Anda di halaman 1dari 29

BAB XIII

SYARAT-SYARAT TEKNIS

A. URAIAN TEKNIS UMUM


I. LINGKUP PEKERJAAN
I.1. Pembangunan Prasarana Olahraga guna peningkatan kualitas kegiatan olahraga di wilayah
Kota Surabaya.

II. JENIS DAN MUTU BAHAN


II.1. Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan
ini harus menggunakan bahan yang baru.

II.2. Tanda pengenal.


1. Apabila pabrik / produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal untuk produk / bahan
yang dihasilkannya, baik berupa cap merk dagang atau sebagai pengenal kualitas / kelas /
kapasitas maka semua bahan dari pabrik / produsen bersangkutan yang dipergunakan
dalam pekerjaan ini harus mengandung tanda pengenal tersebut.
2. Khusus untuk bahan pekerjaan instalasi (daya, penerangan, komunikasi, alarm, plumbing
dan lain-lain) kecuali ditetapkan oleh pengawas / Direksi Pekerjaan, bahan sejenis dengan
fungsi yang berbeda harus diberi tanda pengenal yang berbeda pula. Tanda pengenal ini
dapat berupa warna atau tanda lain yang harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan
yang berlaku. Dalam hal ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

II.3. Merk Dagang Dan Kesetaraan.


1. Penyebutan sesuatu Merk Dagang bagi suatu Bahan/Produk didalam persyaratan Teknis,
secara umum harus dimengerti sebagai keharusan memakai produk tersebut.
2. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan Bahan/Produk lain yang
dapat dibuktikan mempunyai kualitas penampilan yang setara dengan bahan/produk yang
memakai Merk Dagang yang disebutkan dapat diterima apabila sebelumnya telah
diperoleh persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan atas ijin dari Pemberi Tugas tentang
kesetaraan tersebut.
3. Penggunaan Bahan / Produk yang disetujui sebagai "setara" tidak dianggap sebagai
perubahan Pekerjaan dan karenanya tidak akan ada perubahan harga.

II.4. Penggantian (Substitusi).


1. Atas persetujuan Direksi Pekerjaan/Pemberi tugas, Kontraktor dapat menggantikan
sesuatu bahan/produk dengan sesuatu Bahan/Produk lain yang berbeda dari produk yang
disyaratkan dan setaranya.
2. Apabila akibat penggantian bahan/produk terjadi perhitungan harga kurang/lebih maka
akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah/kurang.

II.5. Persetujuan Bahan.


1. Untuk menghindarkan penolakan bahan dilapangan dianjurkan dengan sangat agar
sebelum sesuatu Bahan / Produk akan dibeli/ dipesan/diprodusir, terlebih dulu dimintakan
Persetujuan dari Direksi Pekerjaan atas kesesuaian dari Bahan/Produk tersebut dengan
Persyaratan Teknis, Guna diberikan persetujuan dalam bentuk tertulis yang dilampirkan
pada contoh/Brosur dari Bahan/Produk yang bersangkutan untuk diserahkan pada Direksi
Pekerjaan dilapangan.
2. Penolakan bahan dilapangan karena diabaikannya prosedur diatas sepenuhnya merupakan
tanggung jawab Kontraktor tanpa pertimbangan keringanan apapun.
3. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai Contoh/Brosur seperti tersebut diatas tidak
melepaskan tanggung jawab Kontraktor dari kewajibannya untuk mengadakan
Bahan/Produk yang sesuai dengan persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan
diterima/disetujuinya seluruh Bahan/Produk tersebut dilapangan, sejauh tidak dapat
dibuktikan bahwa seluruh Bahan / Produk tersebut adalah sesuai dengan Contoh/Brosur
yang telah disetujui.

II.6. Contoh
Pada waktu memintakan persetujuan atas Bahan/Produk kepada Direksi Pekerjaan harus
diserahkan Contoh dari Bahan / Produk tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Jumlah Contoh :
1). Untuk Bahan / Produk yang tidak dapat diberikan sesuatu Sertifikat Pengujian yang
dapat disetujui / diterima oleh Direksi Pekerjaan sehingga perlu untuk diadakan
Pengujian, maka kepada Direksi Pekerjaan harus diserahkan sejumlah Bahan /
Produk sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Prosedur Pengujian, untuk
dijadikan Benda Uji guna diserahkan kepada lembaga Penguji yang ditunjuk oleh
Direksi Pekerjaan.
2). Untuk Bahan / Produk yang mempunyai Sertifikat Pengujian, maka harus
diserahkan 2 (dua) buah contoh , yang masing-masing disertai dengan salinan
Sertifikat Pengujian yang bersangkutan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.

2. Contoh yang disetujui :


1). Contoh yang diserahkan kepada Direksi Pekerjaan dan telah memperoleh
persetujuan, harus dibuat suatu keterangan tertulis mengenai persetujuannya serta
dipasang tanda pengenal persetujuannya pada 2 (dua) buah contoh, yang semuanya
akan dipegang oleh Direksi Pekerjaan. Bila dikehendaki Kontraktor dapat
memintakan sejumlah set tambahan dari contoh berikut Tanda Pengenal Persetujuan
dan surat keterangan persetujuan untuk kepentingan dokumentasi Kontraktor.
2). Pada waktu Direksi Pekerjaan sudah tidak lagi membutuhkan contoh yang disetujui
tersebut untuk pemeriksaan Bahan/Produk bagi pekerjaan, maka Kontraktor berhak
meminta kembali Contoh tersebut untuk dipasang pada pekerjaan.
3). Waktu Persetujuan Contoh
a. Merupakan tanggung jawab dari Kontraktor untuk mengajukan Contoh pada
waktunya, sehingga Pemberian persetujuan atas Contoh tersebut tidak akan
menyebabkan keterlambatan pada Jadwal Pengadaan Bahan (paling akhir 30
(tiga puluh) hari kerja sebelum mendapat persetujuan bahan).
b. Untuk Bahan/Produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan kesetaraan
pada sesuatu Merk Dagang tertentu, keputusan atas Contoh akan diberikan oleh
Direksi Pekerjaan dalam waktu tidak lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja.
Persetujuan yang akan melibatkan keputusan tambahan diluar Persyaratan
Teknis (seperti penentuan Model, warna dll), maka keseluruhan keputusan akan
diberikan dalam waktu tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) hari kerja.
c. Untuk Bahan/Produk yang masih harus dibuktikan kesetaraannya dengan
sesuatu Merk Dagang yang disebutkan, keputusan atas Contoh akan diberikan
oleh Direksi Pekerjaan dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak
dilengkapinya pembuktian kesetaraan.
d. Untuk bahan/Produk yang bersifat Pengganti (substitusi), keputusan Persetujuan
akan diberikan oleh Direksi Pekerjaan dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu)
hari sejak diterimanya seluruh bahan-bahan pertimbangan secara lengkap.
e. Untuk Bahan/Produk yang bersifat Peralatan/ Perlengkapan ataupun Produk lain
yang karena sifat / jumlah/harga pengadaannya tidak memungkinkan untuk
diberikan Contoh dalam bentuk Bahan/Produk jadi, maka permintaan
Persetujuan bisa diajukan berdasarkan Brosur dari Produk tersebut, dengan
dilengkapi :
(1) Spesifikasi Teknis lengkap yang dikeluarkan oleh Pabrik/Produsen.
(2) Surat-surat seperlunya dari Agen/Importir sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan
antara lain Surat keagenan Surat Jaminan Suku Cadang dan Jasa Purna
Penjualan (After Sales Service) dan lain-lain.
(3) Katalog untuk warna, Pekerjaan Penyelesaian (Finishing) dan lain-lain.
(4) Sertifikat-sertifikat Pengujian/Penetapan Kelas serta dokumen-dokumen lain
sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
f. Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan diatas, keputusan atas contoh
dari Bahan/Produk yang diajukan belum diperoleh tanpa Pemberitahuan tertulis
apapun dari Direksi Pekerjaan, maka dianggap bahwa contoh yang diajukan
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
g. Penyimpanan Bahan.
(1) Persetujuan atas sesuatu Bahan / Produk harus dimengerti sebagai perijinan
untuk memasukkan Bahan / Produk tersebut ke dalam lapangan serta
pemeriksaan keadaannya pada saat persetujuan diberikan.
(2) Bahan / produk yang telah dimasukkan ke lapangan harus segera disimpan
dengan cara yang betul dan baik, sesuai ketentuan untuk masing-masing
Bahan / Produk yang telah ditetapkan serta sesuai dengan petunjuk Direksi
Pekerjaan apabila tidak diisyaratkan pabrik.
(3) Kontraktor yang akan memakai Bahan / Produk tersebut harus bertanggung
jawab selama dalam penyimpanan, Bahan / Produk tersebut tetap berada
dalam kondisi layak untuk dipakai. Apabila selama waktu itu ternyata bahwa
Bahan / Produk menjadi tidak layak untuk dipakai dalam pekerjaan, maka
Direksi Pekerjaan berhak untuk memerintahkan agar Bahan/Produk tersebut
harus segera dikeluarkan dari lapangan untuk diganti dengan yang
memenuhi persyaratan.

III. URAIAN PEKERJAAN


III.1. Informasi Site
1. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus benar-benar memahami kondisi
/pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala permasalahan yang
dihadapi.
2. Kontraktor harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi tempat
bekerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi selama pekerjaan
berlangsung.
3. Kontraktor harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, persyaratan teknis
dan agenda-agenda dalam dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan benar.

III.2. Penyediaan
Pemborong harus menyediakan semua keperluan guna pelaksanaan pekerjaan yang sempurna
dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk sarana bantu seperti alat-alat penarik dan
pengangkat, andang-andang dan sebagainya.
1. Peralatan yang digunakan harus baik dan bisa beroperasi dengan lancar. Semua peralatan
yang rusak harus diperbaiki di luar lokasi proyek atau dikoordinasikan dengan Pengguna
Jasa.
2. Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran perjalanan alat-alat berat. Yang
melalui jalanumum agar tidak mengganggu lalu lintas.
3. Pengawas atau Direksi Pekerjaan berhak memerintahkan untuk menambah peralatan yang
tidak sesuai / tidak memenuhi persyaratan.
4. Bila pekerjaan sudah selesai, Kontraktor diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat-alat
tersebut dan memperbaiki semua kerusakan yang diakibatkannya serta membersihkan
bekas-bekasnya.
5. Disamping alat-alat yang diperlukan seperti tersebut diatas. Kontraktor harus menyiapkan
tenda - tenda untuk para pekerja waktu hujan.

III.3. Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan


1. Kuantitas dan kualitas pekerjaan yang termasuk pada harga kontrak harus dianggap
seperti yang tertera di gambar-gambar kontrak atau tercantum di uraian dan syarat-syarat.
Tetapi kecuali yang disebut di atas, apa yang tertera dalam uraian dan syarat-syarat atau
gambar dalam kontrak itu bagaimanapun tidak boleh ditolak, diubah, atau dipengaruhi
penerapan atau interprestasi dari apa yang tercantum dalam syarat-syarat ini.
2. Kekeliruan pada uraian pekerjaan atau kuantitas atau pengurangan bagian-bagian dari
gambar, uraian dan syarat-syarat tidak boleh membatalkan kontrak ini tetapi hendaknya
diperbaiki dan dianggap suatu perubahan yang dikehendaki Pemberi tugas.
3. Harga kontrak tidak boleh disesuaikan atau diubah secara bagaimanapun selain menuruti
ketetapan-ketetapan yang tepat dari syarat-syarat ini, dan taat kepada pasal-pasal dari
syarat-syarat ini. Semua kekeliruan baik mengenai hitungan atau bukan perhitungan harga
kontrak harus dianggap telah diterima oleh kedua belah pihak yang bersangkutan.

III.4. Petunjuk dan Instruksi.


Semua petunjuk dan instruksi Direksi Pekerjaan / Pemberi Tugas yang dikeluarkan secara
tertulis harus dilaksanakan secara baik oleh Kontraktor. Apabila Kontraktor tidak dapat
menerima atau menyetujui pendapat atau perintah Direksi Pekerjaan/Pemberi tugas, harus
mengajukan keberatan secara tertulis dalam waktu 3 (tiga) kali 24 (dua puluh empat) jam. Dan
apabila dalam jangka waktu tersebut Kontraktor tidak mengajukan keberatan maka dianggap
telah menyetujui dan menerima perintah Direksi Pekerjaan / Pemberi Tugas untuk
dilaksanakan.

IV. GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN


IV.1. Gambar-gambar rencana pekerjaan yang meliputi bestek, detail konstruksi, situasi dan
sebagainya yang telah dibuat perancang telah disampaikan kepada rekanan bersama dokumen
lainnya. Rekanan tidak boleh mengubah/menambah tanpa ijin tertulis dari Pimpinan proyek.
Semua gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya
dengan pekerjaan ini, atau digunakan untuk maksud-maksud lain.

IV.2. Gambar-gambar Tambahan.


Bila Pemimpin Proyek menganggap perlu, Pemborong harus membuat gambar detail
penjelasan (shop drawing) yang diperiksa/disahkan oleh Pengawas. Gambar-gambar tersebut
menjadi milik Pemimpin Proyek.

IV.3. As Built Drawing (Gambar sebagaimana dilaksanakan).


Untuk semua gambar yang belum ada pada gambar kerja dan gambar perubahan di lapangan
baik penyimpangan atas perintah Pemberi Tugas atau tidak, Kontraktor harus membuat “as
built drawing” yang jelas, gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap tiga dan
semua biaya pembuatannya ditanggung Pemborong.

IV.4. Gambar-gambar di Tempat Pekerjaan.


Rekanan harus menyimpan di lokasi pekerjaan satu set gambar kontrak lengkap termasuk
rencana kerja dan syarat-syarat, berita acara aanwijzing dan time schedule dalam keadaan baik
selama masa pelaksanaan pekerjaan, dan harus tersedia bila Pemberi tugas atau wakilnya
sewaktu-waktu memerlukan.

IV.5. Contoh Barang.


1. Selama pembangunan, semua bahan/barang bagi pelaksanaan harus sesuai dengan RKS
dan Berita Acara Aanwijzing.
2. Barang/bahan yang ditawarkan dalam harga satuan pekerjaan dan harga satuan
bahan/upah adalah mengikat, rekanan harus menawarkan harga-harga tersebut sesuai
RKS dan Berita Acara Aanwijzing.
3. Contoh barang/bahan yang ditawarkan tidak bisa dipergunakan bila belum mendapat
persetujuan Pengawas secara tertulis.
V. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
V.1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail maka gambar detail yang
diikuti.

V.2. Bila pada gambar terdapat perbedaan antara skala dan ukuran maka ukuran dengan angka
dalam gambar yang diikuti.

V.3. Bila terdapat perbedaan ukuran, jumlah serta bahan-bahan yang diperlukan, maka gambar yang
diikuti.

V.4. Bila rekanan meragukan perbedaan antara gambar-gambar yang ada dengan RKS, baik tentang
mutu bahan maupun konstruksi, maka rekanan wajib bertanya kepada Pengawas secara
tertulis.

V.5. Sebelum melaksanakan pekerjaan, rekanan harus meneliti kembali semua dokumen yang ada
untuk disesuaikan dengan Berita Acara Rapat Penjelasan (Aanwijzing).

V.6. Kekeliruan pelaksanaan akibat kelalaian hal-hal diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor.

VI. PELAKSANAAN
VI.1. Rencana Pelaksanaan
1. Pada saat akan dimulai pelaksanaan di lapangan, atau setelah menerima SPK dari
Pemimpin Proyek, rekanan harus segera mengadakan persiapan termasuk pembuatan
jadwal pelaksanaan berupa ’Bar Chart’ dan ‘Network Planning’ selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari setelah dikeluarkan SPK, yang berisi tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan,
waktu yang direncanakan yang disesuaikan dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam
kontrak, dan harus disahkan Pengawas/Direksi dan Pimpinan Proyek.
2. Kontraktor harus memasukkan kembali perbaikan atas ’Bar Chart’ dan ’Network
Planning’ apabila Direksi Pekerjaan meminta diadakannya perbaikan / penyempurnaan
atas ’Bar Chart’ dan ’Network Planning’ tersebut, paling lambat 4 (empat) hari sebelum
dimulainya waktu pelaksanaan.
3. Kontraktor tidak dibenarkan memulai sesuatu pelaksanaan pekerjaan sebelum adanya
persetujuan dari Direksi Pekerjaan atas Rencana kerja tersebut.
4. ’Bar Chart’ dan ’Network Planning’ tersebut harus selalu berada di lokasi pekerjaan agar
perkembangan hasil pekerjaan di lapangan bisa diikuti dan diberi tanda garis tinta merah.
Bila terdapat/terlihat ada hambatan, semua pihak harus segera mengadakan langkah-
langkah penanggulangannya.

VI.2. Gambar Kerja.


1. Untuk bagian-bagian pekerjaan, dimana gambar belum cukup memberikan petunjuk
mengenai cara untuk mencapai keadaan terlaksana, Kontraktor wajib untuk
mempersiapkan Gambar Kerja yang terperinci yang akan memperlihatkan Cara
Pelaksanaan tsb.
2. Format dari Gambar Kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Direksi
Pekerjaan.
3. Gambar Kerja harus diajukan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuannya dalam rangkap 2 (dua).

VI.3. Rencana Mingguan dan Bulanan


1. Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu selama proses pelaksanaan pekerjaan
berlangsung, Kontraktor wajib menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu Rencana
Mingguan yang berisi Rencana Pelaksanaan dari berbagai Bagian Pekerjaan yang akan
dilaksanakan dalam Mingguan berikutnya.
2. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari setiap bulan, Kontraktor wajib
menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu Rencana Bulanan yang menggambarkan
dalam garis besarnya, berbagai Rencana Pelaksanaan dari berbagai Bagian Pekerjaan
yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam bulan berikutnya.
3. Kelalaian Kontraktor untuk menyusun dan menyerahkan Rencana Mingguan maupun
Bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam melaksanakan Perintah Direksi Pekerjaan
dalam Melaksanakan Pekerjaan.
4. Untuk memulai suatu Bagian Pekerjaan yang baru Kontraktor diwajibkan untuk
menyampaikan Pemberitahuan kepada Direksi Pekerjaan mengenai hal tersebut paling
lambat 2 x 24 jam sebelumnya.

VI.4. Dokumentasi
1. Kontraktor harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta pengirimannya
ke pihak Direksi Pekerjaan dan ke pihak lain yang memerlukan.
2. Yang dimaksud dokumentasi dalam pekerjaan ini adalah :
Laporan-laporan perkembangan Foto-foto tersebut menggambarkan kemajuan proyek.

VI.5. Ketentuan jam kerja.


1. Jam kerja Kontraktor adalah jam kerja menurut kebiasaan setempat (6 hari seminggu).
2. Jika Kontraktor menghendaki, diluar ketentuan waktu jam kerja menurut kebiasaan
setempat, atau pada hari-hari libur nasional, atau sebelum matahari terbit, atau setelah
matahari terbenam, maka Kontraktor diharuskan mengajukan ijin sebelumnya kepada
Direksi Pekerjaan secara tertulis dalam waktu sekurang-kurangnya 24 jam.
3. Bilamana Direksi Pekerjaan dalam keadaan tersebut menganggap perlu pengawasan,
maka biaya pengawasan dibebankan kepada Kontraktor. Kecuali, jika penyimpangan-
penyimpangan tersebut adalah akibat dari sifat keadaan pekerjaan .

VII. KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN


VII.1. Pengawasan dan Prosedur Pelaksanaan.
Pemborong harus mengawasi dan memimpin pekerjaan dengan menggunakan kecakapan dan
perhatian penuh. Ia harus bertanggung jawab sepenuhnya bagi semua alat konstruksi, cara-cara
teknik, urutan dan prosedur koordinasi semua bagian yang ada di bawah kontrak.

VII.2. Pegawai pemborong yang melaksanakan.


1. Sebagai pemimpin sehari-hari pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus dapat
menyerahkan kepada seorang Pelaksana yang ahli pada bidangnya, cakap diberi kuasa,
penuh tanggung jawab, dan selalu berada di tempat pekerjaan, di samping itu Pemborong
harus membuat susunan organisasi kerja di lapangan sesuai dengan bidang keahlian serta
pekerjaan yang ada.
2. Sebagai penanggung jawab di lapangan pekerjaan, Pelaksana harus mempelajari dan
memahami semua isi gambar, bestek dan Berita Acara Aanwijzing sehingga tidak terjadi
kesalahan-kesalahan baik konstruksi maupun kualitas bahan yang harus dilaksanakan.
3. Perubahan konstruksi maupun bahan-bahan bangunan dapat dilaksanakan bila ada ijin
tertulis dari Pimpinan Proyek berdasarkan rapat Direksi. Menyimpang dari hal tersebut
menjadi tanggung jawab Pemborong untuk membetulkan dan melaksanakan sesuai
gambar dan bestek.
4. Pengawas berhak menolak penunjukan Pelaksana oleh Pemborong didasarkan
pendidikan, pengalaman, tingkah laku, dan kecakapan. Dalam hal ini Pemborong harus
segera menempatkan Pelaksana lain dengan persetujuan Pengawas.

VIII. TEMPAT TINGGAL (DOMISILI)


Apapun kebangsaan kontraktor, sub kontraktor, leveransir, dan penengah (arbirator) dan
dimanapun pekerjaan atau bagian pekerjaan atau bagian pekerjaan berada, undang-undang
Republik Indonesia adalah undang-undang yang melindungi kontrak ini, untuk memudahkan
komunikasi demi kelancaran jalannya pelaksanaan pekerjaan, rekanan wajib memberikan
alamat tetap yang jelas dengan nomor telepon kepada Pimpinan Proyek.

IX. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN


IX.1. Keamanan dan Kesejahteraan.
Selama pelaksanaan pekerjaan, Pemborong wajib mengadakan semua yang diperlukan bagi
para pekerja dan tamu seperti pertolongan pertama, sanitasi, air minum, dan fasilitas-fasilitas
kesejahteraan. Rekanan juga wajib memenuhi semua persyaratan, tata tertib, ordonasi
Pemerintah Pusat dan Lokal.

IX.2. Terhadap Wilayah Orang Lain.


Pemborong harus membatasi daerah operasinya di sekitar tapak dan harus mencegah para
pekerjanya melanggar wilayah orang lain yang berdekatan.

IX.3. Terhadap Milik Umum.


Pemborong harus menjaga agar jalanan umum, jalan kecil, dan hak pemakai jalan bersih dari
bahan bangunan dan sebagainya dan memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan
maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung. Rekanan juga bertanggung jawab atas
gangguan dan pemindahan yang terjadi atas fasilitas umum seperti saluran air, listrik, dan
sebagainya yang disebabkan oleh kegiatan Pemborong. Semua biaya pemasangan kembali dan
perbaikan kerusakan menjadi tanggung jawab Pemborong.

IX.4. Terhadap Bangunan yang Ada.


Selama masa pelaksanaan kontrak, Pemborong bertanggung jawab penuh atas semua
kerusakan utilitas, jalan, saluran pembuangan dan sebagainya dan kerusakan-kerusakan sejenis
yang disebabkan operasi Pemborong dalam arti yang luas. Itu semua diperbaiki Pemborong
hingga dapat diterima oleh Pemimpin Proyek.

IX.5. Keamanan terhadap Pekerjaan.


Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan, termasuk bahan-bahan
bangunan, perlengkapan instalasi yang ada hingga kontrak selesai dan diterima baik oleh
Pemimpin proyek. Ia harus menjaga perlengkapan dan bahan-bahan dari semua kemungkinan
kerusakan, kehilangan, dan sebagainya bagi seluruh pekerjaan termasuk bahan-bahan yang
dilaksanakan oleh pekerja-pekerja dan menjaga agar pekerjaan bebas dari air hujan dengan
melindungi memakai tutup yang layak, memompa, atau menimba seperti apa yang dikehendaki
atau yang diinstruksikan.

IX.6. Dalam pelaksanaan proyek, rekanan berkewajiban menjaga agar tidak mengganggu proses
kegiatan aktivitas kerja pada Kelurahan Pagesangan.

IX.7. Apabila terjadi kehilangan di kantor disebabkan oleh pekerja rekanan, maka hal itu menjadi
beban dan tanggung jawab rekanan.

X. LAPORAN MINGGUAN DAN HARIAN


Rekanan membuat laporan bulanan/harian tentang kemajuan pekerjaan. Laporan kemajuan
pekerjaan tersebut minimal mengenai semua keterangan yang berhubungan dengan kejadian
selama satu bulan yang mencakup mengenai :
1. Jumlah semua tenaga kerja yang digunakan dalam bulan ini.
2. Uraian kemajuan pekerjaan pada akhir bulan.
3. Semua bahan/barang perlengkapan yang telah masuk dan diterima di tempat pekerjaan.
4. Keadaan cuaca.
5. Kunjungan semua tamu yang berkaitan dengan proyek.
6. Kunjungan tamu-tamu lain.
7. Kejadian khusus.
8. Foto-foto ukuran kartu post sesuai petunjuk Direksi.
9. Pengesahan Pimpinan Proyek.

XI. JAMINAN KESELAMATAN BURUH


XI.1. Kontraktor harus menjamin keselamatan kerja pekerja sesuai dengan yang ditentukan dalam
Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap bidang pekerjaan.

XI.2. Air Minum dan Air untuk Pekerjaan. Pemborong harus senantiasa menyediakan air minum
yang cukup bersih ditempat pekerjaan untuk para pekerjanya. Air untuk keperluan bangunan
selama masa pelaksanaan bisa menggunakan/menyambung pipa air yang telah ada dengan
meteran air tersendiri (guna perhitungan pembayaran) atau air sumur yang bersih/jernih dan
tawar. Bila kondisi air meragukan Direksi, harus diperiksakan pada laboratorium.

XI.3.

XI.4. Kecelakaan. Bila terjadi kecelakaan pada pekerja Pemborong saat pelaksanaan, Kontraktor
harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban dengan biaya
pengobatan dan lain-lain menjadi tanggung jawab Pemborong. Kejadian tersebut harus segera
dilaporkan pada Jawatan Perburuan dan Direksi.

XI.5. Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk pertolongan pertama yang selalu
tersedia setiap saat dan berada di Direksi keet.

XII. ALAT–ALAT PELAKSANAAN PENGUKURAN


Selama masa pelaksanaan, Pemborong harus menyediakan/menyiapkan alat-alat, baik untuk
sarana pekerjaan maupun yang diperlukan untuk memenuhi kualitas hasil pekerjaan antara lain
pengaduk beton, pompa air, dan sebagainya. Penentuan semua titik duga letak bangunan, siku-
siku bangunan, maupun datar (water pass) dan tegak lurusnya bangunan harus ditentukan
dengan memakai alat ukur instrumen water pass atau theodolit.

XIII. SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN


XIII.1. Rekanan harus selalu memegang teguh disiplin kerja, dan tidak memperkerjakan tenaga yang
tidak sesuai atau tidak mempunyai keahlian dalam tugas yang diserahkan kepadanya.

XIII.2. Pemborong menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang disediakan
menurut kontrak dalam keadaan baru dan bahwa semua pekerjaan akan berkualitas baik.
Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan standar dapat ditolak.

XIII.3. Pengujian Hasil Pekerjaan


1. Dalam pengajuan penawaran, Pemborong harus memperhitungkan semua biaya
pengujian, pemeriksaan berbagai bahan pekerjaan, Pemborong tetap bertanggung jawab
atas biaya-biaya pengiriman yang tidak memenuhi syarat-syarat (penolakan bahan) yang
dikehendaki.
2. Kecuali dipersyaratkan lain, maka semua pekerjaan akan diuji dengan cara dan Tolok
Ukur Pengujian yang dipersyaratkan dan ditetapkan dalam Persyaratan Teknis.
3. Kecuali dipersyaratkan lain, maka Badan / Lembaga yang akan melakukan Pengujian
dipilih atas persetujuan kedua pihak.
4. Semua Biaya Pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi beban
Kontraktor.

XIII.4. Penutupan hasil Pelaksanaan Pekerjaan.


1. Sebelum menutup suatu Bagian Pekerjaan dengan Bagian Pekerjaan yang lain, sehingga
secara visuil menghalangi Direksi Pekerjaan untuk memeriksa Bagian Pekerjaan yang
terdahulu, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan
mengenai rencananya untuk melaksanakan Bagian Pekerjaan yang pertama tersebut,
sehingga Direksi Pekerjaan berkesempatan secara wajar melakukan pemeriksaan pada
bagian yang bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan pekerjaannya.
2. Kelalaian Kontraktor untuk menyampaikan laporan diatas, memberikan hak kepada
Direksi Pekerjaan untuk memerintahkan pembongkaran kembali Bagian Pekerjaan yang
menutupi tersebut, guna pemeriksaan Pekerjaan yang terdahulu dengan resiko
pembongkaran dan pemasangannya kembali menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3. Apabila laporan telah disampaikan dan Direksi Pekerjaan tidak mengambil langkah untuk
menyelesaikan pemeriksaan tersebut dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja sejak laporan
disampaikan, maka Kontraktor berhak melanjutkan Pelaksanaan Pekerjaan serta
menganggap Direksi Pekerjaan telah menyetujui Bagian Pekerjaan yang ditutup tersebut.
4. Pemeriksaan dan Persetujuan oleh Direksi Pekerjaan terhadap suatu pekerjaan, tidak
melepaskan Kontraktor dari kewajibannya untuk melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai
dengan Dokumen Pelaksanaan atau Kontrak Pekerjaan.

XIV. PEKERJAAN TIDAK BAIK


XIV.1. Pemberi Tugas berhak mengeluarkan instruksi agar Pemborong membongkar pekerjaan apa
saja yang telah ditutup untuk diperiksa, atau mengatur untuk mengadakan pengujian bahan-
bahan atau barangbarang, baik yang sudah maupun yang belum dimasukkan pekerjaan atau
yang sudah dilaksanakan. Ongkos untuk pekerjaan dan sebagainya menjadi beban Pemborong
untuk disesuaikan kontrak.

XIV.2. Pemberi Tugas boleh (tetapi tidak secara tak adil atau menyusahkan) mengeluarkan perintah
yang menghendaki pemecatan siapa saja dari pekerjaan.

XV. PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG


XV.1. Pemborong wajib sesuai dengan pekerjaan yang diterimanya menurut ketentuan pada AV pasal
2 ayat 3 dan gambar detail yang telah disahkan Direksi, melaksanakan secara keseluruhan atau
dalam bagian-bagian menurut semua persyaratan teknis untuk mendapatkan pekerjaan yang
baik. Pemborong selanjutnya wajib pula tanpa tambahan biaya mengerjakan segala sesuatu
demi kesempurnaan pekerjaan atau memakai bahan yang tepat, walaupun satu dan lain hal
tidak dicantumkan dengan jelas dalam gambar dan bestek.

XV.2. Pekerjaan tambah dan kurang hanya dapat dikerjakan atas perintah atau persetujuan tertulis
dari Direksi. Selanjutnya perhitungan penambahan pengurangan pekerjaan dilakukan atas
dasar harga yang disetujui oleh kedua belah pihak, jika tidak tercantum dalam daftar harga
upah dan satuan pekerjaan.

XV.3. Pekerjaan tambah dan kurang yang dikerjakan tanpa ijin tertulis Pengawas adalah tidak sah
dan menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.

XVI. PENYELESAIAN DAN PENYERAHAN


XVI.1. Dokumen Terlaksana.
1. Pada penyelesaian dari setiap pekerjaan, Kontraktor wajib menyusun Dokumen
Terlaksana yang terdiri dari :
1). Gambar-gambar Pelaksanaan (as build drawings).
2). Spesifikasi Teknis Terlaksana dari pekerjaan sebagaimana yang telah
dilaksanakannya.
2. Penyusunan Dokumen Terlaksana dikecualikan untuk pekerjaan tersebut dibawah ini :
1). Ornamental.
2). Pertamanan.
3). Finishing Arsitektur.
4). Pekerjaan Persiapan.
5). Supply bahan, Perlengkapan dan Peralatan kerja.
3. Dokumen Terlaksana dapat disusun berdasarkan :
1). Dokumen Pelaksanaan.
2). Gambar Perubahan Pelaksanaan.
3). Perubahan Spesifikasi Teknis.
4). Brosur Teknis yang telah diberi tanda pengenal khusus sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.
4. Dokumen Terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
1). Khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan dengan sistem jaringan bersaluran banyak
yang secara operasional membutuhkan identifikasi yang bersifat lokatif, Dokumen
Terlaksana ini harus dilengkapi dengan Daftar Instalasi / Peralatan / Perlengkapan
yang mengidentifikasikan lokasi dari masing-masing barang tersebut.
2). Kecuali dengan izin khusus dari Direksi Pekerjaan dan Pemberi Tugas, Kontraktor
harus membuat Dokumen Terlaksana hanya untuk diserahkan kepada Pemberi
Tugas. Kontraktor tidak dibenarkan membuat / menyimpan salinan ataupun copy
dari Dokumen Terlaksana tanpa izin dari Pemberi Tugas.

XVI.2. Penyerahan.
Pada waktu Penyerahan Pekerjaan, Kontraktor wajib menyerahkan :
1. 2 (dua) set Dokumen Terlaksana.
2. Untuk peralatan / perlengkapan :
1). 2 (dua) set Pedoman Operasi ("Operation Manual") dan Pedoman Pemeliharaan
(Maintanance Manual).
2). Suku Cadang sesuai yang dipersyaratkan.
3. Untuk berbagai macam kunci :
1). Semua kunci orsinil.
2). Minimum 1 (satu) kunci duplikat.
3). Dilakukan pewarnaan / penomoran pada kunci
4. Dokumen-dokumen Resmi (seperti Surat Izin Tanda Pembayaran Cukai, Surat Fiskal
Pajak dan lain-lain).
5. Segala macam Surat Jaminan sesuai yang dipersyaratkan.
6. Surat pernyataan Pelunasan sesuai Petunjuk Direksi Pekerjaan.

B. PEKERJAAAN PERSIAPAN
I. PEKERJAAN PENDAHULUAN
I.1. Pengukuran tanah kembali
1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi
pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah,
letak pohon, letak batasbatas tanah dengan alat-alat yang sudah tertera kebenarannya.
2. Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk dimintakan
keputusannya.
3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat- alat
waterpas/theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggung-jawabkan.
4. Kontraktor harus menyediakan Theodolith/waterpas beserta Petugas yang melayaninya
untuk kepentingan pemeriksaan Direksi Pengawas selama Pelaksanaan Proyek.
5. Pengukuran sudut siku prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
6. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Pengawas / Direksi Pekerjaan agar dapat
ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
gambar Rencana dan Persyaratan Teknis.
7. Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggungan Kontraktor.

I.2. Sarana Air Kerja dan Penerangan


1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Kontraktor harus
memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk
pekerja dan air kamar mandi / WC selama berlangsungnya proyek.
2. Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber lain, serta
pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan
pekerjaan termasuk keperluan Kantor Direksi Pekerjaan, kantor pelaksana, kamar
mandi/wc atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
3. Kontraktor juga harus menyediakan Sumber Tenaga Listrik untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan, kebutuhan kantor Direksi Pekerjaan dan penerangan proyek pada malam hari
sebagai keamanan selama proyek berlangsung. Penyediaan penerangan/Tenaga listrik
berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
4. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan Generator set,
dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pengadaan fasilitas penerangan termasuk instalasi dan armateur stop kontak serta sakelar
/ panel.
I.3. Keamanan Proyek
1. Kontraktor harus bisa menjamin keamanan proyek baik untuk barang-barang Kontraktor,
milik Pengawas/Direksi Pekerjaan, serta menjaga keutuhan bangunan-bangunan yang ada
dari gangguan para pekerja ataupun kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan.
2. Untuk menjaga ketertiban maka para pekerja diharuskan menggunakan tanda pengenal
pada bagian badan yang mudah terlihat oleh petugas keamanan yang sedang bertugas.

I.4. Bangunan Sementara (Bouwkeet)


Pemborong harus menyediakan dan mendirikan bangunan sementara untuk gudang
penyimpanan dan perlindungan bahan bangunan. Rekanan harus pula menyediakan ruangan
untuk keperluan Pengawas dengan perlengkapan papan tulis, meja dan kursi, buku harian,
serta buku catatan harian pengawasan seperlunya. Semua ‘bouwkeet’ perlengkapan rekanan
Pemborong dan sebagainya, pada waktu selesainya pekerjaan harus dibongkar dan harus
disingkirkan dari tapak/lokasi, dan semua bangunan eksisting yang terganggu harus
diperbaiki. Semua biaya menjadi beban Pemborong. Pembongkaran bangunan sementara
tersebut hanya dengan persetujuan Pimpinan Proyek atau Pengawas.

I.5. Alat Komunikasi dan Transportasi


1. Untuk memudahkan komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait Kontraktor wajib
mengadakan alat komunikasi.
2. Untuk melancarkan jalannya proyek maka Kontraktor diwajibkan menyediakan 1
kendaraan roda empat untuk keperluan transportasi Kontraktor dalam pengangkutan
barang-barang kantor misalnya pengangkutan benda-benda uji dan lain-lain atau untuk
persediaan apabila terjadi keperluan yang sangat mendadak, serta 1 kendaraan roda empat
untuk keperluan transportasi Pengawas.
3. Kontraktor diwajibkan untuk menyediakan komsumsi dalam pertemuan-pertemuan rutin
atau tamu-tamu Pemberi Tugas yang mempunyai kepentingan dengan proyek dan semua
biaya dibebankan pada Pemborong.

I.6. Pagar Pengaman Proyek.


Sebelum melaksanakan pekerjaan apapun, Pemborong harus membuat/memasang pagar
pengaman sebagai batas antara daerah proyek dan daerah umum, dengan biaya dibebankan
pada Pemborong.
Pagar kerja ini terbuat dengan konstruksi :
1. Tiang kayu bulat (dolken) ditanam sedalam 60 cm dan dicor dengan campuran 1pc : 3ps
pada setiap jarak 3 m.
2. Tinggi kayu yang kelihatan minimal 2.40 m dari muka tanah.
3. Untuk perangkai tiang satu dengan lainnya, digunakan 3 deret kayu meranti merah 5/7
yang dipasang horisontal sejajar atas, bawah dan tengah.
4. Bagian luar pagar ditutup seng gelombang warna BJLS 40 yang dipasang vertikal dengan
konstruksi rangka dan paku payung.
5. Pada daerah-daerah tertentu sesuai petunjuk Pengawas, diberi pintu untuk kepentingan
proyek, yang lebarnya disesuaikan kebutuhan Pemborong.

I.7. Akses Material


Jalan masuk ke tempat pekerjaan yang telah ditentukan harus diadakan oleh rekanan bila
diperlukan,sesuai kebutuhan dan kepentingan proyek.

I.8. Pembuatan Los Kerja dan Tempat Istirahat


1. Kontraktor harus membuat los kerja dan bangunan untuk tempat istirahat dan tempat
sholat bagi para pekerja.
2. Los kerja merupakan bangunan yang cukup memadai untuk bekerja bagi tukang/pekerja
yang mempunyai kondisi cukup baik, terlindung dari pengaruh panas atau hujan yang
dapat menghambat kelancaran pekerjaan.
I.9. Sambungan listrik, air dan transportasi pelaksanaan agar dipersiapkan dengan baik dan
berkoordinasi dengan pihak user. Bila pihak user tidak dapat memenuhi, maka rekanan
(Pemborong) harus menyediakan sendiri.

I.11. Persyaratan Bahan


1. Semen Portland
Memakai Semen Portland ex Gresik atau semen Portland lain yang mempunyai mutu
terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Konsultan Perencana/Direksi Pengawas dan
harus memenuhi NI-8, Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan
untuk digunakan. Penyimpanan semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa
sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan
ditumpukkan sesuai dengan syarat penumpukan semen.
2. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik,
lumpur dan sebagainya, dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
dicantumkan dalam PBI 1988.
3. Koral Beton/Split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1988. Penyimpanan/ penimbunan pasir dan
koral beton harus dipisahkan satu dari yang lain, hingga kedua bahan tersebut dijamin
menghasilkan perbandingan adukan beton yang tepat.
4. A i r
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam,
alkali dan bahan-bahan organik/bahan lain yang dapat merusak beton dan harus
memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang perlu Konsultan Perencana / Direksi
Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
5. Besi Beton
Digunakan mutu U-24 untuk Ø < 12 mm, U-39 untuk Ø > 12 mm. Besi harus bersih dari
lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih.

C. PEKERJAAN PEMBUATAN LAPANGAN FUTSAL


I. PEKERJAAN PENDAHULUAN.
1. Pembersihan dilaksanakan pada :
• Semua jenis kotoran, tanaman, tumpukan sisa material, peralatan tak terpakai dan lain-
lain yang menggangu pelaksanaan pekerjaan konstruksi disekitar daerah pekerjaan
hingga seluas area pekerjaan.
• Semua peralatan dan perabotan yang ada di area pekerjaan.
• Dilaksanakan penebangan pohon di sekitar area yang akan dibangun lapangan.
• Pembuangan sisa-sisa pembersihan lokasi harus segera dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan atau ditempatkan dilapangan pekerjaan sesuai petunjuk direksi.
2. Pekerjaan Pengukuran
1. Pengukuran awal harus dilakukan guna menentukan panjang, lebar dan as rencana
pembangunan lapangan. Serta menentukan titik duga tinggi sesuai gambar.
2. Pengukuran selanjutnya dilaksanakan bertahap sesuai dengan tahapan pekerjaan yang
membutuhkannya antara lain
• Untuk penetapan pemasangan bouwplank
• Untuk leveling lantai plat lapangan
• Untuk pengecekan kebenaran kedudukan elemen-elemen konstruksi selama
pekerjaannya.
3. Hasil pengukuran di lapangan harus dinyatakan dengan tanda-tanda patok-patok ukur
dititik-titik koordinat yang dimaksud serta diberi tanda duga tingginya (peil) dengan
cat warna merah.
4. Patok-patok ukur harus terbuat dari kayu meranti/kruing berukuran penampang 5/7cm,
ditanam kokoh sedemikian rupa sehingga tidak rusak atau berubah tempat oleh
benturan-benturan kecil akibat pelaksanaan pekerjaan lainnya (pemasangan
bouwplank). Bila patok-patok ini bergeser, miring, atau tenggelam/tercabut, maka
kontraktor pelaksana harus menggantinya dengan melakukan pengukuran kembali
sebagaimana mestinya.
5. Pengukuran harus dilaksanakan oleh tenaga pengukur lapangan yang terampil dengan
menggunankan alat ukur theodolite. Pengukuran ini harus selalu disertai oleh
konsultan pengawas/direksi dan sebelum penanaman patok ukur , titik-titik ukur yang
ditempatkan sudah harus disetujui oleh konsultan pengawas/direksi.
6. Pengukuran awal ini akan dituangkan dalam berita acara pengukuran awal (Uitzet)
yang ditanda tangani semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan ini.
3. Pekerjaan Pemasangan Papan Bangunan (Pasang “Bouwplank”)
1. Bahan yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah :
• Kayu meranti ukuran 5/7 dan 3/10
• Cat warna merah
2. Papan bangunan ukuran 3/10, diketam rata permukaan atasnya, dipasang rata air setinggi
duga lantai (±0.00) berjarak 1m ke arah luar as bangunan.
3. Tiang-tiang papan bangunan ukuran 5/7, dipasang kokoh maksimal setiap jarak 2m.
4. Semua titik as, pada papan bangunan harus diberi tanda dengan cat dan paku.
5. Papan bangunan harus tetap berdiri kokoh hingga pelaksanaan konstruksi mencapai
pengecoran beton plat lantai.

II. PEKERJAAN TANAH


1. Pekerjaan Galian
1. Seluruh pekerjaan galian dilakukan sampai pada kedalaman sesuai dengan gambar rancangan
pelaksanaan.
2. Lubang galian harus dibuat yang cukup guna memperoleh ruang kerja yang cukup dan
kemiringan sisi-sisinya tidak mudah longsor.
3. Tanah bekas galian diletakkan pada sisi-sisinya galian sedemikian rupa sehingga tidak
menggangu jalannya pekerjaan dan tanah bekas galian tidak dapat longsor ke dalam galian.
4. Selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi didalam galian, kondisi galian harus dalam keadaan
kering. Untuk itu penyedia jasa / kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang
dibutuhkan untuk menjaga galian tetap kering seperti penyedian pompa, saluran pembuangan
air dan lain-lain yang dibutuhkan, dan sudah harus diperhitungkan dalam penawaran.
5. Pekerjaan pengurugan kembali dilaksanakan setelah pekerjaan galian dan konstruksi yang
memerlukannya selesai dikerjakan.
6. Urugan tanah kembali, hendaknya dipadatkan kembali dengan menggunakan mesin pemadat.

2. Pekerjaan Urugan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu yang
diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik dan sesuai
dengan spesifikasi.
2. Bagian-bagian yang harus di urug sampai mencapai ketinggian yang ditentukan, tanah urugan
harus baik, bersih dan bebas dari sisa kotoran, rumput atau akar-akar lain-lainya.
3. Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis hingga benar – benar padat.
4. Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan, bilamana pekerjaan urugan tersebut sudah mendapat
persetujuan tertulis dari Pengawas.

III. PEKERJAAN BETON BERTULANG


1. Bekisting
Bahan untuk bekisting harus menggunakan kayu meranti, dan hanya memiliki cacat
maksimum sebagai berikut :
• Mata kayu tidak lebih dari ¼ x lebar muka kayu
• Pingul maksimum 1/10 x lebar muka kayu
• Serat miring dengan tangent maksimum 1/7
• Retak radial maksimum 1/3 x tebal kayu dan retak tangensial maksimum ¼ x tebal
kayu.
• Lubang-lubang sampai dengan 1.55 mm maksimum 4 lubang /100 cm² 1.5 mm s/d 3
mm maksimum 3 lubang/100 cm², lebih dari itu maksimum 2 lubang /100 cm².
• Cacat yang lain lebih dari 2 x lebar permukaan kayu dan dengan jumlah cacat
kumulatif tidak melebihi satu cacat maksimum.
Bahan untuk bikisting ini, yang terdiri atas :
• Papan bikisting minimal tebal 0.9 cm
• Klem bikisting minimal berpenampang tebal 4/6 cm
• Perancah dan penyanggah lainnya minimal berpenampang 5/7 cm
Bekisting harus dipotong dan dirangkai sedemikian rupa sehingga:
• Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan atau tekanan
lateralnya pada saat pegecoran
• Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk bekisting kolom
disyaratkan tinggi penuangan maksimum adalah 2 m dari permukaan dasar yang telah
mengeras.
• Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi. Untuk dapat memenuhi
hal ini, kontraktor pelaksana harus membuat gambar pelaksanaannya (shop drawing)
lebih dahulu beserta perhitungan konstruksinya, dan telah mendapat persetujuan
direksi (konsultan pengawas) sebelum bekisting dilaksanakan.
Bahan bikisting yang telah dipakai tidak boleh dipakai kembali kecuali dengan ijin direksi
secara tertulis.
Bila memenuhi syarat konstruksi, pemakaian bahan lain selain yang disebutkan diatas,
boleh dilakukan sepanjang telah memperoleh ijin dari direksi (konsultan pengawas).

2. Tulangan
1. Baja tulangan secara umum adalah baja tulangan berprofil dengan mutu baja U 39 atau fy =
390 MPa yakni bagian tulangan yang didalam gambar perencanaan ditandai dengan huruf
D untuk diameter pengenalnya.
2. Baja tulangan tambahan/ pelengkapnya adalah baja tulangan polos dengan mutu baja U 24
atau fy = 240 MPa, yakni yang didalam gambar perencanaan ditandai dengan symbol Ø
sebagai kode diameter.
3. Baja tulangan harus dari produksi “Krakatau Steel” , atau bila kontraktor pelaksana
mengajukan produk lain, maka sebelum dilaksanakan harus dilakukan pengujian
laboratorium lebih dahulu menurut proses teknis yang berlaku, dan biaya pengujian
sepenuhnya harus ditanggung kontraktor pelaksana dan sudah harus dianggaptelah
termasuk di dalam factor-faktor penawaran.
4. Baja tulangan yang didatangkan di lapangan pekerjaan tidak diperkenakan langsung
dikerjakan sebelum mendapatkan pembenaran / persetujuan dari direksi (konsultan
pengawas).
5. Bila baja tulangan yang tercantum di dalam gambar ternyata tidak ada / sulit ditemukan
dipasaran, kontraktor pelaksana harus segera mengajukan permintaan ijin secara tertulis
yang dilampiri dengan rencana perubahan beseta perhitungan teknisnya. Bila direksi
melakukan, kontraktor pelaksana dapat melaksanakannya sesuai dengan ijin direksi.
6. Perlakukan pelaksanaan tulangan (penyambungan, pembengkokan, pemasangan tulangan
lewatan, dan lain-lain) harus memenuhi PBI 1971.
7. Sebelum pengecoran rangkaian tulangan sudah harus dilengkapi dengan beton decking
yang jumlah, penempatan dan mutunya harus disetujui direksi (konsultan pengawas).
8. Ketebalan beton decking untuk semua bagian konstruksi minimal harus mencapai 50 mm.
9. Baja-baja tulangan yang akan dipakai sampai saat akan dilakukan pengecoran beton harus
bebas dari kotoran, lemak atau karat serta kotoran-kotaran lain yang dapat mengurangi
daya rekat antara campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.
10. Untuk kotoran berupa karat dapat digunakan bahan kimia penghilang karat (rust remover)
yang tidak mengurangi diameter dan kekuatan baja tulangan. Untuk penggunaan bahan
kimia tersebut kontraktor harus memperoleh petunjuk yang jelas dari produsen dan
persetujuan dari pengawas.
11. Sebelum dilakukan pekerjaan tulangan, dilakukan terlebih dahulu pekerjaan pengecekan
bahan pada tulangan yang akan dipergunakan.

3. Adukan Beton
1. Adukan beton harus memenuhi mutu karekteristik beton K.225 sesuai dengan rekomendasi di
dalam PBI 1971.
2. Sebelum mix design dilakukan kontraktor pelaksana harus melaksanakan pengujian agregat di
laboratorium. Bahan agregat yang dipakai untuk perencanaan campuran beton (mix design)
harus telah mendapatkan rekomendasi dari laboratorium dan dipakai sebagai tolak banding
pemeriksaan untuk agregat yang didatangkan di lapangan pekerjaan.
3. Hasil dari perencanaan campuran yang akan dipakai pedoman didalam pelaksanaan pekerjaan
ini harus dikalibrasikan dalam perbandingan campuran dengan satuan volume (bukan berat)
yang selanjutnya dinyatakan dalam takaran bahan dilapangan pekerjaan.
4. Selain persyaratan diatas, kontraktor pelaksana diharuskan menggunakan beton siap tuang
(ready mixed concrete) dari perusahaan yang bersedia untuk :
• Memenuhi pesyaratan pengujian adukan dilapangan pekerjaan oleh direksi.
• Menyediakan benda-benda uji dalam jumlah yang ditetapkan direksi sesuai prosedur
teknik pengambilan sample.
• Diuji benda-benda ujinya dilaboratorium lain di luar laboratoriumnya sendiri.
Jika kondisi lahan tidak memungkinkan untuk melakukan mobilisasi dan demobilisasi
kendaraan beton siap tuang (ready mixed concrete), maka kontraktor pelaksana
diperbolehkan menggunakan beton manual dengan ketentuan pada saat pelaksanaan
kontraktor wajib meminta izin dari konsultan pengawas dan direksi.

4. Pengecoran Beton
1. Apabila kontraktor pelaksana hendak memulai pekerjaan pengecoran beton, maka kontraktor
harus memberitahukan secara tertulis kepada direksi, kapan pengecoran dilaksanakan.
2. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila :
• Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan penulangan dan bikisting serta
pemasangan beton decking secara sempurna dan bersih serta telah mendapatkan
persetujuan direksi melalui proses check list pekerjaan yang dilakukan oleh
pihak pengawas beserta direksi.
• Kontraktor telah menyediakan bahan, peralatan dan persiapan tenaga serta
dinyatakan dalam daftar bahan, alat dan tenaga kerja.
• Kontraktor telah membuat schedule rencana pengecoran dan strategi pengecoran
berupa gambar tata letak bahan arah pengecoran.
• Seluruh persiapan pengecoran yang tersebut didalam sub butiran a, b, dan c diatas
telah mendapatkan pembenaran dari direksi. Seluruh persiapan diatas apabila
telah disetujui secara tertulis oleh direksi berdasarkan pemeriksaan dan
penilaian dilapangan pekerjaan maka kontraktor dapat melaksanakan pengecoran.

5. Pemeliharaan Beton
1. Kontraktor pelaksana diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap pengaruh sinar
matahari langsung, angin dan hujan sampai beton sempat mengeras secara wajar.
2. Kontraktor pelaksana diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat dengan cara-
cara sebagai berikut :
• Semua bikisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus dibasahi secara teratur
sampai dibongkar.
• Semua permukaan beton yang tidak terlinndungi oleh bikisting (misalnya permukaan
plat lantai) harus ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan pengikat awal
berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14 hari sejak saat
pengecoran, kecuali ditentukan lain oleh direksi.
3. Pemeliharaan dengan penyiraman air / minimal 2 x sehari harus dilakukan setelah bikisting
dibuka selama + 7 hari.

6. Pembongkaran Bekisting
1. Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila :
• Umur beton belum mencapai kekuatan sesuai PBI 1971 Bab 5 ayat 8
• Umur beton belum mencapai kekuatan yang memadai untuk mendukung beban kerja
diatasnya bila hal tersebut akan dilakukan.
2. Sebelum melaksanakan pembongkaran kontraktor pelaksana harus mengajukan ijin
pembongkaran secara lisan kepada direksi (konsultan pengawas).
3. Bagian beton yang keropos setelah pembongkaran bikisting harus segera diisi dengan mortar
beton sesuai campuran asal.
4. Akibat-akibat dari kekhilafan kontraktor pelaksana dalam hal ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawabnya.

7. Perataan Dengan Menggunakan Trowel


Trowel adalah : alat / bahan untuk memperkuat permukaan dan memperhalus lantai beton
terhadap gesekan, khususnya beban.biasanya digunakan pada lantai gudang/ pabrik, lapangan
olah raga dll.
Sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran plat lantai , bahan hardener natural (Semen PC)
sejumlah volume pada analisa dan peralatan trowel harus sudah tersedia on site.
Cara kerja/ pemakaiannya penaburan semen pc dapat dilakukan :
- Penaburan dilakukan setelah atau bersamaan dengan pengecoran lantai beton.
- Penaburan pertama 2/3 bagian dari dosis ditentukan, lalu diratakan menggunakan
roskam kayu.
- Penaburan ke II, 1/3 bagian lagi ditaburkan secara silang lalu diroskam kayu, lalu
diroskam besi.
- Setelah penaburan ke II + 1 jam dapat dimulai pemakaian mesin Trowel.
Keuntungan pemakaian mesin TROWEL adalah hasil pekerjaan akan lebih padat,
lebih luas serta permukaan lebih halus, dan waktu lebih singkat.

IV. PEKERJAAN FINISHING LAPANGAN


Pekerjaan yang dilaksanakan yaitu:
1. Pekerjaan Pengecatan Lapangan Futsal & Volley.
1. Lingkup Pekerjaan
• Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
• Meliputi pengecatan lapangan , line serta seluruh detail yang ditunjukan / disebutkan
dalam gambar dan sesuai dengan Direksi.

2. Persyaratan Bahan
Bahan lapisan / Cat dasar
1. Merk : Tennokote Weather Sport Court Coating ex. Setara.
2. Warna : Disesuaikan dengan permintaan Dinas.
3. Pengencer : Air bersih 6-10 %.
4. Pengeringan : Minimum setelah 2 jam lapis berikutnya dapat
dilakukan.
5. Sistem Pengecatan : 2 kali.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan :
a) Bahan-bahan yang di pergunakan, sebelum di gunakan terlebih dahulu harus di
serahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direks/Konsultan
Konsultan Perencana.
b) Kontraktor harus menyerahkan contoh hasil pengecatan dalam bentuk dami/contoh
kepada Direksi. untuk mendapat persetujuan.
c) Sebelum pengecatan di lakukan, Kontraktor di wajibkan membuat contoh-contoh
warna, untuk disetujui Direksi..Setiap kali lapisan cat dilaksanakan harus dihindarkan
terjadinya sentuhan benda - benda dan pengaruh pekerjaan - pekerjaan sekelilingnya
selama 2 jam.
d) Pekerjaan pengecatan tidak diperkenankan dilaksanakan dalam cuaca terik matahari
yang terlalu panas/hujan atau angin berdebu bertiup.
e) Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat dan sebagainya, harus tersedia dari
kualitas/mutu terbaik dan jumlahnya cukup untuk melaksanakan pekerjaan ini.
f) Kontraktor wajib mengadakan pembuatan mock-up untuk mendapatkan persetujuan
Direksi sebelum perkerjaan di mulai. Biaya pengadaan mock-up menjadi tanggungan
pemborong. Mockup yang disetujui akan dipakai sebagai bahan patokan pemeriksaan
dan penerimaan hasil perkerjaan ini.

D. PEKERJAAN PEMASANGAN TIANG & ASESORIS.


• Pekerjaan Pemasangan Tiang
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1). Pipa Hitam 3" tb. 2,8 mm (Tiang Net Volly) disertai pengecatan.
2). Pembuatan Gawang Futsal (Pipa hitam Ø 2,5" + 3,0 tb. 2.8mm + Jaring dia.5mm +
Pengecatan)
3). Pemasangan harus benar-benar sesuai dengan ukuran standart atau sesuai gambar.
4). Penyambungan besi dengan besi yang lain menggunakan las dan harus kuat dan rapi.

• Pekerjaan Cat
Pekerjaan Cat besi dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dipakai cat besi ex. Emco/ setara, warna ditentukan kemudian.
2. Sebelum pengecatan dilakasanakan semua permukaan pipa harus benar-benar bersih
dari segala kotoran dan sudah dalam kondisi dicat dasar.
3. Pengecatan dilaksanakan pada semua rangka besi dan cat harus rata sampai
permukaan benar-benar tertutup.
Seluruh pekerjaan tersebut diatas harus dilaksanakan dengan baik sampai didapat hasil
yang baik dan warna cat yang merata dengan pelaksanaan pengecatan sesuai
ketentuan standart dari pabrik.

Syarat Pemeliharaan
Perbaikan
Apabila pada permukaan yang telah dicat terkena noda/kotoran, maka harus segera
dibersihkan.

Pengamanan
Pemborong harus menjaga pekerjaan pengecatan yang sudah selesai dilaksanakan
sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan pengotoran.

E. PEKERJAAN PEMBUATAN PAGAR BRC.


Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pagar wiremesh antara lain:
1. Pekerjaan Pagar BRC.
1. Pemasangan Pagar BRC (1.2 x 2.4m),Ø 6 mm,+ Tiang 1,5" tbl.2mm ( Hotdip )
2. Dynabolt uk. 8 mm
3. Plat Plandes UK. 15.15.8mm

I. PEKERJAAN PEMBUATAN PAGAR WIREMESH.


Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pagar wiremesh antara lain:
1. Pekerjaan Pagar Wiremesh.
1. Galian tanah biasa untuk konstruksi dengan kedalaman 1,10m.
2. Pembuatan lantai kerja pondasi tiang pagar.
3. Pemasangan Pipa Hollow 40 x 60 tb 1,7 mm disertai pengecatan menggunakan cat Ex.
Emco/ setara.
4. Pekerjaan Pondasi Pagar (Poer Telapak) K-225 Pembesian 103 kg.
5. Pemasangan Sloof 15/20 K-225,pembesian 155 kg Untuk Pagar Wiremesh
6. Pemasangan Besi Wiremesh M5 disertai pengecatan dan pengelasan pada pipa pipa pagar
harus kuat dan rapi.

2. Pekerjaan Pengecatan.
Pekerjaan Cat besi dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dipakai cat besi ex. Emco/ setara, warna ditentukan kemudian.
2. Sebelum pengecatan dilakasanakan semua permukaan pipa harus benar-benar bersih
dari segala kotoran dan sudah dalam kondisi dicat dasar.
3. Pengecatan dilaksanakan pada semua rangka besi dan cat harus rata sampai
permukaan benar-benar tertutup.
Seluruh pekerjaan tersebut diatas harus dilaksanakan dengan baik sampai didapat hasil
yang baik dan warna cat yang merata dengan pelaksanaan pengecatan sesuai ketentuan
standart dari pabrik.

Syarat Pemeliharaan
Perbaikan
Apabila pada permukaan yang telah dicat terkena noda/kotoran, maka harus segera
dibersihkan.

Pengamanan
Pemborong harus menjaga pekerjaan pengecatan yang sudah selesai dilaksanakan
sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan pengotoran.

F. PEKERJAAN PEMASANGAN LAMPU


• Pekerjaan Pondasi Setempat
Sebelum dilakukan pekerjaan pondasi tiang lampu dilakukan pekerjaan galian tiang lampu
dengan kedalaman 85cm, pengurugan pasir bawah pondasi dengan tebal 10cm, lantai kerja
pondasi lampu dengan tinggi 5cm, setelah itu baru dilaksanakan pekerjaan pengecoran tiang
lampu, dilaksanakan sesuai gambar rancangan pelaksanaan. Sebelum pondasi dicor tiang harus
sudah diset lurus.

• Pekerjaan Pemasangan Tiang


Pekerjaan ini meliputi antara lain :
1). Untuk Tiang lampu dipakai besi jenis pipa hitam dia 3” & 2.5” dengan tebal 2,8 mm.
2). Plat rib & plandes dia.10mm.
3). Baut Angkur Ø16
4). Pemasangan harus benar-benar sesuai dengan ukuran standart nasional atau sesuai gambar.
5). Penyambungan besi dengan besi yang lain menggunakan las dan harus kuat dan rapi.

• Pekerjaan Cat
Pekerjaan Cat besi dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dipakai cat besi ex. Emco/ setara, warna ditentukan kemudian.
2. Sebelum pengecatan dilakasanakan semua permukaan pipa harus benar-benar bersih
dari segala kotoran dan sudah dalam kondisi dicat dasar.
3. Pengecatan dilaksanakan pada semua rangka besi dan cat harus rata sampai
permukaan benar-benar tertutup.
Seluruh pekerjaan tersebut diatas harus dilaksanakan dengan baik sampai didapat hasil
yang baik dan warna cat yang merata dengan pelaksanaan pengecatan sesuai
ketentuan standart dari pabrik.
Syarat Pemeliharaan
Perbaikan
Apabila pada permukaan yang telah dicat terkena noda/kotoran, maka harus segera
dibersihkan.

Pengamanan
Pemborong harus menjaga pekerjaan pengecatan yang sudah selesai dilaksanakan
sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan pengotoran.

• Pekerjaan Instalasi Listrik


Untuk pekerjaan ini pemborong bisa menugaskan pihak ketiga (instalatir) yang mempunyai
sertifikat dari PLN setempat dengan mendapatkan persetujuan lebih dulu dari pengawas secara
tertulis. Pemborong tetap bertanggung jawab atas pekerjaan instalasi listrik tersebut. Sebelum
melaksanakan pekerjaan instalasi pemborong harus membuat gambar kerja dengan mendapat
persetujuan dari Direksi.
1 Pelaksanaan Pekerjaan Instalasi :
a. Dilakukan pemasangan meteran listrik dengan tegangan / voltage sebesar 2200 VA.
b. Menurut segala petunjuk – petunjuk dari pengawas.
c. Menurut peraturan – peraturan listrik yang masih berlaku di Indonesia pada waktu ini.
d. Pekerjaan harus diserahkan rekanan kepada pengawas dalam keadaan selesai tepat
waktu yang telah ditetapkan.
2 Penjelasan tentang bahan – bahan :
a. Semua barang atau material harus barang baru yang tak ada cacatnya berkwalitas baik
dan mempunyai syarat keamanan kerja.
b. Sebelum semua barang tersebut dipasang agar diperlihatkan dulu contoh
materialnyauntuk diperiksa kualitasnya.
c. Barang yang sudah di afkir dalam waktu 2x24 jam harus sudah dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan. Bila pemborong tidak mengindahkan pengawas berhak menyelenggarakan
atas biaya pemborong.
3 Pemasangan kawat / kabel :
a. Kawat yang digunakan untuk pemasangan tersebut adalah kawat NYM Supreme
kualitas LMK atau yang telah disetujui oleh PLN (Pusat Penyelidikan Masalah
Kelistrikan) berukuran 2,5 mm untuk aliran pembawa dari saklar ke lampu dengan satu
sama lain berlainan warna (hitam/merah).
b. Kabel instalasi untuk stop kontak dan penerangan dipakai NYA 2x2,5 mm Supreme.
c. Kabel power NYFGBY dan NYY dipakai Supreme, Tranka, Metal.
Pada tiap-tiap penyambungan kawat dipergunakan lasdoop.
d. Semua kawat yang dimasukkan kedalam pipa, tidak boleh ada sambungan.
4 Pemasangan MCB :
a. Pemasangan saklar MCB dengan kapasitas 10 Ampere harus serapi mungkin,
b. Tinggi pemasangan MCB ±1,60 m dari lantai. Dan kiranya terlindung dari air
5 Jenis lampu yang digunakan :
a. Flood Light 100 w Ex.(Philips/Setara)
Pemasangan Lampu :
• Semua lampu yang dipasang menempel dan dibaut pada besi yang sudah
direncakan untuk lampu.
• Pemasangan lampu, harus disesuaikan dengan sudut rencana penerangan  60 .
• Untuk pembagian group diatur sedemikian rupa sehingga bila salah satu putus
penerangan dan stop kontak pada ruangan itu tidak padam seluruhnya dan
disesuaikan dengan gambar.
- Dicoba dengan generator hingga semua menyala.
6 Ukuran isolasi :
Untuk ukuran 1,5mm – 10mm isolasi ditentukan 50 M.Ohm.Km, ukuran 16mm – 35mm
isolasi ditentukan 40 M.Ohm.Km, untuk ukuran 95mm isolasi ditentukan 30 M.Ohm.Km.
G. MOB DEMOB CONCRETE PUMP
Dalam pelaksanaan pengecoran, kontraktor harus mengatur dan mempersiapkan mob
demob untuk concrete pump nantinya. Sehingga dalam pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar.

H. QUALITY CONTROL
1. Pekerjaan Quality Control Baja Tulangan
❖ Bahan Baja Tulangan untuk pengujian
• Bahan baja tulangan ini kecuali ditunjuk atau disyaratkan lain harus sesuai dengan
PUBB 1965.
• Semua bagian baja tulangan yang digunakan harus dari jenis yang sama kualitasnya
sesuai dengan mutu desain baja tulangan.
• Batang baja tulangan harus bebas dari karat, lubang-lubang, bengkok, putiran dan
cacat perubahan lain.
• Batang baja tulangan disediakan sesuai penampang, bentuk, tebal, ukuran, berat dan
detail-detail lainnya sesuai gambar.
• Batang baja tulangan yang akan diuji minimal 3 (tiga) sampel untuk setiap diameter
tulangan yang ada di gambar.
2. Pekerjaan Quality Control Beton
a) Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu:
• Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
• Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah
dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus
memenuhi Tabel 4.4.1 SK SNI T-15.1991.03.
• Pengadukan pengecoran harus menggunakan Concrete Mixer.
• Kontraktor harus memberikan Jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton
dengan memperhatikan data-data pelaksanaan di lain tempat atau dengan
mengadakan trial-mixer dilaboratorium yang ditunjuk oleh Direksi/pengawas
lapangan.
• Kontraktor membuat laporan tertulis atas data-data kualitas yang dibuat dengan
disahkan oleh Direksi dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai
karakteristik Laporan tertulis tersebut.
• Penunjukan Laboratorium harus dapat persetujuan dari Direksi/Pengawas.
b) Pengujian Dengan Menggunakan “Silinder“
Sebelum diadakan pekerjaan pengecoran untuk setiap bagian pekerjaan struktur bangunan
(Pondasi, Sloof, Kolom, Plat Lantai dan Balok), pihak kontraktor harus membuat
percobaan test “silinder“ minimal 3 (tiga) sampel untuk masing masing bagian pekerjaan
dan minimal 1 (satu} sampel untuk setiap ready mix beton. Pelaksanaan percobaan yang
dimaksud adalah pengujian mutu beton dengan silinder terbuat dari plat baja dengan
ukuran Dia.15 cm Tinggi.30 cm atau kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm, jika dalam
pengetesan laboratorium mutu beton yang diinginkan tidak tercapai maka harus diadakan
job mix design.
• Pemeriksaan Mutu Beton
Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat apabila dipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
- Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 3 nilai hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut.
- Tidak boleh satu pun nilai rata-rata dari 3 hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut berkurang.
- Setiap hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut seperti diatas, harus dipakai
sebagai dasar untuk mempertimbangkan apakah perlu diadakan perubahan
dalam campuran beton.
c) Pemeriksaan Benda Uji
Adukan beton untuk benda uji harus diambil langsung dari mesin pengaduk dengan
menggunakan ember atau alat lainnya yang tidak menyerap air.
• Pada adukan beton yang encer, adukan beton diisikan kedalam cetakan dalam 3 lapis
yang kira-kira sama tebal, dimana masing-masing lapis ditumbuk 10 kali dengan
tongkat baja dengan diameter 26 mm, dan ujung dibulatkan.
• Selanjutnya adukan didalam cetakan harus dipadatkan dengan cara yang
sesungguhnya. Apabila dalam hal ini dipergunakan jarum-jarum penggetar, maka
jarum penggetar tersebut harus dimasukkan sentris kedalam setiap kubus tanpa
menyentuh dasarnya. Penggetaran harus dilanjutkan sampai permukaan adukan
beton nampak mengkilap oleh air semen. Kemudian jarum penggetar ditarik dan
diadukkan.
• Benda uji harus disimpan ditempat yang bebas dari getaran dan ditutupi dengan
karung basah selama 24 jam.
• Sebelum kubus diuji diperiksa kekuatannya, ukurannya harus ditentukan dengan
ketelitian sampai mm. Apabila berat isi dari beton juga harus ditentukan, maka
berat beton harus ditentukan dengan ketelitian sampai ratusan gram.
• Sebagai beban hancur dari kubus berlaku beban tertinggi yang ditunjukkan oleh
pesawat penguji. Pesawat penguji tidak boleh mempunyai ± 3 % pada setiap
pembebanan diatas 10 % dari kapasitas maksimum.

I. PEKERJAAN LAIN LAIN


Yang dimaksud pekerjaan lain-lain adalah pekerjaan yang belum tercantum dalam
RKS ini, tetapi masih berhubungan dengan pekerjaan di lapangan yang harus diselesaikan :
misalnya pembersihan lokasi/pengembalian sesuatu yang rusak akibat pekerjaan di lapangan.

I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


• PENYIAPAN RKK
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam RKS ini dengan hasil yang baik dan
sempurna.
b. Harga pekerjaan ini termasuk dalam skope pekerjaan persiapan, bilamana tidak tercantum pada
item pekerjaan maka pekerjaan ini tetap merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan.
c. Indikator keberhasilan adalah Pelaksanaan proyek berjalan dengan tertib, aman dan tidak ada
kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan proyek.
2. Standard dan Persyaratan.
Standard dan persyaratan yang berlaku mengikuti:
a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
b. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/ KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung;
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Konstruksi Bangunan;
d. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. Kep.
174/MEN/1986, dan No. 104/KPTS/1986 tentang K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi;
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum;

3. Akses, Pagar Pengaman, Barrier, Perlindungan pada bangunan yang sudah ada dan lingkungan
sekitar.
a. Akses Keluar Masuk Proyek
- Akses kerja adalah area kantor proyek, area pabrikasi, area yang dikerjakan dan akses/jalur
yang menghubungkan ketiga-tiganya. Direncanakan dan disiapkan terlebih dulu sebelum
digunakan.
- Tersedia pintu masuk dan pintu keluar, baik untuk rutin dan darurat di kantor proyek serta
terjaga dengan baik.
- Ada batas atau tanda peringatan atau pagar yang memberi tanda area kerja kantor proyek,
pabrikasi area kerja lapangan dan jalur/akses penghubung terhadap area umum masyarakat.
- Jalan dan jalur lintas pekerja diberi batas dan pengaman serta tanda peringatan yang jelas,
terutama yang bersinggungan dengan Pekerja Konstruksi dan atau masyarakat umum
b. Pagar Pengaman Proyek, Barier, Barikade.
Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama kasus terbunuh didalam konstruksi. Kontraktor
harus membuat setiap usaha/pekerjaan yang dilakukan jauh dari kejadian tersebut. Sebagai
persyaratan umum, ketika bekerja di lokasi yang lebih tinggi dari 2 meter, perlindungan dari
kejadian jatuh harus disediakan. Sisi terbuka atau tepi tempat kerja atau jalan harus dibarikade
dengan bahan yang dapat menahan kekuatan lahiriah 100kg, papan pijakan kaki dan jaring
pengaman harus disediakan juga. Pipa tubular adalah satu-satunya bahan yang diperbolehkan
untuk digunakan sebagai barikade dan pagar. Perimeter ditutup dengan signage peringatan di
atasnya.
c. Perlindungan Pada Bangunan Sudah Ada dan Lingkungan Sekitar.
Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan perlindungan terhadap Pihak Ketiga dan
pengawasan keamanan dalam hubungannya dengan pekerjaan. Kontraktor akan menyediakan
perlindungan seperlunya untuk mencegah terjadinya kerusakan atau kehilangan dari :
- Semua pekerjaan dan orang yang mungkin berkepentingan dalam pekerjaan.
- Semua pekerjaan dan bahan-bahan serta alat perlengkapan yang harus ditempatkan dengan
aman dibawah pengawasan Kontraktor atau salah satu Sub Kontraktor.
- Harta benda ditapak pekerjaan atau yang berbatasan dengan pekerjaan.
- Semua harta benda milik orang lain atau Pihak ketiga disekitar lokasi pekerjaan.

Kontraktor harus mematuhi semua hukum, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku
mengenai keamanan orang, harta benda dan melindungi dari kerusakan, cidera atau kehilangan.
Kontraktor diharuskan memperbaiki dan mengganti kerugian, apabila ternyata lalai terhadap
kewajiban yang disebutkan diatas.
4. Kebersihan harian, Pembersihan lokasi proyek, pembuangan sisa material keluar lokasi Proyek.
Kontraktor harus, menjamin bahwa akan diberikan perhatian yang penuh terhadap kebersihan
proyek dari hari kehari, pengendalian kebersihan lingkungan dan pengaruhnya lingkungan dan
bahwa semua penyediaan sarana dan prasarana untuk pencegahan yang berhubungan dengan polusi
lingkungan dan perlindungan lahan serta lintasan air disekitarnya dengan memperhatikan:
- Bahan, material yang berserakan harus dirapihkan baik sebelum, selama kerja dan setelah jam
kerja.
- Alat kerja, perkakas lainnya yang digunakan tidak boleh merintangi dan membahayakan akses
kerja dan disimpan setelah selesai jam kerja.
- Tempat sampah sesuai jenis sampah dan volume yang terjadi, selalu dibersihkan dan
dikumpulkan serta siap diangkut keluar proyek.
- Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk, harus ada jadual dan pembersihan yang rutin
- Tempat Kerja yang licin karena air, minyak, atau zat lainnya harus segera dibersihkan
- Semua orang wajib menyingkirkan paku yang berserakan, kawat/besi menonjol, potongan
logam yang tajam, semuanya yang dapat membahayakan.
- Untuk mencegah polusi debu selama musim kering, Kontraktor harus melakukan penyiraman
secara teratur kepada jalan angkutan tanah atau jalan angkutan kerilkil dan harus menutupi
truk angkutan dengan terpal.
- Jumlah bahan/material yang tersedia di lapangan untuk digunakan hari ini tidak berlebihan,
agar tidak mengganggu dan membahayakan akses kerja (selebihnya dikembalikan ke gudang
umum).
- Material sisa, bahan bongkaran dan sampah secara rutin dibawa keluar lokasi proyek dengan
persetujuan Konsultan MK diketahui Direksi.

5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


a. Umum
- Satuan Pekerjaan yang terdapat pada perincian kegiatan penyelenggaraan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah satuan habis pakai
- Dalam hal terdapat perbaikan pekerjaan pada masa pemeliharaan, tanggung jawab
Keselamatan dan Kesehatan Kerja tetap menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
- Bukti penerapan kegiatan penyelenggaraan Kesehatan dan Keselamatan Konstruksi harus
didokumentasikan dan menjadi bagian dari laporan hasil pelaksanaan pekerjaan
b. Pengendalian Resiko
Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat pada
kerugian. Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang
terjadinya kejadian tersebut. Jenis- jenis kecelakaan yang sering terjadi pada proyek konstruksi
adalah sebagai berikut :
- Jatuh
- Tertimpa benda jatuh
- Menginjak, terantuk, dan terbentur
- Terjepit dan terperangkap
- Kontak suhu tinggi/terbakar
- Kontak aliran listrik
- Kontak dengan bahan berbahaya (Kimia/Radiasi)
Untuk itu Kontraktor wajib melakukan Rencana Pemantauan Keselamatan dengan melakukan
hal-hal sebagai berikut:
- Mempersiapkan rencana kerja dengan metode kerja dan rencana cara berkerja yang
memperhatikan :
1. Resiko-resiko yang mungkin timbul dari setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Perhatikan jenis-jenis kecelakaan yang sering terjadi pada kegiatan tersebut.
3. Adanya alat-alat konstruksi yang bergerak.
4. Untuk lokasi-lokasi kritis atau tindakan yang akan menimbulkan bahaya bagi pekerja
maka Kontraktor wajib menyediakan seorang petugas yang membantu mengingatkan
Pekerja saat melakukan pekerjaannya.

- Kontraktor wajib menyediakan peralatan safety yang sesuai dengan :


1. Jenis
2. Jumlah pada RAB
3. Lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan.
- Bilamana terdapat pekerjaan yang akan menimbulkan percikan api atau sumber api maka
Kontraktor wajib menyediakan petugas siaga dengan Pemadam Api Portable.
- Form Rencana Pematauan Keselamatan wajib diserahkan dan ditanda tangani oleh Konsultan
MK sebelum pekerjaan yang bersangkutan dilaksanakan.
- Pekerjaan yang memerlukan Rencana Pemantauan Keselamatan dan ijin kerja dari Konsultan
MK diketahui Direksi :
- Bekerja diruang terbatas (conned area), sempit, gorong-gorong
- Bekerja terkait dengan pemeliharaan, pembersihan, bersinggungan langsung dengan jalan raya
yang sedang digunakan
- Menggunakan bahan kimia berbahaya
- Menggunakan bahan mudah terbakar
- Menggunakan bahan mudah meledak
- Bekerja berhubungan dengan listrik
- Bekerja dengan cara menyelam
- Pasang, bongkar, pindah perancah (scaffolding)
- Memindahkan barang/benda berat
- Pekerjaan pembongkaran
- Bekerja diluar jam kerja normal tanpa pengawas
- Penggalian lebih dari 2 (dua) meter
- Bekerja di ketinggian
➢ Rencana Keselamatan Kontruksi

Kontraktor menyampaikan rencana keselamatan Kontruksi sesuai tabel jenis pekerjaan dan identifikasi
bahaya di bawah ini.

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA

1 Pekerjaan Pembuatan Tiang Lampu Bahaya tertimpa barang/benda berat, resiko


terkena benda tajam pada saat melakukan
pekerjaan pembuatan tiang lampu.

c. Fasilitas Pekerja
- Air minum
Tersedia air minum untuk pekerja yang memenuhi standard kesehatan.

- Air bersih dan MCK


Ada tersedia bak air bersih dengan ukuran cukup untuk cuci tangan demi menjaga kebersihan dan
Toilet yang memadai bagi pekerja.

- Kantin Pekerja.
Kantin pekerja berada diluar lokasi proyek. tidak diijinkan makan dilokasi Proyek Konstruksi.

- Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.


Setiap aktivitas/ proses pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja mengandung resiko untuk
terjadinya kecelakaan kerja (ringan sampai dengan berat), berbagai upaya pencegahan dilakukan
supaya kecelakaan tidak terjadi. Selain itu, keterampilan melakukan tindakan pertolongan pertama
tetap diperlukan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu di setiap
tempat kerja harus memiliki petugas P3K (First Aid), atau setidaknya setiap karyawan memiliki
keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan kerja maupun
kegawatan medic.

• SOSIALISASI DAN PROMOSI K3

Kontraktor wajib menyediakan / Memasang Spanduk (Banner) K3 diarea Proyek guna untuk
mengedukasi para pekerja pentingnya K3 sebagaimana tercantum dalam RAB.

• ALAT PELINDUNG KERJA

Alat Pelindung Kerja (APK)


Kontraktor wajib menyediakan Alat Pelindung Kerja (APK) bagi para Pekerja berfungsi untuk
mencegah dan melindungi Pekerja maupun pengunjung proyek dari kemungkinan mendapatkan
kecelakaan kerja.
Seluruh peralatan APK yang digunakan harus dalam memenuhi standard SNI, sejumlah
MINIMAL sebagaimana tercantum dalam RAB .

• ALAT PELINDUNG DIRI


Alat Pelindung Diri (APD)
Kontraktor wajib menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para Pekerja maupun Tamu yang
datang ke lokasi proyek dengan menyediakan Peralatan keselamatan kerja yang berfungsi untuk
mencegah dan melindungi Pekerja maupun pengunjung proyek dari kemungkinan mendapatkan
kecelakaan kerja. Kontraktor Harus Menyediakan APD sejumlah minimal sebagaimana
tercantum dalam RAB. Seluruh pekerja wajib dan selalu menggunakan APD dilokasi
Pekerjaan.
APD utama yang wajib disediakan adalah Helm pelindung dan Safety shoes sedangkan APD lain
disediakan sesuai jenis pekerjaan yang dilaksanakan dan sesuai dengan Jumlah yang ada pada RAB.
Macam-macam dan jenis APD dapat berupa:
- Topi Pelindung (Safety Helmet) : Topi/Pelindung kepala Melindungi dari kejatuhan benda,
benturan benda keras, diterpa panas dan hujan.
- Pelindung Pernapasan dan Mulut (Masker) : Melindungi dari pekerjaan yang menggunakan
bahan/serbuk kimia, udara terkontaminasi, debu, asap, kadar oksigen kurang.
- Sarung Tangan (Safety Glove) : Melindungi tangan dari bahan kimia yang korosif, benda
tajam/kasar, menjaga kebersihan bahan, tersengat listrik.
- Sepatu Keselamatan (Safety Shoes) : Pelindung kaki Melindungi kaki dari benda tajam,
tersandung benda keras, tekanan dan pukulan, lantai yang basah, lincir dan berlumpur,
disesuaikan dengan jenis bahayanya.
- Rompi Petugas Lapangan + Scotchlight : untuk membatu visibilitas pengguna disaat malam
ataupun di tempat gelap.
- Jaket Pelampung : untuk menjaga pekerja agar tetap mengambang di air sehingga
terselamatkan. Perangkat ini sangat berguna untuk keadaan-keadaan diperlukan orang tetap
mengambang di air. Selain itu juga digunakan dalam di mana terdapat resiko tenggelam.
Seluruh peralatan APD yang digunakan harus dalam kondisi baru dan memenuhi standard
SNI.

• ASURANSI DAN PERIZINAN


Asuransi
- Construction’s All Risk (CAR)
1). Bilamana diminta maka Kontraktor Atas nama Pemilik, Kontraktor diwajibkan
mengansurasikan pekerjaan terhadap semua risiko (Construction’s all risk atau Erection all
risk) termasuk Third-Party Liability (TPL). Yaitu kehilangan dan kerusakan akibat kebakaran,
petir, ledakan, taufan, banjir, pecahnya tangki air atau pipa, gempa bumi, kejatuhan benda
terbang, huru hara serta kecelakaan-kecelakaan robohnya bangunan akibat kesalahan teknis.
2). Besarnya nilai yang harus ditanggung adalah sebesar nilai borongan pekerjaan meliputi semua
pekerjaan yang telah dilaksanakan, bahan-bahan bangunan dan perlengkapan bangunan yang
belum terpasang yang direncanakan untuk pekerjaan tersebut, tetapi tidak termasuk peralatan-
peralatan, milik Kontraktor atau Sub Kontraktor.
3). Besarnya nilai pertanggungan Third Party Liability (TPL) Pengasuransian itu harus oleh
Perusahaan Asuransi yang disetujui Pemilik.
4). Polis asuransi diserahkan kepada pemilik dan berlaku selama berlakunya Surat perjanjian
Kontraktoran termasuk perpanjangan waktu yangmungkin diberikan.

5). Atas penggantian dari klaim yang tergantung asuransi, Kontraktor harus segera memperbaiki
pekerjaan yang rusak, mengganti atau memperbaiki semua pekerjaan yang rusak atau hilang,
membersihkan segala puing yang ada dan menyelesaikan pekerjaan sampai selesai menurut
surat Perjanjian Pekerjaa Konstruksi. Dalam hal demikian Kontraktor hanya berhak menerima
penggantian biaya sejumlah yang diganti oleh asuransi.

- Asuransi Pekerja Konstruksi


Kontraktor diwajibkan untuk mengansuransikan personil lapangan termasuk personil Sub
Kontraktor terhadap bahaya kecelakaan dan keehatan yang mungkin terjadi selama waktu
pelaksanaan Konstruksi. Asuransi untuk personil Kontraktor harus dapat digabung dalam satu
paket polis asuransi BPJS/ Atau jenis asuransi lainnya.
- Surat Ijin Kelayakan Alat & Surat Ijin Kelayakan Operator
SIO (Surat Ijin Operator) merupakan sejenis Sertifkat yang diberikan menyangkut Ijin
Perorangan di dalam sebuah perusahaan dalam hal kelayakan mengoperasikan Alat Angkat
dan Alat Angkut.
Kelayakan suatu alat ditunjang dengan Operator Alat yang sesuai adalah salah satu kriteria
yang berkaitan dengan meningkatnya pembangunan melalui jasa konstruksi dan teknologi itu
sendiri di perusahaan kontraktor dan perusahaan industri, penggunaan pesawat / Alat Angkat
dan Alat Angkut merupakan bagian Integral dalam pelaksanaan dan peningkatan proses
pelaksanaan produksi di suatu perusahaan.
Proses pelaksanaan produksi yang dimaksud adalah proses dalam pembuatan, pemasangan,
pemakaian, perawatan pesawat / Alat Angkat dan Alat Angkut yang bertujuan untuk
mendapatkan sebuah produk sesuai dengan perencanaan.
Untuk urusan Sertifikat Alat SIA dan Juga Sertifikasi Operator Alat Angkat dan Alat Angkut,
Pemerintah telah mengeluarkan PER.09/MEN/VII/2010 jo PER.05/MEN/1985, perlu adanya
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja setiap tenaga kerja yang melakukan
pembuatan, pemasangan, pemakaian, persyaratan pesawat / Angkat dan pesawat Angkut.
Pada umumnya dikatakan bahwa Pesawat / Alat Angkat dan Alat Angkut adalah suatu
peralatan yang sangat digunakan untuk proses perusahaan industri khususnya dalam
melakukan pemindahan barang.
Pesawat / Alat Angkat dan Alat Angkut merupakan suatu peralatan teknik yang memiliki
tingkat resiko bahaya tinggi, yang bisa memicu terjadinya kecelakaan kerja, bilamana tidak
dipelihara, diperhatikan dan ditangani secara baik dan benar.

SIA (Surat Ijin Alat) dan SIO (Surat Ijin Operator) adalah sertifikat kelayakan.
Perlu diperhatikan agar supaya meminimalkan resiko kecelakaan kerja pada pemakaian
Pesawat / Alat Angkat dan Alat Angkut, maka sebelum pemakaian setiap Pesawat / Alat
Angkat dan Alat Angkut dan pengaman atau perlengkapannya harus terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan dan pengujian, serta di operasikan oleh seorang Operator yang berkemampuan
dan cukup keterampilannya, untuk Pesawat / Alat Angkat dan Alat Angkut nya perlu dirawat
dengan baik dan teratur.
Secara terperinci mengenai Sertifikat SIA dan SIO termasuk kriteria yang sesuai dengan
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dan Permennaker no.
PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat / Alat Angkat dan Alat Angkut (Forklift, Backoe,
Loaders, Truck, Excavators, Cranes, Dll ).

• PERSONIL K3
Definisi Petugas K3 dijelaskan dalam Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
adalah tenaga kerja teknis berkeahlian khusus yang ditugaskan untuk mengawasi ditaatinya
peraturan K3 di perusahaan. Regulasi tentang petugas K3 dijelaskan lebih spesifik dalam peraturan
menteri tenaga kerja transmigrasi dan koperasi No 3 tahun 1978 tentang persyaratan penunjukan
dan wewenang serta kewajiban pegawai pengawas keselamatan dan ahli keselamatan kerja pasal 3,
petugas K3 adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidang K3, dan telah mengikuti
pendidikan K3 dari departemen tenaga kerja transmigrasi dan koperasi, serta mengetahui peraturan
perundangundangan tentang K3 dan mengetahui bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Fungsi petugas K3 dijelaskan dalam peraturan menteri tenaga kerja transmigrasi dan koperasi no 4
tahun 1987 tentang P2K3 dan tata cara penunjukan petugas K3. Petugas K3 berfungsi membantu
pimpinan perusahaan atau pengurus untuk menyelenggarakan dan meningkatkan usaha
keselamatan kerja, higiene perusahaan dan kesehatan kerja, serta membantu pengawasan ditaatinya
ketentuan-ketentuan tentang peraturan perundangan bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

• FASILITAS SARANA KESEHATAN


Kontraktor selaku penyedia jasa harus menyediakan fasilitas sarana kesehatan berupa kotak P3K.
Berbagai macam keperluan yang dibutuhkan dalam penanganan pertama pada kecelakaan yang
meliputi obat luka, perban, dan antiseptic disediakan dalam kotak P3K tersebut. Sebagaimana
keterangan responden yang peneliti dapatkan, keperluan P3K selalu diupdate untuk penanganan
pertama pada kecelakaan yang bisa terjadi pada proyek konstruksi. Walaupun ruang P3K yang
disediakan masih bercampur dengan kantor safety, setidaknya safety Kontraktor telah memiliki
prosedur penanganan pertama pada kecelakaan berupa fasilitas sarana kesehatan.

Sebagaimana diatur dalam peraturan menteri tenaga kerja No 5 tahun 1996, fasilitas kesehatan
harus disediakan sebagai prosedur menghadapi insiden sebelum dilakukan perawatan lanjutan.
Ketentuan tentang fasilitas kesehatan dalam proyek konstruksi juga diatur dalam surat edaran
menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat No 66 tahun 2015 dimana fasilitas sarana
kesehatan yang harus disediakan meliputi: peralatan P3K, ruang P3K, peralatan pengasapan, dan
obat pengasapan.

• RAMBU - RAMBU
Rambu-rambu dan Tanda bahaya
Safety Sign/ Rambu Keselamatan/ Rambu K3 adalah sebuah media visual berupa gambar
piktogram untuk ditempatkan di area proyek pekerjaan yang memuat pesan-pesan agar setiap
Pekerja selalu memperhatikan aspek-aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Fungsi Safety Sign/
Rambu Keselamatan/ Rambu K3 adalah:

- Untuk diketahui larangan atau memenuhi perintah/ permintaan, peringatan atau untuk
memberi informasi
- Mencegah kecelakaan (mengisyaratkan terhadap suatu bahaya)
- Mengindikasikan lokasi perlengkapan keselamatan dan pemadam kebakaran
- Memberi arahan dan petunjuk tentang prosedur keadaan darurat.
Kontraktor wajib menyediakan Safety Sign / Rambu Keselamatan / Rambu K3 sesuai jumlah
yang ada pada RAB untuk hal hal tersebut diatas.

• LAIN - LAIN
Kontraktor wajib menyediakan / Memasang Bendera K3 seta Tiang bendera diarea Proyek guna untuk
Syarat pentingnya Prosedur K3 sesuai jumlah yang ada pada RAB.

J. PEKERJAAN PEMBERSIHAN LAPANGAN


Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembersihan lingkungan area kerja selama
proyek berlangsung termasuk material yang harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai
dengan petunjuk Direksi pekerjaan. Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal
pekerjaan juga harus dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal
diratakan dan dirapikan kembali. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk ”Overhead”
pada analisa harga satuan pekerjaan.

K. PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA


Masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya antara lain :
a. Keamanan dan penjagaan
b. Penyempurnaan dan pemeliharaan
c. Pembersihan
Penyerahan kedua dapat dilaksanakan apabila kontraktor telah melaksanakan kewajiban pada
masa pemeliharaan.
Selama masa pemeliharaan, kontraktor pelaksana diwajibkan membuat laporan berkala yang
berisi kondisi bangunan / saluran (yang selesai dibangun) serta laporan pekerjaan perbaikan
bila ada bangunan yang rusak. Laporan tersebut dibuat dengan persetujuan / diketahui pihak
pengawas lapangan / direksi dan konsultan pengawas.
BAB XIV
PENUTUP

(1) Bila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian bahan-bahan, pekerjaan,
tidak disebutkan perkataan atau kalimat diselenggarakan oleh kontraktor, maka hal ini harus
dianggap seperti disebutkan.

(2) Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk
dalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebutkan kata demi kata dalam RKS ini,
harus diselenggarakan oleh kontraktor dan diterima sebagai hal yang disebutkan.

(3) Hal-hal yang tak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut pihak Pemimpin
Proyek, bila mana perlu diadakan perbaikan dalam peraturan ini.

Mengetahui, Dibuat Oleh,


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPKM) CV. ANUGERAH KARYA CONSULTANT
DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
KOTA SURABAYA

Drs. EDI SANTOSO, M.Si DHIVRACCA CHEYENE. Sos


NIP. 19630921 198703 1 014 Direktur

Anda mungkin juga menyukai