Anda di halaman 1dari 27

PERUBAHAN FISIOLOGI, FOTOSINTESIS, DAN STRUKTUR

ANATOMI DAUN TANAMAN C3 DAN C4 AKIBAT CEKAMAN


KEKERINGAN

SRI BANON

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
ABSTRAK
SRI BANON. Perubahan Fisiologi Fotosintesis dan Struktur Anatomi Daun Tanaman C3 dan C4
Akibat Cekaman Kekeringan. Dibimbing oleh HAMIM dan DORLY.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan fisiologi, fotosintesis, dan struktur
anatomi daun tanaman C3 dan C4 akibat cekaman kekeringan. Tanaman padi (C3), Echinochloa
(E. crusgalli) dan alang-alang (Imperata cylindrica) (C4), ditumbuhkan dalam polybag dan
disiram secara teratur hingga mencapai umur enam minggu, kemudian diberi perlakuan cekaman
kekeringan selama enam hari dan disiram kembali untuk dilihat respon penyembuhannya. Selama
cekaman kekeringan, tanaman diamati karakter fisiologi, fotosintesis, dan struktur anatomi daun.
Pengamatan struktur anatomi daun dilakukan menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop
transmisi elektron (TEM). Perlakuan cekaman kekeringan selama enam hari, nyata menurunkan
status air media dan daun ketiga tanaman, tinggi tanaman, dan jumlah daun tanaman alang-alang
dan padi, tetapi tidak menurunkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan anakan tanaman Echinochloa.
Cekaman kekeringan nyata menurunkan kadar air relatif daun tanaman dan nilai parameter
fotosintesis yang didasarkan pada nilai qP pada tanaman Echinochloa dan padi, namun tidak pada
alang-alang. Walaupun demikian cekaman kekeringan selama enam hari menyebabkan penurunan
nilai Fv/Fm ketiga tanaman. Cekaman kekeringan tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap struktur umum anatomi daun ketiga tanaman, tetapi berdasarkan pengamatan dengan
TEM cekaman kekeringan meningkatkan secara nyata jumlah kloroplas sel seludang pembuluh
tanaman Echnochloa, dan meningkatkan secara tajam jumlah pati pada sel mesofil tanaman padi
serta sel mesofil dan sel seludang pembuluh tanaman Echinochloa.

Kata kunci: kekeringan, anatomi daun, dan fotosintesis

ABSTRACT

SRI BANON. Changes of Physiology, Photosynthesis, and Leaf Anatomy Structure of C3 and C4
Plants in Response to Drought Stress. Supervised by HAMIM and DORLY.
Present research aimed to find out changes of physiology, photosynthesis, and leaf
anatomy of C3 and C4 plants in response to drought stress. Rice (C3 plant), Echinochloa (E.
crusgalli) and alang-alang (Imperata cylindrica) (C4 plants) were grown in polybag and regularly
watered untill six weeks, then they were treated by drought for six days. The plants were watered
again after drought to find out the capacity of recovery. During drought stress, the plants were
analysed their physiological characters, photosynthesis, and leaf anatomy structure. Leaf anatomy
structure was observed using light microscope and transmission electron microscope (TEM). The
six days drought significantly decreased water status of the media and plant leaves, plant height,
and number of leaves of alang-alang and rice, but it did not decrease plant height, number of
leaves, and tillers of Echinochloa. The drought stress significantly decrease relative water contain
and photosynthesis parameter value based on the decreased qP value of Echinochloa and rice, but
not in alang-alang. Meanwhile, drought stress caused slightly reduction of Fv/Fm of all the plants.
The drought stress did not affect significant anatomical structure of the leaves of the three plants.
However based on the observation of TEM the drought stress significantly increased the number
of chloroplast in bundle sheet cell of Echinochloa and increased the starch in mesofil cell of rice
and in mesofil cell as well as bundle sheet cell of Echinochloa.

Keyword: drought, leaf anatomy, and photosynthesis


PERUBAHAN FISIOLOGI, FOTOSINTESIS, DAN STRUKTUR
ANATOMI DAUN TANAMAN C3 DAN C4 AKIBAT CEKAMAN
KEKERINGAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains


pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Oleh:
Sri Banon
G34104003

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOG
BOGOR
2009
Judul Skripsi : Perubahan Fisiologi, Fotosintesis, dan Struktur Anatomi Daun
Tanaman C3 dan C4 Akibat Cekaman Kekeringan
Nama : Sri Banon
NIM : G34104003

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Hamim, M.Si. Dr. Ir. Dorly, M.Si


NIP 19650322 199002 1001 NIP 19640416 199103 2002

Mengetahui :

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA


NIP 19610328 198601 1002

Tanggal Lulus:
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberi rahmat dan kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian dan
penulisan karya ilmiah ini. Judul penelitian ini ialah Perubahan Fisiologi, Fotosintesis, dan
Struktur Anatomi Daun Tanaman C3 dan C4 Akibat Cekaman Kekeringan.
Pertama-tama penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua atas
segala dukungan, perhatian, doa, dan kasih sayangnya selama ini. Ucapan terima kasih yang
mendalam penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Hamim, M.Si sebagai pembimbing pertama dan Dr.
Ir. Dorly, M.Si sebagai pembimbing kedua atas bimbingan, ilmu pengetahuan, saran, dan masukan
yang telah diberikan kepada penulis selama ini, sehingga bisa menyelesaikan penelitian dan
penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga kepada ibu Dr. Nisa Rachmania Mubarik, M.Si
selaku penguji atas semua saran dan masukannya kepada penulis. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada adik tercinta Dede Resti, Ade Triana, dan Ujang atas doa, dukungan,
dan bantuannya selama ini. Terima kasih juga kepada Laila, Nurul, Kusnandar, Zita, Arif
Pambudi, Mbak Yati, Pak Rifa’i, Pak Nunu, Pak Milin, dan keluarga Bioniq atas semua bantuan,
doa, dan dukungannya selama ini. Tak lupa pula kepada rekan-rekan Biologi 41, kalian semua
adalah yang terbaik bagiku.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2009

Sri Banon
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi Jawa Barat pada tanggal 2 Oktober 1985 dari ayahanda
Endang dan ibunda Tuti. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Tahun 2004
penulis lulus dari SMU Negeri 1 Jampangkulon dan lolos seleksi masuk IPB melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota divisi Bioworld Himpunan
Mahasiswa Biologi (Bioworld Himabio) pada tahun 2004-2005, bendahara divisi Bioworld pada
tahun 2006-2007, dan beberapa kepanitiaan acara-acara yang diselenggarakan oleh Himabio.
Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar tahun 2006-
2009, asisten praktikum mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Berpembuluh tahun 2006/2007,
asisten praktikum mata kuliah Biologi Alga dan Lumut tahun 2007/2008, asisten praktikum mata
kuliah Fisiologi Tumbuhan Dasar tahun 2007/2008, asisten praktikum mata kuliah Sistematika
Tumbuhan Berpembuluh tahun 2008/2009, asisten praktikum mata kuliah Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman tahun 2008/2009, dan asisten praktikum mata kulian Mikroteknik tahun
2008/2009. Penulis melakukan Praktik Lapang di Rumah Sakit Islam Assyifa, Sukabumi dari
bulan Juli sampai dengan Agustus 2007 dengan judul Uji Serologi dan Pemeriksaan Hematologi
Darah Pasien Terinfeksi Virus Dengue di RSI Assyifa Sukabumi.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................................ 1
Tujuan ........................................................................................................................ 1

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat ...................................................................................................... 1
Bahan dan Alat ........................................................................................................... 2
Rancangan Penelitian .................................................................................................. 2
Metode Penelitian
Persiapan Media Tanam ................................................................................... 2
Pembibitan Tanaman ........................................................................................ 2
Penanaman dan Pemeliharaan ........................................................................... 2
Penyiraman dan Perlakuan Cekaman Kekeringan .............................................. 2
Pengamatan ...................................................................................................... 2
Pengamatan Laju Pertumbuhan Tanaman .......................................................... 2
Pengukuran Status Air ...................................................................................... 2
Pengukuran Parameter Fotosintesis ................................................................... 3
Pengamatan Anatomi Daun .............................................................................. 3

HASIL
Kadar Air Media/Status Air Media .............................................................................. 3
Laju Pertumbuhan ....................................................................................................... 4
Kadar Air Relatif ........................................................................................................ 4
Parameter Fotosintesis................................................................................................. 5
Anatomi Daun
Pengamatan Sediaan Mikroskopis dengan Mikroskop Cahaya ........................... 6
Pengamatan Sediaan Mikroskopis dengan Mikroskop Elektron Transmisi
(TEM) .............................................................................................................. 6

PEMBAHASAN
Respon Pertumbuhan dan Fisiologi Tanaman C3 dan C4 terhadap Perlakuan
Cekaman Kekeringan .................................................................................................. 9
Pengaruh Perlakuan Cekaman Kekeringan terhadap Daun Tanaman C3 dan C4 ........... 10

SIMPULAN .......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 11

LAMPIRAN .......................................................................................................................... 14
DAFTAR TABEL
Halaman

1 Tinggi tanaman, jumlah daun, dan anakan tanaman Echinochloa, alang-alang, dan
padi yang mendapat perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol ....................................... 4

2 Tebal daun daerah tulang utama, daerah sel buliform, dan daerah anak tulang daun
tanaman Echinochloa, alang-alang, dan padi yang mendapat perlakuan cekaman
kekeringan dan kontrol ..................................................................................................... 7

3 Diameter xilem tulang daun utama dan anak tulang daun tanaman Echinochloa,
alang-alang, dan padi yang mendapat perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol ............. 7

4 Jumlah dan tinggi sel buliform tanaman Echinochloa, alang-alang, padi yang
mendapat perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol ....................................................... 7

5 Jumlah kloroplas sel mesofil tanaman Echinochloa dan padi serta jumlah kloroplas
sel seludang pembuluh tanaman Echinochloa dan padi yang mendapat perlakuan
cekaman kekeringan (1) dan kontrol (0) ............................................................................ 7

6 Jumlah pati sel mesofil tanaman Echinochloa dan padi serta jumlah pati sel seludang
pembuluh tanaman Echinochloa dan padi yang mendapat perlakuan cekaman
kekeringan (1) dan kontrol (0) .......................................................................................... 8

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Nilai KAM tanaman Echinochloa, alang-alang, dan padi yang mendapat ................................. 3
perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol (recovery dilakukan pada hari ke-9) ................ 4

2 Nilai KAR tanaman Echinochloa, alang-alang, danpadi yang mendapat ................................... 3


perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol (recovery dilakukan pada hari ke-9) ................ 5

3 Nilai maksimum efisiensi fotosintesis (Fv/Fm) tanaman Echinochloa, alang-alang, .................. 3


dan padi yang mendapat perlakuan cekaman kekeringan dan (recovery dilakukan pada ........... 6
hari ke-9) ......................................................................................................................... 5

4 Nilai laju reaksi fotokimia (qP) tanaman Echinochloa, alang-alang, dan padi
yang mendapat perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol (recovery dilakukan pada
hari ke-9) ......................................................................................................................... 5

5 Struktur kloroplas tanaman Echinochloa hasil mikroskop transmisi elektro dengan


perbesaran 3000x ............................................................................................................. 8

6 Struktur kloroplas tanaman padi hasil mikroskop transmisi elektron dengan


perbesaran 3000x ............................................................................................................. 8
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Pengukuran kadar air media (KAM) .................................................................................. 14
2 Pengukuran kadar air relatif (KAR) ................................................................................... 14
3 Komposisi larutan FAA..................................................................................................... 14
4 Komposisi larutan Johansen .............................................................................................. 14
5 Komposisi larutan Gifford ................................................................................................. 14
6 Struktur anatomi daun tanaman Echinochloa, alang-alang, dan padi yang mendapat
Perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol ....................................................................... 15
PENDAHULUAN penurunan laju pertumbuhan dan produksi
(Tezara et al. 2002). Sebagai akibat jangka
Latar Belakang panjang dari kekeringan, proses-proses
Tumbuhan secara umum diklasifikasikan fisiologi yang turut serta sebagai respon
ke dalam tiga kelompok utama berdasarkan lingkungan muncul, yaitu komponen
tipe fotosintesisnya, yaitu tumbuhan C3, C4, morfologi akhir seperti pelayuan dan
dan CAM. Sekitar 90% spesies tanaman pengurangan pertumbuhan tajuk. Pengurangan
terestrial seperti padi (Oryza sativa), gandum pertumbuhan vegetatif disebabkan oleh
(Triticum aestivum), kacang kedelai (Glycine menurunnya fotosintesis dan tingkat
max), dan kentang (Solanum tuberosum) pertumbuhan yang pada umumnya
termasuk ke dalam jenis tumbuhan C3 dan berhubungan dengan penurunan hasil panen,
dapat mengasimilasi CO2 secara langsung bergantung dengan porsi bahan yang dipanen
melalui jalur fotosintesis C3 (Miyao 2002). dari tanaman seperti struktur vegetatif atau
Jalur ini dikenal dengan siklus C3 karena buah atau biji (Berkowitz 1998).
senyawa stabil yang terbentuk pertama kali Sebagai akibat cekaman kekeringan pada
dalam pengikatan CO2 merupakan senyawa tumbuhan C3, stomata akan menutup
berkarbon 3, yaitu senyawa 3-fosfogliserat sehingga fotosintesis neto akan menurun
(PGA) atau dikenal dengan siklus Calvin dengan cepat dan fotorespirasi akan
(Taiz & Zeiger1991). Tumbuhan C3 dapat meningkat (Morison & Lawlor 1999, Hamim
hidup dengan baik pada suhu rendah, yaitu 2003, Hamim 2004). Akan tetapi, tumbuhan
pada suhu kurang dari 22 oC (Winslow 2002). C4 relatif lebih tahan dengan kondisi cekaman
Berbeda dengan tumbuhan C3, tumbuhan kekeringan daripada C3. Dalam keadaan
C4 seperti jagung (Zea mays) dan tebu cekaman kekeringan, tumbuhan C3 umumnya
(Saccharum officinarum) melakukan memiliki kadar air relatif daun yang lebih
fotosintesis melalui siklus C4 (Taiz & Zeiger rendah daripada tumbuhan C4. Hal ini
1991). Tanaman C4 berbeda dari tanaman C3 mungkin terkait dengan karakteristik
dalam beberapa hal termasuk dalam merespon tumbuhan C4 yang cukup efisien dalam
terhadap cahaya dan suhu (Chinthapalli et al. pemanfaatan air (Hamim 2005).
2002). Suhu optimum untuk fotosintesis dan Efek kekeringan terhadap tanaman
tumbuh pada tanaman C4 biasanya lebih bergantung pada genetik tanaman dan tingkat
tinggi daripada tanaman C3 (Berry & kepekaan yang dimiliki oleh tanaman untuk
Bjorkman 1980). Winslow (2002) merespon kekeringan tersebut. Perbedaan
menyatakan bahwa tumbuhan C4 dapat hidup morfologi, anatomi, dan metabolisme
dengan baik pada suhu lebih dari 22 oC. memungkinkan tanaman memiliki respon
Tanaman C4 secara umum lebih toleran yang berbeda dalam menghadapi stres
terhadap suhu panas, tetapi sensitif terhadap kekeringan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
suhu dingin (Du et al. 1999a). penelitian tentang perubahan fisiologi dan
Selain itu tumbuhan C3 dan C4 anatomi tanaman C3 dan C4 dalam merespon
menunjukkan struktur anatomi yang berbeda cekaman kekeringan.
(Hidayat 1995). Tumbuhan C4 memiliki
anatomi yang terspesialisasi yang diperlukan Tujuan
untuk memetabolisme CO2 dan secara efektif Penelitian ini bertujuan mengetahui
dapat mengeliminasi fotorespirasi (laju perubahan fisiologi, fotosintesis, dan struktur
fotorespirasi nol) serta dapat meningkatkan anatomi daun tanaman C3 dan C4 dalam
kapasitas asimilasi CO2. Anatomi menghadapi cekaman kekeringan.
terspesialisasi ini dikarakterisasi dengan
jaringan pengangkut yang berkembang baik
dengan sel-sel bundle sheet yang mengandung BAHAN DAN METODE
sejumlah besar organel yang dikenal dengan
Kranz anatomy (Brown & Hattersley 1989). Waktu dan Tempat
Sehingga tumbuhan C4 memiliki mekanisme Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
pemekatan konsentrasi CO2 di sel seludang Juli 2008 sampai dengan Maret 2009 di
pembuluh (Taiz & Zeiger1991). Rumah Kaca Cikabayan, Laboratorium
Kekeringan merupakan salah satu faktor Fisiologi Tumbuhan, dan Laboratorium
lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap Mikroteknik, Departemen Biologi, FMIPA
penurunan produksi tanaman pangan. Akibat IPB.
cekaman kekeringan, tumbuhan mengalami
penurunan fotosintesis yang berakibat pada
2

Bahan dan Alat yang terdiri atas 4-6 ruas buku dan langsung
Bahan yang digunakan adalah tanaman ditempatkan ke dalam polybag.
padi (Oryza sativa) untuk tumbuhan C3,
alang-alang (Imperata cylindrica), dan Penanaman dan Pemeliharaan
Echinochloa crusgallii untuk tumbuhan C4, Setelah kecambah berumur lebih kurang
arang sekam, tanah, kompos, pupuk NPK 2 minggu, semai dipindahkan ke dalam
(16:16:16), larutan FAA, alkohol 95%, larutan polybag. Kemudian ditempatkan di Rumah
seri Johansen I-VII, parafin, larutan Gifford, Kaca. Polybag ditanami dengan empat
albumin-gliserin, xilol, alkohol absolut, tanaman. Seminggu kemudian, dilakukan
pewarna safranin dan fastgreen, dan media penjarangan sehingga tanaman tersisa menjadi
entellan. dua tanaman pada setiap polybag. Pupuk NPK
Alat yang digunakan di antaranya diberikan sebanyak dua kali yaitu pada saat
nampan, polybag ukuran 6 kg, Photosynthesis awal penanaman dan minggu ketiga setelah
Chlorophyll Fluorescenece Analyser (Qubit tanam dengan dosis 50 g per polybag.
System), alumunium foil, oven, cork borer, Penyiangan dilakukan secara periodik apabila
mikrotom putar, dan mikroskop cahaya. ada gulma yang tumbuh.

Rancangan Penelitian Penyiraman dan Perlakuan Cekaman


Penelitian disusun dalam Rancangan Kekeringan
Acak Lengkap (RAL) dua faktor. Faktor 1 Semua tanaman disiram setiap hari
yaitu perlakuan dengan 2 taraf, yaitu cekaman sampai umur tanaman 6 minggu setelah
kekeringan dan tanpa cekaman kekeringan tanam. Ketiga jenis tanaman mendapatkan dua
(kontrol). Faktor 2 yaitu jenis tanaman dengan perlakuan, yaitu perlakuan kekeringan dan
3 taraf, yaitu tanaman Ecinochloa, alang- tanpa kekeringan (kontrol). Tanaman kontrol
alang, dan padi. Masing-masing faktor terdiri disiram setiap hari. Perlakuan cekaman
atas lima ulangan. Analisis data secara kekeringan diberikan setelah tanaman
statistik dilakukan menggunakan analisis berumur 6 minggu dengan cara tidak disiram
Independent T-test. selama 6 hari. Kemudian disiram kembali
untuk melihat kemampuan recovery tanaman.
Metode Penelitian
Persiapan Media Tanam Pengamatan
Media tanam yang digunakan adalah Pengamatan tanaman dilakukan terhadap
tanah seberat 5 kg dan kompos 1.5 g. Tanah laju pertumbuhan tanaman, kadar air pada
yang digunakan ialah tanah yang diambil dari daun, parameter fotosintesis, status air media,
Kebun Percobaan Cikabayan, Bogor. Tanah dan anatomi daun.
dikeringkan dan dicampur dengan kompos.
Setelah dicampur, dilakukan pengukuran Pengamatan Laju Pertumbuhan Tanaman
kadar air media pada kondisi kapasitas lapang Pengamatan laju tumbuh tanaman terdiri
untuk menentukan jumlah air yang harus atas tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah
ditambahkan pada media. Selanjutnya anakan. Pengamatan laju pertumbuhan ini
dipindahkan pada polibag kemudian dilakukan setiap minggu, sejak awal
diletakkan di Rumah Kaca. penanaman sampai dengan akhir periode
cekaman kekeringan. Tinggi tanaman diukur
Pembibitan Tanaman mulai dari permukaan tanah sampai daun
Penelitian ini menggunakan tiga jenis terpanjang.
tanaman yaitu Echinochloa, alang-alang, dan
padi. Benih tanaman padi dikecambahkan Pengukuran Status Air
pada media arang sekam, sedangkan benih Pengamatan status air terdiri atas status
Echinochloa dikecambahkan pada media air media atau kadar air media (KAM) dan
tanah. Sebelum dikecambahkan, benih kadar air relatif (KAR) daun. Pengukuran
tanaman Echinochloa terlebih dahulu kadar air media (KAM) dilakukan dengan
direndam di dalam air selama 36 jam, cara mengambil tiga bagian (atas, tengah, dan
dikeringanginkan selama 24 jam kemudian bawah) media tanam, masing-masing
dipilih tanaman yang berkecambah, sebanyak 50 g (bobot basah). Ketiga bagian
selanjutnya disebar pada media media tanam tersebut dikeringkan di dalam
perkecambahan. Bibit tanaman alang-alang oven dengan suhu 80 oC selama 3 hari.
yang digunakan ialah potongan dari stolon Setelah dioven, ditimbang bobot keringnya
dan dihitung status air medianya (Lampiran dilanjutkan dengan proses infiltrasi parafin.
1). Blok parafin direndam dalam larutan Gifford
Pengukuran kadar air relatif dilakukan (Lampiran 5) selama ± 8 minggu. Selanjutnya
dengan mengambil 10 potongan melingkar sampel dipotong menggunakan mikrotom
dari daun yang telah berkembang penuh (daun putar dengan ketebalan 10 µm. Kemudian,
ke-3 dari atas) dengan diameter 1 cm. dilakukan pewarnaan rangkap yaitu safranin
Potongan-potongan daun tersebut, ditimbang 2% dan fastgreen 0.5%. Preparat yang telah
bobot segarnya kemudian direndam di dalam diwarnai diamati di bawah mikroskop.
air pada suhu ruang selama 24 jam. Setelah 24 Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan
jam, potongan daun tersebut ditimbang bobot dengan Mikroskop Elektron Transmisi
jenuhnya dan dipanaskan di dalam oven pada (TEM). Sampel daun Echinochloa dan padi
suhu 80 oC selama 3x24 jam. Selanjutnya berumur 7 minggu, dipotong dengan ukuran
ditimbang bobot keringnya dan dihitung kadar 1x1 mm, dicuci menggunakan larutan bufer
air relatifnya (Lampiran 2) (Prochazkova sodium cacodilat 0.1 M pH 7.4 sebanyak tiga
2001). kali. Selanjutnya sampel direndam di dalam
larutan glutaraldehida 2.5% dalam bufer, suhu
Pengukuran Parameter Fotosintesis 4 oC selama 24 jam. Fiksasi dilakukan
Parameter fotosintesis diukur menggunakan larutan osmium tetroksida 2%
menggunakan Photosynthesis Chlorophyll dan K3Fe (CN)6 dalam bufer, suhu 4 oC,
Fluorescens Analyser (Qubit systems). selama 2 jam. Sampel didehidrasi di dalam
Pengukuran dilakukan untuk menghitung seri alkohol bertingkat dan diinfiltrasi dengan
maksimum efisiensi fotosintesis (Fv/Fm) dan propilen oksida dan ditanam dalam Spurr’
laju reaksi fotokimia ( Photochemical resin. Sampel disayat dengan ultra mikrotom
Quenching ”qP”) (Genty et al. 1989). Laju setebal 70 nm dan diwarnai dengan uranil
fotosintesis diukur secara langsung pada hari asetat 2% di dalam etanol 50% (Bozzola &
ke-3 dan ke-6 HSP (hari setelah perlakuan) Russell 1998). Kemudian, sampel diamati
serta 3 hari setelah recovery. menggunakan mikroskop elektron tipe JEM
1010 pada 80 kV.
Pengamatan Anatomi Daun
Pengamatan antomi daun dilakukan
dengan dua cara yaitu pengamatan HASIL
menggunakan mikroskop elektron transmisi
(TEM) dan pengamatan menggunakan metode Kadar Air Media/ Status Air Media
parafin. Pengamatan menggunakan mikroskop Perlakuan cekaman kekeringan
elektron transmisi bertujuan mengamati berpengaruh nyata terhadap nilai KAM ketiga
jumlah kloroplas, jumlah pati, dan bentuk tanaman (Echinochloa, alang-alang, dan padi)
kloroplas. Sedangkan pengamatan anatomi (Gambar 1). Pada tanaman Echinochloa dan
daun menggunakan metode parafin (Johansen padi, nilai KAM mulai turun pada hari ke-6
1940) bertujuan mengamati tebal daun pada perlakuan cekaman kekeringan. Sedangkan
daerah tulang daun utama, tebal daun pada pada tanaman alang-alang, nilai KAM turun
daerah sel buliform, tebal daun pada daerah mulai hari ke-3 sampai hari ke-6 perlakuan
anak tulang daun, diameter xilem pada daerah cekaman kekeringan. Nilai KAM ketiga
tulang utama, diameter xilem pada daerah tanaman naik kembali pada hari ke-9 setelah
anak tulang daun, jumlah dan tinggi sel dilakukan rewatering. Nilai rata-rata KAM
buliform. ketiga tanaman pada hari ke-6 perlakuan
Preparasi Sediaan Mikroskopis Untuk cekaman kekeringan, yaitu 14.36%. Nilai
Pengamatan dengan Mikroskop Cahaya. KAM tertinggi setelah 6 hari perlakuan
Daun ketiga tanaman (Echinochloa, alang- cekaman kekeringan, yaitu terdapat pada
alang, dan padi) berumur 7 minggu dipotong tanaman Echinochloa yaitu 15.55% dan KAM
dengan ukuran 1 x 0.5 cm, kemudian difiksasi terendah terdapat pada tanaman padi sebesar
dalam larutan FAA (Lampiran 3) selama 24 13.4%.
jam. Proses dehidrasi dan penjernihan
dilakukan dengan merendam sampel di dalam
larutan seri Johansen I-VII (Lampiran 4),
4

Kontrol
Echinochloa Alang-alang Padi Stres
50 50 50

Nilai KAM (%)


40 40 40

30 30 30

20 20 20

10 10 10

0 0 0
3 6 9 3 6 9 3 6 9
Hari Perlakuan

Gambar 1 Nilai KAM tanaman Echinochloa, alang-alang, dan padi yang mendapat perlakuan
cekaman kekeringan dan kontrol (recovery dilakukan pada hari ke-9).

Laju Pertumbuhan Echinochloa (Tabel 1) namun berpengaruh


Secara umum pertumbuhan ketiga nyata terhadap tinggi dan jumlah daun
tanaman (Echinochloa, alang-alang, dan padi) tanaman alang-alang dan padi (Tabel 1).
baik tinggi tanaman, jumlah daun maupun Semua spesies tidak menunjukkan penurunan
anakan bertambah dari minggu ke minggu jumlah anakan akibat stres (Tabel 1). Keadaan
hingga diberi perlakuan cekaman kekeringan. tanaman yang mendapatkan cekaman
Akan tetapi, pertumbuhan vegetatif ketiga kekeringan berbeda dengan tanaman kontrol,
tanaman berhenti dan tidak mengalami yaitu tanaman menjadi layu, warna daun
pertambahan setelah diberi perlakuan menjadi agak kekuningan, mengkerut dan
cekaman kekeringan. kering, serta warna batang menjadi kecoklatan
Perlakuan cekaman kekeringan yang dan mengering. Cekaman kekeringan selama
diberikan selama 6 hari memberikan pengaruh 6 hari menyebabkan tidak bertambahnya
yang berbeda-beda terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan anakan.
ketiga tanaman. Perlakuan cekaman Selain itu, pertambahan jumlah daun dan
kekeringan tidak berpengaruh terhadap anakan juga terhambat akibat cekaman
tinggi, jumlah daun, dan anakan tanaman kekeringan.

Tabel 1 Tinggi tanaman, jumlah daun, dan anakan tanaman Echinochloa, alang-alang, dan padi
yang mendapat perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol
Tinggi tanaman
Jumlah daun Jumlah anakan
Tanaman (cm) %P %P %P
Kontrol Stres Kontrol Stres Kontrol Stres
Echinochloa 113.70a 111.00a 2.37 11.00a 10.30a 6.36 3.60a 2.60a 27.77
Alang-alang 72.70a 60.25b 17.12 9.50a 6.00b 36.84 2.30a 1.60a 30.43
Padi 81.30a 75.00b 7.74 12.40a 10.00b 19.35 6.10a 4.40a 27.86
Ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata secara T-test pada taraf 5%
%P:%Penurunan

Kadar Air Relatif Berbeda dengan tanaman Echinochloa dan


Perlakuan cekaman kekeringan yang alang-alang, tanaman padi mengalami
diberikan selama 6 hari menyebabkan penurunan nilai KAR sejak hari ke-3
penurunan KAR daun secara nyata. Tanaman perlakuan cekaman kekeringan dan naik
Echinochloa dan alang-alang masih memiliki kembali 3 hari setelah dilakukan rewatering.
KAR yang tinggi pada 3 hari cekaman Nilai KAR tertinggi setelah 6 hari perlakuan
kekeringan. Namun KAR menurun secara cekaman kekeringan terdapat pada tanaman
nyata pada 6 hari setelah perlakuan cekaman alang-alang yaitu 76.24%, sedangkan KAR
kekeringan (Gambar 2). KAR kembali terendah terdapat pada tanaman padi yaitu
meningkat setelah tanaman disiram kembali. 54.73%.
5

Kontrol
Echinochloa Alang-alang Padi Stres
120 120 120

Nilai KAR (%)


90 90 90

60 60 60

30 30 30

0 0 0
3 6 9 3 6 9 3 6 9
Hari Perlakuan
Gambar 2 Nilai KAR tanaman Echinochloa, alang-alang, dan padi yang mendapat perlakuan
cekaman kekeringan dan kontrol (recovery dilakukan pada hari ke-9).

Parameter Fotosintesis
Pengukuran parameter fotosintesis sebesar 21.81%.
dilakukan terhadap maksimum efisiensi Perlakuan cekaman kekeringan
fotosintesis (Fv/Fm) dan laju reaksi fotokimia memberikan pengaruh yang berbeda-beda
(photochemical quenching ”qp”). terhadap nilai qP ketiga tanaman tersebut
Perlakuan cekaman kekeringan secara (Gambar 4). Pada tanaman Echinochloa dan
umum menurunkan nilai Fv/Fm tanaman padi, perlakuan cekaman kekeringan secara
Echinochloa, alang-alang, dan padi (Gambar nyata menurunkan nilai qP. Sedangkan pada
3). Ktiga tanaman tersebut, mengalami tanaman alang-alang, nilai qP dari tanaman
penurunan nilai Fv/Fm pada hari ke-6 yang mendapat perlakuan cekaman
perlakuan cekaman kekeringan. Setelah diberi kekeringan tidak berbeda nyata dengan
air kembali Fv/Fm meningkat kembali hampir tanaman kontrol. Penurunan nilai qP yang
sama dengan tanaman kontrol, kecuali pada nyata pada tanaman Echinochloa dan padi
tanaman padi. Penurunan tertinggi terdapat terjadi akibat cekaman kekeringan dan
pada tanaman padi, yaitu sebesar 48.04% dan mengalami peningkatan kembali pada hari ke-
terendah pada tanaman alang-alang, yaitu 9 setelah dilakukan rewatering.

Kontrol
Stres
Echinochloa Alang-alang Padi
0.8 0.8 0.8
Nilai Fv/Fm

0.6 0.6 0.6

0.4 0.4 0.4

0.2 0.2 0.2

0 0 0
3 6 9 3 6 9 3 6 9
Hari Perlakuan

Gambar 3 Nilai maksimum efisiensi fotosintesis (Fv/Fm) tanaman Echinochloa, alang-alang, dan
padi yang mendapat perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol (recovery dilakukan

Kontrol
Echinochloa Alang-alang Padi Stres
1.2 1.2 1.2

1 1 1
Nilai qP

0.8 0.8 0.8

0.6 0.6 0.6

0.4 0.4 0.4


3 6 9 3 6 9 3 6 9
Hari Perlakuan

pada hari ke-9).


Gambar 4 Nilai laju reaksi fotokimia (qP) tanaman Echinochloa, alang-alang, dan padi yang
mendapat perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol (recovery dilakukan pada hari
ke-9).

Anatomi Daun Echinochloa sebagai tanaman C4 dalam


Pengamatan Sediaan Mikroskopis dengan keadaan cekaman kekeringan.
Mikroskop Cahaya. Pengamatan terhadap Perlakuan cekaman kekeringan cenderung
stabilitas karakter anatomi dilakukan terhadap meningkatkan jumlah kloroplas sel mesofil
sampel daun 6 hari setelah perlakuan cekaman tanaman Echinochloa dan padi meskipun tidak
kekeringan. Hal ini dilakukan untuk berbeda secara statistik (Tabel 5). Namun,
mengetahui pengaruh perlakuan cekaman perlakuan cekaman kekeringan secara nyata
kekeringan terhadap struktur jaringan daun. meningkatkan jumlah kloroplas sel seludang
Pengukuran tebal daun dilakukan pembuluh tanaman Echinochloa (Tabel 5 dan
terhadap tiga daerah pada daun, yaitu tebal Gambar 5).
daun di daerah tulang utama, daerah sel Selain itu, perlakuan cekaman kekeringan
buliform, dan anak tulang daun. Secara umum juga berpengaruh terhadap jumlah pati dalam
perlakuan cekaman kekeringan tidak kloroplas sel mesofil tanaman Echinochloa
memberikan pengaruh yang nyata terhadap dan padi serta jumlah pati dalam kloroplas sel
tebal daun ketiga tanaman baik tebal daun di seludang pembuluh tanaman Echinochloa.
daerah tulang utama, daerah sel buliform Tanaman yang diberi perlakuan cekaman
maupun anak tulang daun (Tabel 2). kekeringan memiliki jumlah pati yang lebih
Selain ketebalan daun, pengamatan banyak dibanding tanaman kontrol (Tabel 6,
anatomi dilakukan juga terhadap diameter Gambar 5, dan 6). Jumlah pati dalam
xilem di daerah tulang utama dan daerah anak kloroplas sel mesofil tanaman Echinochloa
tulang daun. Hasil analisis statistik, perlakuan yang diberi perlakuan cekaman kekeringan
cekaman kekeringan tidak berpengaruh meningkat lima kali dari tanaman kontrol,
terhadap diameter xilem di daerah tulang sedangkan jumlah pati dalam kloroplas sel
utama ketiga tanaman (Tabel 3). Berbeda seludang pembluh meningkat tiga kali dari
dengan diameter xilem di daerah tulang tanaman kontrol. Jumlah pati dalam kloroplas
utama, diameter xilem di daerah anak tulang sel mesofil tanaman padi yang mendapat
daun yang diberi perlakuan cekaman perlakuan cekaman kekeringan meningkat
kekeringan, secara umum cenderung menurun sembilan kali dari tanaman kontrol (Tabel 6).
meskipun tidak berbeda nyata dengan Bentuk koloroplas sel mesofil tanaman
tanaman kontrol pada ketiga tanaman (Tabel Echinochloa yang diberi perlakuan cekaman
3). kekeringan cenderung hampir sama dengan
Perlakuan cekaman kekeringan tidak tanaman kontrol (Gambar 5a dan 5b). Begitu
nyata menurunkan atau meningkatkan jumlah pula pada kloroplas sel seludang pembuluh,
dan tinggi sel buliform ketiga tanaman (Tabel tidak ada perbedaan bentuk antara tanaman
4), sama halnya dengan tebal daun dan yang diberi perlakuan cekaman kekeringan
diameter xilem (Tabel 3). dengan kontrol (Gambar 5c dan 5d). Akan
tetapi, terdapat perbedaan sebaran kloroplas
Pengamatan Sediaan Mikroskopis dengan sel seludang pembuluh tanaman Echinochloa
Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). antara yang diberi perlakuan cekaman
Pengamatan sediaan menggunakan mikroskop kekeringan dan kontrol. Kloroplas tanaman
elektron hanya dilakukan pada tanaman yang mengalami stres karena jumlanya lebih
Echinochloa dan padi. Hal ini dilakukan untuk banyak, sebaran kloroplasnya lebih padat
membandingkan kedua kelompok tanaman, daripada tanaman kontrol (Gambar 5c dan
yaitu padi sebagai tanaman C3 dan 5d).
Pada tanaman padi memiliki perbedaan kekeringan (Gambar 6b) kloroplas cenderung
bentuk kloroplas sel mesofil antara tanaman berbentuk bulat tidak beraturan dan terletak
yang diberi perlakuan cekaman kekeringan lebih berdekatan antara satu kloroplas dengan
dan kontrol (Gambar 6a dan 6b). Bentuk lainnya. Sel seludang pembuluh tanaman padi
kloroplas tanaman kontrol (Gambar 6a) agak tidak memiliki kloroplas (Tabel 5 dan Gambar
lonjong dan tersebar agak jarang, sedangkan 6c).
pada tanaman yang diberi perlakuan cekaman

Tabel 2 Tebal daun daerah tulang utama, daerah sel buliform, dan daerah berkas pembuluh
tanaman Echinochloa, alang-alang, dan padi yang mendapat perlakuan cekaman
kekeringan dan kontrol

Sel Buliform Anak Tulang Daun


Tanaman Tulang Utama (µm) %P (µm) %P (µm) %P
Kontrol Stres Kontrol Stres Kontrol Stres
Echinochloa 190.00 168.33 11.40 128.17 119.00 7.15 127.33 112.00 12.03
Alang-alang 124.58 130.00 -4.35 93.67 83.67 10.67 95.67 89.50 6.44
Padi 119.86 120.00 -0.11 58.00 62.00 -6.89 68.67 70.83 -3.14
Ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata secara T-test pada taraf 5%
%P=%penurunan

Tabel 3 Diameter xylem tulang daun utama dan anak tulang daun tanaman Echinochloa, alang-
alang, dan padi yang mendapat perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol

Tulang Daun Anak Tulang


Tanaman Utama (µm) %P Daun (µm) %P
Kontrol Stres Kontrol Stres
Echinochloa 32.64 29.44 9.80 8.42 6.50 22.80
Alang-alang 30.00 33.19 10.63 6.58 5.08 22.79
Padi 28.68 27.85 2.89 6.83 6.25 8.49
Ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata secara T-test pada taraf
5%%. %P=% penurunan

Tabel 4 Jumlah dan tinggi sel buliform tanaman Echinochloa, alang-alang, dan padi yang
mendapat perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol
Tinggi Sel Buliform
Tanaman Jumlah Sel Buliform %P (µm) %P
Kontrol Stres Kontrol Stres
Echinochloa 9.77 9.56 2.14 35.20 35.65 -1.27
Alang-alang 13.94 15.33 -9.97 25.90 25.34 2.16
Padi 10.34 12.95 -25.24 21.05 20.97 0.30

Ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata secara T-test pada taraf
5%. %P=% penurunan

Tabel 5 Jumlah kloroplas sel mesofil tanaman Echinochloa dan padi serta jumlah kloroplas sel
seludang pembuluh tanaman Echinochloa dan padi yang mendapat perlakuan cekaman
kekeringan (1) dan kontrol (0).
Σ Kloroplas Sel Σ Kloroplas Sel
Tanaman Mesofil %P Seludang Pembuluh %P
Kontrol Stres Kontrol Stres
Echinochloa 5.2 5.8 -11.53 5.4a 7.8b -44.44
Padi 5.4 5.8 -7.40 0 0 0
Ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata secara T-test pada taraf
5%. %P= % penurunan

Tabel 6 Jumlah pati sel mesofil tanaman Echinochloa dan padi serta jumlah pati sel seludang
pembuluh tanaman Echinochloa dan padi yang mendapat perlakuan cekaman kekeringan
(1) dan kontrol (0)

Σ Pati Kloroplas
Σ Pati Kloroplas Sel Sel Seludang
Tanaman Mesofil %P Pembuluh %P
Kontrol Stres Kontrol Stres
Echinochloa 1.2a 5.8b -383.33 6a 16.2b -800.00
Padi 0.6a 5.4b -170.00 0 0 0

Ket: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata secara T-test pada taraf
5%. %P= % penurunan

a b c d

Gambar 5 Struktur kloroplas tanaman Echinochloa hasil mikroskop transmisi elektron dengan
perbesaran 3000x. Kloroplas sel mesofil tanaman kontrol (a), kloroplas sel mesofil
tanaman yang mengalami cekaman kekeringan (b), kloroplas sel seludang pembuluh
tanaman kontrol (c), dan kloroplas sel seludang pembuluh tanaman yang mengalami
cekaman kekeringan (d). Kloroplas (K), mitokondria (Mt), pati (P), sel seludang
pembuluh (Ss), dan dinding sel (ds).

a b c
Gambar 6 Struktur kloroplas tanaman padi hasil mikroskop transmisi elektron dengan perbesaran
3000x. Kloroplas sel mesofil tanaman kontrol (a), kloroplas sel mesofil tanaman yang
mengalami cekaman kekeringan (b), dan kloroplas sel seludang pembuluh tanaman
kontrol (c). Kloroplas (K), mitokondria (Mt), pati (P), sel epidermis (Se), dan dinding
sel (ds).

PEMBAHASAN al. 1987), sehingga tanaman alang-alang lebih


dapat beradaptasi dan tahan terhadap cekaman
kekeringan. Hamim (2005) mengatakan
Respon Pertumbuhan dan Fisiologi bahwa cekaman kekeringan menyebabkan
Tanaman C3 dan C4 terhadap Perlakuan kelayuan pada semua tanaman dan penurunan
Cekaman Kekeringan KAM pada gandum, kale, dan Amaranthus
Cekaman merupakan segala bentuk caudatus hingga mencapai 20 hingga 25%,
perubahan kondisi lingkungan yang sedangkan KAM pada Echinochloa masih
mengakibatkan tanggapan tumbuhan menjadi 40%.
lebih rendah daripada tanggapan optimum Terdapat perbedaan respon pertumbuhan
(Salisbury & Ross 1992). Salah satu jenis antara ketiga tanaman terhadap perlakuan
cekaman tersebut adalah cekaman kekeringan cekaman kekeringan. Perbedaan respon
yang berkaitan dengan ketersediaan air yang tersebut tampak pada perbedaan besaranya
merupakan salah satu faktor pembatas bagi persentase penurunan laju pertumbuhan. Hasil
fungsi normal tanaman (Passarakli 2002). analisis pada tabel 1, menunjukkan bahwa
Pada kondisi lingkungan tertentu, tanaman perlakuan cekaman kekeringan menyebabkan
dapat mengalami defisit air. Defisit air berarti penurunan dan terhentinya laju pertumbuhan
terjadi penurunan gradien potensial air antara ketiga tanaman. Penurunan laju pertumbuhan
tanah, akar, daun, dan atmosfer sehingga laju tersebut lebih jelas terlihat pada tanaman
transpor air dan hara menurun (Taiz & Zeiger alang-alang, dimana tanaman tersebut
2002). memiliki persen penurunan paling tinggi
Air memegang peranan penting bagi diantara ketiga tanaman baik tinggi tanaman,
tanaman. Kandungan air pada tanaman akan jumlah daun maupun anakan. Menurut Taiz
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan salah dan Zeiger (2002), cekaman kekeringan dapat
satunya ialah kandungan air tanah itu sendiri menghambat pertumbuhan tanaman. Pada
(Taiz & Zeiger 2002). Secara umum, kondisi lingkungan defisit air, terjadi
perlakuan cekaman kekeringan nyata penurunan gradien potensial air antara tanah,
menurunkan nilai KAM ketiga tanaman akar, daun, dan atmosfer sehingga laju
(Gambar 1). Besarnya tingkat penurunan nilai transpor air dan hara menurun. Penurunan ini
KAM berbeda antara ketiga tanaman. Hal akan mengakibatkan gangguan pada
tersebut mungkin terjadi karena secara ekologi pertumbuhan tanaman, terutama pada jaringan
habitat ketiga tanaman tersebut berbeda. yang sedang tumbuh (Kramer & Boyer 1995).
Tanaman padi yang secara ekologi memang Penghambatan pertumbuhan ini di antaranya,
beradaptasi baik pada lingkungan yang basah. yaitu tidak bertambahnya tinggi tanaman,
Menurut Hamim (2003), tanaman jumlah daun, dan anakan dari ketiga tanaman
Echinochloa merupakan gulma padi sawah tersebut.
yang secara ekologi lingkungan tumbuhnya Cekaman kekeringan dapat menyebabkan
sama dengan padi. Walaupun demikian terjadinya penurunan laju pertumbuhan
tanaman Echinochloa memiliki kemampuan tanaman karena adanya penurunan laju
untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang fotosintesis, rendahnya potensial air, dan
kering. Tanaman alang-alang justru memiliki menurunnya tekanan turgor (Niyogi 1999).
habitat yang berbeda dengan tanaman Perlakuan cekaman kekeringan yang terjadi
Echinochloa dan padi. Tanaman alang-alang pada fase vegetatif juga berpengaruh negatif
hidup di daerah yang biasa terpapar sinar terhadap indeks luas daun, perkembangan
matahari dan lahannya kering (Kostermans et tunas baru, dan nisbah tajuk-akar (Kramer
1983). Sebagai bahan perbandingan, cekaman dibutuhkan dalam reaksi karbon fotosintesis
kekeringan yang diberikan pada fase vegetatif (siklus kalvin), sehingga penurunan CO2 ini
tanaman kedelai nyata menurunkan tinggi tentunya akan menurunkan laju fotositesis.
tanaman pada saat berbunga (Riduan et al. Proses selanjutnya NADPH yang digunakan
2005). pada reaksi karbon fotosintesis akan
Penurunan KAM akibat perlakuan menumpuk akibat penurunan konsetrasi CO2.
cekaman kekeringan menyebabkan penurunan Konsekuensi dari menumpuknya NADPH
KAR pada daun tanaman (Gambar 2). Hasil akan mengakibatkan terjadinya kelebihan
analisis statistik menunjukkan bahwa ada energi yang jika tidak dilepaskan secara aman
perbedaan respon antara ketiga tanaman bisa membahayakan fotosistem II (PS II)
akibat perlakuan cekaman kekeringan. Hal karena reduksi berlebih dari pusat reaksi
tersebut mungkin disebabkan perbedaan (Demming-Adams & Adams 1992; Tezara et
tingkat ketahanan tanaman terhadap cekaman al. 1999). Tanaman padi memiliki nilai Fv/Fm
kekeringan. Dalam hal ini tanaman padi yang terendah daripada tanaman Echinochloa dan
merupakan tanaman C3 memiliki nilai KAR alang-alang (Gambar 3). Hal ini membuktikan
daun paling rendah daripada tanaman bahwa laju fotosintesis tanaman padi dalam
Echinochloa (Hamim 2005) dan alang-alang hal ini tanaman C3 memiliki laju fotosintesis
(Edwards & Walker 1983) yang merupakan yang lebih rendah daripada tanaman
tanaman C4 (Gambar 2). Echinochloa dan alang-alang (tanaman C4).
Dalam keadaan cekaman kekeringan, Selama kekeringan akan terjadi
spesies C3 umumnya memiliki KAR daun penurunan laju fotosintesis pada tanaman C3
yang lebih rendah daripada tumbuhan C4. Hal segera setelah perlakuan kekeringan
ini mungkin terkait dengan karakteristik sementara pada tanaman C4 penurunan laju
tumbuhan C4 yang cukup efisien dalam fotosintesis terjadi setelah tanaman
pemanfaatan air. Penurunan KAR daun ini mengalami stres air sedang (Hamim 2005).
diikuti oleh kehilangan turgor daun dan Pada percobaan tanaman lain diperoleh bahwa
akhirnya terjadi kelayuan, penutupan stomata, kekeringan yang diberikan selama 8-10 hari
penurunan fotosintesis, dan mempengaruhi dapat menginduksi regulasi tanaman terhadap
proses metabolisme dasar lainnya (Kramer & kehilangan air dan pengambilan air untuk
Boyer 1995). mempertahankan kandungan air relatif (KAR)
Nilai KAR daun ketiga tanaman dalam batas dimana kapasitas fotosintesis
mengalami peningkatan kembali pada hari ke- menunjukkan tidak ada atau sedikit perubahan
9 setelah tanaman disiram kembali (Ganakin 2008). Selama cekaman kekeringan
(rewatering). Menururt Violita (2007), ringan tidak berpengaruh terhadap reaksi
rewatering dapat meningkatakan KAR daun fotokimia PSII, tetapi selama cekaman
sampai pada tingkat yang sama dengan KAR kekeringan berat dapat menyebabkan
daun tanaman kontrol setelah dua hari terjadinya kerusakan pada kedua fotosistem
recovery. Peningkatan KAR daun ini (Genty et al. 1987).
diperlukan untuk perbaikan tanaman dari Nilai qP merupakan parameter yang
kerusakan akibat perlakuan cekaman menunjukkan banyaknya energi matahari
kekeringan. yang dapat dimanfaatkan dalam reaksi
Perlakuan cekaman kekeringan fotosintesis. Rendahnya nilai qP
berpengaruh pula terhadap nilai-nilai menyebabkan rendahnya pemanfaatan energi.
parameter fotosintesis diantaranya yaitu nilai Hal tersebut tampak seperti pada Gambar 5,
maksimum efisiensi fotosintesis (Fv/Fm) dan dimana semakin lama perlakuan cekaman
photochemical quenching (qP). kekeringan yang diberikan semakin rendah
Nilai Fv/Fm merupakan parameter yang nilai qP ketiga tanaman (Echinochloa, alang-
menggambarkan tingkat efisiensi fotosintesis alang, dan padi). Stres kekeringan dapat
maksimum tumbuhan. Penurunan Fv/Fm menyebabkan penurunan nilai qP pada
menggambarkan bahwa tumbuhan mengalami tanaman tomat (Haupt-herting & Fock 2000).
kerusakan piranti fotosintesis. Menurut
Medrano et al. (2002), peningkatan penutupan Pengaruh Perlakuan Cekaman Kekeringan
stomata terjadi sejalan dengan semakin terhadap Anatomi Daun Tanaman C3 dan
lamanya kekeringan yang diikuti secara C4
paralel oleh penurunan laju fotosintesis. Pengamatan anatomi daun dilakukan
Ketika penutupan stomata terjadi, dengan menggunakan mikroskop cahaya dan
sendirinya CO2 yang masuk melalui stomata mikroskop transmisi elektron (TEM).
akan menurun. Telah diketahui bahwa CO2 Pengamatan menggunakan mikroskop cahaya
dilakukan untuk mengamati anatomi daun daripada kloroplas sel mesofil. Sedangkan
secara keseluruhan. Sedangkan pengamatan tanaman C3 sering memiliki sel seludang
menggunakan mikroskop elektron transmisi pembuluh yang lebih tersamar, sel seludang
dilakukan untuk mengamati pada tingkat pembuluh mengandung organel sedikit dan
selular. Pengamatan menggunakan mikroskop kloroplas agak kecil, sehingga dengan
cahaya dilakukan pada tanaman Echinochloa, mikroskop cahaya tampak seperti kosong.
alang-alang, dan padi. Sedangkan pengamatan (Salisbury & Ross 1992; Hidayat 1995).
menggunakan TEM dilakukan hanya pada Menurut Dickison (2000), efisiensi yang
tanaman Echinochloa dan padi. tinggi dari sistem fotosintesis C4 berkorelasi
Dari hasil pengamatan menggunakan dengan struktur ”Kranz Anatomi” dan
mikroskop cahaya, perlakuan cekaman membutuhkan kerja sama metabolik antara
kekeringan tidak berpengaruh nyata terhadap mesofil daun dan sel seludang pembuluh.
tebal daun di daerah tulang utama, tebal daun Secara umum, konsentrasi organel
daerah sel buliform, tebal daun di daerah anak (mitokondria dan peroksisom) pada sel
tulang daun, diameter xilem tulang utama, seludang pembuluh tanaman C4 dan C3-C4
diameter xilem anak tulang daun, jumlah da lebih besar dari tanaman C3.
tinggi sel buliform ketiga tanaman (Tabel 2, 3, Kloroplas sel mesofil tanaman
dan 4). Hal tersebut mungkin karena stres Echinochloa dan padi yang diberi perlakuan
yang diberikan selama 6 hari belum cekaman kekeringan memiliki jumlah pati
memberikan dampak yang signifikan bagi yang lebih banyak dari tanaman kontrol
tanaman, sehingga belum terlihat adanya (Gambar 5b dan 6b). Terakumulasinya pati
perubahan yang nyata secara anatomi baik akibat cekaman kekeringan menunjukkan
secara kuantitatif (Tabel 2, 3, dan 4) maupun bahwa terjadi kendala translokasi asimilat
kualitatif (Lampiran 6). Hal tersebut sama akibat cekaman kekeringan. Jumlah pati pada
seperti yang telah dilakukan oleh Poejiastuti kloroplas sel seludang pembuluh tanaman
(1994), perlakuan cekaman kekeringan yang Echinochloa yang diberi perlakuan cekaman
diberikan selama 7 hari masih bersifat ringan kekeringan lebih banyak dari kloroplas sel
pada tanaman kedelai. Dalam habitat mesofil (Gambar 5b dan 6d). Jumlah pati
kekurangan air, tanaman akan membentuk dalam kloroplas sel seludang pembuluh
sifat khusus untuk melindunginya dari tanaman Echinochloa baik yang stres maupun
kehilangan air dalam jumlah yang berlebih kontrol lebih banyak dibandingkan dengan
dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa jumlah pati pada kloroplas sel mesofil (Tabel
sifat tersebut diantaranya berkurangnya luas 6 & Gambar 5). Menurut Edwards dan Walker
permukaan luar diiringi oleh mengecilnya (1983), kloroplas sel mesofil dan sel seludang
ukuran sel, bertambah tebal dinding selnya, pembuluh tanaman C4 dapat menyimpan pati,
bertambah rapat sistem jaringan pembuluh tetapi kloroplas sel seludang pembuluh
dan stomata, bertambahnya jumlah jaringan merupakan tempat penyimpan utama.
tiang, tebal kutikula, dan berkurangnya jumlah Pati merupakan karbohidrat yang paling
jaringan spons (bunga karang) (Hidayat melimpah pada tanaman. Selama fotosintesis,
1995). pati dibentuk di dalam kloroplas (Esau 1977).
Terdapat perbedaan jumlah dan struktur Menurut Fahn (1991), kloroplas sel seludang
kloroplas mesofil antara tanaman Echinochloa pembuluh mengumpulkan pati dan
dan padi yang diberi perlakuan cekaman mempunyai ultrastruktur yang berlainan
kekeringan (Gambar 5b dan 6b). Kloroplas dengan kloroplas mesofil.
pada tanaman Echinochloa terdapat pada sel
mesofil dan sel seludang pembuluh (Gambar
5), sedangkan pada tanaman padi kloroplas
hanya terdapat pada sel mesofil saja (Gambar
6). Sel seludang pembuluh tanaman padi tidak SIMPULAN
mengandung kloroplas (Gambar 6c). Hal ini
terkait dengan perbedaan antara tanaman C3 Perlakuan cekaman kekeringan
dan C4 secara anatomi, dimana tanaman C4 memberikan pengaruh yang berbeda-beda
memiliki sel seludang pembuluh dengan terhadap tanaman Echinochloa, alang-alang,
dinding lebih tebal, jumlah kloroplas lebih dan padi. Secara umum ketiga tanaman
banyak, sejumlah besar organel terutama memberikan respon yang berbeda, baik respon
mitokondria dan peroksisom, vakuola pusat secara fisiologis maupun anaotomi. Perbedaan
yang lebih kecil, kloroplasnya besar dan respon tersebut membuktikan bahwa ketiga
berwarna hijau tua, biasanya lebih besar
tanaman memiliki ketahanan yang berbeda Ganakin J. 2008. Peroksidasi lipid dan
terhadap perlakuan cekaman kekeringan. aktivitas speroksida dismutase pada
kedelai di bawah kondisi cekaman
kekeringan [skripsi] Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Genty B, Brantais JM, Baker NR. 1989. The
DAFTAR PUSTAKA relationship between the quantum yield
of photosynthesis electron transport and
quenching of chlorophyll fluorescence.
Berry JA, Bjorkman O. 1980. Photosynthetic Biochem Biophys Acta 990:87-92.
responses and adaptation to temperature Hamim. 2003. Will the increasing
in higher plant. Ann Rev Plant Physiol atmospheric CO2 concentration change
31:491-543. the effect of drought on C3 and C4
Berkowitz GA. 1998. Water and salt stress. di species? [disertasi]. Colchester:
dalam Raghavendra AS, editor. University of Essex.
Photosynthesis: A Comprehensive Hamim. 2004. Underlaying drought stress
Treatise. Cambridge: Cambridge effects on plant: Inhibition of
University Press. hlm 226-237. photosynthesis. Hayati 11:164-169.
Bozzola JJ, Russell LD. 1998. Electron Hamim. 2005. Respon pertumbuhan spesies
Microscopy Principles and Techniques C3 dan C4 terhadap cekaman
for Biologist second edition. kekeringan dan konsentrasi CO2 tinggi.
Massachusetts: Jones and Bartlett Biosfera 22:105-113.
Publishers. Haupt-Herting S, Fock HP. 2000. Exchange
Brown RH, Hattersley PW. 1989. Leaf of oxygen and its role in energy
anatomy of C3-C4 species as related to dissipation during drought stress 12 in
evolution of C4 photosynthesis. Plant tomato palnts. Plant Physiol 110:489-
Physiol 91:1543-1550. 495.
Hidayat EB. 1995. Anatomi Tumbuhan
Chinthapalli B, Murmu J, Raghavendra AS. Berbiji. Bandung: ITB Press.
2002. Dramatic difference in the Iturbe-ormaetxe I, Escuredo PR, Igor CA,
responses of phosphoenolpyruvate Becana M. 1998. Oxidative damage in
carboxylaseto temperature in leaves of pea plants exposed to water deficit or
C3 and C4 plants. J Exp Bot 54:707-714. paraquat. Plant Physiol 116:173-181.
Demmig-Adams B, Adams WW. 1996. The Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique.
role of xantophyll cycle carotenoids in McGraw-Hill Book Company, Inc. New
the protection of photosynthesis. Trends York.
plant Sci 1:21-26. Kostermans AJGH, Wirjahardja, Dekker RJ.
Dickison WC. 2000. Integrative Plant 1987. The weeds: description, ecology,
Anatomy. San Diego: Academic Press. and control. Di dalam: Kostermans
Du YC, Nose A, Wasano K. 1999. Effects of AJGH, Tjitrosoepomo, editor. Weeds of
chiling temperature on photosnthetic Rice in Indonesia. Jakarta: Balai
enzyme activities and metabolic levels Pustaka.
in three sugarcane species. Plant Cell Kramer PJ, Boyer JS. 1995. Water Relation of
Environ 22:317-324. Plants and Soils. San Diego: Academic
Edwards G, Walker DA. 1983. C3,C4: Press.
Mechanisms, and Cellular and Medrano H, Escalona JM, Bota J, Gulias J,
Enviromental Regulation, of Flexas J. 2002. Regulation of
Photosynthesis. London: Blackwell photosynthesis of C3 plants in response
Scientific Publications. to progressive drought: stomatal
Esau K. 1977. Anatomy of Seed Plants. Edisi conductance as parameter. Ann Bot
ke-2. New York: John Wiley & Sons 89:895-905.
Inc. Miyao M. 2002. Molecular evolution and
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi ke-3. genetic engineering of C4
Soediarto A, Koesoemaningrat RMT, photosynthetic enzymes. J Exp Bot
Natasaputra M, Akmal H, penerjemah; 54:179-189.
Tjitrosoemo SS, editor. Yogyakarta: Morison JIL, Lawlor DW. 1999. Interaction
Gadjah Mada Unversity Press. between increasing CO2 concentration
Terjemahan dari: Plant Anatomy.
and temperature on plant growth. Plant
Cell Environ 22:659-682.
Niyogi KK. 1999. Photoprotection revisited:
Genetic and molecular approaches. Ann
Rev Plant Physiol Plant Mol Biol
50:333-359.
Passarakli M. 2002. Handbook of Plant and
Crop Stres. Ed ke-2. New York:Marcel
Dekker.
Poejiastuti E. 1994. Studi komparatif anatomi
daun beberapa genotipe kedelai (Glycine
max (L.) Merril yang peka dan toleran
terhadap cekaman kekeringan [skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Prochazkova D, Sairam RK, Srivastava GC,
Singh DV. 2001. Oxidative stress and
antioxidantactivity as the basis of
senescence in maize leaves. Plant Sci. 13
161:765-77.
Riduan A, Aswidinnoor H, Koswara J,
Sudarsono. 2005. Toleransi sejumlah
kultivar kacang tanah terhadap cekaman
kekeringan. Hayati 12:28-34.
Salisbury FB, Ross CW. 1992. Fisiologi
Tumbuhan jilid 2. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

Schreiber U, Neubauer C. 1987. The


polyphasic rise of chlorophyll
fluorescence upon onset of strong
continuous illumination to partial
control by the photosystem II donor side
and possible ways of interpretation.
Zeitschrift für Naturforschung 42:1255-
1264.
Taiz L, Zeiger E. 1991. Plant Physiology.
California: The Benjamin/Cummings
Publishing Company, Inc.
Taiz L, Zeiger E. 2002. Plant Physiology.
Sunderland: Sinauer Associates.
Tezara W, Mitchell V, Driscoll SP, Lawlor
DW. 2002. Effects of water deficit and
its interaction with CO2 supply on the
biochemistry and physiology of
photosynthesis in sunflower. J Exp Bot
53:1781-1791.
Violita. 2007. Komparasi respon fisiologi
tanaman kedelai yang mendapat
cekaman kekeringan dan perlakuan
herbisida paraquat [tesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Winslow JC, Hunt ER, Piper SC. 2002. The
influence of seasonal water availability
on global C3 versus C4 grassland
biomass and its implications for climate
change research. J Ecol Model 163:153-
173.
LAMPIRAN
15

Lampiran 1 Pengukuran Kadar Air Media (KAM)

Perhitungan:

KAM = Bobot basah (g) – Bobot kering (g) x 100%


Bobot basah (g)

Lampiran 2 Pengukuran Kadar Air Relatif (KAR)

KAR = Bobot basah (g) – Bobot kering (g) x 100%


Bobot jenuh (g) – Bobot kering (g)

Lampiran 3 Komposisi larutan FAA


Etanol 70%.......................................... 90 ml
Asam asetat glasial.............................. 5 ml
Formaldehida..................................... 5 ml

Lampiran 4 Komposisi larutan Johansen

Larutan Johansen
Komposisi larutan I II III IV V VI VII
Air 50% 30% 15% - - - -
Etanol 95% 40% 50% 50% 45% - - -
Etanol 100% - - - - 25% - -
Tertier butil alkohol 10% 20% 35% 55% 75% 100% 50%
Minyak parafin - - - - - - 50%

Lampiran 5 Komposisi larutan Gifford

Asam asetat glasial.............................. 20 ml


Etanol 60%.......................................... 80 ml
Gliserin pekat...................................... 5 ml
17

16

Lampiran 6 Struktur anatomi daun tanaman Echinochloa, alang-alang, dan padi yang mendapat
perlakuan cekaman kekeringan dan kontrol

50 µm 50 µm
Gambar 1 Tebal daun daerah tulang utama tanaman E. crusgalli kontrol (kiri) dan stres (kanan).

50 µm 50 µm
Gambar 2 Tebal daun daerah tulang utama tanaman alang-alang kontrol (kiri) dan stres (kanan).

50 µm 50 µm
17

Gambar 3 Tebal daun daerah tulang utama tanaman padi kontrol (kiri) dan stres (kanan). 17

Xylem
Xylem
50 µm 50 µm

Gambar 4 Diameter xilem tulang utama tanaman E. crusgalli kontrol (kiri) dan stres (kanan).

Xylem
Xylem

50 µm 50 µm

Gambar 5 Diameter xilem tulang utama tanaman alang-alang kontrol (kiri) dan stres(kanan).

Xylem
Xylem

50 µm 50 µm
17

Gambar 6 Diameter xilem tulang utama tanaman padi kontrol (kiri) dan stres (kanan).

Xylem
Xylem
50 µm 50 µm

Anda mungkin juga menyukai