Anda di halaman 1dari 2

Teori Geosinklin

Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami
depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses
pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen
yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk
pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan
mengalami metamorfosa.
Batuan yang terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan
karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang
terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.
Kelemahan Teori Geosinklin
Tidak mampu menjelaskan asal-usul aktivitas vulkanik dengan baik dan logis. Keteraturan
aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa dijelaskan dengan teori geosinklin.
Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan
gaya vertical. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah
tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.

Teori undasi
Teori undasi dikemukakan oleh Van Bemmelen, teori ini menjelaskan terjadinya
pelengseran batuan (gliding tectonics). Terlepasnya sebagian permukaan bumi tersebut maka
terbentuklah cekungan yang nantinya terisi air, membentuk lautan. bahwa adanya permukaan
bumi yang tidak rata yaitu sebagian cekungan dan sebagian tonjolan (pegunungan), diakibatkan
oleh gelombang turun naik terhadap bagian bumi yang cair (magma) Timbulnya gerakan
gelombang tersebut akibat pengaruh pemisahan magma dari yang basa ke yang asam dan dari
basa ke ultrabasa, sehingga terdapat empat susunan magma yaitu mulai dari atas: asam,
intermediat, basa dan ultrabasa.
Teori Plume
Mantle plume didefinisikan sebagai massa ringan (buoyant) material mantel yang naik
karena keringanannya secara densitas (buoyancy). yang sangat populer pada 1930-an , dan
bertahan sepanjang tahun tujuh puluhan sampai hari ini dalam berbagai bentuk dan presentasi
Plume tectonics sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan pertama kalinya oleh
Wilson (1963 A possible origin of the Hawaiian islands: Can. J. Phys, 41, 863-870) dan
Morgan (1971 Convection plumes in the lower mantle: Nature, 230, 42-43) saat menjelaskan
hotspot volcanoes seperti di Hawaii dan Iceland.

mantle plume didefinisikan sebagai massa ringan (buoyant) material mantel yang naik
karena keringanannya secara densitas (buoyancy). Saat mencapai litosfer, dikenal yang namanya
plume heads dengan diameter 5003000 km, dan plume tails yang diameternya 100500 km
yang masuk jauh ke mantel atas. Pentingnya peranan mantle plume, terutama superplume, dalam
evolusi geodinamika Bumi, pertama kali diajukan oleh Maruyama (1994 Plume tectonics: J.
Geol.

Anda mungkin juga menyukai