BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Tanah merupakan tubuh alam yang bebas yang tersusun oleh
komponen organik maupun anorganik. Diseluruh permukaan bumi terdapat beraneka
macam tanah mulai dari yang paling gersang sampai yang paling subur. Mulai dari
warna yang paling gelap himgga yang warna cerah. Keanekaragaman tanah itu
memiliki sifat dan kandungan yang berbeda dalam komponennya. Antara lain sifat
kimia yang merupakan komponen inti dalam tanah. tanah satu dengan yang lain
memiliki perbedaan sifat kimia yang tentunya mempengaruhi tingkat kesuburan
dalam tanah tersebut. Kesuburan itu sendiri pada akhirnya erat kaitannya dengan
pertumbuhan suatu tanaman. Untuk mempermudah mengkaji dan menganalisisa
keadaan itu maka diperlukan kemampuan untuk mengenal beragam komponen kimia
dalam masing-masing jenis tanah.
Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang paling penting adalah konsep
sebagai media alami bagi pertumbuhan tanaman. Sebagai konsep itu, tanah sendiri memiliki
jenis dan sifat yang berbeda. Adapun jenis tanah itu antara lain : Regosol, Andisol, Vertisol,
Latosol, dan masih banyak lagi. Disetiap tanah itu terkandung unsur kimia tertentu dan fase-
fase reaksi kimia tertentu. Hal ini berpengaruh untuk kesuburan tanah, kembali pada konsep
bahwa tanah sebagai media alami pertumbuhan tanaman. Kenyataan pada saat ini, kadang
pertanian belum mampu mengkaji hal-hal yang erat kaitannya dengan kimia tanah. hal ini
disebabkan kurangnya pengetahuan dan wawasan mengenai kimia dalam pertanian. Padahal
ini cukup berperan penting dalam menopang produksi pertanian. Maka dari itu, pengetahuan
mengenai kimia tanah sangat diperlukan dalam bidang pertanian, khususnya ditujukan
kepada para petani yang memegang peranan langsung di lapangan
II. TUJUAN
Mengetahui kaitan antar sifat kimia dengan tanah
Mengetahui reaksi tanah terhadap konsentrasi tanah (pH)
Menegtahui sumber H pada tanah
Mengetahu pengaruh pemberian Al pada tanah
BAB II
ISI
a) Kaitan sifat kimia pada tanah
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh sifat-sifat kesuburan tanahnya yakni kesuburan fisik,
kesuburan kimia dan kesuburan biologis. Kalau kesuburan fisik lebih mengutamakan tentang
keadaan fisik tanah yang banyak kaitannya dengan penyediaan air dan udara tanah, maka
kesuburan kimia berperan dalam menentukan dan menjelaskan reaksi-reaksi kimia yang
menyangkut dalam masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.
Kegiatan pertanian seringkali dijadikan contoh sebagai penghasil utama NPS, karena
kegiatan ini umumnya menggunakan bahan kimia yakni pupuk dan pestisida. Penggunaan
agrokimia untuk budi daya pertanian dapat mencapai 30 – 50% dari total input produksi
pertanian. Input pertanian tersebut berubah menjadi bahan pencemar sebagai akibat
penggunaan yang berlebihan atau tingkat kehilangan yang tinggi.
Pencemaran bukan hanya dapat terjadi secara insitu, yakni pada areal dimana budi
daya dilakukan, namun berpeluang besar untuk menyebar ke daerah hilir. Adanya keterkaitan
melalui daur hidrologi menyebabkan adanya pengaruh yang sangat besar dari daerah hulu
terhadap daerah hilir. Perubahan penggunaan lahan yang dilakukan di daerah aliran sungai
bagian hulu seperti aktivitas pertanian, pertambangan, industri tidak hanya akan berdampak
pada sekitar tempat kegiatan berlangsung, tetapi juga akan berdampak pada daerah hilir di
antaranya dalam bentuk perubahan/fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material terlarut
dalam sistem aliran air.
Dalam hubungannya dengan pencemaran, aliran air mempunyai peranan yang sangat
penting karena aliran air baik dalam bentuk aliran permukaan (surface run off) maupun aliran
bawah permukaan (subsurface run off) merupakan agen utama pengangkutan, pemindahan,
dan penyebaran bahan-bahan pencemar. Oleh karena itu, pencemaran pada suatu
agroekosistem selain ditentukan oleh jumlah bahan pencemar, juga sangat dipengaruhi oleh
seberapa besar persen air yang jatuh dalam agroekosistem yang berubah menjadi aliran
permukaan dan berperan sebagai agen pembawa bahan-bahan pencemar. Tanah atau sedimen
yang terbawa oleh aliran permukaan juga merupakan agen utama pembawa dan penyebar
bahan-bahan pencemar pada agroekosistem.
Untuk mencapai rnaksud tersebut, maka pembahasan mengenai sifat kimia tanah ini
kita batasi pada. hal-hal yang berkaitan erat dengan masalah-masalah antara lain : Reaksi
tanah (pH), sumber ion H, pengaruh pemberian Al.
b) Reaksi tanah terhadap pH
Tersedianya unsur hara bagi tanaman, meningkatnya aktifitas mikro organisme dan reaksi-
reaksi kimia lainnya di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh reaksi tanah, yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Yang dimaksud dengan reaksi tanah ialah : Sifat keasaman dan kebasaan dari tanah,
sehingga kita kenal ada tiga reaksi tanah yaitu : asam, netral dan basa. Secara defenisi dapat
dikatakan bahwa pH tanah adalah aktifitas konsentrasi ion.
Suatu larutan yang bersifat asam mempunyai konsentrasi ion H + lebih besar dari
konsentrasi ion sedangkan suatu larutan basa, jika konsentrasi ion H + lebih kecil dari
konsentrasi ion, dan jika konsentrasi ion H+ sama dengan ion maka sutau larutan disebut
netral, atau pH nya = 7.
Nilai pH berkisar antara 0 - 14, sedangkan untuk tanah pertanian pH ini berkisar
antara 4 - 9. Tanah-tanah di Indonesia pada umumnya berekasi masam dengan pH 4.0 - 5.
sehingga tanah-tanah yang ber pH 6.0 - 6.5 sudah dapat dikatakan cukup netral meskipun
masih agak masam. Di daerah rawa-rawa seperti pada tanah gambut pH tanahnya lebih
rendah lagi yakni sekitar 3.5 - 4.0 dan ada juga yang ber pH lebih kecil dari 3.0 seperti tanah
sulfat masam. Reaksi tanah pH yang tinggi dijumpai pada tanah-tanah daerah iklim kering
atau pada tanah-tanah bergaram, dapat mencapai pH 8.5 - 9.0.
Tumbuhan akan tumbuh di tanah asam dan memyebabkan kelianan pada tumbuhan
Akibat kelebihan :
keracunan Alumunium terjadi di ujung akar, di mana paparan Al menyebabkan
penghambatan perpanjangan sel dan pembelahan sel, yang mengarah ke akar
pengerdilan disertai dengan air berkurang dan serapan hara.
BAB III
PENUTUP
Daftar Pustaka
Winarso, Sugeng. 2005. Kesuburan Tanah. Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.
Nasional Gava Media Yogyakarta.
Plant Industry Annual Report: 36.
http://www.regional.org.au/au/roc/1981/roc198109.htm