Anda di halaman 1dari 19

Makalah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman

Hama Penting Tanaman Hortikultura

Tanaman Hias

Oleh :

Dewa Ayu Putu Sri Rahayu (2006541122)

Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
tuntunan-Nya saya dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah Dasar – dasar Perindungan
Tanaman ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah dengan judul “Hama Penting Tanaman
Hortikultura – Tanaman Hias” ini akan membahas mengenai hama apa saja yang menyerang
tanaman hortikultura khususnya tanaman hias seperti Krisan, Anggrek, Heliconia, Dahlia, dan
Kembang Matahari beserta cara pengendaliannya. Selain sebagai pemenuhan tanggung jawab
terhadap tugas yang diberikan oleh dosen, saya berharap semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat dalam menambah pengetahuan, wawasan dan menjadi sumber referensi bagi para
pembaca.

Akhir kata, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha, MS selaku dosen mata kuliah Dasar – dasar Perlindungan
Tanaman beserta semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam proses penyusunan
makalah ini. Saya menyadari bahwa meskipun sudah berusaha dengan maksimal, masih mungkin
ditemukan adanya kesahalahan dalam makalah ini. Maka dari itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini, saya terima dengan senang hati.

Sebagai penyusun saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kekeliruan
dalam makalah ini. Terima kasih.

Klungkung, 11 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

2.1 Hama Krisan dan Penanggulangannya.............................................................................3

2.2 Hama Anggrek dan Penanggulangannya..........................................................................6

2.3 Hama Pacar Galuh dan Penanggulangannya...................................................................8

2.4 Hama Mawar dan Penanggulangannya...........................................................................10

2.5 Hama Gemitir dan Penanggulangannya..........................................................................12

BAB III.........................................................................................................................................14

PENUTUP....................................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................14

3.2 Saran...................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hortikultura merupakan gabungan bahasa Latin, hortus yang mengandung arti kebun
dan culture yang berarti bercocok tanam. Hortikultura bisa didefinisikan sebagai cara
budidaya tanaman yang dilakukan di kebun dan halaman rumah. Tanaman hortikultura
sendiri dibagi menjadi beberapa kelompk yaitu tanaman olerikultura (sayuran), tanaman
florikultura (hias), tanaman frutikultura (buah-buahan), dan tanaman bifarmaka (obat-
obatan).
Tanaman florikultura (hias) merupakan jenis tanaman holtikultura yang berasal
dari tanaman hias. Jenisnya ada bermacam-macam. Misalnya tanaman hias yang
dibudidayakan dalam pot, seperti bunga sedap malam, mawar, kenanga, tanaman bonsai dan
lainnya. Kemudian ada lagi tanaman florikultura yang dikembangbiakan langsung di tanah,
misalnya bunga matahari, melati, kamboja dan seterusnya. Selain itu ada pula jenis tanaman
hias yang tumbuh dan berkembangbiak dengan cara menempel di batang tanaman lain seperti
anggrek.
Peminat tanaman florikultura yang tinggi menjadikan tanaman ini memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi dan memiliki keuntungan bisnis yang cukup tinggi. Di Bali
khususnya tanaman florikultura banyak dikembangbiakkan dan diperjualbelikan karena
banyaknya peminat dan dapat digunakan sebagai sarana persembahyangan umat Hindu di
Bali seperti bunga kamboja dan bunga kenanga.
Tanaman hias sama seperti tanaman lainnya yang dapat terserang hama. Hama yang
menyerang tanaman hias dapat mengakibatkan berkurangnya nilai jual tanaman itu karena
serangan hama secara langsung dapat mempengaruhi visual tanaman hias. Hama yang
menyerang tanaman hias kebanyakan berasal dari kelas insekta (serangga). Setiap jenis hama
memiliki gejala kerusakan, akibat, serta cara pengendaliannya masing-masing. Oleh karena
itu, para pembudidaya atau pengusaha tanaman hias harus mengetahui dan paham apa saja
jenis hama yang menyerang tanaman mereka agar dapat mengurangi dampak serangan dan
mencegah serangan hama berikutnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah
ini akan difokuskan pada :
1. Apa saja hama yang menyerang tanaman krisan beserta cara penanggulangannya
2. Apa saja hama yang menyerang tanaman anggrek beserta cara penanggulangannya
3. Apa saja hama yang menyerang tanaman pacar galuh beserta cara penanggulangannya
4. Apa saja hama yang menyerang tanaman mawar beserta cara penanggulangannya
5. Apa saja hama yang menyerang tanaman gemitir beserta cara penanggulangannya

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang, maka tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah :
1. Mengetahui hama yang menyerang tanaman krisan dan cara penganggulangannya
2. Mengetahui hama yang menyerang tanaman anggrek dan cara penanggulangannya
3. Mengetahui hama yang menyerang tanaman pacar galuh dan cara penanggulangannya
4. Mengetahui hama yang menyerang tanaman mawar dan cara penanggulangannya
5. Mengetahui hama yang menyerang tanaman gemitir dan cara penanggulangannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Hama Krisan dan Penanggulangannya
Klasifikasi tanaman krisan dalam sistem taksonomi tumbuhan yaitu sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dycotyledonae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Chrysanthemum

Spesies : Chrysanthemum spp.

Krisan merupakan tanaman hari pendek yang inisiasi dan perkembangan bunganya
dikendalikan oleh panjang hari. Tanaman krisan membutuhkan cahaya lebih dari 13-16 jam
sehari untuk tetap tumbuh secara vegetatif. Di daerah tropis seperti Indonesia kebutuhan tersebut
tidak dapat dipenuhi oleh cahaya matahari yang lamanya rata-rata 12 jam sehari sehingga perlu
ditambah dengan pencahayaan buatan dari lampu listrik yang biasanya dilakukan setelah
matahari terbenam. Batang krisan tumbuh tegak berstruktur lunak dan berwarna hijau. Ciri khas
pada tanaman ini diamati pada bentuk daunnya yaitu tepi bercelah dan bergerigi tersusun secara
berselang-seling pada cabang atau batang. Perakaran tanaman krisan menyebar kesemua arah
pada kedalaman 30–40 cm. Bunga krisan tumbuh tgeak pada ujung tanaman dan tersusun dalam
tangkai berukuran pendek sampai panjang dan bentuk bunga beraneka ragam tergantung
varietasnya (Rismunandar, 1995).

Krisan (Chrysanthemum spp.) merupakan salah satu jenis tanaman hias yang banyak
diminati oleh masyarakat terutama di wilayah perkotaan dan memiliki nilai ekonomi tinggi
sehingga berpotensi untuk dikembangkan secara komersial. Bunga krisan memiliki ragam bentuk

3
maupun warna dan biasanya digunakan sebagai bunga potong, bahan dekorasi, maupun tanaman
hias dalam pot. Menurut Effendie (1994), bunga krisan banyak disukai oleh konsumen karena
bunga potong krisan relatif lebih tahan dibandingkan bunga potong lainnya dan memiliki warna
yang beragam. Warna yang umumnya disukai konsumen yaitu merah, putih, dan kuning.
Menurut Yuzamini et al. (2010), selain sebagai tanaman hias, tanaman krisan memiliki banyak
manfaat lain, diantaranya dapat menyerap polusi udara di dalam ruangan, dapat dijadikan obat
berbagai penyakit seperti sakit mata, batuk, sakit kepala, gangguan pernapasan, dan diare, serta
sebagai sumber insektisida alami karena mengandung phyretrin yaitu suatu senyawa yang dapat
melemahkan saraf serangga.

Usaha budidaya bunga krisan tidak terlepas dari kehadiran hama dan penyakit yang
menjadi masalah utama terkait penurunan kualitas maupun kuantitas hasil panen. Kutudaun dan
thrips merupakan hama penting yang dominan ditemukan di pertanaman krisan. Serangan
kutudaun dan thrips terutama pada daun, tunas yang telah tumbuh maupun pada bunga dapat
menurunkan harga jual produk tanaman hias (Shapiyah 1999).

Hama yang menyerang tanaman krisan beserta cara pengangannya antara lain :

1. Kutu daun (Aphidoidea)


Ciri khas kutu daun ini yaitu terdapat pada kauda berbentuk helm (helmet shape)
dan tidak terdapat pigmen di bagian dorsal abdomen. Kutu daun ditemukan
menggerombol pada pucuk tanaman dan di bawah permukaan daun berwarna kuning
sampai kehijauan. Kutu daun merusak tanaman inangnya dengan cara menghisap cairan
tanaman sehingga menyebabkan kerusakan yaitu terjadinya pengerutan sampai
pengeritingan pada daun dan kelayuan pada tanaman. Kerusakan sekunder yang terjadi
akibat embun madu yang dihasilkan kutudaun menyebabkan tumbuhnya cendawan jelaga
yang berwarna kehitaman yang akan menutupi permukaan daun dan akan menghambat
proses pembungaan. Tumbuhnya cendawan jelaga menutupi permukaan daun dapat
menghalangi penyerapan cahaya matahari ke daun sehingga proses fotosintesis menjadi
terhambat. Cendawan jelaga ini juga dapat mengurangi keindahan daun. Kutu daun
menyebar dari tanaman satu ke tanaman lainnya dengan berjalan, bantuan angin atau
aktivitas manusia. Kutu daun dapat berfungsi sebagai vektor virus Chrysanthemum Virus
B (CVB) dan Chrysanthemum Vein Mottle (CVM).

4
Upaya yang dapat dilakukan untuk pengendalian hama ini adalah pengaturan
jarak tanaman karena kondisi daun yang rapat memungkinkan intrensitas cahaya matahari
yang masuk menjadi berkurang sehingga lebih disukai sesuai bagi perkembangan kutu
daun. Ukuran daun berpengaruh terhadap populasi kutu daun. Semakin besar ukuran
daun, ditemukan populasi kutudaun yang lebih banyak. Populasi kutudaun yang banyak,
akan menyebabkan serangan yang lebih besar pula dibandingkan dengan populasi
kutudaun yang sedikit. Menurut Maryam (1999), kehadiran kutudaun di sekitar bagian
kuncup bunga atau bunga yang mekar serta pada daun dapat menurunkan harga jual
produk tanaman krisan. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, curah hujan dan
penyinaran matahari merupakan hal yang berpengaruh terhadap populasi kutudaun. Suhu
ratarata 18 °C dan kelembaban 80-87 % merupakan kondisi yang sesuai bagi
perkembangan kutudaun (Hasan et al 2009). Selain itu jenis insektisida yang dapat
digunakan yaitu Dursban dengan bahan aktif klorpirifos.

2. Thrips (Thrips parvispinus Karny)


T. Parvispinus memiliki ciri antena 7 ruas (organ sensori pada ruas III dan IV
berbentuk garpu), memiliki sepasang sayap berumbai yang panjangnya lebih dari
setengah panjang abdomen. Imago berukuran sangat kecil (panjang tubuh 1-1,8 mm),
Serangga dewasa berwarna kuning pucat sampai cokelat kehitaman terdapat bercak-
bercak merah atau bergaris-garis. Trips muda berwarna putih atau kekuning-kuningan.
Trips dewasa dapat hidup sampai 20 hari. Siklus hidup : 3 minggu.
Gejala serangan thrips yaitu adanya jaringan bekas parutan dan bercak-bercak
kehitaman pada mahkota bunga. Serangan thrips pada daun terlihat dengan adanya
bercak-bercak putih akibat parutan alat mulut thrips. Menurut Alford (1991), thrips
mengerumuni kedua permukaan daun tetapi cenderung terjadi di bagian bawah daun.
Bunga yang terserang menunjukkan gejala adanya garis-garis kecil memanjang berwarna
coklat keperakan merupakan bekas parutan alat mulut thrips. Pengamatan tingkat
serangan thrips dilakukan pada saat pemanenan bunga. Thrips menyerang tanaman
terutama pada daun kuncup, tunas yang telah tumbuh, dan bunga. Upaya Pengendalian
yang dapat dilakukan yaitu memangkas daun yang terserang, mengatur waktu tanam yg
baik, serta memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yg mengandung perekat.

5
3. Tungau merah (Tetranychus sp.)
Tungau dewasa berwarna merah kecokelatan, semua stadia tungau dari telur
hingga dewasa hidup di bawah permukaan bawah daun, karena tungau menghindari sinar
mata hari. Tungau berukuran sangat kecil (+ 0,1 mm), berwarna hijau bening dengan
bercak berwarna gelap pada kedua sisi tubuhnya. Telur tungau merah berbentuk bundar
berwarna bening mengkilat diletakan satu persatu pada daun bagian bawah. Tungau
makan dengan cara menusukkan alat mulutnya ke dalam jaringan tanaman dan mengisap
cairannya. Hama tersebut menyerang tanaman sejak bibit sampai dewasa. Populasi hama
akan berkembang cepat pada musim kemarau, kondisi rumah kaca kurang lembab dan
tanaman kurang penyiraman.
Gejala serangan tungau dapat terlihat pada permukaan daun bagian bawah terlihat
bercak putih keperakan, yang kemudian berkembang menjadi bercak tidak beraturan dan
adanya jalinan benang-benang halus menyerupai benang sarang labah-labah. Serangan
berat menyebabkan daun, pucuk serta tunas mengeriting, melengkung ke bawah tidak
berkembang normal, mengering dan akhirnya gugur. Pengendalian dapat dilakukan
dengan memotong bagian tanaman yg terserang dan dibakar, serta melakukan
penyemprotan pestisida. Monitoring hama keberadaannya dapat dilihat adanya gejala
adanya benang-benang pada permukaan daun, kemudian daun-daun yang terserang
dikeluarkan. Selain itu serangan hama tersebut dapat dicegah dengan penyiraman secara
rutin setiap hari.

2.2 Hama Anggrek dan Penanggulangannya


Anggrek adalah nama umum untuk menyebut semua jenis tumbuhan famili Orchidaceae
(keluarga anggrek-anggrekan). Famili ini adalah salah satu grup terbesar di antara tumbuhan
bunga-bungaan lainnya. Klasifikasi dari tanaman anggrek adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Magnoliophyta

6
Kelas : Liliopsida

Subkelas : Llilidae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Dendrobium

Spesies : Dendrobium spp.

Dendrobium merupakan salah satu genus anggrek terbesar dari famili Orchidaceae, dan
meliputi lebih dari 2.000 spesies (Uesato, 1996). Anggrek Dendrobium banyak digunakan dalam
rangkaian bunga karena memiliki kesegaran yang relatif lama, warna dan bentuk bunganya
bervariasi, tangkai bunga lentur sehingga mudah dirangkai, dan produktivitasnya tinggi.
Dendrobium dapat berbunga beberapa kali dalam setahun. Tangkai bunganya panjang dan dapat
dirangkai sebagai bunga potong (Puchooa 2004).

Beberapa hama pada tanaman anggrek yang sering menyerang dan berbahaya adalah :

1. Kutu Perisai (Parlatoria zizypus)


Gejala serangan kutu perisai terlihat pada pelepah daun yang rusak dan terdapat
bekas serangan berupa bercak-bercak klorotik berwarna pucat. Serangan berat dapat
menyebabkan daun tertutup oleh kerak perisai atau sekresi lilin. Hal ini karena aktifitas
kutu yang menghisap cairan tanaman, sehingga daerah sekitarnya mati. Pengendalian
yang dapat dilakukan adalah secara mekanis dengan cara menggosok menggunakan
kapas atau sikat dan air sabun, jika jumlahnya sedikit. Namun, jika serangan sudah berat,
tanaman dicabut lalu di bakar. Selain itu dapat menggunakan insektisida. Karena
tubuhnya mengandung lilin, saat dan cara pengendalian harus tepat, yaitu pada saat nimfa
baru menetas atau masih muda.

2. Trips (Dichromothrips smiti)


Gejala yang ditimbulkan oleh hama thrips adalah timbulnya bercak-bercak
berwarna abu-abu keperakan pada daun, dapat juga menyerang pada bunga yang dapat
mengakibatkan bunga tidak mekar dengan sempurna, akirnya gugur. Pengndalian hama

7
ini dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu bagian tanaman yang terserang di pangkas
dan dibuang agar thrips tidak berpindah ke tempat lain. Serta penggunaan insektisida
yang bersifat sistemik setelah tumbuhan di pangkas.

3. Tungau Anggrek atau Spider mites


Salah satu hama pada tanaman anggrek yang terkadang tidak disadari
kehadirannya adalah tungau anggrek atau spider mites. Tidak disadari karena dari segi
ukuran tungau atau spider mites ini sangat kecil. Tungau atau kutu pada tanaman anggrek
ini hanya berukuran sekitar 0.05 mm sehingga sulit dikenali orang awam. Selain itu
spider mite atau tungau anggrek ini banyak hidup di bagian bawah daun anggrek yang
tidak terlihat. Spider mite banyak menyerang anggrek jenis Dendrobium dan
Phalaenopsis. Tungau adalah kerabat laba-laba yang sangat kecil, tetapi masih bisa dilihat
dengan mata dan sapat diamati secara jelas dengan kaca pembesar. Jenis tungau yang
sering ditemukan menyerang anggrek adalah tungau merah (Tenuipalus orchidarum) dan
tungau jingga (Pseudoleptus vadergooti). Serangan hama ini biasanya meledak pada
musim kemarau.
Spider mite ini akan meninggalkan bekas gigitan berwarna perak pada bagian
permukaan daun tersebut. Jika spider mite masih ada di permukaan daun anggrek akan
terlihat hewan berwarna merah dengan ukuran sangat kecil. Gejala daun yang terserang
tungau bagian bawah daun nampak berwarna perak kadang ada bintik kuning kemudian
menjadi coklat. Selanjutnya bagian pinggir daun mengering dan akhirnya gugur. Jika
jumlah hama tungau masih sedikit, pengendaliannya cukup dengan cara diambil
menggunakan pita perekat (selotip) lalu dibakar. Dapat pula dengan menggosok daun
dengan kapas yang telah dicelupkan ke alkohol. Namun, jika serangan sudah menyebar,
sebaiknya dikendalihan dengan insektisida berbahan aktif diazion atau dicofol.

2.3 Hama Pacar Galuh dan Penanggulangannya


Klasifikasi tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.) atau di Bali lebih dikenal dengan nama
pacar galuh adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

8
Sub-divisi : Spermatophhyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Geraniales

Famili : Balsaminaceae

Genus : Impatiens

Spesies : Impatiens balsamina Linn

Beberapa ciri morfologi dari tanaman pacar air adalah termasuk tanaman terna a berakar serabut,
berbatang basah, lunak, bulat, bercabang, warna hijau kekuningan. Tanaman pacar air biasanya
dijadikan tanaman hias dengan tinggi 30-80 cm. Arah tumbuhnya tegak dengan percabangan
monopodial. Daun pacar air berwarna hijau muda, dengan panjang 6-15 cm dan lebar 2-3 cm,
daun tunggal, tersebar, berhadapan atau dalam karangan, berbentuk lanset memanjang dengan
pinggir bergerigi dan ujung daun meruncing (Wijayakusuma, 2000). Pacar air dapat hidup pada
daerah beriklim semi tropikal, namun tidak dapat hidup pada daerah yang kering dan gersang
(Dalimartha, 2014). Pacar air sangat peka terhadap hama, begitu terkena hama, tanaman akan
langsung busuk. Pacar air tumbuh di pekarangan rumah pada ketinggian 1-900 meter diatas
permukaan air laut, dengan hanya menebar biji dari buah tanaman tersebut (Nuzul, 2012). Di
Bali bunga pacar air (nama lokal : pacar galuh) memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena dijadikan sebagai sarana persembahyangan umat Hindu Bali.

Beberapa contoh hama yang menyerang tanaman pacar air adalah :

1. Nematoda Meiloidogyne sp.


Nematoda Meiloidogyne sp. merupakan salah satu dari nematoda yang
menyebabkan puru akar (NPA). Nematoda puru akar (NPA) merupakan parasit yang
umum terdapat pada berbagai tanaman pertanian dan tumbuhan liar, khususnya di
kawasan tropika dan daerah beriklim sedang. Tanaman semusim yang ditanam berturut-
turut pada lahan yang sama, produksinya dapat berkurang banyak karena keberadaan
NPA. Tanaman yang terserang NPA dapat menghambat pertumbuhan karena
terganggunya pengangkutan hara dan air dalam tanah. Gejala serangan yang ditimbulkan
oleh cacing nematoda pada tanaman pacar adalah daun menjadi layu serta kering

9
kemudian gugur, batang terlihat lunak, kering, dan pada akar timbul bintil (puru) akar
serta jumlah akar serabut pada tanaman pacar air menjadi abnormal. Selain menyerang
tanaman pacar air, cacing nematode juga menyerang tanaman tomat.
Beberapa teknik pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi serangan NPA
antara lain teknik bercocok tanam (pengolahan lahan, rotasi tanaman, pemupukan dengan
bahan organik, dan penggenangan), perlakuan dengan panas, perlakuan mulching,
menggunakan tanaman perangkap, karantina, pengendalian secara kimia, pengendalian
hayati (Subagia, 2006) dan pengendalian dengan pestisida nabati (Sudarmo, 2005).
Pengendalian NPA dengan menggunakan bahan kimia telah banyak dilakukan, bahkan
bagi petani pengendalian ini merupakan pengendalian yang efektif dan efesien. Meskipun
demikian pengendalian tersebut memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Salah satu
jenis pestisida yaitu nematisida, selain dapat mengendalikan nematoda juga dapat
mengganggu aktivitas mikroba bermanfaat lainnya seperti mikoriza.

2.4 Hama Mawar dan Penanggulangannya


Mawar (Rosa sp.) memiliki nilai ekonomi yang tinggi, diminati konsumen dan dapat
dibudayakan secara komersial dan terencana sesuai dengan permintaan pasar (Santika, 1996).
Berdasarkan kegunaannya mawar dikelompokkan kedalam bunga potong, mawar taman, mawar
tabur dan mawar bahan komestik (Marlina, dkk, 2009). Tanaman mawar dapat diperbanyak
dengan cara stek, cangkok, okulasi dan penyambungan. Namun pada umunya perbanyakan
mawar dilakukan dengan cara penyambungan. Mawar merupakan tanaman tahunan (parennial)
yang merupakan struktur batang berkayu keras, berduri, bercabang banyak, menghasilkan bunga,
buah dan biji secara cukup banyak. Berdasarkan sisitematikan tumbuhan (taksonomi), tanaman
mawar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotylodenae (biji berkeping dua)

Ordo : Rosanales

10
Famili : Rossaceae

Genus : Rossa

Species : Rosa damascena Mill.

Mawar potong sebaiknya ditanam di dataran tinggi (1000-1500 dpal). Tanah yang
gembur serta kaya bahan organik atau humus dengan pH 5,6-6,5, drainase yang baik dan sinar
matahari yang cukup banyak diperlukan untuk pertmbuhan dan produksi bunga. Pertanaman
mawar potong memerlukan rumahn plastik untuk menjaga bunga dari siraman air hujan,
sehingga kualitas dan keragaan bunga (vase life) dapat dipertahankan.

Beberapa hama yang menyerang tanaman bunga mawar antara lain :

1. Tungau (Tetranychus sp.)


Hama ini berwarna hijau atau merah dan biasa terdapat di bawah permukaan daun. Aibat
kerusakan yang ditimbulkan adalah daun-daun yang terserang terlihat menguning sampai
coklat keperakan. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan
penyemprotan akarisida berbahan aktif abamektrin, dikofol, amitraz atau dengan
menggunakan akarisida nabati dengan perlakuan 1-2 kali per minggu.

2. Kutu daun (Aphids)


Beberapa jenis dari kutu daun antara lain Macrosiphum rosae Linnaeus (Rose
aphid) dan Myzaphus rosarum Kaltenbach (Small green rose aphid). Kutu daun mawar
bertubuh lunak, berbentuk lonjong, bagian ekor lebih lebar dan lebih gemuk
dibandingkan bagian depan (kepala). Panjang tubuh rata-rata 2-5 mm. M. rosae tubuhnya
berwarna hijau, hijau muda atau kuning kehijauan. Hama ini menusukkan alat mulutnya
yang halus tajam dan runcing yang dinamakan stilet ke dalam jaringan tanaman yang
lunak, seperti pucuk, daun muda bakal bunga dan bunga, lalu menghisap cairan tanaman
untuk mendapatkan nutrisi sebagai makanannya. Dengan terisapnya cairan dari jaringan
tanaman, pertumbuhan tanaman menjadi terganggu dan tanaman menjadi layu. Gejala
serangan dapat terlihat pada daun dan petal bunga berubah bentuk menjadi tidak normal.
Kutu daun biasanya hidup berkoloni terutama pada permukaan bawah daun yang masih
muda, pada pucuk, dan pada bakal bunga. Karena itu kahadiran kutu daun M. rosae pada

11
tanaman mawar selain menyebabkan kerusakan pada tanaman, juga menurunkan kualitas
penampilan bunga yang mengakibatkan penurunan harga jual bunga.
Pada populasi rendah kutu daun dapat dikendalikan dengan menyemprotkan air
melalui selang bernozel dengan tekanan agak kuat, keadaan populasi lebih tinggi
pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida sintetik,
insektisida botani dan insektisida hayati. Tidak kurang dari 40 jenis insektisida sintetik
dilaporkan mampu menekan populasi kutu daun, di antaranya adalah yang berbahan aktif
betasilfutrin, deltametrin, diafentiuron, fosalon, imidakloprid, klorfenafir, klorfluazuron,
metidation, profenopos dan sipermetrin. Insektisida botani dapat disiapkan sendiri dengan
teknologi yang sangat sederhana atau dengan menggunakan ekstrak dari bahan tumbuhan
yang bersifat insektisida. Insektisida botani yang berasal dari ekstrak biji atau daun
perasannya dari tanaman-tanaman dari famili Annonaceae (sirsak, srikaya, buah nona)
dan Meliaceae (neem/nimba, mindi, culan, mahoni) dilaporkan efektif menekan populasi
beberapa jenis hama. Insektisida agens hayati, yaitu cendawan musuh alaminya
Beauveria bassiana, dilaporkan efektif untuk mengendalikan kutu daun.

3. Hama Thrips (Frankliniella tritici Fitch)


Gejala dapat terlihat dari petal bunga menjadi kecoklatan atau berubah bentuk.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan penyenprotan insektisida yang berbahan
aktif diclorvos, karbaril, malathion, dimetoat dan asefat 1-2 kali perminggu.

2.5 Hama Gemitir dan Penanggulangannya


Tanaman gemitir atau dikenal pula dengan nama Marigold, kenikir, atau randa kecana
memiliki nama latin yaitu Tagates erecta L. Bunga gemitir masuk keluarga Compositae
(Asteraceae) dan mempunyai 59 species. Tanaman ini merupakan salah satu herba hias yang
biasa digunakan sebagai tanaman pagar dan pembatas. Secara komersial sebagai bunga potong,
karena mempunyai bentuk bunga yang unik dan warnanya yang mencolok. Di daerah Bali bunga
gemitir mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena digunakan sebagai sarana
persembahyangan umat Hindu Bali. Klasifikasi tanaman bunga gemitir adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

12
Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Tagetes

Spesies : Tagetes erecta L

Bunga Gemitir dapat tumbuh di daerah yang panas, cukup sinar matahari, dan drainase
yang baik. Tanaman tumbuh tegak setinggi 0,6-1,3 meter, daun menyirip berwarna hijau gelap
dengan tekstur yang bagus, berakar tunjang, dan dapat berkembang biak dengan biji. Tanaman
gemitir mempunyai bunga berukuran 7,5-10cm dengan susunan mahkota numga rangkap, warna
cerah, yaitu kuning hingga jingga. Bunga berbentuk bonggol, tunggal atau terkumpul dalam
malai rata yang jarang, dan dikelilingi oleh daun pelindung (Winarto, 2011).

Hama utama pada tanaman gemitir adalah ulat tanah, keong, molusca, dan anjing tanah.
Hama kelompok ini sangat berbahaya pada saat tanam bibit karena bibit yang masih muda
langsung dipotong sehingga bibit terputus dan mati. Serangan hama ini dapat terjadi sepanjang
malam. Untuk mengatasi serangan hama ini adalah dengan meletakkan bekatul yang telah
dicampurkan muluscasida dan insektidida. Pemberian pestisida ini sebaiknya diberikan pada saat
malam hari karena hama ini aktif pada malam hari. Hama kedua yang tidak kalah berbahaya
adalah jenis kutu putih. Serangan hama ini mengakibatkan kerusakan pada bakal bunga dan
akhirnya merusak bunga gemitir. Kutu jenis ini menyerang kelopak bakal bunga hama ini lalu
masuk dan menghisap cairan pada kelopak yang menyebabkan kelopak bunga mengkerut.
Setelah terjadi pengerutan kelopak dari bakal bunga maka bunga akan tumbuh cacat dan tidak
laku di pasaran. Solusi untuk mengatasi serangan hama ini adalah dengan penyemprotan
pestisida dan dilakukan di sore hari menjelang malam karena kutu ini aktif di malam hari. Jika
sudah disadari terdapat serangan saat masih bakal bunga maka sebaiknya bunga dipotong dan
dipangkas karena jika dibiarkan berkembang bunga akan cacat dan tidak laku di pasaran bahkan
akan menghabiskan energi dan nutrisi dari tanaman induk. Jika sudah dipangkas maka tunas
yang baru akan berkembang dengan cepat dan segera menggantikan bunga yang terserang
penyakit pada generasi awal.

13
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hortikultura merupakan gabungan bahasa Latin, hortus yang mengandung arti kebun
dan culture yang berarti bercocok tanam. Hortikultura bisa didefinisikan sebagai cara budidaya
tanaman yang dilakukan di kebun dan halaman rumah. Tanaman hortikultura sendiri dibagi
menjadi beberapa kelompk yaitu tanaman olerikultura (sayuran), tanaman florikultura (hias),
tanaman frutikultura (buah-buahan), dan tanaman bifarmaka (obat-obatan). Seiring dengan
meningkatnya peminat tanaman hias serta kebutuhan masyarakat, maka nilai ekonomi tanaman
florikultura pun mulai naik bersaing dengan tanaman hortikultura lainnya.
Sama seperti tanaman hortikultura lainnya, tanaman hias pun tak lepas dari serangan hama
yang mengintainya. Jenis hama yang menyerang tanaman hias pun beragam mulai dari serangga
sampai cacing nematoda. Dampak serangan dan kerugian yang diakibatkan pun beragam. Upaya
pengendalian yang dilakukan pada setiap hama pun beragam mulai dari pengendalian secara
mekanis sampai pengendalian dengan menggunakan bahan kimia.

3.2 Saran
Para pembudidaya diharapkan dapat mempersiapkan serangan hama yang mungkin menyerang
tanaman budidayanya sehingga dapat mencegah hama yang mungkin datang serta memahami
gejala yang muncul di awal masa tanam sehingga dapat dilakukan upaya penanganan sedini
mungkin untuk mencegah kerugian lebih lanjut. Serta pengendalian secara kimiawi dianjurkan
hanya dilakukan apabila kondisi serangan tidak dapat ditangani secara biologis dan mekanis agar
tidak menimbulkan dampak negative pada lingkungan.

14
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.umm.ac.id/36870/3/jiptummpp-gdl-ghaziahkus-50425-3-babii.pdf (diakses pada 11
Maret 2021)

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/559/6/108210037_file5.pdf (diakses pada 11


Maret 2021)

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/562091b5d4ea8389229ac9779963e524.pdf
(diakses pada 11 Maret 2021)

https://studylibid.com/doc/1042558/tinjauan-pustaka-2.1-tanaman-gumitir---tagetes-erecta-l
(diakses pada 11 Maret 2021)

http://eprints.umm.ac.id/35851/3/jiptummpp-gdl-nurhidayah-42380-3-babii.pdf (diakses pada 11


Maret 2021)

http://repo.mercubuana-yogya.ac.id/hortikultura-litbang-
pertanian/leaflet/mawar_rmh_plastik.pdf (diakses pada 11 Maret 2021)

http://balithi.litbang.pertanian.go.id/berita-567-hama-utama-tanaman-mawar-kutudaun-mawar-
macrosiphum-rosae-l-rose-aphid.html (diakses pada 11 Maret 2021)

http://eprints.umm.ac.id/42978/3/jiptummpp-gdl-selviamufi-51077-3-bab2.pdf (diakses pada


tanggal 11 Maret 2021)

Admin. 2020. Tanaman Hortikultura. https://pertanian.uma.ac.id/tanaman-hortikultura/ (diakses


pada 11 Maret 2021)

Agrotek. 2020. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Anggrek. https://agrotek.id/klasifikasi-dan-


morfologi-tanaman-anggrek/ (diakses pada 11 Maret 2021)

Anonym. 2018. Mengenal Hama Utama Krisan. http://balithi.litbang.pertanian.go.id/berita-402-


mengenal-hama-utama-krisan.html (diakses pada 11 Maret 2021)

15
Anonym. 2018. Hama Tungau pada Anggrek dan Cara Mengatasinya.
https://www.tanamanku.net/hama-tungau-pada-anggrek-dan-cara-mengatasinya.html
(diakses pada 11 Maret 2021)

Mamahit, Juliet M.E, Jusuf Manueke. 2016. PENGENDALIAN HAMA TERPADU


TANAMAN HIAS DI DESA KAKASKASEN KOTA TOMOHON (JENIS-JENIS
HAMA PADA TANAMAN KRISAN DI DESA KAKASKASEN KOTA
TOMOHON). Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi. 3 (1): 81-94.

Novitasari, Dian. 2014. PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT PENTING PADA


TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum spp.) DI AGRO ALAM ASLI FARM,
KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR [skripsi]. Bogor (ID):
INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

Nugroho, Edwin. 2009. TEKNIK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA


ANGGREK DI WIDORO KANDANG YOGYAKARTA [skripsi]. Surakarta (ID) :
Universitas Sebelas Maret.

Priyono, Wahid. 2019. Pengenalan jenis-jenis Nematoda dan Gejala Kerusakan yang
Diakibatkannya. https://tipspetani.com/pengenalan-jenis-jenis-nematoda-dan-gejala-
kerusakan-yang-diakibatkannya/#:~:text=Nematoda%20meloidogyne%20sp.
%20selain%20menyerang,Gejala%20serangan%20nematoda%20Meloidogyne
%20sp. (diakses pada 11 Maret 2021)

Wulandari, Wina. 2018. EFEKTIFITAS BEBERAPA EKSTRAK NABATI UNTUK


MENEKAN AKTIFITAS NEMATODA PURU AKAR, MELOIDOGYNE SPP.
http://eprints.unram.ac.id/8157/1/JURNAL.pdf (diakses pada 11 Maret 2021)

16

Anda mungkin juga menyukai