Anda di halaman 1dari 36

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

REHABILITASI KANTOR KECAMATAN KALIPARE

SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN TEKNIS

I. SPESIFIKASI UMUM

I.1. LINGKUP PEKERJAAN Yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah Rehabilitasi Kantor Kecamatan
Kalipare yang meliputi pekerjaan struktural,
arsitektur,mekanikal,elektrikal dan juga pekerjaan landscaping/taman.

I.2. JENIS DAN MUTU BAHAN I.2.1 Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang
dipergunakan dalam pekerjaan ini harus menggunakan bahan yang baru.

I.2.2 Tanda pengenal


2.2.1. Apabila pabrik / produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal
untuk produk / bahan yang dihasilkan baik berupa cap merk
dagang atau sebagai pengenal kualitas / kelas / kapasitas maka
semua bahan dari pabrik / produsen bersangkutan yang
dipergunakan dalam pekerjaan ini harus mengandung tanda
pengenal tersebut.
2.2.2. Khusus untuk bahan instalasi (daya, penerangan, komunikasi,
alam, plumbing, dan lain-lain) kecuali ditetapkan oleh pengawas /
direksi pekerjaan, bahan sejenis dengan fungsi yang berada
harus diberi tanda pengenal yang berupa pola. Tanda pengenal
ini dapat berupa warna atau tanda yang lain yang harus sesuai
dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Dalam hal ini
harus dilaksanakan sesuai petunjuk direksi pekerjaan.

I.2.3 Merk dan kesetaraan.


2.3.1. Penyambutan sesuatu dengan merk dagang bagi satu
bahan/produk di dalam permasyarakatan teknis, secara umum
harus dimengerti secara keharusan memakai produk tersebut
2.3.2. Kecuali secara khusus, maka penggunaan bahan/produk lain
yang dapat dibuktikan mempunyai kualitas yang setara dengan
bahan/produk yang memakai merk dagang yang disebutkan
dapat diterima apabila sebelumnya telah diperoleh persetujuan
tertulis dari direksi pekerjaan atas ijin dari pemberi tugas tentang
kesetaraan tersebut.
2.3.3. Penggunaan bahan / produk yang disetujui sebagai “setara” tidak
dianggap sebagai perubahan pekerjaan dan karenanya tidak
akan ada perubahan.

I.2.4 Pengantian (Substitusi).


2.4.1. Atas persetujuan Direksi Pekerjaan/Pemberi tugas. Kontraktor
dapat menggantikan sesuatu bahan/produk dengan sesuatu
Bahan/Produk lain yang berbeda dari produk yang disyaratkan
dan setaranya.
2.4.2. Apabila akibat penggantian bahan/produk terjadi perhitungan
harga kurang/lebih maka diperhitungkan sebagai pekerjaan
tambah/kurang CCO (Change Contract Order).
Perencanaan Pembangunan Gedung Serba Guna Polres Batu
I.2.5 Persetujuan Bahan.
2.5.1 Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan dianjurkan
agar sebelum bahan/produk akan dibeli/dipesan/diprodusir,
terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari Direksi pekerjaan
atas kesesuaian dari bahan/produk tersebut dengan persyaratan
teknis, untuk diberikan persetujuan.dalam bentuk tertulis yang
dilampirkan pada contoh/brosur dari bahan/produk yang
bersangkutan untuk diserahkan pada direksi pekerjaan di
lapangan.
2.5.2 Penolakan bahan di lapangan karena diabaikanya prosedur atas
sepenuhnya merupakan tanggung jawab kontraktor tanpa
pertimbangan keringanan apapun.
2.5.3 Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh/brosur seperti
tersebut di atas tidak melepaskan tanggung jawab kontraktor
dari kewajibanya untuk mengadakan bahan / produk yang sesuai
dengan persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan
diterima / disetujuinya seluruh bahan / produk tersebut di
lapangan, sejauh tidak dapat dibuktikan bahwa seluruh
bahan/produk tersebut adalah sesuai dengan contoh/brosur yang
telah disetujui .
Contoh.
Pada waktu memintakan persetujuan atas bahan / produk
tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Jumlah Contoh
a. Untuk bahan / produk yang tidak dapat diberikan suatu
sertifikat pengujian yang dapat disetujui / diterima oleh
direksi pekerjaan sehingga perlu untuk diadakan
pengujian, maka kepada direksi pekerjaan harus
diserahkan sejumlah bahan / produk sesusai persyaratan
yang ditetapkan dalam standar prosedur pengujian, untuk
dijadikan benda uji guna diserahkan kepada lembaga
penguji yang ditunjuk oleh direksi perusahaan.
b. Untuk bahan / produk yang mempunyai sertifikat
pengujian, maka harus diserahkan 2 (dua) bahan contoh
yang masing-masing disertai dengan salinan sertifikat
pengujian yang bersangkutan kepada direksi pekerjaan
untuk mendapatkan persetujuan direksi pekerjaan.
2. Contoh yang disetujui;
a. Contoh yang diserahkan kepada direksi pekerjaan dan
telah memperoleh persetujuan, harus dibuat keterangan
tertulis mengenai persetujuannya serta dipasang tanda
pengenal persetujuannya pada 2 (dua) buah contoh yang
semuanya akan dipegang oleh direksi pekerja.
b. Bila dikehendaki kontraktor dapat meningkatkan jumlah
set tambahan dari contoh berikut tanda pengenal
persetujuan dan surat keterangan persetujuan untuk
kepentingan dokumentasi kontraktor.
c. Pada waktu direksi pekerjaan sudah tidak lagi
membutuhkan contoh yang disetujui tersebut untuk
pemeriksaan bahan/produk bagi pekerjaan, maka
kontraktor berhak meminta kembali contoh tersebut untuk
dipasang pada pekerjaan.
3. Waktu Persetujuan contoh

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


a. Merupakan tanggung jawab dari kontraktor untuk
mengajukan contoh pada waktunya, sehingga pemberian
persetujuan atas contoh tersebut tidak akan menyebabkan
keterlambatan pada jadwal pengadaan bahan (paling akhir
30 hari kerja sebelum mendapat persetujuan bahan).
b. Untuk bahan/produk yang pernyataanya tidak dikaitkan
dengan kesetaraan pada suatu merk dagang tertentu,
keputusan atas contoh akan diberikan oleh direksi
pekerjaan dalam waktu tidak lebih dari 10 hari kerja.
Persetujuan akan melibatkan keputusan tambahan di luar
persaratan teknis (seperti penentuan model, warna, dll)
maka keseluruhan akan diberikan dalam waktu tidak lebih
21 hari pekerja.
c. Untuk bahan/produk yang bersifat peralatan /
perlengkapan ataupun produk lain yang karena sifat /
jumlah / harga pengadaannya tidak memungkinkan untuk
diberikan contoh dalam bentuk bahan /produk jadi, maka
permintaan persetujuan bisa diajukan berdasarkan brosur
dari produk tersebut, dengan dilengkapi :

 Spesifikasi teknis lengkap yang dikeluarkan oleh


pabrik/produsen.
 Surat-surat seperluya dari agen/importer sesuai
petunjuk pekerjaan antara lain surat surat jaminan
suku cadang dan jasa purna penjualan (after sales
servica) dll.
 Katalog untuk warna pekerjaan penyelesaian
(finishing) dll
 Sertifikat-sertifikat pengujian/penetapan kelas serta
dokumen-dokumen sesuai petunjuk direksi pekerjaan.
d. Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan di atas,
keputusan
atas cotoh dari bahan/produk yang diajukan belum
diperoleh tanpa pemberitahuan tertulis apapun dari direksi
pekerjaan. Maka dianggap bahwa contoh yang diajukan
telah disetujui oleh direksi pekerjaan.
e. Penyimpanan bahan.
 Persetujuan atas suatu bahan/produk harus dimengerti
sebagai perijinan untuk memasukan bahan/produk
tersebut ke dalam lapangan serta pemeriksaan
keadaanya pada saat persetujuan diberikan.
 Bahan/prduk yang telah dimasukan kelapangan harus
segera disimpan dengan cara yang betul dan baik
sesuai ketentuan untuk masing-masing bahan / produk
yang tealah ditetapkan serta sesuai dengan petunjuk
direki pejerjaan apabila tidak diisaratkan pabrik.
 Kontraktor yang akan memakai bahan / produk
tersebut harus bertanggung jawab selama dalam
penyimpanan, bahan/produk tersebut tetap berada
dalam kondisi layak dipakai
apabila selama waktu itu ternyata bahwa bahan/produk
menjadi tidak layak untuk dipakai dalam pekerjaan,
maka direksi pekerjaan berhak untuk memerintahkan
agar;
- Bahan/produk tersebut harus segera dikeluarkan
dari lapangan untuk diganti dengan yang memenuhi
Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare
persaratan.

I.3. URAIAN PEKERJAAN I.3.1 Informasi Site.


3.1.1. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus benar-benar
memahami kondisi / pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah
memperhitungkan segala permasalahan yang dihadapi.
3.1.2. Kontraktor harus memperhatikan secara khusus mengenai kondisi /
pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan
segala permasalahan yang akan dihadapi.
3.1.3. Kontraktor harus memepelajari seksama seluruh bagian
gambar,persyaratan teknis dan agenda-agenda dalam dokumen
lelang, untuk penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan benar.

I.3.2 Penyediaan.
Pemborong harus menyediakan semua keperluan guna pelaksanaan
pekerjaan, termasuk sarana dan prasarana bantu seperti alat-alat penarik
dan pengangkat, andang-andang dan sebagainya.
3.2.1. Peralatan yang digunakan harus baik dan bisa beroperasi dengan
lancar, semua peralatan yang rusak harus diperbaiki di luar area
lokasi pekerjaan atau dikoordinasikan dengan pengguna jasa.
3.2.2. Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran perjalanan
alat-alat berat yang melalui jalan umum agar tidak menganggu
lalu lintas.
3.2.3. Pengawas atau direksi pekerjaan berhak memerintahkan untuk
menambah peralatan yang tidak sesuai / tidak memenuhi
persaratan.
3.2.4. Bila pekerjaan sudah selesai, kontraktor diwajibkan untuk segera
merapikan alat-alat dan memperbaiki semua kerusakan yang
diakibatkan oleh pekerjaan serta membersihkan bekas-bekas
pekerjaan.
3.3. Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan.
3.3.1.Kuantitas dan kualitas pekerjaan yang termasuk pada harga kontrak
harus dianggap seperti yang tertera di gambar-gambar kontrak
atau tercantum di uraian dan syarat-syarat, apa yang tertera dalam
uraian dan syarat-syarat atau gambar dalam kontrak itu tidak boleh
diubah.
3.3.2.Kekeliruan pada uraian pekerjaan atau kuantitas atau pengurangan
bagian dari gambar maupun uraian dan sarat-sarat, tidak
membatalkan kontrak ini tetapi hendaknya diperbaiki dan menjadi
suatu perubahan dari pemberi tugas.
3.3.3.Harga kontrak tidak boleh disesuaikan atau diubah dan tetap sesuai
dengan syarat-syarat ini, dan pasal-pasal dari syarat ini. Semua
kesalahan dalam hal hitungan atau bukan, harus dianggap telah
diterima oleh kedua belah pihak yang telah bersangkutan.

3.4. Petunjuk dan Instruksi


Semua petunjuk dan instruksi direksi pekerjaan / pemberi tugas yang
dikeluakan secara tertulis harus dilaksanakan secara baik oleh kontraktor.
Apabila kontraktor tidak dapat menerima atau menyetujui pendapat atau
perintah direksi pekerjaan / pemberi tugas, harus mengajuka keberatan
secara tertulis dalam waktu 3 (tiga) kali 24 jam. Dan apabila dalam jangka
waktu tersebut kontraktor tidak menganjurkan keberatan maka dianggap
telah menyetujui dan menerima perintah direksi pekerjaan / pemberi tugas
untuk dilaksanakan.
I.4. GAMBAR PELAKSANAAN I.4.1. Gambar-gambar rencana pekerjaan yang meliputi bestek, detail

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


konstruksi, situasi dan sebagainya yang telah dibuat oleh perencana telah
disampaikan kepada rekanan beserta dokumen lainnya. Rekanan tidak
boleh mengubah/menambah tanpa ijin tertulis dari pimpinan proyek.
Semua gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak
ada hubunganya dengan pekerjaan ini, atau digunakan untuk maksud-
maksud lain.
I.4.2. Gambar Detail Penjelassan (SHOP DRAWING)
Gambar-gambar tambahan.Bila pimpinan proyek menganggap perlu,
pemborong harus membuat gambar detail penjelesan yang
diperiksa/disahkan oleh pengawas, gambar-gambar tersebut menjadi milik
Pimpinan Proyek.
I.4.3. Gambar sesuai pelaksanaan pekerjaan (AS BUILT DRAWING).
Untuk semua gambar yang belum ada pada gambar kerja dan gambar
perubahan di lapangan baik penyimpangan atau atas perintah pemberi
tugas, kontraktor harus membuat gambar tersebut, dan diserahkan dalam
rangkap tiga dan semua biaya pembuatanya ditanggung oleh kontraktor.
I.4.4. Gambar-gambar di tempat Pekerjaan.
Rekanan harus menyediakan di tempat lokasi, satu set gambar kerja
lengkap, rencana kerja dan syarat-syarat, berita acara Aanwijzing dan
Time Schedule selama masa pelaksanaan pekerjaan dan harus tersedia
bila pemberi tugas sewaktu-waktu memerlukannya.
I.4.5. Contoh Barang.
4.5.1 Selama pembangunan, barang/bahan harus sesuai dengan RKS
atau spesifikasi persyaratan bahan dan Aanwijzing.
4.5.2 Barang/bahan dan upah yang ditawarkan dalam harga satuan
pekerjaan adalah mengikat, rekanan harus menawarkan harga-
harga sesuai dengan RKS dan Berita Acara Aanwijzing.
4.5.3 Contoh barang/bahan yang ditawarkan tidak bisa dipergunakan bila
belum mendapat persetujuan dari pengawas secara tetulis.
I.5. PENJELASAN RKS DAN 1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail maka
GAMBAR gambar detail yang diikuti.
2. Bila pada gambar terdapat perbedaan antara skala dan ukuran maka
ukuran dengan angka dalam gambar yang diikuti.
3. Bila terdapat perbadaan ukuran, jumlah serta bahan-bahan yang
diperlukan, maka RKS yang diikuti.

I.6. PERSIAPAN DILAPANGAN I.6.1. Pengukuran tapak kembali


I.6.1.1. Kontraktor harus sudah memperhitungkan biaya untuk
pengukuran atau penelitian ukuran tata letak dan ketinggian
bangunan (bouwplank).
I.6.1.2. Kontraktor diwajibkan melakukan pengecekan dengan
mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali dari tapak
secara lengkap mengenai ukuran-ukuran batas tanah, peil-peil,
letak-letak pohon dan bangunan-bangunan yang ada pada saat
tapak diserahkan kepada kontraktor pelaksana.
I.6.1.3. Perbedaan perbadaan antara keadaan lapangan dan gambar,
wajib segera di laporkan pada pengawas / direksi pekerjaan
untuk dimintakan keputusannya
I.6.1.4. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada pengawas / direksi
pekerjaan agar dapat ditentukan sebagai pedoman atau referensi
dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana
dan persyaratan teknis.

I.6.2. Sarana Air Kerja dan Penerangan


I.6.2.1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


berlangsung, Kontraktor harus memperhitungkan biaya
penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk
pekerja dan air kamar mandi / WC selama berlangsung proyek.
I.6.2.2. Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM
atau sember lain, serta pengadaan dan pemasangan pipa
distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan
termasuk keperluan Kantor Direksi Pekerjaan, kantor
pelaksanaan, kamar mandi/WC atau tempat-tempat lain yang
dianggap perlu.
I.6.2.3. Kontraktor juga harus menyediakan Sumber Tenaga Listrik untuk
keperluan pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan kantor Direksi
Pekerjaan dan penerangan proyek pada malam hari sebagai
keamanan selama proyek berlangsung. Penyediaan
penerangan/tenaga listrik berlangsung selama 24 jam penuh
dalam sehari.
I.6.2.4. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN
atau dengan Generator, dan semua perijinan untuk pekerjaan
tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor. Pengadaan fasilitas
penerangan termasuk instalasi dan armateur stop kontak serta
saklar / panel.

I.6.3. Keamanan Proyek


6.3.1. Kontraktor harus bisa menjamin keamanan proyek baik untuk
barang-barang kontraktor, milik pengawas / direksi pekerjaan,
serta menjaga keutuhan bangunan-bangunan yang ada dari
gangguan para pekerja ataupun kerusakan akibat pelaksanaan
pekerjaan.
6.3.2. Kontraktor harus bisa mendapatkan petugas keamanan selama
24 jam setiap hari yang dibagi dalam 3 gelombang waktu bekerja
(shift), dan harus melakukan pemeriksaan pengamanan setiap
hari setelah selesai pekerjaan
6.3.3. Untuk menjaga ketertiban maka para pekerja diharuskan
menggunakan tanda pengenal pada bagian yang mudah terlihat
oleh petugas keamanan yang sedang bertugas.

I.6.4. Bangunan sementara (Bouwkeet)


Pemborong harus menyediakan dan mendirikan bangunan sementara
untuk gudang penyimpanan dan perlindungan bahan bangunan. Rekanan
harus pula menyediakan ruangan untuk keperluan pengawas dengan
perlengkapan papantulis, meja dan kursi, buku harian, serta buku catatan
harian pengawasan seperlunya.
Semua ‘buwkeet’ perlengkapan rekanan pemborong dsb.pada waktu
selesainya pekerjaan harus dibongkar dari tapak/lokasi dan semua
bangunan exiting yang rusak harus diperbaiki, semua biaya menjadi
beban pemborong.

I.6.5. Pembongkaran bangunan sementara tersebut hanya dengan persetujuan


pimpinan proyek atau pengawas.

I.6.6. Direksi keet


Untuk pembangunan proyek ini, pemborong harus membuat “direksi keet”,
dengan ukuran menyesuaikan kebutuhan dengan kontruksi yang disetujui
oleh pengawas, bangunan tersebut berfungsi atau digunakan sebagai,
ruang pelaksana, ruang penjaga, ruang rapat, ruang tamu, ruang gambar,
Pondasi dari pasangan batu merah (Rollag) dengan spesi 1 pc ; 6 ps.
Kolom dari kayu meranti ukuran 8x12 cm dipasang vertical pada jarak 3

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


m. dinding dilapis triplek 4mm dan dicat. Lantai bangunan bagian bawah
dirabat beton. Penutup atap dari asbes gelombang kecil atau seng
gelombang warna BJLS 40, kusen pintu/jendela dibuat dari kayu meranti
6/12 yang dicat. Daun pintu terbuat dari teakwood, panil ganda yang
dilengkapi kunci union atau setara dua kali putar, sedangkan jendela
nacco dilengkapi teralis.
Untuk perlengkapan direksi, pemborong harus menyediakan antara lain :
1. Peralatan obat obatan (P3K)
2. Peralatan keselamatan kerja ; topi ; jaket ; sepatu, dll
3. Sarana penerangan listrik, lampu dll.
4. Kebutuhan konsumsi sederhana untuk rapat lapangan direksi
5. Perabot meja dan kursi gambar.
6. Peralatan tulis dan papan tulis (Komputer dan printer)
7. Perabot meja dan kursi untuk rapat
8. Meja / rak untuk menyimpan barang barang contoh
9. Buku direksi untuk mencatat semua instruksi dari direksi pekerjaan
10. Helm proyek.
Semua peralatan dalam direksi keet harus baru dan layak dipakai. Dan
semua biaya dibebankan pada pemborong. Barang tersebut di atas tetap
milik kontraktor dan harus dikeluarkan dari lokasi proyek apabila
bangunan telah selesai.

Tapi jika ada tempat/ruangan pada bangunan exisiting yang bisa dipakai
untuk direksi keet, kontraktor tidak perlu membuat direksi keet baru, hanya
perlu ijin untuk pemakaian ruang tersebut kepada dinas terkait/owner dan
juga melengkapi prabotan dan barang-barang seperti yang telah di
sebutkan sebelumnya.

I.6.7. Alat Komunikasi dan Trasportasi


I.6.7.1.Untuk memudahkan komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait
kontraktor wajib mengadakan alat komunikasi.
I.6.7.2.Untuk melancarkan jalannya proyek maka kontraktor diwajibkan
menyediakan 1 kendaraan roda empat untuk keperluan trasportasi
kontraktor dalam pengangkutan barang-barang, misalnya
pengangkutan bahan-bahan uji dan lain-lain atau untuk
penyediaan apabila terjadi keperluan yang sangat mendadak.
I.6.7.3.Kontraktor diwajibkan untuk menyediakan konsumsi dalam
pertemuan-pertemuan rutin atau tamu-tamu pemberi tugas yang
mempunyai kepentingan dengan proyek dan semua biaya
dibebankan kepada pemborong.

I.6.8. Jalan masuk ke tempat pekerjaan yang telah ditentukan harus diadakan
oleh rekanan bila diperlukan, sesuai kebutuhan dan kepentingan
proyek.

I.6.9. Pembuatan Los Kerja dan Tempat Istirahat


I.6.9.1.Kontraktor harus membuat los kerja bangunan untuk tempat
istirahat dan tempat sholat bagi para pekerja.
I.7. PELAKSANAAN I.7.1. Rencana Pelaksanaan
I.7.1.1. Pada saat akan dimulai pelaksanaan di lapangan, atau setelah
menerima SPK dari pemimpin proyek, rekanan harus segera
mengadakan persiapan termasuk pembuatan jadwal
pelaksanaan berupa ‘bar chart’ dan ‘network planing’ selambat
lambatnya 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan SPK, yang berisi
tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan, waktu yang direncanakan
disesuaikan dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


kontrak, dan harus disahkan pengawas / direksi dan pemimpin
proyek.
I.7.1.2. Kontraktor harus memasukkan kembali perbaikan atas ‘bar chart’
dan ‘netwok planing’ apabila direksi pekerjaan meminta diadakan
perbaikan / penyempurnaan atas ‘bar chart’ dan ‘network planing’
tersebut, paling lambat 4 hari sebelum dimulainya pelaksanaan.
I.7.1.3. Kontraktor tidak dibenarkan memulai suatu pelaksanaan
pekerjaan sebelum adanya persetujuan dari direksi pekerjaan
atas rencana kerja tersebut.
I.7.1.4. ‘Bar chart’ dan ‘network planing’ tersebut harus berada di lokasi
pekerjaan agar perkembangan hasil pekerjaan di lapangan bisa
diikuti dan diberi tanda garis tinta merah atau warna lain. Bila
terdapat/terlihat ada hambatan, semua pihak harus segera
mengadakan langkah-langkah penanggulangannya.

I.7.2. Gambar Kerja


7.2.1. Untuk bagian-bagian pekerjaan di mana gambar belum cukup
memberikan petunjuk mengenai cara pelaksanaanya, kontraktor
wajib untuk memepersiapkan gambar keja yang terperinci yang
akan memperlihatkan cara pelaksanaannya.
7.2.2. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang
diberikan oleh direksi pekerjaan.
7.2.3. Gambar kerja harus diajukan kepada direksi pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan dalam rangkap 2 (dua).

I.7.3. Rencana Mingguan dan Bulanan


7.3.1. Selambat-lambatnya pada setiap hari sabtu selama proses
pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kontraktor wajib
menyerahkan kepada direksi pekerjaan suatu rencana mingguan
yang berisi rencana pelaksanaan dari bagian pekerjaan yang
akan dilaksanakan dalam minggu berikutnya.
7.3.2. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari setiap bulan,
kontraktor wajib menyerahkan kepada direksi pekerjaan suatu
rencana bulanan dalam garis besarnya, berbagai rencana
pelaksanaan dari bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan
dalam bulan berikutnya.
7.3.3. Kelalaian kontraktor untuk menyusun dan menyerahkan rencana
mingguan maupun bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam
melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan oleh direksi.
7.3.4. Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru kontraktor
diwajibkan untuk menyampaikan pemberitahuan kepada direksi
pekerjaan mengenai hal tersebut paling lambat 2 x 24 jam
sebelumnya.

I.7.4. Dokumentasi (Foto dan Video)


7.4.1. Kontraktor harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumen
serta pengiriman ke pihak direksi pekerjaan dan ke pihak lain
yang memerlukan.
7.4.2. Yang dimaksud dokumentasi dalam pekerjaan ini adalah :
7.4.2.1. Laporan laporan perkembangan proyek
7.4.2.2. Foto-foto hasil pekerjaan berwarna ukuran post card
dimasukan dalam foto album. Foto-foto tersebut
mengambarkan kemajuan proyek dan dibuat minimal
peristiwa sebagai berikut :
a. Sebelum pekerjaan dimulai kondisi fisik 0%.
b. Pada saat pengurukan lahan

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


c. Pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang pancang
( strausspile)
d. Pada saat pengerjaan poer
e. Pada saat penulangan dan pengecoran plat lantai
f. Pada saat penulangan dan pengecoran kolom-
kolom
g. Pada saat penulangan dan pengecoran balok-
balok
h. Setelah dinding dan kusen terpasang
i. Pemasangan instalasi mekanikal elektrikal
j. Pada saat pemasangan dan selesainya pekerjaan
plafon
k. Pada saat pemasangan dan selesainya pekerjaan
lantai
l. Bangunan telah selesai 100%. Setelah pekerjaan
seluruh selesai dan siap untuk diserahkan pada
penyerahan pertama.
m. Bisa juga disertai dengan video proses
pelaksanaan pekerjaan.

I.7.5. Ketentuan Jam Kerja


7.5.1. Jam kerja kontraktor adalah jam kerja menurut kebiasaan
setempat (6 hari seminggu)
7.5.2. Jika kontraktor menghendaki, diluar ketentuan waktu jam kerja
menurut kebiasaan setempat, atau pada hari-hari libur nasional,
atau sebelum matahari terbit, atau setelah matahari terbenam,
maka kontraktor diharuskan mengajukan ijin sebelumnya kepada
direksi pekerjaan secara tertulis dalam waktu sekurang-
kurangnya 24 jam.

I.7.6. Bila pekerjaan lembur tersebut menganggap perlu pengawasan, maka


biaya pengawasan dibebankan kepada kontraktor, kecuali jika
penyimpangan-penyimpangan tersebut adalah akibat dari sifat keadaan
pekerjaan.

I.8. KUASA PEMBORONG I.8.1. Pengawasan dan Prosedur Pelaksanaan


DI LAPANGAN Pemborong harus mengawasi dan memimpin pekerjaan. Pemborong
harus bertanggung jawab sepenuhnya bagi semua alat konstruksi, cara-
cara teknik, urutan dan prosedur koordinasi semua bagian yang ada di
bawah kontrak.

I.8.2. Pegawai Pemborong Yang Melaksanakan


I.8.2.1. Sebagai pemimpin pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus
dapat menyerahkan kepada seorang pelaksana yang ahli pada
bidangnya, penuh tanggung jawab, dan selalu berada di tempat
pekerjaan, di samping itu pemborong harus membuat susunan
organisasi kerja di lapangan sesuai dengan bidang keahlian serta
pekerjaan yang ada, minimal Pelaksana S1 dengan pengalaman
minimal 5 tahun.
I.8.2.2. Sebagai penanggung jawab di lapangan pekerjaan, pelaksana
harus mempelajari semua isi gambar, bestek dan berita acara
aanwijzing sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan baik
konstruksi maupun kualitas bahan yang harus dilaksanakan.
I.8.2.3. Perubahan konstruksi maupun bahan-bahan bangunan dapat
dilaksanakan bila ada ijin tertulis dari pimpinan proyek

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


berdasarkan rapat direksi. Menyimpang dari hal tersebut menjadi
tanggung jawab pemborong untuk membetulkan dan
melaksanakan sesuai gambar dan bestek.
I.8.2.4. Pengawas berhak menolak penunjukan pelaksana oleh
pemborong di dasarkan pendidikan, pengalaman, tingkah laku,
dan kecakapan. Dalam hal ini pemborong harus segera
menempatkan pelaksana lain dengan persetujuan pengawas.

I.9. TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) I.9.1. Adapun tempat tinggal (domisili) kontraktor, sub kontraktor, leveransir,
dan penengah (arbirator) dan pekerja atau bagian pekerjaan berada,
untuk memudahkan komunikasi demi kelancaran jalanya pelaksanaan
pekerjaan, rekanan wajib memberikan alamat tetap yang jalas dengan
nomor telepon kepada pimpinan proyek.

I.10. PENJAGAAN KEAMANAN I.10.1. Keamanan dan Kesejahteraan.


LAPANGAN PEKERJAAN Selama pelaksanaan pekerjaan, pemborong wajib mengadakan semua
yang diperlukan bagi para pekerja dan tamu seperti pertolongan pertama
(P3K), sanitasi, air minum, dan fasilitas-fasilitas kesejahteraan. Rekanan
juga wajib memenuhi semua persyaratan tata tertib.

I.10.2. Terhadap Wilayah Orang Lain


Pemborong harus membatasi daerah operasinya di sekitar tapak dan
harus mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang lain.

I.10.3. Terhadap Milik Umum


Pemborong harus menjaga agar jalan umum, jalan kecil dan hak
pemakai jalan, bersih dari bahan bangunan dan sebagainya dan
memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan
kaki selama kontrak berlangsung. Rekanan juga bertanggung jawab atas
gangguan dan pemindahan yang terjadi atas fasilitas umum seperti
saluran air, listrik, dan sebagainya yang disebabkan oleh kegiatan
pemborong. Semua biaya pemasangan kembali dan perbaikan
kerusakan menjadi tanggung jawab pemborong.

I.10.4. Terhadap Bangunan Yang Ada


Selama masa pelaksanaan kontrak, pemborong bertanggug jawab
penuh atas semua kerusakan utilitas, jalan, saluran pembuangan dan
sebagainya dan kerusakan-kerusakan sejenis yang disebabkan
pekerjaan pemborong dalam arti yang luas, itu semua diperbaiki
pemborong hingga dapat diterima oleh pimpinan proyek.

I.10.5. Keamanan Terhadap Pekerjaan


Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan,
termasuk bahan-bahan bangunan, perlengkapan instalasi yang ada
hingga kontrak selesai dan diterima baik oleh pimpinan proyek, menjaga
perlengkapan bahan-bahan dari semua kemungkinan kerusakan,
kehilangan dan sebagainya. Menjaga keamanan selama proses
pelaksanaan pekerjaan, misalnya dari air hujan atau gangguan yang
lain.

I.10.6. Dalam pelaksanaan proyek rekanan berkewajiban menjaga agar tidak


mengangaggu proses kegiatan dirumah sakit.

I.10.7. Apabila terjadi kehilangan di lingkungan rumah sakit yang disebabkan


oleh pekerja rekanan, maka hal itu menjadi beban dan tanggung jawab
rekanan.

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


I.10.8. Warung / penjual makanan dan yang menjual lainya, yang melayani
pekerja proyek harus berada di dalam pagar proyek.

I.11. LAPORAN KEMAJUAN Rekanan membuat laporan bulanan, mingguan dan harian tentang kemajuan
PEKERJAAN pekerjaan. Laporan kemajuan pekerjaan tersebut minimal mengenai semua
keterangan yang berhubungan dengan kejadian selama 1 (satu) bulan yang
mencakup mengenai :
 Jumlah semua tenaga kerja yang digunakan dalam hal ini.
 Uraian kemajuan pekerjaan pada akhir bulan.
 Semua bahan/barang perlengkapan yang telah masuk dan diterima di
tempat pekerjaan.
 Keadaan cuaca.
 Kunjungan semua tamu yang berkaitan dengan proyek.
 Berita acara Rapat koordinasi lapangan dan juga Berita acara yang
lain.
 Kejadian khusus.
 Foto foto ukuran kartu post sesuai petunjuk direksi.
 Pengesahan pimpinan proyek.

I.12. JAMINAN KESELAMATAN I.12.1. Kontraktor harus menjamin keselamatan kerja sesuai dengan yang
BURUH ditentukan dalam peraturan perburuhan atau persyaratan yang
diwajibkan untuk setiap bidang pekerjaan.

I.12.2. Air Minum dan Air Untuk Pekerjaan


Kontraktor harus menyediakan air minum yang cukup di tempat
pekerjaan untuk para pekerjanya. Air kerja untuk keperluan bangunan
selama masa pelaksanaan bisa menggunakan / menyambung pipa air
yang telah ada dengan meteran air tersendiri (guna perhitungan
pembayaran) atau air sumur yang bersih jernih dan tawar. Bila kondisi
air meragukan harus diperiksa pada laboratorium.

I.12.3. Kecelakaan
Bila terjadi kecelakaan pada pekerja saat pelaksanaan, kontraktor harus
segera mengambil tindakan untuk keselamatan pekerja dengan biaya
pengobatan dll menjadi tanggung jawab pemborong. Kejadian tersebut
harus segera dilaporkan pada jawatan perburuan dan direksi.

I.12.4. Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan (P3K) untuk


pertolongan pertama yang selalu tersedia setiap saat dan berada di
direksi keet.

I.13. ALAT-ALAT PELAKSANAAN Selama massa pelaksanaan. Kontraktor harus menyediakan/menyiapkan alat
PEKERJAAN alat untuk sarana pekerjaan, antara lain : Derek, lift barang, pengaduk beton,
pompa air, vibrator, alat pemadat dsb. Penentuan semua titik duga letak
bangunan, siku siku bangunan, maupun datar (water pass) dan tegak lurusnya
bangunan harus ditentukan dengan memaki alat ukur instrument water pass
atau theodolite.

I.14. SYARAT-SYARAT CARA I.14.1. Rekanan harus selalu memegang teguh disiplin kerja, dan tidak
PEMERIKSAAN BAHAN memperkerjakan tenaga yang tidak sesuai atau tidak mempunyai
BANGUNAN keahlian dalam bidang yang diserahkan kepadanya.

I.14.2. Kontraktor menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan


yang disediakan menurut kontrak dalam keadaan baru dan bahwa
Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare
semua pekerjaan akan berkualitas baik. Semua pekerjaan yang tidak
sesuai denga standart dapat ditolak.

I.14.3. Pengujian Hasil Pekerjaan


I.14.3.1. Dalam pengajuan penawaran, pemborong harus
memperhitungkan semua biaya pengujian. Pemeriksaan
berbagai bahan pekerjaan, pemborong tetap bertanggung
jawab atas biaya-biaya pengiriman yang tidak memenuhi
syarat-syarat (penolakan bahan) yang dikehendaki.
I.14.3.2. Lembaga yang akan melakukan pengujian dipilih atas
persetujuan kedua pihak.
I.14.3.3. Semua biaya pengujian seperti yang dipersyaratkan menjadi
tanggung jawab kontraktor.

I.14.4. Penutupan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan.


I.14.4.1. Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dangan bagian
pekerjaan yang lain, sehingga secara visual menghalangi
direksi pekerjaan untuk memeriksa bagian pekerjaan yang
terdahulu, kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada
direksi pekerjaan mengenai rencana untuk melaksanakan
bagian pekerjaan yang pertama tersebut, sehingga direksi
pekerjaan dapat melakukan pemeriksaan pada bagian yang
bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan pekerjaanya.
I.14.4.2. Kelalaian kontraktor untuk menyampaikan laporan di atas,
memberikan hak kepada direksi pekerjaan untuk
memerintahkan pembongkaran kembali bagian pekerjan yang
menutupi tersebut, guna pemeriksaan pekerjaan yang
terdahulu dengan resiko pembongkaran dan pemasanganya
kembali menjadi tanggung jawab konraktor.
I.14.4.3. Apabila laporan telah disampaikan dan direksi pekerjaan tidak
mengambil langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan
tersebut dalam jangka waktu 2 hari kerja sejak laporan
disampaikan, maka kotraktor berhak melanjutkan
pelaksanaan pekerjaan serta menganggap direksi pekerjaan
telah menyetujui bagian pekerjaan yang ditutupi tersebut.

I.14.5. Pemeriksaan dan persetujuan oleh direksi pekerjaan terhadap suatu


pekerjaan, tidak melepaskan kontraktor dari kewajibanya untuk
melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai dengan dokumen pelaksanaan
atau kontrak pekerjaan.

I.15. PEKERJAAN TIDAK BAIK I.15.1. Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi agar pemborong
membongkar pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa, atau
mengatur untuk mengadakan pengujian bahan-bahan atau barang-
barang. Baik yang sudah maupun yang belum dimasukan pekerjaan
atau yang sudah dilaksanakan. Ongkos untuk pekerjaan dan sebagainya
menjadi beban pemborong untuk disesuaikan kontrak.

I.15.2. Pemberi tugas boleh (tetapi tidak secara tak adil atau menyusahkan)
mengeluarkan perintah yang menghendaki pemecatan siapa saja dari
pekerjaan.

I.16. PEKERJAAN TAMBAH DAN I.1.1. Pekerjaan tambah dan kurang (CCO) hanya dapat dikerjakan atas
KURANG perintah atau persetujuan tertulis dari direksi. Selanjutnya perhitungan
penambahan pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar harga yang
disetujui oleh kedua belah pihak, jika harga dan upah tidak tercantum

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


dalam daftar harga upah dan satuan pekerjaan.

I.1.2. Pekerjaan tambah dan kurang yang dikerjakan tanpa ijin tertulis
pengawas adalah tidak sah dan menjadi tanggung jawab pemborong
sepenuhnya.

I.17. PENYELESAIAN DAN I.17.1. Dokumen Terlaksana


PEYERAHAN I.17.1.1. Pada penyelesaian dari setiap pekerjaan kontraktor wajib
menyusun dokumen terlaksana yang terdiri dari :
a. Gambar-gambar pelaksanaan (asbuild drawings)
b. Spesifikasi teknis terlaksana dari pekerjaan sebagaimana
yang telah dilaksanakannya.
I.17.1.2. Penyusunan dokumen terlaksana dikecualikan untuk
pekerjaan tersebut di bawah ini :
a. Ornamental
b. Pertamanan
c. Finising arsitektur
d. Pekerjaan persiapan
e. Supply bahan, perlengkapan dan peralatan kerja
I.17.1.3. Dokumen terlaksana dapat disusun berdasarkan:
a. Dokumen pelaksanaan
b. Gambar perubahan pelaksanaan
c. Perubahan spesifikasi teknis
d. Brosur teknis yang telah diberi tanda pengenal khusus
sesuai petunjuk direksi pekerjaan
I.17.1.4. Dokumen terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh
direksi pekerjaan
I.17.1.5. Khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan dengan sistem
jaringan bersaluran banyak yang secara operasional
membutuhkan identifikasi yang bersifat lokatif, dokumen
terlaksana ini harus dilengkapi dengan daftar instalasi /
peralatan / perlengkapan yang mengidentifikasikan lokasi dari
masing masing barang tersebut.
I.17.1.6. Kecuali denga izin khusus dari pemberi tugas dan direksi
pekerjaan, kontraktor harus membuat dokumen terlaksana
hanya untuk diserahkan kepada pemberi tugas. Kontraktor
tidak dibenarkan membuat/menyimpan salinan atau copy dari
dokumen terlaksana tanpa ijin dari pemberi tugas.

I.17.2. Penyerahan
Pada waktu penyerahan pekerjaan, kontraktor wajib menyerahkan:
I.17.2.1. 2 (dua) set dokumen terlaksana
I.17.2.2. Untuk peralatan / perlengkapan
a. 2 (dua) set pedoman operasi (“operation manual”) dan
pedoman pemeliharaan (“maintenance manual”)
b. Suku cadang sesuai yang dipersyaratkan
I.17.2.3. Untuk berbagai macam kunci
a. Semua kunci orisinil
b. Minimum 1 (satu) kunci duplikat
c. Dilakukan pewarnaan / penomoran pada kunci.
I.17.2.4. Dokumen-dokumen resmi (seperti surat izin tanda
pembayaran, cukai surat fiscal pajak dan lain-lain).
I.17.2.5. Segala macam surat jaminan sesuai yang dipersyaratkan.
I.17.2.6. Surat pernyataan pelunasan sesuai petunjuk direksi
pekerjaan.

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


I.18. PERATURAN TEKNIS I.18.1. Adapun peraturan-peraturan yang berlaku ialah semua peraturan yang
BANGUNAN YANG DIGUNAKAN disahkan oleh pemerintah dan yang bersangkut paut dengan pekerjan
ini.
I.18.2. Secara teknis semua pekerjaan harus mengikuti peraturan sebagai
berikut :
I.1. Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji SNI 03-3976-1995.
I.2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung SNI 03-2847-2002
I.3. Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002
I.4. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987
I.5. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen
Tenaga Kerja
I.6. Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 Tahun 1972
I.7. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi
SNI 03-2410-1991
I.8. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI)
1984

II. URAIAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR ,ARSITEKTUR DAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL


II.1.PEKERJAAN PERSIAPAN II.1.1 Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengadakan persiapan ijin
dan melakukan koordinasi dengan Pemberi tugas dan Direksi pekerjaan.
Pekerjaan persiapan sebagai berikut :
II.1.1.1. Mengadakan pengamanan lokasi Kegiatan dari segala gangguan.
II.1.1.2. Mengadakan komunikasi dengan instansi yang terkait dalam
rencana pembangunan ini.
II.1.1.3. Mengadakan atau membuat Direksikeet, gudang dan barak kerja.
II.1.1.4. Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyimpanan
bahan.
II.1.1.5. Menyediakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu.
II.1.1.6. Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan
ukuran-ukuran lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan
pembangunan ini, serta memasang bouwplank.
II.1.1.7. Menyediakan kotak P3K dan perlengkapannya yang ditempatkan
di dalam Direksikeet.
II.1.1.8. Membuat/mempersiapkan jalan masuk ke lokasi proyek bila
diperlukan.
II.1.1.9. Membuat pagar sementara dari seng dan kayu serta dicat, setelah
pekerjaan selesai pagar ini menjadi hak milik Kontraktor
Pelaksana.

II.2.1 Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus membuat foto dari 4 (empat)
sisi pengambilan pada kondisi fisik bangunan 0%.

II.3.1 Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (Direksikeet dan


Gudang) maupun tempat penimbunan bahan, maka kontraktor harus
merundingkan terlebih dahulu kepada Pengelola Kegiatan tentang
penggunaan halaman ini.

II.4.1 Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah pekerjaan,
serta akomodasi tambahan di luar Daerah Kerja menjadi tanggung jawab
kontraktor.

II.5.1 Apabila terjadi kerusakan pada jalan, saluran air atau bangunan lainnya
yang disebabkan adanya pembangunan ini, kontraktor berkewajiban untuk
Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare
memperbaiki kembali selambat-lambatnya dalam masa pemeliharaan.

II.2.PENGUKURAN DAN PASANG II.2.1. Pekerjaan Pengukuran


BOUWPLANK II.2.2.1. Unsur-unsur yang terkait dengan pekerjaan pengukuran dan
pasang bouwplank adalah pihak Direksi Teknik, Konsultan
Perencana, Pihak Penyelenggara Kegiatan dan Kontraktor.
II.2.2.2. Dasar untuk pengukuran adalah gambar Lay Out bangunan dari
konsultan Perencana.
II.2.2.3. Alat ukur yang dipergunakan adalah theodolith / Waterpass /
prisma ukur untuk menentukan duga/peil bagian bangunan
terhadap jalan/gedung terdekat serta letak sudut-sudut bangunan
dan roll meter (panjang 50 meter) untuk mengukur panjang as-as
bangunan.

II.2.2. Pemasangan Bouwplank


II.2.2.1. Bahan untuk bouwplank adalah papan meranti 2/20 Cm, Usuk 5/7
Cm untuk tiang bouwplank, paku dan cat/meni untuk tanda
perletakan as-as bangunan/kolom utama seperti ditunjuk dalam
gambar.
II.2.2.2. Pemasangan bouwplank harus kuat dengan menggunakan papan
meranti 2/20 Cm yang di serut halus, rata dan lurus pada
permukaan atasnya, sedangkan tiang bouwplank menggunakan
kayu meranti 5/7 Cm yang dipancang kuat dan kokoh ke dalam
tanah.
II.2.2.3. Semua titik-titik as bangunan harus diberi tanda dengan cat dan
tampak jelas, serta tidak mudah berubah posisinya.
II.2.2.4. Bouwplank merupakan pedoman letak tinggi lantai, atau bagian
bangunan terhadap muka tanah yang merupakan ± 0.00 meter
bangunan.
II.2.2.5. Hasil pengukuran posisi bangunan tersebut harus dibuatkan
Berita Acara Pengukuran (Uitzeet) yang disetujui oleh Direksi
pekerjaan, konsultan perencana, Penyelenggara Kegiatan dan
kontraktor.

II.4. PEKERJAAN TANAH II.4.1. Lingkup Pekerjaan


II.4.1.1. Pekerjaan Galian
a. Galian tanah untuk perataan area/lahan bangunan yang akan
didirikan serta rencana site.
b. Galian tanah untuk pondasi strouss, pondasi tangga, pondasi
batu kali.
c. Galian untuk pekerjaan instalasi.
d. Galian-galian lain yang ditunjukan dalam gambar.

II.4.1.2. Pekerjaan Urugan


a. Urugan tanah kembali
b. Urugan pasir t.10 cm bawah pondasi

II.4.1.3. Bahan-Bahan
a. Tanah urug bekas galian bisa dipakai untuk urug samping
pondasi setelah pondasi terpasang.
b. Pasir urug harus berbutir 2-5mm dan bergradasi tidak
seragam (heterogen)
c. Sirtu adalah bahan tambang yang secara alamiah campuran
pasir dengan batu kerikil/koral, dengan komposisi 60% pasir :
40% batu.
d. Kandungan pasir pada sirtu termasuk dalam kategori pasir

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


urug dengan butiran 2-5 mm, dan batu kerikil dengan butiran
1-3 cm.
e. Tanah urug, pasir urug, dan sirtu, harus bersih dari kotoran,
humus dan bahan organik yang dapat mengakibatkan
penyusutan atau perubahan kepadatan urugan itu sendiri.
f. Barang bekas bongkaran bisa digunakan untuk urugan,
dengan syarat harus dipadatkan hingga tidak ada rongga.

II.4.1.4. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan Galian


a. Kedalaman galian pondasi minimal sesuai dengan gambar
rencana dan atau telah mencapai tanah keras.
b. Apabila sampai kedalaman tersebut pada point (a) belum
mendapatkan tanah keras, maka kontraktor harus
menghentikan pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan
Direksi dan konsultan perencana untuk mendapatkan
pemecahan masalah tersebut.
c. Galian tanah untuk pipa saluran pelimpah Septictank/sumur
resapan dan saluran drainase dengan miring/slope 1:20.
d. Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga
bekas-bekas akar, kayu, sampah, atau benda-benda yang
dapat mengganggu konstruksi pondasi.
e. Dalam melaksanakan penggalian, pemasangan pondasi, dan
pekerjaan lain harus terhindar dari genangan air.

II.4.1.5. Pekerjaan Urugan.


a. Pelaksanaan urugan tanah/sirtu pada pekerjaan pondasi,
dengan tebal setiap lapis maksimal 20 Cm.
b. Setiap lapis urugan harus dipadatkan menggunakan alat
pemadat.
c. Tanah urug harus dalam keadaan terurai, bukan merupakan
bongkahan-bongkahan agar mudah dipadatkan.
d. Tanah bongkahan tidak diijinkan untuk digunakan mengurug,
disebabkan bila terkena air, tanah akan terurai dan terjadi
penurunan lantai lapangan.
e. Urug pasir pondasi setebal 10 cm.
f. Dalam pelaksanaan pengurugan, kontraktor harus
memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan
terjadi penurunan struktur konstruksi diatasnya. akibat
konsolidasi tanah.
g. Pemborong tidak di perkenankan melakukan pegurukan
tanah tanpa izin pengawas. Seluruh pengurugan tanah harus
dibawah pengawasan pengawas, yang harus menyetujui
seluruh bahan pengisi terlebih dahulu.
h. Untuk pengurugan dibawah gedung atau tempat lain yang
nantinya tidak diijinkan adanya penurunan yang berarti,
pemborong harus memadatkan lapisan tanah yang diurug.
Dibasahi bila perlu selesai ketentuan hasil tes, kemudian
digilas hingga tercapai kepadatan maksimum (standar
kepadatan maksimum).
i. Bila terjadi kegagalan pemadatan, maka jumlah “passing”
pemadatan pada permukaan itu harus ditambah sampai
memenuhi syarat kepadatan yang diminta.
j. Pelaksanaan pemadatan (terutama yang berada di dalam
gedung) harus memikirkan situasi sekitar dimana pemadatan
tersebut dilakukan. Kerusakan yang timbul akibat kelalaian
pelaksanaan pemadatan/ pengurugan menjadi tanggung

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


jawab Kontraktor.

II.4. PEKERJAAN PASANGAN II.4.1. Pekerjaan Pasangan

II.4.1.1. Pasangan Bata Merah Biasa,


Pekerjaan ini mencakup semua pasangan tembok batu bata
kecuali pasangan tembok yang harus kedap air.

II.4.1.2. Bahan-Bahan.
a. Batu merah harus berkualitas baik, ukuran normal di pasaran:
tebal (4-5)cm; lebar (11-12)cm; panjang (23-25)cm dan terbakar
matang dan tidak pecah serta berukuran sama.
b. Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan sudut siku, bidang
sisinya datar, padat dan tidak menunjukkan retak-retak.
c. Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan ujungnya
pada rusuk yang panjang pada bidang keras dan kasar sepanjang
1 (satu) meter, maka panjangnya berkurang akibat aus maksimal
1 (satu) centimeter.
d. Adukan atau spesi untuk pasangan bata merah biasa terdiri dari
campuran 1 semen : 6 pasir.
e. Adukan atau spesi untuk pasangan bata merah trassraam terdiri
dari campuran 1 semen : 3 pasir.
f. Semen PC: hasil produksi local ex Gresik atau merk sesuai
syarat-syarat yang telah mendapat persetujuan Pengawas dan
tidak boleh memakai semen PC yang telah mengeras.
g. Semen Portland harus menggunakan Semen kualitas satu tipe I,
setara dengan semen Gresik, dan penggunaannya harus satu
jenis pada satu jenis pekerjaan.
h. Air yang digunakan haruslah air bersih yang bebas dari bahan-
bahan yang merusak misalnya minyak, asam dan unsur organik
lainnya. Kontraktor harus menyediakan air kerja ini atas biaya
sendiri.
i. Pasir Pasang : untuk semua pekerjaan pemasangan harus
dipakai pasir pasang berbutir keras dan kasar, tajam bersih, dan
tidak mengandung debu.
j. Pasir pasang berasal dari lava gunung api, berbutir 2-5 mm,
tajam, warna hitam. Bersih dari tanah, lumpur, sampah, bahan
organik, dan bahan kimia.

II.4.1.3. Syarat Pelaksanaan


a. Semua batu bata yang akan dipasang harus direndam terlebih
dahulu kedalam air dan tidak diperkenankan mengggunakan batu
bata yang patah.
b. Tembok harus dipasang tegak lurus, siku, rata dan tidak boleh
adanya retak-retak dengan maksimum pecah dari bata merah 20
%
c. Bata harus berukuran sama menurut aturan normalisasi.
d. Bata yang digunakan harus berkualitas baik dan dihasilkan
pembakaran yang matang (kayu), berukuran sama, tidak boleh
pecah-pecah dan lain-lain, menurut pemeriksanaan Direksi.
e. Semua siar di antara pasangan bata pada hari pemasangan harus
dikeruk sedalam 1 cm pada bagian luar dalam.
f. Tidak diperbolehkan memasang bata yang pernah dipakai atau
bata-bata yang pecah.
g. Pemasangan tembok bata hanya diperbolehkan maksimum tinggi
1 (satu) m setiap hari.
h. Luas pemasangan tembok maksimum 12 m², bila lebih harus
dipasang kolom beton praktis.
i. Perancah (andang) tidak boleh dipasang menembus tembok.

II.4.2. Pekerjaan Plesteran dan Benangan


II.4.2.1. Ruang lingkup
a. Bagian ini meliputi pengadaan bahan, peralatan dan pelaksanaan
Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare
pekerjaan plesteran dan adukan pada dinding-dinding dan bagian-
bagian lain dari bangunan seperti yang tertera pada gambar-
gambar.
b. Plesteran dinding batu merah dengan campuran 1PC : 3 Ps.
dilaksanakan pada semua pasangan batu merah trasraam dan
permukaan beton.
c. Plesteran dinding batu merah dengan campuran 1PC : 6 Ps.
dilaksanakan pada semua pasangan batu merah biasa.
d. Benangan sudut dengan campuran 1PC : 2 Ps. selebar 5 cm. dari
semua sudut pasangan tembok dan beton yang dimaksudkan di
atas.
e.Seluruh akhiran dinding, kolom dan balok yang tampak (siku bagian
luar) harus menghasilkan akhiran yang benar-benar siku (tegak
lurus), lurus dan rapi sehingga menghasilkan akhiran dinding,
kolom dan balok seperti yang dimaksud pada gambar rancangan
pelaksanaan.
f. Pekerjaan benangan harus dilaksanakan bersamaan dengan
pekerjaan acian halus dengan menggunakan bahan dari adukan
air semen (Pc).
g. Pekerjaan benangan harus menghasilkan akhiran yang benar
benar siku (tegak lurus) dan lurus.
h. Acian dengan menggunakan pasta air PC dilaksanakan pada
semua bidang plesteran.

II.4.2.2. Bahan-Bahan
a. Seman PC : hasil produksi lokasi ex Gresik merk lain sesuai
syarat – syarat ini yang telah mendapat persetujuan pengawas
dan tidak boleh memakai semen PC yang telah mengeras.
b. Air yang digunakan haruslah air bersih yang bebas dari bahan-
bahan yang merusak misalnya minyak, asam dan unsur organik
lainnya. Kontraktor harus menyediakan air kerja ini atas biaya
sendiri.
c. Pasir Pasang untuk semua pekerjaan plesteran harus dipakai
pasir pasang berbutir keras dan kasar, tajam bersih, dan tidak
mengandung debu.

II.4.2.3. Syarat Pelaksanaan


a. Sebelum pekerjaan dinding plester, permukaan harus dibuat
kasar dulu dengan pahat dan di sapu semen.
b. Seluruh permukaan pasangan batu merah yang akan diplester
harus dibersihkan, dibasahi/disiram dengan air bersih terlebih
dahulu sampai rata.
c. Campuran spesi untuk plesteran beton dibuat 1 pc : 3 ps,
sedangkan untuk tembok 1 pc : 6 ps
d. Semua pekerjaan plesteran dinding beton dan tembok harus rata
dan halus dan merupakan bidang yang tegak lurus dan siku, tidak
boleh ada retak-retak, bila ada retak-retak Pemborong harus
segera memperbaikinya.
e. Sebelum plesteran tembok dilaksanakan jalur-jalur instalasi listrik
maupun air harus sudah ditanam dalam tembok lebih dulu sesuai
rencana.
f. Semua plesteran dengan 1 pc : 3 ps tersebut dalam RKS ini
dilaksana untuk plesteran trasraam tembok kedap air dan bagian
pondasi yang tampak.
g. Pekerjaan plesteran tembok dilaksanakan pada seluruh pekerjaan
tembok, baik tampak maupun tidak tampak antara lain tembok-
tembok di atas langit-langit maupun tembok gavel bagian dalam
dan sebagainya.
h. Pekerjaan bagian tembok baru boleh dilaksanakan setelah
tembok dibasahi dengan air sehingga betul-betul basah.
i. Untuk penyelesaian sudut-sudut, sponing (benangan) agar
digunakan plesteran 1 pc : 2 ps dilaksanakan dengan lurus dan
tajam.
Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare
j. Untuk menghindari bocor pada kamar mandi khusus lantai 2
sebelum di pasang keramik plat lantai harus dibersihkan dari
segala macam kotoran kemudian di siram dengan air semen,
dilanjutkan dengan plesteran Water proof bata cote 3 lapis. Untuk
menghindari kebocoran.
k. Pasangan yang telah diplester harus selalu dijaga
kelembabannya, untuk mencegah pengeringan plesteran terlalu
cepat yang berakibat timbul retak-retak.
l. Plesteran dikerjakan dengan tebal 1-2 cm
m. Setelah plesteran kering dan dijamin tidak akan terjadi retak-retak,
kemudian dihaluskan dengan acian PC.
n. Semua pekerjaan plesteran harus rata, halus, merupakan satu
bidang tegak lurus dan siku.
o. Plesteran dan acian yang telah selesai harus bebas dari retak-
retak/noda-noda dan cacat lainnya.

II.5. PEKERJAAN BETON II.5.1. Umum


II.5.1.1. Spesifikasi ini meliputi semua pekerjaan beton bertulang dan
beton tidak bertulang. Semua pekerjaan ini harus mengikuti
peraturan beton bertulang (SNI 03-2847-2002 dan dengan
Peraturan-peraturan Beton yang berlaku saat ini) sepanjang tidak
diatur lain dalam spesifikasi ini.

II.5.1.2. Kecuali disebutkan khusus dalam gambar kerja dan kontrak


penawaran, maka semua beton bertulang struktur memakai beton
Fc 28,8 Mpa.

II.5.1.3. Footplat dengan pembesian sesuai perhitungan atau gambar


pelaksanaan.
II.5.1.4. Kolom dengan pembesian sesuai perhitungan atau gambar
pelaksanaan, ujung-ujung kolom harus masuk ke dalam struktur
balok (pada bagian atas) dan masuk sloof (pada bagian bawah),
minimal harus dipasang pada pasangan bata ½ batu :
a. Dengan jarak maksimum 3 m.
b. Dengan luas bidang maksimum 12 m².
c. Di setiap pertemuan dinding atau sudut-sudut.
II.5.1.5. Balok dengan pembesian sesuai perhitungan atau gambar
pelaksanaan.
II.5.1.6. Plat dengan pembesian sesuai perhitungan atau gambar
pelaksanaan.
II.5.1.7. Bila tebal tembok bukan ½ batu, maka ukuran kolom praktis harus
disesuaikan dan dirundingakan dengan pengawas kecuali sudah
disebut pada gambar kerja secara eksplisit.
II.5.1.8. Bagi pekerjaan beton bertulang harus dipakai baja tulangan
sesuai gambar masing-masing sedangkan kawat pengikatnya
harus dari baja lunak dengan diameter minimum 1mm yang telah
dipijarkan terlebih dahulu dan tidak disepuh seng.
II.5.1.9. Semua campuran beton bertulang harus dibuat ‘mix design’ nya
terlebih dahulu untuk mendapatkan mutu yang diingingkan dan
sedapat mungkin dihindarkan pemakaian bahan-bahan aditive.
Pemakaian additive hanya diperkenankan untuk hal-hal tertentu
dan segala sesuatu yang menyangkut hal ini harus atas
sepengetahuan dan seijin direksi pekerjaan.
II.5.1.10.Semua ukuran besi harus sesuai dengan gambar dan harus
mengacu pada peraturan-peraturan yang berlaku. Besi tulangan
yang dipakai adalah baja ulir dengan mutu baja fy =400 Mpa (U-
40) sedangkan untuk besi polos dengan mutu baja fy = 320 Mpa
( U-32 ).
Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare
II.5.2. Bahan-Bahan dan Pengerjaannya
II.5.2.1. Semen
Semua semen yang dipakai harus semen Portland kelas I. Dalam
hal ini yang digunakan adalah PC ex:Gresik atau merk lain yang
sesuai syarat-syarat dan telah mendapatkan persetujuan
Pengawas. Pemakaian semen harus satu jenis merk untuk
pekerjaan beton yang bersifat struktural.
II.5.2.2. Pengujian Semen.
Semen yang akan dipakai harus seijin Pengawas. Untuk
mendapatkan ijin ini, Pemborong harus dapat menunjukkan
sertifikat tentang semen yang akan dipakai. Sertifikat ini bisa
didapat dari pabrik semen yang bersangkutan atau dari
laboratorium pemeriksa bahan yang berwewenang. Semen dapat
diafkir atas kebijaksanaan Pengawas, jika berdasarkan
pemeriksaan tidak dapat memenuhi syarat.
II.5.2.3. Penyimpanan
Pemborong harus membuat gudang semen yang baik dan
memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Harus menjamin semen terlindungi dari pengaruh iklim dan
kelembaban, gudang harus cukup ventilasi.
b. Lantai harus dibuat paling sedikit 30 cm di atas tanah dan
betul-betul kedap air dan kelembaban.
c. Ukuran gudang harus dibuat cukup besar untuk menyimpan
stok yang menjamin kontinuitas pekerjaan.
d. Letak semen harus diatur sedemikian rupa sehingga yang tiba
di gudang juga harus dipakai lebih dulu. Semen juga harus
diatur sehingga mudah diperiksa.
e. Semen jangan ditumpuk lebih dari 2 m.

II.5.2.4. Agregat Halus.


Agregat halus yang dipakai dapat terdiri dari :
a. Pasir alam, yaitu pasir yang disediakan oleh Kontraktor dari
sungai atau sumber lain yang disetujui oleh Direksi;
b. Pasir buatan, yaitu yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu;
c. Atau kombinasi dari pasir alam dan buatan.
d. Pasir dan kerikil harus bersih dan bebas dari tanah liat,
karang, sepihan-serpihan mika, unsur organik dan alkalis.
Kandungan unsur yang merugikan tersebut tidak boleh lebih
dari 5%. Bahan harus berbentuk baik (kubus), keras dan
padat, sisi tajam, serta awet. Pasir yang akan dipakai
hendaknya mempunyai gradasi baik sesuai SNI 03-2847-2002
dan dengan Peraturan-peraturan Beton yang berlaku saat ini.

II.5.2.5. Agregat Kasar


Bahan yang dipakai dapat terdiri dari koral atau batu pecah.
Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian yang halus,
tidak mudah pecah, tipis, serta bersih dari unsur-unsur organik
dan alkali atau unsur yang merusak lain. Kandungan unsur yang
merusak tersebut tidak boleh lebih dari persyaratan maksimum
yang diatur dalam SNI 03-2847-2002 dan Peraturan-peraturan
Beton yang berlaku saat ini. Agregat yang dipakai hendaknya
berbentuk baik, keras dan padat, awet serta tidak berpori-pori.
Agregat kasar harus memiliki gradasi yang baik jika disaring
standart sesuai SNI 03-2847-2002 dan Peraturan-peraturan Beton

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


yang berlaku saat ini. Ukuran maksimum agregat kasar tidak
melebihi yang ditetapkan Pengawas. Jika gradasi tidak sesuai
maka Pemborong harus menyaring atau mengolah kembali bahan
tersebut dan jika diperlukan, agregat harus dicuci.

II.5.2.6. Penimbunan/Penyimpanan
Agregat halus dan kasar harus ditimbun pada tempat-tempat
terpisah yang memudahkan untuk melakukan pemeriksaaan oleh
pengawas.

II.5.2.7. Air Kerja


Air kerja yang dipakai untuk pekerjaan beton harus bebas dari
lumpur, minyak, asam, garam, unsur-unsur organik dan kotoran
lain. Kecuali air yang berasal dari PDAM sebelum dipakai untuk
pekerjaan beton ini, harus diuji kesesuaianya dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh SNI 03-2847-2002 dan dengan peraturan-
peraturan Beton yang berlaku saat ini.

II.5.2.8. Baja Tulangan


a. Semua baja tulangan yang dipakai harus baru,bebas karat.
(Lihat dan disesuaikan dengan gambar).
b. Mutu baja yang dipakai adalah fy = 320 Mpa ( U-32 ). berulir
sesuai dengan standart Indonesia NI-2 SNI 07-2052-2002 dan
mendapatkan persetujuan Pengawas. Pemakaian untuk setiap
jenis baja bertulang, lihat dan sesuaikan dengan gambar yang
ditentukan direksi/pengawas.
c. Pemborong harus memberikan sertifikat baja tulangan yang
dipakai dari laboratorium pengujian bahan.
d. Sebelum baja tulangan didatangkan ke tempat pekerjaan,
Pemborong harus menyerahkan dulu contoh-contohnya. Jika
kemudian baja tulangan yang didatangkan tidak sesuai
dengan contoh yang diserahkan, pengawas mengafkir baja
tulangan tersebut dan segala kerugian menjadi tanggung
jawab Pemborong.
e. Baja tulangan harus dibengkokkan/dibentuk dengan teliti
sesuai dengan kebutuhan bentuk dan ukuran yang tertera dan
gambar-gambar beton.
f. Sebelum dipasang, semua baja tulangan harus bersih dari
serpihan-serpihan, karat, minyak, serta gemuk yang dapat
mengurangi daya rekatnya.
g. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan
gambar, diikat pada tempatnya dengan kawat pengikat, klem
khusus diganjal balok-balok atau sisi-sisi besi spacer atau
gantungan-gantungan (beton ducking), sehingga dijamin tidak
terjadi pergeseran-pergeseran pada waktu pengecoran beton.
h. Penyambungan tulangan harus mengikuti ketentuan-ketentuan
yang berlaku. Penyambuangan tulangan tidak boleh dilakukan
pada satu tempat melebihi 1/3 jumlah tulangan yang ada.
i. Penyetelan dan pemasangan besi tulangan kolom secara
menerus (tanpa sambungan) mulai dari pondasi sampai ujung
atas kolom.
j. Ujung atas tulangan kolom harus ditambatkan/dikaitkan
dengan tulangan balok atau plat lantai.
k. Tulangan sloof harus dirangkai menyatu dengan tulangan
kolom praktis.
l. Ujung tulangan sloof yang berhubungan dengan kolom

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


struktur, harus ditambatkan/dikaitkan dengan tulangan kolom
struktur.
m. Semua tulangan harus dipasang pada posisi yang tepat
hingga tidak dapat berubah dan bergeser pada waktu adukan
digetarkan. Penyetelan besi tulangan harus diperhitungkan
dengan tebal selimut beton terhadap ukuran yang ditentukan.
n. Sebelum pengecoran rangkaian tulangan harus sudah
dilengkapi dengan beton decking, yang jumlah, penempatan,
mutunya harus disetujui Direksi.
o. Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan,
pembengkokan, pemasangan tulangan lewatan dan lain-lain)
harus memenuhi SNI 07-2052-2002.

II.5.2. Komposisi/Campuran Beton


II.5.2.1. Untuk campuran ini (Ready Mix atau Site Mix) harus diadakan
suatu rencana campuran (mix design) untuk mendapatkan mutu
beton Fc 28,8 Mpa. Pemakaian air semen agar dibatasi
sedemikian mungkin.
II.5.2.2. Mengingat Proses pembuatan Mix Design agak lama maka pada
saat mulai kerja Kontraktor segera melakukan pembuatan Mix
Design.

II.5.3. Pengujian Beton.


Banyaknya air yang dipakai harus diatur sedemikian rupa dan sesuai
dengan kadar air dan gradasi agregat, sehingga kubus-kubus ataupun
silinder percobaan harus dibuat dan diuji sesuai SNI 03-2847-2002 dan
dengan peraturan-peraturan Beton yang berlaku saat ini. Pemborong wajib
melakukan uji mutu beton yang digunakan dipekerjaan ini pada
laboratorium yang disetujui oleh pengawas. Pemborong juga wajib
menyediakan peralatan yang diperlukan untuk membuat contoh-contoh
benda uji yang pembuatannya harus dilakukan oleh petugas-petugas yang
terlatih. Frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan SNI 03-2847-2002
dan peraturan-peraturan Beton yang berlaku saat ini, dengan petunjuk
Pengawas di lapangan.

II.5.4. Pencampuran dan Pengadukan Beton.


Alat pengukuran bahan-bahan beton harus disediakan dan memiliki
ketelitian yang cukup untuk menguji volume setiap bahan pembentuk beton
. alat-alat pengaduk beton yang baik harus disediakan, dan disetujui
Pengawas. Bahan-bahan pembentuk harus dicampur dan diaduk dalam
Concrete mixing plant atau paling sedikit dengan portable continuous
mixer minimal 1,5 menit sesudah bahan masuk ke dalam mixer. Waktu
pengadukan harus ditambah bila tidak didapatkan hasil yang merata dan
warna yang seragam. Pengadukan yang berlebihan dan penambahan
ekstra air untuk mendapat konsistensi beton yang dikehendaki, tidak
diperbolehkan. Beton tidak boleh dicampur atau diaduk hanya dengan
tangan (hand mixing).

II.5.5. Pengangkutan Beton.


II.5.5.1. Beton harus diangkat dari mixer ke tempat pengecoran dalam
container yang kedap air dengan secepatnya, dan dituangkan
dalam bekisting secara berhati-hati tanpa menimbulkan
pemisahan bagian-bagian campuran. Adukan harus diangkut
sedemikian sehingga dapat dicegah perubahan konsistensi beton
yang diinginkan.
II.5.5.2. Beton dapat diangkut dengan gerobak dorong, concrete pump

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


atau alat-alat lain atas persetujuan Pengawas.

II.5.6. Pengecoran dan Pemadatan Beton.


II.5.6.1. Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilakukan, semua
pekerjaan bekisting, baja-baja tulangan, dan instalasi lain yang
harus ditanam dalam beton harus sudah siap terlebih dulu.
Selambat-lambatnya 24 jam sebelum dimulai pengecoran,
Pemborong harus memberi tahu pengawas untuk pemeriksaan
dan persetujuannya. Jika tidak ada pemberitahuan yang
semestinya, atau persiapan pengecoran tidak disetujui
Pengawas, maka semua pekerjaan dan persiapan harus
dibetulkan dulu sampai mendapat persetujuan tertulis dari
Pengawas.
II.5.6.2. Setiap pelaksanaan pengecoran harus dilakukan pengambilan
sample/ benda uji silinder sesuai dengan peraturan SKSNI 1991,
dan dilakukan uji Slump Test sesuai dengan petunjuk pengawas
lapangan, untuk Slump beton ±11 cm.
II.5.6.3. Pengecoran hanya boleh dilakukan jika Pengawas atau wakilnya
yang ditunjuk, serta tenaga ahli dari Pemborong yang setingkat
ada di tempat pekerjaan.
II.5.6.4. Cetakan-cetakan harus dibersihkan terlebih dulu dengan jalan
menyemprotkan air tawar atau dengan compressor sehingga
kotoran hilang dari dalam cetakan.
II.5.6.5. Beton harus dicor pada tempat-tempat pekerjaan secepat
mungkin setelah pencampuran dan pengadukan dan didapatkan
dengan mechanical vibration, lama pemadatan dengan vibrator
tersebut harus disesuaikan dengan tipe alat yang dipakai (tidak
boleh terlalu lama, sekitar 30 detik). Beton harus dicor dalam
waktu kurang dari 1 jam, setelah pengadukan dengan air dimulai.
II.5.6.6. Sambungan-sambungan pengecoran harus dibersihkan dibasahi
dan kemudian dilapisi dengan air semen sebelum dilakukan
pengecoran beton baru. Pencampuran kembali beton yang sudah
mengikat tidak diperkenankan. Adukan beton tidak boleh
dituangkan terlalu tinggi sehingga bisa mengakibatkan terjadinya
pemisahan/segregasi agregat (maks. 1.5 m).
II.5.6.7. Alat-alat penuangan harus selalu bersih dan bebas dari lapisan
beton yang telah mengeras.
II.5.6.8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang
menyentuh tanah harus diberi lantai dasar dari beton tak
bertulang campuran 1 pc: 3 ps: 5 kr setebal 5 cm untuk menjamin
dudukannya tulangan dengan baik dan tidak ada penyerapan air
semen ke dalam tanah.
II.5.6.9. Pada penyetopan/pemotongan oleh hubungan semua penuangan
beton harus berbentuk satu sudut (lereng) dan tidak boleh
vertical. Apabila terjadi hujan yang dapat berpengaruh terhadap
campuran beton, maka pengecoran tidak diperkenankan.

II.5.7. Bekisting.
II.5.7.1. Ukuran/dimensi struktur beton yang tercantum pada gambar
bestek adalah ukuran beton sebelum diplester.
II.5.7.2. Pemasangan bekisting harus rapi, cukup kuat dan kaku untuk
menahan getaran dan kejutan gaya yang diterima tanpa berubah
bentuk. Kerapihan dan ketelitian pemasangan bekisting harus
diperhatikan agar setelah bekisting dibongkar memberikan
bidang-bidang permukaan beton yang rata.
II.5.7.3. Celah-celah antara papan harus rapat agar pada waktu

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


pengecoran air tidak merembes keluar.
II.5.7.4. Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari
kotoran.
II.5.7.5. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga beton dapat dengan
baik ditempatkan, dipadatkan dan tidak terjadi perubahan bentuk
acuan selama proses pengerasan beton berlangsung.
II.5.7.6. Rencana (design) seluruh cetakan/acuan menjadi tanggung jawab
Pemborong dan untuk acuan-acuan tertentu terlebih dahulu harus
diajukan ke tim pengawas untuk mendapat persetujuan, sebelum
rencana acuan dilaksanakan.
II.5.7.7. Sesuai dengan persyaratan betonnya, bahan acuan dapat
menggunakan: untuk papan-papan bekisting digunakan papan
meranti 3/20 dengan penguat dari kayu atau balok ukuran 4/6
atau 5/7 dan atau cetakan dari plat baja yang dapat dipergunakan
secara berulang-ulang.
Bahan bekisting dipakai kayu Perancah yang cukup kering dan
keras, lurus dan rata, terdiri dari :
a.Papan bekisting minimal tebal 2 cm
b.Klem bekisting minimal berpenampang 4/6 cm
c. Perancah/penyangga lainnya minimal berpenampang 5/7 cm.
d.Balok – balok penyangga berpenampang 8/12 cm
e.Multiplek t=9 mm, untuk pekerjaan beton struktur seperti :
kolom-kolom, balok-balok dan plat-plat
II.5.7.8. Permukaan cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan air,
kemudian diberi lapisan minyak khusus untuk expose (form oil)
pertama agar tidak terjadi penyerapan air semen pada beton
yang baru dituangkan untuk mencegah lekatnya beton pada
cetakan. Penggunaan minyak harus berhati-hati jangan sampai
besi tulangan dan begel terkena minyak karena akan mengurangi
daya lekat beton dengan tulangan.

II.5.7.9. Acuan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan


yang cukup memikul dua kali berat sendiri. Perlu ditekankan
bahwa tanggung jawab keamanan konstruksi selama
pelaksanaan adalah Pemborong. Pemborong harus meminta ijin
pada Pengawas bilamana ia akan bermaksud membuka cetakan.
Segala ijin yang diberikan Pengawas tidak dapat dijadikan
sebagai bahan untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab
pemborong dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat
pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran cetakan harus
dilaksanakan dengan berhati-hati sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Setelah
pembongkaran bekisting harus tetap dihasilkan sudut-sudut yang
tajam dan tidak pecah.
II.5.7.10.Bekisting harus dibuat dengan mempertimbangkan kontra
lendutan elemen struktur yang dibuat.

II.5.8. Pengujian
Pengujian dilaksanakan sebagai berikut :
II.5.8.1. Pada beton mutu Fc 28,8 Mpa, untuk waktu permulaan
pelaksanaan dibuat satu benda uji untuk setiap 3 m³ beton,
kemudian disetiap 5 m³ beton dengan minimum satu benda uji
untuk setiap harinya. Biaya untuk maksud tersebut di atas
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Dan segala
sesuatunya dapat berpedoman pada SNI 03-2847-2002 dan
dengan Peraturan-Peraturan Beton yang berlaku saat ini.

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


II.5.8.2. Untuk pemeriksaan langsung mutu beton yang ada di lapangan
pekerjaan setiap hari kontraktor harus menyiapkan alat hammer
test untuk digunakan Pengawas selama masa pelaksanaan.
II.5.8.3. Benda uji yang digunakan berbentuk kubus dengan ukuran (15 x
15) cm atau (20 x 20) cm, atau silinder Ø16 tinggi 32 cm.
II.5.8.4. Pembuatan dan pemeriksaan benda-benda uji coba harus
memenuhi ketentuan-ketentuan pasal-pasal dalam SNI 03-2847-
2002 dan dengan peraturan-peraturan Beton yang berlaku saat
ini.

II.5.9. Pemeliharaan Beton


Waktu dan cara pembukaan cetakan harus sesuai dengan
petunjuk/persetujuan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan
hati-hati untuk menghindari kerusakan-kerusakan beton. Permukaan-
permukaan beton yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai
disetujui oleh pengawas dan dilakukan oleh tukang yang ahli.
Segera setelah beton di cor dan difinising, maka permukaan yang tidak
tertutup oleh cetakan harus dijaga terhadap kelembabannya dengan cara
dibasahi atau digenangi air terus menerus selama tujuh hari.

II.5.10.Perbaikan Permukaan Beton


Permukaan-permukaan beton akan diuji oleh Pengawas guna menentukan
ketidakteraturan permukaan apakah berada dalam batas toleransi yang
diijinkan.
Kerusakan yang perlu dibongkar dan diperbaiki ialah yang terdiri dari
sarang kerikil, rusak karena cetakan, lubang karena keropos, ketidakrataan
oleh pengaruh sambungan dan bergeraknya cetakan dan sebagainya.

II.5.11.Penutupan Beton.
Penutupan beton harus dibuat sedemikian rupa sehingga tebalnya tidak
kurang atau tidak lebih dari toleransi yang diijinkan. Pembuatan harus
betul-betul direncanakan, tidak mudah berubah ketebalannya sewaktu-
waktu diadakan pengecoran, ketebalan minimum penutup beton harus
memenuhi persyaratan SNI 03-2847-2002 dan dengan Peraturan-
peraturan Beton yang berlaku saat ini.

II.5.12.Beton Kedap Air.


Berkenaan dengan beton kedap air ini ialah control pada slump test yang
harus ketat dan factor air semen yang harus dibatasi sedemikian rupa
sehingga tidak lebih dari 0,5. Kesalahan terhadap tidak tercapainya beton
kedap air ini diancam dengan pembongkaran pada bagian yang dianggap
tidak memenuhi syarat. Demi kelancaran terbuangnya air, permukaan
lantai atap perlu diberi kemiringan alam ± 1,6 % diberi lapisan
waterproofing jenis SikaTop (water proofing cementious coating) atau
setara, dipasang pada seluruh lapisan. Semua bidang permukaan beton
yang diberi lapisan kedap air harus kering, bersih dan rata.

II.5.13.Pekerjaan Beton Rabat.


Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan lantai kerja untuk pondasi poer,
balok sloof, lantai dasar sebelum pemasangan keramik, lantai dasar
saluran-saluran dan tempat lainnya yang telah ditujukan didalam gambar.

II.6. PEKERJAAN PENUTUP II.6.1. Pekerjaan Penutup Plafon


LANGIT - LANGIT II.6.1. Ruang Lingkup
II.6.1.1. Pekerjaan penutup plafon ini dikerjakan dibagian-bagian
Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare
bangunan, sesuai yang ditunjukan pada gambar rencana.

II.6.2. Bahan-Bahan
a. Kalsiboard tebal 4,5 mm atau setara untuk penutup plafond
eksterior atau luar ruangan.
b. Gypsumboard tebal 9 mm menggunakan merk Knauff untuk
plafond Interior atau dalam ruangan.
c. Rangka Holow Galvalum 4x4x0,35 dan 4x2x0,35,memakai
merk kencana dan track stag menggunakan 4mm.

II.6.3. Pelaksanaan
a. Rangka plafon dari Holow Galvalum, hanger menggunakan
track stang 4 mm dengan jarak sesuai standart atau gambar
rencana.
b. Penutup plafon dari Gypsumboard 9mm atau kalsiboard 6 mm,
dipasang dengan ukuran sesuai gambar.
c. Plafon gypsumboard dan kalsiboard harus rata, tanpa nat dan
tidak menggelembung/melengkung, saat dipasang atau
setelah selesai dipasang.
d. Penutupan plafon dapat dilaksanakan setelah semua
pekerjaan yang ada dibagian tersebut selesai dilaksanakan
serta telah disetujui Direksi

II.7.PEKERJAAN PENUTUP II.8.1. Pekerjaan Pemasangan tile


LANTAI II.8.1.1. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan penutupan lantai dan
dinding pasangan pada ruang-ruang di dalam maupun di luar
bangunan sesuai dengan yang tertera didalam gambar.

II.8.1.2. Bahan-Bahan
a. Semua Tile menggunakan kualitas 1 .
b. Pemasangan penutup lantai AsiaTile atau sekualitas, ukuran
30x30 cm, yang ditunjukkan dalam gambar, warna ditentukan
kemudian.
c. Bahan perekat dan pengisi nat sesuai warna lantai digunakan
produk LEMKRA atau setera yang disetujui oleh direksi.
d. Untuk bahan-bahan seperti Semen, pasir dan air harus mengacu
pada syarat mutu bahan pada pekerjaan pasangan dan plesteran,
seperti yang yang telah diuraikan sebelumnya .

II.8.1.3. Syarat Pelaksanaan


a. Adukan spesi untuk pemasangan lantai granite tile adalah 1 pc : 3
ps
b. Keramik/tile yang cacat menurut Pengawas tidak boleh di pasang.
c. Pemasangan di semua lantai harus bernat 2mm siku dan rata.
d. Setelah pemasangan keramik harus dicor dengan semen yang
warnanya sesuai warna keramik yang dipasang. Semen pengisi
dengan spesifikasi kekerasan ex LEMKRA atau setara.
e. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerapian pemasangan
dan kesamaan warna serta kualitas granite tile hingga disetujui
Pengawas.
f. Khusus untuk granite tile yang dimaksud dipesan oleh Kontraktor
dan harus mengajukan contoh terlebih dahulu kepada Direksi.
g. Pemasangan granite tile harus siku, rapi dan tidak bergelombang,

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


jarak nat antar granite tile harus sama antar keramik satu dengan
lainnya.
h. Pengecoran nat-nat granite tile setelah pemasangan berlangsung
3 (tiga) hari dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

II.9. PEKERJAAN LISTRIK II.9.1. Untuk keperluan ini Pemborong bisa menugaskan pihak ketiga
(instalatur) yang mempunyai sertifikat dari PLN setempat dengan
mendapat persetujuan lebih dulu dari Pengawas secara tertulis.
Pemborong tetap bertanggung jawab atas pengerjaan instalasi listrik
tersebut.
Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi Pemborong harus membuat
gambar kerja dengan skala 1 : 100 dengan mendapat persetujuan
pengawas.

II.9.2. Pelaksanaan Pekerjaan Instalasi


II.9.2.1. Menurut penjelasan-penjelasan dan peraturan-peraturan dalam
uraian ini dengan tegangan/voltage 220.
II.9.2.2. Menurut semua petunjuk-petunjuk dari pengawas.
II.9.2.3. Menurut peraturan-peraturan listrik yang masih berlaku di
Indonesia pada waktu ini (PUIL th. 2010).
II.9.2.4. Pekerjaan harus diserahkan rekanan kepada Pengawas dalam
keadaan selesai tepat pada waktu yang telah ditetapkan.

II.9.3. Penjelasan tentang Bahan-Bahan


II.9.3.1. Semua bahan harus barang baru yang tidak ada cacatnya,
berkualitas baik, dan memenuhi syarat keamanan kerja.
II.9.3.2. Sebelum semua bahan tersebut dipasang agar diperlihatkan
dulu kepada Direksi untuk diperiksa kualitasnya dan
mendapatkan persetujuan.
II.9.3.3. Barang-barang yang sudah diafkir, dalam waktu 2 x 24 jam
harus sudah dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

II.9.4. Pekerjaan Pemasangan Pipa


II.9.4.1. Pemasangan Pipa-pipa seluruhnya ditanam di dalam tembok
sedemikian sehingga bila ditutup (diplester) oleh Pemborong,
bangunan lain tidak akan menonjol keluar. Penanaman pipa
dilaksakan sebelum tembok diplester.
II.9.4.2. Pipa-pipa yang ditanam di dalam pada dinding partisi pada arah
horizontal harus berada pada bagian atas partisi di bawah
langit-langit/plafon, agar mudah dalam pemeliharaan dan
perbaikan harus diikat kuat-kuat dengan klem-klem dan pipa
yang digunakan adalah PVC.
II.9.4.3. Saluran/ pipa yang menghubungkan saklar atau stopkontak
hanya diperbolehkan dengan arah vertical terhubung dengan
saluran horizontal di atas dengan dilengkapi Tdoos.
II.9.4.4. Pemasangan pipa yang diletakkan di atas kayu atau rangka
partisi harus diberi tapak (klos) yang jarak pemasangannya
satu sama lain minimal 1 meter. Tapak dari kayu harus dicat
meni.
II.9.4.5. Pipa yang digunakan ialah PVC. Dengan min. R.15.
II.9.4.6. Pada tiap pasangan pipa jarak 8m harus diberi Tdoos.
II.9.4.7. Pada pasangan pipa yang mempunyai kemungkinan air dapat
berkumpul supaya dopasang inspektube.
II.9.4.8. Jumlah penarikan kawat di dalam pipa harus sesuai dengan
table sebagai pedoman yang berlaku di Indonesia.

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


II.9.5. Pemasangan Kabel
11.9.5.1.Kabel yang digunakan untuk posisi kabel yang terdapat di
dalam pipa, untuk kabel yang berada di atas kabel tray dan
diatas plafon menggunakan jenis NYM, Kabel sambungan antar
panel menggunakan jenis NYY, untuk yang disetujui oleh
Direksi.
11.9.5.2.Kabel NYM yang berada di dalam tembok atau di atas plafon
harus memakai klem yang ukurannya sesuai.
11.9.5.3.Pada tiap penyambungan kabel menggunakan terminal,
Penyambungan kabel hanya diperbolehkan di persimpangan
atau perubahan jenis ukuran kabel,sedangkan pada posisi
kabel yang lain tidak diperbolehkan menyambung (banyak
sambungan karena menggunakan sisa kabel).
11.9.5.4.Pada tempat-tempat persilangan dan penyebrangan di atas
tembok muka kawat itu dimasukan ke dalam pipa sebagai
pengaman.
11.9.5.5.Semua kabel yang dimasukan ke dalam pipa boleh ada
sambungan.
11.9.5.6.Tarikan kabel di atas harus cukup tegang dan kencang tetapi
isolasi tidak boleh rusak karenanya.

II.9.6. Pemasanagan Saklar,Stop Kontak,’Sekringkast’,dan lain lain.


II.9.6.1. Pemasangan saklar kapasitas 6A atau lebih sesuai
dengan,250V stop kontak 15 Amp dari ebonit warna ex.Brocco
atau setara yang disetujui direksi,semua pemasangan dalam
(inbouwmounting).
II.9.6.2. Bagi saklar lampu ruang minimum 2 saluran.untuk mencegah
lampu padam semua bila ada kerusakan.
II.9.6.3. Tinggi ‘Lichtverdoelkast’ saklar,stop kontak menurut petunjuk
PLN setempat (menurut ketenteuan AVE) atau 1 ½ m dari
lantai.
II.9.7. Jenis Lampu yang digunakan.
II.9.7.1. Semau lampu dipasang menempel pada langit-langit,untuk itu
supaya disediakan penggantung langit-langit
khusus.Pemasangan/jenis/posisi lampu disesuaikan dengan
gambar rencana.
II.9.7.2. Trafo ballast,dan kondensator dari trafo ex.Philips atau setara.
II.9.7.3. Untuk pembagian grup diatur sedemikian sehingga bila salah
satu grup putus penerangan dan stop kontak pada ruangan itu
tidak padam seluruhnya.
II.9.7.4. Seluruh penerangan harus dilengkapi lampu sesuai gambar,
dipasang sampai menyala. Pemborong harus memasang
seluruh instalasi lengkap termasuk jaringan instalasi antar
gedung sehingga siap menyala dengan syarat :
 Dicoba dengan generator hingga semua menyala.
 Menyerahkan jaminan instalasi yang disahkan
Pemborong utama dan/atau Pengawas.

II.9.8. Ukuran Isolasi.


Ukuran isolasi ditentukan antara ½ ohm sampai 0,3 ohm.

II.9.9. Papan-Papan Sekring (Panel) & kabel tray :


II.9.9.1. Papan sekring tersebut dari metal clad,plat baja ukuran sesuai
dengan rancangan,dilengkap frame yang kuat.
II.9.9.2. Pemasangan papan sekering/panel:wall Mounted terpasang
kuat dan rapi pada lokasi yang tidak menggunakan lalu lintas

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


dan memudahkan operasi dan pemeliharaan.
II.9.9.3. Panel distribusi utama dilengkapi dengan capper rel atau
disesuaikan dengan kebutuhan menurut Direksi.
II.9.9.4. Panel-panel tersebut setelah dipasang dengan baik,dilengkapi
dengan kotak dengan pintu dan kunci.
II.9.9.5. Pada pintu panel harus ditempelkan gambar/diagaram serta
nomor saluran.

II.9.10. Sambungan Pengaman ke Tanah.


Sambungan pengaman ke tanah harus dilaksanakan sesuai peraturan-
peraturan yang berlaku, batang-batang yang ditanam harus dari jenis
kuningan/tembaga Ø 25 mm dan panjang tidak kurang dari 8 m ditanam
lurus kebawah,elektroda-elektroda yang ditanam harus disambungkan
dengan kabel BC dan dihubungkan ke semua panel.Selanjutnya dari panel
disambung dengan kabel dengan sesuai kabel saluran yang dipakai
disambung dengan groundkilp pada stopkontak.Semua sambungan
memakai ikatan.Ground elektroda tergantung tahanan dan tidak boleh
lebih dari 5 ohm khusus untuk peralatan memakai tahanan tidak boleh
lebih dari 0,1 ohm.

II.9.11. Pengujian
Seluruh instalasi setelah selesai harus diuji untuk menentukan apakah
sudah bisa bekerja sempurna. Dalam semua hal harus memenuhui syarat-
syarat yang ditentukan dalam peraturan-peraturan PLN setempat.

II.9.12. KONDISI CUACA/LINGKUNGAN

II.9.12.1. Seluruh peralatan yang disediakan dan dipasang oleh


kontraktor harus dapat beroperasi dengan kondisi cuaca
sebagai berikut:
a. Suhu di udara terbuka : 55˚ C-grade maks
b. Suhu dalam ruang non-AC : 40˚ C-grade maks
c. Kelembaban nibsi : 95% maks
d. Kelembaban matahari : 95%
II.9.12.2. Apabila peralatan yang hendak disediakan/dipasang oleh
rekanan ternyata tidak dapat beroperasi pada kondisi cuaca di
atas, maka harus dilaporkan kepada pengawas untuk mendapat
penjelasan. Kontraktar harus mengganti peralatan tersebut
dengan yang sesuai dan seperlunya.

II.9.13. KETENTUAN KESERAGAMAN MERK


II.9.13.1. Selama tidak ditentukan lain, Rekanan memasang peralatan
dengan merk yang sama untuk seluruh peralatan yang sejenis.
II.9.13.2. Pengecualian terhadap butir di atas adalah peralatan yang
didatangkan bersama dengan peralatan lain.dalam arti
peralatan tersebut merupakan suatu komponen dari suatu
peralatan yang lebih besar.
II.9.13.3. Perbedaan suatu merk dalam peralatan yang sejenis hanya
dapat dilakukan apabila terjadi kondisi keterbatasan variasi
produk yang ada, dan hal ini hanya boleh dilakukan apabila ada
ijin tertulis dari Direksi Pengawas.

II.9.14. START-UP, COMMISSIONING DAN PENGUJIAN


II.9.14.1. Start-up dan Commissioning harus dilakukan oleh tenaga ahli
yang ditunjuk oleh Manufacturer Representative (pabrik
pembuat peralatan tersebut) atau tenaga ahli yang telah pernah

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


mendapat pendidikan atau sertifikat khusus untuk start-up dan
commissioning peralatan tersebut.
II.9.14.2. Pengujian dilakukan untuk setiap peralatan yang menjadi
bagian dari system dan pengujian seluruh system dengan
disaksikan oleh pengawas, Wakil Pemberi Tugas.Konsultan
Perencanaan dan pihak-pihak lain sesuai ketentuan yang
berlaku.

II.9.15. PERSYARATAN PEKERJAAN PANEL TEGANGAN RENDAH


II.9.15.1.Kontruksi Box Panel
a. Rangka metal, plat besi tekuk ketebalan 3 mm untuk LVMDP dan
2mm untuk LVDP dan LVSDP dengan finishing powder coating,
heatstone dan synchromate, anti korosi, tahan gores dan cat
warna krem.
b. Komponen selain metal yang harus digunakan, harus tahan api,
khususnya penyangga/support bagian yang bertegangan.
c. Berupa modul-modul tunggal atau yang dapat diintegrasikan dan
mempunyai pertahanan yang terintegrasi antar panel.
d. Pada bagian depan di lengkapi dengan tanda/peringatan/sign
sesuai dengan kebutuhan.
e. Disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan
(grounding) dan busbar pertahanan ,yang berfungsi untuk
dudukan ujung kabel pentanahan.
f. Pada bagian kiri atas diberi nomor panel sesuai gambar
perencanaan.
g. Pintu dilengkapi dengan kunci dan handle.
h. Disediakan tempat untuk pemasangan lampu indicator, fuse dan
alat-alat ukur bawah ambang LVMDP di bagian atas (dari ambang
atas sampai dengan 12cm di bawah ambang atas panel atau
disesuaikan dengan kebutuhan).Bagian tersebut merupakan
bagian yang terpisah dari pintu panel dan kedudukannya menetap
(fixed).
i. Semua jenis panel di lengkapi dengan lampu indicator.
j. Untuk panel PP mempunyai tutup bagian dalam dan pintu bagian
luar. Handle pintu dipasang baik untuk tutup bagian dalam panel
maupun pintu bagian luar panel.

II.9.15.2.Busbar dan Terminal Penyambungan.


a. Panel harus sesuai untuk sisitem 3 phasa, 4 kawat dan
mempunyai 3 busbar phasa dan 1 busbar netral.
b. Busbar terbuat dari bahan tembaga.
c. Ukuran busbar sesuai dengan spesifikasi pada setiap panel.
d. Busbar dan terminal penyambungan harus disususn dan
dipegang isolator dengan baik, sehingga mampu menahan elektro
mechanical force akibat arus hubung singkat terbesar yang
mungkin terjadi.

II.9.15.3.Circuit Breaker
a. Circuit breaker yang digunakan dari jenis MCCB dan MCB yang
sesuai dengan standar IEC 605 47-2.
b. Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar
yang dicantum dalam spesifikasi peralatan.
c. Semua circuit breaker harus diidentifikasikan dengan jelas.
Identifikasi ini meliputi breaking capacity, rating ampere serta
ampere trip dari circuit breaker tersebut.
d. Pemasangan MCB harus menggunakan Omega Rail sedangkan

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


pemasanagan MCCB harus menggunakan dudukan plat.
Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapih dan
kokoh sehingga mampu Manahan elektro mechanical force akibat
arus singkat hubungan singkat terbesar yang mungkin terjadi.
e. Semua circuit breaker harus diberi label/signplate berupa kode
nomor yang merupakan kelompok beban yang dicatu daya
lisriknya. Label terbuat dari plat alumunium sesuai standar DIN
4070.

II.9.15.4.Indikator/Electical Auxilliaries
a. Lampu indicator yang digunakan adalah :
a. Warna hijau untuk phasa R
b. Warna kuning untuk phasa S
c. Warna merah untuk phasa T
b. Lampu-lampu indicator harus diproteksi dengan mini fuse.

II.9.15.5.Tipe Panel
a. Untuk tipe indoor dengan IP 20
b. Berdasarkan cara pemasangannya panel-panel tegangan rendah
diklasifisikan sebagai free standing dan wall mounting.
c. Panel jenis wall mounting dipasang fiush mounting pada dinding
tembok dengan lokasi sesuai dengan gambar perencanaan.
Pemasangan panel pada dinding harus diperkuat dengan baut
tanam (anchor bolt) sehingga tidak rusak dengan gangguan
mekanis.
d. Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang
berada disekitar panel listrik harus dihubungkan ke system
pentanahan (grounding) pengaman.

II.9.15.6.Gambar Skema Rangkaian Listrik


Panel harus dilengkapi dengan gambar single line diagram beserta kode
label untuk incoming dan out going-nya, juga keterangan dari kode label
ukuran A4 pada bagian bawah pintu panel dan dilaminasi.

II.9.15.7.Persyaratan Pembongkaran dan Pemasangan Panel


a.Sebelum dilakukan pembogkaran panel lama, setiap ujung kabel harus
diberi label kode sementara sesuai label pada panel, untuk
menghindari hilangnya informasi sambungan yang terhubung
dengan beban listriknya
b.Pembongkaran Panel lama atau Pemasangan panel baru harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada
isolasi kabel.
c.Pemasangan kabel pada panel baru harus sesuai dengan label kode
pada kabel dan circuit breaker.

II.10. PEKERJAAN II.10.1. Ruang Lingkup


Pekerjaan ini Meliputi pengadaan bahan, pengadaan tenaga untuk
PENGECATAN
melaksanakan pekerjaan pengecatan pada dinding, plafond dan tempat
lain yang harus dicat sesuai dengan RKS dan gambar kerja.

II.10.2. Bahan-bahan
a. Cat tembok untuk cat interior adalah ex Catylac, khusus interior
atau yang sejenis dan setara. Pada cat bagian luar (eksterior)
menggunakan cat ex MOWILEX, Dulux, Propan atau setara dan
harus mengandung watershield. Bahan cat yang digunakan harus
baru / asli dalam kaleng yang bagian luarnya tahan cuaca dan
masih disegel dalam kemasan, tidak pecah dan tidak bocor dan
telah mendapatkan persetujuan dari Dereksi Pekerjaan/ Pengawas.
Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare
b. Cat meni besi menggunakan cat zincromate produk ex Nippont
paint atau produk yang sejenis atau setara, sedangkan untuk cat
finshing menggunakan cat produk ex NIPPE PAINT (NIPPON) jenis
Khusus untuk cat kayu / besi atau produk yang sejenis atau setara.
c. Jenis dan warna yang belum tercantum akan ditentukan kemudian

II.10.3. Pelaksanaan
a. Persyaratan Pengecatan
Sebelum pelaksanaan, kontraktor wajib melakukan percobaan atas
semua pekerjaan yang akan dilaksanakan dangan biaya percobaan
ditanggung oleh Kontraktor. Hasil percobaan tersebut harus
diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan bagi pelaksanaan pekerjaan.

b. Pekerjaan pengecatan tidak diperkanankan dilaksanakan dalam


cuaca lambab/ hujan atau angin berdebu bertiup.

c. Peralatan seperti kuas, roller, sikat, kawat, dan sebagainya, harus


tersedia dari kualitas/mutu terbaik dan jumlahnya cukup untuk
melaksanakan pekerjaan ini.

d. Semua pengecatan harus terlindungi agar terhindar dari benturan


atau cat lain akibat pekerjaan lain. Kontraktor wajib mengganti
bagian –bagian yang rusak tanpa tambahan biaya sampai
pekerjaan tersebut disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. Hal
tersebut tidak dapat diajukansebagai pekerjaan tambahan.

e. Pekerjaan Pengecatan Interior/Exterior.


Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan harus dibersihkan dari
debu, lemak, kotoran atau noda lain dan berada dalam kondisi
kering. Bidang yang akan dicat harus diplamir rata dan halus.

f. Pelaksanaan pekerjaan pengecatan dinding dilakukan dengan


roller, kecuali untuk pengecatan khusus. Pemakaian kuas boleh
dilakukan untuk permukaan yang tidak mungkin munggunakan
roller.Untuk pengecatan langit-langit dilakukan dengan cara rol.
Pengecatan di ulang minimal sebanyak 3(kali) untuk mendapatkan
warna yang sama.

g. Pekerjaan Pengecatan Metal/Baja.


Pelaksanaan pekerjaan pengecatan, khususnya pada pengecatan
cat dasar untuk komponenen bahan/material metal, harus
dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.

h. Sebelum pengecatan, bersihkan permukaan dari kerak, karat,


minyak, lemak dan kotoran lain secara teliti dan menyeluruh
sehingga permukaan yang dimaksud tampak halus dan mengkilap.

i. Cara pegecatan, urutan pengecatan, ketebalan lapisan cat dan


tenggang waku antara lapisan dan lainnya harus sesuai jenis
permukaan metal standart pabrik.

j. Hasil akhir pengecatan harus membentuk bidang cat yang utuh,


rata dan tidak ada bintik-bintik atau gelembung udara dan hasilnya
harus dijaga dari kotoran yang mungkin melekat.

k. Rangka baja dimeni besi merk Nippon.

l. Untuk mengahsilkan pengecatan yang halus dan rata, setiap


pengecatan mulai cat dasar sampai cat penutup harus
menggunakan cat yang benar-benar encer.

II.10.4. Pelapisan Waterprofing


a. Dipakai produk water proofing kualitas I ex. Aquaprof, NoDrop atau

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


setara
b. Dilaksanakan pada plat beton atap dan leufel yang kontak dengan air
c. Sebelum di waterprofing permukaan plat harus dibersihkan dengan
cara menggosok memakai kain yang dibasahi setelah kering baru
dilaksanakan pelapisan waterprofing
d. Seluruh pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan dengan baik
sampai didapat hasil yang baik dan merata pelaksanaan sesuai
ketentuan pabrik pembuat.
e. Persyaratan dan metode pelaksanaan
1. Persiapan permukaan
 Permukaan harus betul–betul kering sebelum pemasangan
lapisan waterproofing.
 Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak, retak atau
lubang, serbuk aduk beton, debu gumpalan aduk beton,
bagian–bagian yang menonjol tajam permukaan halus dan rata.
 Retak lubang yang tidak berguna dan sebagainya harus ditutup
dengan adukan kedap air 1Pc:2PS sehingga padat dan
diratakan permukaan.
2. Lapisan primer
Pelaksanaan dengan spray roller atau kuas dengan daya sebar 6 –
8 m2/ liter lapisan primer harus langsung ditutup dengan lapisan
waterproofing. Jika dalam satu hari kerja ada area yang telah diberi
lapisan primer tetapi belum sempat tersebut harus diberi primer
kembali pada hari kerja berikutnya.
3. Lapisan Waterproofing (Underlayer Torching)
 Jika dipandang perlu bahan dapat ditukar/diganti dengan
bahan– bahan pengganti yang memenuhi syarat dan mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi Proyek
 Cara–cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk
dan ketentuan dari pabrik yang bersangkutan dan atas petunjuk
Direksi Proyek
 Bila ada hal apapun antara gambar kerja spesifikasi dan
lainnya kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi
proyek dan Konsultan Perencana sebelum pekerjaan dimulai.
Pekerjaan baru dapat dimulai setelah mendapat persetujuan
tertulis dari Direksi proyek dan Konsultan Perencana.
 Untuk melaksanakan pekerjaan ini kontraktor harus
menempatkan tenaga ahli ditempat pekerjaan pada saat
pekerjaan tersebut sedang berlangsung.
 Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas kesempurnaan
pekerjaan walaupun telah mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi Proyek dan Konsultan Perencana sampai dengan
berakhirnya masa garansi. Pada bagian sambungan harus
mempunyai overlapping minimum 20 cm.
 Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail
pelaksanaan) berdasarkan gambar kerja dan telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan dan pada daerah–daerah yang
menurut Direksi Proyek dan Konsultan MK perlu. Dalam shop
drawing harus jelas dicantuMKan semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produk jenis bahan cara pemasangan
dan persyaratan khusus yang belum tercakup secara lengkap
didalam gambar pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi pabrik.
4. Lapisan Pelindung
 Lapisan pelindung menggunakan screed ketebalan + 2 cm atau
seperti tertera dalam gambar kerja termasuk arah
kemiringannya.
Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare
 Pengujian lapisan waterproofing
 Setelah semua pemasangan lapisan waterproofing dan
sebelum pelaksanaan lapisan pelindung kontraktor harus
melaksanakan pengujian kebocoran terutama untuk permukaan
horizontal. Cara pengujian adalah dengan menuangkan air
minimum 50 mm dan dibiarkan selama 2 x 24 jam. Beri tanda
bagian – bagian yang tidak sempurna atau bocor.
5. Perbaikan Lapisan Waterproofing

6. Bagian dari lapisan waterproofing baru diatas kebocoran disobek


secukupnya. Letak potongan lapisan waterproofing baru sejauh
minimal 150 mm kesegala arah dihiitung dari celah sobekkan
pekerjaan ini dilaksanakan setelah pengujian permukaan harus
kering betul.
7. Pengamanan Pekerjaan
 Kontraktor wajib mengadakan pengamanan dan perlindungan
terhadap pemasangan yang telah dilakukan, terhadap
kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau kerusakan
lainnya.
 Apabila terjadi kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian
Kontraktor baik pada waktu pekerjaan ini dilakukan
/dilaksanakan maupuan pada saat pekerjaan telah selesai,
maka Kontraktor harus memperbaiki/mengganti bagian yang
rusak tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi
Proyek. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah
tanggung jawab Kontraktor.

II.11. PEKERJAAN ATAP II.11.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan ini meliputi :
II.11.1.1 Pemasangan Kuda kuda kayu kelas II 6/12
II.11.1.2 Pemasangan Gording Kayu kelas II 6/12
II.11.1.4 Pemasangan tupai-tupai Kayu kelas II 6/12
II.11.1.5 Pasang Rangka atap galvalum C75.75
II.11.1.6 Reuter kayu 2/20
II.11.1.7 Pemasangan Genteng model karangpilang
II.11.1.8 Pemasangan Bubungan model karangpilang
II.11.1.10 Pemasangan Lisplank GRC 20 cm x 244 cm x 9 mm
Memasang pipa talang PVC tipe D, Ø 3"
II.11.1.11

II.11.2. Persyaratan Bahan/Material


II.11.2.1.Pemasangan Kuda-kuda kayu kelas II 6/12
 Kuda-kuda kayu kelas II 6/12 dibagi menjadi 2 yaitu kuda-kudauntuk
bangunan utama berjumlah 3 dan untuk teras berjumlah 2
 Besi strip menggunakan tebal 5 mm
 Paku menggunakan 12 cm
 pengujian mutu material.

II.11.2.2.Pemasangan Gording kayu kelas II 6/12


 Gording kayu kelas II 6/12 menggunakan kayu kelas II 6/12
 Paku menggunakan 12 cm

II.11.2.3.Tupai-Tupai
Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare
 Tupai-tupai kayu kelas II 6/12 menggunakan kayu kelas II 6/12
 Paku menggunakan 12 cm

II.11.2.4.Pasang Rangka atap galvalum


 Reng atap memakai galvalum profil merk kencana dengan dimensi R.30
Tebal 0,45mm dengan panjang perlonjor 6 meter.
 Material galvalum yang dipakai tidak boleh berkarat atau bengkok.
 Skrup skrup menggunakan skrup standart pemasangan konstruksi
galvalum dengan lapisan galvalum tidak mudah berkarat.

II.11.2.5. Pekerjaan pasang penutup atap Genteng dan Bubungan model


karangpilang
 Penutup atap menggunakan atap genteng dan bubungan model karang
pilang
 Sebelum mendatangkan bahan kontraktor wajib memberikan contoh
material terlebih dahulu untuk di setujui oleh direksi.

II.11.2.6. Memasang pipa talang PVC tipe D, Ø 3"


 Pipa talang tegak menggunakan pipa PVC dengan ukuran 3”,type D
 Semua material pipa pvc memakai merk Maspion type D

II.11.2.7. Pemasangan Lisplang GRC


 Lisplanng GRC menggunakan ukuran 20cmx224cmx9mm

II.11.3. Syarat-syarat pelaksanaan


II.11.3.1.Pemasangan kuda-kuda kelas II 6/12
 Pemasangan kuda-kuda ukuran ukuran dan bentuk mengacu pada
gambar perencanaan yang tersedia,sambungan antara kayu harus
disesuaikan dengan gambar perencanaan,

II.11.3.2.Pasang gording kelas II 6/12


 Pasang Gording kelas II 6/12, ukuran mengacu pada gambar
kerja.Pemotongan plat diusahakan presisi.

II.11.3.3.Pemasangan Tupai-tupai
 Pasang tupai-tupai kelas II 6/12, ukuran mengacu pada gambar
kerja.Pemotongan plat diusahakan presisi.

II.11.3.4.Pekerjaan pasang rangka galvalum


 Pemasangan rangka atap galvalume Usuk galvalum profil C 75.75 &
Reng galvalum 30 tebal 0.45 mm dipasang mengacu sesuai gambar
dengan penyatuannya menggunakan Screw truss 12-14 x 20. sedangkan
sudut kemiringan mengikuti gambar perencanaan yang ada.

II.11.3.5.Pekerjaan Genteng model karang pilang


 Posisi balok nok terletak memanjang sesuai dengan panjang rangka atap
yang hendak dibangun. Sama seperti pada proses pembuatan gording
dan jurai, pekerjaan pembuatan balok nok dan pemasangannya harus
dilakukan setepat mungkin.
 Pemasangan atap Genteng tanah liat dipasang tiap baris yang dimulai
dari bagian tengah bangunan menuju ke bagian pinggir. Pastikan
pemasangan genteng ini dilakukan dengan susunan yang serapi
mungkin
 Lisplank GRC ini dipasang memanjang sesuai dengan kebutuhan
Atap dan sesuai dengan Gambar Kerja yang ada. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu Jarak antara Sekrup yang dipasang pada Lisplank
sebaiknya tidak terlalu jauh. Jarak ini sanggup bervariasi, sanggup
dibentuk antara 20cm s/d 40cm (sepanjang profil menjang Lisplank GRC
tersebut), biar terkunci dengan baik dan kuat.

Setelah pemasangan Lisplank selesai, lakukan pendempulan pada setiap


Sekrup Lisplank dan Sambungan antar Papan Lisplank, biar tampak rapi
sebelum melaksanakan pengecatan. Gunakan dempul yang berkualitas

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare


baik dan tahap terhadap Cuaca (hujan dan panas).

II.11.3.6.Memasang pipa talang PVC


 Penyambungan pipa PVC dengan Knee pipa,harus di amplas terlebih
dahulu bagian pipa yang akan di sambung lalu di olesi lem PVC secara
merata.

II.12. PEKERJAAN AKHIR II.12.1. Setelah proyek selesai Penyedia Barang/ Jasa diwajibkan
membersihkan kembali lokasi proyek dari sisa-sisa material yang tidak
terpakai, agak lokasi proyek tampak bersih dan indah Setelah
dilaksanakan serah terima pekerjaan gedung siap dan dapat digunakan
dan dimanfaatkan oleh User.

III. PENUTUP

1. Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum sempurna dan
harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata rapi dan semua barang yang tidak
berguna harus disingkirkan dari proyek.
2. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari ketentuan bestek dan gambar
menjadi tanggung jawab pemborong, untuk itu pemborong harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.
3. Selama masa pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki segala cacat yang
timbul, sehingga sebelum penyerahan II dilaksanakan, pekerjaan benar-benar telah sempurna.
4. Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian dalam rapat penjelasan
(Aanwijzing).
5. Apabila dalam gambar maupun RKS belum disebutkan suatu detail komponen bangunan, tetapi dari segi fungsi
maupun konstruksi harus ada, maka menjadi kewajiban kontraktor untuk menyelenggarakannya. Untuk hal
tersebut di atas tidak diterima permohonan untuk menambah harga borongan. Dengan demikian harus dianggap
bahwa penawaran adalah untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan yang secara teknis maupun fungsinya dapat
dipertanggungjawabkan.
Hal-hal yang belum tercantum dalam Peraturan dan syarat-syarat ini akan diatur secara musyawarah berdasarkan
A.V. 1941 dan Peraturan-peraturan lain yang lazim dipergunakan dalam suatu Pekerjaan pemborongan
Bangunan sepanjang tidak bertentangan dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini

Konsultan Perencana
CV. KUSUMA JATI

SUSY NOFITASARI, ST
Direktur

Rehabilitasi Kantor Kecamatan Kalipare

Anda mungkin juga menyukai