Anda di halaman 1dari 34

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR

FENOMENA DASAR MESIN – 01

UJI LENTUR DAN DEFLEKSI

Disusun oleh :

1. Ivan Seftian 12-2019-127


2. Deni Pirmansah 12-2019-129
3. Riswan Alpariji 12-2019-130
4. Adit Andriana 12-2019-135
5. Reza F.R Hasibuan 12-2019-137
6. M. Ridhwan 12-2019-139
7. Dwiki Satria. W 12-2020-091

Bandung, 28 April 2022


Mengetahui

Asisten Pembimbing Perwakilan Kelompok 17

Rozan Almubdidarma M. Ridhwan


12-2018-008 12-2019-139

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
hidayah dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini disusun
untuk memperoleh nilai pada Modul 01 tentang “UJI LENTUR DAN DEFLEKSI”.

Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai Modul 01.
Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi pelajar atau masyarakat umum terutama
kami sendiri sekali penyusun laporan ini.

Selama proses perancangan dan penulisan laporan ini penulis mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak. Dan semua pihak yang membantu, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan
penyusunan laporan ini namun penulis tetap berharap laporan ini akan memberikan
manfaat bagi para pembaca.

Demi kemajuan penulis, penulis juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik
atau saran yang berguna.

Bandung, 27 April 2022

Kelompok 17

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Defleksi.........................................................................

Gambar 2.2 Defleksi.......................................................................................

Gambar 2.3 Tegangan Normal........................................................................

Gambar 2.4 Tegangan Geser...........................................................................

Gambar 2.5 Regangan.....................................................................................

Gambar 2.6 Kurva Uji Tarik...........................................................................

Gambar 2.7 Tumpuan Sendi...........................................................................

Gambar 2.8 Tumpuan Roll..............................................................................

Gambar 2.9 Tumpuan Jepit.............................................................................

Gambar 2.10 Simple Beam..............................................................................

Gambar 2.11 Cantilever Beam........................................................................

Gambar 2.12 Overhanging Beam....................................................................

Gambar 2.13 Momen Inersia Pelat Tipis........................................................

Gambar 2.14 Poros Tepi.................................................................................

Gambar 2.15 Poros Pusat................................................................................

Gambar 2.16 Defleksi Pada Batang................................................................

Gambar 2.17 Defleksi Terhadap Luas Penampang.........................................

Gambar 2.18 Instalasi Pengujian.....................................................................

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel data pengamatan Ivan Seftian

Tabel 3.2 Tabel data pengamatan Deni pirmansah

Tabel 3.3 Tabel data pengamatan Riswan Alpariji

Tabel 3.4 Tabel data pengamatan Adit Andriana

Tabel 3.5 Tabel data pengamatan Reza F.R Hasibuan

Tabel 3.6 Tabel data pengamatan M. Ridhwan

Tabel 3.7 Tabel data pengamatan Dwiki Satria. W

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Ruang Lingkup Kajian
1.4 Sistematika Penulisan

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tujuan Praktikum


Tujuan pada percobaan modul FDM-01 adalah :
1. Untuk menyelidiki hubungan antara beban, jarak, lebar, tinggi, dan
defleksi balok, yang ditempatkan tumpuan dikedua ujungnya dan
dipengaruhi oleh beban terpusat.
2. Untuk memastikan koefisien elastisitas untuk aluminium.
3. Untuk mengukur strain pada permukaan balok.
4. Untuk memverifikasi eksperimental beberapa asumsi dasar dan
hubungan dalam teori balok elastis sederhana.

2.2 Teori Dasar


Sumbu sebuah balok akan terdefleksi dari kedudukannya semula bila
berada dibawah pengaruh gaya, dalam hal ini adalah gaya yang tegak lurus
terhadap sumbu poros atau batang. Harga-harga defleksi balok yang akurat
diselidiki dalam berbagai kasus. Unsur dari mesin haruslah cukup untuk
mencegah ketidaksebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional
terhadap pengaruh beban.
Dalam kasus kehidupan sehari-hari sering kita temukan bangunan atau
konstruksi yang gagal akibat menahan suatu beban. Hal itu bisa terjadi akibat
defleksi yang terjadi melebihi batas yang diizinkan. Akibatnya, batang ataupun
balok bagian dari bangunan tersebut mengalami defleksi plastis, bahkan hingga
patah.
Meninjau dari kejadian tersebut perlu dikaji ulang mengenai beban
maksimum yang mampu ditahan oleh balok atau batang, serta tegangan dan
defleksi yang terjadi akibat beban tersebut.

2
L
a F F a

A B

F F
RAx

RAy RBy

Gambar 2.1 Ilustrasi Defleksi


(Sumber : Modul Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin.2021)

Untuk mengetahui tegangan dan defleksi maksimum yang terjadi akibat


pembebanan adalah pada kondisi seperti gambar di atas adalah :

Μ .C
 Tegangan lentur σ=
I

 Hukum Hooke σ =E . ε

F.a
 Defleksi maksimum δ= X ( 4 a2−3L²)
24 EI

2.3 Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertikal dan
horizontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang.
Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda
dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan
mengalami pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi
merata akan mengalami defleksi. Deformasi pada balok secara sangat mudah
dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami
pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral

3
setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi
permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis dari balok.

Gambar 2.2 Defleksi


(Sumber : scribd.2018)

Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam


penerapan, kadang kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x di
sepanjang balok. Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang
sering disebut persamaan defleksi kurva (atau kurva elastis) dari balok.

2.4 Gaya
Gaya adalah dorongan atau tarikan yang diberikan pada suatu benda.
Untuk melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga. Gaya dan tenaga mempunyai
arti yang tidaksama, namun keduanya saling berhubungan. Gaya tidak dapat
dilihat, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Tarikan dan dorongan yang
dilakukan memerlukan tenaga. Gaya ada yang kuat dan ada pula yang lemah.
Makin besar gaya dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan. Besar
gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya
dinyatakan dalam Newton (N). Gaya dapat memengaruhi gerak dan bentuk
benda.
Gaya dapat menyebabkan sebuah benda berubah bentuk, berubah posisi,
berubah kecepatan, berubah panjang atau volume, dan juga berubah arah.
Besar kecilnya atau kuat lemahnya gaya yang harus kita keluarkan untuk suatu
kegiatan, tergantung pada jenis kegiatannya. Sebuah gaya disimbolkan dengan
huruf F singkatan dari Force. Satuan gaya dalam Satuan Internasional (SI)
adalah Newton (N) yang merupakan penghormatan bagi seorang ilmuwan
Fisika Inggris bernama Sir Isaac Newton (1642-1727).

4
Jadi dapat kita simpulakan bahwa gaya mempunyai 3 sifat, yaitu:

1. Gaya dapat mengubah bentuk benda.


2. Gaya dapat mengubah arah gerak benda
3. Gaya dapat menyebabkan benda bergerak atau berpindah tempat

2.5 Tegangan
Tegangan (stress) adalah gaya yang bekerja pada permukaan seluas satu
satuan. Tegangan merupakan besaran skalar yang memiliki satuan N.m-2 atau
Pascal (Pa). Tegangan pada sebuah benda menyebabkan benda itu mengalami
perubahan bentuk.

2.5.1 Tegangan Normal


Tegangan normal adalah intensitas gaya yang bekerja normal
(tegak lurus) terhadap irisan yang mengalami tegangan, dan
dilambangkan dengan σ (sigma). Bila gaya-gaya luar yang bekerja
pada suatu batang sejajar terhadap sumbu utamanya dan potongan
penampang batang tersebut konstan, tegangan internal yang dihasilkan
adalah sejajar terhadap sumbu tersebut. Gaya-gaya seperti itu disebut
gaya aksial, dan tegangan yang timbul dikenal sebagai tegangan
aksial. Konsep dasar dari tegangan dan regangan dapat diilustrasikan
dengan meninjau sebuah batang prismatik yang dibebani gaya-gaya
aksial (axial forces) P pada ujung-ujungnya. Sebuah batang prismatik
adalah sebuah batang lurus yang memiliki penampang yang sama
pada keseluruhan pajangnya. Untuk menyelidiki tegangan-tegangan
internal yang ditimbulkan gaya-gaya aksial dalam batang, dibuat suatu
pemotongan garis khayal pada irisan mn (Gambar dibawah). Irisan ini
diambil tegak lurus sumbu longitudinal batang. Karena itu irisan
dikenal sebagai suatu penampang (cross section).

5
Gambar 2.3 Tegangan normal

(Sumber : dhamarar.blogspot.2018)

2.5.2 Tegangan Geser


Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya
yang berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya
namun pada penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini
banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling, gunting,
dan sambungan baut.

Gambar 2.4 Tegangan Geser

(Sumber : siddix.blogspot.2018)

Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja


pada penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka
pelengkungan benda diabaikan.

6
2.6 Regangan
Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang
dengan panjang awal. Contohnya benda yang menggantung pada tali,
menimbulkan gaya tarik pada tali, sehingga tali memberikan perlawanan
berupa gaya dalam yang sebanding dengan berat beban yang dipikulnya (gaya
aksi = reaksi). Respon perlawanan dari tali terhadap beban yang bekerja
padanya akan mengakibatkan tali menegang sekaligus juga meregang sebagai
efek terjadinya pergeseran internal di tingkat atom pada partikel-partikel yang
menyusun tali, sehingga tali mengalami pertambahan panjang.

Gambar 2.5 Regangan

(Sumber : Academia.2019 )

Jika tali mengalami pertambahan sejauh ∆𝑙 dari yang semula sepanjang L,


maka regangan yang terjadi pada tali merupakan perbandingan antara
penambahan panjang yang terjadi terhadap panjang mula-mula dari tali.

2.7 Momen
Momen adalah gaya kecenderungan berputar suatu pengungkit yang
besarnya sama dengan hasil kali gaya dengan jarak tegak lurus dari titik tumpu
terhadap gaya

2.8 Kurva Uji Tarik


Uji tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat
suatu bahan. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui
bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui
sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik
ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi

7
(highly stiff). Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita
terus menarik suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan
mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti
digambarkan pada gambar di bawah. Kurva ini menunjukkan hubungan antara
gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam
desain yang memakai bahan tersebut.

Gambar 2.6 Kurva Uji Tarik


(Sumber : alatuji.2017)

2.9 Jenis – Jenis Tumpuan


Tumpuan juga dikatakan dengan landasan dimana sebuah balok akan
diletakkan kepadanya. Dalam ilmu konstruksi dikenal ada 3 jenis Tumpuan
yaitu: Tumpuan Sendi, Tumpuan Rol dan Tumpuan Jepit.
A. Tumpuan Sendi
Tumpuan Sendi atau engsel adalah merupakan salah satu tempat
untuk bertumpunya sebatang balok. Tumpuan Sendi dapat menahan gaya
tekan, tarik dari berbagai arah vertikal dan horizontal, gaya tekan dan
tarik ini tetap akan melalui pusat sendi. Tumpuan sendi tidak dapat
menahan momen atau meneruskan momen. Gaya reaksi sendi ini
diproyeksikan pada arah vertikal dan horizontal.

8
Gambar 2.7 Tumpuan Sendi
(Sumber : gurusipil.2017)

B. Tumpuan Rol
Tumpuan Rol ini tidak dapat menahan gaya tarik dan tekan
sembarang arah. Tumpuan ini hanya bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik berarah vertikal saja. Tumpuan rol tidak dapat menahan momen
atau meneruskan momen. Gaya reaksi rol ini dapat diproyeksikan pada
arah vertikal.

Gambar 2.8 Tumpuan Roll


(Sumber : gurusipil.2017)

C. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit ini membuat balok dalam keadaan kaku, justru
karenanya dapat meneruskan gaya tarik dan tekan dengan sembarang
arah di samping itu juga dapat meneruskan momen. Dengan demikian
tumpuan jepit ini dapat menahan Gaya Vertikal, Gaya Horizontal dan
Momen.

9
Gambar 2.9 Tumpuan Jepit
(Sumber : gurusipil.2017)

2.10 Jenis – Jenis Batang


1. Simple Beam adalah balok yang ditumpu pin di satu ujung dan roll di ujung
yang lain.

Gambar 2.10 Simple Beam


(Sumber : wikibooks.2019)

2. Cantilever Beam adalah balok yang ditumpu oleh tumpuan lateral disatu
ujung dan tidak mempunyai tumpuan di ujung yang lain.

Gambar 2.11 Cantilever Beam


(Sumber : dailycivil.2018)

10
3. Overhanging Beam adalah balok yang ditumpu 2 titik dan mempunyai salah
satu atau 2 ujungnya melebihi tumpuan.

Gambar 2.12 Overhanging Beam


(Sumber : mechanicalbooster.2016)

2.11 Hukum Newton


1. Hukum Newton I
Sebuah benda tetap pada keadaan awalnya yang diam atau
bergerak dengan kecepatan tetap kecuali ia dipengaruhi oleh suatu gaya
tidak seimbang atau gaya eksternal neto ( Gaya neto = gaya resultan).

∑ F=0

2. Hukum Newton II
Percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan massanya dan
sebanding dengan gaya eksternal neto yang bekerja padanya

∑ F=ma

3. Hukum Newton III


Setiap gaya mekanik selalu muncul berpasangan sebagai akibat
saling tindak antara dua benda. Bila benda A dikenai gaya oleh gaya B,
maka benda B akan dikenai gaya oleh benda A. Pasangan gaya ini dikenal
sebagai pasangan aksi-reaksi.
Setiap gaya mekanik selalu muncul berpasangan, yang satu disebut
aksi dan yang lain disebut reaksi, sedemikian rupa sehingga aksi = -
reaksi.Yang mana disebut aksi dan yang mana yang disebut reaksi tidaklah

11
penting, yang penting kedua-duanya ada.

∑ F aksi =∑ Freaksi

2.12 Hukum Hooke


Hukum Hooke dikemukakan oleh Robert Hooke. Robert Hooke adalah
merupakan seorang arsitek. (Kanginan, 2013: 235). Hooke mengemukakan
hukumnya yang dikenal dengan hukum Hooke dengan bunyi sebagai berikut :

“Pada daerah elastisitas benda, besarnya perubahan panjang sebanding


dengan gaya yang bekerja pada benda”

Keberadaan hukum Hooke tentunya memiliki sebuah rumus yang


dijadikan pegangan ketika kalian menemukan soal yang berkaitan dengan
elastisitas.

F=−k ⋅ Δx

Dimana untuk F merupakan gaya (N), K untuk Konstanta pegas (N/m),


dan Δx merupakan pertambahan panjang pegas (m).
Kemudian terdapat beberapa rumus lainnya untuk menghitung seperti
rangakaian pegas seri, rangkaian pegas paralel, dan juga energi potensial pegas.
Beberapa rumus yang telah disebutkan yaitu seperti:
1. Rangkaian Pegas Seri
Apabila terdapat 2 buah pegas atau lebih yang tersusun secara seri
maka nilai konstanta pegas bisa dihitung dengan menggunakan rumus
persamaan yaitu:

1 /kp = 1/k1 + 1/k2 + …

12
2. Rangkaian Pegas Paralel
Apabila terdapat 2 buah pegas atau lebih yang tersusun secara
paralel maka nilai konstanta pegas tersebut bisa dihitung dengan
persamaan :

kp = k1 + k2 + …

3. Energi Potensial Pegas


Energi potensial adalah sebuah energi yang tersimpan dalam pegas.
Karena sifatnya yang elastis pegas, maka besar energi potensial
tergantung pada besar gaya luar yang diberikan untuk mereganggakan
dan menekan benda pegas tersebut.
Kamu bisa menggunakan rumus energi potensial dengan cara :

Ep = ½ k Δx2

Untuk penjelasannya Ep sebagai energi potensial pegas (J), K


untuk konstanta pegas (N/m), dan Δx untuk pertambahan panjang
pegas (m).

2.13 Penurunan Rumus Inersia


Penurunan Inersia pada Pelat tipis

Gambar 2.13 Momen Inersia Pelat Tipis

(Sumber: filosofifiberselimutmatematika.blogspot.com, 2020)

13
Poros sepanjang tepi (salah satu sisinya)

2
3
4
5

Gambar 2.14 Poros tepi

(Sumber: filosofifiberselimutmatematika.blogspot.com, 2020)

Plat tipis yang bermassa m dan memiliki panjang dan lebar berturut-


turut adalah b dan a. Jika pelat tersebut diputar dengan poros sejajar salah satu
sisi (b) melewati titik pusat massanya (p), maka untuk menentukan momen
inersianya pertama-tama kita tentukan terlebih dahulu elemen massa dm yang
memiliki panjang b dan lebar dy terletak sejauh y dari poros yang tampak
seperti gambar di atas. Sehingga dapat kita tulis dm = λ dy, r = y dengan batas
integrasi y : - ½ a sampai ½ a sehingga

2
I = ∫ r ⅆm
2
I = ∫ r λⅆy
a
2

I =λ ∫ y ⅆy
2

−L
2

a
2

I =2 λ∫ y ⅆy
2

I =2 λ
( ) 1 3 a2
y|
3 0

14
( ( ))
3
1 a
I =2 λ
3 2

I =2 λ ( )
1 a3
3 8

1 2
I= aλ a ⇒ m=aλ
12

1
I= m a2
12

Dengan cara yang sama kita dapat menentukan momen inersia ketika
porosnya sejajar dengan sisi a dan melewati titik pusat massanya yakni sebesar

1 2
I= mb
12

Poros di pusat massanya dan tegak lurus bidang. Momen inersia pelat
dengan sumbu poros di pusat massanya dan tegak lurus lurus bidang dapat
ditentukan dengan menggunakan teorema sumbu tegak lurus.

Gambar 2.15 Poros Pusat

(Sumber: filosofifiberselimutmatematika.blogspot.com, 2020)

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat kita ketahui bahwa momen


inersia pada sumbu y sama dengan momen inersia pada pers (1) dan momen

15
inersia pada sumbu x sama dengan momen inersia pada pers (2) sehingga dapat
kita tuliskan.

Iz = Ix + Iy

Iz = 1/12 mb2 + 1/12 ma2

Iz = 1/12 m (a2 + b2)

Poros sepanjang tepi (salah satu sisinya). Momen inersia pelat sepanjang
tepi salah satu sisinya dapat ditentukan dengan menggunakan teorema sumbu
sejajar, dimana poros sejajar dan bergeser sejauh ½ a dari poros dipusat
massanya (pers. 2), maka dapat kita tuliskan :

I = Ipm + md2
I = 1/12 ma2 + m( ½a)2
I = 1/12 ma2 + ¼ ma2
I = 1/12 ma2 + 3/12 ma2

I = 4/12 ma2

I = 1/3 ma2

2.14 Penurunan Rumus Defleksi

Gambar 2.16 Defleksi Pada Batang

(Sumber : scribd.com,2020)

16
Defleksi adalah perubahan bentuk suatu benda karena dipengaruhi oleh
gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut dan dari luar. Adapun perubahan
tersebut biasanya disebabkan oleh gaya tekan yang bekerja pada suatu
benda.&uatu batang kontiniu yang ditumpu pada bagian pangkalnya
akanmelendut jika diberi suatu pembebanan. secara umum persamaan dari
defleksidapat dilihat pada kur'a defleksi dari sebuah batang prismatik. Jika
dilihat padakur'a dibawah ini, maka defleksi pada batang defleksi dari batang
pada titik m1 pada jarak dari tumpuam ( gambar 2.18 ) berpindah searah
dengan sumbu y, diukur dari aksis ke kurva defleksi. Defleksi yang mengarah
kebawah adalah positif dan yang mengarah ke atas adalah bernilai negatif.
Suatu putaran - dari aksis batang pada titik m1 adalah sudut antara akis
dantorgent di kurva defleksi sudut ini positif ketika searah jarum jam.
ringkasan rumus umumnya adalah :

g = distribusi beban

−dv
= =EIV ' ' '
dx
Dimana :
M = Momen Bending -M = ƐEIV ' '
V = Gaya Geser -V = ƐEIV ' ' '

Defleksi Terhadap Luas Penampang

Gambar 2.17 Defleksi terhadap luas penampang

17
(Sumber : scribd.com,2020)

Pl
δ= m
AE

P N
σ=
A m

ΔL = δ = L−L0 m

E
( ΔLL )= PA
0
Mpa

E
( Lδ )= PA
0
Mpa

Dari Hukum Hooke

N
σ=EƐ
m

ΔL
Ɛ= m
L0

Pl 0
δ= m
AE

P
AƐ= m
A

2.15 Instalasi Pengujian

18
Gambar 2.18 Instalasi Pengujian

(Sumber : Modul FDM I Itenas,2021)

Sebuah balok alluminium dengan dipasang alat ukur regangan berupa strain
gauge.
1. Pengujian struktural beam dengan load cell.
2. Strain gauge dan peralatannya.
3. Electronic portable digital indicator strain.
4. Dial gauge dan stand.
5. Alat ukur sesuai kebutuhan

2.16 Prossedur Percobaan


1. Susunlah peralatan yang dibutuhkan untuk percobaan ini seperti ditunjukan
pada gambar 1.2, lalu periksa kabel untuk koneksi, sumber arus, dll.
Hambatan dari alat ukur harus berkisar 120 Ω (minta bantuan asisten).
2. Pastikan batang uji terpasang dengan baik pada instalasi. Kemudian lakukan
setting nol untuk indikator gaya.
3. Catat nilai regangan awal untuk kondisi tanpa pembebanan yang tercantum
pada pengukur dial.
4. Berikan beban dengan berbagai variasi antara 0 N – 150 N.
5. Catat regangan pada setiap posisi strain gauge untuk setiap variasi beban.
6. Atur kembali peralatan pada kondisi semula tanpa beban ketika selesai
melakukan pengukuran.
7. Matikan semua peralatan dan rapihkan

19
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan


Data pengamatan Ivan Seftian
Data pengamatan Deni pirmansah

Data pengamatan Riswan Alpariji

Data pengamatan Adit Andriana

Posisi BEBAN Awal Akhir


1 279 45
2 237 232
3 278 56
4 23 185
5 34 191 177
6 162 41
7 289 271
8 88 3
9 69 233

Posisi BEBAN Awal Akhir


1 279 84
2 237 149
3 278 58
4 23 174
5 35 191 171
6 162 294
7 289 79
8 88 82
9 69 203

Posisi BEBAN Awal Akhir


1 279 25
2 237 238
3 278 296
4 23 239
5 36 191 225
6 162 110
7 289 65
8 88 132
9 69 288

20
Posisi BEBAN Awal Akhir
1 279 270
2 237 264
3 278 172
4 23 159
5 12 191 80
6 162 154
7 289 174
8 88 193
9 69 262

Posisi BEBAN Awal Akhir


1 279 228
2 237 153
3 278 101
4 23 127
5 10 191 102
6 162 232
7 289 101
8 88 134
9 69 247

Data pengamatan Reza F.R Hasibuan

Data pengamatan M. Ridhwan

Posisi BEBAN Awal Akhir


1 279 130
2 237 170
3 278 139
4 23 208
5 22 191 140
6 162 175
7 289 187
8 88 23

21
9 69 105

Posisi BEBAN Awal Akhir


1 279 121
2 237 214
3 278 88
4 23 99
5 28 191 274
6 162 190
7 289 211
8 88 176
9 69 247

Posisi BEBAN Awal Akhir


1 279 25
2 237 238
3 278 269
4 23 239
5 36 191 225
6 162 110
7 289 65
8 88 132
9 69 288

Posisi BEBAN Awal Akhir


1 279 269
2 237 145
3 278 100
4 23 149
5 7 191 243
6 162 252
7 289 139
8 88 155
9 69 185

Posisi BEBAN Awal Akhir


1 279 161
2 237 180
3 278 258
4 23 -26
5 48 191 147

22
6 162 290
7 289 172
8 88 114
9 69 206
Tabel 3.6 Tabel data pengamatan M. Ridhwan

Data pengamatan Dwiki Satria. W

3.2 Pengolahan Data


1. Gambarkan DBB Sistem

1⁄ 𝑊 1⁄ 𝑊
2 2

350 mm 350 mm

835 mm

2. Gaya Reaksi Tumpuan


Lakukan pemotongan pada batang T sehingga
diperoleh :
 𝑅𝐴𝑦 (Gaya reaksi tumpuan pada sisi A dalam arah Y)
 𝑅𝐵𝑦 (Gaya reaksi tumpuan pada sisi B dalam arah X)
 𝑉 (Gaya Lintang)
 𝑀 (Momen inersia)
3. Gambar Diagram Gaya
4. Cari Titik Berat
(𝑋1 . 𝐴1 + 𝑋2 . 𝐴2 )
𝑋̅ = (𝐴1 + 𝐴2)

(𝑌1 . 𝐴1 + 𝑌2 . 𝐴2 )
𝑌̅ = 𝐴1 + 𝐴2
5. Mencari Momen Inersia
3 3
I zz=¿¿ ( b h + A d 2) + ( b h + A d 2)
12 1 12 2

6. Mencari tegangan Akibat Momen Lentur Secara Teori

23
M .c
σ=
I
7. Mencari Tegangan Normal dengan Hukum Hooke
σ=E.ɛ
8. Mencari Error Tegangan
σmin
e=¿ 1− | x 100%
σmax
9. Mencari Regangan (Strain) Secara Teori
σ
ɛ=
E
10. Regangan Secara Praktek
ɛ 1−¿ ɛ ¿ (Diperoleh dari percobaan)
9

11. Error Regangan


ɛmin
e=¿ 1− | x 100%
ɛmax
12. Mencari Koefisien Elastisitas
σ
E=
E

13. Error Koefisien Elastisitas


Emin
e=¿ 1− | x 100%
Emax
14. Mencari Defleksi Maksimum
F.a
δ= x (3 L2−4 a2 ¿
24 . E . I
15. Error Defleksi
δ min
e=¿ 1− | x 100%
δ max

3.3 Tabel Pengolahan Data


3.4 Grafik Hasil Pengolahan Data
3.5 Solidworks Tentang Simulasi Pembebanan

24
25
BAB IV
ANALISA

1. Pada hasil perhitungan perbedaan antara regangan hasil praktek dan regangan
teori cukup jauh (persentase errornya tinggi)
2. Praktikan diharuskan mempelajari statika struktur sebelum melakukan
praktikum
3. Kesalahan pada saat pembuatan DBB dan Gaya reaksi tumpuan dapat
menyebabkan kesalahan untuk perhitungan – perhitungan selanjutnya
4. Dalam pemberian nilai pembebanan yang berbeda dapat mempengaruhi
besarnya defleksi dan deformasi materialnya
5. Sebelum dimulainya praktikum praktikan wajib melakukan pengecekan pada
alat yang akan digunakan untuk menghindari kesalahan yang akan terjadi
6. Dalam pemberian nilai pembebanan yang berbeda dapat mempengaruhi
besarnya benda kerja mudah terdefleksi dan terdeformasi materialnya.
7. Ikuti prosedure praktik sesuai dengan urutan yang telah ditentukan karna data
yang di dapat menentukan hasil dari perhitungan
8. Titik penempatan pada pembebanan dapt mempengaruhi data yang
diperoleh,jadi harus benar benar sesuai petunjuk

1.

26
BAB V
KESIMPULAN

1. Hasil awal dan akhir regangan praktek dari setiap beban yang berbeda, akan
menentukan besar kecilnya persentase error tegangan yang terjadi.
2. Praktikan harus memastikan koefisien elastisitas untuk almunium dan
mengukur strain pada permukaan balok.
3. Setelah melakukan praktikum praktikan dapat mengetahui cara untuk
mengukur strain pada permukaan balok.
4. Ketika beban melebihi dari kekuatan balok tersebut maka akan mengalami
defleksi atau terjadinya deformasi plastis secara permanen dengan didahului
oleh deformasi elastis.
5. Pada praktikum ini praktikan dapat memahami dan mampu mengukur
regangan pada permukaan balok.
6. Sumbu sebuah balok akan terdefleksi dari kedudukannya semula bila berada
dibawah pengaruh gaya
7. Menurut hasil perhitungan pada percobaan uji lentur dan defleksi yang
dilakukan pada alumunium, defleksi yang terjadi pada balok alumunium terjadi
perbedaan antara hasil perhitungan dengan hasil uji coba.
8. Ketika menghitung beban yang terjadi pada suatu benda, pada kontruksi
tertentu,
wajib mengetahui beban yang terjadi, agar bisa diantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan

27
DAFTAR PUSTAKA

28
LAMPIRAN

29

Anda mungkin juga menyukai