Pekerjaan Persiapan
1. Pembongkaran Pagar dan Talud Eksisting
2. Pemas. Pengaman Sementara jarring Nilon 2’’
3. Uitzet & Bouwplank
4. Air dan Listrik Kerja
5. Papan Nama Proyek
6. SMKK
5. Pekerjaan Beton
1. Sloef Beton
2. Kolom Beton
3. Balok Beton
7. Pembersihan Akhir
1.3. LOKASI
Lokasi Pekerjaan adalah Di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
1.9. PENGAWASAN
a. Sebagai Konsultan pengawas untuk pekerjaan ini akan dilaksanakan oleh
Konsultan Pengawas yang akan ditunjuk kemudian. Tugas-tugas dan
perintah-perintah dapat diberikan secara Lisan dan tertulis dan dimuat dalam
buku harian yang dibubuhi tanda tangan / paraf. Berdasarkan penjelasan
wewenang secara tertulis dari Pemberi tugas, konsultan pengawasan
bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan serta kecakapan para
pekerja yang melaksanakan pekerjaan.
b. Pelaku pengawasan tidak berwenang untuk :
- Membebaskan Pelaksana dari kewajiban yang ditentukan dalam surat
perjanjian pekerjaan (Kontrak).
- Tidak menolak pelaksanaan suatu pekerjaan atau penggunaan bahan
yang tidak memenuhi syarat-syarat dalam dokumen kontrak, dan
mengurangi kekuasaan Pemberi tugas untuk tidak memerintahkan
pembongkarannya.
d. Dalam pelaksanaan point (1) di atas, segala biaya yang timbul dan hasil
pekerjaan yang didapat dari penyerahan sebagian pekerjaan kepada sub
kontraktor, tetap menjadi tanggung jawab penuh Pelaksana.
b. PENJAMINAN KUALITAS
1) Kegiatan penjaminan kualitas akan dilakukan oleh Pemilik proyek dan
Manajer Proyek. Prosedur penjaminan kualitas termasuk observasi,
inspeksi, pengujian, verifikasi, monitoring, dan prosedur lain yang
dibutuhkan oleh Pemilik proyek untuk memastikan pekerjaan sesuai
dengan Dokumen Kontrak.
c. PENGUJIAN
1) Kontraktor dan sub Kontraktor diwajibkan mengadakan pengujian
atas mutu bahan dan mutu pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai
dengan kebutuhannya masing masing, misaInya:
Pengujian mutu beton
Pengujian kabel kabel listrik (merger)
Pengujian tekanan untuk pipa pipa (plumbing)
Pengujian kebocoran
Pengujian bekerjanya mesin mesin dan peralatan peralatan
lainnya.
2) Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus memperkerjakan dan
membayar jasa pelayanan agen pengujian independen untuk
melakukan semua pengujian yang dibutuhkan dan dipersyaratkan.
Foto diambil dengan arah dan tempat yg tetap serta kelihatan latar
belakang (misal pohon, dsb). Jarak tiap titik pemotretan sejauh 200m. Foto
dokumentasi pekerjaan harus dibuat dan disusun dalam bentuk album serta
diserahkan ke proyek minimal 2 (dua) album berikut klisenya, sebelum
dilaksanakan penyerahan pertama pekerjaan (PHO).
d. Setiap hasil pengukuran baik data ukur dan gambar harus disesuaikan dan
diparaf dan ditandatangani oleh pihak kontraktor serta pihak Direksi. Data
dan gambar yang disajikan harus dibuat pada kertas reproduksi yang
berkualitas baik, sehingga hasilnya dapat dibaca dengan jelas dan dijilit rapi.
e. Kontraktor harus telah menyerahkan gambar-gambar Construction Drawing
E(CD) dari pengukuran M.C. 0 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
kalendersetelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja untuk diperiksa
oleh Direksisebelum dilakukan persetujuan.
f. Setiap ada terjadi perubahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus
dituangkandalam gambar dan tulisan dan boleh dilaksanakan setelah
mendapatpersetujuan pihak Direksi.
g. Segala biaya yang timbul akibat pekerjaan tersebut sudah termasuk dalam
harga satuan pekerjaan.
a. Penyiapan RKK
1) Membuat Prosedur Kerja
b. Sosialisasi, promosi dan pelatihan
1) Spanduk
2) Poster
3) Papan Infomasi K3
c. Sosialisasi, promosi dan pelatihan
1) Topi Pelindung (10 Bh)
2) Masker (15 Bh)
3) Sarung Tangan (10 Bh)
4) Sepatu Keselamatan (10 Bh)
5) Rompi Keselamatan (10 Bh)
d. Asuransi dan Perijinan
BPJS
e. Konsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi (1x)
f. Fasilitas Sarana dan Prasarana Kesehatan
1) Kotak P3K, obat-obatan, Perban dll.
2) Bendera K3
3) Hand Sanitizer
3.2. STANDAR/REFERENSI
a. American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO)
b. American Society for Testing and Materials (ASTM).
c. Semua peraturan dan standar nasional yang berlaku.
3.5. PEMADATAN
a. Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai untuk
memadatkan urugan maupun daerah galian. Untuk pemadatan tanah kohesif
digunakan self propelled tamping rollers atau towed sheep roller. Smooth steel
wheel vibratory roller digunakan untuk memadatkan bahan urugan berbutir.
b. Pemadatan harus dilakukan baik untuk tanah dasar maupun tanah urugan
hingga mencapai daya dukung ijin tanah 18 ton/m2 sesuai dengan CBR 80%
c. Pemadatan dengan menyiram dan menyemprot tidak diijinkan. Bila tingkat
pemadatan tidak memenuhi, perbaikan harus dilakukan sampai tercapai nilai
pemadatan yang disyaratkan.
d. Bahan yang ditempatkan di atas lapisan yang tidak dipadatkan dengan baik
harus disingkirkan dan harus dipadatkan kembali sesuai petunjuk Manajer
Konstruksi.
3.6. BAHAN-BAHAN
a. Bahan Urugan
Bahan urukan harus bebas dari bahan organik, gumpalan besar, kayu,
bahan-bahan lain yang mengganggu dan butiran batu lebih besar dari
100mm dan memiliki gradasi sedemikian rupa agar pemadatan berjalan
lancar.
Bahan urukan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan harus berupa
material pasir dan batu,
Bila menurut pendapat Manajer Proyek, suatu bahan tidak dapat
diperoleh, penggunaan batu-batuan atau kerikil yang dicampur dengan
tanah dapat diijinkan, dalam hal ini, bahan yang lebih besar dari 150mm
dan lebih kecil dari 50mm tidak diijinkan digunakan, dan persentase
pasir harus berjumlah cukup untuk mengisi celah dan membentuk
kepadatan tanah yang seragam dengan nilai kepadatan yang sesuai
Semua bahan galian kecuali tanah tidak dijinkan digunakan sebagai
bahan urukan kecuali disetujui oleh Manajer Konstruksiseperti
disebutkan dalam butir 5.1.2 dari Spesifikasi Teknis ini.
Bahan urukan yang disimpan di dekat tempat kerja untuk waktu lebih
dari 12 jam harus dilindungi dengan lembaran plastik agar tidak terjadi
penyimpangan pada bahan urukan yang telah disetujui tersebut.
Setiap lapisan bahan urukan, bila kering, harus dibasahi merata sampai
tercapai kadar air tertentu untuk mendapatkan kepadatan yang
disyaratkan.
b. Persiapan
Sebelum penempatan bahan urukan, pekerjaan-pekerjaan berikut harus
sudah dikerjakan sebelumnya :
Pembersihan lokasi dan/atau penggalian sesuai petunjuk Gambar Kerja
dan Spesifikasi Teknis.
Kontraktor harus memberitahu Manajer Konstruksi sebelum memulai
Penempatan bahan urukan dan Manajer Konstruksiakan memeriksa
kondisi lokasi yang telah disiapkan untuk maksud tersebut.
Lokasi yang akan diberi bahan urukan/timbunan harus dikeringkan
dahulu dari genangan air menggunakan pompa atau alat lain yang
disetujui Manajer Proyek.
c. Penempatan Bahan Urugan
Bahan urugan tidak boleh dihampar atau dipadatkan pada waktu hujan.
Bahan urugan di dalam atau di luar lokasi timbunan harus ditempatkan
lapis demi lapis dengan ketebalan maksimal 200mm (keadaan lepas) dan
harus dipadatkan dengan baik.
Untuk timbunan di luar lokasi timbunan, urukan harus dipadatkan
sampai kepadatan yang sebanding dengan daerah sekitarnya atau sesuai
ketentuan dalam butir 5.3. dari Spesifikasi Teknis ini.
Untuk timbunan di dalam lokasi timbunan, urukan harus dipadatkan
sesuai nilai kepadatan yang ditentukan dalam butir 5.3. dari Spesifikasi
Teknis ini.
Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja atau syarat khusus, alat
pemadat tangan tidak diijinkan sebagai pengganti alat pemadat mekanis.
Kontraktor tidak boleh menempatkan lapisan baru bahan urukan sebelum
pemadatan lapisan terdahulu disetujui Manajer Proyek.
Pengurukan tidak boleh dikerjakan tanpa persetujuan dari Manajer
Proyek.
3.7. PEMADATAN
a. Umum
a. Galian pondasi harus telah disetujui sacara tertulis oleh konsultan pengawas,
kemudian dasar galian harus diurug dengan pasir urug tebal 10 cm. Disiram
sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar – benar padat. Diatas
lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu gunung kosong yang dipasang
sesuai gambar kerja.
b. Pasangan batu gunung untuk pondasi menggunakan adukan dengan campuran
1Pc : 4 Ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam gambar
kerja. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air 1Pc : 3Ps.
c. Adukan harus membungkus batu gunung atau batu gunung sedemikian rupa
sehingga tidak ada bagian dari pondasi yang berongga atau tidak pada
khususnya pada bagian tengah.
d. Setiap jarak 100 cm. As – as harus ditanam stek Dia 10 mm. Untuk sloof dan
dinding pasangan yang tercantum dalam gambar kerja. Pada perletakan kolom
beton atau kolom praktis beton harus ditanamkan stek-stek tulangan kolom
dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan tulangan pokok pada
kolom beton atau kolom praktis tersebut. Stek-stek harus tertanam dengan baik
dalam pondasi sedalam minimum 40–d atau sesuai dengan ukuran dalam
gambar kerja. Jarak antara stek-stek ini adalah tiap 100 cm. Dan atau seperti
yang tercantum dalam gambar kerja.
bata dengan kolom/dinding beton struktural dan dinding bata dengan pelat
beton struktural seperti yang ditunjukkan oleh Direksi Lapangan.
6.3. PENYERAHAN-PENYERAHAN
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor kepada
Direksi Lapangan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk menyerahkan
f. Percobaan tambahan
Kontraktor, tanpa membebankan biaya kepada pemilik, harus
mengadakan percobaan laboratorium selaku percobaan tambahan pada
bahan-bahan beton dan membuat desain adukan baru bila sifat atau
pemilihan bahan diubah atau apabila beton yang ada tidak dapat
mencapai kekuatan spesifikasi.
Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan
pelaksanaan akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan pelepasan perancah/acuan. Sedangkan untuk
pengujian di luar ketentuan pekerjaan tersebut, harus diserahkan kepada
Direksi Lapangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah
pengujian dilakukan.
6.5.1. Semen
a. Mutu semen
Semen portland harus memenuhi persyaratan standard
Internasional atau Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI
3-04-1989-F atau sesuai SII-0013-82, Type-1 atau NI-8 untuk butir
pengikat awal kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan
kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh dipergunakan
dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas oleh
Direksi Lapangan.
Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen
portland dan bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi
ketentuan SII 0132 Mutu dan Cara Uji Semen Portland Pozoland
atau spesifikasi untuk semen hidraulis campuran.
Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan
dengan jelas jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen ini
harus sesuai dengan jenis semen yang digunakan dalam ketentuan
b. Penyimpanan Semen
Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat
penyimpanan dan dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai
terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat
penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen yang
telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras
ataupun tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak
yang utuh dan terlindung baik terhadap pengaruh cuaca, dengan
ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan
pengiriman. Semen yang telah disimpan lebih 60 hari tidak boleh
digunakan untuk pekerjaan.
Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat
untuk melindungi terhadap penggumpalan semen dalam
penyimpanan.
Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus
disertai dengan sertifikat test dari pabrik.
Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih dari
2,5 %.
"Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen yang
telah disetujui untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor" tidak boleh
mengganti merk semen selama pelaksanaan dari pekerjaan, kecuali
dengan persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan.
6.5.2. Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan
dari SII 0052-80 "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton" dan bila tidak
tercakup dalam SII 0052-80, maka harus memenuhi spesifikasi agregat
untuk beton.
a. Agregat halus (Pasir)
Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari : butir-butir
tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan
organis.
Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-
partikel seperti yang ditentukan di pasal 3.5. dari NI-2. PBI '71.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %
(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila
kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat halus harus dicuci.
Sesuai PBI'71 bab 3.3. atau SII 0051-82.
Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus
minimum 2 % berat; sisa di atas ayakan 2 mm harus minimum 10 %
berat; sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80 % dan 90
% berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton.
Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung
a. Persiapan
1) Kontraktor harus menyiapkan jadwal pengecoran dan
menyerahan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui paling
lambat 1 (satu) minggu sebelum memulai kegiatan pengecoran.
2) Sebelum pengecoran beton, bersihkan benar-benar cetakannya,
semprot dengan air dan kencangkan. Sebelum pengecoran, semua
cetakan, tulangan beton, dan benda-benda yang ditanamkan atau di
cor harus telah diperiksa dan disetujui oleh Direksi Lapangan.
Permohonan untuk pemeriksaan harus diserahkan kepada
Direksi Lapangan setidak-tidaknya 24 jam sebelum beton di cor.
Kelebihan air, pengeras beton, puing, butir-butir lepasan dan
benda-benda asing lain harus disingkirkan dari bagian dalam
cetakan dan dari permukaan dalam dari pengaduk serta
perlengkapan pengangkutan.
3) Galian harus dibentuk sedemikian sehingga daerah yang langsung
di sekeliling struktur dapat efektif dan menerus dicor.
4) Seluruh galian harus dijaga bebas dari rembesan, luapan dan
genangan air sepanjang waktu, baik di titik sumur, pompa, drainase
ataupun segala perlengkapan dari kontraktor yang berhubungan
dengan listrik untuk pengadaan bagi maksud penyempurnaan.
5) Dalam segala hal, beton tidak boleh ditimbun di galian manapun,
kecuali bila galian tertentu telah bebas air dan lumpur.
6) Penulangan harus sudah terjamin dan diperiksa serta disetujui.
Logam-logam yang ditanam harus bebas dari adukan lama,
minyak, karat besi dan pergerakan lain ataupun lapisan yang dapat
mengurangi rekatan. Kereta pengangkut adukan beton yang beroda
tidak boleh dijalankan melalui tulangan ataupun disandarkan pada
tulangan. Pada lokasi dimana beton baru ditempelkan ke pekerjaan
beton lama, buat lubang pada beton lama, masukkan pantek baja,
dan kemas cairan tanpa adukan nonshrink.
7) Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah timbulnya
retak, basahkan bahan-bahan lain secukupnya untuk mengurangi
penyusutan dan menjaga pelaksanaan beton.
8) Penutup Beton. Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton
harus sesuai dengan persyaratan SKSNI 1991.
9) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal
penutup beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan
jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama
dengan mutu beton yang akan dicor.
Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat
berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus
c. Penambalan Beton
Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton
yang terdiri dari 1 (satu) bagian semen (yang diatur dengan semen
putih atau tambahan bahan pewarna bila diijinkan untuk menye-
suaikan dengan warna disekitarnya) dengan 2 1/2 (dua setengah)
bagian pasir dengan air secukupnya untuk mendapatkan adukan
yang diperlukan.
Siapkan campuran percobaan (trial mixes) untuk
menentukan mutu yang sebenarnya. Siapkan panel-panel contoh (30
cm persegi) dan biarkan sampai berumur 14 hari sebelum keputusan
akhir dibuat dan penambalan dikerjakan.
Olah lagi adukan seperti diatas sampai mencapai kekentalan
yang tertinggi yang diijinkan untuk pengecoran. Sikat bagian yang
akan ditambah dengan bahan perekat yang terdiri dari pasta
campuran air dan semen murni serta tambalkan adukan bila bahan
perekat masih basah.
Hentikan penambalan sedikit lebih luas di sekeliling bagian
yang ditambal, biarkan untuk kira-kira satu sampai dua jam untuk
memberi kesempatan terhadap penyusutan dan penyesuaian
penyelesaian (finish flush) dengan permukaan sekelilingnya.
d. Proporsi/Perbandingan Campuran.
1. Perbandingan campuran harus ditetapkan untuk meminimumkan jumlah
semen tehadap campuran dalam batasan dari mutu beton yang
dikehendaki/diminta dan harus dise tujui oleh Direksi Lapangan.
2. Slump untuk beton massa tidak boleh lebih dari 12 cm.
3. Bila penentuan perbandingan campuran berdasarkan umur beton 28 hari,
maka umur beton juga perlu diperinci. Dalam hal ini desain
perbandingan campuran harus ditentukan sesuai dengan metoda yang
telah diperinci atau disetujui oleh Direksi Lapangan.
e. Penulangan
1. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari bentuk
tulangan tidak berubah selama pengecoran.
2. Peraturan lain tentang penulangan harus sesuai dengan bab ini pasal C.4.
tentang pembesian.
1.7. PEMBESIAN
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang
merugikan terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan
kawat dari baja lunak.
Sambungan mekanis harus ditest dengan percobaan tarik.
Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari
pembesian, termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan
panjang penjangkaran dari penulangan baja oleh Direksi Lapangan.
Sertifikat : Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja
tulangan, maka pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan
sertifikat resmi dari Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.
e. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.
harus memperlihatkan hasil-hasil dari semua kom- posisi kimia dan sifat-sifat
fisik.
1.8.1. Persiapan
a. Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan
karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan
sekali lagi tonjolan pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk
menjamin rekatannya.
b. Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.
7.4. PELAKSANAAN
a. Umum
Kontraktor harus menyediakan pelaksana dan supervisor yang
berpengalaman di lokasi pekerjaan untuk mengontrol pekerjaan. Pelaksanaan
pekerjaan lain selain beton harus sesuai dengan ketentuan bagian lain atau
pasal lain untuk beberapa pekerjaan yang menjadi satu kesatuan dengan
pekerjaan beton.
b. Cetakan (formwork)
Sebelum beton dituang, Ahli harus memeriksa seluruh cetakan (formwork) dan
perancah, dan beton tidak boleh dituangkan sebelum Ahli memeriksa dan
menyetujui cetakan dan perancahnya. Adanya persetujuan dari Ahli tidak
mengurangi tanggung jawab Kontraktor dalam penyelesaian struktur sebaik-
baiknya.
c. Bagian dalam cetakan untuk hollow slab harus dibuat dari plywood, logam
tipis atau bahan lainnya. Kekuatan bahan-bahan itu harus cukup untuk
melawan tekanan beton dan daya apungnya.
d. Tipe dan struktur sambungan dan penutup cetakan bentuk silinder harus rapat
agar beton tidak bocor, dan harus disetujui oleh Ahli. Diameter nominal
silinder berarti diameter bagian luar, atau diameter luar dari bagian tonjolan
bila logam cetakan yang tipis mempunyai tonjolan. Tinggi tonjolan
(projection) harus kurang dari 10 milimeter.
e. Cetakan dalam (internal forms) harus diletakkan pada posisi yang tepat
sehingga tidak rusak waktu beton dituang. Untuk mengencangkan internal
forms, harus dibuat baut bentuk U dan metoda penopang atau penguat cetakan
ini harus disetujui oleh Ahli. Baut bentuk U dan suku cadangan lainnya harus
dapat menahan daya apung cetakan.
Beton harus dituang dalam batas waktu yang segera setelah pencampuran
selesai. Penuangan beton harus sedemikian rupa agar tidak terjadi segregasi dan
perubahan kedudukan tulangan dan harus dihamparkan berupa lapisan horisontal.
Bila perlu, beton dituangkan ke dalam cetakan dengan sekop tangan, dan vibrator
tidak boleh digunakan untuk menyebarkan beton dalam cetakan. Adonan beton
jangan sampai memerciki cetakan dan tulangan, sehingga sampai mengering
sebelum akhirnya tertutup dengan beton. Bila sudah melimpah lebih dulu, cetakan
dan baja tulangan harus dibersihkan dengan sikat kawat sebelum beton dituang ke
cetakan.
Talang, pipa, atau corong yang digunakan sebagai alat bantu pengecoran
beton harus diletakkan sedemikian rupa agar beton tidak mengalami segregasi.
Alat-alat tersebut harus selalu bersih dari beton atau mortar yang melekat.
8.4. BAHAN-BAHAN
a. Batu Merah Pracetak
1) Batu Merah harus batu dari mutu yang terbaik, produksi lokal dengan
ukuran nominal 55 mm x 110 mm x 230 mm atau sesuai dengan ukuran
lokal yang dapat diperoleh, yang baik dan bersudut runcing serta rata,
tanpa cacat dan mengandung kotoran. Meskipun ukuran batu yang biasa
diperoleh di suatu daerah mungkin berbeda dengan ukuran tersebut diatas,
harus diusahakan supaya tidak terlalu menyimpang dari ukuran-ukuran
tersebut.
d. Plesteran
Bahan plesteran harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis Adukan dan
Plesteran.
9.4. BAHAN-BAHAN
a. Semen
1) Semen tipe I harus memenuhi standar SII.0013-81/SNI.15-2049-1992
atau ASTM C 150-89 serta Spesifikasi Teknis seperti pada STR 03
(Spesifikasi Teknis Beton Cor Di Tempat).
2) Semen yang digunakan harus berasal dari satu merek dagang yang
dikenal luas dan mudah diperoleh.
b. Pasir
1) Pasir harus bersih, keras, padat dan tajam, tidak mengandung lumpur
atau kotoran yang lain yang merusak.
2) Perbandingan butir-butir harus seragam dari yang kasar sampai dengan
yang halus, sesuai dengan ketentuan ASTM C 33.
c. Air
1) Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat-zat organic
yang bersifat merusak.
2) Air dengan kualitas yang diketahui dan dapat diminum tidak perlu diuji.
Pada dasarnya semua air, kecuali yang telah disebutkan diatas, harus
9.6. PEMASANGAN
a. Plesteran Batu Merah
1) Pekerjaan plesteran dapat dimulai setelah pekerjaan persiapan dan
pembersihan selesai.
d. Pengacian
1) Pengacian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh sehingga
plesteran menjadi rata, halus, tidak ada bagian yang bergelombang, tidak
ada bagian yang retak dan setelah plesteran berumur 8 (delapan) hari atau
sudah kering betul.
2) Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor
harus selalu meyirami bagian permukaan yang diaci dengan air sampai
jenuh, sekurang-kurangnya dua kali setiap harinya.
f. Setelah selesai pemasangan batu, permukaan batu dibersihkan dari debu dan
serpihan kemudian dicoating efek doof sehingga merata. Coating harus
dilakukan pada batu yang benar-benar kering dan bersih.
g. Batu dan pinggiran nat dibersihkan dari sisa-sisa pengecoran hingga bersih
dengan menggunakan sikat nilon.
h. Perawatan khusus perlu dilakukan dengan melakukan coating berkala setiap 6
bulan sekali dan bersihkan debu-debu yang melekat dengan vacuum cleaner
secara teratur. Jika batu berlumut, bersihkan dengan sikat kawat dan air
deterjen secara berkala, dan lakukan coating ulang setelah penyikatan. Jika
bernoda hitam, bersihkan dengan amplas atau gerinda.
18.4. PELAKSANAAN
Umum
1. Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukan kepada pengawas
beserta ketentuan/persyaratan/jaminan pabrik untuk mendapatkan
persetujuannya. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya
tambahan.
2. Jika perlu diadakan penukaran/pergantian, bahan pengganti harus
disetujui oleh pengawas berdasarkan contoh yang telah diajukan
kontraktor.
3. Untuk pekerjaan cat didaerah terbuka, jangan dilakukan dalam keadaan
cuaca lembab dan hujan atau keadaan angin berdebu, yang akan
mengurangi kualitas pengecatan. Bilamana waktu mendesak, harap
dilakukan pengecatan dalam keadaan terlindung dari basah dan lembab
ataupun debu.
4. Permukaan bahan yang akan dicat harus benar – benar sudah dipersiapkan
untuk pengecatan, sesuai persyaratan pabrik cat dan bahan yang
bersangkutan. Permukaan yang akan dicat harus benar-benar kering,
bersih dari debu, lemak/minyak dan noda – noda yang melekat.
5. Setiap pengecatan yang akan dimulai pada suatu bidang, harus mendapat
persetujuan dari pengawas. Sebelum memulai pengecatan, kontraktor
wajib melakukan percobaan untuk disetujui oleh pengawas.
Teknis
1. Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang umum dilakukan kecuali
spesifikasi lain. Jadi urutan pengecatan, penggunaan lapisan – lapisan dasar
dan tebal lapisan penutup minimal sama dengan persyaratan pabrik.
Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas –
bekas yang menunjukan tanda – tanda sapuan, semprotan, dan roller.
2. Sapuan semua dasar dengan cat memakai kuas atau roda. Penyemprotan
hanya diijinkan dilakukan bila disetujui pengawas.
3. Pengecetan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang
menutupi, atau lepas. Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana
ditunjukan oleh pengawas, serta harus mengikuti petunjuk dan spesifikai
yang dikeluarkan pabrik yang bersangkutan.
4. Pembersihan permukaan harus mendapat persetujuan, pekerjaan termaksud
penggunaan ongkos, pencucian dengan air, maupun pembersihan dengan
kain kering.
5. Kerapian pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan mengganngu
pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah terpasang. Pekerjaan
yang tidak sempurna diualang dan diperbaiki atas tanggungan kontraktor.
A. Persiapan pekerjaan
1. Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pagar besi hollow.
2. Approval material yang akan digunakan.
3. Persiapan lahan kerja.
4. Persiapan material kerja, antara lain : besi hollow 40x60 t=2mm, besi hollow
20x40 t=2mm, engsel, slot, dan gembok.
5. Persiapan alat kerja, antara lain : meteran, bor listrik, mesin las dll.
B. Pelaksanaan pekerjaan
1. Melakukan pengukuran lebar dan tinggi pada lokasi yang dipasang besi hollow
dengan meteran.
2. Pastikan area kerja Anda bersih dan bebas dari penghalang atau sampah yang
dapat mengganggu proses pembuatan.
3. Ketika ukuran sudah didapatkan, memulai proses pemotongan besi hollow 40x60
dan 20x40 tebal 2 mm menjadi beberapa bagian, sesuai dengan ukuran dan
gambar kerja. Kemudian merangkai besi hollow yang sebelumnya sudah dipotong
tadi, menjadi rangkaian pagar besi hollow sesuai dengan gambar rencana.
4. Setelah potongan-potongan besi hollow tersusun rapi, besi hollow di las
menggunakan alat las. Sehingga terbentuk pagar besi hollow sesuai dengan
gambar rencana.
5. Sebelum pemasangan besi hollow terlebih dahulu melakukan pengeboran pada
tembok sampai menembus besi kolom, selanjutnya melakukan penyambungan
besi hollow dengan besi kolom dengan dilas untuk menyatukan pagar besi hollow
sehingga pagar kaku dan kuat.
6. Perapihan hasil pekerjaan dari sisa material pintu besi.
A. Pekerjaan persiapan
1. Pembuatan dan pengajuan shop drawing pekerjaan pengecatan pagar besi hollow.
2. Approval material yang akan digunakan.
3. Persiapan lahan kerja.
4. Persiapan material kerja, antara lain : cat dasar, cat penutup, cat menie, dll.
5. Persiapan alat bantu kerja, antara lain : kuas cat, kape, amplas, bak cat, roll cat,
dll.
B. Pelaksanaan pekerjaan
1. Bersihkan permukaan besi dari karat dengan cara diamplas permukaannya dan
bersihkan dari debu, minyak dan kotoran lainnya.
2. Lindungi bahan-bahan/pekerjaan lain yang berbatasan dengan besi yang akan
dicat dengan kertas semen, koran dan lakban.
3. Aduk cat sesuai dengan petunjuk dari pabrik.
6. Lakukan pengecatan lapisan dasar dengan menie besi dengan alat rol pada bidang
yang luas dan dengan kuas untuk bidang yang sempit.
7. Jika cat dasar sudah kering lakukan pengecatan ulang tahap selanjutnya sampai
finish dan hasilnya benar-benar rata.
8. Perapihan hasil pekerjaan.
1. Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan (RKS) ini untuk
menguraikan bahan-bahan dan pekerjaan tidak disebutkan perkataan atau kalimat-
kalimat "DIADAKAN OLEH KONTRAKTOR ATAU DISELENGGARAKAN
KONTRAKTOR", maka hal ini dianggap seperti betul-betul disebutkan, jika
uraian tersebut ternyata masuk dalam pekerjaan.
2. Guna mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka bagian-bagian yang
betul-betul termasuk dalam bagian pekerjaan ini tetapi tidak atau belum disebut
dalam Rencana kerja dan Syarat- syarat Pekerjaan (RKS) ini harus
diselenggarakan oleh Kontraktor seperti benar-benar disebut.
3. Segala sesuatu yang tidak disebut secara nyata, tetapi lazim dan mutlak adanya
maka tetap diadakan/ dikerjakan Kontraktor.
4. Hal-hal yang belum tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut
oleh Pihak Pemberi Tugas, Unsur Teknis, Direksi/ Pengawas dan Konsultan
Perencana.
Bila ditulis dalam BASM tetapi pada gambar, RKS maupun BAA tidak
ditulis, maka BASM lah yang diikuti.
DOKUMEN PELAKSANAAN
1. Dokumen Kontrak Pelaksanaan yang dianggap mengikat dalam hubungan kerja ini
adalah :
Dokumen Pelelangan yang terdiri dari : Rencana Kerja dan Syarat-syarat
pekerjaan (RKS) beserta gambar-gambar Perencanaan.
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) dan semua Berita
Acara Pelelangan.
2. Termasuk dalam ketentuan diatas, berlaku pula ketentuan berikut :
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor bertanggung jawab kepada pemberi tugas.
Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tidak diperbolehkan mengalihkan seluruh
hak dan kuajibannya atas pekerjaan yang menjadi tugasnya kepada
Pihak/Kontraktor lain.
Dalam melaksanakan pekerjaan Kontraktor harus tunduk pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pada prinsipnya seluruh pekerjaan telah tersebut dalam gambar dan RKS, bila
ternyata masih ada pekerjaan yang harus dilaksanakan namun tidak tersebut dalam
gambar dan RKS atau kedua-duanya maka pekerjaan tersebut tetap harus
dilaksanakan atas biaya Kontraktor.
4. Segala hal yang menyangkut merk serta produk tertentu bisa subsitusi merk lain
asal sekualitas / sejenis dan mendapat persetujuan Pengawas.
5. Pada prinsipnya Kontraktor tidak hanya melaksanakan hal yang tersurat dalam RKS
ini, namun harus ada upaya untuk melaksanakan pekerjaan ini sebaik mungkin.
La Ode Munajap, A. Md
Direktur