Anda di halaman 1dari 4

BAB IX

INTERPRETASI KPK SECARA KUALITATIF


A. Tujuan
1. Membuktikan muatan negatif zarah-zarah tanah dengan menggunakan 2
macam zat warna (Gentian violet dan Eosin red)
2. Membuktikan pengaruh luas permukaan zarah tanah terhadap kapasitas
pertukaran kation tanah
B. Tinjauan Pustaka
Tanah sebagai bahan media tanam sangatlah memiliki peranan penting dalam
menunjang pertumbuhan tanaman. Salah satu hal yang paling penting adalah
sifat kimia tanah. Sifat kimia tanah ada beberapa macam, yaitu koloid tanah,
muatan pH tanah, bahan organik tanah, dan kadar kapur tanah. Semua dari sifat
kimia tanah memiliki peranan penting dalam menentukan kesuburan tanah, hal
yang terpenting adalah muatan tanah yang berupa KPK (Kapasitas Pertukaran
Kation).
Bagian yang paling aktif di dalam tanah adalah partikel-partikel tanah
berukuran koloid. Koloid organik dan anorganik tanah ini bermuatan negative
dan dapat menjerap kation, yang dalam keadaan tertentu dapat terlepas kembali.
Koloid tanah dapat menjerap kation. Jumlah kation yang terjerap tergantung pada
susunan kimia dan mineral koloid tanah. Muatan negatif koloid mineral berasal
dari valensi-valensi yang pada patahan-patahan mineral, ionisasi hydrogen dari
gugus Al – OH dan subsitusi isomorfik. Sedangkan muatan negative koloid
organic berasal dari ionisasi gugus karboksil dan fenolik.
Sumber muatan koloid tanah terdiri dari muatan permanen (permanent
charge) dan muatan tergantung pH, atau muatan variabel (pH demand charge
atau variable charge). Sumber muatan pada mineral liat tipe 2:1 (smektit)
didominasi oleh muatan permanen, sedangkan pada liat tipe 1:1 (kaolinit) banyak
terdapat muatan tergantung pH. Kapasitas tukar kation (KPK) tanah dipengaruhi
oleh sumber muatan koloid tanah, mineral liat tipe 2:1 memiliki KPK 30 (illit)
144-207 (vermikulit), dan 70 me/100g (smektit). Sementara itu mineral lainnya
yang didominasi oleh sumber muatan variabel mampunyai KPK 1-10 (kaolinit),
20-50 (alofan) dan 135 me/100g (imogolit). Ketersediaan unsur hara dipengaruhi
oleh dinamika hara atau proses serapan dan pelepasan hara tersebut yang
semuanya dikendalikan oleh koloid liat tanah. Besarnya serapan kation atau
anion oleh koloiod tanah tergantung dari luas permukaan koloid. Semakin luas
permukaan koloid maka semakin banyakion yang dapat diserap (Tan, 2014).
Kapasitas tukar kation (KPK) merupakan kemampuan kompleks pertukaran
tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation-kation. Nilai KPK liat dapat
dipengaruhi oleh C-organik dan jumlah kation. Tanah dengan KPK yang tinggi
mempunyai daya menyimpan unsur hara yang tinggi, tetapi pada tanah masam,
KPK liat yang tinggi mungkin juga disebabkan oleh yang tinggi (Hakim, 2014).
Kapasitas tukar kation tanah tergantung dari kandungan bahan organik,
jumlah, dan jenis mineral liat. Nilai KPK tanah dipengaruhi oleh jumlah muatan
negatif baik yang berasal dari proses substitusi isomorfik maupun muatan
variabel yang berasal dari pinggir patahan mineral liat dan oksihidroksida juga
berasal dari gugus fungsional bahan organik. Perilaku tanah tergantung bahan
induk,tingkat pencucian, kapasitas tukar kation,dan jenis mineral liat tanah.
Selain itu, apabila kandungan mineral dalam tanah masuk dalam kategori yang
memiliki nilai KPK rendah maka tanah tersebut juga akan memiliki nilai KPK
rendah (Nursyamsi dan Suprihati, 2005).
Terdapat hal lain yang dapat mempengaruhi nilai KPK tanah, yaitu (1) reaksi
tanah, (2) tekstur atau jumlah liat, (3) jenis mineral liat, (4) bahan organik, dan
(5) pengapuran dan pemupukan. Kapasitas tukar kation (KPK) berbanding lurus
dengan pH, kehalusan tekstur dan jumlah bahan organik (Dikti, 2007).
Kapasitas tukar kation tanah adalah jumlah muatan negatif tanah baik yang
bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) maupun koloid organik
(humus) yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Bahan organik tanah
meskipun tergantung derajat humifiksasinya mempunyai KPK paling besar
dibanding koloid-koloid liat (Hanafiah, 2008). Bahan organik dapat
meningkatkan daya jerap dan kapasitas pertukaran kation. Hal ini dapat terjadi
karena pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik)
yang merupakan sumber muatan negatif tanah, sehingga mempunyai permukaan
yang dapat menahan unsur hara dan air. Sumber muatan negatif humus sebagian
besar berasal dari gugus karboksil (-COOH) dan fenolik (-OH) (Mukhlis, 2007).
Dengan semakin menurunnya kandungan bahan organik tanah, humus (koloid
organik) sebagai sumber muatan negatif tanah juga semakin berkurang sehingga
muatan positif (kation-kation) dalam tanah yang dapat dipertukarkan juga
semakin rendah (Kumalasari dkk., 2011). Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KPK lebih tinggi dari pada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir
(Hardjowigeno, 2003).
Kebanyakan tanah ditemukan bahwa pertukaran kation berubah dengan
berubahnya pH tanah. Pada pH rendah, hanya muatan permanen liat dan
sebagian muatan koloid organik memegang ion yang dapat digantikan melalui
pertukaran kation. Dengan demikian KPK relatif rendah (Harjowigeno, 2002).
KPK tanah berbanding lurus dengan jumlah butir liat. Semakin tinggi jumlah
liat suatu jenis tanah yang sama, KPK juga bertambah besar. Makin halus tekstur
tanah makin besar pula jumlah koloid liat dan koloid organiknya, sehingga KPK
juga makin besar. Sebaliknya tekstur kasar seperti pasir atau debu, jumlah koloid
liat relatif kecil demikian pula koloid organiknya, sehingga KPK juga relatif
lebih kecil dibandingkan tanah bertekstur halus (Novizan, 2005).
C. Prinsip Kerja
1. Metode : Daya jerap muatan positif dan negative

2. Alat Dan Bahan


a. alat :
1. Tabung reaksi 8 buah
2. Corong Ø 8 cm
3. Kertas saring
b. bahan :
1. Contoh tanah Ø 0,5 mm dan Ø 2 mm
2. Tanah regosol
4. Tanah grumusol
5. Tanah latosol

3. Cara Kerja
a. Mengambil tabung reaksi, masing-masing diisi dengan tanah Ø 0,5mm dan
Ø 2 mm dan menambahkan larutan gentian violet setinggi 5 cm dari alas
tabung ke dalam masing-masing tabung.
b. Mengkocok selama 2 menit, kemudian disaring dengan kertas saring,
filtratnya ditampung dalam tabung reaksi lainnya. Perhatikan warna filtratnya
dan bandingkan dengan control (larutan gentian violet tanpa tanah).
c. Mengulangi langkah di atas dengan larutan eosin red (perhatikan perubahan
warna suspensi pada larutan gentian violet dan eosin red)
d. Menbandingkan intensitas warna filtrat antar jenis tanah.

Daftar Pustaka
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. PT.Medyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Nursyamsi, D. (2005). Sifat-Sifat Kimia dan Mineralogi Tanah serta Kaitannya
dengan Kebutuhan Pupuk Untuk Padi (Oryza sativa), Jagung (Zea mays), dan
Kedelai (Glycine max). Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of
Agronomy), 33 (3).

Anda mungkin juga menyukai