Secara lengkap seluruh jenis pekerjaan tersebut dapat disesuaikan/ dilihat dan
tercantum pada Bill Of Quantity (BQ).
01.2. Referensi
1. Se l ur uh p eke rja a n ha r us d il a ks a naka n d e nga n me ngik ut i d a n
me me nuhi pe rs ya r at a n–p e rs ya r at a n t eknis ya ng t er te ra
da la m p er s ya ra ta n No r ma l isa s i Ind o ne s ia ( N I) , S ta nda r
Ind us tr i Indo nes ia (S II) d an Pe r at ur a n–p e ra t ura n Na s io na l
ma up un Pe ra t ura n–p er at ur a n se te mpa t la innya ya ng be rl ak u
at a u je nis-je nis p eker ja a n ya ng be rs a ngkuta n ant ar a l a in :
- NI-2 (1971) Peraturan Beton Bertulang Indonesia
- SNI 03-1750-1990 Standar Normalisasi Indonesia
- NI – 6 (1983) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja (SKBI.
1.3.55.1987)
- NI – 3 (1970) Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan di
Indonesia
- NI – 5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
- NI – 8 Peraturan Semen Portland Indonesia
- Pedoman Peraturan Plumbing Indonesia 1974
- Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987
- Standart Industri Indonesia (SII)
- ASTM, JIS.
- Dan lain sebagainya yang dianggap berhubungan dengan bagian–
bagian pekerjaan ini.
01.3. B a h a n
1. Bar u
Semua bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus
merupakan bahan yang baru, penggunaan bahan bekas dalam
komponen kecil maupun besar sama sekali tidak diperbolehkan/
dilarang digunakan.
2. Ta nd a Pe nge na l
a. Pabrik/ produsen bahan yang mengeluarkan tanda pengenal untuk
produk bahan yang dihasilkannya, baik berupa cap/ merk dagang
pengenal pabrik/ produsen ataupun sebagai pengenal kwalitas/
kelas/ kapasitas, maka semua bahan dari pabrik/ produsen
bersangkutan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus
mengandung tanda pengenal tersebut.
b. Khusus untuk bahan pekerjaan instalasi (penerangan, plumbing,
dll) kecuali ditetapkan lain oleh Direksi lapangan/ Pengawas
lapangan, bahan sejenis dengan fungsi yang sama harus diberi
tanda pengenal untuk membedakan bahan satu dengan bahan yang
lainnya. Tanda pengenal ini bisa berupa warna atau tanda–tanda
lain yang mana harus sesuai dengan referensi pada Bab III pasal
01 ayat II tersebut di atas, atau bilamana belum ada pengaturan
yang jelas mengenai hal itu, maka harus dilaksanakan sesuai
petunjuk dari Direksi lapangan/ Pengawas lapangan.
3. Me r k Da ga ng da n a ta u Ke se ta ra fa n
a. Penyebutan sesuatu merk dagang bagi suatu bahan/ produk
didalam Persyaratan Teknis Umum, secara umum harus diartikan
sebagai persyaratan kesetarafan kualitas penampilan
(Performance) dari bahan/ produk tersebut, yang mana
dinyatakan dengan kata–kata “setara”.
b. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan
bahan/ produk lain yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas
penampilan yang setaraf dengan bahan/ produk yang memakai
merk dagang yang disebutkan, dapat diterima dan telah diperoleh
persetujuan tertulis dari Direksi lapangans/ Pengawas lapangan.
c. Penggunaan bahan/ produk yang disetujui sebagai “setaraf” tidak
dianggap sebagai perubahan pekerjaan dan karenanya perbedaan
harga dengan bahan produk yang disebutkan merk dagangnya
akan diabaikan.
d. Sejauh bisa memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan,
penggunaan produksi dalam Negeri lebih diutamakan.
4. Pe ngga nt ia n Ba ha n .
a. Kontraktor bisa mengajukan usulan untuk menggantikan sesuatu
bahan/ produk dengan sesuatu bahan/ produk lain dengan
penampilan yang setaraf dengan yang dipersyaratkan.
b. Dalam persetujuan atau sesuatu penggatian bahan, perbedaan
harga yang ada dengan bahan/ produk yang dipersyaratkan akan
diperhitungkan sebagai perubahan pekerjaan dengan ketentuan
sebagai berikut :
1). Dalam hal di mana penggantian disebabkan karena
ketidaksanggupan Kontraktor untuk mendapatkan bahan/
produk seperti yang dipersyaratkan, maka perubahan pekerjaan
yang bersifat biaya tambah dianggap tidak ada.
2). Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh
Pengawas lapangan dan Direksi lapangan sebagai masukan
(input) baru yang menyangkut nilai–nilai tambah, maka
perubahan pekerjaan mengakibatkan biaya tambah dapat
diperkenankan.
5. Pe r se t ujua n Ba ha n
a. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, dianjurkan
sebelum bahan/ produk akan dibeli/ dipesan/ diprodusir/
didatangkan, terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari Direksi
lapangan/ Pengawas lapangan atas bahan/produk tersebut.
b. Penolakan bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur di
atas sepenuhnya merupakan tanggung jawab Kontraktor, atau
tidak dapat diberikan pertimbangan keringanan apapun.
c. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh/ brosur
seperti tersebut di atas tidak melepaskan tanggung jawab
Kontraktor dari kewajibannya dalam Perjanjian Kerja ini untuk
mengadakan bahan/produk yang sesuai dengan persyaratannya,
serta tidak merupakan jaminan akan diterima/ disetujuinya
seluruh bahan/ produk tersebut di lapangan, sejauh tidak dapat
dibuktikan bahwa seluruh bahan/ produk yang digunakan sesuai
contoh brosur yang telah disetujui.
6. Co nto h
Pada waktu memintakan persetujuan penggunaan bahan / produk
kepada Direksi lapangan/ Pengawas lapangan, bahan / produk harus
disertakan contoh dari bahan/ produk tersebut dengan ketentuan
sebagai beriut :
a. Jumlah Contoh
1). Untuk bahan/ produk bila tidak dapat diberikan sesuatu
sertifikat pengujian yang dapat disetujui/ diterima oleh Direksi
lapangan / Pengawas lapangan Pekerjaan maka perlu diadakan
pengujian. Kepada Pengawas lapangan harus diserahkan
sejumlah bahan produk sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam standart prosedur pengujian, untuk dijadikan
benda uji guna diserahkan pada Badan/ Lembaga Penguji yang
ditunjuk oleh Pengawas lapangan/Direksi lapangan.
2). Untuk bahan/ produk yang hendak digunakan ditunjukkan
sertifikat pengujian yang dapat disetujui/ diterima oleh
Pengawas lapangan, kepada Pengawas lapangan harus
diserahkan 3 (tiga) buah contoh yang masing-masing disertai
dengan salinan sertifikat pengujian yang bersangkutan.
b. Contoh yang Disetujui
1). Dari contoh yang diserahkan kepada Pengawas lapangan yang
telah memperoleh persetujuan dari Pengawas lapangan/
Direksi lapangan harus dibuat suatu keterangan tertulis
mengenai persetujuannya dan oleh Pengawas lapangan harus
dipasangkan tanda pengenal persetujuannya pada 3 (tiga) buah
contoh yang semuanya akan dipegang oleh Pengawas lapangan.
Bila dikehendaki, Kontraktor dapat meminta sejumlah set
tambahan dari contoh berikut tanda pengenal persetujuan dan
surat keterangan persetujuan untuk kepentingan dokumentasi
sendiri.
Maka jumlah contoh yang harus diserahkan kepada Pengawas
lapangan harus ditambah seperlunya sesuai dengan kebutuhan
tambahan tersebut
2). Pada waktu Pengawas lapangan sudah tidak lagi membutuhkan
contoh yang disetujui tersebut untuk pemeriksaan bahan
produk tersebut, Kontraktor berhak meminta kembali contoh
tersebut untuk dipasangkan pada bagian pekerjaan.
01.4. Pelaksanaan
1. Rencana Pelaksanaan
a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditanda–tanganinya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh kedua belah pihak, Kontraktor
harus menyerahkan kepada Pengawas lapangan sebuah “Network
Planning” mengenai seluruh kegiatan yang perlu dilakukan untuk
melaksanakan pekerjaan ini dalam diagram yang mana dinyatakan
pula urutan logis serta kaitan/ hubungan antara seluruh kegiatan–
kegiatan tersebut.
b. Kegiatan–kegiatan Kontraktor untuk/ selama masa pengadaan/
pembelian serta waktu pengiriman/ pengangkutan dari :
1). Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan
persiapan.
2). Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan.
c. Kegiatan–kegiatan Kontraktor selama waktu pabrikasi,
pemasangan dan pelaksanaan.
d. Pembuatan dan permintaan persetujuan bahan serta gambar kerja
maupun rencana kerja.
e. Harga borongan dari masing–masing kegiatan tersebut.
f. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
g. Pengawas lapangan akan memeriksa rencana kerja Kontraktor dan
memberikan tanggapan dalam waktu 2 (dua) minggu.
h. Kontraktor harus memasukkan kembali perbaikan, atau Pengawas
lapangan meminta diadakannya perbaikan/ penyempurnaan
paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya waktu
pelaksanaan.
3. Ijin Pelaksanaan
Ijin pelaksanaan paling lambat 7 ( tujuh ) hari sebelum memulai
pekerjaan tersebut, Kontraktor diwajibkan untuk mengajukan ijin
pelaksanaan secara tertulis kepada Pengawas lapangan dengan
dilampiri gambar kerja yang sudah disetujui.
Ijin pelaksanaan yang disetujui sebagai pegangan Kontraktor untuk
melaksanakan pada bagian pekerjaan tersebut.
4. Contoh Pekerjaan (Mock Up)
Bila contoh pekerjaan dikehendaki oleh Pengawas lapangan,
Kontraktor wajib menyediakan sebelum pekerjaan dimulai.
5. Rencana Mingguan dan Bulanan
a. Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa di mana
pelaksanaan pekerjaan berlangsung, Kontraktor wajib untuk
menyerahkan kepada Pengawas lapangan satu rencana mingguan
yang berisi rencana pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan
yang akan dilaksanakan dalam minggu berikutnya.
b. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari setiap bulan,
Kontraktor wajib menyerahkan kepada Pengawas lapangan satu
rencana bulanan yang menggambarkan dalam garis besarnya,
berbagai rencana pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan
yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam bulan berikutnya.
c. Kelalaian Kontraktor untuk menyusun dan menyerahkan rencana
mingguan maupun bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam
melaksanakan perintah Pengawas lapangan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
d. Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, Kontraktor
diwajibkan untuk memberitahu Pengawas lapangan mengenai hal
tersebut paling sedikit 2 x 24 jam sebelumnya.
6. Kualitas Pekerjaan.
Pekerjaan harus dikerjakan dengan kwalitas pengerjaan yang terbaik
untuk jenis pekerjaan bersangkutan.
7. Pengujian Hasil Pekerjaan
a. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan
akan diuji dengan cara pengujian yang dipersyaratkan sesuai
referensi yang ditetapkan pada Bab III Pasal 01 Ayat II dari
Persyaratan Teknis Umum ini.
b. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/ Lembaga
yang akan melakukan pengujian dipilih oleh Pengawas lapangan
dari Lembaga/ Badan Penguji milik Pemerintah atau Lembaga/
Badan lain yang sudah diakui pemerintah dan dianggap memiliki
obyektivitas dan integritas yang menyakinkan. Untuk hal yang
terakhir ini Kontraktor tidak berhak mengajukan sanggahan.
c. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan
menjadi beban Kontraktor.
d. Dalam hal dimana Kontraktor tidak dapat menyetujui hasil
pengujian dari Badan Penguji yang ditunjuk oleh Pengawas
lapangan, Kontraktor berhak mengadakan pengujian tambahan
pada Lembaga/ Badan lain yang memenuhi persyaratan Badan
Penguji seperti tersebut di atas, seluruh pembiayaannya
ditanggung sendiri oleh Kontraktor.
e. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan
tersebut memberikan kesimpulan yang berbeda, maka dapat
dipilih untuk :
1). Memilih Badan/ Lembaga Penguji ketiga atas kesepakatan
bersama.
dengan struktur bangunan antara lain pembersihan tanah, galian tanah, urugan
tanah/ perataan, ataupun pembuangan tanah.
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah mulai dengan mobilisasi alat,
pengadaan tenaga, konstruksi penyangga hingga pemompaan air tanah/
penggalian (dewatering)
03.3. Pekerjaan Galian Tanah dan Penimbunan Tanah (Cut & Fill)
1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan galian ini selain dilaksanakan untuk pondasi bangunan
gedung juga dilaksanakan untuk galian konstruksi lainnya yang berada di
bawah permukaan tanah.
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembuatan penyangga/
konstruksi penahan tanah dan pemompaan air tanah apabila diperlukan.
2. Pelaksanaan Pekerjaan Galian
a. Pekerjaan galian tanah baik kedalamannya ataupun lebarnya dilaksanakan
sesuai dengan penampang galian yang terdapat pada gambar rencana,
pekerjaan lanjutan (tahapan pekerjaan pondasi, atau konstruksi lain di
atasnya) dapat dilaksanakan bila galian tersebut sudah mendapat
persetujuan dari Pengawas lapangan
b. Kontraktor harus menjaga sedemikian rupa agar lubang-lubang galian
tersebut tidak digenangi air yang berasal dari hujan, parit, banjir, mata air,
atau lain-lain, dengan memompa, menimba, menyalurkan ke luar, atau
dengan cara lain, dengan biaya yang ditimbulkan sudah termasuk dalam
harga kontrak.
c. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar setiap galian
masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka ini
harus digali keluar sedang lubang-lubang tadi diisi kembali dengan pasir,
dan dipadatkan kembali sehingga mendapatkan dasar yang waterpass.
d. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu
penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan
pompa air atau pompa lumpur jika diperlukan dapat bekerja terus
menerus, untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian.
e. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi
galian agar tidak longsor dengan memberikan dinding penahan atau pe-
nunjang sementara atau lereng yang cukup.
f. Kontraktor juga diwajibkan mengambil langkah-langkah pengamanan ter-
hadap bangunan lain yang berada dekat dengan lubang galian yaitu dengan
memberikan penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga
kerusakan yang diakibatkan dari lobang galian dapat diantisipasi.
g. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah menca-
pai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari lokasi.
h. Bagian-bagian yang diurug kembali harus diurug dengan tanah yang
memenuhi persyaratn sebagai tanah urug. Pelaksanaannya urugan tanah
secara berlapis-lapis dengan penimbrisan lubang-lubang galian, bagian
yang terletak di dalam bangunan harus diisi kembali dengan pasir urug
yang diratakan dan diairi serta dipadatkan sampai mencapai 95% kepa-
datan maksimum.
i. Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah. Kecuali ditunjukkan untuk
dipindahkan, seluruh barang-barang berharga yang mungkin ditemui di
lapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan bila sampai terjadi
kerusakan harus diperbaiki/ diganti dan dibiayai oleh Kontraktor.
j. Tanah hasil galian yang memenuhi persyaratan atas persetujuan Pengawas
lapangan dapat dipergunakan sebagai bahan urugan, sedangkan kelebihan
tanah hasil galian tersebut harus dikeluarkan/ dibuang ke luar lokasi.
Kontraktor bertanggung jawab untuk mendapatkan lokasi
pembuangan tanah termasuk biaya lain yang diperlukan.
k. Bilamana galian yang telah dilaksanakan dalamnya melebihi yang
dikehendaki atau permukaan yang tertera dalam gambar untuk dasar yang
kuat, Kontraktor harus mengisi galian yang terlalu dalam dengan bahan
yang sama seperti yang ditentukan untuk tanpa ada penambahan biaya.
Semen harus terbungkus dalam zak (kantong) asli dari pabriknya dan
dalam keadaan tertutup rapat. Semen harus disimpan di gudang dengan
ventilasi yang baik, tidak lembab dan diletakkan pada tempat yang tinggi,
sehingga aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan. Semen yang
diragukan mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan, seperti
membantu, tidak diizinkan untuk dipakai. Bahan yang telah ditolak harus
segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari
atas biaya Kontraktor.
b. Agregat
Pada pembuatan beton, ada 2 (dua) ukuran agregat yang
digunakan, yaitu agregat kasar/ batu pecah dan agregat halus/ pasir beton.
Kedua jenis agregat ini disyaratkan berikut ini :
1). Agregat kasar/ Split ex Lokal/ Setempat, mempunyai ukuran besar,
ukuran nominal maksimum agregat kasar harus tidak melebihi 1/5
jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, atau 1/3 dari tebal
pelat, atau 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, berkas
batang tulangan atau tendon pratekan atau 30 mm. Gradasi dari agre-
gat tersebut secara keseluruhan harus sesuai dengan yang disyaratkan
oleh ASTM agar tidak terjadinya sarang kerikil atau rongga dengan ke-
tentuan sebagai berikut :
lain dalam gambar. Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi
beton harus memenuhi syarat-syarat :
1). Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat
2). Mutu sesuai dengan yang ditentukan
3). Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan
toleransi
4). Standar Produk KS/Merk Krakatau Steel/ Krakatau Wajatama/setara.
Pemakaian besi beton dari jenis yang tidak sesuai dengan
ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan dari Pengawas lapangan.
Besi beton harus berasal dari satu pabrik (manufactures). Tidak
dibenarkan untuk menggunakan merk besi beton yang berlainan untuk
pekerjaan ini.
e. Administrasi Material Tambahan
Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran
tambahan untuk memperbaiki sifat suatu campuran beton. Jenis, jumlah
bahan yang ditambahkan dan cara penggunaan bahan tambahan harus
dapat dibuktikan melalui hasil uji dengan campuran tambahan yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau
mempercepat pengukuran dan/ atau pengerasan beton harus memenuhi
“Specifikation for Chemical Admixtures for Concrete” (ASTM C494) atau
memenuhi standar Umum Bahan Bangunan Indonesia
f. Kualitas beton
1). Kualitas beton yang digunakan untuk beton struktur mutu
K-200, yang harus dibuktikan dengan pengujian seperti disyaratkan
dalam spesifikasi teknis ini.
2). Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai, Kon-
traktor harus melakukan percobaan sesuai dengan yang disyaratkan
oleh peraturan yang berlaku dengan mengadakan trialmix di laborato-
rium yang disetujui oleh Pengawas lapangan.
3). Jika tidak ditentukan secara khusus, maka untuk lantai kerja, kolom
praktis, ringbalk, lantai kerja dan beton non struktur lainnya menggu-
nakan beton Mutu K-175.
4). Adukan Beton
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar
beton yang dihasilkan memberikan kemampuan (workability) dan
konsistensi yang baik, sehingga beton mudah dituangkan kedalam
acuan dan ke sekitar besi beton, tanpa menimbulkan segregasi agregat
dan terpisahnya air (bleeding) secara berlebihan. Campuran beton
harus dirancang sesuai denganmutu beton yang ingin dicapai
Untuk beton kedap air atau beton pada kondisi lingkungan khusus, maka
harus dipenuhi syarat pada PBI – 71.
beton kedap air, maka jumlah semen minimum harus sesuai dengan
yang disyaratkan oleh pemasok waterproofing.
5. Pengujian Bahan
a. Umum
1). Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan segala pen-
gujian termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah
sesuai yang disyaratkan oleh Pengawas lapangan.
2). Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka Kontrak-
tor harus melaksanakan pengujian ulang dengan campuran yang lain
dan selanjutnya mengevaluasi kembali hasil uji tersebut hingga diper-
oleh hasil yang diinginkan
3). Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai
dengan pengarahan Pengawas lapangan.
b. Laboratorium Penguji.
1). Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib mengusulkan
suatu laboratorium penguji untuk melaksanakan pengujian material
yang akan digunakan pada Kegiatan ini. Laboratorium ini bertanggung
jawab untuk melakukan semua pengujian sesuai spesifikasi ini.
2). Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus menyediakan peralatan
penguji di lapangan seperti tersebut, berikut ini tenaga ahli yang
menguasai bidangnya.
3). Alat penguji agregat kasar dan agregat halus
4). Alat pengukur kadar air (moisture countent) dari agregat
5). Alat pengukur kelecakan beton (slump)
6). Alat pembuat benda uji, termasuk bak penyimpan untuk merawat
benda uji pada temperatur yang normal dan terhindar dari sinar mata-
hari.
7). Jika menggunakan beton readymix, maka peralatan yang disebut di
atas harus disiapkan pada pabrik beton readymix.
c. Pengujian Agregat
1). Pengujian Pendahuluan Agregat
Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat
sebagai berikut :
- Sieve analysis
- Pengujian kadar lumpur dan kotoran lain
- Pengujian unsur organis
- Pengujian kadar chlorida dan sulfat
Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Pengawas
lapangan untuk mendapatkan persetujuan a) dan b) dengan pengujian
kadar air dari setiap jenis agregat harus dilakukan terhadap contoh
untuk setiap trial mix.
2). Benda Uji Agregat
Kontraktor harus melaksanakan pengujian atas agregat
yang akan digunakan untuk menghasilkan beton seperti yang
disyaratkan, jumlah minimum untuk pengujian agregat yang
dipakai untuk pekerjaan beton adalah sebagai berikut :
Σ(ƒc-ƒcr)2
S = N–1
15 1.16
20 1.08
25 1.03
30 1.00
contoh benda uji lebih besar dari yang ditentukan di atas, dengan
beban biaya ditanggung oleh Kontraktor.
2). Laporan Hasil Uji Besi Beton
Kontraktor harus membuat dan menyusun hasil uji besi beton dari
laboratorium penguji untuk diserahkan kepada Pengawas lapangan
dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan kesimpulan apakah
kualitas besi beton tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan.
6. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Slump
Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yang jika
tidak ditentukan secara khusus adalah antara 5-12 cm untuk beton
umumnya, sedang tiang bor slump beton adalah 16-18 cm. Cara uji slump
sebagai berikut, beton diambil sebelum dituangkan ke dalam cetakan
beton (bekesting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas
permukaan yang rata. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.
Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi beton
diameter 16 mm, pajang 30 cm dengan ujung yang bulat. Pengisian
dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan
ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk sampai dengan satu
lapisan di bawahnya. Setelah bagian atas diratakan, segera cetakan
diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya.
b. Persetujuan Pengawas lapangan
Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan.
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Pengawas
lapangan. Laporan harus diberikan kepada Pengawas lapangan paling
lambat 3 hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.
Hal-hal khusus akan didiskusikan secara lebih mendalam
antara semua pihak yang berkepentingan. Semua tahapan pelaksanaan
tersebut harus dicatat secara baik dan jelas sehingga mudah untuk
ditelusuri jika suatu saat data tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan.
c. Persiapan dan Pemeriksaan
Kontraktor tidak diizinkan untuk melakukan pengecoran
beton tanpa izin tertulis dari Pengawas lapangan. Kontraktor harus
melaporkan kepada Pengawas lapangan tentang kesiapannya untuk
melakukan pengecoran, sesuai dengan kesepakatan di lapangan, untuk
memungkinkan Pengawas lapangan melakukan pemeriksaan sebelum
pengecoran dilaksanakan. Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang
memadai seperti tangga ataupun fasilitas lain yang dibutuhkan agar
Pengawas lapangan dapat memeriksa pekerjaan secara aman dan mudah.
Tanpa fasilitas tersebut, Kontraktor tidak akan diizinkan untuk melakukan
pengecoran. Semua koreksi yang terjadi akibat pemeriksaan tersebut
harus segera diperbaiki dalam waktu 1x24 jam dan selanjutnya Kontraktor
harus mengajukan ijin lagi untuk dapat melaksanakan pengecoran. Tidak
dibenarkan adanya penambahan waktu akibat koreksi yang timbul, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi lapangan/ Pengawas lapangan, Persetujuan
untuk melaksanakan pengecoran tidak berarti membebaskan Kontraktor
dari tanggung jawab penuhnya atas ketidak sempurnaan ataupun
kesalahan yang timbul. Sebelum pengecoran dilakukan harus dipastikan
bahwa semua peralatan yang akan tertanam di dalam beton sudah terletak
pada tempatnya dan semua kotoran sudah dibersihkan dari lokasi
pengecoran. Sedemikian pula untuk siar pelaksanaan harus dilakukan
sesuai dengan persyaratan.
d. Siar Pelaksanaan
Kontraktor harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan
dalam gambar kerjanya. Siar pelaksanaan harus diusahakan seminimum
mungkin, agar perlemahan struktur dapat dikurangi. Siar pelaksanaan
tidak diizinkan untuk melalui daerah yang diperkirakan sebagai daerah
basah, seperti toilet, reservoir, dll. Jika tidak ditentukan lain, maka lokasi
siar pelaksanaan harus terletak pada daerah di mana gaya geser adalah
minimal, umumnya terletak pada sepertiga bentang tengah dari panjang
efektif elemen struktur. Pada pengecoran beton yang tebal dan volume
yang besar, lokasi siar pelaksanaan harus dipertimbangkan sedemikian
rupa, sehingga tidak menyebabkan perbedaan temperatur yang besar pada
beton yang tersebut, yang berakibat retaknya beton, di samping adanya
tegangan residu yang tidak diinginkan.
Siar pelaksanaan dapat dibuat secara horizontal dan
pengecoran dapat dibagi menjadi berlapis-lapis. Lokasi siar pelaksanaan
tersebut harus disetujui oleh Pengawas lapangan. Kontraktor harus sudah
mempertimbangkan di dalam penawarannya, segala hal yang
berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti waterstop, perekat beton,
trowel beton, dsb, maupun pembersih permukaan beton agar dapat
dijamin lekatan antara beton lama dan baru. Siar pelaksanaan harus bersih
dari semua kotoran dan bekas beton yang tidak melekat dengan baik, dan
sebelum pengecoran dilanjutkan, harus dikasarkan sedemikian rupa
sehingga agregat besar menjadi terlihat, tetapi tetap melekat dengan baik.
e. Pengangkutan dan Pengecoran Beton
Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa,
sehingga dapat tiba di lokasi kegiatan dalam keadaan yang masih
memenuhi spesifikasi teknis. Jika lokasi pembuatan cukup jauh dari
kegiatan, maka harus digunakan admixtures (retarder) yang dapat
memperlambat proses pengerasan dari beton. Pada saat beton diangkut
ke lokasi pengecoran juga harus diperhatikan, agar tidak terjadi pemisahan
antar bahan-bahan dasar pembuatan beton. Pada saat pengecoran tinggi
jatuh dari beton segar harus kurang dari 1.50 meter. Hal ini sangat penting
agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat dengan pasta
beton sehingga mengakibatkan kualitas beton menjadi menurun. Untuk itu
harus disiapkan alat bantu seperti pipa tremi sehingga syarat ini dapat
dipenuhi. Sebelum pengecoran beton harus dijaga agar tetap dalam
kondisi plastis dalam waktu yang cukup, sehingga pengecoran beton dapat
dilakukan dengan baik. Kontraktor harus mengajukan jumlah alat dan
personil yang akan mendukung pengecoran beton, yang dianalisa
berdasarkan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan. Sebagai
gambaran setiap alat pemadat mampu memadatkan sekitar 5-8 m3 beton
segar perjam. Beton segar dicampurkan harus ditempatkan sedekat
mungkin dengan lokasi akhir, sehingga masalah segregasi dan pengerasan
beton dapat dihindarkan selama pemadatan beton masih bersifat plastis.
7. Pemadatan Beton
a. Alat Pemadat Beton
Beton yang akan dicor harus segera dipadatkkan dengan alat
pemadat (vibrator) dengan tipe yang disetujui oleh Pengawas lapangan.
Pemadatan tersebut bertujuan untuk/ mengurangi udara pada beton yang
akan mengurangi kualitas beton. Pemadatan tersebut berkaitan dengan
kelecakan (workability) beton. Pada cuaca panas kelecakan beton menjadi
sangat singkat, sehingga slump yang rendah biasanya merupakan masalah.
Untuk itu harus disediakan vibrator dalam jumlah yang memadai, sesuai
dengan besarnya pengecoran yang akan dilakukan. Minimal harus
dipersiapkan satu vibrator cadangan yang akan dipakai, jika ada vibrator
yang rusak pada saat pemadatan sedang berlangsung. Alat pemadat harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh besi beton.
b. Lokasi Pemadataan yang Sulit
Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti
pada pertemuan balok kolom, dinding beton yang tipis dan pada lokasi
pembesian yang rapat dan rumit, maka Kontraktor harus mempersiapkan
metode khusus untuk pemadatan beton yang disampaikan kepada
Pengawas lapangan paling lambat 3 hari sebelum pengecoran
j. Penggantian Besi
k. Toleransi Besi
B ≤ 200 ±9 ± 5.0
B ≥ 200 ≥ 12.0 ± 9.0
b. Lingkup Pekerjaan
1). Tenaga kerja, bahan dan peralatan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan,
peralatan seperti release agent, pengangkutan dan pelaksanaan
untuk menyelesaikan semua pekerjaan acuan sebagai cetakan
Lokasi % Terhadap
Bentang
e. Pembongkaran Acuan
1). Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati, di mana
bagian konstruksi yang dibongkar acuannya harus dapat
memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaannya.
2). Pembongkaran acuan dapat dilakukan setelah mencapai
waktu sebagai berikut :
11. Setiap produk yang diajukan oleh Main/ Sub Kontraktor harus
dilengkapi dengan cara perawatan/ maintenance dari produk
tersebut yang :
a. Sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik yang bersangkutan.
b. Sesuai dengan persyaratan/ peraturan setempat.
c. Disetujui oleh Pengawas lapangan/ Direksi lapangan.
2. Bahan
a. Penggunaan cat, baik untuk cat dasar dan atau pengecatan akhir
b. Cat/ Seler yang dibutuhkan atau didatangkan harus dalam keadaan utuh
dalam kemasan kaleng, tertera nama perusahaannya dan masih terdapat
segel utuh.
c. Semua cat yang digunakan harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas
lapangan.
d. Pada penutup Plamur dan dempul untuk pekerjaan cat tembok dan kayu
digunakan merk yang sama dengan merk cat yang digunakan.
e. Cat meni digunakan pada semua kayu yang akan dicat, juga pada Baja
space frame. Jenis meni disesuaikan dengan cat yang akan digunakan.
f. Cat kayu digunakan pada semua listplank kayu atau sesuai petunjuk Pen-
gawas lapangan.
g. Bahan pengencer cat kayu menggunakan sekualitas minyak afduner/Tiner
dan harus minta petunjuk Pengawas lapangan.
3. Macam Pekerjaan
a. Mengecat dengan cat tembok semua bidang dinding seperti dinyatakan
dalam gambar.
b. Semua dinding-dinding, dicat tembok produksi dan kualitas sesuai petun-
juk Pengawas lapangan/ Direksi lapangan.
c. Mengecat bidang permukaan besi, space frame, railling tangga dan seba-
gainya, seperti tertera dalam gambar.
d. Sebelum dilakukan pengecatan dinding seluruh plesteran harus baik dan
Kontraktor supaya melaporkan kepada Pengawas lapangan untuk pe-
meriksaan dan persetujuannya.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Cat tembok
Bidang yang akan dicat sebelumnya harus dibersihkan
dengan cara menggosok menggunakan kain yang dibasahi air. Setelah
kering didempul pada tempat yang berlubang sehingga permukaan rata
dan licin untuk kemudian dicat minimal 2 (dua) kali dengan roller minimal
20 cm sampai baik atau sesuai dengan ketentuan.
b. Cat besi
Semua pekerjaan yang telah dicat meni besi baru boleh dicat besi
setelah terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran yang menempel.
Pengecatan minimal 2 (dua) kali, tidak diperkenankan melakukan
pengecatan ketika keadaan mendung dan hujan.
c. Meni besi
Segera setelah pekerjaan Baja Ringan dibersihkan sampai
kulit giling dan permukaan korosi terbuang dan terlihat warna metalik,
pengecatan meni dapat dimulai dengan ketebalan cat meni sampai ±25
milimicro
d. Melamine
Bidang yang akan dimelamin harus digosok dengan amplas
sampai halus hingga pori-pori dapat tertutup.
i. Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah lebih dari dua.
j. Pasangan dinding bata ringan harus menghasilkan dinding finish setebal
15 cm setelah diplester (lengkap acian) pada ke dua belah sisinya. Pelak-
sanaan pasangan harus cermat, rapi, dan benar-benar tegak lurus ter-
hadap lantai serta merupakan bidang rata.
k. Pasangan bata ringan trasraam di bawah permukaan tanah/ lantai
harus diisi dengan adukan 1 Pc : 4 Psr
l. Pasangan bata ringan dapat diterima/ diserahkan apabila deviasi bidang
pada arah diagonal dinding seluas 9 m2 tidak lebih dari 5 mm (sebelum
diaci/ diplester). Adapun toleransi terhadap as dinding yang diizinkan
maksimal 10 mm (sebelum diaci/ diplester).
harus diganti dengan material lain yang mutunya sesuai dengan per-
syaratan tanpa biaya tambahan.
h. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diharuskan memeriksa site/ la-
pangan yang telah disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk
dimulainya pekerjaan.
i. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya,
Kontraktor harus segera melaporkan kepada Pengawas lapangan. Kon-
traktor tidak diperkenankan melakukan pekerjaan di tempat tersebut se-
belum kelainan/ perbedaan diselesaikan.
j. Tebal plesteran antara 10 - 15 mm dengan hasil ketebalan dinding finish
150 mm atau sesuai yang ditunjukkan dalam detail gambar. Ketebalan
plesteran yang melebihi 20 mm harus diberi kawat ayam untuk membantu
dan memperkuat daya lekat plesteran.
k. Pertemuan plesteran dengan jenis pekerjaan lain, seperti kosen dan peker-
jaan lainnya, harus dibuat naat (tali air) dengan lebar minimal 5 mm, ke-
cuali bila ditentukan lain.
l. Plesteran halus (acian) digunakan campuran Pc dan air sampai mendap-
atkan campuran yang homogen. Acian dikerjakan sesudah plesteran beru-
mur 8 hari (kering betul), sehingga siap untuk dicat atau difinish wall pa-
per.
m. Kelembaban plesteran harus dijaga, sehingga pengeringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran se-
tiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung
dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.
n. Kontraktor wajib memperbaiki/ mengulang/ mengganti bila ada
kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan (dan masa pemeli-
haraan), atas biaya Kontraktor.
o. Khusus untuk permukaan beton yang akan diplester, maka :
1). Seluruh permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar.
2).Sebelum plesteran dilakukan, seluruh permukaan beton yang akan
diplester, dibersihkan dari segala kotoran, debu dan minyak serta
disiram/ dibasahi dengan air semen.
3).Plesteran beton dilakukan dengan adukan kedap air, campuran 1 Pc : 4
Psr
4).Pasir yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan
seperti yang disyaratkan.
d. Semua keramik menggunakan produksi lokal yang telah memiliki SII dan
memenuhi syarat PUBI 1972.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pemasangan keramik lantai dan dinding sebaiknya dilakukan pada tahap
akhir, untuk menghindari kerusakan akibat pekerjaan yang belum selesai.
b. Permukaan lantai/ dinding yang akan dipasang keramik harus bersih,
cukup kering dan rata air.
c. Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan tata letak ruangan/
tangga/ dinding yang ada. Pemasangan lantai dan dinding dimulai dari tu-
langan ini.
d. Terlebih dahulu dipasang menggunakan pasir urug minimal setebal 10 cm,
selanjutnya dibuat lantai kerja minimal setebal 7 cm dengan campuran 1
Pc : 3 Psr : 5 Krl.
e. Sebelum dipasang keramik lantai/ dinding terlebih dahulu direndam air.
f. Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang dan rata air.
g. Adukan semen untuk pemasangan keramik harus penuh, baik di permu-
kaan dasar maupun di badan belakang keramik lantai atau dinding yang
terpasang. Perbandingan adukan dan ketebalan rata-rata yang dianjurkan :
Untuk lantai 1Pc : 6 Psr dengan ketebalan rata-rata : 1,5 – 4 cm
Untuk dinding 1Pc : 4 Psr dengan ketebalan rata-rata : 1,5 cm
h. Lebar nat yang dianjurkan untuk lantai = 4-5 mm dan dinding 2-3
mm,dengan campuran pengisi nat (Grout) semen atau bahan khusus yang
ada di pasaran. Bagi area yang luas dianjurkan untuk diberi expansion
joint.
i. Pemotongan keramik harus menggunakan mesin pemotong, bekas poton-
gan harus digerinda dan diamplas sampai halus dan rata. Perlu dihindari
pemotongan keramik < 0.5 x lebar/ panjang ukuran standart.
j. Pemasangan lantai keramik dilakukan sesuai pola yang ditentukan dalam
gambar.
k. Garis-garis pada pemasangan lantai harus berkesinambungan satu dengan
yang lainnya, kecuali pada pertemuan khusus.
l. Pekerjaan lantai yang tidak lurus/ waterpass, siarnya tidak lurus, berom-
bak, turun naik dan retak harus dibongkar .
m. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
pada permukaan keramik hingga betul-betul bersih.
n. Keramik yang sudah terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/ beban
selama 3 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan
lain.
o. Karena sifat alamiah dari produk keramik, yang disebabkan proses pemba-
karan pada temperatur tinggi, dapat terjadi perbedaan warna dan
ukuran,untuk ini periksa dan pastikan keramik lantai atau dinding yang
akan dipasang mempunyai seri golongan ukuran yang sama
Catatan-catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar dan
tiga set lengkap dengan copynya sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan (as
built drawigs). As built drawings harus diserahkan kepada Pengawas lapangan
segera setelah pekerjaan selesai.
08.3 Referensi
Seluruh pekerjaan instalasi elektrikal harus dilaksanakan mengikuti :
Standard dalam PUIL 1987
SPLN
SII (Standar Industri Indonesia)
Standard-standard International yang tidak bertentangan dengan PUIL.
Peraturan/ Hukum Daerah setempat.
Surat ijin bekerja sebagai instalatir dari kelas yang sesuai dengan pekerjaan ini
harus dimiliki secara sah oleh Kontraktor/ satu copy surat ijin tersebut harus
diserahkan kepada Pengawas lapangan
3. Konduit
Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah dari jenis PVC High
Impact dan Metal Plan Conduit di mana diameter dalam dari konduit
minimum 1,5 x (kali) diameter luar kabel dan minimum diameter
dalam adalah 19 mm, atau dinyatakan lain pada gambar.
b. Lampu Indikasi
Lampu indikasi dari jenis yang dapat dipasang pada panel
Warna lampu disesuaikan dengan tanda phase
● Merah untuk R
● Kuning untuk S
● Kuning untuk T
Dilengkapi dengan fuse/sekring pengaman.
3. Kabel-Kabel
a. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel
mark yang jelas dan tidak mudah lepas untulk
mengindentifikasikan arah beban.
b. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna
untuk mengindentifikasilkan phasanya sesuai dengan PUIL 1987.
Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga
kabel, diklem dan disusun yang rapi.
Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan baru,
kecuali pada kabel penerangan, di mana terminasi sambungan dilakukan
pada termination/ junction box.
c. Untuk kabel dengan diameter 16 mm 2 atau lebih harus dilengkapi
dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
d. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm 2 atau lebih
harus mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian
disolder dengan timah pateri.
e. Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 100 cm
minimum, dimana sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan
pasir setebal 15 cm dan diatasnya diamankan dengan batu bata
sebagai pelindungnya. Lebar galian minimum adalah 40 cm yang
disesuaikan dengan jumlah kabel.
f. Sudut pembelokan (Bending Radius) kabel Feeder harus mengikuti
ketentuan yang disyaratkan oleh pabrik untuk masing -masing
kabel.
g. Untuk kabel serabut, terminasi ujung kabel tersebut harus
menggunakan handsclip.
h. Pada route kabel setiap 25 m dan di setiap belokan harus ada
tanda arah jalannya kabel dan dilengkapi dengan Cable Mark.
i. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan instalasi
lainnya harus ditanam lebih dalam dari 60 cm dan diberikan
pelindung pipa galvanis medium dengan diameter minimum 2½
kali penampang kabel.
j. Semua kabel yang dipasang di atas langit -langit harus diletakkan
pada suatu turnking kabel.
k. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton
harus dibuatkan sleeve dari pipa galvanis medium dengan
diameter minimum 2½ kali penampang kabel.
l. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus
di dalam kotak terminal yang terbuat dari bahan yang sama
dengan bahan konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk
tutupnya dimana tebal kotak terminal tersebut minimum 4 cm.
m. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan 1 m
disetiap ujungnya.
n. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus
di dalam kotak penyambungan dan memakai alat penyambungan
berupa las-dop.