1. Latar Belakang
Menurut Undang Undang Sumber Daya Air Nomor 17 Tahun 2019, pengelolaan sumber
daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi
penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan
Pengendalian Daya Rusak Air. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk
Cisanggarung bertugas mengelola sumber daya air di Kabupaten Garut, Kabupaten
Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota
Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Brebes, termasuk pengendalian daya
rusak air di sepanjang Pantai Utara di wilayah kabupaten/kota tersebut dengan batasan
wilayah kerja berupa Sungai Cimanuk dan Sungai Cisanggarung.
Di sepanjang pantai utara terdapat permasalahan berupa kerusakan pantai yang
diakibatkan karena abrasi. Abrasi pantai bisa terjadi secara alami, yang disebabkan oleh
gelombang air laut. Pada kondisi gelombang besar, pantai tidak mampu meredam
energi gelombang sehingga terjadi abrasi. Gelombang air laut menimbulkan arus yang
dapat menyebabkan transport sedimen. Transport sedimen ini akan berdampak pada
terjadinya abrasi pantai. Kerusakan pantai akibat abrasi dapat diperparah oleh aktivitas
manusia, berupa pemanfaatan/eksploitasi pantai yang tidak berwawasan lingkungan.
Mangrove yang berperan sebagai konservator di wilayah pesisir, ditebang oleh
masyarakat guna memperoleh lahan tambak, pemukiman, dan kayu bakar. Dengan
berkurangnya mangrove, gelombang laut yang datang, dapat langsung menghantam
pantai, dan menyebabkan terjadinya kerusakan pantai, sehingga berdampak pada
terjadinya kemunduran/perubahan garis pantai.
Untuk menjawab persoalan tersebut, BBWS Cimanuk Cisanggarung telah membangun
bangunan pengaman pantai sepanjang 19,11 km yang harus ditindaklanjuti dengan
pembangunan pengaman pantai lanjutan di Pantai Bungko Kabupaten Cirebon.
Karenanya pada tahun 2023, BBWS Cimanuk Cisanggarung akan membangun
pengaman pantai di lokasi tersebut sepanjang 0,6 km
SU. 1. 1 DEFINISI
SU. 1. 3 PEMBERSIHAN
1. a. Direksi akan menunjukan semua jalan masuk yang ada kepada Penyedia
Jasa, serta membuat surat izin yang diperlukan. Penyedia Jasa wajib
mengurus perizinan tersebut. Jalan masuk yang ditunjukan adalah jalan
alternatif.
b. Penyedia Jasa harus membatasi lingkup gerak peralatan-peralatan dan
awaknya yang melalui jalan tersebut, termasuk jalan-jalan masuk yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, sedemikian
sehingga gangguan-gangguan terhadap tanaman dan hak milik
masyarakat sekecil mungkin. Sebelum akhir dari pada batas waktu
pemeliharaan pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus mengembalikan
dan memperbaiki jalan-jalan tersebut seperti keadaan semula.
c. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kerusakan tanaman
atau area akibat dari operasinya, baik di daerah jalan masuk yang telah
disetujui atau area yang berdekatan. Dan pemotongan pembayaran akan
ditentukan oleh Direksi apabila Penyedia Jasa tidak memenuhi
kewajibannya.
2. a. Penyedia Jasa boleh membuat tambahan jalan-jalan masuk sementara di
tempat kerja dan dengan standar disetujui oleh Direksi tanpa mengaju-kan
claim.
b. Direksi berhak memerintah kepada Penyedia Jasa mengembalikan
keadaan jalan-jalan masuk sementara seperti keadaan semula.
1. Bench Mark.
a. Untuk memulai pekerjaan, Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi akan
menetapkan “Bench Mark” seperti yang ditunjukan pada gambar.
b. Setiap “Bench Mark” yang rusak diakibatkan oleh Penyedia Jasa harus
diganti yang baru dan diukur kembali dengan biaya menjadi beban
Penyedia Jasa.
c. Bila dilokasi pekerjaan belum ada “Bench Mark”, maka Penyedia Jasa
harus membuat sebanyak 2 (dua) buah, yang lokasinya akan ditetapkan
oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, dengan konstruksi
standar “Bench Mark” Balai Besar Wilayah Sungai CimanukCisanggarung.
2. Pekerjaan Pengukuran.
a. Sebelum memulai pekerjaan pengukuran, Penyedia Jasa harus
menyerahkan kepada Pemberi Kerja untuk mendapatkan persetujuan
metode dan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran situasi dan
detil dari letak tampang lintang.
b. Pekerjaan pengukuran harus dilakukan bersama-sama dengan pengawas
pengukuran.
c. Patok-patok dan hurufnya harus dicat dengan warna:
- Patok tanggul : warna biru, huruf putih.
- Patok galian : warna hijau muda, huruf merah.
- Patok krib : warna kuning, huruf merah.
- Patok bendung/Check dam : warna kuning dan biru, huruf merah
- Patok pasangan : warna biru dan putih, huruf merah
- Patok poligon dan waterpass : warna putih, huruf merah
- Patok bantu : warna merah, huruf putih.
d. Patok-patok harus dibuat dari kayu kelas dua dengan ukuran diameter 10
cm, dipancang ke dalam tanah 60 cm di atas tanah 40 cm, kecuali patok
poligon dan waterpass diameter 6 cm, dipancang 50 cm, diatas tanah 25
cm
3. Patok As
a. Untuk pekerjaan tanggul, Penyedia Jasa harus memasang patok-patok as
sepanjang tanggul dengan jarak 50 m’.
b. Ukuran dari patok-patok as paling kecil harus diameter 6 cm, panjang 75
cm dan dipancangkan ke dalam tanah 60 cm. Patok-patok dicat biru dan
setiap patok diberi kode nomor, dengan warna putih.
4. Patok Petunjuk.
a. Harus dibuat patok petunjuk dari kayu kelas dua yang diikatkan
berdasarkan patok as.
b. Patok petunjuk di tempatkan tegak lurus dengan tepi pantai dengan jarak
maksimum 5 m dari bibir pantai.
c. Ukuran dari patok-patok petunjuk ini paling kecil harus: diameter 10 cm,
panjang 100 cm, dan dipancangkan ke dalam tanah 60 cm, dicat biru dan
harus diberi keterangan-keterangan dengan warna putih sebagai berikut:
i. nomor patok.
ii. elevasi dari puncak patok.
iii. jarak dari as rencana.
iv. elevasi dari pekerjaan rencana.
d. Patok-patok petunjuk ini harus dilindungi selama pelaksanaan pekerjaan
dan tidak akan dipindahkan atau ditimbun.
e. Profil-profil melintang konstruksi rencana harus dibuat tiap 25 meter.
Profil-profil harus dibuat dari bambu utuh lurus dan dengan diameter paling
kecil 10 cm dan sambungan-sambungan dikuatkan dengan paku atau tali.
SU. 1. 9 LAPORAN
SU.1. 12 GAMBAR-GAMBAR
PASAL ST.I.1
MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
ST.III.4. 3 BAHAN
Material untuk pabrikasi armour unit berupa kubus beton menggunakan beton ready
mix dengan mutu beton K-225, mengacu pada butir (A) sampai dengan butir (C)
berikut ini:
A. Semen
1. Umum
Semen yang dipakai untuk beton harus dari merk/pabrik yang disetujui
Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi dan harus Portland Cement (PC)
tahan sulfat atau portland cement type v. Jika terjadi kelangkaan portland
cement type v, maka PC yang mempunyai karakteristik setara/tahan sulfat
dengan portland cement type v boleh dipakai sebagai pengganti, dengan
persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
B. Air
Contoh air harus mewakili aspek homogenitas. Pelaksanaannya dapat dilakukan
secara regular. Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula atau organik. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus
memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 tentang Metode Pengujian Mutu
Air untuk digunakan dalam beton. Air yang diketahui dapat diminum dapat
digunakan tanpa pengujian. Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus
diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir dengan
memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air murni hasil sulingan. Air
yang diusulkan dapat digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut
pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan
minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode umur yang
sama.
2. Sifat-Sifat Agregat
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras,
kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder),
atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang
diberikan dalam Tabel: Sifat-sifat Agregat bila contoh-contoh diambil dan diuji
sesuai dengan prosedur SNI/AASHTO yang berhubungan.
Tabel : Sifat-sifat Agregat
Batas Maksimum
yang diijinkan
Metode untuk Agregat
Sifat-sifat
Pengujian
Halus Kasar
Keausan Agregat dengan
SNI 03-2417-
Mesin Los Angeles pada 500 - 40 %
1991
putaran
Kekekalan Bentuk Batu
terhadap Larutan Natrium SNI 03-3407-
10 % 12 %
Sulfat atau Magnesium Sulfat 1994
setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung dan SKSNI M-01-
0,5 % 0,25 %
Partikel yang Mudah Pecah 1994-03
Bahan yang Lolos Ayakan SK SNI M-02-
3% 1%
No.200 1994-03
b. Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh digunakan
pada pekerjaan, terkecuali bila Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi
dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk
bagian tertentu dengan pembebanan ringan.
Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau
gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian sehingga pada saat
pembongkaran acuan (cetakan) diperoleh permukaan yang rata, halus dan
padat.
c. Apabila pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel: Ketentuan Sifat Campuran, maka
Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai
penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan
sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton
berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut
harus diperbaiki.
d. Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi dapat pula menghentikan pekerjaan
dan/atau memerintahkan Penyedia Jasa mengambil tindakan perbaikan untuk
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton
berumur 7 hari. Dalam keadaan demikian, Penyedia Jasa harus segera
menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih
menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari diperoleh,
sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi akan menelaah kedua hasil pengujian yang
berumur 7 hari, 14 Hari dan 28 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan
perbaikan yang dipandang perlu.
e. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari saja,
terkecuali bila Penyedia Jasa dan Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi
keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.
2. Penyesuaian Campuran
a. Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Apabila sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan komposisi yang semula
dirancang oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi, maka Penyedia Jasa
akan melakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan,
asalkan dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah,
juga rasio air semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan
yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikan. Pengadukan
kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara
lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambahan (aditif) untuk meningkatkan
sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi.
b. Penyesuaian Kekuatan
Apabila beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar
semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan Supervisi
dan / atau Tim Direksi.
c. Penyesuaian Untuk Bahan-Bahan Baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi dan
bahan baru tidak boleh digunakan sampai Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan komposisi
baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa.
3. Penakaran Agregat
a. Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau
kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara
terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.
b. Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahan-kan
dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering
permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala.
Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi minimal 12 jam sebelumnya
untuk menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.
4. Pencampuran
Campuran beton harus mengikuti tabel campuran beton yang diberikan.
Uji pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk berbagai kelas
beton yang direncanakan dan harus mengikuti pengambilan contoh, perawatan
dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-
03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991
(AASHTO T141). Uji pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan
kemampuan pengerjaan (workability) yang diinginkan, dengan kekuatan yang
diperoleh kira-kira 30% - 40% lebih tinggi dari kekuatan yang direncanakan.
Kekuatan yang lebih tinggi (margin) yang diminta oleh Konsultan Supervisi dan /
atau Tim Direksi adalah untuk mencakup kemungkinan kegagalan hasil uji karena
keadaan mesin-mesin pengaduk, peralatan, tingkat pengawasan mutu, dan
terjadinya deviasi mutu beton. Campuran yang pada akhirnya ditentukan dari uji
pendahuluan akan tetap dipertahankan selama pekerjaan berlangsung kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi yang mana
perubahan dipandang perlu karena adanya perubahan dalam bahan atau hasil-
hasil pengujian. Kecuali ditentukan lain, mutu beton yang dipergunakan untuk
pekerjaan ini adalah mutu beton K-225.
ST. III.4.6 B E T O N
3. Pengujian Beton.
Semua benda uji percobaan harus diuji berdasarkan SNI 03-1974-1990 (AASHTO
T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI
03-2458-1991 (AASHTO T141).
a. Untuk pengujian harus dibuat 1 set (3 buah) benda uji yang diambil dari setiap
20m³ beton selama pengecoran.
b. Setiap benda uji harus diberi tanda berupa tanggal pengecoran, nomor urut,
dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh Konsultan Supervisi dan / atau Tim
Direksi dalam waktu 24 jam setelah benda uji tersebut dicor.
c. Benda uji percobaan harus diuji sampai hancur karena tekanan dan harus
dilakukan di bawah pengawasan Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
Lima dari setiap sepuluh buah benda uji percobaan harus diukur berat dan kuat
tekannya setelah 7 hari dan harus dilakukan dengan disaksikan Konsultan
Supervisi dan / atau Tim Direksi, sisanya dilakukan setelah 28 hari atau sesuai
dengan perintah Konsultan Supervisi dan / atau Tim Direksi.
d. Detail-detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data-data lain
seperti gride, jumlah semen yang dipakai, hasil analisis ayakan dari agregat,
dan perbandingan adukan dari bermacam-macam kelas beton, harus
disampaikan kepada Direksi dalam waktu 24 jam setelah penyelesaian
pengujian.
e. Setiap benda uji percobaan harus dibuat dari contoh yang diambil dari salah
satu adukan beton atau dari adukan yang ditunjuk oleh Konsultan Supervisi dan
/ atau Tim Direksi.
f. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari 80% dari kekuatan standar rencana
(design standard) yang dapat dilihat pada tabel campuran beton yang telah
diberikan dan dengan probabilitas lebih dari 1/20.
g. Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari kekuatan standar rencana (design
standard) dengan probabilitas 1/4.
i. Pengangkutan.
Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat
mungkin dari mixer untuk menjamin tidak akan terjadi blending atau segregasi
dari campuran agregat serta menjamin slump akan sesuai dengan nilai-nilai
yang ditentukan. Jika dipergunakan kereta dorong atau trolley maka jalan untuk
kereta dorong atau trolley tersebut harus dibuat rata agar beton tidak
bersegregasi selama diangkut.
j. Pengeringan Beton.
Selama proses pengerasan pertama, beton harus dilindungi dari pengaruh
panas matahari yang merusak, hujan, air yang mengalir, atau angin yang
kering. Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton dengan
metoda yang dianggap praktis.
Perlu diperhatikan bahwa kubus beton dan tetrapod beton precast yang akan
dipasang telah mencapai kekuatan tertentu sesuai spesifikasi teknik yang
disyaratkan.
Kubus beton harus disusun mulai dari elevasi paling bawah diatas geotekstil yang
telah dihamparkan terlebih dahulu dan harus disusun dalam lapisan horizontal secara
acak (random), dilanjutkan dengan penyusunan tetrapod beton precast sampai
mencapai ketebalan sesuai yang ditunjukan dalam gambar.