Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH KADAR AIR TANAH TERHADAP TINGKAT

PENYERAPAN AIR TANAMAN


(Laporan Praktikum Hubungan Tanah, Air dan Tanaman)

Oleh:

Azan Noer Ramadhan


1754181002

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan
dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada
dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata,
biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen
adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan
yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara
permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tanah (Sutanto
2005).

Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini
harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap
tumbuhan berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan
jenis tumbuhan lainnya. Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi
dan diperlukan untuk semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu
lama selama terus-menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata-
ratanya 26 inci (650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak
merata oleh curah hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat
lainnya dan dapat tercemar (Hanafiah 2014).

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan
hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media
gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia,
hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi,
garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan
juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman
memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati (Sutanto, 2005).

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan praktikum pengamatan Kadar Air
dalam langkah awal penelitian dan pengamatan, karena kita ingin mengatahui
kandungan air pada suatu jenis tanah. Kandungan air dalam tanah sangat
berpengaruh pada konsistensi tanah, dan kesesuaian tanah untuk diolah.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang
dapat diserap tanaman sesuai dengan kadar air yang ditampung oleh tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan
dengan berat kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu
persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan
karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada
volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah
tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C – 110 °C untuk
waktu tertentu (Hakim, 1986).

Kapasitas tanah untuk menahan air dihubungkan baik dengan luas permukaan
maupun volume ruang pori, kapasitas menahan air karenanya berhubungan
dengan struktur dan tekstur. Tanah-tanah dengan tekstur halus mempunyai
maksimum kapasitas menahan air total maksimum, tetapi air tersedia yang ditahan
maksimum, pada tanah dengan tekstur sedang. Penelitian menunjukkan bahwa air
tersedia pada beberapa tanah berhubungan erat dengan kandungan debu dan pasir
yang sangat halus (Foth, 1995).

Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya


tegangan air dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya
tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut dalam tanah. Air dapat
menyerap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan
gravitasi, karena air higroskopik dan air kapiler (Hardjowigeno, 2003).

Kekurangan air bagi tanaman menyebabkan proses aktivitas dan fisiologis


tanaman terhambat bahkan tidak akan berjalan, tanaman yang kekurangan air akan
menyebabkan tanaman layu dan akhirnya menyebabkan kematian. Jaringan-
jaringan tanaman tidak lagi berfungsi baik. Sedangkan kelebihan air pada tanaman
akan meyebabkan permukaan tanah tempat tanaman hidup akan lembab karena
kelebihan air, keadaan lembab tersebut memunculkan mikro organisme jamur
yang mengakibatkan tumbuhnya penyakit bagi tanaman (Sutanto 2005).

Titik layu permanen terjadi dimana kandungan lengas tanah yang menyebabkan
tanaman yang tumbuh di atasnya mengalami layu tetap, karena plasmolisis yang
terjadi pada sel tanaman sudah lanjut dan sel terlanjur mati, meskipun tanaman
disiram deplasmolisis tidak akan terjadi, tanaman akan tetap mati. Pada tingkat
kelembaban titik layu ini tanaman tidak mampu lagi menyerap air dari dalam
tanah. Jumlah air yang tertampung di daerah perakaran merupakan faktor penting
untuk menentukan nilai penting tanah pertanian maupun kehutanan
(Nurhayati, 1986).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu 3 buah Pot, Gelas Ukur dan
Timbangan.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Tanaman Kacang Hijau, Air
Keran dan Tanah.

3.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah, sebagai berikut:

1. Pilih 3 pot tanaman kacang hijau yang seragam usia dan pertumbuhannya,
sehingga tiap tanaman memiliki beberapa daun dewasa.
2. Ambil 3 tanaman (subsample) yanh hamper sama dan timbang berat basah dan
berat keringnya.
3. Dilakukan perlakuan terhadap masing-masing pot yaitu:
 Pot pertama dijenuhkan air (diatas kapasitas lapang).
 Pot kedua disiram secukupnya (dibawah kapasitas lapang).
 Pot ketiga tidak disiram (dibawah layu permanen).
4. Pengaturan harus dilakukan sehingga penguapan dari tanah sangat minimum.
5. Pot dibiarkan dibawah sinar matahari.
6. Untuk mengetahui berat air tanah dan tanaman, berat pot ditimbang setiap 2
jam interval untuk jangka waktu semua minimal 10 jam.
7. Setelah 10 jam pot ditimbang, tanaman dicabut dan ditimbang berat basah dan
berat kering untuk mengetahui biomasa tanaman dan kadar air.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah, sebagai berikut:

Kadar Air Rata-Rata


0.7

0.65

0.6
KA
0.55

0.5
P1 P2 P3

Kadar Air Rata-Rata Kelompok 3

Kadar Air Rata-Rata


1
0.8
0.6
0.4 P1
P2
0.2
P3
0
Klp 1 Klp 2 Klp 3 Klp 4

Kadar Air Rata-Rata Semua Kelompok


4.2 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan pengaruh kadar air tanah terhadap tingkat penyerapan


air tanaman didapatkan hasil pada masing-masing perlakuan. Pengamatan terdiri
dari 3 perlakuan. Pertama perlakuan tanah dijenuh airkan, disiram secukupnya dan
tidak disiram sama sekali. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil KA tanaman
pada perlakuan jenuh air sebesasr 0,68 g. pada [erlakuan disiram secukupnya
didapatkan hasil KA tanaman sebesar 0,67 g. sedangkan pada perlakuan tidak
disiram didapatkan hasil KA tanaman sebesar 0,58 g. berdasarkan hasil
pengamatan, pada perlakuan Jenuh air menghasilkan KA tanaman yang lebih
besar dari perlakuan lainnya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2005) yang mengemukakan bahwa
kekurangan air bagi tanaman menyebabkan proses aktivitas dan fisiologis
tanaman terhambat bahkan tidak akan berjalan, tanaman yang kekurangan air akan
menyebabkan tanaman layu dan akhirnya menyebabkan kematian. Jaringan-
jaringan tanaman tidak lagi berfungsi baik.

Pada saat kapasitas lapang wadah penampungan air penuh, meskipun pori-pori
makro sebagian besar berisi udara yang menyediakan oksigen bagi respirasi akar-
akar tumbuhan, maka dalam keadaan kapasitas lapang tanah berudara baik,
meskipun lembab merata. Oleh karena itu tanah yang berada pada kapasitas
lapang atau mendekati kapasitas lapang adalah tanah yang baik untuk sebagian
besar pertumbuhan (Loveless , 1983).

Pertumbuhan terendah adalah pada perlakuan penyiraman tanpa ukuran, hal ini
dikarenakan penyiraman hanya dilakukan ketika tanah pada perlakuan polibag
terlihat kering, sebingga mengakibatkan air yang diterima semai tidak mencukupi
untuk pertumbuhannya. Air bagi tanaman hams berada dalam kcadaan
berkcsinambungan, kchilangan air dapat menyebabkan terhcntinya pertulmbuhan
dan defisiensi air yang berkelanjutan dapal menyebabkan kematian
(Harjadi , 1991).

Menurut Hardjowigeno (1987) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan
(diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan
drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena
adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut
maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi:

(1) Air hidroskopik, adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak
dapat digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara
tanah dengan air. Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-
butir tanah.

(2) Air kapiler, adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik
antara sesama butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari
gravitasi. Air ini dapat bergerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal (ke
atas) karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang
tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.

Persediaan air yang melimpah, tanaman tidak mengalami kesulitan dalam


mendapatkan air bahkan kelebihan air dalam tubuh tanaman akan lebih banyak
ditranspirasikan untuk menjaga turgor yang berlebihan yaitu membentuk daun
dalam jumlah dan luas permukaan yang Iebih besar. Pada kondisi ketersediaan air
yang rendah, tanaman akan membentuk daun yang lebih kecil baik dalam jumlah
mauptm luas permukaannya, sebagai usaha untuk memperkecil pemmkaan yang
bertranspirasi guna menghindari kekeringan. Ketersediaan air yang banyak akan
memacu tanaman membentuk daun yang lebih Iuas untuk menyesuaikan dengan
ketersediaan air dalam tubuhnya. Semakin besar jumlah air yang tersedia untuk
diserap oleh akar tanaman, semakin mendorong tanaman untuk memperluas
permukaan daunnya (Kramer and Kozlowski, 1960).

Pada kondisi tanah tanah kering danatau kelembaban udara rendah, yakni pada saa
t laju transpirasi tinggi. Fenomena tekanan akar tidak terlihat. Hal ini disebabkan
karena air didalam pembuluh xilemnya tidak dalam keadaanmenerima tekanan,
tetapi sebaliknay sedang mengalami tarikan (tension). Jadi dapat disimpulkan,
bahwa tekanan air adalah relatif rendah dan tidak terjadi pada semua
spesies tanaman dan juga hanya terjadi pada kondisi lingkungan yang
menghambat laju transpirasi. Dengan demikian tekanan akar merupakan
mekanisme yang andal untuk menjelaskan pergerakan vertikal air
didalam pembuluh xilem (Salisbury dan Cleon, 1995).
V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah:

1. Tanah yang mendekati kapasitas lapang adalah tanah yang baik untuk sebagian
besar pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan terendah adalah pada tanpa
perlakuan penyiraman.
2. Kekurangan air dapat menyebabkan proses aktivitas dan fisiologis tanaman
terhambat bahkan tidak akan berjalan, tanaman yang kekurangan air akan
menyebabkan tanaman layu dan akhirnya menyebabkan kematian. Jaringan-
jaringan tanaman tidak lagi berfungsi baik.
3. Tanaman layu diakibatkan daya hidroskopik, air yang diserap tanah sangat kuat
sehingga tidak dapat digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya
gaya adhesi antara tanah dengan air.
DAFTAR PUSTAKA

Foth, H.D. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press.
Yogjakarta.

Hakim. N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hanafiah, K.A. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Harjadi, M.M.S.S. 1991. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Umum.


Jakarta.

Kramer, P. J. and T. T. Kozlowski. 1960. Physiology of Trees. Me. Graw-Hill


Book Company. New York.

Loveless, A.R. 1983. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropis. PT


Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

Nurhayati, H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lembaga Penelitian Universitas


Lampung. Lampung.

Salisbury, B. F. dan Cleon W. R. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Institut


Teknologi Bandung. Bandung.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Kanisius.


Yogyakarta.
LAMPIRAN
TABEL HASIL

Kelompok 1

perlakuan A B C Rata-rata
P1 BB 2,9 2,7 2,5
BK 0,47 0,37 0,27
KA 0,84 0,86 0,89 0,86
P2 BB 2,1 1,1 1,5
BK 0,44 0,27 0,23
KA 0,79 0,75 0,85 0,80
P3 BB 1,1 1 0,8
BK 0,43 0,3 0,23
KA 0,61 0,7 0,71 0,67

Kelompok 2

perlakuan A B C Rata-rata
P1 BB 3,2 3 2,49
BK 0,6 0,63 0,52
KA 0,81 0,79 0,79 0,80
P2 BB 1,3 1,7 1,4
BK 0,2 0,32 0,25
KA 0,85 0,81 0,82 0,83
P3 BB 1,7 1,5 1,6
BK 0,47 0,51 0,46
KA 0,72 0,66 0,71 0,70

Kelompok 3

perlakuan A B C Rata-rata
P1 BB 1,3 0,8 1,3
BK 0,2 0,44 0,31
KA 0,85 0,45 0,76 0,69
P2 BB 0,89 0,8 0,6
BK 0,3 0,37 0,27
KA 0,66 0,54 0,55 0,58
P3 BB 0,7 1,6 0,9
BK 0,27 0,31 0,33
KA 0,61 0,81 0,63 0,68
Kelompok 4

perlakuan A B C Rata-rata
P1 BB 2,3 2 2,5
BK 0,47 0,42 0,5
KA 0,80 0,79 0,8 0,80
P2 BB 2,5 2 1,2
BK 0,45 0,68 0,3
KA 0,82 0,66 0,75 0,74
P3 BB 1,6 2,6 1,1
BK 0,4 0,34 0,19
KA 0,75 0,87 0,83 0,82
Tanah dijenuh airkan Tanah disiram secukupnya

Tanah tidak disiram Tanah ditimbang


interval 2,4,dan 8 jam

Anda mungkin juga menyukai