Moisture pada batubara bukanlah seluruh air yang terdapat dalam pori-pori batubara
baik besar maupun kecil dan yang terbentuk dari penguraian batubara selama
pemanasan.
Moisture batubara ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan sampai
pada suhu 105 110 derajat celcius.
Berdasarkan pengertian diatas, serta melihat kembali kepada bentuk2 air yang
terdapat di dalam batubara, maka hanya air dalam bentuk inherent dan bentuk
adherent sajalah yang dapat dikategorikan sebagai moisture batubara, sedangkan 2
bentuk lainnya, yaitu air kristal mineral dan air hasil penguaraian zat organik karena
oksidasi, tidak termasuk sebagai air batubara.
Kondisi 2 : Total moisture terdiri dari 2 yakni Free moisture (air dry loss, extraneous
moisture) dan Residual moisture.
Kondisi 3 : Free moisture dan moisture (air dried moisture, moisture in the analysis
sample)
selain istilah-istilah tersebut masih banyak istilah lainnya yang dipergunakan orang,
seperti natural moisture, internal moisture, critical moisture, chemically combined
moisture, as received moisture dan lain sebagainya.
PEMBAHASAN ISTILAH
Kondisi 1
1. Inherent moisture
Bed moisture ialah istilah lain inherent moisture yang banyak dipakai, sedangkan
moisture holding capacity (MHC) ialah istilah yang dipakai oleh international
standard (ISO), British Standard (BS) dan Australia Standard (AS), sedangkan
American Standard (ASTM) mempergunakan istilah Equipment moisture, Moisture
Holding Capacity dan equilibrium moisture ialah istilah yang dipergunakan untuk
nama pengujian.
2. Adherent moisture
Adherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat pada permukaan batubara
dan pori-pori batubara yang relatif besar.
Nilai adherent moisture diperoleh dari pengurangan nilai total moisture oleh nilai
inherent moisture (Adherent moisture = total moisture inherent moisture).
Keberadaan adherent moisture ini dapat dikurangi jumlahnya dengan proses penirisan
(drainage), centrifuge, pengeringan di udara terbuka, pengeringan dengan pemanasan.
Oleh karena sebagian besar moisture ini terdapat pada permukaan batubara, maka
semakin luas permukaan suatu batubara, semakin besar pula jumlah surface moisture-
nya, ini berarti bahwa semakin halus suatu batubara, semakin besar pula surface
moisture-nya.
Pada batubara yang halus, keberadaan surface moisture-nya sangat kuat, karena
adanya ikatan antara moisture pada permukaan partikel-partikelnya, yang disebut
dengan bridging sehingga sulit sekali untuk dikurangi, dan apabila mencapai
jumlah yang cukup besar terlebih lagi kalau mengandung mineral cukup besar pula,
maka akan menimbulkan masalah yang serius pada penanganan batubara tersebut
(coal handling), oleh karena itulah pada waktu pembelian batubara selalu diperiksa
jumlah partikel halusnya.
Kondisi 2
1.Total Moisture ialah seluruh jumlah air yang terdapat pada batubara dalam bentuk
inherent dan adherent pada kondisi saat batubara tersebut diambil contohnya (as
sampled) atau pada pada kondisi saat batubara tersebut diterima (as received).
Nilai total moisture diperoleh dari hasil perhitungan niali free moisture dengan
nilai residual moisture dengan rumus.
% TM = % FM + % RM x (1 % FM/100)
Nilai-nilai free moisture dan residual moisture diperoleh dari hasil analisis penetapan
total moisture metode dua tahap (two state determination).
a. Free Moisture (FM) ialah jumlah air yang menguap apabila contoh batubara yang
baru diterima atau yang baru diambil, dikeringkan dalam ruangan terbuka pada
kondisi tertentu sampai didapat berat konstannya.
Berat konstan ialah berat penimbangan terakhir apabila pada dua penimbangan
terakhir dicapai perbedaan berat < 0,1%/jam.
Free moisture istilah yang dipakai ISO, BS dan AS sedangkan ASTM
mempergunakan istilah air dry loss (ADL) . Pada ASTM dikenal juga istilah free
moisture akan tetapi istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda dengan
istilah free moisture yang dipergunakan oleh ISO, BS, AS.
b. Residual Moisture ialah jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang
sudah kering (setelah free moisturenya menguap) apabila dipanaskan kembali pada
suhu 105 110 derajat celcius, proses pengerjaan untuk mendapatkan nilai residual
moisture merupakan tahap kedua dari penetapan total moisture (metode dua tahap).
Kondisi 3
Air dry loss ialah istilah yang dipergunakan dalam ASTM . Nilai free moisture ini
sifatnya hanya informatif dan nilainya dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya
tidak selalu harus sama.
2. Air dried moisture, ISO, BS dan AS mempergunakan ukuran partikel -212 um,
sedangkan ASTM mempergunakan partkel ukuran -250 um. Air dried moisture ialah
air yang menguap dari contoh yang halus apabila dipanaskan pada suhu 105 110
derajat celcius dan penetapannya merupakan bagian dari analisis proximate, istilah
lain yang banyak dipergunakan ialah moisture in the analysis sample atau moisture
saja. Nilai moisture ini hanya dipergunakan untuk menghitung hasil-hasil analisis
lainnya, yang ada hubungannya dengan moisture ke dalam basis yang diinginkan. Hal
ini perlu dilakukan apabila kita akan memperbandingkan dua hasil analisis dari
contoh yang sama atau diperlukan juga untuk pengklasifikasian batubara tersebut.
HGI
3. Pilah sampel yang telah Air Dry, sehingga didapat sebanyak 1.0 0.1 kg,
kemudian catat massanya.
4. Ukur sampel pada ukuran 1.18 dan 0.6 mm kedalam porsi 200 g, gunakan
penggoyang ayakan Rotap sebanyak dua periode. Timbang dan catat masa dari fraksi
+1.18.-1.18+0.6 dan -0.6 mm.
6. Masukkan fraksi +1.18 mm ke dalam penggiling HGI (Coffe Mill) sehingga laju
pengisian kurang lebih sama dengan laju pengeluaran.
7. Ukur sampel yang telah dihancurkan pada 1.18 dan 0.6 mm. Gabungkan fraksi -
1.18+0.6 dan -0.6 mm dengan fraksi repektif dari langkah 3.
9. Jika terdapat sisa materi sample +1.18 mm, maka geruslah menggunakan mortar
dan tumpukkan hingga dapat lolos 1.18 mm.
10. Timbang dan catat masa dari fraksi -1.18+0.6 dan 0.6 mm. Hitung persentase
+0.6 mm, jika kurang dari 50%, maka informasikan kepada Supervisor Laboratorium.
11. Pilah fraksi -1.18+0.6 mm untuk mendapatkan Sub-Sampel sebanyak 120 gr.
Zat Terbang
Zat terbang adalah bagian dari batubara yang menguap pada saat batubara dipanaskan
tanpa udara (di dalam tungku tertutup) pada suhu 9000C. Zat terbang merupakan
bagian dari batubaru yang mudah menguap misalnya CH4 atau hasil dari penguraian
senyawa kimia dan campuran kompleks yang membentuk batubara. Untuk
menganalisis kadar zat terbang, sampel ditempatkan di dalam krusibel silika
kemudian dimasukkan ke dalam tungku selama 7 menit. Setelah pemanasan akan
tertinggal residu padat yang sebagian
besar terdiri dari karbon dan mineral-mineral yang telah berubah bentuk (tidak selalu
abu).
Analisis proksimat harus dilakukan dengan mengacu pada standar internasional,
acuan yang banyak dipakai adalah:
ISO 589 Hard coal - penentuan kadar lengas total
ISO 1171 Solid mineral fuels - penetuan kadar abu
ISO 562 Hardcoal and coke - penentuan kadar zat terbang
Nilai keempat yang dihitung dalam analisis proksimat adalah karbon tertambat, yang
diperoleh dari 100% dikurangi jumlah nilai kadar lengas, kadar abu dan zat terbang.
Tabel 6.1 di bawah ini memperlihatkan data beberapa analisis proksimat