Anda di halaman 1dari 17

PERENCANAAN UNIT AIR BAKU

 Investasi Air Bersih oleh Masyarakat Apakah Pam BM ?


Investasi Air Bersih oleh Masyarakat termasuk PAM BM karena dapat menghasilkan
keuntungan bagi masyarakat yang mengelolanya sehingga penghasilan itu dapat diolah
kembali menjadi sumber biaya operasi dan pemeliharaan.

 PERLU PERENCANAAN TEKNISKAH ???


Pengelolaan unit air baku tentu memilik perencanaan teknis agar dapat berjalan dengan baik
dan sistematis. Berikut adalah perencanaan teknis yang dimaksud :

PERENCANAAN TEKNIS UNIT AIR BAKU


Dengan adanya perencanaan teknis unit air baku oleh PAM BM, maka air dapat
diditribusikan ke masyarakat. Selain itu, dengan adanya PAM BM akan membuat
masyarakat juga dapat mengelola dan memanfaatkan air, contohnya panen air hujan.
Tujuan Perencanaan Teknis Unit Air Baku :
Tim PAM BM mampu menjelaskan dan melakukan pengendalian dalam hal:
-Melakukan kajian dan pemilihan sumber air baku yang tepat
-Melakukan perhitungan debit sumber air baku dengan metode yang sesuai
-Melakukan sampling air baku untuk dilakukan uji kualitas berdasarkan PERMENPU No. 27
Tahun 2016
-Menentukan tipe bangunan pengambilan air baku yang sesuai.

Pengertian Yang Penting Dalam PAM BM :


- Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang
dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah (cat) dan/atau air hujan yang
memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
-Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
-Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
-Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut spam merupakan satu kesatuan sistem
fisik (teknik) dan non-fisik dari prasarana dan sarana air minum.

AIR BAKU
 Supaya perencanaan SPAM mencapai akses 100% kebutuhan air minum, maka sumber air
baku digunakan harus dapat memenuhi baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga
jaminan terjadinya pengembangan dan keberlanjutan program
 Ketepatan dalam perhitungan kapasitas sumber air baku sangat menentukan desain sarana
dan prasarana yang akan dibangun serta menentukan luas pelayanan dan jumlah
pemanfaat.
 Kualitas air baku memberikan pengaruh terhadap keberlanjutan program
MATRIKS PILIHAN PENYEDIA AIR MINUM

Sumur gali dalam Program PAM BM , lebih ditekankan digunakan sebagai sumber air baku
ditarik menggunakan pompa ke menara air dan dialirkan dengan sistem perpipaan, dan
dipastikan merupakan air aquifer
URUTAN PERINGKAT JENIS SUMBER AIR BAKU

No Jenis Sumber Air Urutan Peringkat

1. Mata Air (I)


2. Air Permukaan (II)
3. Air Tanah (III)
4. Tapping PDAM (IV)
Air Hujan (untuk daerah tidak ada potensi sumber air baku
5. (V)
dan curah hujan memenuhi )

KUALITAS DAN KUANTITAS MASING-MASING JENIS SUMBER AIR

PEMILIHAN SUMBER AIR BAKU


 Kuantitas terpilih sebagai alternatif sumber air baku apabila kapasitasnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan
 Kontinuitas terpilih sebagai alternatif sumber air baku apabila debitnya kontinyu sepanjang
tahun (misal untuk opsi sumur gali ketersediaan air dimusim kemarau harus tetap tersedia)
 Kualitas, terpilih sebagai sumber air baku apabila kualitasnya memerlukan
pengolahan/perbaikan kualitas sesederhana mungkin
 Jarak terpendek dari sumber air terpilih apabila lokasinya tidak terlalu jauh dari area
pelayanan
 Elevasi, terpilih apabila elevasi atau ketinggian lokasi sumber air baku lebih tinggi
daripada ketinggian elevasi lokasi area pelayanan sehingga air dapat mengalir secara
gravitasi dan tidak diperlukan pompa
 Jaringan sistem perpipaan terpilih apabila jaringan sistem perpipaannya terletak pada
daerah yang relatif datar atau rata serta tidak turun naik, sehingga pengaliran air baku
dalam sistem perpipaan relatif tidak mengalami hambatan.

PEMILIHAN SUMBER AIR BAKU UNTUK PAM BM PERLU MEMPERHATIKAN


 Kapasitas sumber air baku yang tersedia harus melebihi kebutuhan air yang dihitung pada
tahap perencanaan.
 Lokasi sumber dipilih tidak jauh dari daerah pelayanan
 Elevasi sumber air baku tidak lebih rendah dari daerah pelayanan  agar tidak diperlukan
pompa dan reservoir atas/menara air
 Dan apabila elevasi lokasi sumber air baku terlalu tinggi, maka harus dilengkapi dengan
bak pelepas tekan pada jaringan transmisi sistem perpipaannya
 Sumber air baku tidak sedang dimanfaatkan untuk keperluan lain di daerah tersebut, seperti
irigasi
 Kualitas air baku harus merupakan sumber air yang memenuhi persyaratan standart
kualitas air baku air bersih/air minum

DATA DATA YANG DIPERLUKAN UNTUK AIR BAKU


KAJIAN TEKNIS MATA AIR
1. Cari informasi dari masyarakat setempat tentang lokasi sumber fluktuasi, pemunculan,
serta pemanfaatan mata air tersebut; Pastikan sumber mata air yang akan disurvei.
2. Ukur ketinggian sumber mata air dari daerah pelayanan dengan menggunakan theodolit,
kompas dan dinometer, GPS atau altimeter.
3. Ukur debit mata air.
4. Ambil sampel air sesuai dengan SNI 06-2412-1991 tentang Metoda Pengambilan Contoh
Uji Kualitas Air.
5. Uji kualitas air untuk parameter fisik, yaitu untuk parameter: Temperatur, Rasa, Bau,
Derajat, Daya Hantar Listrik (DHL), Warna, dan Kekeruhan.
6. Ukur jarak sumber mata air ke daerah pelayanan dengan pita ukur atau roda ukur.
7. Gambar sketsa mata air dan sekitarnya secara horizontal dan dilengkapi dengan ukuran
dan skala.
8. Buat sketsa penampang sumber mata air dan daerah sekitarnya.
9. Catat kondisi dan pemanfaatan lahan di lokasi sumber mata air.
10. Tentukan jenis mata air berdasarkan cara pemunculannya di permukaan tanah.
11. Tentukan jenis batuan yang menyusun daerah sekitar mata air.
12. Ambil contoh air untuk diperiksa di laboratorium lengkapi dengan data lokasi, nomor
contoh dan waktu pengambilan yang ditulis pada label dan ditempel pada tempat contoh
air.
HASIL KAJIAN MATA AIR
1. EVALUASI DEBIT MATA AIR

Aliran Fluktuasi Musim


L/DT Musiman Musim basah Musim basah > Permulaan Akhir musim
sesaat setelah 2 hari yang musim kemarau
hujan lalu kemarau
≤1 Lebih kurang Aliran cukup Aliran cukup Kemungkinan Hanya
konstan kecil kecil liran tidak memungkinkan
mencukupi, jika lebih besar
pengukuran dari kebutuhan
pada akhir
musim
kemarau
Jelas Aliran cukup Aliran cukup Aliran terlalu Hanya
berkurang kecil kecil kecil memungkinkan
pada musim jika > 50%
kemarau lebih besar dari
kebutuhan
1-3 Lebih kurang Aliran cukup Kemungkinan Hanya Jelas
konstan kecil terlalu kecil, memungkinkan berkurang pada
pengukuran jika > 50% musim
pada akhir lebih besar dari kemarau
musim kebutuhan
kemarau
Jelas Aliran cukup Aliran cukup Jelas Jelas
berkurang kecil kecil liran berkurang pada berkurang pada
pada musim musim musim
kemarau kemarau kemarau
>2-5 Lebih kurang Aliran cukup Hanya Hanya Hanya
konstan kecil memungkinkan memungkinkan memungkinkan
jika > 100% jika > 50% jika lebih besar
lebih besar dari lebih besar dari dari kebutuhan
kebutuhan, jika kebutuhan, jika
pengukuran pengukuran
lebih kecil lebih kecil
pengukuran pengukuran
pada akhir pada akhir
musim musim
kemarau. kemarau.
Jelas Aliran cukup Kemungkinan Hanya Hanya
berkurang kecil terlalu kecil, memungkinkan memungkinkan
pada musim pengukuran jika > 100% jika > 25%
kemarau pada akhir lebih besar dari lebih besar dari
musim kebutuhan, jika kebutuhan
kemarau pengukuran
lebih kecil
pengukuran
pada akhir
musim
kemarau.

2. EVALUASI LOKASI MATA AIR TERHADAP DAERAH PELAYANAN

No Beda Tinggi Antara Jarak Penilaian


Sumber Air dan
Daerah Pelayanan
1. Lebih besar dari 30 < 2 km Baik, sistem gravitasi
m
2. > 10-30 m < 1 km
Berpotensi, tapi detail didesain rinci diperlukan untuk
sistem gravitasi, pipa berdiameter besar mungkin
diperlukan.
3. 3- ≤ 10 m < 0,2 m Kemungkinan diperlukan pompa kecuali unuk sistem
yang sangat kecil.
4. Lebih kecil dari 3 - Diperlukan pompa
m

3. EVALUASI KUALITAS MATA AIR


1. Bau
- Masalah kualitas yang terjadi:
 Bau tanah
 Bau besi
 Bau sulfur
 Bau lain
- Alternatif pengolahan:
 Bau tanah = Kemungkinan saringan karbon aktif
 Bau besi = Aerasi + saringan pasir lambat atau aerasi + saringan karbon aktif
 Bau sulfur = Kemungkinan aerasi
 Bau lain = Tergantung jenis bau
- Kesimpulan:
 Bau tanah = Dapat dipakai jika percobaan pengolahan berhasil
 Bau besi = Bisa dipakai dalam pengolahan
 Bau sulfur = Dapat dipakai jika percobaan pengolahan berhasil
 Bau lain = Dapat dipakai jika percobaan pengolahan berhasil

2. Rasa
- Masalah kualitas yang terjadi:
 Rasa asin/payau
 Rasa besi
 Rasa tanah tanpa kekeruhan
 Rasa lain
- Alternatif pengolahan:
 Rasa asin/payau = Aerasi + saringan karbon aktif
 Rasa besi = Aerasi + saringan pasir lambat atau aerasi + saringan karbon aktif
 Rasa tanah tanpa kekeruhan = Saringan karbon aktif
 Rasa lain = Tergantung jenis rasa
- Kesimpula:
 Rasa asin/payau = Tergantung kadar Cl dan pendapat masyarakat
 Rasa besi = Bisa dipakai dengan pengolahan
 Rasa tanah tanpa kekeruhan = Mungkin bisa dipakai dengan pengolahan
 Rasa lain = Tidak dapat dipakai
3. Kekeruhan
- Masalah kualitas yang terjadi:
 Kekeruhan sedang, coklat (dari lumpur)
 Kekeruhan tinggi, coklat dari lumpur
 Putih
 Agak kuning sesudah air sebentar di ember
- Alternatif pengolahan:
 Kekeruhan sedang, coklat (dari lumpur) = Saringan pasir lambat
 Kekeruhan tinggi, coklat dari lumpur = Pembubuhan PAC + Saringan pasir
lambat
 Putih = Pembubuhan PAC
 Agak kuning sesudah air sebentar di ember = Aerasi + saringan pasir lambat atau
aerasi + saringan karbon aktif
- Kesimpulan:
 Kekeruhan sedang, coklat (dari lumpur) = Bisa dipakai bila dengan pengolahan
 Kekeruhan tinggi, coklat dari lumpur = Bisa dipakai bila dengan pengolahan,
biaya relatif besar
 Putih = Dapat dipakai jika percobaan pengolahan berhasil
 Agak kuning sesudah air sebentar di ember = Dapat dipakai jika percobaan
pengolahan berhasil
4. Warna
- Masalah kualitas yang terjadi:
 Coklat tanpa kekeruhan
- Alternatif pengolahan:
 Coklat tanpa kekeruhan = Kemungkinan saringan karbon aktif
- Kesimpula:
 Coklat tanpa kekeruhan = Dapat dipakai jika percobaan pengolahan berhasil

KAJIAN TEKNIS AIR PERMUKAAN


1. Cari informasi masyarakat dan/atau penyelenggara setempat lokasi, muka air minimum,
pemanfaatan, debit aliran dan kualitas air sungai.
2. Cari informasi untuk saluran irigasi:
1. Lamanya pengeringan atau pengurasan saluran.
2. Periode pengeringan atau pengurasan dalam satu tahun.
3. Ukur debit sungai dan saluran irigasi sesuai SNI 03-24141991 tentang metode
pengukuran debit sungai dan saluran terbuka.
4. Ambil sampel air sesuai dengan SNI 06-2412-1991 tentang Metoda
Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air.
5. Uji kualitas air untuk parameter fisik.
6. Temukan lokasi bangunan sadap pada bagian yang tidak pernah kering, hindari
bahaya erosi dan sedimentasi serta mudah dilaksanakan.
7. Ukur ketinggian rencana lokasi bangunan sadap dan sekitarnya dengan rambu
ukur dan alat ukur tedolit serta buatlah sketsa.
8. Ukur jarak tempat bangunan sadap ke desa dengan pita ukur atau roda ukur.
9. Tentukan apakah sumber air sungai atau saluran irigasi tersebut layak
digunakan.
10. Cari sumber air sungai atau saluran irigasi di atas tidak layak dan ulangi
tahapan cara pengerjaan survei air sungai sesuai tahapan di atas.
11. Bawa contoh air untuk diperiksa di laboratorium.
3. Kaji Hasil Survei Air Sungai:
1. Kaji lokasi sungai.
2. Kaji kualitas air.
KAJIAN TEKNIS AIR PERMUKAAN
Langkah pertama mencari informasi dari penduduk setempat tentang perubahan permukaan air,
kedalaman, pemanfaatan, pencemaran terhadap danau dan embung
1. Ukur ketinggian danau dan embung dari daerah pelayanan dengan menggunakan theodolit
atau rambu ukur;
2. Ambil sampel air dilakukan sesuai dengan SNI 06-2412-1991 tentang Metoda Pengambilan
Contoh Uji Kualitas air dengan parameter:
3. Uji kualitas air untuk parameter fisik,
4. Ukur jarak danau/embung ke daerah pelayanan dengan pita ukur atau roda ukur;
5. Buat sketsa lokasi daerah bangunan digunakan;
6. Tentukan apakah air air danau dan embung tersebut layak digunakan
7. Lalu mengkaji hasil survey danau atau embung
a. Kaji lokasi sungai
b. Kaji kualitas air
Langkah pertama mencari informasi dari penduduk setempat tentang perubahan permukaan air,
kedalaman, pemanfaatan, pencemaran terhadap waduk
1. Cari informasi dari pengelola mengenai fungsi waduk, managemen pengelolaan,
gambar/denah (lay-out) konstruksi bendungan;
2. Cari informasi tentang data genangan, tinggi air dan kontinuitas ketersediaan debit;
3. Cari informasi tentang pencemaran terhadap waduk;
4. Ukur ketinggian waduk dari derah pelayanan dengan menggunaan theodolit atau rambu ukur;
f. Ambil sampel air sesuai dengan SNI 06-2412-1991 tentang Metoda Pengambilan Contoh
Uji Kualitas Air;
5. Uji kualitas air untuk parameter fisik
6. Ukur jarak waduk ke daerah pelayanan dengan pita ukur atau roda ukur;
7. Buat sketsa lokasi dan foto lokasi daerah bangunan sadap;
8. Tentukan apakah air waduk tersebut layak digunakan
9. Lalu mengkaji hasil survey danau atau embung
c. Kaji lokasi sungai
d. Kaji kualitas air

KAJIAN TEKNIK AIR TANAH DANGKAL


Langkah yang dilakukan :
1. Lakukan survei pada beberapa sumur gali yang ada di daerah tersebut yang mewakili kondisi
air tanah dangkal desa tersebut mata air yang akan disurvei
2. Ukur jarak sumur gali dengan rumah; ukur diameter sumur; ukur kedalaman sumur
3. - Jarak < 100 m: masih sangat layak digunakan;
- Jarak 100-150 m: masih layak di gunakan;
- Jarak > 150 m: kurang layak digunakan
4. Kaji muka air tanah atau ketebalan muka air tanah pada musim kemarau meliputi:
a. air tanah masih ada dan cukup untuk memenuhi kebutuhan satu rumah tan berarti potensi
air tanah dangkal baik;
b. air tanah masih ada tapi masih memerlukan penambahan kedalaman untuk mendapatkan
tambahan air tanah sehingga masih dapat mencukupi kebutuhan sebuah rumah tangga
berarti potensi air tanah dangkal cukup baik;
c. air tanah tidak ada meskipun sudah dibiarkan selama waktu tertentu dipendam berarti air
tanah dangkal kurang baik.
5. Kemudian dianalisis kualitas air tanah dangkal sesuai dengan parameter berikut :
KAJIAN TEKNIS AIR TANAH DALAM
Langkah yang dilakukan:
1. Analisis peta CAT (cekungan air tanah), peta geologi dan hidrogeologi, hindari rencana lokasi
titik bor pada jalur patahan
2. Identifikasi jenis akuifer yang akan diambil;
a. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer) 
b. Akuifer tertekan (Confined Aquifer)
3. Cari informasi dari penduduk setempat mengenai:
a. data sumur dalam (SBD) pada radius 3 (tiga) kilometer dari pusat desa dan dari lokasi air
permukaan;
b. data sumur dalam (SBD) yang ada mengenai tahun pembuatan, kedalaman sumur, kualitas
airnya, dan konstruksinya;
4. Ukur diameter sumur dan kedalaman muka air serta kedalaman sumur
5. Ambil sampel air dan uji kualitas air: parameter fisik dan kimia
6. Lengkapi dengan data lokasi, waktu pengambilan dan nomor sampel.
7. Analisis peta hidrologi pada lokasi sumur bor dalam (SBD) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. ada air sumur bor yang potensinya lebih berarti potensi air tanah dalam tersebut baik;
b. ada air sumur bor kurang atau sama dari kebutuhan air masyarakat berarti potensi air tanah
dalam tersebut kurang baik;
c. debit air sumur bor sangat kecil dibanding kebutuhan air masyarakat berarti tidak ada
potensi air tanah dalam
8. Konfirmasi besarnya debit dari sumur bor yang sudah ada utk beberapa kondisi:
a. debit air sumur bor lebih besar atau masih dapat mencukupi kebutuhan masyarakat berarti
potensi air tanah dalam tersebut baik;
b. debit sumur bor lebih kecil dari kebutuhan air masyarakat berarti potensi air tanah dalam
tersebut kurang baik;
c. pengkajian air sumur bor sangat kecil dibanding kebutuhan air masyarakat berarti tidak ada
potensi air tanah dalam.
9. Kaji kualitas air tanah
10. Tentukan sumber air tanah dalam yang paling layak digunakan.
Berikut beberapa metode pengukuran debit berdasarkan jenis sumber air baku
Jenis Sumber Air Baku Metode Pengukuran
1. Mata Ambang Trapesium (Alat Ukur Cipoleti,), V-notch (Alat
Ukur Thomson), Metode Benda Apung
2. Sungai/Irigasi Ambang Trapesium (Alat Ukur Cipoleti,), V-notch (Alat
Ukur Thomson), Metode Benda Apung
Mengumpulkan data dan infomasi lain yang diperoleh
dari penduduk (debit aliran, pemanfaatan sungai, tinggi
muka air minimum dan maksimum)
3. Danau Pengamatan atau pencatata fluktuasi tingu muka air
selama minimal 1 tahun. Data dapat diperoleh dari
penduduk setempat tentang fluktuatif muka air yang
pernah terjadi.
4. Embung Menghitung debit yang masuk pada musim penghujan
dengann mengukur luas penampang basah basah
sungai/parit yang bermuara di embung dikalikan dengan
kecepatan aliran
5. Air Tanah Perkiraan potensi dapat diperoleh melalui survei terhadap
10 buah sumur gali yang bisa mewakili dan Data dari
instansi terkait.

PEMERIKSAAN KUALITAS AIR BAKU


 Pemeriksaan kualitas Air Baku dilakukan terhadap kualitas fisik, kimia dan
mikrobiologis.
 Hasil akurat dari kualitas air baku dapat diperoleh melalui pemeriksaan sampel air baku
di laboratorium yang telah ditunjuk .
 Standar kualitas air di peraiaan umun digunakan sebagai sumber air baku, sesuai PP No,
20 Tahun 1990
 Untuk Pemeriksaan di lapangan, sapat ditinjau dari parameter perameter berikut :
1. Bau
2. Rasa
3. Kekeruhan
4. Warna

Petunjuk Pengukuran Debit Aliran dan Analisa Kualitas Air


 Menghitung besaran debit dengan berbagai macam metode
 Melakukan sampling dengan metode yang terpilih
 Melaksanakan analisa kualitas air dengan uji Laboratorium
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan hasil labotatorium terhadap aparameter air bersi
atau air minum.

Anda mungkin juga menyukai