Anda di halaman 1dari 28

Vulkanologi 2017

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Pendahuluan
Secara geologi, sebagian besar wilayah Indonesia berada pada jalur subduksi cincin
api pasifik (pacific ring of fires) yang menyebabkan banyak bermunculan gunungapi aktif. Di
wilayah Indonesia sendiri dijumpai 129 gunungapi aktif yang terdiri dari gunungapi aktif tipe
A (80 buah), tipe B (28 buah), dan tipe C (21 buah) (Bemmelen, 1949; Kusumadinata, 1979;
Sutawidjaja, et al., 2013). Gunungapi tipe A adalah gunungapi yang pernah mengalami
letusan magmatik sejak 1600, tipe B adalah yang diketahui pernah meletus sebelum 1600,
dan tipe C adalah lapangan solfatara dan fumarola. Keberadaan gunungapi aktif tersebut
membawa implikasi tersendiri akan munculnya ancaman erupsi vulkanik yang sewaktu-
waktu dapat terjadi.
Erupsi gunungapi mampu mengeluarkan lava, sejumlah besar gas, serta material
piroklastik (hancuran batuan, lava bomb, abu halus, dan debu) (Lutgens & Tarbuk, 2012).
Material-material tersebut mampu menghancurkan obyek-obyek di per-mukaan bumi yang
dilewatinya sehingga berpotensi besar menelan korban dan menimbulkan bencana besar.
Menurut Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana/Bakornas PB (2007), sekarang BNPB,
upaya pengurangan bencana yang dapat dilakukan sebelum terjadinya bencana (erupsi) salah
satunya adalah dengan memantau kegiatan gunungapi setiap saat untuk memprediksi kapan
gunungapi akan meletus.
Gejala-gejala yang dapat diamati akibat pergerakan magma (yang memicu erupsi)
pada suatu gunungapi adalah; meningkatnya aktivitas gempa (gempa vulkanik), perubahan
(meningkat-nya) suhu kawah, perubahan bentuk tubuh gunungapi, dan meningkatnya emisi
gas dan uap air (Marshak, 2013). Upaya monitoring aktivitas vulkanisme dapat dilakukan
dengan membangun Pos Pengamatan Gunungapi yang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi. Upaya pemantauan lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan data satelit penginderaan jauh (Lutgens & Tarbuk, 2012).
Gunung Raung yang terletak di Kabupaten Banyuwangi, Jember, Bondowoso-
Provinsi Jawa Timur, adalah gunung api tipe strato dengan tinggi puncak lk. 3.400 m di atas
muka laut. Gunung ini merupakan salah satu gunung api aktif tipe yang selalu berasap,
berbentuk strato dengan kaldera berkedalaman lk 500 m.

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 1
Vulkanologi 2017

Gunung Raung merupakan salah satu gunungapi aktif yang termasuk dalam deretan
gunungapi Indonesia. Secara geografis puncak gunung Raung terletak pada posisi 8 0730
LS dan 114 02 30 BT dengan tinggi puncaknya 3332 meter diatas permukaan laut. Secara
administratif gunung Raung termasuk dalam tiga wilayah Kabupaten, yaitu Bondowoso,
Banyuwangi, dan Jember Propinsi Jawa Timur. Kegiatan gunung Raung umumnya dicirikan
oleh hembusan asap kawah berwarna putih tipis dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga
75 meter dari puncakTremor vulkanik merupakan gelombang seismik yang biasa teramati
didekat gunungapi aktif [2].
Berdasarkan kenampakan bentuk gelombangnya tremor vulkanik dibagi menjadi dua
yaitu tremor harmonik dengan kenampakan yang teratur dan tremor spasmodik dengan
kenampakan yang tidak teratur [3]. Penelitian mengenai tremor vulkanik biasanya terkait
dengan kakakteristik dan mekanisme sumbernya. Beberapa penelitian mengenai mekanisme
sumber tremor vulkanik antara lain; tremor vulkanik diduga merupakan hasil resonansi gas
didalam pipa konduit [4], proses non linier didalam saluran magma berbentuk silinder [5]
dan diduga dihasilkan oleh aliran magma yang mempunyai dua fase fluida yaitu fase gas dan
fase cair [6].
Mekanisme terjadinya tremor vulkanik belum bisa diterangkan secara jelas
walaupun berasal dari gunung yang sama. Apabila suatu tremor merupakan hasil dari suatu
getaran akibat aliran fluida magma tidak steady pada kantong magma yang dapat dianggap
sebagai suatu sistem dinamik yang kaotik, maka analisis frekuensi tidak cukup untuk
membedakan karakteristik tremor vulkanik tersebut. Untuk itu perlu dilakukan analisis non
linier [5].
Analisis non linier untuk sinyal seismik yang berasal dari gunungapi merupakan
cara analisis baru dan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya antara lain pada
data tremor vulkanik gunung Sangay di Ekuador [7] dan pada data dari gunung Semeru di
Indonesia [8]. Pada bulan Oktober tahun 2012 gunung Raung menunjukkan aktifitas yang
berbeda dari biasanya, kawah gunung Raung terus menyemburkan asap dan mengeluarkan
suara gemuruh, erupsinya berupa letupan gas yang ditandai dengan asap tebal berwarna
kehitaman.

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 2
Vulkanologi 2017

Gempa tremor terus meningkat dengan amplitudo maksimum 32 milimeter yang


diikuti dengan hembusan asap dari puncak yang berkisar 50-75 meter. Pada tanggal
22 Oktober 2012 pukul 22.30 WIB status gunung Raung ditingkatkan menjadi siaga. Selama
ini penelitian mengenai aktifitas seismik gunung Raung belum pernah dilakukan. Oleh
karena itu penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan dan bisa dijadikan sebagai
studi pendahuluan mengenai aktifitas seismik gunung Raung.

Pemantauan aktifitas gunung Raung telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dengan menggunakan tiga stasiun seismik seperti
terlihat pada Gambar 1. Satu stasiun seismik bersifat permanen dan dua lainnya bersifat
temporer dengan menggunakan seismometer 1 komponen tipe L4-C.

Gambar 1. Lokasi stasiun seismik gunung Raung

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 3
Vulkanologi 2017
I.2 Morfologi

Puncak G. Raung merupakan kerucut terpotong dengan tonjolan dari sisa-sisa endapan
lava an barangko-barangko dari sisa endapan piroklastik. Kaldera G. Raung berbentuk
ellips, berukuran 1750x2250 m, dalamnya 400-550 m di bawah peatang, lereng kaldera
sangat terjal.

Sektor barat G. Raung muncul sekelompok bukit (hillocks) sebagai sisa dari suatu
longsoran puing raksasa dari kerucut gunungapi bagian barat. Gumuk-gumuk atau bukit-
bukit kecil G. Raung ini merupakan sisa erosi dari suatu longsoran yang maha dahsyat, juga
gumuk-gumuk piroklastik di dataran Jember kemungkinan besar karena terjadinya banjir
masa batuan (banjir lahar).

Gambar 2.Kenampakan visual puncak Gunungapi Raung (kaldera) pada citra Landsat-8 RGBpan
6548 tanggal 12 Oktober 2014. Warna violet menunjukkan endapan "fresh" lava dan piroklastik

G. Raung dikelilingi oleh kelompok tonjolan diantaranya : di sebelah utara G. Suket


(2750 m), di timurlaut G. Lempeh (2932 m), di timur G. Jampit (2338 m), di selatan G.
Wates (2796 m), di barat G. Gadung (2390 m), dan G. Pajungan (2352 m).
Nama : Afif Dhiya Uddin P
Nim Pola aliran sungai-sungai di G. Raung adalah radial, sedangkan di daerah kakinya pola
:111.140.041
Kelas :E 4
alirannya adalah dendritik. Sungai-sungai yang berhulu di sekitar puncak diantaranya : Kali
stail dan Kali Mangarang. Sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng diantaranya : K.
Kajar, K. Gladagkundung, K. Telepon, K. Kohor, K. Basiran, dan K. Caken. Sungai-sungai
Vulkanologi 2017

BAB II
AKTIFITAS GUNUNG RAUNG

II.1 Aktifitas Gunung Raung Tahun 1586 Hingga 2015

Menurut catatan sejarah erupsi Raung, kejadian erupsivpertama kali tercatat pada
1586 berupa letusan dahsyat dan memakan korban jiwa manusia. Letusan besar selanjutnya
terjadi pada 1597 dan tercatat ada korban manusia. Pada 1638 tercatat ribuan korban jiwa
akibat letusannya. Pada 1953 letusan abu Raung mencapai radius 200 km dan awan panas
mengalir menyelimuti sebagian tubuhnya, tapi tidak tercatat adanya korban jiwa. Letusan
besar terakhir terjadi pada 1956. Setelah 1956, kejadian erupsi hampir setiap 10-20 tahun
sekali dan sejak 2008 kejadian erupsi terjadi beberapa kali dalam periode waktu kurang dari
10 tahun., berikutnya ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Aktifitas Gunung Raung Tahun 1586-1989

Tahun
Keterangan
letusan

Terjadi letusan dahsyat dan diketahui adanya korban


1586
manusia (Verbeek dan Fennema, 1896)
Letusan yang serupa dalam letusan 1586 dan dicatat adanya
1597
korban manusia
Terjadi letusan dahsyat, kemudian diikuti dengan banjir
besar dan aliran lahar yang melanda daerah antara K. Stail
1638 dan K. Klatak. Korban manusia mencapai ribuan orang.
Saat itu berdiri Kerajaan Macan Putih di bawah Pangeran
Tawangulun (Brouwer, 1913, p. 60-65)
Letusan abu yang dibarengi dengan lahar yang melanda
1730 wilayah yang cukup luas dan dilaporkan banyak korban
manusia
1787 - Letusan terjadi pada waktu pemerintah Residen Harris,
1799 tidak diketahui adanya keterangan lebih lanjut.
1800 - Letusan terjadi pada waktu pemerintahan Residen Malleod,

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 5
Vulkanologi 2017

1808 tidak diketahui adanya keterangan lebih lanjut.


1812 -
Letusan disertai suara gemuruh dan hujan abu.
1814
Terjadi hujan abu di Besuki dan Probolinggo antara tanggal
4 - 12 April. Neumann van Padang (1951) menyangsikan
1815
terjadinya letusan tersebut, diduga hujan abu ini berasal dari
letusan G. Tambora di Sumbawa.
1817 Tanah rusak dan korban manusia
1838 Tanah rusak
Tanggal 14 Desember 1941, tidak ada keterangan lebih
1859
lanjut
Letusan yang terjadi pada tahun ini tidak diketahui dengan
1860
pasti, diduga terjadi pada bulan September (?)
terdengar suara gemuruh dan di siang hari gelap, yang
1864 terjadi mulai tanggal 6 Juli, diduga mungkin disebabkan
oleh hujan abu
Gumpalan asap disertai suara gemuruh, terjadi hujan abu
1881
tipis di sekitar Banyuwangi (Ottolander, 1881)
Diduga terjadi letusan pada bulan Juni, tidak ada keterangan
1885
lebih lanjut
Terjadi letusan sejak Juli, Agustus sampai pertengahan
1890 September. Letusan paroksimal terjadi pada tanggal 13
September
Terjadi gempa di Kayumas (Besuki), suara gemuruh yang
1896
diikuti dengan hujan abu pada bulan Agustus
1902 Munculnya kerucut pusat pada 16 Februari
1903 - Terdengar suara gemuruh dan bara api di bagian puncak
1904 pada tanggal 28 November - 2 Desember
Tampak adanya gumpalan asap pada 10 Mei sampai
1913
Desember
1915 Terdengar suara gemuruh dan diikuti dengan gumpalan asap
Terdengar suara gemuruh dan diikuti dengan gumpalan asap
1916
(November, Desember)
1917 Terdengar suara gemuruh dan diikuti gumpalan asap
1921 Adanya aliran lava di dalam kaldera bulan Februari - April
Nama : Afif Dhiya Uddin P
Nim :111.140.041
Kelas :E 6
Vulkanologi 2017

Pelemparan eflata di sekitar kaldera dan leleran lava,


1924
sebelum Februari
Letusan asap cendawan dan diiringi oleh hujan abu sampai
1927 sejauh 30 km. Terdengar dentuman bom yang dilontarkan
sejauh 500 m, 2 Agustus sampai Oktober
Tampak adanya celah merah di dasar kaldera yang
1928
mengeluarkan lava, Maret dan November
Di antara bulan Maret dan Juni, sama dengan yang pernah
1929
terjadi dalam tahun 1928
1933 21 November-6 Desember
1936 22-31 Agustus, 18 September, November-11 Desember
1937 27-31 Oktober dan 21-27 November
1938 13 Agustus-September dan 14 November-28 Desember
1939 10 Januari
1940 diragukan
1941 13 Desember
1943 18 Januari
30 Januari-30 November. Kemungkinan aliran lava dalam
1944
kaldera
1945 20 Januari dan 19 April
Terjadi letusan asap tanggal 31 Januari. Asap membara
dengan guguran hingga 18 Maret. Tinggi awan letusan
1953
mencapai 6 km di atas puncak dan sebaran abu mencapai
radius 200 km
Terjadi kegiatan letusan antara 13-19 Februari dan letusan
paroksimal terjadi pada tanggal 19 Februari. Tinggi tiang
asap letusan diduga 12 km. Suara dentuman berlangsung
1956
sekitar 4 jam terdengar jauh hingga ke Surabaya dan
Malang. Hujan abu menyebar dan turun hingga Bali dan
Surabaya.
1961 Kenaikan kegiatan pada tanggal 26 April
1973 Dikabarkan kegiatan meningkat sejak akhir 1972. Hadian
(1973) mengunjungi puncak, tetapi keadaan sudah normal
kembali. Hampir seluruh permukaan dasar kawah tertutup

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 7
Vulkanologi 2017

oleh aliran lava yang keluar dari kerucut yang terletak di


tengah dasar kawah. Seluruh permukaan kerucut sinder
tertutup oleh belerang, demikian pula halnya di bagian utara
dasar kawah. Rekahan berbentuk busur menghadap ke
tengah terdapat pada bagian timurlaut. Tembusan fumarola
terdapat pada puncak kerucut sinder, pada rekahan tersebut
di atas, dan di bagian tubuh lava sebelah barat
1989 Letusan abu

Aktivitas kegempaan Gunung Raung mulai menunjukkan sedikit peningkatan,


ditandai oleh tremor vulkanik, padaOktober 2012 setelah kurang aktif
setidaknya lebih dari 10 tahun. Kuat energi tremor vulkanik ditunjukkan oleh Realtime
Seismic Amplitude Measurement (RSAM) yang mencapai maksimum pada periode 26-31
Oktober 2012.

Setelah istirahat selama lk. 2 tahun, aktivitas kegempaan Gunung Raung meningkat
lagi, ditandai dengan tremor vulkanik kuasi harmonik. Oleh
karena itu, tingkat aktivitas Raung dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III
(Siaga) pada 13 November 2014. Periode krisis ini berlangsung selama sedikitnya 6 bulan
dengan aktivitas yang berfluktuasi.

Selama periode Juni-Agustus 2015, aktivitas Raung terekam jelas dan lebih kuat
dibanding sebelumnya, baik secara visual, gempa letusan, deformasi gunung, maupun
peningkatan energi tremor. Pengamatan awal pada data gempa letusan, tremor, visual foto
kawah/ letusan dan data citra satelit menggambarkan Raung mengalami erupsi dari sumber
magma yang kurang kaya akan gas. Pada periode ini, Raung telah kembali meraung dan
berdampak pada ditundanya beberapa penerbangan ke dan dari Denpasar, Bali.

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 8
Vulkanologi 2017

Gambar 5. Citra satelit kenampakan kawah Gunung Raung 2 juli 2015. Sumber: SPOT Lapan

Menurut catatan sejarah erupsi Raung, kejadian erupsivpertama kali tercatat pada
1586 berupa letusan dahsyat dan memakan korban jiwa manusia. Letusan besar selanjutnya
terjadi pada 1597 dan tercatat ada korban manusia. Pada 1638 tercatat ribuan korban jiwa
akibat letusannya. Pada 1953 letusan abu Raung mencapai radius 200 km dan awan panas
mengalir menyelimuti sebagian tubuhnya, tapi tidak tercatat adanya korban jiwa. Letusan
besar terakhir terjadi pada 1956. Setelah 1956, kejadian erupsi hampir setiap 10-20 tahun
sekali dan sejak 2008 kejadian erupsi terjadi beberapa kali dalam periode waktu kurang dari
10 tahun.

Untuk memantau aktivitas Gunung Raung dilakukan pemantauan seismik oleh


PVMBG, Badan Geologi. Sebelum tahun 2011, pemantauan dilakukan dengan menggunakan
hanya satu stasiun seismik (RAUN/ MLLR) yang berlokasi di Daerah Melalu, di tenggara
Gunung Raung yang berjarak 7.5 km dari kawah. Dengan menggunakan seismometer L-
4C, data gempa direkam dan ditelemetrikan ke Pos PGA Raung dan Pos PGA Ijen.

Pada Mei 2011, PVMBG bekerja sama dengan pihak USGS melakukan penambahan
stasiun seismik tiga komponen (broadband) yang lokasinya berdekatan dengan stasiun
RAUN. Pada tahun berikutnya kembali dilakukan penambahan 2 stasiun seismik di Kali Baru
(Stasiun KBUR) dan di Pos PGA Raung (POSR).

Bersamaan dengan meningkatnya energi tremor di awal November 2014 terlihat

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 9
Vulkanologi 2017

beberapa kali cahaya atau sinar api dan letusan abu dari arah kaldera Raung. Misalnya,
kejadian pada 27 Desember 2014. Cahaya api kaldera Gunung Raung bila dilihat dari bibir
kaldera berasal dari letusan tipe strombolian.

Aktivitas Raung yang telah berstatus Waspada, sejak 13 November 2014 ditandai oleh
tremor yang berlanjut sampai 29 November 2014 dan berubah menjadi Tremor vulkanik
menerus. Peningkatan aktivitas ini merupakan perulangan kejadian yang sama sekitar 2 tahun
yang lalu, walaupun sesekali terjadi lonjakan energi tremor diantara selang waktu tersebut.

Gambar 6. Aktivitas Gunung Raung senja kala. Foto: Hendra Gunawan

Kenaikan RSAM terjadi pada periode November 2012 Februari 2013 dan
November April 2015 serta periode Juni-Agustus 2015 menunjukkan setidaknya terjadi tiga
kali terjadi krisis tremor. Pada awal Februari 2015, masyarakat melaporkan telah terjadi abu
tipis di Paltuding perbatasan Banyuwangi dan Bondowoso) atau arah timur Raung, serta
terdengarnya suara gemuruh hingga sejauh kurang lebih 20 km. Selain aktivitas kegempaan
yang meningkat pada periode krisis di atas, aktivitas pergerakan magma dimanifestasikan
juga oleh komponen radial data tiltmeter.

Setelah Februari 2015 aktivitas vulkanik Gunung Raung cenderung menurun dan
secara visual tidak teramati aktivitas dari kaldera. Berdasarkan citra satelit Himawari,
aktivitas vulkanik di kaldera mulai muncul lagi pada Mei-Juli 2015 dengan kecenderungan
meningkat. Pada 25 Juni dan 11 Juli nampak terjadi aliran lava dan letusan abu di dalam
kaldera, sedangkan pada 27 Juli aktivitas vulkanik di kaldera didominasi oleh letusan abu.

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 10
Vulkanologi 2017

Kenampakan erupsi Raung bila dilihat dari sisi lain (darat) pada 10 Juli menunjukkan
kejadian letusan letusan tipe strombolian dan aliran lava.

II.2Model Erupsi Raung

Salah satu hasil penelitian kami adalah dugaan bahwa tremor vulkanik saat erupsi
Raung berkaitan dengan dinamika dan dapat mencerminkan kekuatan erupsi. Fenomena
seperti ini pernah terjadi pada tremor vulkanik yang berhubungan dengan proses erupsi
eksplosif lemah dari semburan lava di Hawaii, Gunung Etna, Itali; dan Gunung Arenal di
Costa Rika.

Hasil penelitian tremor Raung menunjukkan frekuensi tremor gunung tersebut


memiliki puncak dominan pada 2,2 dan 3,2 Hz . Estimasi kedalaman sumber tremor ini
adalah sekitar 200-300 m di dalam kaldera atau di bawah pusat aktivitas di dalam
kaldera.

Tremor tahun 2014-2015 secara umum memiliki frekuensi dominan lebih kecil.
Contoh tremor tanggal 20 Februari 2015, pukul. 06.12 WIB, agak sedikit lebih kecil.
Hasil pengamatan gunung saat terjadi tremor tersebut tampak asap kecokelatan keluar
dari Gunung Raung dengan tinggi asap kurang dari 100 m dari puncak, dan beberapa
detik sebelumnya terdengar suara gemuruh lemah.

Tremor vulkanik Raung, pada masa krisis November 2014 Maret 2015,
memiliki karakteristik bentuk tremor quasi-harmonik dan frekuensi dominan sekitar 1,9
Hz. Dibandingkan dengan tremor vulkanik beberapa tahun sebelumnya, frekuensi
dominan tremor ini cenderung lebih kecil. Hasil analisis bentuk tremor pada 25 Februari
2015, selama lk 6 jam, terekam rentetan kejadian tremor jenis tremor kuasi harmonik.

Setelah dibandingkan dengan hasil pengamatan secara visual, hasil rekaman


rangkaian tremor ini mencerminkan proses letusan tipe
strombolian.Hasil identifikasi tremor seperti di atas pernah dilaporkan juga dalam
penelitian Benoit dkk (1997) di Gunung Arenal. Pada satu urutan tremor, selalu terdiri
dari 2 envelope berbentuk layang-layang atau mirip cerutu pendek yang diikuti cerutu

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 11
Vulkanologi 2017

panjang yang berurutan. Hasil identifikasi tremor kuasi harmonik seperti ini
menggambarkan suatu letusan abu dengan tinggi beberapa ratus meter.

Bersamaan dengan itu, seiring tremor layangan pertama, terdengar suara gemuruh
bunyi seperti pesawat jet. Tremor ini kemudian disusul oleh tremor layangan kedua yang
mencerminkan proses degassing (hembusan gas) bersamaan dengan terdengarnya suara
gemuruh seperti suara lokomotif kereta api. Dengan adanya rekaman letusan pada malam
hari 25 Februari 2016 ini, maka dapat dipastikan bahwa Gunung Raung mengalami
erupsi yang terjadi bersamaan dengan semburan lava (strombolian).

Dari hasil identifikasi frekuensi tremor dan energinya, maka dapat


diintepretasikan adanya kecenderungan peningkatan kekuatan energi tremor kuasi
harmonik Raung pada 2015, dibandingkan dengan 2012. Hasil analisis perbandingan ini
didukung pula oleh kecenderungan RSAM periode 2014-2015 relatif lebih besar
dibandingkan periode 2012.

Model erupsi Raung seperti diuraikan di atas, setidaknya berguna untuk antisipasi
letusan ke depan, termasuk saran untuk mitigasi bencana letusannya. Namun demikian,
pengamatan aktivitas Raung perlu terus dilakukan demikian pula kajian dan
penelitiannya guna mengetahui lebih tepat lagi perilaku gunung api aktif di bagian timur
Jawa Timur ini. ( Hendra Gunawan dan Gede Suantika)

III.3 Rekaman Aktivitas Gunungapi Raung denga data Time Series Nilai NTI

Rekaman aktivitas Gunungapi Raung dari Pos Pengamat Gunungapi


dipergunakan sebagai data pembanding dari hasil deteksi dari satelit. Menurut catatan
aktivitas gunungapi yang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/ gunungapi/aktivitas-gunungapi) 24
Juli 2015, kegiatan Gunungapi Raung umumnya dicirikan oleh hembusan asap kawah
berwarna putih tipis, tekanan lemah dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 75
meter dari puncak yang umumnya condong ke arah utara. Ancaman erupsi berupa
material vulkanik yang sebaran materialnya berupa aliran lava, hujan abu lebat dan
lontaran batu (pijar) di sekitar kawah dalam radius tiga km dari pusat erupsi.
Nama : Afif Dhiya Uddin P
Nim :111.140.041
Kelas :E 12
Vulkanologi 2017

Sementara itu wilayah diluar tiga km dari pusat erupsi merupakan kawasan yang
berpotensi terlanda hujan abu, bergantung arah dan kekuatan angin.

Gambar 7. Grafik time series nilai T 21 (dalam Kelvin) dari kaldera Gunungapi Raung

Gambar 8. Grafik time series nilai T 32 (dalam Kelvin) dari kalderaGunungapi Raung

Gambr 9. Grafik Time Series Nilai NTI dari Kaldera Gunungapi Raung. pada grafik terlihat terjadi erupsi besar
yang diindikasikan oleh adanya puncak-puncak nilai NTI (lingkaran warna biru) pada 24 Juni (NTI=0.1361), 1
Juli (NTI=0,1542), 10 Juli (NTI=0,1642), dan 22 Juli NTI=0,1374)

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 13
Vulkanologi 2017

Gambar 10. Gambar tiga dimensi citra NTI wilayah Gunungapi Raung dan sekitarnya pada
beberapa tanggal yang memperlihatkan pola spasial nilai NTI wilayah kaldera Gunungapi Raung
dan daerah sekitarnya pada beberapa hari menjelang erupsi (a), awal erupsi (b) dan puncak erupsi
(c).

Selama 2014 tingkat aktivitas Gunungapi Raung sempat dinaikkan dari Level I
(Normal) ke Level II (Waspada) pada 05 Januari 2014 dan diturunkan dari Level II
(Waspada) ke Level I (Normal) pada 17 Juni 2014. Tingkat aktivitas dinaikan lagi dari Level
I (Normal) ke Level II (Waspada) pada 13 November 2014. Adapun pada 21 Juni 2015,
kembali terjadi peningkatan aktivitas yang ditandai dengan letusan abu dan lontaran material
pijar di kawah puncak serta terekamnya Gempa Tremor dengan amplituda maksimum yang
terus meningkat secara signifikan, sehingga tingkat aktivitas Gunungapi Raung terhitung
mulai 29 Juni 2015, pukul 09.00 WIB dinaikan dari Level II (Waspada) menjadi Level III
(Siaga).

Pengamatan visual memberikan informasi sebagai berikut:


22 30 Juni 2015, cuaca cerah-mendung - hujan, angin tenang dari utara, gunungapi
jelas - tertutup kabut, suhu udara berkisar 17-25 C, pada saat cerah teramati asap
kawah putih - kelabu, tipis - tebal, bertekanan lemah, tinggi asap sekitar 100 300
meter dari puncak kawah. Teramati sinar api, terdengar suara gemuruh, dan dentuman
lemah,
1 8 Juli 2015, cuaca cerah - mendung-hujan, angin tenang dari utara, gunungapi
jelas - tertutup kabut, suhu udara berkisar 17-29 C, pada saat cerah teramati asap
kawah putih - kelabu, tipis-tebal, bertekanan lemah, tinggi asap sekitar 100 500
meter dari puncak kawah. Teramati sinar api, terdengar suara gemuruh dan dentuman
lemah-sedang,
9 15 Juli 2015, cuaca cerah-mendung, angin tenang pada umumnya bertiup ke arah
barat - barat daya - selatan, gunungapi jelas - tertutup kabut, suhu udara berkisar 18-

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 14
Vulkanologi 2017

28 C, pada saat cerah teramati asap kawah kelabu, tipis - tebal, bertekanan lemah,
tinggi asap sekitar 500 1500 meter dari puncak kawah. Teramati sinar api, terdengar
suara gemuruh dan dentuman lemah,
16 23 Juli 2015, cuaca cerah, mendung - hujan, angin tenang pada umumnya bertiup
ke arah barat-barat daya-selatan, gunungapi jelas - tertutup kabut, suhu udara berkisar
17-28 C, pada saat cerah teramati asap kawah kelabu, tipis-tebal, bertekanan lemah,
tinggi asap sekitar 500 2000 meter dari puncak kawah. Teramati sinar api.

Catatan aktivitas gunungapi yang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi tersebut dipergunakan sebagai pembanding hasil deteksi gejala erupsi dari data
MODIS yang dilakukan ini. Secara umum dapat diketahui bahwa hasil deteksi gejala erupsi
dari data MODIS berdasarkan parameter NTI sesuai dengan kondisi di hasil perekaman dari
Pos Pengamat Gunungapi Raung

II.4. Rekaman Aktivitas Gunungapi Raung denga data Seismik

Pengamatan kegempaan menggunakan 1 set seismograf dengan sistem pancar (RTS)


model MEQ-800. Stasiun Seismik berada pada koordinat 759'34,20" LS dan 11318'39,80"
BT, pada ketinggian 483 m. Pemantauan aktifitas kegempaan dengan menggunakan
seismograf MEQ-800 dilakukan sejak tahun 1995 hingga pertengahan 1996, sedangkan
pemakaian seismograf jenis Kinemetrics PS-2 satu komponen menggantikan seismograf
MEQ-800 sejak pertengahan 1996 hingga sekarang.

Mengenai aktifitas Gempa,yang tercatat oleh seismograf pada Pos PGA G. Raung
adalah gempa vulkanik dangkal, vulkanik dalam, tektonik lokal dan tektonik jauh.
Kegempaan G. Raung tahun 2008 hingga tahun 2009 terlihat pada grafik di bawah.

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 15
Vulkanologi 2017

Gambar 11. Grafik Gempa Vulkanik Dangkal G. Raung 2008-2009

Gambar 12.Grafik Gempa Vulkanik Dalam G. Raung 2008-2009

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 16
Vulkanologi 2017

Gambar 13. Grafik Gempa Tektonik Lokal G. Raung 2008-2009

Gambar 14. Grafik GempaTektonik Jauh G. Raung 2008-2009

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 17
Vulkanologi 2017

Gambar 15. Grafik Kegempaan Gunung Raung Tahun 2011-2013

Aktfitas kegempaan gunung Raung didominasi oleh gempa vulkanik dangkal.


Gambar 15 memperlihatkan grafik kegempaan gunung tahun 2011-2013. Data yang
digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data rekaman seismik
(seismogram) gunung Raung tanggal 17 Oktober 2012 sampai 16 November 2012.
Pada tanggal tersebut tremor vulkanik gunung Raung mulai terekam.

Gambar 16. Seismogram tremor vulkanik gunung Raung tangal 17 Oktober 2012 pukul 00.00 s/d 04.00
WIB terekam di stasiun Raung.

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 18
Vulkanologi 2017

Gambar 16 merupakan seismogram gempa tremor gunung Raung yang


terekam tanggal 17 Oktober 2012 pukul 00.00 WIB s/d 04.00 WIB pada stasiun
Raung. Berdasarkan kenampakan bentuk gelombangnya tremor vulkanik gunung
Raung merupakan tremor spasmodik.

Berdasarkan perekaman Realtime Seismic Amplitude Measurement (RSAM)


kegempaan mem-berikan informasi sebagai berikut:
22 30 Juni 2015, terekam Tremor menerus dengan amplituda maksimum 1
32 mm (dominan 11 22 mm), 130 kali Gempa Tremor dengan amplituda
maksimum 19 32 mm, 1 kali Gempa Tektonik Lokal (TL),
1 8 Juli 2015, terekam Tremor menerus dengan amplituda maksimum 4 32
mm (dominan 23 29 mm),
9 15 Juli 2015, terekam Tremor menerus dengan amplituda maksimum 4
32 mm (dominan 23 29 mm),
16 23 Juli 2015, terekam Tremor menerus dengan amplituda maksimum 5
32 mm (dominan 22 29 mm).

Hasil rekaman kegempaan menunjukkan bahwa sejak 21 Juni 2015 hingga 24


Juli 2015, Gempa Tremor kembali menerus yang diikuti oleh kecenderungan naiknya
secara tajam nilai Realtime Seismic Amplitude Measurement (RSAM) hingga 11 Juli
2015, meski kemudian sempat menurun, namun pada 17 Juli 2015 nilai RSAM secara
berfluktuatif kembali mengalami peningkatan.

II.5. Rekaman Aktivitas Gunungapi Raung dengan Data Gaya Berat

Harga gayaberat pada lintasan A-B (seperti ditunjukkan pada peta lintasan magnetik
G. Raung) adalah ditunjukkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 2 harga G relatif terhadap GT-1 :

Station Tinggi (meter) del G GT-1


GT-1 710 0.0000
GT-2 735 -7.5178
GT-3 800 -21.1896
GT-4 875 -36.3867
GT-5 940 -50.8628
GT-6 1030 -68.7573
GT-7 1150 -86.4413
GT-8 1500 -151.3490

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 19
Vulkanologi 2017

GT-9 1775 -204.9067


GT-9A 2550 -395.8760
GT-10 2840 -468.2425
Catatan : titik ukur referensi adalah GT-1, data belum terkoreksi medan

II.6. Rekaman Aktivitas Gunungapi Raung dengan Data Geomagnet

Peta di bawah ini menunjukkan jalur lintasan survei penyelidikan geomagnet di G.


Raung. Harga intensitas magnetik pada titik ukur lintasan A - B ditunjukkan pada tabel
dan profil penampang magnetik G. Raung.

Gambar 17. Peta lintasan magnetik G. Raung, Jawa Timur

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 20
Vulkanologi 2017

Gambar 18.Profil penampang magnetik G. Raung

Tabel 4.Data Magnetik Lintasan A - B G. Raun

Harga
Titik Waktu Harga Koreksi
Akhir
GT-1 07:37 45439 - 10 45429
GT-2 07:55 45294 - 12 45282
GT-3 08:14 45444 - 13 45431
GT-4 08:34 45578 - 12.5 45565.5
GT-5 08:50 45566 - 14 45552
GT-6 09:06 45788 - 14 45774
GT-7 09:25 46172 - 14 46158
GT-8 10:32 46217 - 7 46210
GT-9 15:03 46589 + 13 46602
GT-
10:44 46800 - 11 46789
10

Secara umum kecenderungan intensitas magnetik pada lintasan A-B adalah


naik (dari harga 200 - 800 gamma). Berdasarkan profil intensitas magnetik,
kemungkinan adanya anomali magnetik signifikan terletak antara titik ukur GT.6 dan
GT.7. Mengacu pada peta geologi G. Raung, anomali magnetik ini sangat mungkin
disebabkan oleh adanya struktur sesar. Sedangkan di sekitar puncak G. Ruang tidak
terlihat adanya anomali magnetik yang signifikan.

II.7. Rekaman Aktivitas Gunungapi Raung dengan data Potensial Diri


Nama : Afif Dhiya Uddin P
Nim :111.140.041
Kelas :E 21
Vulkanologi 2017

Pengukuran potensial diri G. Raung dilakukan mengikuti lintasan survei geomagnet


dan gayaberat, secara radial mulai dari kaki menuju puncak.

Gambar 19.Grafik harga S-P G. Raung

Harga-harga potensial dikoreksi dengan harga variasi harian di base station, untuk
menghindari adanya arus telurik (telluric current). Oleh karena survei SP ini merupakan
survei awal maka analisis untuk penentuan adanya anomali SP belum bisa dilakukan. Namun
demikian kemungkinan mulai adanya perubahan temperatur/konsentrasi fluida terletak antara
titik ukur GT.7 dan GT.8 atau disekitar pertengahan lereng G. Raung.

II.8. Rekaman Aktivitas Gunungapi Raung Dengan Data Kimia Batuan

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 22
Vulkanologi 2017

Batuan G. Raung terdiri dari basalt dan andesit dengan komposisi kimia seperti tabel
di bawah ini :

Tabel 5 Analisa Kimia febuari 1971

Tabel 6.Analisa Kimia febuari 1956- 1959

BAB III

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI


Nama : Afif Dhiya Uddin P
Nim :111.140.041
Kelas :E 23
Vulkanologi 2017

III.1 KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG RAUNG

Kegiatan vulkanik G. Raung dipantau dari Pos PGA yang terletak di bagian tenggara
G. Raung, yaitu di Dusun Mangaran, Desa Sraji, Kecamatan Songgon, Kabupaten
Banyuwangi, pada ketinggian 650m dpl. Pemantauan yang dilakukan berupa pengamatan
visual dan kegempaan.Dalam keadaan normal teramati hembusan asap kawah berwarna putih
tipis setinggi 50-100 m di atas puncak dengan tekanan lemah (Mei 1995).

Kegiatan lain yang diamati berupa solfatara dan fumarola yang terletak pada bukit dan
bibir kawah sinder cone bagian barat dan di dasar kawah bagian barat.Untuk menghadapi
bahaya letusan G. Raung seperti yang pernah terjadi di waktu sejarah, maka disusunlah Peta
Kawasan Rawan Bencana G. Raung yang ada sekarang ini terdiri dari tiga kawasan, yaitu
Kawasan Rawan Bencana I, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana III.

III.2.Kawasan Rawan Bencana III (KRB III)

Untuk kasus G. Raung, KRB-III adalah merupakan kawasan yang sering terlanda
awan panas, aliran lava dan bahan lontaran batu (pijar). Dalam kondisi meletus Kawasan
Rawan Bencana-III (KRB-III) G. Raung berlaku sebagaimana di gunungapi lain meskipun
gunungapi tersebut tidak sering meletus dimana ada sektor yang sering terlanda oleh aliran
massa maupun material lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan Rawan Bencana
III (KRB-III) G. Raung terdiri atas dua bagian, yaitu kawasan yang akan selalu terlanda oleh:

a. Aliran massa (awan panas dan aliran lava).

b. Material lontaran batu (pijar) seperti bom gunungapi, dan jatuhan


piroklastik (hujan abu lebat).

III.3. Kawasan Rawan Bencana III(KRB II)

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan
panas, aliran lava, lontaran batu (pijar) dsn hujsn sbu lebat berjenis ash dry and wet

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 24
Vulkanologi 2017

fall.Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila letusan di masa mendatang
lebih besar dari letusan masa silam atauterjadi percampuran (magma mixing), sehingga terjadi
letusan hebat yang banyak merubah keadaan morfologi G. Raung secara drastis.

III.4. Kawasan Rawan Bencana I (KRB I)

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) adalah kawasan yang berpotensi terlanda


lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan aliran piroklastik (awan panas).
Apabila letusannya membesar, maka kawasan ini sangat berpotensi tertimpa bahan jatuhan
piroklasik berupa lontaran batu (pijar) dan hujan abu berjenis ash dry fall. Kawasan Rawan
Bencana-I (KRB-I) ini dibedakan menjadi dua bagian, yakni:

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa lahar/banjir, dan kemungkinan


perluasan awan panas, terletak di sepanjang daerah aliran sungai/di dekat lembah
sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak.

b. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan piroklastik berupa hujan abu berjenis ash
dry fall tanpa memperhatikan arah tiupan angin (saat terjadi letusan), dan
kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar).

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 25
Vulkanologi 2017

Gambar 20. Peta Kawasan Rawan


Bencana G.Raung

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 26
Vulkanologi 2017

DAFTAR PUSTAKA

Wildani, Arin dkk.2013. Analisis Non Linier Tremor Vulkanik Gunungapi Raung Jawa
Timur-Indonesia. Jurnal Neutrino Vol. 6, No. 1 Oktober 2013.
Suwarsono,dkk.2015.Deteksi Gejala Erupsi Strombolian Gunungapi Raung Jawa Timur
Menggunakan Normalized Thermal Index dari Data Modis. Jurnal Penginderaan
Jauh Vol. 12 No. 2 Desember 2015 :133-145
Hendra Gunawan .2016 Ketika Raung Kembali Meraung.diakses
pada :.http://geomagz.geologi.esdm.go.id/ketika-raung-kembali-meraung/.Tanggal
24 Maret 2017.

Anonim.2014.G.Raung Kawasan Rawan Bencam.2014.G.Raung Kawasan Rawan Bencana


Gunung Api.Diakses Pada :http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-
dasar-gunungapi/526-g-raung?start=7,Tanggal 24 Maret 2017.

Anonim.2014. Gunung Raung.Diakses Pada :http://www.volcosquad.com/2014/04/gunung-


raung.html,Tanggal 24 Maret 2017.

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 27
Vulkanologi 2017

DAFTAR PUSTAKA

Wildani, Arin dkk.2013. Analisis Non Linier Tremor Vulkanik Gunungapi Raung Jawa
Timur-Indonesia. Jurnal Neutrino Vol. 6, No. 1 Oktober 2013.
Suwarsono,dkk.2015.Deteksi Gejala Erupsi Strombolian Gunungapi Raung Jawa Timur
Menggunakan Normalized Thermal Index dari Data Modis. Jurnal Penginderaan
Jauh Vol. 12 No. 2 Desember 2015 :133-145
Hendra Gunawan .2016 Ketika Raung Kembali Meraung.diakses
pada :.http://geomagz.geologi.esdm.go.id/ketika-raung-kembali-meraung/.Tanggal
24 Maret 2017.

Anonim.2014.G.Raung Kawasan Rawan Bencam.2014.G.Raung Kawasan Rawan Bencana


Gunung Api.Diakses Pada :http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-
dasar-gunungapi/526-g-raung?start=7,Tanggal 24 Maret 2017.

Anonim.2014. Gunung Raung.Diakses Pada :http://www.volcosquad.com/2014/04/gunung-


raung.html,Tanggal 24 Maret 2017.

Nama : Afif Dhiya Uddin P


Nim :111.140.041
Kelas :E 28

Anda mungkin juga menyukai