Anda di halaman 1dari 35

SPESIFIKASI UMUM

Pembangunan Pengaman Pantai Gebang Kabupaten Cirebon

PASAL SU. 1

UMUM DAN PEKERJAAN PERSIAPAN

SU. 1. 1 DEFINISI

Istilah-istilah yang digunakan dalam Spesifikasi teknik harus mempunyai arti


atau tafsiran seperti yang dimaksudkan sebagai berikut:
1. Direksi Pekerjaan terdiri atas: Direksi Lapangan dan Direksi Teknis.
2. Direksi Lapangan adalah tim pendukung yang dibentuk/ditetapkan oleh PPK
(dapat dijabat oleh PPK atau pejabat lain dan diberitahukan secara tertulis
kepada Penyedia), terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih, yang dapat ditentukan
dalam syarat-syarat khusus kontrak untuk mengarahkan, mengendalikan dan
melaporkan pemenuhan segala ketentuan dalam pelaksanaan kontrak
pekerjaan agar pelaksanaan kontrak pekerjaan berjalan secara tertib
berdasarkan ketentuan yang berlaku dan telah ditetapkan.
3. Direksi Teknis adalah adalah tim pendukung yang ditunjuk/ditetapkan oleh
PPK yang bertugas untuk mengawasi, memantau, mengarahkan dan
melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara intensif dalam pemenuhan
kuantitas, kualitas dan waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam kontrak pekerjaan.

SU. 1. 2 DESKRIPSI PEKERJAAN

Lokasi Pekerjaan : Lokasi pekerjaan terletak di Kec. Gebang Kab. Cirebon.


Dengan koordinat geografis: S. -6.8085694 E.
108.7328471.
Ukuran duga : Ukuran duga pada gambar didasarkan pada Bench Mark
(BM) yang tertera.
Koordinat : Sistem Koordinat didasarkan pada sistem koordinat lokal.

SU. 1. 3 PEMBERSIHAN

1. Penyedia Jasa harus mengadakan pembersihan di lokasi pekerjaan dan pada


tempat-tempat dimana akan dibangun jalan-jalan masuk sementara,
pekerjaan-pekerjaan sementara dan fasilitas-fasilitas lain terhadap semua
pohon-pohon, semak-semak, sampah/kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain
yang tidak diperlukan.
2. Semua bahan hasil pembersihan tersebut harus dikeluarkan dari tempat
pekerjaan atau dibuang ke tempat lain oleh Penyedia Jasa atas persetujuan
Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
3. Biaya untuk pekerjaan pembersihan, jalan masuk sementara dan fasilitas
sementara lainnya sudah diperhitungkan dalam biaya umum.
SU. 1. 4 PEKERJAAN SEMENTARA DAN FASILITAS PENYEDIA JASA

1. Penyedia Jasa diminta menyediakan daerah yang akan digunakan untuk


mendirikan gudang, bengkel, kantor, penginapan dan lain-lain untuk
pelaksanaan pekerjaan, dan daerah tersebut supaya diperkirakan sendiri
oleh Penyedia Jasa atas persetujuan Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi.
2. a. Dalam waktu tujuh hari setelah Penyedia Jasa menerima Surat
Penyerahan lokasi, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi gambar situasi yang menunjukan usulan-
usulan penempatan fasilitas-fasilitas bekerja seperti kantor, bengkel,
gudang, tempat untuk peralatan-peralatan, penginapan serta usulan
usulan untuk fasilitas-fasilitas air, kerja, jaringan-jaringan listrik, dan
jaringan sanitasi.
b. Penyedia Jasa harus memenuhi/mematuhi semua hukum dan peraturan
yang berlaku di Indonesia atau dinas-dinas lain yang berhubungan dengan
pengadaan fasilitas-fasilitas Penyedia Jasa termasuk tenaga kerja, dan
harus bertanggung jawab atas kerusakan atau tuntutan sebagai akibat
adanya fasilitas yang tidak sesuai.
3. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab dan menanggung semua biaya
untuk pemasangan, pelaksanaan dan pemeliharaan semua fasilitas kerja
yang diperlukan untuk misalnya kantor kerjanya, perumahan dan makanan
serta akomodasi untuk para pekerja.
4. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab dan menanggung semua biaya
untuk pemasangan, pelaksanaan dan pemeliharaan atas penyediaan air
minum dan air untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan.
5. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab dan menanggung semua biaya
untuk pemasangan serta pengaturan sanitasi dan harus melengkapi fasilitas-
fasilitas mandi dan cuci bagi para pekerjanya dimana pekerjaan sedang
diselenggarakan.
6. Penyedia Jasa harus mengadakan pengurusan-pengurusan dengan PLN
untuk semua penggunaan aliran listrik yang dipergunakannya dan harus
menanggung biaya yang diperlukan untuk maksud tersebut di atas.
7. Dalam implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, Penyedia
Jasa wajib melengkapi fasilitas-fasilitas Pertolongan Pertama pada Kecela-
kaan (PPPK) di tempat pekerjaan, termasuk tenaga yang cakap untuk
menangani PPPK tersebut serta kendaraan yang diperlukan dan selalu siaga
untuk mengangkut bila ada pekerja-pekerja yang luka.
8. Penyedia Jasa harus melengkapi para pekerja dengan memasukan para
pekerjanya dalam asuransi kecelakaan tenaga kerja melalui BPJS
Ketenagakerjaan.
9. Penyedia Jasa harus mencegah semua kemungkinan terjadinya kebakaran
serta harus melengkapi alat-alat pemadam kebakaran di tempat pekerjaan
atas pembiayaan Penyedia Jasa.
10. Biaya untuk pekerjaan ini sudah diperhitungkan dalam biaya umum.
SU. 1. 5 KANTOR DIREKSI DAN KENDARAAN SEMENTARA

1. Penyedia Jasa harus menyediakan kantor yang khusus digunakan oleh Tim
Direksi di tempat pekerjaan;
2. Penyedia Jasa diwajibkan menyediakan kendaraan operasional lapangan
selama masa kontrak;
3. Penyedia Jasa harus melakukan pemeliharaan berkala terhadap kendaraan
operasional yang meliputi servis, perbaikan, penggantian suku cadang,
bahan bakar, oli dan biaya lainnya agar kendaraan operasional selalu dalam
kondisi siap pakai selama masa kontrak. Selama kendaraan operasional
diservis, maka Penyedia Jasa harus menyediakan kendaraan operasional
pengganti;
4. Biaya untuk pembuatan kantor Tim Direksi serta pembongkarannya dan
biaya pengadaan serta pemeliharaan kendaraan operasional sudah
diperhitungkan dalam biaya umum.
SU. 1. 6 JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA

1. a. Direksi akan menunjukan semua jalan masuk yang ada kepada Penyedia
Jasa, serta membuat surat izin yang diperlukan. Penyedia Jasa wajib
mengurus perizinan tersebut. Jalan masuk yang ditunjukan adalah jalan
alternatif.
b. Penyedia Jasa harus membatasi lingkup gerak peralatan-peralatan dan
awaknya yang melalui jalan tersebut, termasuk jalan-jalan masuk yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, sedemikian
sehingga gangguan-gangguan terhadap tanaman dan hak milik
masyarakat sekecil mungkin. Sebelum akhir dari pada batas waktu
pemeliharaan pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus mengembalikan
dan memperbaiki jalan-jalan tersebut seperti keadaan semula.
c. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kerusakan tanaman
atau area akibat dari operasinya, baik di daerah jalan masuk yang telah
disetujui atau area yang berdekatan. Dan pemotongan pembayaran akan
ditentukan oleh Direksi apabila Penyedia Jasa tidak memenuhi
kewajibannya.
2. a. Penyedia Jasa boleh membuat tambahan jalan-jalan masuk sementara di
tempat kerja dan dengan standar disetujui oleh Direksi tanpa mengaju-kan
claim.
b. Direksi berhak memerintah kepada Penyedia Jasa mengembalikan
keadaan jalan-jalan masuk sementara seperti keadaan semula.
3. Biaya perawatan dan pelaksanaan jalan masuk, serta jalan masuk sementara
yang telah disetujui lainnya sudah diperhitungkan dalam Biaya Umum.

SU. 1. 7 PEKERJAAN PENGUKURAN

Pekerjaan ini dibagi tiga tahap:


I. Tahap sebelum pelaksanaan dimulai.
II. Tahap selama pekerjaan berjalan.
III. Tahap sesudah pelaksanaan selesai dan akan diserahkan untuk pertama
kali dan kedua kali.

1. Bench Mark.
a. Untuk memulai pekerjaan, Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi akan
menetapkan “Bench Mark” seperti yang ditunjukan pada gambar.
b. Setiap “Bench Mark” yang rusak diakibatkan oleh Penyedia Jasa harus
diganti yang baru dan diukur kembali dengan biaya menjadi beban
Penyedia Jasa.
c. Bila dilokasi pekerjaan belum ada “Bench Mark”, maka Penyedia Jasa
harus membuat sebanyak 2 (dua) buah, yang lokasinya akan ditetapkan
oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, dengan konstruksi
standar “Bench Mark” Balai Besar Wilayah Sungai CimanukCisanggarung.

2. Pekerjaan Pengukuran.
a. Sebelum memulai pekerjaan pengukuran, Penyedia Jasa harus
menyerahkan kepada Pemberi Kerja untuk mendapatkan persetujuan
metode dan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran situasi dan
detil dari letak tampang lintang.
b. Pekerjaan pengukuran harus dilakukan bersama-sama dengan pengawas
pengukuran.
c. Patok-patok dan hurufnya harus dicat dengan warna:
- Patok tanggul : warna biru, huruf putih.
- Patok galian : warna hijau muda, huruf merah.
- Patok krib : warna kuning, huruf merah.
- Patok bendung/Check dam : warna kuning dan biru, huruf merah
- Patok pasangan : warna biru dan putih, huruf merah
- Patok poligon dan waterpass : warna putih, huruf merah
- Patok bantu : warna merah, huruf putih.
d. Patok-patok harus dibuat dari kayu kelas dua dengan ukuran diameter 10
cm, dipancang ke dalam tanah 60 cm di atas tanah 40 cm, kecuali patok
poligon dan waterpass diameter 6 cm, dipancang 50 cm, diatas tanah 25
cm

3. Patok As
a. Untuk pekerjaan tanggul, Penyedia Jasa harus memasang patok-patok as
sepanjang tanggul dengan jarak 50 m’.
b. Ukuran dari patok-patok as paling kecil harus diameter 6 cm, panjang 75
cm dan dipancangkan ke dalam tanah 60 cm. Patok-patok dicat biru dan
setiap patok diberi kode nomor, dengan warna putih.

4. Patok Petunjuk.
a. Harus dibuat patok petunjuk dari kayu kelas dua yang diikatkan
berdasarkan patok as.
b. Patok petunjuk di tempatkan tegak lurus dengan tepi pantai dengan jarak
maksimum 5 m dari bibir pantai.
c. Ukuran dari patok-patok petunjuk ini paling kecil harus: diameter 10 cm,
panjang 100 cm, dan dipancangkan ke dalam tanah 60 cm, dicat biru dan
harus diberi keterangan-keterangan dengan warna putih sebagai berikut:
i. nomor patok.
ii. elevasi dari puncak patok.
iii. jarak dari as rencana.
iv. elevasi dari pekerjaan rencana.
d. Patok-patok petunjuk ini harus dilindungi selama pelaksanaan pekerjaan
dan tidak akan dipindahkan atau ditimbun.
e. Profil-profil melintang konstruksi rencana harus dibuat tiap 25 meter.
Profil-profil harus dibuat dari bambu utuh lurus dan dengan diameter paling
kecil 10 cm dan sambungan-sambungan dikuatkan dengan paku atau tali.

7. Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan ukur dengan perlengkapannya,


juru-juru ukur dan pekerja-pekerja yang diperlukan.
8. Apabila Penyedia Jasa tidak dapat menyediakan semua atau sebagian
seperti tercantum dalam butir (7), Direksi dapat menunjuk pihak ketiga dan
seluruh biaya untuk itu menjadi beban Penyedia Jasa.
9. Semua patok-patok pengukuran termasuk Bench Mark yang terdapat pada
daerah/lokasi pekerjaan harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik
sampai pekerjaan tersebut diterima oleh pihak Direksi untuk kedua kalinya.
10. Penyedia Jasa harus melakukan pengukuran awal (CD), pengukuran akhir
(AD) serta bila diperlukan pengukuran pada waktu sedang pelaksanaan.
11. Hasil pengukuran tersebut paling sedikit harus memperlihatkan:
• Potongan memanjang dengan memperlihatkan elevasi dan titik-titik
potongan melintang.
• Potongan melintang dengan jarak 25 m beserta elevasinya.
13. Biaya untuk semua pekerjaan pengukuran diperhitungkan dalam Biaya
Umum.

SU. 1. 8 DOKUMENTASI PEKERJAAN

1. Penyedia Jasa harus mengadakan dan menyerahkan kepada Tim Direksi


dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk foto dan video.
Pengambilan dokumentasi udara juga wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa.
2. Penyedia Jasa harus mengadakan dan menyerahkan kepada Direksi foto-
foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan (termasuk foto udara) dalam
bentuk cetak dan soft copy.
3. Foto-foto tersebut harus dibuat pada setiap pekerjaan utama dan dibuat
dalam tiga keadaan lapangan untuk setiap pekerjaan dengan tempat/posisi
pengambilan tetap satu arah. Satu keadaan pada waktu sebelum
pelaksanaan pekerjaan, satu keadaan pada waktu pekerjaan sedang dalam
pelaksanaan dan satu keadaan pada waktu pekerjaan telah selesai
dilaksanakan seluruhnya.
4. Foto-foto tersebut dibuat dengan ukuran “Postcard” berwarna dan diberi
catatan mengenai lokasi pemotretan.
5. Penyedia Jasa harus menyerahkan foto-foto tersebut dalam 6 (enam)
cetakan untuk tiap foto dan dimasukan ke dalam album yang rapi, termasuk
softcopynya.
6. Biaya dokumentasi ini harus sudah diperhitungkan dalam Biaya Umum.

SU. 1. 9 LAPORAN

1. Penyedia Jasa harus menyerahkan laporan tertulis setiap akhir minggu


kepada Direksi dalam format yang telah ditentukan.
2. Laporan-laporan harus berisi, tetapi tak dibatasi pada hal-hal berikut:
a. Kemajuan pekerjaan fisik setiap macam pekerjaan dalam Daftar kuantitas
dan harga untuk satu minggu yang lalu dan estimasi rencana kemajuan
kerja untuk minggu berikutnya.
b. Inventarisasi dari peralatan yang berada di tempat pekerjaan.
c. Daftar personalia serta jumlah tenaga kerja selama satu minggu.
d. Persoalan-persoalan yang timbul selama satu minggu tersebut serta
langkah-langkah penyelasaian yang telah dilakukan.
3. Biaya untuk pembuatan laporan-laporan ini harus sudah diperhitungkan
dalam Biaya Umum.

SU. 1. 10 PENYELIDIKAN TANAH DAN PENGUJIAN BAHAN

1. Direksi akan menyelenggarakan pengujian bahan-bahan yang akan diguna-


kan untuk pekerjaan pokok.
2. a. Untuk pekerjaan beton akan diadakan pengujian kuat desak dan
pengujian-pengujian lain yang menurut perhitungan Direksi perlu diada-
kan.
b. Bila diperlukan Penyedia Jasa harus mengadakan penyelidikan tanah,
yang nantinya akan ditentukan waktu penggalian.
3. Pihak Penyedia Jasa dapat melaksanakan pengujian bahan dengan disaksi-
kan dan disetujui pihak Direksi.
4. Biaya penyelidikan dan pengujian ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa,
dan harus sudah diperhitungkan dalam Biaya Umum.

SU. 1. 11 RENCANA KERJA

1. Sebelum diterbitkannya SPMK Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada


Pejabat Pembuat Komitmen rencana kerja (Time Schedule) pelaksanaan
pekerjaan yang menunjukan secara detail rencana pelaksanaan pekerjaan
termasuk pembelian dan pendatangan/kedatangan bahan-bahan dan
peralatan.
2. Rencana Kerja harus menunjukan secara detil rangkaian urut-urutan
pekerjaan, jangka waktu penyelesaian untuk setiap macam pekerjaan yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga
3. Biaya untuk persiapan dan pembaharuan rencana kerja ini harus sudah
diperhitungkan dalam Biaya Umum.

SU.1. 12 GAMBAR-GAMBAR

1. Gambar-gambar perencanaan akan disediakan oleh Direksi, Penyedia Jasa


yang menjadi pemenang akan menerima satu set cetakan gambar-gambar.
Untuk tambahan-tambahan gambar, Penyedia Jasa harus mencetak sendiri
dan atas biaya sendiri.
2. Satu set gambar-gambar yang diserahkan kepada Penyedia Jasa harus di
tempatkan pada lokasi pekerjaan dan setiap waktu dapat digunakan Direksi
untuk mengadakan pemeriksaan.
3. Sewaktu-waktu sepanjang pelaksanaan pekerjaan, Direksi berhak dan
mempunyai wewenang memberikan perintah-perintah yang perlu, supaya
hasil pelaksanaan pekerjaan baik, dan atau untuk kepentingan pada masa
pemeliharaan pekerjaan. Penyedia Jasa harus melaksanakan ketentuan-
ketentuan tersebut di atas.
4. Berdasarkan gambar-gambar perencanaan tersebut Penyedia Jasa harus
membuat gambar pelaksanaan (Construction drawing) sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh Direksi. Gambar-gambar Construction Drawing
tersebut harus disetujui oleh Tim Direksi.
5. a. Penyedia Jasa harus membuat gambar detail lapangan agar
pelaksanaan menjadi jelas.
b. Pada tanggul pasangan batu harus digambarkan elevasi dan bentuk
galian pondasi persatuan konstruksi (unit) serta detil dari konstruksi
delatasi.
6. Pekerjaan ini harus sudah diperhitungkan dalam Biaya Umum.
SU. 1. 13 PAPAN NAMA

1. Penyedia Jasa diwajibkan membuat dan memasang papan nama di tempat


tempat yang ditunjukan/ditentukan oleh Direksi dalam waktu tidak lebih dari
satu bulan setelah memulai pekerjaan.
2. Ukuran papan nama (1,20 x 1,80) m² seperti pada gambar standar.
3. Sesudah penyerahan pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus membongkar
papan nama tersebut.
4. Biaya untuk membuat, memasang serta membongkar/pemindahan papan
nama tersebut harus sudah diperhitungkan dalam Biaya Umum.

SU. 1. 14 PEMBERSIHAN DAN PENYEMPURNAAN

1. Setelah pekerjaan pokok diselesaikan dan Berita Acara Penyelesaikan


Pekerjaan telah dibuat, Penyedia Jasa harus membongkar semua pekerjaan-
pekerjaan sementara dan mengembalikan seperti keadaan semula termasuk
jalan-jalan masuk.
2. Tempat pekerjaan harus dibersihkan, rumput dan tanaman-tanaman lain
harus dipotong atau dikepras dan permukaan-permukaan tanah yang tidak
rata harus diratakan.
3. Biaya untuk pembersihan dan penyempurnaan harus sudah termasuk dalam
Biaya Umum.

SU. 1. 15 SURAT MENYURAT

Surat-surat menyurat antara Penyedia Jasa dengan Pejabat Pembuat Komitmen


harus dialamatkan:

Aslinya : Kepada Yth. :


(menurut kepentingan)
Tembusannya : Kepada Yth.:
(menurut kepentingan)
SPESIFIKASI TEKNIK
Pembangunan Pengaman Pantai Gebang Kabupaten Cirebon

PASAL ST.I.1
MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

ST. I.1.1. LINGKUP PEKERJAAN.


a. Dalam daftar kuantitas tetap disediakan biaya tetap untuk mobilisasi dan
demobilisasi.
Biaya ini termasuk:
• Biaya transportasi untuk personil, alat-alat, penyediaan bahan, dan lain-lain
berkaitan dengan tempat kerja.
• Untuk mendirikan kantor, gudang, instalasi, dan lain-lain fasilitas di tempat
pekerjaan.
• Sewa/beli alat-alat.
b. Semua fasilitas instalasi dan alat-alat yang didirikan untuk dibawa ke lokasi
proyek, dianggap sebagai penyediaan untuk Direksi, kecuali Direksi secara
tertulis menentukan lain untuk hal tersebut di atas. Dalam hal ini Penyedia
Jasa hanya bertanggung jawab agar penyediaan itu mencukupi, efisien,
melindungi, menjalankan, memperbaiki dan mempersiapkan fasilitas instalasi
dan alat-alat. Alat-alat tersebut tadi tidak boleh dibongkar atau dipindahkan
dari lapangan sebelum pekerjaan selesai tanpa izin tertulis dari Direksi.
c. Semua fasilitas, instalasi dan alat-alat di lapangan akan juga menjadi
wewenang Direksi untuk memiliki dan menggunakannya untuk lingkup
pekerjaan di Kontrak dan Penyedia Jasa membuat tanda pengesahan, yang
dapat diterima oleh Direksi.
Jika pekerjaan telah selesai seluruhnya, Penyedia Jasa akan memindahkan
semua fasilitas, instalasi dan alat-alat dari Direksi yang bukan menjadi bagian
yang permanen dari bangunan. Lapangan akan diserahkan kepada Direksi
dalam keadaan bersih bebas dari kotoran, material-material yang sudah tak
digunakan dan alat-alat bantu sementara.

ST. I.1.2. PEMBAYARAN.


Pembayaran untuk alat yang datang sampai di lapangan akan dibayar untuk
mobilisasi, setelah pekerjaan selesai alat kembali akan dibayar untuk biaya
demobilisasi, kalau mendatangkan alat lebih besar/banyak dari kebutuhan untuk
melaksanakan pekerjaan tidak dikenakan tambahan biaya
Peralatan yang digunakan :
No. Uraian Satuan Jumlah
1 Excavator Long Arm 140-160 HP Jangkauan 13 m Unit 2
2 Ponton kapasitas 20-25 Ton Unit 3
3 Perahu 120 HP Unit 1
4 Excavator Standard 133-155 HP Unit 1
PASAL ST.I.2
PEMBUATAN JALAN AKSES ( PENGURUGAN SIRTU )

ST. I.2.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pembuatan Jalan akses menggunakan material sirtu, pengurugan sirtu
harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana atau menurut perintah
Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi. Sebelum digunakan, material
sirtu harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi dan tidak mengandung humus atau bahan-bahan organik.

ST. I.2.2. HAMPARAN


Sirtu harus dihamparkan lapis demi lapis kira-kira horisontal dan pada
ketebalan tertentu sesuai petunjuk Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi.

ST. I.2.3. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


a. Pengukuran untuk volume pembuatan jalan akses (Pengurugan sirtu)
dilakukan bersama antara Penyedia dan Konsultan Supervisi dan /
atau Tim Direksi;
b. Pembayaran untuk pekerjaan pembuatan jalan akses dilakukan
berdasarkan pada perkalian antara volume pekerjaan yang telah
diselesaikan dan diterima dengan baik oleh Konsultan Supervisi dan /
atau Tim Direksi, dengan harga per meter kubik seperti yang
tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.
PASAL ST.II
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

ST. II.1 LINGKUP PEKERJAAN.


Penyedia Jasa harus melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Kesalamatan Konstruksi, dengan uraian pekerjaan sebagai
berikut:
1. Penyiapan dokumen penerapan SMKK;
2. Sosialisasi, promosi dan pelatihan;
3. Alat Pelindung Kerja dan Alat Pelindung Diri;
4. Asuransi dan Perizinan Terkait Keselamatan Konstruksi;
5. Personel Keselamatan Konstruksi;
6. Fasilitas Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan;
7. Rambu, dan Perlengkapan Lalu Lintas yang diperlukan atau Manajemen
Lalu Lintas;
8. Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi;,dan;
9. Kegiatan dan peralatan terkait Pengendalian Risiko Keselamatan onstruksi,
termasuk biaya pengujian/ pemeriksaan lingkungan..

ST. II.2 PELAKSANAAN


1. Penyedia Jasa menerapkan SMKK sesuai dengan Rencana Keselamatan
Konstruksi (RKK), dan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK);
2. Pelaksanaan SMKK harus disesuaikan dengan lingkup pekerjaan dan
kondisi di lapangan.
3. Penyedia jasa dalam pekerjaan Konsultasi dengan ahli terkait keselamatan
konstruksi harus ada justifikasi teknis dari PPK.

ST. II.3 PEMBAYARAN


1. Pembayaran untuk pekerjaan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi dilakukan sesuai dengan yang tercantum dalam Daftar Kuantitas
dan Harga.
PASAL ST.III.1

PENGADAAN DAN PEMANCANGAN DOLKEN Ø 6 - 8 CM

ST. III.1.1. LINGKUP PEKERJAAN


Penyedia Jasa harus mengadakan serta memancang tiang-tiang pancang dolken
pada tempat dan dengan ukuran seperti ditunjukan dalam gambar.

ST. III.1.2. BAHAN


1. Bahan untuk tiang pancang adalah dari kayu kelas II atau kayu lain yang
berkualitas sama, dengan ukuran berdiameter 6-8 cm seperti ditentukan
dalam gambar. Kayu untuk tiang pancang relatif keras, harus dikupas dan
tidak cacat.
2. Tiang-tiang harus bebas dari kerusakan-kerusakan yang dapat merugikan
kekuatan dan ketahanannya seperti busuk, retak memanjang, retak
melingkar, yang menempati lebih dari setengah keliling batang pada tiang 2
meter panjang.
3. Tiang-tiang pancang satu dengan yang lain harus mempunyai bentuk yang
hampir sama dengan berdiameter rata-rata tidak boleh kurang dari yang
tercantum dalam gambar.
4. Semua bekas pokok dahan dan cabang harus dipotong atau dikupas sebaik
mungkin rata dengan permukaan tiang. Ujung-ujung tiang dipotong tegak
lurus dengan sumbu-sumbu tiang.

ST. III.1.3. PERSIAPAN


1. Tiang pancang kayu dolken disiapkan di pinggir pantai dan kemudian dimuat/
diangkut ke ponton yang sudah disiapkan berada di pinggir pantai.
2. Ponton yang memuat tiang pancang kayu dolken diangkut/ dibawa menuju
lokasi pemancangan dan dilokasi tersebut sudah ada alat excavator long arm
yang berdiri diatas ponton besi untuk melakukan pemancangan.
3. Tiang pancang kayu dolken kemudian diturunkan dibantu pekerja kemudian
dipancangkan dengan ditekankan sampai kedalaman yang ditentukan/
panjangnya kayu dolken.
4. Tiang-tiang pancang kayu dolken pada ujungnya harus diruncingkan agar
memudahkan dalam pemancangan.
5. Pemeliharaan dikerjakan sebaik mungkin agar dapat dihindari kerusakan
pada permukaan tiang yang telah diawetkan.

ST. III.1.4. PEMANCANGAN


1. Tiang dolken harus dipancangkan dengan alat excavator long arm yang
berdiri diatas ponton yang disetujui Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi sampai diperoleh elevasi seperti dalam gambar.
2. Kepala tiang-tiang pancang kayu diupayakan agar tidak pecah pada saat
pemancangan.
3. Pemancangan tiang dolken menggunakan alat berat excavator long aram
berdiri diatas ponton dengan cara sekelompok pekerja akan mengatur
dolken bagian ujung yang akan tertancap pada titik yang telah ditentukan
dalam gambar pelaksanaan, kemudian secara per lahan bucket excavator
menekan agar dolken tertancap sampai elevasi yang direncanakan.

ST. III.1.5. PEMANCANGAN YANG KURANG BAIK


1. Tiang-tiang pancang yang kurang baik karena pemancangannya yang
kurang benar, meleset dari tempat yang ditentukan, harus diperbaiki oleh
Penyedia Jasa dan dengan salah satu cara dibawah ini:
a. Tiang harus dicabut dan diganti dengan yang baru.
b. Apabila Tiang yang sudah dipancang kurang baik, maka tiang baru
yang dipancang harus berdekatan dengan tiang yang kurang baik
tersebut.
2. Apabila pada suatu pemancangan tiang terdapat tiang-tiang pancang lain
yang berdekatan tertekan ke atas atau oleh sebab lain, maka tiang-tiang
tersebut harus dipancang ke bawah lagi.
3. Seluruh biaya yang timbul atas perbaikan pekerjaan pemancangan yang
kurang baik sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa.

ST. III.1.6. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1. Perhitungan volume untuk pembayaran tiang-tiang pancang kayu dolken Ø
6-8 cm diadakan terhadap panjang tiang-tiang pancang yang nyata telah
dipancangkan menurut gambar.
2. Pengukuran untuk volume pengadaan dan pemancangan dolken dilakukan
bersama antara Penyedia, Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
3. Pembayaran untuk pekerjaan pengadaan dan pemancangan dolken Ø 6-8
cm dilakukan berdasarkan pada perkalian antara volume pekerjaan yang
telah diselesaikan dan diterima dengan baik oleh Penyedia, dan Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi, dengan harga per meter panjang seperti
yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.
PASAL ST.III.2
PENGADAAN DAN PEMASANGAN RAKIT BAMBU

ST. III.2.1 LINGKUP PEKERJAAN


Penyedia Jasa harus mengadakan serta memasang Rakit Bambu pada tempat
dan dengan ukuran seperti ditunjukan dalam gambar.

ST. III.2.2 BAHAN


1. Bahan untuk Rakit bambu adalah dari bambu tali atau bambu lain yang
berkualitas sama dan ukuran bambu Ø 8-10 cm seperti ditentukan dalam
gambar atau menurut persetujuan Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi.
2. Rakit bambu harus bebas dari kerusakan-kerusakan yang dapat merugikan
kekuatan dan ketahanannya seperti busuk, retak memanjang.
3. Rakit bambu satu dengan yang lain harus mempunyai bentuk yang hampir
sama dengan ukuran tidak boleh kurang dari yang tercantum dalam gambar.
Ujung-ujung sudut pada sesek bambu harus diperkuat.
4. Bahan bambu tersebut disusun sesuai dengan gambar rencana dan setiap
pertemuan bambu yang harus diikat dengan pengikat.
5. Rakit bambu yang sudah dirakit dan siap dipasang, diangkut/ dibawa
menggunakan ponton ke lokasi pemasangan.

ST. III.2.3 PENEMPATAN


1. Permukaan tanah dimana rakit bambu akan ditempatkan harus dipersiapkan
sesuai gambar.
2. Pekerjaan dimulai dilakukan dengan menempatkan rakit bambu dalam
keadaan baik dan rakit bambu dengan rakit bambu lainnya harus
berhubungan rapat pada sisi bidang empat pertemuan, sehingga alas
bangunan tertutupi seluruhnya.
3. Pemasangan rakit bambu tersebut dipasang sesuai dengan gambar.
4. Pemasangan rakit bambu harus dilapisi geotextile terlebih dahulu, kemudian
diatasnya diturunkan beberapa kubus beton agar rakit bambu lapis geotextile
bisa tenggelam kebawah/ dasar tanah dan posisinya ditentukan sesuai
dengan gambar

ST. III.2.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1. Pengukuran untuk volume rakit bambu dilakukan bersama antara Penyedia,
Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
2. Pembayaran untuk pekerjaan rakit bambu dilakukan berdasarkan pada
perkalian antara volume pekerjaan rakit bambu yang telah diselesaikan dan
diterima dengan baik oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi,
dengan harga per meter persegi seperti yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga.
PASAL ST. III.3
PENGADAAN DAN PEMASANGAN GEOTEXTILE, TIPIS ( ≥ 100 S.D ≤ 400 GR/M2)

ST. III.3.1 UMUM


Penyedia harus mengerjakan dan menempatkan geotextile non woven seperti
yang ditunjukkan dalam gambar rencana.

ST. III.3.2 BAHAN


Geotextile Non Woven yang digunakan harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi dengan syarat-syarat minimal sebagai
berikut :
1. Berbahan kedap air
2. Berkualitas baik
3. Berbentuk lembar/roll dan mempunyai berat minimal 250 gr/m2.
4. Memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

ST. III.3.4 KONSTRUKSI


Geotextile Non Woven dipasang diatas permukaan sesek bambu sesuai dengan
petunjuk Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi

ST. III.3.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1. Pengukuran untuk volume Geotextile Non Woven dilakukan bersama antara
Penyedia dan Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
2. Pembayaran untuk pekerjaan Geotextile Non Woven dilakukan berdasarkan
pada perkalian antara volume pekerjaan yang telah diselesaikan dan diterima
dengan baik oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, dengan harga
per meter persegi seperti yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.
PASAL ST. III.4 – ST. III.6
PEKERJAAN PEMBUATAN , PEMASANGAN
KUBUS BETON K.225 UKURAN (0.55 X 0.55 X 0.55) M’

ST. III.4. 1 LINGKUP PEKERJAAN


Penyedia Jasa harus menyelenggarakan seluruh rangkaian pekerjaan beton (armor
unit) dimulai dari pengadaan/pembuatan hingga membentuk bangunan sesuai
dengan yang ditentukan dalam gambar atau yang ditentukan oleh Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi.
Pasal-pasal di bab ini membahas tentang spesifikasi Armor Unit berupa kubus beton
ukuran 0.55 x 0.55 x 0.55 m’ yang akan digunakan dalam pekerjaan.

ST. III.4. 2 PERSYARATAN


Standar rujukan untuk pekerjaan beton secara khusus yang dapat juga digunakan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel : Standar Rujukan
Standar Industri Indonesia (SII) :
SII-13-1977
Semen Portland.
(AASHTO M85 - 75)
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SK SNI M-02-1994-03 Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat
(AASHTO T11 - 90) Yang Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).
SNI 03-2816-1992 Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir
(AASHTO T21 - 87) untuk Campuran Mortar dan Beton.
SNI 03-1974-1990
Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
(AASHTO T22 - 90)
Pd M-16-1996-03 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
(AASHTO T23 - 90) Beton di Lapangan.
SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian tentang Analisis Saringan
(AASHTO T27 - 88) Agregat Halus dan Kasar.
SNI 03-2417-1991 Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin
(AASHTO T96 - 87) Los Angeles.
Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
SNI 03-3407-1994
Ter-hadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium
(AASHTO T104 - 86)
Sulfat.
SK SNI M-01-1994-03 Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-
(AASHTO T112 - 87) butir Mudah Pecah Dalam Agregat.
SNI 03-2493-1991 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
(AASHTO T126 - 90) Beton di Laboratorium.
SNI 03-2458-1991 Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran
(AASHTO T141 - 84) Beton Segar.
AASHTO :
AASHTO T26 – 79 Quality of Water to be used in Concrete.

1. Pengajuan Kesiapan Kerja


a. Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang
disyaratkan.
b. Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran (mix design) untuk
masing-masing mutu beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum
pekerjaan pengecoran beton dimulai.
c. Penyedia Jasa harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh
pengujian pengendalian mutu yang disyaratkan sedemikian sehingga data
tersebut selalu tersedia atau bila diperlukan oleh Konsultan Supervisi dan /
atau Tim Direksi, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dan / atau
Tim Direksi, pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum
meliputi pengujian kuat tekan beton yang berumur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari
setelah tanggal pencampuran. Benda uji dibuat 1 set (3 buah) untuk setiap
100 m³ pengecoran.
d. Penyedia Jasa harus mengirim gambar detail untuk seluruh cetakan beton
yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi sebelum setiap pekerjaan cetakan beton
dimulai.
e. Penyedia Jasa harus memberitahu Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal rencana mulai
melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton.

2. Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memiliki permukaaan akhir yang
memenuhi ketentuan atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang
disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi dan dapat meliputi:
i. Perubahan komposisi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan.
ii. Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian
pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi ketentuan.
b. Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi dapat meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan
dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.

ST.III.4. 3 BAHAN
Material untuk armour unit berupa kubus beton menggunakan beton ready mix
dengan mutu beton K-225, mengacu pada butir (A) sampai dengan butir (C) berikut
ini:

A. Semen
1. Umum
Semen yang dipakai untuk beton harus dari merk/pabrik yang disetujui
Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi dan harus Portland Cement (PC)
tahan sulfat atau portland cement type v. Jika terjadi kelangkaan portland
cement type v, maka PC yang mempunyai karakteristik setara/tahan sulfat
dengan portland cement type v boleh dipakai sebagai pengganti, dengan
persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.

B. Air
Contoh air harus mewakili aspek homogenitas. Pelaksanaannya dapat dilakukan
secara regular. Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula atau organik. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus
memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 tentang Metode Pengujian Mutu
Air untuk digunakan dalam beton. Air yang diketahui dapat diminum dapat
digunakan tanpa pengujian. Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus
diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir dengan
memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air murni hasil sulingan. Air
yang diusulkan dapat digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut
pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan
minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode umur yang
sama.

C. Agregat Untuk Beton


1. Ketentuan Gradasi Agregat
a. Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan dalam Tabel Ketentuan Gradasi Agregat. Apabila dari analisis
gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat
mempengaruhi kerapatan beton, Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi dapat memberi petunjuk kepada Penyedia Jasa untuk menambah
kekurangan ukuran agregat tertentu tersebut di atas. Ketepatan berbagai
kelas beton akan ditentukan oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi setelah dilakukan pengujian. Bubuk atau partikel halus lolos
saringan 5 mm harus dipisahkan dan kalau dikehendaki Direksi harus
dicuci secara seksama.

Tabel : Ketentuan Gradasi Agregat


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
ASTM (mm) Halus Kasar
2” 50,8 - 100 - - -
1 ½” 38,1 - 95 -100 100 - -
1” 25,4 - - 95 - 100 100 -
3/4” 19 - 35 - 70 - 90 - 100 100
90 -
1/2” 12,7 - - 25 - 60 -
100
3/8” 9,5 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70
95 -
No.4 4,75 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15
100
No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5
No.16 1,18 45 - 80 - - - -
No.50 0,300 10 - 30 - - - -
No.100 0,150 2 - 10 - - - -

2. Sifat-Sifat Agregat
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras,
kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder),
atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang
diberikan dalam Tabel: Sifat-sifat Agregat bila contoh-contoh diambil dan diuji
sesuai dengan prosedur SNI/AASHTO yang berhubungan.
Tabel : Sifat-sifat Agregat
Batas Maksimum
yang diijinkan
Metode untuk Agregat
Sifat-sifat
Pengujian
Halus Kasar
Keausan Agregat dengan
SNI 03-2417-
Mesin Los Angeles pada 500 - 40 %
1991
putaran
Kekekalan Bentuk Batu SNI 03-3407-
10 % 12 %
terhadap Larutan Natrium 1994
Sulfat atau Magnesium Sulfat
setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung dan SKSNI M-01-
0,5 % 0,25 %
Partikel yang Mudah Pecah 1994-03
Bahan yang Lolos Ayakan SK SNI M-02-
3% 1%
No.200 1994-03

ST. III.4. 4 PENCAMPURAN DAN PENAKARAN


1. Ketentuan Sifat Campuran Beton
a. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel: Ketentuan Sifat
Campuran atau yang disetujui oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI
03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-
1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).

Tabel : Ketentuan Sifat Campuran

Kuat Tekan Karakteristik Min. (kg/cm2)


Benda Uji Silinder Kisaran
Mutu Beton
“SLUMP” (cm)
15cm x 30 cm
7 hari 14 hari 28 hari
K225 125 167 190 6 - 16

b. Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh digunakan
pada pekerjaan, terkecuali bila Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi
dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk
bagian tertentu dengan pembebanan ringan.
Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau
gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian sehingga pada saat
pembongkaran acuan (cetakan) diperoleh permukaan yang rata, halus dan
padat.
c. Apabila pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel: Ketentuan Sifat Campuran, maka
Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai
penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan
sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton
berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut
harus diperbaiki.
d. Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi dapat pula menghentikan pekerjaan
dan/atau memerintahkan Penyedia Jasa mengambil tindakan perbaikan untuk
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton
berumur 7 hari. Dalam keadaan demikian, Penyedia Jasa harus segera
menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih
menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari diperoleh,
sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi akan menelaah kedua hasil pengujian yang
berumur 7 hari, 14 Hari dan 28 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan
perbaikan yang dipandang perlu.
e. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari saja,
terkecuali bila Penyedia Jasa dan Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi
keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.

2. Penyesuaian Campuran
a. Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Apabila sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan komposisi yang semula
dirancang oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, maka Penyedia Jasa
akan melakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan,
asalkan dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah,
juga rasio air semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan
yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikan. Pengadukan
kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara
lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambahan (aditif) untuk meningkatkan
sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi.
b. Penyesuaian Kekuatan
Apabila beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar
semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan Supervisi
dan / atau Tim Direksi.
c. Penyesuaian Untuk Bahan-Bahan Baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi dan
bahan baru tidak boleh digunakan sampai Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan komposisi
baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa.
3. Penakaran Agregat
a. Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau
kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara
terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.
b. Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahan-kan
dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering
permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala.
Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi minimal 12 jam sebelumnya
untuk menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.

4. Pencampuran
Campuran beton harus mengikuti tabel campuran beton yang diberikan.
Uji pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk berbagai kelas
beton yang direncanakan dan harus mengikuti pengambilan contoh, perawatan
dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-
03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991
(AASHTO T141). Uji pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan
kemampuan pengerjaan (workability) yang diinginkan, dengan kekuatan yang
diperoleh kira-kira 30% - 40% lebih tinggi dari kekuatan yang direncanakan.
Kekuatan yang lebih tinggi (margin) yang diminta oleh Konsultan Supervisi dan /
atau Tim Direksi adalah untuk mencakup kemungkinan kegagalan hasil uji karena
keadaan mesin-mesin pengaduk, peralatan, tingkat pengawasan mutu, dan
terjadinya deviasi mutu beton. Campuran yang pada akhirnya ditentukan dari uji
pendahuluan akan tetap dipertahankan selama pekerjaan berlangsung kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi yang mana
perubahan dipandang perlu karena adanya perubahan dalam bahan atau hasil-
hasil pengujian. Kecuali ditentukan lain, mutu beton yang dipergunakan untuk
pekerjaan ini adalah mutu beton K-225.

Tabel : Campuran Beton


Kelas Mutu I II III
B0 B1 K-125 K-175 K-225 K > 225
Dipakai untuk Non
Struktural Struktural Struktural Struktural Struktural
Pekerjaan Struktural
Kekuatan Beton
Karakteristik - - 125 175 225 > 225
(kg/cm2)
Kekuatan Kubus
Target Rata-rata - - 200 250 300 > 300
(kg/cm2)
Agregat Kasar
31,5 31,5 31,5 16 8 8
(mm)
Penggunaan
Semen dalam1 130 200 250 275 - 325 325 - 375 > 375
m3 Beton(kg)

ST. III.4. 5 ACUAN (CETAKAN)


1. Acuan (cetakan) harus dapat berfungsi membatasi serta menjadikan beton
menurut ukuran-ukuran dan bentuk yang dikehendaki.
2. Acuan (cetakan) harus terbuat dari material pelat besi dengan ketebalan
minimal 3 mm, dengan perkuatan besi siku dengan ukuran minimal 30.30.3
pada keempat sisi untuk setiap satu bidang acuan (cetakan).
3. Sistem pemasangan/pembukaan acuan (cetakan) harus direkayasa
sedemikian sehingga dapat mempercepat waktu pemasangan/pembukaan,
tanpa mengabaikan kekuatan struktur sambungan/engselnya.
4. Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set
gambar rencana acuan (cetakan) lengkap yang sesuai dengan ketentuan di
atas untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi. Penyerahan tersebut tidak berarti mengurangi tanggung jawab
Penyedia Jasa terhadap keberhasilannya.
5. Acuan (cetakan) yang akan dipergunakan harus;
a. Memiliki kekuatan dalam menahan desakan akibat berat sendiri material
beton sesuai dengan ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar. Untuk
menghemat penggunaan lahan casting yard, perkuatan acuan (cetakan)
dengan menggunakan penopang tidak diperkenankan.
b. Kedap air, terutama pada sistem sambungan/engselnya.
c. Bebas dari paku/baut, karat ataupun celah yang dapat menimbulkan
lubang atau bentuk yang tidak diinginkan. Penutupan celah dilarang
keras dilakukan dengan menggunakan kertas.
d. Kuat dan tidak boleh berubah bentuk atau menjadi rusak akibat pemadat-
an beton dengan menggunakan alat getar mekanis (vibrator).
6. a. Pemasangan acuan (cetakan) harus rapat dan aman untuk mencegah
gerakan atau penurunan ataupun terbuangnya adukan beton.
b. Sebelum pengecoran beton, permukaan dari acuan (cetakan) harus
diolesi cairan pelumas yang umum diperdagangkan atau dengan
material lain yang disetujui Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi
untuk mencegah melekatnya acuan (cetakan) pada permukaan beton,
sehingga tidak merusak bentuk/permukaan beton saat pembukaan
acuan (cetakan) serta tidak mengotori permukaan beton.
c. Segera setelah pembukaan, acuan (cetakan) harus segera dibersihkan.
Cara pembersihan harus dilakukan sedemikian sehingga tidak
merusak/merubah bentuk acuan (cetakan).
7. Kubus beton harus dipasang besi pengait untuk memudahkan dalam
pemindahan / pengangkatan. Besi pengait pada kubus beton menggunakan
besi 10.

ST. III.4.6 B E T O N

1. Uji Pendahuluan untuk Menentukan Perbandingan Campuran Beton.


Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air, serta bahan-
bahan penambah yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang
memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam tabel campuran beton
harus ditentukan oleh Penyedia Jasa dari sejumlah campuran-campuran
percobaan yang dilakukan dalam laboratorium untuk beton yang akan
dipakai dalam pekerjaan. Campuran-campuran percobaan tersebut di atas
harus dibuat paling sedikit 30 hari sebelum pengecoran beton dimulai dan
harus cukup variasi perbandingan campuran yang memenuhi persyaratan
ditentukan. Kekuatan beton rencana umur 7 (tujuh), 14 (empat belas) dan
28 (dua puluh delapan) hari harus ditentukan. Persetujuan Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi mengenai campuran percobaan termasuk
percobaan kekuatan 28 (dua puluh delapan) hari harus dapat segera tertulis
sebelum beton diijinkan untuk dicor.

2. Bahan-Bahan Penambah (Aditif)


Aditif dapat digunakan setelah diijinkan oleh Konsultan Supervisi dan / atau
Tim Direksi. Dimana penggunaan bahan aditif diijinkan maka bahan ini
harus ditambahkan pada beton dalam tempat pengadukannya dengan
mempergunakan alat pengukur otomatis serta petunjuk-petunjuk pabrik
mengenai penggunaannya.
Istilah kimia, rumus-rumus, jumlah bahan yang aktif, ukuran yang harus
dipakai, dan efek mengenai bertambah atau berkurangnya penggunaan
dosis bahan-bahan secara terus menerus pada sifat-sifat fisik dan kimia
beton basah dan yang sudah mengeras akan diserahkan kepada Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi untuk mendapat persetujuan.
Penyedia Jasa harus menyediakan contoh-contoh dan melaksanakan
pengujian-pengujian tersebut sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi sebelum penggunaan bahan aditif diijinkan
dipakai pada pelaksanaan pekerjaan. Seluruh pengambilan contoh dan
pelaksanaan pengujian menjadi tanggungan Penyedia Jasa.
3. Pengujian Beton.
Semua benda uji percobaan harus diuji berdasarkan SNI 03-1974-1990
(AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991
(AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).
a. Untuk pengujian harus dibuat 1 set (3 buah) benda uji yang diambil dari setiap
100 m³ beton selama pengecoran.
b. Setiap benda uji harus diberi tanda berupa tanggal pengecoran, nomor urut,
dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi dalam waktu 24 jam setelah benda uji tersebut dicor.
c. Benda uji percobaan harus diuji sampai hancur karena tekanan dan harus
dilakukan di bawah pengawasan Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
Lima dari setiap sepuluh buah benda uji percobaan harus diukur berat dan kuat
tekannya setelah 7 hari dan harus dilakukan dengan disaksikan Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi, sisanya dilakukan setelah 28 hari atau sesuai
dengan perintah Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
d. Detail-detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data-data lain
seperti gride, jumlah semen yang dipakai, hasil analisis ayakan dari agregat,
dan perbandingan adukan dari bermacam-macam kelas beton, harus
disampaikan kepada Direksi dalam waktu 24 jam setelah penyelesaian
pengujian.
e. Setiap benda uji percobaan harus dibuat dari contoh yang diambil dari salah
satu adukan beton atau dari adukan yang ditunjuk oleh Konsultan Supervisi dan
/ atau Tim Direksi.
f. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari 80% dari kekuatan standar rencana
(design standard) yang dapat dilihat pada tabel campuran beton yang telah
diberikan dan dengan probabilitas lebih dari 1/20.
g. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari kekuatan standar rencana (design
standard) dengan probabilitas 1/4.

4. Hasil Pengujian yang Tidak Memenuhi Syarat.


Jika persyaratan yang ditentukan tidak dipenuhi, Penyedia Jasa harus
mengambil langkah-langkah untuk perbaikan seperti yang mungkin
ditunjukkan oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi. Seluruh biaya
mengenai pekerjaan perbaikan ini termasuk pengujian, peralatan
pemotongan, dan peralatan lain-lain menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

5. Pengangkutan.
Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat
mungkin dari mixer untuk menjamin tidak akan terjadi blending atau
segregasi dari campuran agregat serta menjamin slump akan sesuai
dengan nilai-nilai yang ditentukan.
Jika dipergunakan kereta dorong atau trolley maka jalan untuk kereta
dorong atau trolley tersebut harus dibuat rata agar beton tidak bersegregasi
selama diangkut.

6. Pengeringan Beton.
Selama proses pengerasan pertama, beton harus dilindungi dari pengaruh
panas matahari yang merusak, hujan, air yang mengalir, atau angin yang
kering. Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton
dengan metoda yang dianggap praktis.

ST.III.6 PEMASANGAN KUBUS BETON

Perlu diperhatikan bahwa kubus beton yang akan dipasang telah mencapai kekuatan
tertentu sesuai spesifikasi teknik yang disyaratkan.

Pemasangannya dilakukan satu persatu dengan menggunakan excavator long arm


berdiri diatas ponton besi yang dimodifikasi pada bucketnya terdapat kaitan.

Kubus beton harus disusun mulai dari elevasi paling bawah diatas geotekstil yang
telah dihamparkan terlebih dahulu dan harus disusun dalam lapisan horizontal secara
acak (random) sampai mencapai ketebalan sesuai yang ditunjukan dalam atau sesuai
Gambar Rencana dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.

ST. III.4-6 PEMBAYARAN


1. Pembayaran atas pekerjaan pembuatan kubus beton K.225 ukuran 0.55 x 0.55
x 0.55 m dilakukan berdasarkan perhitungan jumlah yang telah dibuat dan sudah
berada di lokasi pekerjaan dalam kondisi siap pasang.
2. Pembayaran pekerjaan pemasangan kubus beton ukuran 0.55 x 0.55 x 0.55 m
dilakukan berdasarkan perhitungan jumlah yang telah terpasang sesuai dengan
gambar.
3. Pembayaran untuk pekerjaan tersebut dilakukan berdasarkan harga perkalian
antara volume pekerjaan dalam satu satuan buah dengan harga satuan seperti
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
PASAL ST.III.5 - ST.III.7

PEKERJAAN PENGADAAN, PEMASANGAN


TETRAPOD BETON PRECAST K.225 BERAT 1 TON

ST III.5.1 LINGKUP PEKERJAAN

Penyedia Jasa harus menyelenggarakan pekerjaan Tetrapod beton mulai


pengadaan sampai pemasangan tetrapod beton sesuai dengan yang
ditentukan dalam gambar atau yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi dan
/ atau Tim Direksi.

ST III.5.2 PERSYARATAN

Standar rujukan untuk pekerjaan beton secara khusus yang dapat juga digunakan
sesuai Standar Industri Indonesia (SII), Standar Nasional Indonesia (SNI), AASHITO.

1. Pengajuan Kesiapan Kerja


a. Penyedia Jasa mengajukan salah satu pabrik atau lebih yang akan dijadikan
salah satu nya untuk pengadaan tetrapod beton ke Konsultan Supervisi dan
/ atau Tim Direksi.
b. Penyedia Jasa harus melakukan trial mix beton dan mengirimkan rancangan
campuran (mix design) untuk masing-masing mutu beton yang diusulkan
untuk digunakan 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai.
c. Penyedia Jasa harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh
pengujian pengendalian mutu yang disyaratkan sedemikian sehingga data
tersebut selalu tersedia atau bila diperlukan oleh Konsultan Supervisi dan /
atau Tim Direksi, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dan / atau
Tim Direksi, pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum
meliputi pengujian kuat tekan beton yang berumur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari
setelah tanggal pencampuran. Benda uji dibuat 1 set (3 buah) untuk setiap
100 m³ pengecoran.
d. Penyedia Jasa harus mengirim gambar detail untuk pekerjaan tetrapod
beton yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari
Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi sebelum setiap pekerjaan
cetakan beton dimulai.

2. Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memiliki permukaaan akhir yang
memenuhi ketentuan atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang
disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi dan dapat meliputi:
i. Perubahan komposisi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan.
ii. Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian
pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi ketentuan.
b. Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Konsultan Supervisi dan /
atau Tim Direksi dapat meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian
tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah
dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut
haruslah menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

ST III.5.3 BAHAN SEMEN

Semen yang dipakai untuk beton harus dari merk/pabrik yang disetujui Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi dan harus Portland Cement (PC) tahan sulfat atau
portland cement type v. Jika terjadi kelangkaan portland cement type v, maka PC
yang mempunyai karakteristik setara/tahan sulfat dengan portland cement type v
boleh dipakai sebagai pengganti, dengan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi.

ST III.5.4 PENCAMPURAN DAN PENAKARAN

1. Ketentuan Sifat Campuran Beton


a. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel: Ketentuan Sifat
Campuran atau yang disetujui oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI
03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-
1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).

Tabel : Ketentuan Sifat Campuran

Kuat Tekan Karakteristik Min. (kg/cm2)


Benda Uji Silinder Kisaran
Mutu Beton
“SLUMP” (cm)
15cm x 30 cm
7 hari 14 hari 28 hari
K225 125 167 190 6 - 16

b. Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh digunakan
pada pekerjaan, terkecuali bila Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi
dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk
bagian tertentu dengan pembebanan ringan.
Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau
gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian sehingga pada saat
pembongkaran acuan (cetakan) diperoleh permukaan yang rata, halus dan
padat.
c. Apabila pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel: Ketentuan Sifat Campuran, maka
Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai
penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan
sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton
berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut
harus diperbaiki.
d. Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi dapat pula menghentikan pekerjaan
dan/atau memerintahkan Penyedia Jasa mengambil tindakan perbaikan untuk
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton
berumur 7 hari. Dalam keadaan demikian, Penyedia Jasa harus segera
menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih
menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari diperoleh,
sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi akan menelaah kedua hasil pengujian yang
berumur 7 hari, 14 Hari dan 28 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan
perbaikan yang dipandang perlu.
e. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari saja,
terkecuali bila Penyedia Jasa dan Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi
keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.

2. Penyesuaian Campuran
a. Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Apabila sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan komposisi yang semula
dirancang oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, maka Penyedia Jasa
akan melakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan,
asalkan dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah,
juga rasio air semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan
yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikan. Pengadukan
kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara
lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambahan (aditif) untuk meningkatkan
sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi.
b. Penyesuaian Kekuatan
Apabila beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar
semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan Supervisi
dan / atau Tim Direksi.
c. Penyesuaian Untuk Bahan-Bahan Baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi dan
bahan baru tidak boleh digunakan sampai Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan komposisi
baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa.

3. Penakaran Agregat
a. Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau
kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara
terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.
b. Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahan-kan
dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering
permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala.
Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi minimal 12 jam sebelumnya
untuk menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.

4. Pencampuran
Campuran beton harus mengikuti tabel campuran beton yang diberikan.
Uji pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk berbagai kelas
beton yang direncanakan dan harus mengikuti pengambilan contoh, perawatan
dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-
03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991
(AASHTO T141). Uji pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan
kemampuan pengerjaan (workability) yang diinginkan, dengan kekuatan yang
diperoleh kira-kira 30% - 40% lebih tinggi dari kekuatan yang direncanakan.
Kekuatan yang lebih tinggi (margin) yang diminta oleh Konsultan Supervisi dan /
atau Tim Direksi adalah untuk mencakup kemungkinan kegagalan hasil uji karena
keadaan mesin-mesin pengaduk, peralatan, tingkat pengawasan mutu, dan
terjadinya deviasi mutu beton. Campuran yang pada akhirnya ditentukan dari uji
pendahuluan akan tetap dipertahankan selama pekerjaan berlangsung kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi yang mana
perubahan dipandang perlu karena adanya perubahan dalam bahan atau hasil-
hasil pengujian. Kecuali ditentukan lain, mutu beton yang dipergunakan untuk
pekerjaan ini adalah mutu beton K-225.

ST III.5.5 BETON

1. Uji Pendahuluan untuk Menentukan Perbandingan Campuran Beton.


Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air, serta bahan-
bahan penambah yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang
memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam tabel campuran beton
harus ditentukan oleh Penyedia Jasa dari sejumlah campuran-campuran
percobaan yang dilakukan dalam laboratorium untuk beton yang akan
dipakai dalam pekerjaan. Campuran-campuran percobaan tersebut di atas
harus dibuat paling sedikit 30 hari sebelum pengecoran beton dimulai dan
harus cukup variasi perbandingan campuran yang memenuhi persyaratan
ditentukan. Kekuatan beton rencana umur 7 (tujuh), 14 (empat belas) dan
28 (dua puluh delapan) hari harus ditentukan. Persetujuan Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi mengenai campuran percobaan termasuk
percobaan kekuatan 28 (dua puluh delapan) hari harus dapat segera tertulis
sebelum beton diijinkan untuk dicor.

2. Bahan-Bahan Penambah (Aditif)


Aditif dapat digunakan setelah diijinkan oleh Konsultan Supervisi dan / atau
Tim Direksi. Dimana penggunaan bahan aditif diijinkan maka bahan ini
harus ditambahkan pada beton dalam tempat pengadukannya dengan
mempergunakan alat pengukur otomatis serta petunjuk-petunjuk pabrik
mengenai penggunaannya.
Istilah kimia, rumus-rumus, jumlah bahan yang aktif, ukuran yang harus
dipakai, dan efek mengenai bertambah atau berkurangnya penggunaan
dosis bahan-bahan secara terus menerus pada sifat-sifat fisik dan kimia
beton basah dan yang sudah mengeras akan diserahkan kepada Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi untuk mendapat persetujuan.
Penyedia Jasa harus menyediakan contoh-contoh dan melaksanakan
pengujian-pengujian tersebut sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi sebelum penggunaan bahan aditif diijinkan
dipakai pada pelaksanaan pekerjaan. Seluruh pengambilan contoh dan
pelaksanaan pengujian menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

3. Pengujian Beton.
Semua benda uji percobaan harus diuji berdasarkan SNI 03-1974-1990
(AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991
(AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).
a. Untuk pengujian harus dibuat 1 set (3 buah) benda uji yang diambil dari setiap
100 m³ beton selama pengecoran.
b. Setiap benda uji harus diberi tanda berupa tanggal pengecoran, nomor urut,
dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi dalam waktu 24 jam setelah benda uji tersebut dicor.
c. Benda uji percobaan harus diuji sampai hancur karena tekanan dan harus
dilakukan di bawah pengawasan Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
Lima dari setiap sepuluh buah benda uji percobaan harus diukur berat dan kuat
tekannya setelah 7 hari dan harus dilakukan dengan disaksikan Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi, sisanya dilakukan setelah 28 hari atau sesuai
dengan perintah Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
d. Detail-detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data-data lain
seperti gride, jumlah semen yang dipakai, hasil analisis ayakan dari agregat,
dan perbandingan adukan dari bermacam-macam kelas beton, harus
disampaikan kepada Direksi dalam waktu 24 jam setelah penyelesaian
pengujian.
e. Setiap benda uji percobaan harus dibuat dari contoh yang diambil dari salah
satu adukan beton atau dari adukan yang ditunjuk oleh Konsultan Supervisi dan
/ atau Tim Direksi.
f. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari 80% dari kekuatan standar rencana
(design standard) yang dapat dilihat pada tabel campuran beton yang telah
diberikan dan dengan probabilitas lebih dari 1/20.
g. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari kekuatan standar rencana (design
standard) dengan probabilitas 1/4.

4. Hasil Pengujian yang Tidak Memenuhi Syarat.


Jika persyaratan yang ditentukan tidak dipenuhi, Penyedia Jasa harus
mengambil langkah-langkah untuk perbaikan seperti yang mungkin
ditunjukkan oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi. Seluruh biaya
mengenai pekerjaan perbaikan ini termasuk pengujian, peralatan
pemotongan, dan peralatan lain-lain menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

5. Pengangkutan.
Semua tetrapod beton yang sudah selesai kemudian diangkut dan dikirim
ke lokasi kegiatan pekerjaan, dengan syarat harus sudah memenuhi umur
beton dan layak sudah memenuhi kriteria uji tekan test beton. Tetrapod
beton tersebut didalamnya terdapat pembesian.

ST III.7 PEMASANGAN TETRAPOD BETON

Perlu diperhatikan bahwa tetrapod beton yang akan dipasang telah mencapai
kekuatan tertentu sesuai spesifikasi teknik yang disyaratkan.

Pemasangannya dilakukan satu persatu dengan menggunakan excavator long arm


berdiri diatas ponton besi yang dimodifikasi pada bucketnya terdapat kaitan.

Tetrapod beton harus disusun sesuai Gambar Rencana dan disetujui oleh
Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
ST III.5-7 PEMBAYARAN.

1. Pembayaran atas pekerjaan pengadaan tetrapod beton precast k.225 berat 1


ton dilakukan berdasarkan perhitungan jumlah yang telah dan sudah berada
di lokasi pekerjaan dalam kondisi siap pasang.
2. Pembayaran pekerjaan pemasangan tetrapod beton precast berat 1 ton
dilakukan berdasarkan perhitungan jumlah yang telah terpasang sesuai
dengan gambar.
3. Pembayaran untuk pekerjaan tersebut dilakukan berdasarkan harga perkalian
antara volume pekerjaan dalam satu satuan buah dengan harga satuan
seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
PASAL ST.IV.1 – ST.IV.4
Angkut Kubus Beton ukuran 0.55 x 0.55 x 0.55 m,
Angkut Tetrapod Beton Precast berat 1 Ton Menggunakan Perahu dan Ponton dengan
Jarak 300-400 m & Jarak 600-700 m

ST. IV.1.1 LINGKUP PEKERJAAN.


Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan angkut kubus beton uk.
0,55x0,55x0,55 m dan Tetrapod beton precast berat 1 ton yang sudah cukup umur
dari lokasi penyimpanan kubus beton di pinggir pantai ke area pemasangan seperti
yang ditunjukan dalam gambar atau menurut perintah Konsultan Supervisi dan / atau
Tim Direksi.

ST. IV.1.2 PELAKSANAAN


1. Kubus beton uk.0,55x0,55x0,55 m dan tetrapod beton precast berat 1 ton yang
akan dipindahkan dari lokasi penyimpanan di pinggir pantai ke area pemasangan
harus sudah cukup umur minimal umur beton 7 hari.
2. Pada waktu muat dan turunkan kubus beton dan tetrapod beton diusahakan tidak
terjadinya kerusakan, apabila terjadi kerusakan dilakukan penggantian terhadap
kubus beton dan tetrapod beton yang rusak.
3. Kubus beton uk.0,55x0,55x0,55 m dan tetrapod beton precast berat 1 ton
diangkut dari lokasi penyimpanan di pinggir pantai ke area pemasangan.
4. Kubus beton uk.0,55x0,55x0,55 m dan tetrapod beton precast berat 1 ton
dipindahkan/ dimuat dari stockyard ke ponton yang berada di pinggir Pantai
dengan menggunakan excavator long arm, kemudian setelah ponton diisi muatan
kubus beton atau tetrapod beton diangkut menggunakan perahu dengan cara
ditarik menuju lokasi pemasangan dan sudah menunggu excavator long arm
yang berdiri diatas ponton dilokasi pemasangannya.

ST. IV.1.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1. Pengukuran dan Pembayaran untuk pekerjaan angkut kubus beton ukuran 0.55
x 0.55 x 0.55 m menggunakan perahu dan ponton dengan jarak 300-400 m dan
600-700 m dilakukan berdasarkan pada perkalian antara volume pekerjaan yang
telah diselesaikan dan diterima dengan baik oleh Konsultan Supervisi dan / atau
Tim Direksi, dengan harga per satu satuan buah seperti yang tercantum dalam
daftar kuantitas dan harga.
2. Pengukuran dan Pembayaran untuk pekerjaan angkut tetrapod beton precast
berat 1 ton menggunakan perahu dan ponton dengan jarak 300-400 m dan 600-
700 m dilakukan berdasarkan pada perkalian antara volume pekerjaan yang telah
diselesaikan dan diterima dengan baik oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi, dengan harga per satu satuan buah seperti yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga.

Anda mungkin juga menyukai