Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH AGROKLIMATOLOGI

PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP

JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM DI KABUPATEN MOJOKERTO

DISUSUN OLEH :

ALFANI AHSANUL ILMI (20025010172)

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

2020
ABSTRAK

Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk mengetahui pengaruh unsur iklim terhadap jenis
tanaman dan pola tanam di Kabupaten Mojokerto. Klasifikasi iklim ini berdasarkan
sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson. Data curah hujan diambil 10 tahun yaitu pada
tahun 2008 sampai dengan 2017. Mengetahui manfaat atau hubungan antara
angin,awan,hujan,dan iklim terhadap pertanaian. Mulai dari proses
penyerbukan,udara penting yang dibutuhkan,hingga penyuburan tanaman. Karya
tulis ini di analisis berdasarkan data.

Kata kunci : pengaruh iklim terhadap jenis tanaman,data curah hujan Kabupaten
Mojokerto 2008-2017,manfaat unsur iklim terhadap tanaman.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehidupan manusia tak pernah lepas dari pengaruh proses-proses di
alam. Dalam arti bahwa kehidupan manusia akan mempengaruhi
prosesproses di alam, demikian pula proses-proses di alam akan membawa
pengaruh tersendiri bagi manusia. Iklim merupakan salah satu proses alam
yang membawa pengaruh terhadap kehidupan manusia, baik secara fisik
maupun secara non fisik (sosial budaya). Iklim di artikan sebagai suatu
kondisi cuaca pada suatu daerah dalam kurun waktu yang lebih lama
(Prawirowardoyo, 1996). Perubahan yang terjadi pada suatu daerah akan
membawa dampak bagi kehidupan manusia pada daerah tersebut. Dampak
ini bisa negatif ataupun positif. Penilaian iklim biasanya didasarkan pada
keberadaan parameterparameter seperti curah hujan, suhu, kelembaban,
kecepatan angin yang dilihat secara berurutan (Time Series) dan didukung
pula dengan keberadaan geografis daerah. Daerah dengan bentuk lahan
pegunungan akan mempunyai iklim yang berbeda dengan daerah yang
bentuk lahannya berupa dataran rendah. Suatu wilayah akan mempunyai
iklim yang berbeda-beda dibandingkan dengan wilayah yang lainnya.
berdasarkan kalsifikasi iklm global, kepulauan Indonesia sebagian besar
tergolong dalam zona iklim tropika basah dan sisanya masuk dalam zona
iklim pegunungan atau tropika monsoon.
Iklim juga akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai
dibudidayakan pada suatu kawasan, penjadualan budidaya pertanian, dan
teknik budidaya yang dilakukan petani. Pengetahuan tentang iklim sangat
penting artinya dalam sektor pertanian, karena hubungan antara Klimatologi
dan Meteorologi dengan ilmu pertanian tercermin dengan berkembangnya
cabang Klimatologi yang khusus dikaitkan dengan kegiatan pertanian yang
disebut dengan Meteorologi dan klimatologi pertanian. Selain itu iklim
merupakan salah satu faktor (Selain Tanah) yang akan mempengaruhi
distribusi tumbuhan. Iklim berpengaruh terhadap penyebaran tumbuhan,
hewan dan manusia. Keberadaan suatu spesies tumbuhan pada suatu
wilayah dapat dijadikan indikator iklim wilayah yang bersangkutan.
Masalah-masalah dasar yang dihadapi dalam pertanian didaerah
tropis secara ringkas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.) Dari segi iklim, tanah didaerah topis beriklim lembab mungkin
saja sepanjang tahun dapat digunakan untuk pertanian, namun
sebagian tanah didaerah itu tidak cocok untuk dibudidayakan
menurut pola pertanian modern yang mengandalkan penggunaan
teknologi mutakhir, karena tidak dapat dipupuk secara efektif
dengan pupuk mineral.
2.) Berdasarkan sifat tanah yang ada, daerah tropis beriklim sangat
lembab (atau setengah kering) dengan lamanya musim kemarau
melebihi enam bulan, tidak mengalami kesulitan dalam hal
persediaan unsur hara. Namun masalah yang dihadapi ialah
pengadaan sarana irigasi yang menjamin persediaan air selama
musim kemarau dan mencegah bahaya kegagalan panen akibat
kekeringan. (Wolfgang Weischet, 1981)
Iklim adalah gambaran cuaca suatu daerah dalam jangka waktu yang
relatif lama, sedangkan cuaca merupakan keadaan fisis atmosfer pada waktu
dan tepat tertentu. Iklim biasanya tidak dinyatakan dengan semua unsur iklim
tetapi hanya menggunakan dua atau tiga unsur yang dianggap dapat
mewakilinya, misalnya suhu dan curah hujan. Curah hujan merupakan
parameter yang banyak digunakan dalam penentuaan iklim, daerah dengan
bentuk lahan pegunungan akan mempunyai karakter curah hujan dan suhu
yang berbeda dengan daerah bentuk lahan berupa dataran rendah. Jumlah
produksi pertanian dan jenis tanaman tidak seragam disetiap daerah karena
kondisi fisik (tanah, air dan iklim) dan keadaan penduduk daerah satu
dengan daerah lainnya berbeda.
Setiap tanaman (komoditi) membutuhkan syarat tumbuh serta
mempunyai daya adaptasi (kisaran) dan tanggap tertentu terhadap
lingkungan. Di lapangan kondisi tersebut merupakan interaksi antara potensi
agreokologi (alamiah) dengan paket teknologi sistem usahatani dan
infrastruktur.
Irsal et al. (1991) mengemukakan konsepsi dasar dalam perwilayahan
komoditi secara bertahap diawali dengan agreokologi utama yang hanya
mempertimbangkan faktor biofisis, yaitu iklim, tanah dan topofiografi; faktor
lingkungan biologis, sosial ekonomi, kebijakan politik, dan faktor penunjang
lainnya dipertimbangkan pada tahap berikutnya.
Kecocokan masing-masing jenis tanaman untuk dibudidayakan dalam
keadaan keadaan iklim tertentu sudah banyak diteliti. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa iklim merupakan faktor penghambat untuk pertanian.
Hubungan kausal yang sungguh-sungguh ada antara keadaan iklim dengan
kemungklinan-kemungkinan untuk pendayagunaan tanah (Terutama yang
menyangkut pembudidayaan tanaman tertentu) sudah lama membuat
keadaan iklim bersama keadaan tanah dipandang oleh semua ilmuwan
pertanian sebagai faktor penghambat alami yang menentukan untuk
pertanian. Karena peranan iklim untuk pertanian sangat penting, maka
analisis tentang keadaan iklim itu harus dilakukan secara cermat terutama
dengan memeperhatikan perbedaan iklim antara berbagai tempat
pengamatan serta perubahan iklim dari waktu kewaktu. Ikllim sebagai faktor
penghambat untuk produksi pertanian maka harus dilakukan penelitian
secara cermat dan terperinci, baik dari segi tempat maupun waktu. Hal ini
disebabkan, pertama, karena meningkatnya jumlah penduduk yang pesat
membuat cadangan tanah yang penduduknya semakin padat menjadi
semakin menyusut. Kedua, karena kemungkinan untuk meningkatkan
produksi pertanian dewasa ini tergantung pada intensifikasi dan diversifikasi
pola pembudidayaan dan bukan tergantung pada pengadaan lahan yang
baru. Untuk mencapai tujuan seperti itu, iklim sebagai faktor penghambat
produksi pertanian kini semakin penting peranannya. Dalam penelitian ini
peneliti ingin melakukan analisis iklim dan keterkaitanya dalam produksivitas
tanaman bahan pangan yang dikaitkan dengan pola konsumsi masyarakat
kemudian memetakannya kedalam bentuk peta. Parameter yang digunakan
adalah curah hujan. Dimana curah hujan unsur iklim yang paling menentukan
untuk distribusi tanaman budidaya tropis secara geografis serta untuk jadwal
proses pembudidayaannya.
Curah hujan sebagai variabel iklim dapat berubah dari tahun ketahun,
demikian juga curah hujan bulanan, apabila dibandingkan dengan bulan yang
sama pada tahun yang berbeda. Besarnya rata-rata tergantung pada daerah
pengamatan. Secara umum bahwa semakin besar curah hujan tahunan,
maka semakin kecil rata-ratanya. Rata-rata curah hujan yang besar itu harus
diperhitungkan sebagai faktor penghambat untuk pertanian. Sifat faktor
penghambat itu ialah mengurangi stabilitas produksi dan memperbesar
bahaya kegagalan panen, suatu hal yang dapat menyebabkan tingkat
kekurangan bahan pangan. Dari latar belakang masalah diatas maka peneliti
tertarik mengadakan penelitian dengan judul :
“PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP JENIS TANAMAN DAN
POLA TANAM DI KABUPATEN MOJOKERTO”
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka
permasalahan yang ada di daerah penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1.) Apa manfaat/hubungan angin,awan,curah hujan,dan iklim tehadap
pertanian?
2.) Bagaimanakah iklim di Kabupaten Mojokerto berdasarkan
klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson dan bagaimana kesesuaiannya
terhadap tanaman pangan?
3.) Bagaimana pola tanamnya?
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
1.) Untuk mengetahui jenis tanaman yang cocok di Kabupaten
Mojokerto.
2.) Untuk mengetahui pola tanam di Kabupaten Mojokerto.
1.4. Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini adalah :
1.) Memberikan informasi tentang hubungan angin,awan,curah
hujan,dan iklim terhadap pertanian.
2.) Memberikan informasi tentang jenis iklim yang dimiliki di wilayah
Kabupaten Mojokerto.
3.) Memberikan informasi tentang pola tanam di Kabupaten
Mojokerto.

BAB II

LANDASAN TEORI

Klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya)


seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria
utama, mengungkapkan bahwa dengan adanya hubunga sistematik antara unsur
iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi
iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dengan unsur suhu atau
presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria
dalam pengklasifikasian iklim (Djaenudin, dkk. 2002).

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan


dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu
dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang
didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan
atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur
iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang
berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam
bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Data curah hujan di Kabupaten Mojokerto 10 tahun terakhir seperti
pada tabel berikut :

Bulan Data Curah Hujan (mm) Total Rata-rata


2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 300.2 275.2 236.4 360.4 279.2 290.4 216.4 313.2 267.1 225
5 5
Februari 299.6 288.6 357.1 282.5 258.9 242.6 337.1 369.6 380.4 267.7
5 5
Maret 260.3 306.3 337.7 270.6 216.9 278.1 327.7 292.3 371.6 216.3
5 5
April 399.7 272.2 373 280.7 278.2 184.2 373 278.4 225.1 202
5 5
Mei 293.4 224.6 964.7 340.7 61.6 70.56 334.7 199.4 217.2 144.3
3
Juni 50 25.3 179.8 42.5 75.3 42.57 221.9 40.45 223.8 25.31
Juli 30 59.8 47.8 30.2 59.8 29.28 27.77 40.34 209.9 44.6
Agustus 40 30 40 30.7 50 20.69 30.87 20.49 200.3 30
September 50 40.3 40 40.9 30 40.27 30.56 30.22 132.5 24.3
Oktober 50 33.45 34.0 43.8 53 43.68 14.09 40.45 275.7 96.66
November 252.6 298 332.4 334 218 108.5 32.45 52.66 248.4 108.1
5 3
Desember 250.7 255.5 327.8 352.3 279.9 150.0 247.8 237.1 276 129.9
9 9
Bulan basah 7 7 8 7 6 6 7 6 12 7 73 7,3
Bulan kering 5 5 4 5 4 5 5 6 0 4 43 4,3
Bulan lembab 0 0 0 0 2 1 0 0 0 1 4 0,4

Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson yaitu :


Q = (Rata-rata jumlah BK / rata-rata jumlah BB) x 100 %

Q = (4,3 / 7,3) x 100 %

Q = 58,9 %

Maka dapat diketahui di Kabupaten Mojokerto memiliki iklim C (agak


basah),yang cocok ditanami tanaman padi dan jenis pala wija.

3.2. Pembahasan
Iklim sangatlah berpengaruh terhadap bidang pertanian. Iklim
memiliki beberapa unsur. Pada karya tulis ini,unsur yang dikaji adalah
unsur angin,awan,curah hujan,dan iklim.
Angin adalah udara yang berhembus dari tekanan udara tinggin ke
tekanan udara rendah. Angin dapat membantu penyerbukan pada
tanaman padi,jagung,dan lain sebagainya. Angin dapat menggerakkan
kincir angin untuk memompa air,yang berfungsi sebagai irigasi. Angin
juga membawa gas-gas penting seperti CO2 dan Nitrogen.
Awan adalah kumpulan butiran-butiran air atau kristal es kecil di
atmosfer yang merupakan produk dari proses kondensasi uap air dengan
konsentrasi sekitar 100 cm3 dan radius sekitar 10 um. Awan membawa
butiran-butiran air dan jika butiran tersebut jatuh itulah yang disebut
hujan.
Hujan adalah air yang jatuh dari awan ke bumi. Hujan sangat
berpengaruh terhadap pertanian. Air hujan bermanfaat untuk sistem
irigasi dan air hujan dapat membawa zat-zat yang dibutuhkan oleh
tanaman.

Curah hujan dapat mempengaruhi iklim di suatu daerah. Iklim adalah kondisi
cuaca dalam jangka waktu lama dan meliputi wilayah yang luas. Iklim sangat
berpengaruh terhadap pertanian di suatu daerah. Salah satunya adalah di
Kabupaten Mojokerto. Menurut sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson yang telah
dihitung diatas Kabupaten Mojokerto memiliki tipe iklim C. Yaitu tipe iklim agak

Komodita J F M A M J J A S O N D
s
Padi  PA PK BA
+
BK 
Cabai  BA P
A
Jagung   BA P
A
basah,yang cocok ditanamai padi dan palawija jenis jagung. Adapun kalender
penanaman di kabupaten Mojokerto yaitu :

Keterangan             = Masa Perumbuhan    B = Bajak + penanaman, P =


Panen, A = Awal, K = Akhir 

Pola tanam padi dan palawija dengan menyesuaikan iklim di


kabupaten Mojokerto berdasarkan data curah hujan dari tahun 2008 –
2017 penanaman menggunakan sistem monokultur. Pola tanam
monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis. Padi
ditanam dua kali dalam setahun, yaitu bulan November-januari,dan
Januari-maret,dengan menggunakan bibit padi jenis inpari 33 berumur
pendek.
Di Kabupaten Mojokerto, waktu pemetaan tanaman hanya dalam
kurung satu tahun, yaitu pada bulan November – Maret cocok untuk
tanam padi, dan Maret - Juni bisa ditanam tanaman sekunder yaitu cabai
yang bisa ditanam dengan bantuan irigasi. Menanam cabai di sawah
beririgasi untuk memaksimalkan pendapatan petani saat musim kemarau.
Cara tanam alternatif dengan keuntungan lebih tinggi dari tanaman
adalah padi dan palawija bisa tumpang sari maupun tidak. Tanaman
cabai menggunakan pola polikultur yang termasuk ke dalam teknik
pertanian tumpangsari. Dan Jagung dapat ditanam pada bulan Agustus-
Oktober.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari karya tulis ilmiah ini adalah :
1.) Angin,awan,hujan,dan iklim sangatlah berpengaruh terhadap
pertanain. Mulai dari penyerbukan,udara yang dibutuhkan,hingga
penyuburan tanah.
2.) Tanaman yang cocok ditanam di Kabupaten mojokerto adalah
tanaman padi,cabai,dan jagung.
3.) Pola tanam yang digunakan adalah pola tanam monokultur pada
padi dan polikultur pad cabai dan jagung.
DAFTAR PUSTAKA

Djaenudin, dkk. 2002. Pendekatan pewilayahan komoditas pertanian


menurut pedo-agroklimat di kawasan timur Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian.
Dorenbos. 1997. Guidelines for Predicting crop water Requirement, FAO,
ROME.
Handoko. 1993. Klimatologi Dasar: Landasan pemahaman Fisika
Atmosfer dan Unsur-unsur Iklim. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Holton. J.R. 2004. An Introduction to Dynamic Meteorology. Md: Elsevier
Inc. Burlington.
Irianto dkk. 2000. Keragaman Iklim sebagai Peluang Diversifikasi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Kaho, Norman, P.L.B., Riwu. 2014. Paduan Interpretas da Respon
Informasi Iklim dan Cuaca Untuk Petani dan Nelayan. Perkumpulan Pikul.
Kupang.
Lakitan. 2002. Iklim. Erlangga. Jakarta.
Murtidjo, A. 1990. Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.
Oldeman, R. L., I. Las dan Muladi. 1980. The Agro-Climate Maps of
Kalimantan, Maluku, Irian Jaya and Bali West and East Nusa Tenggara
Contrib. Centre. Res. Inst. Agrc. Bogor.
Shelton, M. L. 2009. Hydroclimatology: Perspectives and Applications.
Cambridge University Press. California.
Rafi'i, Suryatna. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Angkasa. Bandung.
Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. ITB Press. Bandung.
Winarso, P. A. 2003. Pengelolaan Bencana Cuaca dan Iklim untuk masa
mendatang. KLH. Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai