Anda di halaman 1dari 19

1

ISI
Faktor Yang Mempengaruhi Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan karbohidrat dari

bahan anorganik yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang

mengandung zat hijau daun, yaitu klorofil. Selain yang mengandung zat hijau

daun, ada juga makhluk hidup yang berfotosintesis yaitu alga, dan beberapa

jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta

dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.

Hampir semua makhluk hidup bergantung pada energi yang dihasilkan

dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan

di bumi.[1] Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang

terdapat di atmosfer bumi.[1]Organisme yang menghasilkan energi melalui

fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis

merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon

bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan

energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah

melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.

Berikut ini adalah persamaan reaksi fotosintesis yang menghasilkan glukosa:

6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2

Fotosintesis merupakan aktivitas kompleks, dipengaruhi oleh banyak

faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal menyangkut kondisi

jaringan/ organ fotosintetik, kandungan klorofil, umur jaringan, aktivitas fisiologi

yang lain seperti transpirasi, respirasi dan adaptasi fisiologis yang lain yang saling

kait mengkait. Faktor eksternal meliputi faktor klimatik seperti suhu, kelembaban,
2

kecepatan angin, hujan, dan juga faktor cahaya, konsentrasi CO2, O2, kompetitor,

dan organisme pathogen. Selain itu juga faktor penyebab timbulnya stress seperti

ketersediaan air, ada polutan biosida dan zat-zat beracun lain. Kondisi excess pada

berbagai factor yang dibutuhkan dari lingkungan juga berpengaruh terhadap

fotosintesis. Misal, logam-logam berat beracun, biosida , SO2 dan juga O2

(Champbel, 2000).

-Respon fotosintesis terhadap intensitas cahaya

Cahaya mutlak dibutuhkan sebagai energi penggerak fotosintesis, namun

demikian tingkat kebutuhan antar kelompok tumbuhan akan berbeda. Tidak pada

setiap kondisi meningkatnya intensitas akan diikuti atau menyebabkan

meningkatnya laju fotosintesis. Terdapat perbedaan tingkat kebutuhan cahaya,

terutama antara tumbuhan tipe C-3 dan C4. Pada tumbuhan C-3 terjadi kondisi

yang disebut titik jenuh cahaya (Gb. .). Pada kondisi tersebut,

laju fotosintesis telah mencapai maksimum, dan tidak meningkat lagi lajunya

walau intensitas cahayanya bertambah (salisburry, 1985).


3

Fotosintesis tumbuhan tipe C-4 semakin efektif pada intensitas yang semakin

tinggi. Bahkan pada kisaran intensitas dimana bagi tumbuhan C-3 telah mencapai

titik jenuh, pada tumbuhan C-4 justru masih mengalami peningkatan yang

signifikan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tumbuhan C-4 lebih toleran hidup

pada daerah dengan tingkat intensitas cahaya yang tinggi. Pada tumbuhan C-3,

(salisburry, 1985).

-Suhu

Sifat lain tumbuhan C-4 adalah lebih toleran di lingkungan dengan suhu

yang panas. Kisaran suhu optimum untuk fotosintesis tumbuhan C-4 ( lebih tinggi

daripada tumbuhan C-3 (salisburry, 1985).

-Umur Jaringan dan Fotosintesis

Selain faktor intensitas cahaya, umur daun sangat menentukan

produktivitas daun dalam aktivitas fotosintesisnya. Kapasistas kemampuan daun

melakukan fortosintesis berkembang seiring dengan perkembangan kedewasaan

daun mencapai perkembangan dan pertumbuhan optimalnya. Pada fase awal


4

pertumbuhannya, daun muda masih menggatungkan asimilat dari daun dewasa

lainnya (mengimport) (Champbel, 2000).

Pada saat daun mencapai laju pertumbuhan optimum, produktivitasnya

telah jauh meningkat, dan sebagian fotosintatnya telah mulai diekspor ke jaringan

lain yang membutuhkan. Kapasitas fotosintesis ini terus meningkat bersamaan

dengan pencapaian kedewasaan organ daun. Terdapat hubungan interaktif antara

perkembangan struktural daun (anatomi-morfologi) dan intensitas cahaya dengan

perkembangan kapasitas fotosintetiknya. Tumbuhan yang tumbuh pada tempat

dengan intensitas cahaya tinggi, daun berkembang dengan memadahi, sehingga

kapasitas fotosintetiknya juga lebih besar(Taiz.et.all. 2000).

-CO2 dan Fotosintesis

Konsentrasi CO2 sebagai salah satu prekursor atau bahan dasar asimilasi

karbon tentu akan sangat berpengaruh pada produktivitas fotosintesisnya.

Tumbuhan menunjukkan kemampuan nya dalam memfiksasi CO2 yang berbeda-

beda. Perbedaan ini sangat menyolok antara tumbuhan tipe C-3 dengan C-4

(gb. ..). Jagung (Tumbuhan C-4) dan Kacang tumbuhan C-3) (Taiz.et.all. 2000).
5

Pada konsentrasi CO2 lingkungan yang sama (330 ppm), jagung (Zea mayz)

sebagai contoh dari tumbuhan C-4 memiliki laju fotosintesis yang jauh lebih

tinggi dibanding dengan kacang, bahkan dengan tumbuhan kacang yang diberi

suplai CO2 1000 ppm sekalipun. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan C-4

memiliki kemampuan yang sangat efisien dalam memfiksasi CO2. Pada tumbuhan

C-4, CO2 diikat oleh PEP karboksilase dan menggabung kan dengan PEP menjadi

asam oksalo asetat (OAA). OAA ini menjadi timbunan sumber CO2 di vakuola.

Selanjutnya, OAA akan dikonversi menjadi asam malat atau aspartat tergantung

jenis tumbuhannya, yang kemudian ditranspor ke seludang berkas (bundle sheat =

Kranz anatomy). Selanjutnya, malat atau aspartat akan didekarboksilasi dan CO2

yang terlepas akan diikat oleh enzim RubisCo untuk asimilasi karbon pada siklus

Calvin (Anonymouse. 2018).

- Oksigen dan Fotosintesis

Oksigen merupakan salah satu produk samping dari fotosintesis, dari hasil

fotolisis air. Namun demikian, akadar oksigen yang tinggi pada jaringan

fotosintetik akan menghambat laju fotosintesis. Grafik berikut menggambarkan

bagaimana laju fotosintesis pada beberapa level O2.


6

Pada kondisi kadar oksigen yang semakin tinggi, laju fotosintesisnya

secafra signifikan menjadi semakin rendah. Tampak kecenderungan adanya efek

interaksi antara konsentrasi CO2 dan O2 terhadap laju fotosintesisnya. Namun

tingkat penghambatan ini saangat berbeda antara kelompok tumbuhan C-3 dan C-

4. Tingkat hambatan fotosintesis oleh adanya oksigen jauh lebih besar terjadi pada

tanaman kacang dibanding pada jagung (Anonymouse. 2018).

Tingkat penghambatan fotosintesis yang begitu besar oleh keberadaan O2

pada kacang terkait erat dengan intensitas fotorespirasinya. Pada Tumbuhan C-3,

laju fotorespirasi sangat intensif. Sebaliknya, pada tumbuhan C-4 sangat rendah.

Rendahnya laju fotorespirasi tumbuhan C-4 diduga disebabkan karena pada

jaringan fotosintetiknya, rasio CO2 / O2 cukup besar. Dengan tingginya CO2

jaringan, mengurangi peluang terikatnya oksigen pada sisi aktif enzim Rubisco

(Edwards, 2003)

Khusus pada tumbuhan C-4 yang mentranspor timbunan CO2 dalam

bentuk asam amino Aspartat (asam C-4 dalam bentuk Aspartat), laju
7

fotosintesisnya memiliki hubungan erat dengan penyerapan N dari tanah

(Taiz.et.all. 2000).
8

PERBEDAAN TANAMAN C3, C4, dan CAM

Pertumbuhan adalah pertambahan volume yang meliputi pembelahan dan

pemanjangan sel serta proses awal dari diferensiasi, sedangkan perkembangan

adalah spesialisasi struktur dan fungsi dari sel membentuk jaringan dan organ

tanaman. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para peneliti bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi fotosintesis dengan menurunkan respirasi tanaman.

Saat ini pemanasan global telah menjadi isu dunia, di mana Indonesia telah

merasakan adanya peningkatan suhu bumi. Kondisi ini disebabkan oleh

industrialisasi yang menyebabkan peningkatan CO2 di muka bumi. Peningkatan

CO2 dari 300 ppm menjadi 340 ppm diharapkan dapat meningkatkan laju

fotosintesis yang merupakan proses penangkapan energi cahaya matahari oleh

kloroplas untuk membentuk senyawa organik yang sangat dibutuhkan bagi

kelangsungan hidup umat manusia di mukabumi. Namun demikian, kenyataannya

peningkatan suhu bumi tidak secara nyata meningkatkan fotosintesis, tetapi

meningkatkan laju fotorespirasi. Fotorespirasi merupakan proses perombakan

komponen organik menjadi energi yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan

dan perkembangan tanaman. Untuk itu saat ini tengah dibicarakan bagaimana cara

meningkatkan (1) efisiensi fotosintesis, (2) menurunkan laju fotorespirasi, dan (3)

pengoptimalan lahan suboptimal (Gardner, 2001).

Secara umum fotosintesis terjadi melalui 2 tahap reaksi, yaitu :

1. Reaksi terang, yaitu proses konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan

menghasilkan oksigen (O2 )

2. Reaksi gelap, yaitu terjadinya seri reaksi siklik yang membentuk gula dari

bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH) dengan bantuan enzim Rubisco
9

(pada tanaman C3). Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari

reaksi terang.. Dalam reaksi gelap terjadi Siklus Calvin yang membentuk senyawa

antara, yaitu 3PGA.

Terdapat 3 tipe fotosintesis :

1. C3: Hasil pertama dari fotosintesis adalah molekul yang mempunyai 3 atom

karbon, yaitu 3 PGA (Phospho gliseric acid). Pada tanaman C3 fiksasi CO2 terjadi

melalui siklus calvin. Contoh tanaman C3 adalah gandum, kentang, kedelai, dan

lain-lain.

2. C4: Hasil dari fotosintesis adalah molekul dengan 4 atom karbon, yaitu malat.

Contoh tanaman C4: jagung, tebu, sorgum.


10

3. CAM (Crasculacean Acid Metabolism). Seperti halnya tanaman C4, pada

tanaman CAM molekul pertama dari fotosintesis adalah malat. Tanaman CAM

mempunyai keistimewaan, yaitu dapat dorman pada keadaan ekstrim tanpa

merusak sel, dan akan tumbuh kembali pada keadaan normal. Contoh tanaman

CAM adalah kaktus, stone crop.

Tanaman C3
11

Tanaman C3 mempunyai efisiensi fotosintesis yang rendah karena enzim Rubisco

mempunyai peran ganda, yaitu (a) untuk pengikatan CO2 , dan (b) pengaktifan

oksigenase dalam Fotorespirasi. Pada tanaman C3, pemanfaatan CO2 hanya

sebesar

50% karena adanya fotorespirasi, sehingga efisiensi fotosintesis rendah.

Tumbuhan C3

Dapat hidup suhu rendah, yaitu pada suhu kurang dari 22°C.Contoh tanaman C3

adalah

Padi (Oryza sativa), Gandum (Triticum aestivum) , Kentang ( Solanum

tuberosum).

TANAMAN C4

Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering. Pada

tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman C4) yang

tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2.

Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel

yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2

yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel “bundle sheath”

(sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan

dengan RuBP terjadi. Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle
12

sheath ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP,

sehingga fotorespirasi sangat kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya

ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di

bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi. , laju assimilasi tanaman C4 hanya

bertambah sedikit dengan meningkatnyaCO2. Sehingga, dengan meningkatnya

CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung dari tanaman C4 dalam hal

pemanfaatan CO2 yang berlebihan. Contoh tanaman C4 adalah jagung, sorgum

dan tebu (Prasetyo,2008).

Berbeda dengan tanaman C3 Tanaman C4 Seperti jagung (Oryza sativa),

dan tebu (Saccharum officinarum) melakukan fotosintesis melalui siklus C4 .

Tanaman C4 berbeda dari tanaman C3 dalam beberapa hal termasuk dari

merespon cahaya dan suhu. Shu optimum untuk fotosintesis dan tumbuh dalam

tanaman C4 biasanya lebih tinggi dari tanaman C3. Ilmuan menyatakan bahwa

tanman C4 dapat tumbuh dengan baik pada suhu lebih dari 22°C.. Tanaman C4

biasanya lebh toleran terhadap suhu panas teteapi sensitive terhadap suhu dingin

(Chinthapali.et.all, 2002).

Gambar tanaman C4 :

TANAMAN CAM

Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering.

Crassulacean acid metabolism (CAM), tanaman ini mengambil CO2 pada malam
13

hari, dan mengunakannya untuk fotosistensis pada siang harinya. Meski tidak

menguarkan oksigen dimalam hari, namun dengan memakan CO2 yang beredar,

tanaman ini sudah membantu kita semua menghirup udara bersih, lebih sehat,

menyejukkan dan menyegarkan bumi, tempat tinggal dan ruangan. Jadi, cocok

buat taruh di ruang tidur misalnya. Sayang, hanya sekitar 5% tanaman jenis ini.

Tumbuhan CAM yang dapat mudah ditemukan adalah nanas, kaktus, dan bunga

lili.

Tanaman CAM , pada kelompok ini penambatan CO2 seperti pada

tanaman C4, tetapi dilakukan pada malam hari dan dibentuk senyawa dengan

gugus 4-C. Pada hari berikutnya ( siang hari ) pada saat stomata dalam keadaan

tertutup terjadi dekarboksilase senyawa C4 tersebut dan penambatan kembali CO2

melalui kegiatan Rudp karboksilase. Jadi tanamanCAMmempunyai beberapa

persamaan dengan kelompok C4 yaitu dengan adanya dua tingkat sistem

penambatan CO2(Sitompul, 2005).

Selama malam hari, ketika stomata tumbuhan itu terbuka, tumbuhan ii

mengambil CO2 dan memasukkannya kedalam berbagai asam organic. Cara

fiksasi karbon ini disebut metabolisme asam krasulase, atau crassulacean acid

metabolism (CAM). Dinamakan demikian karena metabolisme ini pertama kali

diteliti pada tumbuhan dari famili crassulaceae. Termasuk golongan CAM adalah

Crassulaceae, Cactaceae, Bromeliaceae, Liliaceae, Agaveceae, Ananas comosus,

dan Oncidium lanceanum(Salisbury,2000).

Jalur CAM serupa dengan jalur C4 dalam hal karbon dioksida terlebih

dahulu dimasukkan kedalam senyawa organic intermediet sebelum karbon

dioksida ini memasuki siklus Calvin. Perbedaannya ialah bahwa pada tumbuhan
14

C4, kedua langkah ini terjadi pada ruang yang terpisah. Langkah ini terpisahkan

pada dua jenis sel. Pada tumbuhan CAM, kedua langkah dipisahkan untuk

sementara. Fiksasi karbon terjadi pada malam hari, dan siklus calvin berlangsung

selama siang hari (Sitompul, 2005).

Gambar Tanaman CAM:

Perbedaan Tanaman C3, C4 dan CAM


C3 C4 CAM

lebih adaptif pada kondisi adaptif di daerah panas adaptif di daerah panas
kandungan CO2 atmosfer dan kering dan kering
tinggi
enzim yang menyatukan CO2 diikat oleh PEP Pada malam hari asam
CO2 dengan RuBP, juga yang tidak dapat malat tinggi, pada siang
dapat mengikat O2 pada mengikat O2 sehingga hari malat rendah
saat yang bersamaan tidak terjadi kompetisi
untuk proses fotorespirasi antara CO2 dan O2
karbon dioxida masuk ke tidak mengikat karbon tidak mengikat karbon
siklus calvin secara dioksida secara langsung dioksida secara langsung
langsung.
Disebut tumbuhan C3 Sel seludang pembuluh Umumnya tumbuhan
karena senyawa awal berkembang dengan baik yang beradaptasi pada
yang terbentuk berkarbon dan banyak mengandung keadaan kering seperti
3 (fosfogliserat) kloroplas kaktus, anggrek dan
nenas
Sebagian besar tumbuhan Fotosintesis terjadi di Reduksi karbon melalui
15

tinggi masuk ke dalam dalam sel mesofil dan sel lintasan C4 dan C3 dalam
kelompok tumbuhan C3 seludang pembuluh sel mesofil tetapi
waktunya berbeda
Apabila stomata menutup Pengikatan CO2 di udara Pada malam hari terjadi
akibat stress terjadi melalui lintasan C4 di sel lintasan C4 pada siang
peningkatan fotorespirasi mesofil dan reduksi hari terjadi suklus C3
pengikatan O2 oleh karbon melalui siklus
enzim Rubisco Calvin (siklus C3) di
dalam sel seludang
pembuluh
Produk awal reduksi CO2 Produk awal reduksi CO2 Memiliki daun yang
(fiksasi CO2) adalah (fiksasi CO2) adalah cukup tebal sehingga laju
asam 3-fosfogliserat atau asam oksaloasetat, malat, transpirasinya rendah
PGA dan aspartat ( hasilnya
berupa asam-asam yang
berkarbon C4)
16

Perbedaan Stomata dan Jaringan Tumbuhan

Stomata berasal dari bahasa yunani: stoma (jamak: stomata) yang

merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel epidermis yang

khusus, yakni sel penjaga. Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan

yang berhubungan dengan udara terutama di daun, batang dan rizoma. Stomata

umumnya terdapat pada permukaan bawah daun, tetapi ada beberapa spesies

tumbuhan dengan stomata pada permukaan atas dan bawah daun. Bentuk atau tipe

stomata dibedakan atas 4 yaitu anomositik, anisositik, parasitik, dan diasitik

(Rompas, 2011).

Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan

organ reproduksi. Organorgan tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan,

seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan

jaringan pengangkut (Woelaningsih, 2001 dan Hidayat, 1990).

Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi permukaan

daun, bunga, buah, biji, batang dan akar (Metcalfeet al., 1950). Jaringan epidermis

berfungsi melindungi jaringan dari lingkungan luar, berperan dalam pengaturan

pertukaran gas pada daun dan bagian permukaan luarnya dilapisi oleh kutikula

(Nurul, 2013). Sel epidermis berbentuk tubular dengan susunan rapat tanpa ruang

interseluler. Permukaan daun yang menghadap ke atas dikenal dengan epidermis

atas (sisi adaksial) dan permukaan yang lain dikenal dengan epidermis bawah (sisi

abaksial) (Nurul, 2013). Menurut Kartasapoetra (1988) berdasarkan fungsinya,

epidermis dapat berkembang dan mengalami modifikasi seperti stomata dan

trikoma.
17

Stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daun berupa sepasang

sel penjaga yang bisa menimbulkan celah sehingga uap air dan gas dapat

dipertukarkan antara bagian dalam dari stomata dengan lingkungan. Stomata

biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara

terutama di daun, batang dan rizoma (Fahn, 1991). Stomata umumnya terdapat

pada bagian bawah daun, tetapi ada beberapa jenis tumbuhan, stomata dapat

dijumpai pada permukaan atas dan bawah daun. Ada pula tumbuhan yang hanya

mempunyai stomata pada permukaan atas daun, yaitu pada bunga lili air. Bentuk

atau tipe stomata dibedakan atas empat yaitu anomositik, anisositik, parasitik dan

diasitik (Lakitan, 1993). Menurut fungsi, bentuk, ukuran dan susunan sel-sel

epidermis tidaklah sama atau berbeda pada berbagai jenis tumbuhan, demikian

juga dengan bentuk atau tipe stomata (Fahn, 1991).

Stomata berperan penting bagi kehidupan tumbuhan, karena pori stomata

merupakan tempat terjadinya pertukaran gas dan air antara atmosfer dengan

sistem ruang antar sel yang berada pada jaringan mesofil di bawah epidermis

(Mulyani, 2006). Stomata berperan penting dalam proses fotosintesis, karena

proses terjadinya fotosintesis pada tumbuhan berada di stomata. Keadaan stomata

pada tumbuhan dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor-faktor internal meliputi ukuran daun, tebal tipisnya daun, ada

tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada

permukaan daun dan lain-lain. Sedangkan faktor-faktor eksternal seperti suhu,

intensitas cahaya, kelembapan udara, kandungan air dan lain-lain (Dwidjoseputro,

1978).
18

JARINGAN TUMBUHAN

Tubuh tumbuhan terdiri atas banyak sel, sel-sel itu pada tempat tertentu

membentuk jaringan. Jaringan adalah sekelompok sel yg mempunyai struktur &

fungsi sama & terikat oleh bahan antar sel membentuk suatu kesatuan. Sedangkan

sekelompok jaringan yang bekerja bersama melaksanakan fungsi tertentu disebut

dengan organ.

Macam Jaringan Tumbuhan


a. Jaringan meristem adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional,
artinya mampu terus menerus membelah diri untuk menambah biasanya
sel muda yg belum mengalami diferensiasijumlah sel tubuh. & spesialisasi.
Mempunyai ciri:
-Berdingding tipis
- Banyak mengandung Protoplasma
- Vakuola kecil
- Inti besar
- Plastida belum matang
Berdasarkan letaknya dalam tumbuhan, ada 3 macam meristem:
- Meristem apikal (ujung): terdapat di ujung batang & ujung akar;
- Meristem interkalar (antara): terdapat di antara jaringan dewasa (misal: pada
pangkal ruas rumput);
- Meristem lateral (samping): terdapat pada kambium pembuluh & kambium
gabus.
19

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2018.Mekanisme Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman
Campbell, Neil A.; Jane B. Reece and Lawrence G.Mitchell. 2000. Biology.
Addison-Wesley, Inc. California
Edwards,Gerry and David Walker. 2003. C3, C4 : Mechanisms and cellular and
environmental regulation, of photosynthesis. Blackwell Sci. Publ.
Melbourne.
Gardner.Franklin.2001.Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta
Prasetyo.2008. Tanaman Budidaya dan Macamnya. UGM Press. Yogyakarta
Raven,Peter H.; Ray F.Evert and Susan E. Eichhorn. Biology of Plants. 3rd Ed.
Worth Publisher. USA
Salisbury,Frank B. and Cleon W.Ross. 1985. Plant Physiology. Wadsworth
Publ.Comp. Inc. USA
Salisbury,Frank B. 2000. Photosynthesis 6™ edition. Cambridge University Press.
London
Sitompul, SM. 2005. Fisiologi Tanaman Tropis. Universitas Mataram Lombok.
Taiz, Lincoln and Eduardo Zeiger. 2000. Plant Physiology. The Benjamin/
Cummings Publ.Comp.Inc. California

Anda mungkin juga menyukai