupasan tanah
oleh aliran air atau hujan dari atas ke bawah, maka daerah penggalian bijih
2. Keadaan Bijih
33
permasalahan yang dihadapi adalah sangat sukar bagi suatu alat untuk
meminta kepada operator agar mengambil dari lokasi aktif mining, dan
memposisiskan bucket backhoe dengan posisi yang aman dan tidak bergerak.
sebanyak ±15 kg. sampel yang telah diambil dimasukkan ke dalam karung
yang diberi kode serta diikat dengan tali untuk membedakan sampel yang satu
34
Setelah melakukan penambangan dan pengambilan sampel produksi maka
dilanjutkan dengan memuat ore ke dalam alat angkut dump truck. Mekanisme kerja
dari alat muat adalah gali, putar isi, tumpah, putar kosong, dan menurunkan bucket
±50 ton dan melakukan pengangkutan langsung ke tempat penumpukan ore (stock
yard ETO dan EFO). Sebelum ore ditimbun ke ETO (Exportable Transit Ore) dan EFO
(Exportable Fine Ore), material ore terlebih dahulu dibawa ke sample house untuk
sample house dengan cara mengambil material dari 2 titik yang berbeda yaitu pinggir
dan tengah dengan sekop incerement sebanyak 15 kilo dalam 1 Dump Truck. Satu
sublot terdiri atas 20 incerement. Satu dome terdiri atas 40 incerement karena material
yang di angkut memiliki kadar moisture content (MC) yang sangat tinggi sehingga
untuk mempermudah dalam proses treatment dilakukanlah hal tersebut. Gambar 3.12
35
BAB IV
DISKUSI
Terdapat ketentuan khusus dari bijih yang akan diolah pada pabrik pengolahan
dimana tidak hanya mempertimbangkan nilai Ni yang dikandung bijih, sebab hal ini
akan berdampak pada proses yang akan berlangsung serta produk akhir pengolahan,
yaitu logam feronikel. Keseimbangan unsur-unsur yang dikandung dari tumpukan bijih
yang akan dijadikan umpan pabrik pengolahan maka dicari dengan melakukan
blending. Proses blending dilakukan sesuai kebutuhan bijih pada pabrik pengolahan.
Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan blending pada
bijih nikel yaitu kandungan bacisity (tingkat kebasaan), S/M, nilai Fe/Ni, nomor
Tabel 4.1 Spesifikasi Bijih Nikel untuk Kebutuhan Pabrik Pengolahan (Musnajam, 2012)
Kandungan Unsur Kadar
Ni > 1,80%
Fe > 14,00%
BC ≥ 0,48
S/M < 2,20
SiO2 ≥ 3,80%
diperoleh dari perbandingan antara unsur-unsur oksida yang bersifat basa (MgO, FeO,
CaO, MnO, NiO) dan oksida-oksida yang bersifat asam (SiO 2). Dalam pelaksanaan
peleburan NiO dan MnO jumlahnya sangat sedikit dalam slag, kadar FeO dalam slag
dapat dianggap konstan karena adanya pembatasan kadar Fe dalam bijih untuk
menjaga kadar feronikel. Nilai 0,6-0,7 dari tingkat kebasaan dianggap ideal bagi proses
36
peleburan feronikel yang menggunakan tanur listrik dengan lining batu tahan api jenis
magnesia. Formula yang digunakan untuk menghitung nilai bacisity bijih yang akan
%MgO+ %CaO
BC=
%SiO 2
Nilai Fe/Ni diperoleh dari hasil perbandingan antara kandungan unsur Fe dan Ni
yang terdapat pada tumpukan bijih, nilai COG 1,8 % dari kandungan unsur Ni pada
bijih dianggap sebagai nilai terendah dalam menetapkan kadar unsur Ni pada bijih
yang akan masuk pada pabrik pengolahan, sebab suatu perusahaan dalam
mengusahakan bahan galian logam, penentuan COG tergantung dari seberapa besar
biaya yang dikeluarkan dalam proses penambangan dan pengolahan bahan galian
tersebut serta nilai jual dari logam yang dihasilkan (Musnajam, 2012).
ditunjukkan oleh Tabel 4.2 dari data kandungan unsur bijih nikel pada sampel ETO
check.
37
, ,
6 , 2
9 9 8
3 1 6
1 4
1 1
1 3
1 9 3 1,
PC A 03 6, 1 0,5
, , , 8
SC 7 , 4
5 5 0 5
8 1
3 2
3 2 1
1
1 0 6 2,
PC A 04 , 9, 0,4
, , , 1
SC 9 5 6
5 6 2 8
4
1 7 4
2 2 1
2
7 7 3 3,
PC A 05 , 7, 0,2
, , , 5
SC 0 8 9
0 3 2 1
4
8 5 7
2 2 1
2 7 1 2 2 1,
PC A 06 0,5
, , 1, , , 9
SC 1
1 2 3 3 9 8
8 7 9
1 3
2 2 3
0 8 1,
PC A 07 , 9, , 0,7
, , 3
SC 7 4 8 6
5 9 2
5 5 4
5 5
3 1
2 1
8 5, 6 2,
PC A 08 , 5 0,3
, 5 , 8
SC 3 , 5
0 5 3 5
3 8
8 4
PC A 09 2 3 7, 1 1 2, 0,4
38
1 8 5
,
, 5 , , 4
SC 0 1
5 2 1 4 2
5
9 8 1
1 3
2 2 6
2 5 1,
PC A 010 , 4, , 0,6
10 , , 4
SC 0 7 3 9
7 7 4
1 5 5
6 6
3 2 1
2
0 9, 2 4 2,
PC B 01 , 0,4
11 , 7 , , 3
SC 1 3
6 6 5 3 1
3
2 8 8
2 2 1
2 2
2 7 0 1,
PC B 02 , 0, 0,7
12 , , , 3
SC 1 7 6
2 4 3 2
6 4
9 1 2
Sambungan Tabel 4.2
S
F M
N i F
e g
i O e S
Sample O
No ( 2 / / BC
ID ( (
% ( N M
% %
) % i
) )
)
1 3
2 2 5
4 7 1,
PC B 03 , 2, , 0,6
13 , , 6
SC 7 5 3 0
5 4 6
2 4 6
7 5
14 PC B 04 2 2 1 3 8 1, 0,5
SC , 0 7, 1 , 7 7
39
, ,
4 8 1
3 1 4
9 7 7
4 3
2 2
2 1 9
2 8 1,
PC B 05 , 4, , 0,5
15 , , 9
SC 4 6 3 1
4 6 6
1 1 0
1 9
1 3
2 2 7
7 3 1,
PC B 06 , 3, , 0,7
16 , , 4
SC 4 7 0 1
5 6 2
9 2 6
8 2
2 3
2 9
0 2 3 1,
PC B 07 , , 0,6
17 , 0, , 6
SC 1 5 1
6 3 1 3
6 5
3 9
1 3
2 2 6
6 3 1,
PC B 08 , 1, , 0,6
18 , , 5
SC 4 8 5 4
1 9 5
5 7 9
4 2
3 1 2
1
9 2, 0 3 3,
PC B 09 , 0,2
19 , 9 , , 4
SC 6 9
4 4 0 3 3
9
8 9 6
2 2 1
1
2 5 3 2 1,
PC B 010 5, 0,6
20 , , , , 5
SC 5 5
1 3 8 0 3
2
3 1 6
21 PC C 01 1 2 1 2 1 1, 0,5
40
4 9 2
5,
, , , , 8
SC 9 4
9 0 5 6 5
5
4 1 5
1
2 2 3 6
8 1,
PC C 02 , 1, 8 , 0,5
22 , 7
SC 6 5 , 9 6
3 9
4 7 6 4
3
4 2
1 9
5 3, 5 2,
PC C 03 , , 0,3
23 , 3 , 7
SC 8 2 6
5 3 1 9
1 9
9 9
2 2 1
2 1
9 3 3 1,
PC C 04 , 4, 0,6
24 , , , 6
SC 1 2 2
0 1 4 2
6 7
1 1 3
2 2
2 1 9
4 7 1,
PC C 05 , 5, , 0,5
25 , , 7
SC 5 6 4 7
1 3 5
5 2 5
1 4
1
3 6
2 7 2 1,
PC C 06 4 , 0,6
26 , , 0, 6
SC , 6 1
7 8 7 5
1 1
4
1 3
2 2 5
2 7 1,
PC C 07 , 6, , 0,7
27 , , 4
SC 2 3 4 0
4 5 2
7 7 8
4 7
41
3 1 1
1
1 9, 9 6 2,
PC C 08 , 0,4
28 , 3 , , 0
SC 9 8
7 2 2 3 7
4
3 9 6
2 2
2 1 9
0 9 1,
PC C 09 , 7, , 0,5
29 , , 7
SC 1 3 4 8
6 8 2
8 3 6
3 4
1 3
2 2 6
3 9 1,
PC C 010 , 6, , 0,6
30 , , 4
SC 3 9 0 8
9 4 6
2 8 3
9 8
2 1
2 1
, 1 1,
Rata-rata 3 6, 2 0,5
31 1 , 9
Kadar , 1 8 5
6 6 4
8 6
3 6
Keterangan :
S/M : Tingkat asam-basa diperoleh dari nilai kadar SiO 2 dibagi kadar MgO
kadar rata-rata Fe sebesar 23,8%, kadar Ni rata-rata 2,16%, kadar MgO rata-
rata 16,16%, kadar SiO2 rata-rata 28%, rasio Fe/Ni rata-rata 11,66%, S/M rata-
42
Data spesifikasi bijih nikel yang didapatkan menunjukkan kandungan
kimia, rasio Fe/Ni, tingkat keasaman, dan basisitas yang cukup baik dan sesuai
(2012) yaitu untuk kadar Ni lebih besar dari 1,8%, kadar Fe lebih besar dari
14%, basisitas lebih besar atau sama dengan 0,48%, S/M lebih kecil dari 2,2%,
ditunjukkan oleh Tabel 4.3 dari data kandungan unsur bijih nikel pada sampel ETO
check.
S
F M
N i F
e g
i O e S
Sample O
No ( 2 / / BC
ID ( (
% ( N M
% %
) % i
) )
)
2 2 2
1
9 5, 4 7 4,
B2AC 01 , 0,2
, 2 , , 6
SC 0 2
4 9 5 3 4
8
8 7 0
2 2 2
1
7 6, 8 3 4,
B2AC 02 , 0,2
, 8 , , 1
SC 1 4
4 9 4 6 3
6
8 7 9
2 2 2
1
9 7, 6 4 3,
B2AC 03 , 0,2
, 0 , , 6
SC 1 7
2 9 0 5 8
9
2 7 5
43
3 2 3
0
2 4, 0 3 4,
B2AC 04 , 0,2
, 3 , , 7
SC 9 1
6 1 5 2 8
8
2 9 9
3 3
1 1
3 2, 3 8,
B2AC 05 , 9 0,1
, 3 , 2
SC 0 , 2
5 7 2 3
1 5
5 2
1 3 1
1 1
8 3 2 2,
B2AC 06 , 4, 0,4
, , , 3
SC 4 0 2
1 2 7 7
2 3
2 7 6
2 1
3 9
9 8, 8 2,
B2AC 07 , , 0,4
, 1 , 2
SC 1 3 5
2 5 2 4
1 9
1 5
1 3
2 2 5
3 9 1,
B2AC 08 , 9, , 0,7
, , 3
SC 3 0 6 4
2 1 5
4 2 7
6 4
4 3
1 5
3 1 5,
B2AC 09 , , 0,1
, 1 , 8
SC 3 8 7
1 0 3
9 3
1 1
10 B2AC 010 1 3 1, 1 3 6, 0,1
SC , 7 9 2 2 7 5
1 , 2 , , 6
5 2 9 3
44
1 8 6
1 3 1
1 1
7 4 0 2,
B2AD 01 , 2, 0,3
11 , , , 8
SC 6 1 5
7 9 9 8
3 3
8 1 1
3 1
1 1 1
3 2 3,
B2AD 02 , 8 0, 0,3
12 , , 3
SC 4 , 0 0
1 4 0
7 3 5
6 5
1 3 1
1 1
8 3 0 1,
B2AD 03 , 8, 0,5
13 , , , 8
SC 7 4 5
8 5 9 2
2 1
8 3 8
3 2 1
1 1
0 2 8 1,
B2AD 04 , 2, 0,5
14 , , , 8
SC 6 1 3
4 7 1 8
8 4
7 8 4
2 2 1
2 1
2 9 0 1,
B2AD 05 , 8, 0,6
15 , , , 5
SC 2 9 4
2 3 0 5
2 3
4 5 2
45
)
3 2 1
1 3 5, 0 9 3,
B2AD 06 0,2
16 , , 4 , , 8
SC 6
7 7 3 7 8 2
9 5 8
2 3 1
1
4 7, 1 8 4,
B2AD 07 , 0,2
17 , 3 , , 2
SC 3 4
6 6 1 5 3
3
6 4 4
3 2 3
1 1
2 2, 5 0
B2AD 08 , 1, 0,0
18 , 1 , ,
SC 0 9 8
7 5 6 3
8 1
7 1 4
3 1 2
1 1
4 7 4 1,
B2AD 09 , 0, 0,6
19 , , , 6
SC 4 7 1
7 5 4 3
2 5
8 4 9
3 1 2
1 2 7, 9 3 2,
B2AD 010 0,4
20 , , 9 , , 4
SC 1
4 5 4 5 2 6
6 7 6
2 2 2
1
7 9, 4 0 3,
Kadar , 0,3
21 , 2 , , 9
Rata-rata 5 5
9 7 8 6 7
2
7 5 1
penambangan
46
PT Jhonlin Baratama. Berdasarkan data spesifikasi yang diperoleh didapatkan
kadar rata-rata Fe sebesar 27,97%, kadar Ni rata-rata 1,52%, kadar MgO rata-
rata 9,27%, kadar SiO2 rata-rata 24,85%, rasio Fe/Ni rata-rata 20,61%, S/M
kimia. Rasio Fe/Ni dan basisitas yang cukup baik dan sesuai dengan spesifikasi
bijih nikel untuk pabrik pengolahan menurut Musnajam (2012) yaitu untuk
kadar Fe lebih besar dari 14%, basisitas lebih besar atau sama dengan 0,48%,
dan kadar Si02 lebih besar atau sama dengan 3,8%. Akan tetapi untuk kadar Ni
dengan kadar 1,52% dan perbandingan silika magnesium dengan kadar 3,97%
tidak sesuai dengan data spesifikasi bijih nikel untuk pabrik pengolahan.
melakukan analisis terhadap deviasi kadar pada sampel produksi yang diambil
pada cone penambangan dengan sampel ETO stock yang diambil pada dump
truck. Deviasi kadar dapat dihitung dengan selisih kadar pada data kadar yang
ingin diketahui deviasinya. Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 menunjukkan nilai deviasi
kadar nikel pada sampel check, produksi dan sampel ETO stock yang diperoleh
dengan rumus:
Deviasi= |kandungan bijih sampel ETO Stock – kandungan bijih sampel produksi|
47
Sampel produksi yang diperoleh terdiri atas dua (2) yaitu kadar original
dan duplikat. Untuk proses perhitungan kadar digunakan kadar yang memiliki
48
1
1 2
PCSI 01 15, 34, 1,0
, ,
SP ORY 63 98 1
4 3
4
1
1
3
Kadar , 17, 35, 1,0
,
Rata-rata 4 5 51 6
9
4
4
4.2.2 Kadar Sampel ETO Stock
Sampel ETO yang diperoleh terdiri atas dua yaitu kadar original dan
duplikat. Untuk proses perhitungan kadar digunakan kadar yang memiliki nilai
49
1 3
1
2 9
DOME 3058 SL- , 20 0,8
, ,
2 ORY 7 ,5 2
4 6
4
2 5 6
2 3
1
0 12 3
DOME 2041 SL- , 0,4
, ,0 ,
1 DPL 7 5
4 3 0
2
3 5 2
2 3
1
0 10 1
DOME 2041 SL- , 0,5
, ,9 ,
2 ORY 6 8
5 2 1
2
4 6 7
1 3
1
7 5
, 14 0,6
Kadar Rata-rata , ,
6 ,7 6
3 1
9
5 7 1
produksi sampai ETO, maka perlu dilihat dari data kadar rata-rata tiap metode
pengambilan sampel. Dari data yang telah diperoleh khususnya untuk Pit C
Q= Q2-Q1X100%
Dimana:
50
Q2 = Kadar rata-rata sampel ETO
Sehingga:
Q = Q2-Q1X100%
= 1,695-1,444
= 0,251 X 100%
Q = 25,1%
sebagai berikut:
kandungan kadar pada bijih nikel sesuai dengan kandungan kadar awal kegiatan
selective mining yang metode pengambilannya memilih bijih/ ore sangat berpengaruh
pada alat yang digunakan untuk bisa mengoptimalisasi kadar bijih yang akan
ditambang dan pada saat penggalian dalam upaya pengontrolan terhadap terjadinya
pengotoran (dilusi).
Alat yang digunakan pada areal penambangan blok 1 pit C yakni 2 buah jenis
perubahan kadar dapat terjadi karena fungsi excavator tidak sesuai dengan
PC 300 sehingga untuk memilih dan memisahkan ore dari waste sangat sulit
51
untuk dilakukan akibatnya ore sering kali terakumulasi dengan waste.
Menggunakan excavator PC 300 karena bijih yang akan diambil berada dekat
excavator PC 200.
tercampur dalam bijih. Untuk itu, dengan adanya penyebaran ore saprolit yang
tidak merata pada areal penambangan ini, maka biasanya terjadi pula
kehilangan bijih. Keadaan penyebaran dan ketebalan bijih yang tidak merata
suatu areal pit cadangan ditambang atau diangkut ke areal stock yard atau
tidak ditambang sama sekali. Metode selective mining diakui sangat efektif
untuk menghindari terjadinya mining dilution, namun pada prosesnya ada hal-
hal yang harus dievaluasi misalnya pada saat pembukaan suatu areal pit
cadangan dengan sistem back filling biasanya dilakukan pada pit cadangan lain.
kadar bijih yang ada pada daerah tersebut. Berikut adalah hal yang
Daerah penggalian bijih yang lebih rendah dari lokasi pengupasan tanah
penutup akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jikalau terjadi hujan
2. Keadaan bijih
Bijih yang berbentuk boulder maupun yang berada dekat dengan boulder
52
lapangan adalah sangat sukar bagi alat untuk melakukan selective terhadap
Hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kadar bijih nikel yang akan
telah ditetapkan haruslah menjadi perhatian penting bagi sampler pada saat di
lapangan. Untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan standarisasi yang telah ada
dijadikan sampel
Hal terpenting pada saat ore telah diletakkan di stock yard adalah melakukan
perawatan terhadap ore tersebut, yaitu penimbunan ore di stock yard sudah memiliki
beberapa ketentuan. Ketentuan utama ore pada saat telah dilakukan penimbunan ialah
bahwa ore telah siap untuk dikapalkan. Ketika perawatan terhadap ore tidak ada maka
setelah itu akan dilakukan penataan ore oleh bulldozer akan tetapi sebelum
itu dapat terjadi genangan air ketika tumpukan di stock pile tidak ditutup.
Hal ini akan berpengaruh terhadap perubahan kadar air dan kadar ore itu
sendiri.
b. Dapat terjadi campuran antara ore dengan waste ketika landasan stock pile
tidak disetrilkan.
53
4. Proses Preparasi Sampel
berpengaruh apabila sistem preparasi tidak dilakukan sesui dengan SOP yang telah
ditetapkan. Hal yang sangat berpengaruh terhadap perubahan kadar pada saat
preparasi adalah alat yang digunakan. Tidak dibenarkan menggunakan alat yang
kurang bersih untuk preparasi selanjutnya misalnya jaw crusher. Jaw crusher adalah
alat yang digunakan untuk mereduksi ukuran butir yang berukuran sekitar ±22mm.
untuk menghindari terjadinya perubahan kadar pada saat menggunakan alat sebaiknya
lainnya. Begitupun dengan alat seperti roll crusher dan splitter. Pengaruh yang sangat
berpengaruh terhadap perubahah kadar yaitu pada saat proses sieve shaker.
compressor kemudian dicuci dan dikeringkan. Setiap menggunakan alat terlebih dahulu
Jhonlin Baratama dan PT Tiran Indonesia adalah perubahan cuaca yang selalu
lapangan terhambat. Hambatan lain yang ditemui adalah tidak dapat dilakukan
54
4.4 Rekomendasi
memberikan beberapa gagasan dan ide mengenai topik yang dapat diangkat dalam
1. Studi perubahan kadar nikel pada tahapan penambangan bijih nikel laterit di
PT Jhonlin Baratama
55
DAFTAR PUSTAKA
Dalvi, A. D.; Bacon, W. G.; & Osborne, R. C. 2004. The Past and the Future of Nickel
Laterites. Paper presented at the PDAC 2004 International Convention,
Toronto.
Musnajam. 2012. Optimalisasi Pemanfaatan Bijih Nikel Kadar Rendah dengan Metode
Blending di PT. Antam Tbk. UBPN Sultra, Jurnal Teknologi Technoscientia Vol.
4. Hal. 217-219
Rusmana, E dan Sukarna, D., 1985. Tinjauaan Stratigrafi Lengan Tenggara Sulawesi
Dibandingkan dengan Daerah Sekitarnya. Proceeding of Indonesia Association
Geologist, 14th Annual Convention, h.61-70.
Simandjuntak, T. O., Rusmana, E., Supandjono, J. B dan Koswara, A., 1993. Peta
Geologi Lembar Penelitian Sulawesi Tenggara . Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Sukamto, R., 1975. The Structure of Sulawesi in the Light of Plate Tectonics . Paper
Presented in the Regional Conference of Geology and Mineral Resources:
Jakarta.
49
LAMPIRAN
50
Lampiran A Peta IUP PT Tiran Indonesia
51
Lampiran B Aktivitas Harian Kerja Praktik
Tabel Aktivitas Harian Kerja Praktik
Hari/
No Lokasi Aktivitas
Tanggal
Tahapan pengenalan
Sabtu, 9
Kantor PT Tiran dengan Staff dan
Februari
Indonesia pengurusan
2019
administrasi
Minggu,10 Persiapan
Mess PT Tiran
Februari pemberangkatan ke
Indonesia
2019 lokasi site
Senin,11 Kantor PT
Pengurusan
Februari Jhonlin
administrasi
2019 Baratama
Selasa, 12 Laboratorium Pengenalan alat
Februari Preparasi laboratorium PT Tiran
2019 Sampel Indonesia
Rabu, 13 Kantor PT
Februari Jhonlin Presentasi proposal KP
2019 Baratama
Orientasi lapangan dan
Kamis, 14 Daerah
pemberian materi oleh
Februari penambangan
surveyor engineer
2019 Blok 1
Tahapan pengenalan
Jumat, 15 dengan Staff dan
Kantor PT Tiran
Februari penjelasan mengenai
Indonesia
2019 topik kerja praktik
52
Rabu, 20 Daerah Orientasi lapangan dan
12 Februari Penambangan arahan dari Grade
2019 Blok 1 Control
Daerah Membuat surat jalan
Kamis, 21
Penambangan produksi dari daerah
13 Februari
Blok 1 dan Pos penambangan ke stock
2019
Ceker yard
Sambungan Tabel Aktivitas Harian Kerja Praktik
Hari/
No Lokasi Aktivitas
Tanggal
Membuat surat jalan
Jumat, 22
produksi dari daerah
14 Februari Pos Ceker
penambangan ke stock
2019
yard
Sabtu- Pengamatan proses
Daerah
senin, 23- selective mining dan
15 Penambangan
25 Februari loading pada daerah
Blok 1
2019 aktif mining
selasa, 26 Pemberian materi
16 Februari ETO tentang MC Treatment
2019 di Lapangan
Rabu, 27 Pengamatan tentang
17 Februari ETO proses penanganan MC
2019 di lapangan
Kantor PT Input data fuel dan
Jhonlin orientasi lapangan
Kamis, 28
Baratama dan tentang proses
18 Februari
Daerah pengambilan sampel
2019
Penambangan check
Blok 2
Pengamatan dan
pengambilan data
Jumat-
Laboratorium PT kegiatan pengendalian
19 sabtu, 1-2
Tiran Indonesia kualitas bijih nikel dari
Maret 2019
proses preparasi
sampel
Minggu, 3
20 Gereja Ibadah hari Minggu
Maret 2019
Kantor PT
Senin, 4
21 Jhonlin Penyusunan Laporan
Maret 2019
Baratama
Selasa- Laboratorium Proses pengamatan
22 rabu, 5-6 PT.Tiran preparasi sampel dan
Maret 2019 Indonesia analisis kadar
Kamis- Daerah Proses pengamatan
23 jumat, 7-8 Penambangan kegiatan pengendalian
Maret 2019 Blok 1 kualitas bijih
53
Sabtu, 9 Pengamatan Kegiatan
24 EFO Jetty
Maret 2019 Survey Lapangan
Minggu, 10
25 Gereja Ibadah hari Minggu
Maret 2019
Kantor PT
Senin, 11 Pengumpulan Data
26 Jhonlin
Maret 2019 Lapangan
Baratama
Minggu, 17
31 Gereja Ibadah Hari Minggu
Maret 2019
54
Lampiran C Standar Operasional Prosedur Pengendalian Kualitas Bijih
55
e. Pengiriman sample
Penggantian bendera dan penulisan kadar
- Segera setelah sample selasai dianalisis dan hasil analisis tiba dari
laboratorium, sampler segera mengganti bendera putih dengan bendera
yang sesuai dengan hasil analisis dari laboratorium.
- Sebelum bendera dipasang/diganti, cocokkan nomor di patok dengan nomor
sample
- Tulis pada bendera sesuai hasil analisis laboratorium
C. SAMPLING CHECK
Tujuan
Untuk memonitor dan mengontrol kualitas ore yang akan diambil untuk
produksi
Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku pada saat Grade Control mengambil sample check
di mining face / Pit.
Prosedur
a. Persiapan alat kerja
b. Pemeriksaan lokasi kerja dan peralatan safety
c. Sebelum patok dipasang, amati dengan baik lokasi yang akan diambil
samplenya
d. Pasang patok dan bendera putih yang sudah ditulis dengan nomor/ID sample
dan tanggal di setiap interval jarak ±2,5 meter
e. Mengambil sample di permukaan sedalam 10 cm dengan luas 36 cm² di sekitar
patok sebanyak 9 titik dengan menggunakan palu geologi atau pacul sample
sebanyak ±5 kg untuk 1 nomor sample.
f. Mengambil sample di bench / tebing sedalam 10 cm dengan luas 54 cm² di
sekitar patok sebanyak 6 titik dengan menggunakan palu geologi atau pacul
sample sebanyak ±5 kg untuk 1 nomor sample.
g. Sample harus diambil sesuai dengan kondisi aktual material di lapangan,
perbandingan harus sesuai (proporsional) antara soft dan rock (tanah dan
batu)
h. Sample diambil bila ditemukan kenampakan visual yg berbeda dari level
sebelumnya.
i. Penomoran sample
56
j. Pengiriman sample
Penggantian bendera dan penulisan kadar
- Segera setelah sample selasai dianalisis dan hasil analisis yang tertulis di
waybill tiba dari laboratorium, sampler segera mengganti bendera putih
dengan bendera yang sesuai dengan hasil analisis dari Laboratorium.
- Sebelum bendera dipasang/diganti, cocokkan nomor di patok dengan nomor
sample.
- Tulis pada bendera sesuai hasil analisis laboratorium.
D. SAMPLING FACE PRODUCTION ORE
Tujuan
Untuk memonitor dan mengontrol kualitas ore yang sedang ditambang,
Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku pada saat Grade Control mengambil sample
produksi ore di mining face
Prosedur
a. Meminta kepada operator agar mengambil dari lokasi aktif mining, selanjutnya
memposisiskan bucket backhoe dengan posisi yang aman dan tidak bergerak
(diam ditempat).
b. Meminta kepada operator agar isi bucket jangan terlalu penuh untuk
menghindari terkena jatuhan tanah/batu ketika sedang melakukan sampling di
bucket tersebut.
c. Mengambil sample sebanyak 3 titik di bucket backhoe dengan sekop 125D
sebanyak ± 15 kg. Pastikan material proporsional antara soft dan rock (tanah
dan batu) sehingga mewakili informasi daerah yang sedang di mining.
d. Mengambil sample disetiap interval truck ke 5 untuk hino 700 (100 ton) untuk
1 nomor sample di waybill.
e. Memasukkan sample ke dalam karung dan mengikatnya untuk menghindari
sample tertumpah.
f. Penomoran sample
g. Pengiriman sample
E. KETERANGAN WARNA PITA:
1. Putih : Belum Ada Hasil Analisis
2. merah : Kadar Ni < 1.20%
3. Merah muda : Kadar Ni 1.20 % – 1.39 %
57
4. Orange : Kadar Ni 1.40 % – 1.59%
5. Kuning : Kadar Ni 1.6 % – 1.79 %
6. Hijau : Kadar Ni 1.8 % – 1.99 %
7. Double Hijau : Kadar Ni > 2 %
Disetujui oleh
Dibuat oleh Diterima oleh
d
Halaman :
a
r
i
3
Revisi : 0
PROSEDUR PENGAMBILAN
No. Terbitan : 1
SAMPLE PRODUKSI
: Feb
Tgl. Penerbitan
2019
A. RUANG LINGKUP
58
Prosedur ini dipergunakan sebagai petunjuk kerja pengambilan sample
(sampling) bijih nikel yang akan dimuat ke stockpile produksi menurut
Japanese Industrial Standard (JIS) yang harus diikuti oleh personel sampling.
B. STANDAR ACUAN
JIS M 8109:1996. Garnierite Nickel Ores - Methods for Sampling,
Sample Preparation, and Determination of Moisture Content.
C. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA
a. Sepatu Safety
b. Helmet
c. Masker
d. Ear plug
e. Sarung Tangan Kain
f. Kaca Mata Safety
g. Cangkul Kecil
h. Drum/Ember polyethylene kapasitas 25 liter bertutup atau karung kap±25 Kg
i. Kantong plastik kapasitas 5 kg
j. Spidol Permanent
k. Pita Berwarna
D. PRINSIP
Sample bijih nikel diambil secara manual dari atas permukaan bijih di
atas truk. Banyaknya increment yang diambil yaitu setiap 1 truk (±10 ton)
sekali sebanyak ± 11 kg/increment menggunakan scoop 100D.
E. BAHAN KIMIA (REAGENS)
Tidak ada
F. PROSEDUR KERJA
a. Ambil sample tiap increment (setiap 1 truk DT) menggunakan scoop
100D di permukaan bijih di atas truk.
b. Masukkan ke dalam ember polyethylene atau karung kap±25 Kg dan di
tutup rapat dengan tutupnya dan diberikan kode dengan pita berwarna.
c. Ulangi pengambilan sample sampai cukup untuk mewakili sample bagian
nya, misalnya 20 increment (mewakili 20 truk). Sample ini di sebut Sub
sample/Sample bagian A. (total cargo mewakili ±200 kg).
59
d. Ulangi kembali pekerjaan No. 6.1 sampai 6.3 untuk mewakili Sample
bagian B sampai Sample bagian E sehingga sampai produksi selesai
(total cargo mewakili ±1000 MT = 100 truk DT).
e. Sample bagian A sampai Sample bagian E disebut 1 Sublot (Sampelh:
Sublot 1), dan di beri label yang sesuai..
f. Setelah Sample bagian E selesai di sampling, bawa sample tersebut ke
preparasi sampel.
Catatan : Sample-sample bagian untuk perwakilan satu sublot tersebut
ada kemungkinan tidak tercapai, dan dilaporkan sesuai dengan jumlah
increment nya/kantongnya dengan maksimal adalah 100 increment.
G. REKAMAN DATA
Disiapkan Oleh: T. Yusdiansyah Diperiksa dan Disahkan Oleh:
Revisi : 0
PROSEDUR PREPARASI (BESAR)
No. Terbitan : 1
SAMPLE PRODUKSI
Tgl. Penerbitan : Feb 2019
1. RUANG LINGKUP
Prosedur ini dipergunakan sebagai petunjuk kerja preparasi (BESAR)
sample produksi menurut standar Japanese Industrial Standard (JIS) yang
harus diikuti oleh personel preparasi sample.
2. STANDAR ACUAN
JIS M 8109:1996. Garnierite Nickel Ores - Methods for Sampling,
Sample Preparation, and Determination of Moisture Content.
3. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA
a. Sepatu Safety
b. Helmet
60
c. Masker
d. Ear Plug
e. Sarung Tangan kain
f. Kaca Mata Safety
g. Bingkai Matriks 4 x 5 Size -22.4 mm
h. Mesin Jaw Crusher/Palu
i. Plastik sample ukuran 5 Kg
j. Scoop 30 D
k. Spidol permanent
l. Kantong coli core ukuran 5 Kg
4. PRINSIP
Sejumlah increment sample yang telah diambil (tiap group) diperkecil
ukuran partikelnya sampai -20 mm dengan menggunakan palu (manual)/ jaw
crusher (mesin). Dari sample yang telah digerus ini diambil 6-8 kg untuk
General Analysis dan 1-5 Kg untuk penentuan Moisture Content.
5. BAHAN KIMIA (REAGENS)
Tidak ada
6. PROSEDUR KERJA
a. Setiap 10 increment (±110 kg/10 truk DT) sample yang di terima di
preparasi besar, dilakukan pengecilan ukuran partikel sampai -20 mm
dengan menggunakan mesin Jaw Crusher besar atau dihancurkan secara
manual menggunakan palu/martil diatas plat besi.
b. Campurkan sample setiap 10 increment (sebagai Sample Group A1), aduk
3 kali secara merata, dan lakukan matriks 4 x 5 menggunakan scoop
30D dengan ketebalan max. 35-45 mm. Sample yang terkumpul ±6-8 kg,
dimasukkan ke dalam kantong plastic/ember tertutup rapat. Lakukan untuk
10 sample increment berikutnya dengan cara yang sama (sebagai Sampel
Group A2).
c. Campurkan Sample Group A1 dan A2, aduk 3 kali secara merata, dan
lakukan matrix 4 x 5 menggunakan scoop 30D dengan ketebalan max. 35-
45 mm. Sample yang terkumpul ±6-8 kg, dimasukkan ke dalam kantong
plastic/ember tertutup rapat (sebagai Sample Bagian A).
d. Tunggu untuk Group berikutnya (B - E).
e. Ulangi pekerjaan No. 6.1. sampai 6.3
61
f. Setelah semua Sample Bagian lengkap (A-E), gabungkan dan campurkan 5
sampel bagian (±55 kg) di atas Plat Besi, diaduk 3 kali secara merata,
matriks 4 x 5 menggunakan scoop 30D, sehingga didapat Sample Sublot
sebanyak ±6-8 kg (2 kali pengambilan, masing-masing sebagai sample
Quality dan Sample Quality duplicate). Sisa sample yang masih ada lalu
diambil sebanyak ±6-8 digunakan sebagai sample MC dengan
menggunakan scoop 20D, sehingga didapat sample sebanyak ±4-6 kg.
g. Sampel dimasukkan ke kantong plastik, lalu diberi label yang sesuai dengan
kode sampelnya.
7. REKAMAN DATA
Disiapkan Oleh: T. Yusdiansyah Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:
1. TUJUAN
Untuk mengeringkan sampel nikel sehingga dapat diproses ketahap
selanjutnya.
2. RUANG LINGKUP
Instruksi kerja ini mencakup pekerjaan proses pengeringan sampel nikel untuk
tahap proses selanjutnya sebelum diremukkan dan dihaluskan dengan Ring
Mill/Pulverizer.
3. PENANGGUNGJAWAB
a. Preparator bertanggung jawab dalam proses pengeringan sampel nikel dalam
Drying Oven.
62
b. Supervisor preparator bertanggung jawab untuk menginstruksikan proses
pengeringan sampel nikel yang dilakukan.
4. DEFENISI
Drying oven adalah alat untuk mengeringkan sampel nikel pada temperature
tertentu (105oC).
5. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KESELAMATAN KERJA
a. Drying Oven Besar (Elektric)
b. Tray/Loyang Aluminium
c. Alat Pelindung Diri (Sarung Tangan Kain, Masker Debu, Kaca Mata, Sepatu,
Helmet).
6. LANGKAH KERJA
a. Masukkan sampel nikel kedalam tray/loyang aluminium yang sudah diberi
identitas barcode.
b. Masukkan tray kedalam drying oven diatas rak, susun rapi agar proses
penguapan berjalan dengan baik.
c. Nyalakan oven dan set temperature pada suhu 1050C.
d. Tinggalkan sampel nikel dalam oven pengeringan selama ±18 jam untuk
mendapatkan sampel yang benar-benar kering.
e. Jika sampel sudah kering, gunakan sarung tangan dan masker untuk
mengeluarkan sampel dari drying oven.
Disiapkan Oleh: T. Yusdiansyah Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:
63
b. Supervisor preparator bertanggung jawab untuk menginstruksikan proses
peremukan sampel nikel sebelum atau setelah pengovenan.
4. DEFENISI
Jaw crusher adalah alat untuk meremukkan sampel nikel.
5. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KESELAMATAN KERJA
a. Jaw crusher
b. Kompressor
c. Pipa besi
d. Kuas
e. Alat pelindung diri (sarung tangan kain, masker debu, kaca mata, sepatu,
helmet, earplug).
6. LANGKAH KERJA
a. Bersihkan Jaw Blade, hopper serta bagian tempat keluarnya hasil crushing.
b. Pastikan alat Jaw Crusher dalam kondisi bersih tanpa ada material ataupun
kotoran yang masih menempel.
c. Hidupkan arus listrik dengan menekan saklar pada posisi ON.
d. Tempatkan penampung sampel nikel dibawah tempat keluaran hasil
crushing.
e. Masukkan sampel nikel kedalam hopper dengan hati-hati (tidak melebihi
kapasitas hopper) sesuai dengan nomor ID/jenis sample-nya. Jika sampel
nikel tersebut basah atau tertahan didalam pada Jaw Blade (misalnya
pecahan batu keras), dorong dengan bantuan pipa besi. Jangan sekali -kali
mendorong dengan menggunakan tangan langsung kedalam hopper.
f. Selama proses peremukkan dilakukan, tutup segera hopper agar tidak ada
material yang terlempar serta untuk mengurangi debu yang keluar dari
dalam hopper.
g. Jika semua sampel nikel telah selesai digiling, segera matikan alat Jaw
Crusher dengan menekan saklar pada posisi OFF.
h. Pindahkan sampel nikel pada tempat/wadah yang bersih. Jaga sampel
tersebut agar tidak terkontaminasi oleh kotoran/debu dari lingkungan
sekitar atau sampel nikel lain yang sedang diremukkan atau dihaluskan.
i. Bersihkan kembali alat Jaw Crusher seperti langkah 1 & 2.
j. Pastikan sebelum hingga selesai pengerjaan peremukkan sample harus
menggunakan perlengkapan keselamatan kerja yang sesuai.
64
Disiapkan Oleh: T. Yusdiansyah Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:
Name
Title Date Signature
Hendrikus Tappi
Date Site Manager
Rahmatullah
QAQC
Annisa Indriani
Analyzed
1. TUJUAN
Prosedur alat ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara
mengoperasikan Press Pellet dengan baik dan benar.
2. RUANG LINGKUP DAN APLIKASI
Prosedur ini digunakan pada penggunaan/pengoperasian Press Pellet
dalam kegiatan preparasi untuk menghasilkan sampel pellet yang berpotensi
menghasilkan bahaya.
3. ALAT PELINDUNG DIRI
a. Kacamata
b. Masker
c. Jas laboratorium
4. PERINGATAN UMUM
65
a. Setiap operator wajib mengetahui prosedur penggunaan mesin untuk
menghindari kerusakan pada mesin. Pahami cara kerja alat, kapasitas, dan
batasannya. Kesalahan dalam mengoperasikan dapat memperpendek usia
alat ini.
b. Kelalaian dan kecerobohan dalam bekerja dapat membahayakan dan
mencederai diri anda sendiri dan orang lain.
c. Pastikan anda sudah mengetahui emergency response procedure, letak
kotak P3K di lokasi kerja Anda.
d. Dilarang keras mengoperasikan alat dalam pengaruh alkohol dan obat-
obatan terlarang. Beritahukan kepada pengawas apabila anda
mengkonsumsi obat yang dapat menimbulkan kantuk dan kurangnya
kewaspadaan.
e. Jangan memasukkan cairan/barang atau benda yang yang dapat merusak
sample/pulp ataupun alat ini.
f. Jika sesuatu yang tidak normal terjadi pada mesin saat dioperasikan, tekan
stop button dan turunkan power ON/OFF kemudian laporkan ke staff yang
berwenang.
g. Pastiakan alat dalam kondisi baik dan bersih sebelum dan sesudah
digunakan.
h. Gunakan APD dengan baik dan benar selama bekerja.
5. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
A. Persiapan dan Pengecekan Kondisi Alat
1. Lakukan Pengecekan dan memastikan secara menyeluruh kondisi alat
sebelum digunakan.
2. Pastikan bahwa Anda sudah menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai.
3. Pastikan alat bisa digunakan (tidak ada Warning Tag).
4. Kabel-kabel dalam kondisi baik (tidak ada yang lepas atau robek).
5. Cek kondisi oli mesin di level indicator-nya, dianjurkan tetap berada
diatas level indicator tengah, kalau sudah dibawah segera ditambahkan.
6. Atur di batas terendah 12 ton dan batas tertinggi 40 ton.
7. Tombol on/off dan lampu star berfungsi dengan baik.
8. Mor dan sekrup pada alat tidak ada yang lepas atau longgar.
9. Singkirkan barang-barang yang tidak semestinya disekitar area kerja.
66
10. Bersihkan central hole tempat sampel di press dengan menggunakan
vacum cleaner dan tissu.
11. Siapkan peralatan lain yang akan digunakan seperti cup aluminium dan
talang sampel.
12. Siapkan sample yang akan dipres secara berurutan.
B. Pengoperasian Alat dan Memasukkan Sampel yang akan di Press
1. Sample 200 mesh dari preparasi di cross check dengan data dari Waybill
yang sudah di Input
2. Jika sudah sesuai dengan data Waybill, siapkan Cup Aluminium dan
Sample yang akan dianalisis
3. Bersihkan terlebih dahulu alat Press Pellet
4. Masukkan sample tersebut ke dalam Cup aluminium sampai merata
5. Setelah itu, masukkan Cup aluminium yang sudah diisi sample ke Alat
Press Pellet
6. Tombol Release diputar ke kiri untuk menurunkan tempat Cup
aluminium yang akan di press
7. Tutup sample dengan penutup Cup Aluminium, sebelum itu Penutup
press pellet dibersihkan terlebih dahulu
8. Putar Bowlring Press Pellet hingga rapat (Putar ke kanan). Kemudian
tombol Release diputar kembali ke kanan
9. Tekan tombol Reload hingga tekanan 20 Ton, lalu tekan tombol Stop
10. Tombol Release diputar ke kiri untuk membuka Bowlring-nya agar tidak
susah diputar
11. Putar Bowlring Press Pellet sampai ke atas (Putar ke kiri)
12. Kemudian tombol Release diputar ke kanan , lalu klik tombol Reload
hingga sample yang sudah di press naik
13. Setelah sample sudah di press tulis id sample di Cup Aluminium bagian
belakang yang tidak teranalisis, lalu masukkan ke dalam ruangan X-Ray
Fluorescence untuk dianalisis
14. Kemudian bersihkan kembali alat Press Pellet dan Penutup Cup
Aluminium agar tidak terjadi kontaminasi dari sample lain
6. PERAWATAN ALAT
a. Bersihkan selalu mesin press sebelum dan setelah pemakaian
b. Bersihkan selalu bagian hydraulic pressure system dengan lap kain
67
c. Bersihkan selalu bagian press tools terutama bagian central hole dan cover
-nya
d. Periksa selalu level oli, cairan seharusnya diisi diatas level indicator
tengahnya. Isi dengan cairan oli hydrolic 10.
Name
Title Date Signature
Hendrikus Tappi
Date Site Manager
Rahmatullah
QAQC
Annisa Indriani
Analyzed
1. TUUAN
Prosedur alat ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara
mengoperasikan XRF-Bruker S2 Puma dengan baik dan benar.
2. RUANG LINGKUP DAN APLIKASI
Prosedur ini digunakan pada penggunaan/pengoperasian XRF-Bruker S2
Puma untuk menganalisis sampel yang berpotensi menghasilkan bahaya.
3. DOKUMEN TERKAIT
-
4. PERINGATAN UMUM
a. Setiap operator wajib mengetahui syarat-syarat khusus, bagian berbahaya,
dan tindakan pencegahan pada alat ini sebelum mengoperasikan.
b. Pastikan anda sudah mengetahui emergency response procedure, letak fire
extinguisher, kotak P3K di lokasi kerja anda.
68
c. Pahami cara kerja alat dan batasannya. Kesalahan dalam mengoperasikan
dapat merusak dan memperpendek usia alat ini.
d. Dilarang keras mengoperasikan alat dalam pengaruh alkohol dan obat-
obatan terlarang. Beritahukan kepada pengawas apabila anda
mengkonsumsi obat yang dapat menimbulkan kantuk dan kurangnya
kewaspadaan.
e. Pastikan alat dalam kondisi baik dan bersih setelah selesai digunakan.
f. Gunakan APD dengan baik dan benar selama bekerja.
g. Kelalaian dan ketidaktelitian ketika mengoperasikan/menggunakan XRF
Bruker menyebabkan kesalahan informasi dan pengambilan keputusan
yang salah.
h. Untuk menghindari dan mencegah terjadinya potensi bahaya dan kerugian
gunakan Standar Job Prosedur yang ditentukan
i. Periksa bahaya kebocoran radiasi
5. ALAT PELINDUNG DIRI
a. Kacamata
b. Masker
c. Jas Laboratorium
6. SPESIFIKASI PERALATAN
X-Ray Fluorescence tube with VF-50 J-Pd, Generator 50 kV, Detector
XFlash Standard, 20 sample chember. Analysis in air, or vacum, XY
Autochanger Loader.
7. GAMBAR ALAT
69
A. Persiapan dan Pengecekan Kondisi Alat
1. Lakukan Pengecekan dan memastikan secara menyeluruh kondisi alat
sebelum digunakan, mulai dari UPS, Monitor dan juga instrumen X-Ray
Fluorescence.
2. Pastikan bahwa Anda sudah menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai
3. Pastikan alat bisa digunakan (tidak ada Warning Tag). Informasikan
selalu apabila ada kerusakan pada alat
4. Pastikan instrument X-Ray Fluorescence sudah terhubung dengan arus
listrik.
5. Singkirkan barang-barang yang tidak semestinya disekitar area kerja.
6. Siapkan peralatan lain yang akan digunakan seperti UPS, Komputer, dan
tissu
7. Siapkan sample yang akan dianalisis
8. Pastikan suhu ruangnya memenuhi spesifikasi untuk ruang X-Ray
Fluorescence
B. Menghidupkan Instrument XRF Bruker S2 Puma
1. Pastikan X-Ray Fluorescence sudah terhubung dengan UPS, dan Juga
Komputer
2. Untuk menyalakan UPS tekan tombol power pada UPS sampai lampunya
berwarna hijau
3. Untuk menyalakan X-Ray Fluorescence naikkan tombol power switch
pada alat
4. Pastikan muncul tampilan BRUKER pada alat
5. Perhatikan dan pastikan kondisi alat berfungsi baik/normal setelah
dihidupkan.
6. Pada Login , klik Username Lab Manager (Passwordnya tidak usah di isi)
dan klik OK
70
7. Setelah berada ditampilan awal , Turn Key 2 Switch On X-Ray
Fluorescence ( Putar kunci ke kiri )
8. Hubungkan alat X-Ray Fluorescence dengan program yang sudah
71
1. Masukkan sampel bawaan dari Bruker , Copper untuk mengecek Energy
Calibration Check dan Vacum Calibration, FLX K-04 untuk mengecek
Quality Check
2. Setelah mengecek Quality Checknya pastikan QC tercentang hijau
3. Catatan: Jika salah satu QC tidak tercentang hijau, cek ulang QC dan
jika tetap tidak tercentang hijau Drift Standard Quality Check pakai FLX
K-04. Setelah itu cek ulang QC.
Catatan: Jika sampel tersebut murni Ore pakai Metode Solid, dan jika
sampel tersebut dicampur bahan kimia pakai Metode Pressed Pellet.
72
D. Menghentikan Operasi Instrument XRF Bruker S2 Puma
1. Menghentikan operasi X-Ray Fluorescence diperlukan apabila ada
pemadaman listrik atau ada yang perlu untuk di cek.
2. Rekomendasi dari Teknisi Bruker sebaiknya menghidupkan alat 24 jam
sehari tanpa ada pemadaman. Hal ini untuk memperpanjang usia alat,
sebaliknya jika pemadaman listrik dilakukan secara terus menerus, hal
ini akan memperpendek usia alat X-Ray Fluorescence.
3. Pastikan semua sample telah selesai di analisis
4. Pastikan alat sudah tidak digunakan lagi
5. Tutup program Spectra Elements kemudian, matikan alat X-Ray
Fluorescence
73
4. Pastikan aliran listrik ke alat X-Ray Fluorescence stabil, tidak berubah-
ubah.
74
Lampiran D Diagram Alir Preparasi Sample Check
74
Lampiran E Diagram Alir Preparasi Sample Dome
75
76
77