Anda di halaman 1dari 6

Kemitraan

1. Pengertian Kemitraan
a. Menurut (Hafsah, 2000 : 43)Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua
pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
saling membutuhkan dan saling membesarkan.
b. Menurut (Rachmat, 2004:40) Kemitraan merupakan hubungan kerjasama usaha diberbagai
pihak yang strategis, bersifat sukarela, dan berdasar prinsip saling membutuhkan, saling
mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan UKM
oleh usaha besar.
2. Tujuan Kemitraan
a. Meningkatkan pendapat usaha kecil dan masyarakat.
b. Meningkatkan perbolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan.
c. Meningkat pemeran dan pemberdayaan masyarakat.
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional.
e. Memperluas kesempatan kerja.
f. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
3. Beberapa pola atau jenis kemitraan usaha antara lain:
a. Inti-plasma, inti berfungsi melakukan pembinaan, penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis
dan pemasaran, sedangkan plasma melakukan fungsi produksi.
b. Sub kontrak. Pola ini merujuk pada usaha kecil memproduksi komponen yang di perluas oleh
usaha menengah dan besar sebagai bagian dari produksinya. Sedangkan usaha menengah dan
besar berfungsi melakukan pembelian komponen dari usaha kecil untuk keperluan produksinya.
Pola ini didorong oleh ketentuan dan peraturan yang ditetapkan untuk menyelamatkan
usaha. kecil sebagai mitra bagian yang tidak terpisahkan, pola ini lebih sederhana dan mudah
diterapkan bila didukung oleh suatu aturan yang jelas dari pemerintah.
d. Dagang Umum
Pola ini usaha menengah dan besar memasarkan hasil produksi usaha atau usaha kecil sebagai
pemasok kebutuhan usaha menengah dan besar. Pola ini dilakukan dalam dunia bisnis atas dasar
saling menguntungkan.
e. Waralaba pemberian.
Waralaba memberikan hak penguasaan lisensi merek dagang dan saluran distribusi
perusahaannya kepada penerima waralaba dengan bantuan bimbingan manajemen. Pada
prinsipnya pola ini banyak digunakan dalam dunia bisnis terutama bagi merek-merek terkenal
dan dikonsumsi banyak orang. Hampir setiap celah bisnis dapat menggunakan pola ini
seperti fast food, industri kima, obat-obatan dan industri jasa lainnya. Pola ini secara bisnis lebih
menjamin keberhasilan namun dalam jangka panjang pola ini dapat menguras devisa negara
sangatlah besar karena royalti yang akan dibayar secara totalitas sangatlah besar.
f. Keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan di mana usaha kecil di berikan hak
khusus untuk memasarkan barang dan jasa dan usaha menengah dan besar sebagai mitranya.

4. Program kemitraan sebagai wadah pengembangan UKM


Program kemitraan merupakan wadah untuk pengembangan UKM dikarenakan program
ini dapat menjawab dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang selama ini dialami oleh UKM di
Indonesia mengingat mekanisme dan struktur kelembagaan kemitraan diatur berdasarkan KEP-
2361MBU/2003 yang merupakan peraturan yang keluar dikarenakan peraturan sebelumnya
belum dapat tercapai maka unit program kemitraan sekurang-kurangnya melakukan fungsi
pembinaan, evaluasi, penyaluran, penagihan, pelatihan, monitoring, promosi, fungsi administrasi
dan keungan. Unit kemitraan di kantor pusat dibentuk dengan memperhatikan kondisi
perusahaan. Sedangkan bentuk pelaksanaam di kantor cabang atau perwakilan disesuaikan
dengan kebutuhan. Unit kemitraan atau PUKK bertanggung jawab langsung kepada salah satu
anggota direksi yang ditetapkan dalam rapat direksi. Karyawan yang ditunjuk untuk menangani
unit program kemitraan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan karyawan lain di BUMN
pembina yang bersangkutan.

1. Bentuk Program Kemitraan


a. Pemberian pinjaman, yaitu:
1. Pinjaman untuk modal kerja dan atau untuk pembelian barang-barang
modal (aktiva tetap produktif) seperti mesin dan alat produksi, alat bantu
produksi, dan lai sebaginya yang darat meningkatkan produksi dan
penjualan produk mitrabinaan.
2. Pinjaman khusus yaitu pemberian pinjaman yang dapat diberikan oleh
BUMN Pembinaan yang bersifat jangka pendek dengan waktu maksimum
satu tahun serta dengan nilai pinjaman yang cukup material bagi mitra
binaan.
b. Hibah dalam bentuk:
1. Meningkatkan pengendalian mutu produksi
2. Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi
3. Meningkatkan rancang bangun dan perekayasaan
4. Bantuan pemasaran produk mitra binaan, dalam bentuk bantuan penjualan
produk mitra binaan, mempromosikan produk mitra binaan melalui kegiatan
pameran maupun penyediaan ruang pameran (showroom), pendidikan,
pelatiahn dan pemagangan untuk mitra binaaan dapat dilakukan sendiri oleh
BUMN Pembinaan dan lembaga pendidikan atau pelatihan swasta profesional
maupun perguruan tinggi. Jangka waktu atau masa pembinaan tersebut
menjadi tangguh, mandiri, bankable (dapat diberi pinjaman).
emenuhan kebutuhan bahan pangan bagi rakyat merupakan tugas negara yang
tidak ringan. Penduduk Indonesia yang sudah di atas 250 juta jiwa, lebih dari
90% menjadikan beras sebagai makanan pokok. Angka Tetap (ATAP) BPS tahun
2013, menunjukkan capaian produksi beras nasional 71,28 juta ton GKG atau
setara dengan 39,50 juta ton beras, sedang angka impor beras sampai dengan
Oktober 2014 sebesar 405 ribu ton. Sisi lain, kedaulatan pangan menjadi harga
mati sebagai cita-cita dalam rangka mewujudkan mimpi kemandirian bangsa
dan negara dalam bidang pangan.

Dinamika pemenuhan pangan pokok beras menjadi sangat strategis, mengingat


hambatan dan problema menghadang kita guna mewujudkannya. Data
lapangan menunjukkan sekitar 52% jaringan irigasi dalam kondisi rusak,
hampir semua bendung tidak optimal menyediakan suplai air karena
sedimentasi yang tidak terkendali, pembangunan bendung baru hampir tidak
ada selama kurun waktu 25 tahun ke belakang. Kondisi ini bertambah berat
karena pemenuhan kebutuhan benih unggul dan pupuk sering terkendala
dengan masalah distribusi sehingga tidak memenuhi kaidah 5 tepat (jumlah,
jenis, mutu, waktu dan tempat). Belum lagi adanya alih fungsi lahan sawah
menjadi perumahan dan kawasan industri serta kepentingan umum lainnya,
angka penyusutan tidak kurang dari 50.000 ha tiap tahunnya, sedangkan
program pencetakan sawah baru setiap tahunnya tidak lebih dari 40.000 ha.

Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat,


pemerintah telah menetapkan Pencapaian Swasembada Pangan Berkelanjutan
yang harus dicapai dalam waktu 3 (tiga) tahun. Untuk pencapaian swasembada
berkelanjutan tersebut diperlukan upaya peningkatan produksi yang luar biasa.
Oleh karena itu diperlukan perhatian dari berbagai pihak, mengingat banyak
kendala harus diatasi dan berbagai tantangan harus diantisipasi seperti
Masyarakat Ekonomi ASEAN yang merupakan sebuah wilayah kesatuan pasar
dan basis produksi menuntut agar barang, jasa dan SDM Indonesia mampu
bersaing dengan negara lain; otonomi daerah; perubahan pola konsumsi; dan
dinamika pasar pangan.
Upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai terus digulirkan
pemerintah pusat. Dana dalam jumlah besar dari Anggaran Pembangunan
Belanja Negara Perubahan (APBN) 2015 sebesar Rp 16,9 triliun. Dengan dana
sebesar itu pemerintah memberikan sejumlah target penambahan produksi
padi, jagung dan kedelai bagi setiap daerah. Rencananya, dengan berbagai
bantuan itu petani bisa meningkatkan produktivitas dan menambah areal
tanamnya. Bantuan tersebut kemudian disampaikan kepada para petani dalam
bentuk bantuan benih, pupuk, perbaikan irigasi, alat dan mesin pertanian.

Tentu sangat banyak faktor yang dapat mempengaruhi produksi pangan


nasional, salah satu di antaranya adalah pendampingan dan pengawalan.
Pengawalan dan pendampingan menjadi unsur penting dalam menggerakkan
para petani untuk dapat menyiapkan teknologi. Pengawalan dan pendampingan
ini, tidak hanya dilakukan oleh para penyuluh (PNS dan THL) dan Babinsa
(Bintara Pembina Desa) saja, melainkan mahasiswa dan penyuluh swadaya
(petani) pun dilibatkan. Penyuluh, Babinsa dan mahasiswa merupakan salah
satu penggerak bagi para petani sebagai pelaku utama karena dapat berperan
sebagai komunikator, fasilitator, advisor, motivator, edukator, organisator dan
dinamisator. Kegiatan pengawalan dan pendampingan inilah yang selanjutna
disebut sebagai kegiatan UPSUS (Upaya Khusus) peningkatan produksi tiga
komoditas padi, jagung, dan kedelai (Pajale) dalam upaya pencapaian
swasembada berkelanjutan.

Dalam UPSUS, kegiatan yang dilakukan tidak hanya berperan sebagai pengawal
dan pengaman penyaluran benih, pupuk, dan alsintan saja, namun selain itu
juga mengawal gerakan perbaikan jaringan irigasi, sistem tanam serentak, dan
pengendalian OPT. UPSUS pun juga berperan dalam mempercepat penerapan
teknologi peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai melalui GP-PTT, PAT,
dan optimasi lahan.

Strategi dan Sinergi

Meski pengawalan dan pendampingan ini dilakukan penyuluh, Babinsa, dan


mahasiswa, tentu saja tugasnya berbeda-beda. Untuk penyuluh, tugas-tugasnya
adalah melaksanakan pengawalan dan pendampingan pelaksanaan GP-PTT,
POL, RJIT, dan PAT. Penyuluh pertanian berperan penting dalam meningkatkan
kemampuan kelembagaan petani (Poktan, Gapoktan, P3A, dan GP3A) dan
kelembagaan ekonomi petani. Mengembangakan jejaring dan kemitraan dengan
pelaku usaha, dan melakukan identifikasi pendataan serta pelaporan teknis
pelaksanaan kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai