Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah dan air memiliki peranan penting bagi aktivitas kehidupan makhluk
hidup, terutama bagi manusia. Salam (2020) pori tanah terdapat media yang
mengandung bahan yang diperlukan makhluk hidup, yaitu air dan udara. Air yang
mengisi pori mikro dan meso tanah dan menyelaputi pinggiran pori makro,
mengandung unsur hara yang bisa diserap oleh mikroorganisme untuk memenuhi
keperluan hidupnya. Udara yang mengisi pori meso dan makro tanah memasok
oksigen yang diperlukan untuk respirasi bagi mikroorganisme dan akar tanaman.
Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padatan, cairan, dan
udara. Komponen tanah ini jarang berada dalam kondisi kesetimbangan karena
selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah
(Lapadjati et al. 2016). Tanah merupakan media tumbuh tanaman sehingga harus
mampu menyediakan dan mengandung air, udara, unsur hara, gas-gas yang
dibutuhkan oleh tanah dan tanaman, serta mendapatkan sinar matahari yang cukup
bagi tanaman untuk tumbuh.
Lapisan tanah bagian atas merupakan lapisan yang rentan mengalami
perubahan. Keberadaan tumbuhan dapat menentukan sifat tanah karena tumbuhan
berperan sebagai sumber utama bahan organik (Siahaan et al. 2018). Sifat tanah
yang kompleks memerlukan analisis. Pengambilan contoh tanah dan persiapan
contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat tanah di
laboratorium. Prinsip dari pengambilan dan persiapan contoh tanah yang dapat
mewakilkan keadaan dan/atau kondisi sesungguhnya dari tanah tersebut di
lapangan. Sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, serta dapat berubah
sesuai perlakuan secara internal maupun pengaruh dari luar sehingga dapat
mempengaruhi makro fauna yang terkandung di dalam tanah. Makro fauna tanah
dapat menentukan jenis vegetasi di lapangan dan tingkat kesuburan tanah.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memahami prosedur pengambilan contoh tanah,
persiapan contoh tanah untuk mengetahui kadar air kapasitas lapang dan kadar air
kering udara dari contoh tanah kebun, tanah rumput, serta tanah sampah. Adapun
tujuan lainnya untuk mengetahui vegetasi dan makrofauna tanah yang tinggal di
contoh tanah kebun, tanah rumput, dan tanah sampah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengambilan Contoh Tanah


Pengambilan contoh tanah untuk dianalisis sifat fisik tanah dapat dilakukan
dengan beberapa metode tergantung tujuan yang ingin dicapai. Pengambilan
contoh tanah terdiri dari contoh tanah utuh, terganggu, dan agregat. Terdapat lima
parameter yang dinilai pada tanah terganggu yang menunjukkan respons lebih
besar, yaitu sedimen cucian, koefisien limpasan akhir, percikan, dan hasil sedimen
(Thomaz dan Pereira 2017). Pengambilan contoh tanah dilakukan pada beberapa
kedalaman, yaitu 0-20 cm dan 20-40 cm pada lahan intensif dan konservasi. Untuk
pengambilan contoh tanah kadar air lapang dilakukan dengan menggunakan bor
tanah berdiamete 2 cm. Semua contoh tanah yang diperoleh dari lapang dianalisis
di laboratorium (Jambak et al. 2017).

2.2 Persiapan Contoh Tanah


Menurut Jambak et al. (2017) contoh tanah yang sudah kering udara ditumbuh
kemudian diayaka kering hingga lolos saringan 2,83 mm dan 2 mm. Tanah yang
tertahan di saringan 2 mm di timbang 100 g kemudian diayak dengan ayakan basah.
Tanah yang tersisa disaringan 2 mm dioven 5-6 jam dan setelah itu dikering
udarakan kembali agar bobot tanah yang diukur sama dengan ayakan kering.
Selanjutnya sisa tanah yang sudah dikering udarakan ditimbang kembali. Persiapan
contoh tanah dipersiapkan untuk kemudian dianalisis di laboratorium untuk
menetapkan kadar air kapasitas lapang dan kadar air kering udara.

2.3 Pengamatan Keragaman Hayati


Pengamatan keragaman hayati berupa makrofauna tanah yang ditemukan pada
lahan pengambilan contoh tanah menggunakan metode hand sorting. Makrofauna
tanah yang biasa ditemukan adalah cacing tanah. Penyortiran dengan tangan
diperlukan dalam pengambilan contoh komunitas cacing tanah khususnya untuk
spesies endogenic (Lopez et al. 2016). Pengamatan dan pengambilan makrofauna
dilakukan di tempat di waktu yang bersamaan. Jambak et al. (2017) menambahkan
bahwa pengukuran makrofauna tanah dilakukan langsung di lapangan dengan
mengambil contoh tanah terganggu pada kedalam 0-20 cm pada areal seluas 1 m2.
BAB III
METODE

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan yaitu garpu tanah, cangkul, kantong plastik
berukuran 1 kg, label, spidol, ice box, terpal atau alas untuk tanah, palu tanah,
saringan atau ayakan 2 mm, kipas angin, botol alkohol 70%, dan alat tulis

3.2 Prosedur
3.2.1 Prosedur Pengambilan Contoh Tanah
Tanah digali
Alat dan bahan
Buatlah petak 1x1 m, menggunakan cangkul
dipersiapkan;
tetapkan 5 titik seperti atau garpu tanah
tanah/lahan kebun
bujur sangkar dengan kedalaman 0-
sudah ditentukan
20 cm.

Tanah hasil komposit Simpan tanah yang


Wadah plastic berisi
dimasukkan sebanyak sudah digali pada 5
contoh tanah diikat dan
1 kg ke dalam plastik titik ke atas terpal.
diberi label yang berisi
transparan berukuran Sub contoh tanah
informasi contoh tanah
1 kg dikompositkan

Contoh tanah dibawa


ke laboratorium untuk
dianalisis; jika jarak
lokasi pengambilan ke
lab > 6 jam, maka
masukkan sample ke
dalam ice box

3.2.2 Prosedur Persiapan Contoh Tanah

Hamparkan contoh
Serasah, kotoran, dan
tanah representatif Tanah diangin-
sampah lainnya yang
yang sudah diambil anginkan selama 2-3
berada di contoh tanah
dari lapangan ke atas hari hingga contoh
dibersihkan; kemudian
terpal atau alas untuk tanah cukup kering
beri label TK/TR/TS
tanah
Jika terdapat gumpalan
Tanah hasil ayakan Tanah yang sudah tanah yang cukup
disimpan ke dalam dihaluskan kemudian besar dapat
wadah plastik disaring dengan dihancurkan dengan
transparan ayakan 2 mm palu tanah

Bawa contoh tanah ke


laboratorium untuk Hasilnya disimpan ke Simpan dan
diukur KAKL dan dalam wadah plastik pertahankan kadar air
KAKU lalu diberi label 75% kapasitas lapang

3.2.3 Prosedur Pengamatan Biodiversitas Tanah di Lapangan

Amati makro fauna Foto dan tuliskan


Makro fauna yang
yang ada di lahan vegetasi yang terdapat
telah ditemukan
kebun pada kedalaman di sekitar lahan
dimasukkan ke dalam
0-20 cm dengan pengambilan contoh
botol alkohol 70%
metode hand sorting tanah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Penetapan kadar air kering udara
Jenis Tanah Bobot Kering Bobot Kering % Kadar Air
Udara (g) Mutlak (g) Kering Udara
Tanah Kebun 10 8.55 16,96
Tanah Rumput 10.005 8.23 21,57
Tanah Sampah 10.02 8.95 11,96

Tabel 2. Penetapan kadar air kapasitas lapang


Jenis Tanah Bobot Kering Bobot Kering % Kadar Air
Udara (g) Mutlak (g) Kering Udara
Tanah Kebun 10.02 7.465 34,23
Tanah Rumput 10 7.025 42,35
Tanah Sampah 10.015 7.85 27,58

Tabel 3. Jumlah air yang ditambahkan


Jenis Tanah Jumlah air (mL)
Tanah Kebun 129,525
Tanah Rumput 155,85
Tanah Sampah 117,15

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data hasil penetapan kadar air tanah kering udara dan kadar air
kapasitas lapang, didapatkan hasil yang berbeda pada jenis tanah yang berbeda.
Jenis tanah kebun memiliki kadar air kering udara sebesar 16,96% dan kadar air
kapasitas lapang 34,23%. Jenis tanah rumput memiliki kadar air kering udara
sebesar 21,57% dan kadar air kapasitas lapang 42,35%. Sedangkan tanah sampah
memiliki kadar air kering udara sebesar 11,96% dan kadar air kapasitas lapang
27,58%. Jenis tanah rumput memiliki kadar air kering udara dan kadar air kapasitas
lapang yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan sistem perakaran rumput cukup
toleran terhadap kesuburan tanah yang rendah. Adanya inokulasi mikoriza dengan
ketersediaan kadar air tanah yang baik memperbesar daya serap terhadap unsur
hara, sehingga bobot basah yang dihasilkan semakin besar (Elviwirda et al. 2016).
Jenis tanah kebun, rumput, dan sampah memiliki kadar air tanah yang berbeda
karena adanya perbedaan sebaran pori tanah, jumlah air, dan potensial air tanah.
Darmiyati et al. (2019) faktor yang mempengaruhi kadar air tanah yaitu sebaran
pori tanah yang berkaitan dengan pergerakan air, seperti pori makro dan meso.
Jumlah air yang masuk dan tertinggal di dalam tanah ditentukan oleh retensi tanah
dan pergerakan air dalam tanah. Adapun potensial air tanah rendah, kadar air tanah
ditentukan oleh kapilaritas dan distribusi ukuran pori tanah. Kadar air tanah
ditentukan dari seberapa hidup tanah tersebut.
Kadar air tanah kebun juga dipengaruhi oleh kemiringan lahan. Pada lahan
miring, pergerakan air presipitasi yang masuk ke dalam profil tanah tidak hanya
terjadi secara vertikal, melainkan secara lateral sejajar permukaan lahan dan
bergerak ke bawah lereng (Lee dan Kim 2019). Pola hidrologis menyebabkan
jumlah air yang tertahan di lapisan perakaran lebih sedikit pada lahan miring
dibandingkan pada lahan yang lebih datar. Peningkatan ketersediaan air pada lahan
miring dapat dilakukan melalui berbagai tindakan konservasi air (Cercioglu et al.
2019). Penurunan kadar air tanah di lahan kebung dipengaruhi kemiringan lahan,
pohon dekat lereng pada tanah datar mengandung kadar air tanah yang tinggi.
Tabel 3 menyajikan data jumlah air yang harus ditambahkan pada jenis tanah
kebun, rumput, dan sampah agar kondisi tanah tetap terjaga. Hasil perhitungan
jumlah air yang perlu ditambahkan untuk dapat mempertahankan 75% kapasitas
lapang tanah kebun sebesar 129,502 ml. Penambahan jumlah air untuk
mempertahankan 75% kapasitas lapang berbanding lurus dengan besar kadar air
kapasitas lapang dan kadar air kering udara. Semakin tinggi persentase kadar air
kapasitas lapang yang tersedia akan mempengaruhi tingkat jumlah air yang perlu
ditambahkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pengambilan dan persiapan contoh tanah serta pengamatan keragaman hayati
pada tanah di lapangan perlu dilakukan dengan alat dan bahan serta prinsip dan
metode yang tepat. Contoh tanah diambil untuk dianalisis kadar air kapasitas
lapang dan kadar air kering udaranya. Kadar air kapasitas lapang tanah kebun
sebesar 34,226% dan kadar air kering udara tanah kebun sebesar 16,959%. Untuk
mempertahankan 75% kadar air tanah kebun perlu menambahkan 129,502 ml.
Adapun jenis persebaran vegetasi di lahan kebun praktikan adalah cacing tanah,
semut, tanaman dieffenbachia, dan pohon sawo. Dapat dikatakan tanah pada lahan
kebun praktikan memiliki ameliorase yang cukup baik dan tergolong tanah hidup.

5.2 Saran
Sebaiknya pengambilan contoh tanah di lahan yang jauh dari perakaran pohon,
serta mengikuti prosedur yang berlaku. Saat persiapan contoh tanah, jika tidak ada
palu tanah dapat diatasi dengan menggunakan tangan ataupun sendok tanah untuk
menghaluskan gumpalan tanah, sedangkan untuk ayakan lebih baik jika
menggunakan ayakan kayu berdiri sehingga dalam pelaksanaannya praktikan dapat
mengayak tanpa bantuan orang lain. Saat pengamatan keragaman hayati dengan
metode hand sorting tidak perlu takut terhadap makrofauna tanah dan tidak lupa
mencatat vegetasi yang berada pada lahan. Selain itu, dibutuhkan pemahaman dan
ketelian dalam perhitungan kadar air kapasitas lapang, kadar air kering udara, dan
jumlah air yang dibutuhkan sehingga diperoleh data yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai