Anda di halaman 1dari 147

SPESIFIKASI TEKNIK DAN RENCANA

ANGGARAN BIAYA UNTUK


PENYEDIAAN AIR BAKU

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Biodata Pengajar
ARIF BUDHIYO
Jabatan
- K.I. Direktorat Air Tanah dan Air Baku ( 2021 – Sekarang )
- Jafung Teknik Pengairan Madya di Dit. ATAB (2018 - 2020)
- Kabid Konservasi Air Tanah dan Air Baku ( 2015 – 2018 )
- Kasubdit Evaluasi Kinerja dan SMM ( 2014 – 2015 )
- Kabid OP BBWS Citarum ( 2011 – 2014 )
- Kasi Program BBWS Citarum ( 2011 )
- Kasi Irigasi dan Rawa BBWS Citarum ( 2007 – 2010 )
- Kepala Staf Teknik Irigasi Andalan Jawa Barat ( 2006 )
- Bagpro Pembinaan Perencanaan Irigasi Andalan Jawa Barat ( 2005 )
- Bagpro Irigasi Wilayah Priangan Timur ( 2004 )

HP : 082121487479
Email : arifbudhiyo@yahoo.com
TOPIK BAHASAN SPESIFIKASI TEKNIK AIR BAKU
1. SPESIFIKASI TEKNIK UMUM

2. SPESIFIKASI TEKNIS KHUSUS

3. TATA CARA SURVEY DAN PENGKAJIAN BAHAN


KONSTRUKSI

4. ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN (AHSP)

5. PERHITUNGAN VOLUME PEKERJAAN


1. SPESIFIKASI TEKNIK UMUM
BAB .......
SPESIFIKASI TEKNIS
 
 I. SPESIFIKASI TEKNIS UMUM
 
1. Lokasi dan Uraian Singkat Pekerjaan.
Lokasi pekerjaan dapat dilihat pada peta lokasi, sedangkan uraian singkat pekerjaan diberikan pada Spesifikasi
Teknis Khusus.
 
2. Gambar Rencana Kerja.
Gambar Rencana Kerja yang dipakai pada pelaksanaan tercantum dalam Spesifikasi Teknis Khusus.

3. Spesifikasi Dasar.
Kecuali ditentukan lain, seluruh bahan yang dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan
ketentuan dalam Spesifikasi Teknis Khusus dan harus mengutamakan penggunaan bahan, peralatan dan jasa
produksi dalam negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam spesifikasi Standar Nasional Indonesia
(SNI) atau standar lainnya yang disetujui.
4. Rencana Mutu Kontrak
Draft Rencana Mutu Kontrak (RMK) Draft Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K) harus
sudah dibahas pada saat Pre Cost Meeting (PCM) dan Rencana Mutu Kontrak (RMK) beserta lampirannya
harus sudah diserahkan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah diterbitkan Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) untuk mendapat persetujuan dari pejabat berwenang. Rencana Mutu Kontrak
(RMK) tersebut harus memuat secara mendetail tahapan waktu dan cara pelaksanaan pekerjaan.
 
5. Peralatan dan Personil.
Segera setelah penandatanganan Kontrak, Penyedia Jasa harus sudah memobilisasi peralatan dan personil
yang akan digunakan di lokasi pekerjaan diketahui dan disetujui oleh Direksi Teknis, sesuai dengan jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan sebagaimana tertulis dalam daftar peralatan yang telah disampaikan
sebelumnya.
 

 
6. Perubahan Gambar Rencana Kerja/Redesain.
Bilamana selama pekerjaan ditemukan masalah teknis yang mengharuskan terjadinya perubahan dari gambar
rencana kerja, maka Penyedia Jasa harus membuat gambar yang diubah lengkap dengan perhitungannya
sesuai dengan usulan dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang bersangkutan, dikonsultasikan dan disetujui
Kasie. Pelaksanaan Balai Wilayah Sungai Kalimantan I.
 
7. Pengukuran Ulang (Uitzet)
7.1. Penyedia Jasa harus melaksanakan pengukuran ulang (uitzet ) sebelum pekerjaan fisik dimulai. Segala
biaya yang terkait dengan pengukuran ulang (uitzet) tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Hasil pengukuran ulang (uitzet) diserahkan dalam rangkap 3 (tiga).
7.2. Titik tetap sebagai referensi yang dipergunakan pada saat pengukuran ulang (uitzet), adalah Bench Mark
(BM) atau Control Point (CP) yang ada di sekitar lokasi pekerjaan atau sesuai dengan petunjuk Direksi
Teknis. (Sesuai dengan Spesifikasi Teknis Khusus).

7.3. Apabila menurut Direksi Teknis keadaan lapangan telah banyak berubah sejak dilakukan pengukuran
tersebut, atau hasil pengukuran tersebut meragukan, maka Direksi Teknis dapat memerintahkan kepada
Penyedia Jasa untuk mengukur ulang sebagian atau seluruhnya.
7.4. Gambar hasil pengukuran ulang (uitzet) agar diasistensikan kepada Pelaksana Teknis dan Direksi Teknis
dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
 
8. Pembayaran Kompensasi.
Semua pembayaran Kompensasi kepada Pihak Ketiga yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan harus
ditanggung oleh Penyedia Jasa dan harus sudah diselesaikan sebelum serah terima pekerjaan.
 
9. Tindakan Pengamanan Bagi Keselamatan Kerja.
Penyedia Jasa harus menyediakan perangkat keselamatan kerja, antara lain berupa lampu isyarat/tanda
pemberitahuan adanya kegiatan pekerjaan yang cukup dan sesuai serta mengambil tindakan pencegahan yang
diperlukan untuk perlindungan dan keselamatan umum.
 
 
10. Pemberitahuan Pelaksanaan.
Penyedia Jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sebelum pekerjaan
dimulai. Tidak boleh ada pekerjaan yang dapat dimulai sebelum mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK).
 
11. Bangunan Fasilitas Umum.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap keamanan dan kelangsungan fungsi dari bangunan
fasilitas/kepentingan umum seperti jalan, tiang listrik/telepon dan lain-lain yang terkena atau terpengaruh dengan
adanya pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan
dari yang berwenang.
 
12. Pekerjaan Persiapan.
12.1. Jalan Masuk.
Penyedia jasa harus membangun dan memelihara jalan masuk guna keperluan pengukuran,
pengangkutan dalam masa pelaksanaan sedemikian rupa sehingga dapat dilalui secara tetap oleh
kendaraan proyek dan kendaraan Penyedia Jasa maupun pejalan kaki.
Dalam penyelesaian pekerjaan konstruksi Penyedia Jasa harus memperbaiki jalan masuk yang rusak akibat
operasional pekerjaan, dibentuk sesuai keadaan semula.
12.2. Kantor Sementara di Lapangan.
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara kantor sementara di lapangan, lengkap dengan alat-alat
untuk Direksi Teknis beserta stafnya sesuai yang ditetapkan pada spesifikasi khusus.
Setiap kantor harus merupakan bangunan kayu yang kuat dan layak huni. Kantor harus dipersiapkan dengan pintu
dan dilengkapi dengan kunci, termasuk dengan penerangan, pembersihan yang teratur dan penyediaan air bersih
serta mandi, cuci, kakus (MCK).
Penyedia Jasa boleh menyewa rumah penduduk sebagai kantor Direksi Teknis yang sesuai dan atas persetujuan
Direksi Teknis. Kantor dan perlengkapannya harus disiapkan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dari
tanggal Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.
Jika Penyedia Jasa belum menyiapkan kantor Direksi Teknis dalam waktu di atas, maka Direksi Teknis akan
menyewa rumah penduduk sebagai kantor Direksi Teknis, sewa tersebut dibebankan kepada Penyedia Jasa
dan berlaku selama waktu pelaksanaan.
 
12.3. Bantuan Tenaga Kerja untuk Direksi Teknis.
Penyedia Jasa harus memberi bantuan kepada Direksi Teknis dan menyediakan tenaga kerja yang
dibutuhkan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan apabila dibutuhkan dari waktu ke waktu oleh Direksi
Teknis.

12.4. Peralatan Pengukuran.


Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara peralatan pengukuran beserta tenaga ukur yang baik dan
handal untuk dipakai sendiri oleh Direksi Teknis seperti terdaftar dalam Spesifikasi Khusus.
Alat dan perlengkapan beserta tenaga yang digunakan di lapangan pengukuran terlebih dahulu mendapat
persetujuan Direksi Teknis, semua alat dan perlengkapan tetap menjadi milik Penyedia Jasa.

12.5. Transportasi.
Penyedia Jasa harus menyediakan kendaraan roda-2 untuk dipakai oleh Direksi Teknis di lapangan.
Apabila menurut Direksi Teknis kendaraan tersebut tidak bisa dipakai, Penyedia Jasa harus
menggantinya
dengan tanpa penundaan.
Penyedia Jasa harus menyediakan semua keperluan lainnya seperti bahan bakar, oli dan sebagainya dan
harus menanggung biaya yang berhubungan dengan jalannya, pemeliharaan, perijinan dan asuransi.
Setelah selesai pekerjaan kendaraan tersebut dikembalikan kepada Penyedia Jasa.
Kendaraan tersebut tidak boleh ditukar dalam waktu pelaksanaan kecuali dengan ijin dari Direksi Teknis.

12.6. Foto Dokumentasi.


Penyedia Jasa harus melakukan pemotretan pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi Teknis. Minimum
tiga gambar harus diambil pada setiap lokasi yang memperlihatkan kondisi sebelum, sedang dan selesai
dilaksanakan . Foto pada tiap lokasi diambil dengan arah yang tertentu dan dalam posisi dan latar
belakang yang tetap (dalam satu titik fokus) dan mudah dikenali sebagai tanda.
Ketiga gambar dalam tahapan tersebut harus disusun dalam album dan direkam ke dalam Compact
Disc (CD).
Foto dicetak dalam 3 (tiga) set album dan harus diserahkan kepada Direksi Teknis pada
penyelesaian pekerjaan.
12.7. Pembuatan As Built Drawing.
As Built Drawing menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. As Build Drawing (ABD) agar
diasistensikan kepada Pelaksana Teknis dan Direksi Teknis disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK). Hasil As Built Drawing (ABD) dalam ukuran kertas A3 diserahkan dalam rangkap
3
(tiga).
12.8. Pelaporan.
a. Laporan Harian.
Penyedia Jasa berkewajiban membuat laporan harian untuk setiap bagian pekerjaan yang
ditetapkan oleh Direksi Teknis, laporan ini memuat antara lain :
 Kondisi cuaca.
 Peralatan, material dan tenaga kerja.
 Hambatan-hambatan pelaksanaan pekerjaan.
 Kemajuan pekerjaan.
 Data pengujian laboratorium (apabila dianggap perlu)
 Kecelakaan dalam pekerjaan.
 Semua informasi mengenai kemajuan pekerjaan.
 Persiapan-persiapan pekerjaan berikutnya.
 Hal-hal lain yang dianggap perlu.

b. Laporan Kemajuan Mingguan dan Bulanan.


Penyedia Jasa harus membuat laporan kemajuan pekerjaan mingguan untuk diserahkan pada Direksi
Teknis sebanyak 3 (triga) rangkap, memuat :
 Peta Situasi/Lokasi.
 Jadwal pelaksanaan (time schedule).
 Kemajuan fisik pekerjaan.
 Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh Direksi Teknis.
 Laporan ini akan diperiksa oleh Direksi Teknis sewaktu-waktu atau secara periodik.
Isi Laporan Bulanan, berupa rangkuman dari Laporan Harian dan mingguan. Seluruh laporan

tersebut di atas, pembiayaannya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.


 

13. Papan Nama Kegiatan Pekerjaan.


Penyedia Jasa harus membuat papan nama kegiatan pekerjaan di lokasi yang strategis dan mudah dibaca
Papan nama kegiatan pekerjaan tersebut harus lengkap, minimal meliputi : Nama Kegiatan Pekerjaan, Jenis
Pekerjaan, Waktu Pelaksanaan, Biaya dan Pemberi Pekerjaan serta Nama Pelaksana. Bentuk dan ukuran dari
papan nama pekerjaan akan diberikan apabila Kontrak Kerja sudah ditandatangani.
 
14. Kuantitas Analisa Harga Satuan
Kuantitas Analisa Harga Satuan yang terlampir pada Dokumen Lelang bersifat mengikat, terutama kuantitas
untuk analisa harga satuan pekerjaan beton, pasangan batu dan plesteran, karena akan berpengaruh pada
kualitas pekerjaan dimaksud.
11. SPESIFIKASI TEKNIK KHUSUS
II. SPESIFIKASI TEKNIS KHUSUS
 
1. Lokasi Pekerjaan dan Uraian Kegiatan
Lokasi pekerjaan terletak di ……………………..
Pekerjaan ini adalah Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Baku Kabupaten Sambas dengan uraian kegiatan
sebagai berikut :
 Pekerjaan Pendahuluan.
 Pekerjaan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku.
 Pekerjaan Konstruksi lainnya.
 
2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
2.1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang digunakan sebagai pedoman adalah jadwal yang telah disesuaikan
dengan tanggal dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
2.2. Pelaksanaan pekerjaan selama ………. (…………………) hari kalender, terhitung dari tanggal mulai kerja
sesuai Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
 
3. Peralatan
3.1. Peralatan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan dan harus disediakan Penyedia Jasa, adalah :
a. 1 unit Pick Up;
b. Butt-Fusion;
c. 1 unit gerobak;
d. 1 unit Genset;
e. 2 unit Chain Hok;
f. 1 unit Sepeda Motor.
g. 4 unit Ponton ukuran sedang
h. 4 unit Tug boat
i. 2 unit Tripot dan tackle
j. 1 unit Excavator PC 100
k. 3 unit Hammer 2,5 ton dan crane
l. 2 unit pompa penyedot lumpur Ø10”
3.2. Peralatan Pengukuran yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan siap dilapangan, antara lain :
m. Waterpass;
n. Theodolite;
o. Rambu;
p. Statip;
q. Meteran panjang 50 m
3.3. Peralatan Dokumentasi yang harus disiapkan oleh Penyedia Jasa dan siap di lapangan adalah Kamera
Digital.
Foto-foto kegiatan lapangan diserahkan rangkap 3 (tiga) berupa album dan CD.
 
4. Transportasi
Alat Transportasi yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan siap di lapangan, antara lain Kendaraan
bermotor roda dua.
Alat transportasi tersebut harus dalam keadaan baik (layak pakai).
 
5. Kantor Sementara dan Kelengkapannya di Lapangan
Kantor dan kelengkapannya harus disiapkan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dari tanggal Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Yang harus disiapkan minimal antara lain :
 Buku Tamu
 Buku Direksi
 Balpoint
 Kalkulator
 Spidol 12 warna
 Gambar Rencana Kerja (ditempel di dinding)
 Time Schedulle (ditempel di dinding)
 Gambar Kondisi cuaca tiap hari (diploting setiap hari)
 Rencana Mutu Kontrak (RMK)
 
6. Lokasi Kerja
Apabila lokasi kerja di pinggir jalan raya, perhatikan keselamatan pengguna jalan
dengan memasang rambu-rambu peringatan.
A. PEKERJAAN PENGUKURAN UITZET
DAN
AS BUILD DRAWING (ABD)

 T u j u a n.
1.1. Pengukuran Uitzet
Tujuan pengukuran uitzet adalah untuk memproyeksikan di lapangan, baik posisi maupun elevasi titik-titik yang ada pada
desain.
1.2. As Build Drawing (ABD)
Tujuan pengukuran As Buid Drawing (ABD) adalah untuk memperoleh data perhitungan volume pekerjaan terpasang atau
yang telah dilaksanakan di lapangan.
 
2. Peralatan.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran uitzet adalah 1 (satu) set Theodolit dengan ketelitian menit (T0), 1 (satu) set
Automatic Level (Water Pass), Rambu, Statip dan meteran panjang 50 m dalam kondisi baik.
 
3. Metoda Pengukuran dan Pematokan.
3.1. Titik tetap sebagai referensi yang dipergunakan pada saat pengukuran uitzet adalah BM yang ada disekitar
lokasi pekerjaan atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.

3.2. Jarak setiap patok kearah memanjang dibuat setiap 10 m' dan patok dibuat dari kayu ukuran 4/6 cm,
ditanam cukup kuat sehingga tidak mudah dicabut, bagian atas patok diberi nomor patok cat merah atau
sesuai petunjuk Direksi Teknis.

3.4. Pengukuran uitzet harus dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai atau setelah menerima SPMK, untuk
menentukan elevasi tanah asal serta posisi elevasi dan dimensi dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.
3.5. Mencatat titik koordinat, rencana awal bangunan dan akhir bangunan.

3.6. Apabila menurut Direksi Teknis, keadaan lapangan telah banyak berubah sejak dilakukan pengukuran
tersebut, ataupun hasil pengukuran tersebut meragukan, maka Direksi Teknis dapat memerintahkan
kepada Penyedia Jasa untuk mengukur ulang sebagian atau seluruhnya.

3.7. Pelaksanaan pengukuran uitzet diawasi bersama oleh Direksi Teknis.


3.8. Hasil Pengukuran (gambar) agar diasistensikan kepada Pelaksana Teknis dan Direksi Teknis.

3.9. Potongan melintang harus diambil sesuai jarak patok memanjang/ setiap posisi patok, kecuali ditentukan
lain.
 
1. Penggambaran.
Semua hasil pengukuran situasi, memanjang dan buku ukur agar diasistensikan terlebih dahulu kepada Direksi
Teknis dan Pelaksana Teknis untuk kemudian digambar pada kertas ukuran A3.
 
Skala yang Digunakan.
Peta Situasi, skala 1 : 1.000.
Penampang memanjang, skala horizontal 1 : 1.000 dan vertikal 1 : 100.
Penampang melintang, skala horizontal dan vertikal 1 : 100.
 
Gambar situasi dan memanjang dibuat dalam rangkap 3 (tiga).
Dituangkan dalam CD sebanyak 3 (tiga) set.
a. PEKERJAAN PEMBERSIHAN
 
1. Pembersihan.
1.1. Semua daerah di sekitar lokasi pekerjaan yang perlu dibersihkan, seperti yang ditentukan oleh Direksi Teknis
harus dibersihkan dari segala pohon-pohon, semak- semak, sampah dan bahan lain yang menganggu harus
dibuang, kecuali bangunan jika tidak diperintahkan lain dan disetujui oleh Direksi Teknis.

Umumnya hanya pohon-pohon yang menganggu bangunan yang dimaksud dalam spesifikasi ini, harus
dibuang dan ditumpuk di tempat-tempat yang ditunjuk oleh Direksi Teknis di sepanjang atau batas tanah
(right of way), dan tetap menjadi milik Pengguna Jasa. Pohon-pohon di sepanjang dan di luar batas tanah
harus dibiarkan tumbuh sejauh tidak menganggu pekerjaan. Sisa bongkaran bangunan reruntuhan dari
tempat-tempat pekerjaan harus dibuang menurut persetujuan Direksi Teknis tanpa pembayaran tambahan.
Pekerjaan dianggap disetujui sesudah semua bahan – bahan yang berguna dan peralatan dikumpulkan.

 1.2. Semua Kerusakan terhadap pekerjaan-pekerjaan dan milik umum atau perorangan yang diakibatkan
oleh pekerjaan pembersihan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa harus diperbaiki atau diganti atas
biaya Penyedia Jasa.
b. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI PERALATAN
 Penyediaan jasa harus mengadakan semua peralatan yang diperluakn serta tenaga untuk
menunjang
pelaksanaan pekerjaan, semua peralatan dan tenaga kerja haruslah sesuai dengan yang diperlukan dan
layak pakai dan cukup terampil untuk tenaga kerja tertentu
i. Untuk memudahkan dalam mensuplay bahan / material ke lokasi penyedia jasa harus
membuatkan jalan masuk menuju lokasi. Jalan masuk diusahakan jangan menggangu lalulintas
umum dan masyarakat sekitar lokasi pekerjaan
ii. Dalam penempatan Bahan / material hendaknya diatur sedemikian rupa agar mudah dalam
penggunaanya dan ditempatkan pada daerah yang cukup aman dan tidak menggangu aktifitas
warga sekitarnya
c. PEMBUATAN PERANCAH DAN JEMBATAN ANGKUT MATERIAL
i. Perancah dan jembatan angkut material harus dibuat untuk memudahkan dalam pengangkutan
tiang pancang dan dinding turap ke titik pemancangan dan sebagai kedudukan berdirinya alat
pancang serta berfungsi sebagai jembatan angkut material
ii. Perancah dan jembatan angkut material terbuat dari kayu bulat (dolken) Ө 8 – 10 cm panjang 4
meter, dibuat sepanjang rencana turap dan pengaman pipa dengan lebar 6 meter
d. PEKERJAAN KONSTRUKSI
 
E.1. PEKERJAAN TANAH

1. Pekerjaan Galian Tanah.


Galian adalah menggali tanah yang dilakukan baik secara mekanis maupun dengan tenaga manusia dan
mencakup penyediaan semua pekerjaan, peralatan, pembekalan dan material.
Pekerjaan galian tanah ada 2 (dua), yaitu :
1. Galian Tanah Biasa.
a. Semua dimensi galian harus dikerjakan menurut syarat-syarat yang ditunjukkan pada gambar atau
ditentukan oleh Direksi Teknis.
b. Galian tidak boleh dimulai sebelum ada izin dari Direksi Teknis.
c. Galian harus mencakup pembuangan bahan galian ditanggul atau tempat pembuangan bahan bekas pada
tempat yang ditentukan oleh Direksi Teknis.
d. Selama pekerjaan berjalan, mungkin perlu atau diinginkan adanya perubahan oleh Direksi Teknis
mengenai lereng-lereng atau dimensi-dimensi
penggalian sebagai perbaikan atau perubahan sesuai dengan spesifikasi.
e. Galian untuk bangunan atau konstruksi lain yang diperlukan, dibuat menurut dimensi dan elevasi rencana
telah ditentukan.
f. Semua penggalian harus cukup memberikan ruang kerja sementara yang diperlukan selama konstruksi.
g. Lereng, dasar saluran dan bangunan dirapikan sebaik mungkin, yang menurut pendapat Direksi Teknis
dapat dicapai dengan memakai peralatan yang telah disetujui pemakaiannya oleh Direksi Teknis.

1. Galian Dengan Excavator.


a. Penggalian semua bagian dari pekerjaan dengan excavator harus dilaksanakan sebaik-baiknya yang
memenuhi syarat (qualified), efisiensi sesuai dengan spesifikasi gambar-gambar rencana.
b. Sebelum pelaksanaan penggalian dengan excavator di daerah yang telah ditentukan, dipasang tanda
pembatas galian.
c. Volume galian untuk setiap penampangnya agar disesuaikan dengan ukuran seperti tercantum
dalam gambar rencana hasil pengukuran ulang (uitzet) yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa.
d. Dalam melaksanakan galian tanah, harus diperhatikan bila pada jalur galian terdapat bangunan seperti
jembatan atau bangunan lainnya, maka penggalian dengan excavator harus berhenti pada jarak
tertentu
(ditentukan oleh Direksi Teknis), sehingga tidak mengakibatkan pengaruh negatif pada bangunan
tersebut.
e. Tempat tertentu yang tidak mungkin digali dengan alat, maka harus digali dengan tenaga manusia,
terutama untuk tebing dengan kemiringan disamakan dengan galian alat.
f. Seluruh hasil galian harus ditumpuk pada jalur/tempat yang telah ditentukan oleh Direksi Teknis.
 
2. Pekerjaan Timbunan.
2.1. Penimbunan harus dilakukan sampai suatu elevasi tertentu sesuai petunjuk Direksi Teknis, agar jika terjadi
penurunan tidak akan lebih rendah dari muka tanah yang ada.
2.1. Material yang dipilih sebagai bahan timbunan harus bersih dari bahan organik.
 E.2. PEKERJAAN PEMANCANGAN TIANG DAN DINDING TURAP
 
PASAL 1 – UMUM
1.1. Persyaratan Umum
A. Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan pada bab ini,seperti terlihat atau terperinci harus sesuai
dengan persyaratan dari seluruh bagian dari kontrak dokumen.
B. Pekerjaan ini meliputi setting out (penentuan titik posisi tiang dilapangan sesuai dengan gambar
rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan pemancangan tiang pancang termasuk
percobaan beban pada tiang, penggaian setempat dan pemotongan kepala tiang.
  1.2. Lingkup pekerjaan yang termasuk :
Pekerjaan tiang pancang dan dinding turap ini harus terdiri dari hal-hal berikut :
1. Penyediaan tiang pancang dan dinding turap pondasi dari beton precast
2. Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja
3. Pemancangan tiang pancang/turap
4. Penyerahan semua data seperti ditentukan dalam spesifikasi dan seperti yang diminta oleh Engineer
5. Pemotongan kelebihan panjang dari tiang pancang
 
 
1.3. Jaminan Mutu
A. Standar-standar
Semua bahan-bahan dan pengerjaan harus sesuai dengan standar-standar berikut:
1. PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia
2. SK SNI T-15-1991-03 : Tata Cara PenghitunganStruktur Beton Untuk Bangunan
Gedung
3. SII 0192-83 : Mutu dan Cara Uji Elektroda Las Terbungkus Baja Karbon
Relieved Steel Strand for Prestress Concrete
Rendah
5.
4. ASTM A-416 ASTM A-82
: Standard : Standard
Spesification Spesification
for Uncoated for Cold
Seven Wire Drawn Steel Wire for Concrete
Stress
Reinforcemet
6. ASTM D-1143.81 : Standard Test for Piles Under (Reapproved 1987) Static Axial Compressive Load
7. ASTM D-3966.90 : Standard Test Method for Piles Under Lateral Loads
8. ASTM D-3689.90 : Standard Test Method for Individual Piles Under Static Axial
Tensile Load
B. Jaminan Pabrik :
Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta pengiriman bahan-bahan harus dari jenis yang sesuai
seperti disyaratkan
C. Jaminan Pekerja :
i. Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja dan pengawas yang berpengalaman
dalam pemancangan tiang dari jenis yang diusulkan, sedemikian sehingga mampu untuk mencapai kapasitas
tiang seperti yang disyaratkan pada berbagai macam kondisi tanah yang dijumpai.
ii. Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Engineer untuk menunjukkan bahwa pekerja
yang akan terlibat dalam pekerjaan ini berpengalaman untuk demikian.
D. Persyaratan Lapangan :
1. Kontraktor bertanggung jawab untuk memancang tiang pancang dengan ukuran dan jumlah seperti
diisyaratkan pada posisi seperti dinyatakan pada gambar denah lokasi turap, seperti yang telah
disetujui oleh Engineer.
Kontraktor harus didukung oleh team supervisi yang dapat dipertanggung jawabkan yang dilengkapi
dengan peralatan yang presisi dan sedikitnya dua orang memeriksa kelurusan dari setiap tiang
pancang selama pemancangan.
2. Tiang harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah sesuai dengan petunjuk “pengawas yang
ditunjuk”.
3. Urutan pemancangan tiang harus sesuai dengan petunjuk “pengawas yang ditunjuk”.
3. Tiang pancang yang rusak atau ditolak, menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus
disingkirkan dari proyek.
5. Dalam hal diperlukan penyambung (follower), maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.
1.4. Perubahan dan Penambahan
A. Panjang tiang yang sebenarnya boleh dimodifikasi oleh Engineer setelah percobaan pembebanan
tiang dan bilamana kondisi lapangan mensyaratkan perubahan demikian.
B. Setiap perintah perubahan harus mendapat persetujuan tertulis dari Engineer.
1.5. Penyerahan
Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut
kepada Engineer.
A. Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang tiang pancang harus diserahkan oleh kontraktor untuk disetujui oleh
Engineer.
B. Sertification :
Semua tiang pondasi yang dikirim proyek harus dilengkapi sertifikat dari pabrik.
C. Gambar Kerja :
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar kerja, metoda konstruksi, jadwal kerja dan daftar
perlengkapan kepada Engineer untuk mendapat persetujuan.

1.6. Kondisi Kerja :


A. Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah kerusakan dari tiang
pancang pancang pada waktu pengangkutan, penyimpanan dan pemancangan
B. Dinding turap/Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi tegangan-
tengangan yang melebihi rencana.
C. Dinding turap turap/tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak terjadi
kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan. Tumpukan harus ditempatkan pada posisi sesuai
dengan petunjuk (gambar) atau telah disetujui oleh pengawas yang ditunjuk atau dalam posisi dimana
kemungkinan terjadi tekanan dan deformasi sekecil mungkin.
D. Pemberian tanda pada dinding/ tiang pancang dicantumkan dengan cat pada tiap interval/jarak 0.5 m.
Panjang keseluruhan tiang harus dicantumkan dengan cat atau bahan lain yang disetujui. Penunjuk
panjang harus diberikan interval setiap 1.0 m.
PASAL 2. BAHAN – BAHAN / PRODUKSI
 
2.1. Hasil pabrik yang dapat diterima
Kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur dari beberapa pabrik yang menghasilkan jenis dinding turap
tiang
pancang yang sama dengan yang disyaratkan, untuk dipilih dan disetujui oleh Engineer.
2.2. Bahan-bahan tiang pancang
Bahan-bahan tiang pancang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan-
persyaratan berikut :
A. Dimensi/Ukuran-ukuran :
1. Jenis tiang pancang yang dipakai adalah Beton Precast /Prestress dengan ukuran dan panjang, seperti
ditunjukkan pada gambar-gambar struktur.
2. Kapasitasdinding/tiang harus memenuhi syarat .
B. Beton
Mutu beton precast/pabrikasi seperti turap,tiang pancang turap, balok penutup dan balok dan lantai dermaga
minimum yang dipakai adalah fc` - 20 Mpa atau K 225 (Cylinder), sedangkan mutu beton tiang pancang
adalah K-600, yang harus sudah dicapai pada waktu pemancangan.

C. Penulangan dan prestressing strands :


1. Prestressing strands harus “uncoated, bright seven wire, stress relieved 270 ksi “sesuai ASTM A-416”.
2. Spiral harus dibentuk dari “cold drawn bright steel wire” sesuai ASTM A-82 atau 6 mm U - 24

D. Peralatan Pemancangan
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan data lengkap dari peralatan yang akan
dipergunakan, jadwal pemancangan dan prosedur kerjanya termasuk mesin pancang dan peralatan yang
akan digunakan di lapangan
2. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada bentuknya. Hammer
(pemukul) harus dipilih yang sesuai untuk type pancang dan sifat dari kekuatan tiang pancang tersebut
3. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah memungkinkan untuk penempatan peralatan
pemancangan, pelaksanaan pemancangan dan percobaan beban.

2.3. Bahan-bahan lain yang harus disediakan.


Pengunaan bahan-bahan khusus :
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dalam penggunaan bahan khusus seprerti bahan tambahan,
perlengkapan las, pencegah karat dan semua bahan lain yang tidak diisyaratkan disini.
Percobaan - Percobaan ataupun biaya tambah lainnya sehubungan dengan pemakainan dari bahan-bahan tersebut diatas
adalah sepenuhnya tanggung jawab Kontraktor.
PASAL 3. PELAKSANAAN
 
3.1. Persiapan
A. Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usulan mengenai urutan rencana
pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan saling mengganggu.
B. Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus mendapat persetujuan dari Engineer.
Persetujuan demikian tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk pemancangan tiang yang
lancar dan bermutu tinggi. Semua kerusakan, keterlambatan dan tambahan biaya yang disebabkan karena
pemilihan metode harus ditanggung oleh Kontraktor.
C. Pengawas yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari waktu ke waktu apabila dianggap
perlu. Untuk perubahan demikian tidak ada biaya tambah.
D.Pemancangan tiang pancang pancang harus dilakukan dalam suatu operasi yang menerus dan tidak terganggu.
E. Kontraktor harus memancang tiap dinding/ tiang pancang tepat pada ordinat yang telah ditentukan pada
dokumen pelaksanaan. Setiap koordinat dindding/ tiang harus mendapat persetujuan dari pengawas yang
ditunjuk sebelum mulai pemancangan.
Dinding/tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan kerja yang telah direncanakan.
F. Kontraktor harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai untuk menjamin pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama
pemancangan.
G. Kontraktor harus mencegah pergeseran/pergerakkan dari tiang yang sudah terpancang selama tiang-tiang selanjutnya dipancang
ataupun karena fasilitas-fasilitas lainnya.
H. Kontraktor tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba untuk memindahkan atau membentuk tiang-tiang yang terpancang diluar
posisi sebenarnya baik pada waktu maupun setelah pemancangan.
3.2. Pemancang Tiang
A. Alat pukul (Hammer) dan penghentian pemancang tiang.
1. Untuk memancang tiang harus dipakai suatu alat pukul dari jenis disel (a diesel hammer type). Dalam pemilihan “driving
diesel hammer” haruslah dari berat yang memadai agar tidak merusak tiang. “Hammer” harus mempunyai persyaratn
minimum : berat ram 3500 kg (Kobe – 35 type).Atau disesuaikan dengan kemampuan dinding/tiang pancang
2. Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang ditunjukkan didalam gambar struktur atau dengan final set
yang disetujui dimana tidak lebih dar 20 mm untuk 10 pukulan terakhir

3. Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat pada garis yang benar baik secara lateral maupun
longitudinal seperti ditunjukkan dengan gambar
4. Toleransi yang diijinkan ketidak tepatan lokasi dan ketidak lurusan adalah 75 mm dan 1/80. Tiang – tiang harus
diarahkan
selama pemancangan dan bila perlu harus dibantu/diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada tiang
yang
berubah bentuk atau bengkok, maka tidak boleh dipaksa untuk meluruskannya kembali kecuali dengan persetujuan tertulis
dari pengawas yang ditunjuk
B. Test untuk mutu tiang.
Apabila pada waktu pemancangan suatu tiang, jumlah pukulan sangat tinggi (lebih dari 2000) atau apabila tiang dicurigai retak atau
patah, P.I.I. (Pile Integrated Test) atau test sejenis yang disetujui oleh Engineer harus dilakukan.
C. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang didekatnya (heave check).
Lakukan suatu “heave check” pada pemancangan kelompok tiang yang pertama dan pada kelompok yang dipilih seperti ditunjukkan
pada gambar.
1. Periksa “heave” dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada masing-masing tiang segera setelah selesai
pemancangan
2. Periksa ulan elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu kelompok selesai dipancang.
3. Bila ujung (tip) tiang mengalami “heave” lebih dari 6 mm dari posisi asli tiang tersebut harus dipukul lagi.
Bila dijumpai pile heave, lanjutkan pemeriksaan heave dan lanjutkan pemancangan sampai pengawas yang ditunjuk menyatakan
bahwa pile heave teratasi.
D. Penilaian dari kapasitas daya dukung.
Tiang-tiang harus harus dipasang sampai mencapai “final set” yang diijinkan oleh pengawas yang ditunjuk. Pengukuran langsung dari
set dan rebound harus memberikan kapasitas tiang yang ekivalen dengan beban kerja yang disyaratkan.
Set harus ditentukan di lapangan. Set haruslah dibuktikan dengan dua percobaan. Nilai konstanta yang akan dipakai untuk
memodifikasi rumus akan ditaksir oleh Soil Engineer setelah tiang pertama selesai dipancang dan setelah grafik rebound/set diperoleh.
E. Posisi-posisi tiang.
Posisi-posisi tiang dan ketidak lurusan harus didata oleh Kontraktor dan diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk pada
waktu berlangsungnya pekerjaan dan persetujuan akhir diberikan oleh pengawas yang ditunjuk dalam waktu tiga hari
sesudah tiang yang terakhir selesai dipancang. Sampai persetujuan tersebut diberikan, tak ada perlengkapan yang boleh
dipindahkan kecuali atas resiko Kontraktor sendiri.
F. Tiang-tiang yang rusak atau salah tempat
Apabila suatu tiang rusak pada waktu pemancangan, percobaan atau oleh sebab lain atau salah letak atau gagal pada waktu
percobaan beban, Kontraktor diisyaratkan untuk mengadakan penambahan tiang pada posisi yang ditentukan oleh Engineer
sedemikian sehingga akhirnya dihasilkan daya dukung yang sama.
G. Pendataan pemancangan tiang.
Kontraktor harus mengambil data dari setiap tiang yang dipancang dan dilengkapi para pengawas yang ditunjuk pada
masing-masing data, setiap hari.
Pemancangan, set dan rebound dari setiap tiang harus mengikuti persetujuan Engineer. Data pemancangan setiap tiang
harus diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk dan tembusan (copy)nya harus disimpan oleh Kontraktor.
Data-data laporan harus meliputi hal-hal berikut :
1. Nama proyek
2. Nomor tiang
3. Tanggal pemancangan
4. Cuaca
5. Set, rebound dan tinggi jatuh (ram height) pada 10 pukulan terakhir (last ten blow)
6. Dalamnya pemancangan dari level tanah
7. Level tanah
8. Panjang tiang.
9. Jenis alat pukul (Hammer Type)
10. Sambungan yang dipakai, jumlah dan jenisnya (kalau ada sambungan
11. Waktu/saat mulai dan waktu selesai pemancangan
12. Jumlah pukulan dan rata-rata set tiap 0.5m
13. Tinggi jatuh yang sebenarnya (actual ram stroke)
14. Semua informasi lain seperti yang disyaratkan oleh Engineer
Metoda pengukuran set dan rebound harus disetujui oleh Engineer. Recor diatas harus menunjukkan satu seri
pengukuran set selama seluruh proses pemancangan. Apabila pemancangan suatu tiang dimulai, maka harus dilakukan
sampai selesai dan mencapai set yang disyaratkan (kecuali waktu penyambungan).
H. Kepala tiang.
1. Setelah pemancangan selesai dilaksanakan Kontraktor wajib untuk memotong kelebihan panjang tiang pancang sedemikian
rupa sehingga panjang stek tulangan setelah pemotongan kepala tiang minimum 40 diameter tulangan tiang pancang
terbesar, sebagai pengikat ke-pur (pile cap).
Setelah pemancangan selesai, kontraktor harus segera melanjutkan dengan memeriksa level dan mencatat posisi-posisi
tiang secara detail dan akurat serta membandingkan dengan posisi yang dicantumkan pada gambar denah tiang.
Kontraktor harus menyediakan surveyor dilapangan untuk pekerjaan tersebut.
2. Stek tulangan tiang setelah pemotongan kepala tiang (panjang minimum 40 diameter) harus dalam keadaan bersih, lurus dan
baik.
2. Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat kawat
3. Batas pemotongan kepala tiang harus dapat sesuai dengan petunjuk/gambar.
I. Sambungan tiang dan pengelasan :
1. Kontraktor atau Pabrik pembuat tiang harus menyerahkan sistim sambungan tiang untuk disetujui Engineer sebelum
pemasangan di lapangan.
2. Detail dari sambungan harus terdiri dari :
a. Sistim sambungan yang aka dipakai
b. Detail pengelasan dan mutu dari bahan pengelasan
c. Prosedur pengelasan
d. Kualifikasi/kecakapan tukang las
J. Laporan dan pemeriksaan pekerjaan tiang pancang pancang.
Pada waktu selesainya pekerjaan dinding/ tiang, sebuah laporan yang tepat harus segera disiapkan dan diserahkan rangkap 6
(enam) kepada pengawas yang ditunjuk.
Hal-hal berikut harus termasuk juga dalam hal laporan :
1. Ringkasan pekerjaan (sketsa, metoda, tanggal waktu mengerjakan,dll).
2. Laporan tentang pukulan (blows)
3. Laporan harian pekerjaan dan laporan pemeriksaan :
a. Waktu yang disyaratkan untuk pemancangan
b. Jumlah pukulan
c. Kedalam pemancangan
d. Nilai pemancangan akhir
e. Nilai rebound
f. Daya dukung akhir yang diijinkan
4. Denah (lay out) tiang dan toleransinya.
3.3. Pembersihan.
Kontraktor harus memindahkan dan membongkar semua puing, tanah,kelebihan beton, keluar dari lokasi atau proyek seperti
ditunjukkan oleh pengawas yang ditunjuk tanpa biaya tambahan.
 
E.3. PEKERJAAN BETON
 
  1. Lingkup Pekerjaan
Semua konstruksi beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan yang akan dikerjakan harus sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk beton SNI-2. Bahan-bahan (ingredients) harus dalam proporsi yang menghasilkan
beton kental yang mudah dikerjakan yang dapat dikonsolidasikan sepenuhnya.
 
  2. Bahan Untuk Beton
2.1. Portland Cement (PC)
Portland Cement (PC) yang digunak an dalam pekerjaan beton kualitasnya memenuhi syarat standard Indonesia NI-8 atau
standard lainnya atas persetujuan ahli.
Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Teknis, kapan dan dimana semen itu dihasilkan, dan Direksi Teknis
senantiasa berhak memeriksa bahan tersebut.
Penyedia Jasa harus bersedia untuk memberi bantuan kepada Direksi Teknis dalam proses pemeriksaan ini. Semen harus
disimpan dalam tempat yang bebas dari gangguan cuaca/hujan dengan menyusun setinggi 30 cm diatas tanah dengan
maksimum tumpukan atau susunan 13 Zak. Setelah lebih dari 90 hari sejak tanggal pengiriman ke lapangan semen harus
dibuang/tidak boleh digunakan.
 
2.2. Agregat halus (Pasir)
Agregat halus adalah pasir alam yaitu pasir yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa yang didapat dari Sungai atau
sumber alam lainnya yang dapat disetujui oleh Direksi Teknis.
Penyedia Jasa memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Teknis mengenai sumber alam/quarry, guna mendapatkan
persetujuan Direksi Teknis. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Teknis contoh pasir yang akan digunakan.
Pasir yang digunakan harus bersih, bebas lumpur, karang serta bahan organik dan bahan-bahan lain yang dapat merusak
mutu beton. Semua pasir yang dipakai untuk campuran beton adalah pasir yang berkualitas baik dan disetujui oleh
Direksi
Teknis.
 
2.3. Agregat Kasar (batu pecah)
Agregat harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus dan tidak mudah pecah.
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butiran antara 10 – 30 mm, atau sesuai dengan petunjuk Direksi
Teknis.
Batu yang digunakan adalah batu pecah yang berasal dari gunung batu atau dari batu besar yang bermutu kwarsa dan
keras.
 
2.4. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik,
garam dan kotoran lain dalam jumlah yang dapat merusak.
Bila diperlukan oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus menunjukkan sumber air yang digunakan serta disetujui oleh Direksi
Teknis.
 
2.5. Bahan Pembantu (Additif)
Untuk memperbaiki mutu beton, sifat pengerjaan, waktu pengikatan, dan mempercepat pengerasan, dapat dipakai
bahan pembantu yang jenis dan jumlah bahan pembantu yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Teknis.
Manfaat dari bahan pembantu dapat dibuktikan dengan hasil percobaan dan selama bahan pembantu ini dipergunakan
harus diawasi dengan cermat terhadap pemakaiannya.
   2.6. Besi
Semua besi untuk penulangan beton, adalah baja tulangan yang mempunyai mutu U-39 dan berpenampang bulat dengan
ukuran
disesuaikan dengan gambar rencana.
 
 
2. Kelas dan Mutu Beton

Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standard Nasional Indonesia ( SNI – 2 ) menurut table ini
 
Pengujian terhadap  
   
Σbk dalam Σbm dalam Pengujian Terhadap
Kelas Mutu Kategori Bangunan Kualitas Agregat Kekuatan
Kg/cm² Kg/cm²
(tujuan) Tekanan

I B0 - - Non – Strukturil Ringan Tanpa

II B1 - - Strukturil Sedang Tanpa

  K-125 125 200 Strukturil Ketat Kontinue

  K-175 175 250 Strukturil Ketat Kontinue

III K-225 225 300 Strukturil Ketat Kontinue


 
1. Komposisi/Campuran Beton
A. Sebelum pekerjaan beton dilaksanakan diwajibkan untuk membuat Job Mix Formula (JMF) sesuai dengan spesifikasi beton
yang disyaratkan.
a. Untuk struktur karakteristik kekuatan tekanan yang disyaratkan minimal K. 175.
b. Untuk Sheet Pile, spunpile dan tiang pancang beton karakteristik kekuatan tekan yang disyaratkan minimal K. 175.
B. Beton harus dibentuk dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil/batu pecah, air seperti yang ditentukan sebelumnya,
semuanya dicampur dalam perbandingan yang telah ditentukan/serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai kekentatan yang
baik/tepat.
C. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil secara umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang
cukup dan harus dilakukan dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar B1,
K125, k175 dan K225. Pada umum B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan-bahan
sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K125, K175 dengan keharusan untuk
memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinue dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji.
D. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II- derajat K175, dan Penyedia Jasa harus memperoleh derajat yang patut apabila
perlu oleh Direksi Teknis, dengan mengkombinasikan ukuran agregat yang proposional, agar diperoleh sepatutnya.
E. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai
dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
F. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan, juga mempunyai
kepadatan yang tepat, kekedapan, keawetan atau kekuatan yang dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlalu banyak.
G. Penambahan air untuk mengganti kekakuan beton sebagai akibat dari campuran yang berlebihan atau pengeringan atau
pengeringan yang tidak dapat diterima sebelum dipasang, tidak akan dibolehkan. Akan dibutuhkan keseragaman dalam
konsistensi beton dari adukan ke adukan.
 
 3.2. Perlengkapan Mengaduk
Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan
mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentukan beton. Perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya harus
mendapatkan persetujuan Direksi Teknis.
 3.3. Mengaduk
A. Kecuali jika disetujui oleh Direksi Teknis tentang beton kelas I, Penyedia Jasa harus membuat proporsi ingredient tiap partai
beton dengan teliti menurut berat.
B. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu sesudah semua bahan
(kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengadukan
berkapasitas lebih besar dari 1,5 m³. Direksi Teknis berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan
dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam.
C. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsisten dari adukan ke adukan kecuali bila diminta perubahan dalam komposisi atau
konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dalam selama pekerjaan mencampur. Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya)
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak diperkenankan.
 
3.5. Suhu
Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32º C dan tidak kurang dari 45º C. Bila suhu beton yang ditaruh berada
antara 27º C dan 32º C, maka beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
 
3.6. Cetakan
A. Cetakan haruslah sesuai dengan bentuk, bidang-bidang, batas-batas dan ukuran dari hasil beton yang diinginkan seperti pada
gambar-gambar atau seperti ditetapkan Direksi Teknis.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab sendiri atas pekerjaan cetakan. Bahan yang akan dipakai untuk cetakan harus
disetujui oleh Direksi Teknis.
Namun demikian, tidak melepaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya atas memadainya cetakan.
Direksi Teknis sewaktu-waktu dapat menolak tiap bagian cetakan yang ternyata rusak dan Penyedia Jasa harus membuang
cetakan yang ditolak itu pekerjaan dan menggantikannya atas biaya sendiri.

B. Cetakan untuk mencetak beton dan dibuat sesuai menurut bentuk dan ukuran yang ditentukan. Cetakan dapat dibuat dari
lembaran Plywood/papan kayu yang halus dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan
yang sempurna seperti terperinci disini.
C. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki, dimanapun juga dari bagian jalan air. Cetakan untuk permukaan yang
demikian dapat dibuat dari kayu ataupun plywood dan harus dalam segala hal benar-benar berbentuk dan berukuran yang dikehendaki
dan harus memiliki kekuatan dan kekakuan yang tepat pada tempat dan bentuknya selama pembebanan dan selama berlangsung
pekerjaan beton.
D. Semua cetakan yang dibuat harus kuat dan kokoh. Harus bersedia alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka
cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai.
E. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya sehingga dicegah pengembangan atau gerakan selama
penuangan beton. Selama Pengecoran pada pilar-pilar beton (concrete piels), cetakan-cetakan dapat disangga dengan perancah dan
penyangga cetakan harus bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan terjadi penurunan cetakan selama pelaksanaan.
G. Pemakaian kawat yang menembus beton untuk memantapkan cetakan pada posisinya tidak diperbolehkan. Baut yang menembus beton
boleh dipakai, tetapi jumlahnya harus ditekan serendah mungkin untuk memantapkan pekerjaan cetakan.
Diameter baut tidak boleh kurang dari 12 mm dan dari jenis dengan tudung yang dapat dibukakan dapat dikeluarkan dengan mudah.
Setelah tudung dilepaskan, lubang-lubang harus disiar dengan rapih dan benar dengan adukan semen. Harus dijamin agar warna siar
sama dengan permukaan sekelilingnya kalau kering.
Cetakan yang masih baik, tidak melengkung boleh dipakai kembali asalkan memenuhi persyaratan yang dispesifikasikan. Cetakan
cetakan itu harus dibersihkan sebelum pemakaian kembali dan harus diperbaharui sebagaimana diperintahkan Direksi Teknis.
H. Dimana ditunjukkan pada gambar, atau kalau sebaliknya diminta atau diperintahkan oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus
memasukkan pelat, pengait angker (anchor hooks), klem (brackets) selama pekerjaan berjalan. Pengait angker dan lain-lain ini
harus distel dan ditopang dengan ketat dan garis serta muka harus disetujui oleh Direksi Teknis sebelum pembetonan dimulai.
Tidak
ada tulang beton yang boleh dipotong untuk memungkinkan fiting dan lain-lain dicetak ke dalam pekerjaan tanpa persetujuan
Direksi Teknis. Beton harus dikerjakan betul-betul mengelilingi fiting dan lain-lain untuk menjamin ikatan yang lengkap sehingga
tidak ada kebocoran akibat adanya fiting dan lain-lain itu.

3.6. Pemasangan Tulangan Beton


A. Pembengkokan Tulangan.
Semua bengkokan harus dibuat dengan melalui penggulung yang berputar bebas. Pemanasan tulangan beton hanya akan
diizinkan atau disetujui oleh Direksi Teknis. Kecuali dicatat sebaliknya secara khusus pada gambar, pembengkokan harus
menaati standar yang telah ditentukan.
Batang-batang tulangan yang salah dibengkokan tidak boleh diluruskan atau dibengkokan lagi, dan tidak boleh
dipergunakan lagi.
B. Toleransi Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.
a. Tulangan beton baja harus dipotong dari batangan-batangan yang lurus, tidak kusut, bengkok atau cacat lain. Semua
tulangan harus disediakan dalam panjang penuh yang dicantumkan di Gambar. Kecuali di mana dicantumkan, tidak
diizinkan ada sambungan batangan kecuali diizinkan oleh Direksi Teknis.
b. Sambungan tidak boleh kurang dari panjang yang dicantumkan dalam Gambar yang selalu harus menjadi pilihan
diatas
standar yang telah ditetapkan.
c. Kawat utama lembar tulangan beton dari anyaman baja harus disambung paling sedikit 30 mm dan kawat melintang
paling sedikit 150 mm.
d. Penyedia jasa harus mengetahui informasi yang diberikan di Gambar dan dalam Spesifikasi, untuk memperoleh
kebutuhan yang tepat atas tulangan beton baja untuk pekerjaan. Penyedia Jasa harus menyusun sendiri jadwal
pembengkokan batangan.
e. Penjelasan tulang beton baja lunak membutuhkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis.

C. Toleransi Pada Pemasangan Tulangan.


a. Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar-gambar rencana. Apabila
tidak ditetapkan lain oleh perencana pada pemasangan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti tercantum dalam
ayat-ayat berikut.
b. Terhadap dudukan diarah ukuran konstruksi yang terkecil ditetapkan sebesar ± 6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang
dan sebesar ± 12 mm untuk ukuran lebih dari 60 cm.
c. Terhadap kedudukan bengkokan di arah memanjang ditetapkan toleransi sebesar ±50 mm, kecuali pada bengkokan akhir.
d. Terhadap kedudukan akhir dari batang ditetapkan toleransi sebesar ±25 mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal
penutup beton di ujung batang memenuhi yang disyaratkan.
e. Terhadap dudukan batang – batang plat dan dinding ditetapkan toleransi di dalam bidang tulunagan sebesar ± 50 mm.
 
f. Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan spiral dan ikatan-ikatan lainnya ditetapkan
toleransi sebesar ±25 mm.
g. Apabila pipa-pipa atau benda-benda lain direncanakan menembus beton atau ditanam di dalam beton,
maka tulangan tidak dipotong dan tidak boleh digeser tempatnya lebih jauh daripada toleransi yang
ditentukan di atas.

 E.4. PEKERJAAN BAJA TULANGAN


 
1. Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan Spesifikasi dan
Gambar, atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Penerbitan Detil Pelaksanaan
Detail pelaksanaan untuk baja tulangan yang tidak termasuk dalam Dokumen Kontrak pada saat pelelangan
akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah peninjauan kembali rancangan awal telah selesai menurut Seksi 1.9
dari Spesifikasi ini.
3) Standart

SNI 07-6401-2000 : Spesifikasi Kawat Baja dengan Proses Canay Dingin untuk Tulangan Beton

SNI 03-6812-2002 : Spesifikas iAnyaman Kawat Baja Polos yang Dilas untuk Tulangan Beton

SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton

AASHTO M31M - 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete Rein-forcement

AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and Railway Bridges
b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan yang di las yang memenuhi SNI
03-6812 - 2002 dapat digunakan.
2) Tumpuan untuk Tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton pracetak dengan mutu fc’ 20 MPa
seperti
yang disyaratkan dalam Seksi 7.1 dari Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau
bahan
lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan. 3) Pengikat untuk Tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi SNI 07-6401-2000.
 3. Pembuatan dan Penempatan
1) Pembengkokan
a). Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai
dengan
prosedur SNI 03-6816-2002, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan,
bengkokan –
bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan
pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah banyak.
b). Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan selimut beton minimum yang disyaratkan
  b). Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan dengan mesin pembengkok.
dalam Pasal 7.3.1.(5) di atas, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
  2) Penempatan dan Pengikatan
a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak,

percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan degan beton.
c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran.
Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
 
d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang
tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada penampang
beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
 
e) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan
batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
 
f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam Gambar atau secara khusus diijinkan oleh Direksi
Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini
dalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan
engan air tidak diperkenankan.
 
g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga tidak akan terekspos.
h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian tumpang tindih dalam sambungan paling
sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus dihentikan pada
sambungan antara pelat.
  i) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan
dan diolesi dengan adukan semen acian (semen dan air saja).
  j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan
kerja,
lantai untuk kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.
 
4. Pengkuran dan Pembayaran
1) Pengukuran untuk Pembayaran
a) Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan. Jumlah kilogram yang
dipasang harus dihitung dari panjang aktual yang dipasang, atau luas anyaman baja yang dihampar, dan satuan berat dalam kilogram
per meter panjang untuk batang atau kilogram per meter persegi luas anyaman. Satuan berat yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan
akan didasarkan atas berat nominal yang disediakan oleh pabrik baja, atau bila Direksi Pekerjaan memerintahkan, atas dasar pengujian
penimbangan yang dilakukan Penyedia Jasa pada contoh yang dipilih oleh Direksi Pekerjaan.
 
b) Penjepit, pengikat, pemisah atau bahan lain yang digunakan untuk penempatan atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya
tidak
akan dimasukkan dalam berat untuk pembayaran.
c) Penulangan yang digunakan untuk gorong-gorong beton bertulang atau struktur lain di mana pembayaran terpisah untuk
struktur yang lengkap telah disediakan dalam Seksi lain dari Spesifikasi ini, tidak boleh diukur untuk pembayaran
menurut Seksi ini.
 
2) Dasar Pembayaran
Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti yang diuraikan di atas, harus dibayar pada Harga
Penawaran Kontrak untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di bawah ini, dan terdaftar dalam Daftar Kuantitas, dimana
pembayaran tersebut merupa-kan kompensasi penuh untuk pemasokan, pembuatan dan pemasangan bahan, termasuk
semua pekerja, peralatan, perkakas, pengujian dan pekerjaan pelengkap lain untuk menghasilkan pekerjaan yang
memenuhi ketentuan.
 
1. PENGADAAN PIPA DAN ACCESORIES
 
1. REFERENSI DAN STANDARD

Referensi standard dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai jenis dan kualitas material yang diminta. Semua material-material yang dikirim
harus seratus persen baru (bukan material bekas), dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang ditentukan. Standard yang
dapat diterima adalah :
SII - Standard Industri Indonesia.
ISO - International Organization For Standartdzation.
JIS - Japanese Industrial Standard.
BS - British Standard.
DIN - Deutche Industrie Norm.
AWWA - American Water Works Association.
ASTM - American Society for Testing and Materials.
ANSI - American National Standard Institute.
SNI - Standard Nasional Indonesia.

2. Bahan Pipa dan Fitting


Bahan pipa yang ditawarkan dapat berlainan dengan bahan pipa yang tercantum dalam dokumen lelang ini, dengan syarat bahwa bahan pipa
yang ditawarkan mempunyai kualitas keseluruhan yang sekurang-kurangnya sama dengan apa yang tercantum dalam dokumen lelang ini. Dalam
hal bahan pipa yang ditawarkan berbeda dengan apa yang tercantum dalam dokumen lelang ini, peserta pelelangan harus menyertakan
gambar-gambar detail junction (gambar detail penyambungan pipa) disertai dengan jumlah dan spesifikasi dari tiap material yang
ditawarkan. Seluruh pipa dan fitting yang ditawarkan harus dapat digunakan didaerah tropis dengan temperatur air yang mengalir antara 15 – 35o
C dan pH antara 6 sampai dengan 8. Seluruh pipa dan fitting akan ditanam di dalam tanah kecuali untuk hal-hal khusus yang membutuhkan lain.
3. Tekanan Kerja

Tekanan kerja dari pipa minimal 63 meter kolom air (bar) atau 6,3 Kg/cm 2 dan tekanan pengujian minimal 2 (dua) kali tekanan kerja pipa.
Penyedia jasa dapat menyertakan tanda bukti hasil pemeriksaan tekanan kerja dari pipa/fitting pipa yang ditawarkan.
 
4. SPESIFIKASI TEKNIK PIPA HDPE DAN FITTING

1. Spesifikasi Teknik Material Pipa HDPE dan Fitting :


Bahan utama : Polyethelene
Standar : ISO-4427
Sambungan : Butt Fusion
Fitting : Terbuat dari bahan yang sama
Kandungan Karbon : 2 - 2,5%
Tekanan Kerja : 12,5 - 8 kg/cm2
Warna : hitam
Tekanan Uji : 12,5 Kg/cm2
Kelas : HDPE PE 100; SDR21; PN 12,5-8; OD 400, 350 & 200.
Panjang Minimal : 6 Meter
2. Standard
Standard pipa HDPE mm yang digunakan sesuai dengan ISO-4427 dan ISO-12162 serta mendapatkan sertifikasi SNI : 06-4829-
2005 (Pipa Polietilena untuk air minum). Pipa yang ditawarkan harus buatan pabrik yang sudah sertifikasi ISO dimaksud. Setiap
pipa harus mempunyai tanda/cap pada bagian luar yang menunjukkan diameter nominal, kelas, nama pabrik pembuat dan trade
mark.
Setiap pipa mempunyai ketebalan menurut kelasnya dan merata sesuai dengan ketentuan pabrik baik pada ujung maupun
bagian tengah pipa. Bila di lapangan terdapat material yang tidak memenuhi standard dalam kelasnya maka Penyedia jasa dapat
dikenakan sanksi untuk mengganti sebagian atau pun seluruh material yang telah dikirim dan segala biaya ditanggung Penyedia
Jasa.
 

Spesifikasi material pipa HDPE harus memenuhi kriteria sebagai berikut :


Properties Test Methode Units Typical Value

Melt Index (190 /5 Kg)


o
ASTM D 1238 g/10 min 0.21

Density ASTM D 1505 g/cm3 0.961


Color     Black
Mechanical Properties
Enviromental Stress Crack Resistance ASTM D 1693 B Hours >1000

Tensile Strength at Yield Point at Break Point. ASTM D 638 Kg/cm2 230
ASTM D 638 Kg/cm2 350
Elongation at Break Point ASTM D 638 % > 700

Flexural Modulus ASTM D 747 Kg/cm2 8500


Izood Imoact Strength ASTM D 256 Kg.cm/cm 20

Vicat Softening Point ASTM D 1525 C


o
122

Brittleness Temperature ASTM D 746 C


o
< -70
Other properties
OIT at 210o C ISO TR 10837 Min ≤ 30
Carbon Black Content ISO 6964 % 2.0˜2.5
Carbon Black Dispension ISO CD 11420 Note ≤3
Bahan baku pipa pipa HDPE harus tersertifikasi sesuai ISO 12162 dengan Minimum Required Strength
(MRS) 11.2 pada suhu 20o C untuk umur pakai 50 tahun.
Pipa HDPE dapat dipasang di jalan, dengan kondisi tanah kurang baik.
Untuk memastikan pipa HDPE dapat mengatasi kondisi tanah tersebut, produsen pipa HDPE dapat
melampirkan laporan mengenai penguburan pipa dan kalkulasi sesuai dengan standard Autralia AS
2566.1 atau standard International yang menyatakan :
a. PE resin design strength (Kekuatan design bahan baku).

b. Soil-peat sand (Tanah-tanah gambut).

c. Load-highway loading (beban jalan raya)

d. Condition of pipe under vacuum (kondisi pipa dalam keadaan vacum)

e. Recommendation on trench depth, size, backfill, bedding compaction (rekomendasi kedalaman

galian, dimensi, pasir dan pemadatan).

 
Laporan tersebut akan menyatakan ketahanan pipa HDPE terhadap :
a. Defleksi

b. Ketahanan

c. Tekanan Dalam (internal pressure)

d. Combined Loading (Kombinasi Beban)

e. Buckling (Lipat)

Suplier/pabrik pipa HDPE memberikan dukungan teknis sebagai berikut :


a. Rekomendasi penyambungan dan gambar bawah tanah.

b. Penyambungan pipa yang sesuai standard International.

c. Meminjamkan mesin las secukupnya selama pekerjaan berjalan. Mesin las ini tetap milik pabrik pipa
HDPE dan segala kerusakan yang disebabkan oleh penyedia jasa selain.

d. Menyediakan manual/petunjuk penyambungan pipa dan quality assurance dalam bahasa Indonesia.
Menyediakan minimal 1 (satu) orang teknisi atau quality Assurance di lapangan selama pekerjaan
a. berlangsung untuk mentraining serta mensupervisi penyambungan dan membuat laporan kualitas
tiap sambungan.

b. Sebelum dilakukan pengiriman barang, suplier/pabrik dapat mengundang Pengguna Jasa (sekurang-
kurangnya 3 orang) untuk menginspeksi keberadaan bahan baku di pabrik minimal 25 % dari total
kebutuhan bahan baku tersebut sebelum pipa di produksi dan melakukan pengetesan pipa untuk
setiap batch atau per diameter dan aksesorisnya di pabrik sesuai spesifikasi teknis yang disyarakatkan
dalam dokumen lelang, dan biaya tersebut sudah termasuk dalam penawaran.

3. Kelas

Bila tidak disebutkan dalam volume pekerjaan (Bill of Quality) yang digunakan adalah jenis pipa
HDPE PE 100, minimal PN 8 dengan tekanan kerja minimal 8 Kg/cm2, menurut standard SII yang
berlaku dan mempunyai panjang efektif minimal 6 meter.
 
4. Sambungan
Bila tidak disebutkan lain dalam uraian pekerjaan, sambungan pipa HDPE digunakan dengan cara
Butt Fusion

5. Fitting
Fitting sambungan harus sesuai PN 8 kg/cm2 dan bila tidak disebutkan lain dalam volume
pekerjaan (Bill of Quality), maka sistem sambungan menggunakan cara Butt Fusion.

5. SPESIFIKASI TEKNIK PIPA GALVANIS DAN FITTING

1. Spesifikasi Teknik Material Pipa Galvanis dan Fitting :


1.1. Standar : SII-0161-81.
: ASTM A 53/A
1.2. Sambungan : Las, Ulir, Flange.
1.3. Bahan Fitting : Besi Tuang.
1.4. Tekanan Kerja : 10 Kg/cm2
1.5. Standar Fittimg : SII 0598-81
: ISO 2531
: SII 1718-85
1.6. Pelapis Fitting : Coaltar enamel.
1.7. Tekanan Kerja : 25 Kg/cm2
1.8. Lapisan Dalam : Cement mortar linning.
1.9. Lapis Luar : Black Asphalt varnish tebal 1mm
1.10. Panjang minimal : 6 meter.

2. Standar dan Kelas


Standard yang digunakan adalah yang memenuhi Standard Industri Indonesia SII-0161-81
atau ASTM A 53/A atau digunakan standard yang lain yang sama atau lebih baik mutunya. Pipa
yang dikirim harus sudah diberi cap dari pabrik yang dapat menunjukkan dari/asal pabrik,
Standard yang digunakan, diameter nominal dan kelas pipa. Pipa baja untuk diameter 400 mm
mampu memikul tekanan kerja minimal 25 kg/cm2. Panjang efektif tiap pipa adalah 6
meter kecuali ditentukan lain. Tebal dinding pipa baja dan fitting pipa sesuai dengan standard SII
atau standard lain yang memenuhi persyaratan untuk pipa air minum dengan tekanan baja
minimum 25 kg/cm2. Setiap ujung pipa harus dibuat berbentuk tirus.
Khusus untuk pipa yang digunakan sebagai selubung pipa HDPE harus mengacu pada standard
AWWA C 200.
3. Sambungan Pipa Baja dengan Flange
3.1. Banyaknya kuantitas pipa baja dengan jenis sambungan dengan flange
seperti yang ditunjukkan dalam volume pekerjaan (Bill of Quality).
3.2. Pipa untuk jenis sambungan ini berbentuk spigot di kedua ujungnya dan sudah
berbentuk tirus.
3.3. Flange, baut dan mur untuk penyambungan pipa ini adalah jenis lose flange
dibuat dari baja dan dicoating anti karat.
3.4. Untuk memudahkan pengelasan antara flange dan pipa diameter lubang flange
untuk pipa harus pas masuk dengan pipa.
3.5. Dimensi flange dibuat sesuai dengan standard ISO 2531 dan khusus dibuat
untuk menerima tekanan kerja minimal sebesar 10 kg/cm2 dan ukurannya disesuaikan
untuk memudahkan pemasangan/antara pipa dengan fitting atau accessories.
3.6. Harga penawaran yang diajukan sudah termasuk perlengkapannya, seperti mur
baut, ring dan gasket/packing.
3.7. Pipa baja untuk sambunganv las diperlukan pipa baja dengan expant point joint pipe
yang disalah satu ujung pipa sehingga berbentuk mirip socket dan ujung satu lagi berbentuk
spigot. Panjang efektif pipa adalah 6 meter.
3.8. Expanded Pipe tersebut sudah diberi lapisan anti karat baik disisi sebelah dalam
maupun sebelah luar.

4. Sambungan Pipa dengan Sistem Ulir


4.1. Untuk sambungan ulir harus memenuhi standard ISO 7/1” Pipe threads
where presure tight joint are made on the threads”
4.2. Pipa jenis sambungan ini, dikirim sudah diberi ulir dikedua ujungnya dan pipa
sudah di galvanis.
4.3. Kedua ujung pipa ditutup dop plastik tebal dengan baik untuk melindungi ulit
dari karat.
4.4. Harga penawaran adalah sudah termasuk sebuah socket setiap pipa untuk
penyambungannya.

5. Gasket.
5.1. Terbuat dari sistem rubber dengan standard BS. 2494 atau semutu
(sederajat).
5.2. Gasket bekas sama sekali tidak boleh digunakan.
5.3. Ketebalan minimal 3 mm.
5.4. Jumlah gasket yang ditawarkan dengan imbuhan 10%.

6. Mur, Baut dan Ring


6.1. Terbuat dari Low Carbon Steel yang ukurannya sesuai untuk pemasangan tiap
flange dan kepala baut berbentuk hexagonal dan anti karat.
6.2. Jumlah dan ukuran mur, baut dan ring yang ditawarkan adalah untuk setiap
pasang flange yang mempunyai spesifikasi teknis sama dengan imbuhan 10 %.

7. Fitting.
Fitting untuk pipa baja dengan diameter lebih dari 50 mm terbuat dari besi tuang kelabu dan
memenuhi standard SII 0598-81
7.1. Flange dan fitting harus sesuai standard ISO 2531
7.2. Spigot dari fitting harus sesuai ukuran diameter luar pipa baja.
7.3. Ulir dari fitting untuk fitting dengan diameter lebih kecil dari 100 mm harus sesuai dengan
standard ISO 7/1. Bagian luar fitting dengan diameter lebih atau
sama dengan 100 mm, harus diberi lapisan lindung “Coal tar enamel” sesuai standard SII 1718-
85.
Sedangkan untuk fitting lebih kecil dari 100 mm diberi lapisan galvanis.

6. SPESIFIKASI TEKNIK GATE VALVE


1. Spesifikasi Teknik Gate Valve :
1.1. Standar : AWW A C 500.
: ISO 2531.
1.2. Sambungan : Flange.
1.3. Jenis : Non rising stem.
1.4. Arah Putaran : Membuka berlawanan arah jarum jam tutup
searah Jarum jam.
1.5. Tekanan Kerja : 100 Kg/cm2
1.6. Bahan Body : Besi Tuang.
1.7. Bahan Stem : Perunggu/Steinless Stell.
1.8. Body Seat Ring : Kuningan/Perunggu.
1.9. Disk Seat Ring : Kuningan/Perunggu.

2. Bila tidak disebut dalam daftar kuantitas pekerjaan maka Gate Valve yang ditawarkan
adalah gate valve dari jenis “Non rising stem”. Valve harus memenuhi standard “Gate
Valve for Water and Other Liquids” (AWWA C 500) atau standard international lain yang
sama atau yang lebih tinggi kualitasnya, dan didesain khusus untuk tekanan kerja yang tidak lebih
kecil dari 10 Bar.

3. Penawaran Gate Valve adalah berikut Hand Wheel kecuali bila disebut lain dalam volume
pekerjaan (Bill of Quantity), maka Gate Valve harus dilengkapi dengan Cap untuk stemnya dan
sudah dibaut.

4. Untuk Gate Valve yang tanpa Hand Wheel harus dilengkapi dengan kunci T (Tee Key),
minimal satu buah dan maksimum satu untuk setiap 20 buah yang seukuran. Tee Key tersebut
dilengkapi dengan pendongkel tutup surface box/steet cover dan terbuat dari baja ST 40 yang
telah digalvanis.

5. Bila dalam volume pekerjaan (Bill od Quantity) diperlukan extension spindle maka material
tersebut terbuat dari baja ST 40 yang telah digalvanis. Harga penawaran extension spindle sudah
termasuk potongan pipa untuk melindungi extension spidle tersebut dari urugan tanah.
6. Badan dari Gate Valve, Hand Wheel/Cap tersebut dari besi tuang kelabu atau bahan dengan
kualitas lebih tinggi.

7. Stem terbuat dari perunggu atau stainless steel.

8. Body seat ring dan disk seat ring terbuat dari kuningan atau perunggu.

7. SPESIFIKASI TEKNIK KATUP UDARA (AIR VALVE)


1. Spesifikasi Teknik Katup Udara :
1.1. Standar : JIS-B2213
: AWWA Designation C 504.
: ASTM Designation A 126.
: ASTM 536
: JIS-B 2213
1.2. Sambungan : Flange.
1.3. Cara Kerja : Otomatis.
1.4. Badan Valve : Cast Iron atau ductile iron.
1.5. Pelampung : Ebonit, Steinless Stell, Acrynolitrile Butadine steel
1.6. Tekanan Uji : 1 bar diatas tekanan kerja.

2. Katup udara harus dapat beroperasi secara otomatis dan mengikuti hal-hal sbb :
2.1. Dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa.
2.2. Dapat memasukkan udara selama penggelontoran.
2.3. Dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak di dalam pipa.
2.4. Dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepas.
2.5. Aman terhadap vakum.
Seluruh air valve dengan standard flange JIS-B2213. Setiap valve lengkap dengan
mur, baut, ring dan dudukan (stool). Ukuran sesuai dengan yang diberikan pada uraian
pekerjaan.

3. Badan valve tersebut dari cast iron atau ductile iron dan pelampung dari ebonit, stainless steel atau
Acrynolitrile Buthadiene Steel.
4. Seluruh bagian yang bergerak terbuat dari stainlees steel, bronze atau ABS.

5. Valve harus diuji dengan tekanan sebesar 1 Bar diatas tekanan kerja dan tidak menunjukkan
gejala kebocoran. Juga tidak terjadi kebocoran bila tekanan minimum 0,1 bar.

6. Penyedia jasa harus menyediakan katup penutup (isolating valve) secara terpisah untuk setiap katup
udara dengan jenis kupu-kupu (butterfly valve) dengan spesifikasi sebagai berikut :
6.1. Setiap badan valve terbuat dari cost iron atau ductile iron dengan rubber seat, disc, valve
shaft dan peralatan mekanisme operasional yang mekngikuti “Standards of Rubber Seated
Butterfly Valve” (AWWA Designation C 504 ) atau standard internasional lain yang
disetujui yang sama atau lebih tinggi kualitasnya dari yang disebutkan.
6.2. Setiap piringan (valve disc) harus dapat berputar dengan sudut 90o dari posisi
terbuka penuh sampai tertutup. Sumbu perputaran valve harus horizontal.
6.3. Mekanisme operasional harus terkait pada badan valve dan sesuai dengan standard
AWWA C 504.
6.4. Setiap mekanisme operasional harus dapat dilepas untuk pengawasan dan
perbaikan.
6.5. Mekanisme operasional untuk pengoperasian valve secara manual harus dapat
mengunci sendiri, sehingga tangga aliran air atau vibrasi tidak mengakibatkan
piringan berpindah dari tempatnya semula.
6.6. Setiap valve didesain untuk tekanan melintang pada piringan (bila tertutup
rapat) sama dengan rate tekanan pada pipa.
6.7. Seluruh valve harus mengikuti Spesifikasi ini dan harus dapat membuka atau
menutup bila tidak dioperasikan dalam periode yang sama
6.8. Badan valve dan flange terbuat dari cast iron dan mengikuti “Specification for
Grey Iron Casting for Valves, Flange and Pipe Fittings” kelas B (ASTM Designation
A 126) atau deductile iron (ASTM 536). Flange harus mengikuti standard JIS-B 2213.
6.9. Dudukan valve harus dapat menjaga valve pada posisi yang seharusnya.
3.8 PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA DAN ACCESORIES

1. Pemberat Pipa Dan Pemasangan Pipa


1.1. Pemberat pipa harus dibuat sesuai dengan gambar standar
perencanaan. Penyedia Jasa wajib mematuhi syarat-syarat gambar tersebut.
Dalam pelaksanaan pembuatan pemberat, penyedia Jasa dapat
melakukan pemesanan (pabrikasi) sesuai dengan kriteria desain yang direncanakan
sehingga dicapai mutu yang disyaratkan.
1.2. Penurunan pipa kedasar sungai (kedalaman dasar sungai) harus
sesuai dengan standard profil galian yang berlaku untuk pipa air baku, sesuai
ketentuan sebagaimana terdapat dalam gambar standard atau gambar perijinan
yang berlaku.
Atau jika diperlukan, untuk memperoleh jalur trace dan kedalaman
pipa yang baik dan tepat, dapat digunakan alat ukur jarak (theodolit, dll) yang
memadai yang harus disesuaikan oleh Penyedia Jasa.
TYPIKAL PEMBERAT PIPA

1.3. Pada galian dalam keadaan terbuka tidak boleh dibuat lebih
panjang dari 6 m terhadap pipa yang telah terpasang dan pengurugan kembali
harus dilakukan pada hari yang sama dengan penggalian, kecuali pada perhentian
pipa yang ditentukan oleh Direksi Teknis.
1.4. Khusus pada tempat-tempat sambungan, koneksi, atau singgeman, lebar parit
galian dibuat sedikit lebih lebar untuk memudahkan pelaksanaan kerja.
1.5. Bila pada waktu penggalian timbul genangan air akibat hujan atau mata
air/rembesan, maka air tersebut harus dipompa keluar dari parit galian. Untuk
itu Penyedia Jasa harus menyediakan pompa air yang dapat bekerja dengan baik
serta dengan kapasitas yang mencukupi dan sudah diperhitungkan/dimasukkan dalam harga
penawaran lelang.
1.6. Penggalian harus dilaksanakan dengan hati-hati, kerusakan-kerusakan pipa PDAM dan
utilitas lain (Telepon, PLN, Gas dll) pada jalur pekerjaan adalah menjadi tanggung jawab
penyedia jasa. Jika ditemukan adanya utilitas yang harus dirusak/dipindahkan, Penyedia
Jasa sebelumnya diwajibkan memberitahu pengawas untuk meminta petunjuk atau
penyelesaian.
1.7. Jika karena sesuatu hal terjadi kerusakan pada instalasi lain, dalam kesempatan
pertama penyedia jasa harus segera menghentikan pekerjaan dilokasi tersebut dan segera
memberitahu pengawas untuk memperoleh petunjuk penyelesaiannya. S ejauh kerusakan
tersebut bukan disebabkan oleh kesalahan/kelalaian Penyedia Jasa, Penyedia Jasa tidak
diwajibkan menanggung resiko sepenuhnya.
1.8. Parit galian harus bersih dan dapat dijamin bahwa bagian dalam dari pipa tidak kotor
oleh tanah serta bahan organik lainnya yang dapat mengurangi mutu dan kualitas air baku.
Jika diperlukan dapat disediakan pompa air dan lain-lain, dan Penyedia Jasa harus sudah
memperkirakannya serta telah diperhitungkan/ dimasukkan dalam harga penawaran.
1.9. Mengingat galian sangat dalam dan dapat membahayakan pengguna lalu lintas, maka
penyedia jasa harus memberikan tanda yang jelas sehingga aman bagi pengguna jalan.
1.10. Penyedia jasa berkewajiban menjaga agar truk pengangkut tanah galian, alat berat
lainnya dan kendaraan beroda empat atau lebih tidak boleh berhenti atau parkir di tepi galian
yang masih terbuka.
1.11.Selama proses penggalian, pemadatan dan pengurugan, posisi alat berat harus berada
pada jalur galian yang belum digali.
1.12. Dalam hal pengurugan, truk pengangkut pasir harus juga membongkar pada jarak
yang aman dari galian, pasir selanjutnya diangkut dengan menggunakan alat bantu lain yang
tidak
membahayakan galian dan keselamatan pengguna jalan lainnya. Biaya akibat
pengangkutan pasir harus diperhitungkan dalam penawaran.
1.13. Penyedia Jasa harus memperbaiki kembali semua saluran yang terganggu akibat
pelaksanaan pekerjaan sampai Penyedia Jasa merasa bisa menerima.
Bila ada saluran yang terbuka akibat adanya pelaksanaan pemotongan, Penyedia Jasa
harus segera memasang pipa sementara yang diberi pelindung secukupnya dengan rangka-
rangka kayu yang melintang di atas galian untuk menjamin kelancaran aliran air dan untuk
mencegah masuknya air ke dalam galian. Selama pengurugan kembali, Penyedia Jasa harus
membongkar kembali pipa dan penyangga sementara tersebut.
1.14. Pengurugan harus dilakukan sampai suatu elevasi tertentu sesuai petunjuk Direksi
Teknis, agar jika terjadi penurunan tidak akan lebih rendah dari muka tanah yang ada.
1.15. Material yang digunakan harus bersih dari bahan organik.
2. Pekerjaan Pemasangan dan Penenggelaman Pipa
2.1. Umum
Penyedia Jasa tidak dibenarkan melaksanakan penyambungan/pemasangan
pipa sebelum ada ijin dan persetujuan Direksi Teknis. Untuk itu Penyedia Jasa agar
menghubungi Direksi Teknis terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan selambat-
lambatnya 1 (satu) hari sebelum pekerjaan dimulai.
Pipa fitting dan aksesoris serta bangunan pelengkapnya yang akan dipancang
harus sesuai dengan gambar bestek dengan cara serta petunjuk dari pengawas.
Semua flans untuk fitting-fitting harus memenuhi ukuran-ukuran yang
disebutkan didalam standard yang digunakan.
Peil dari peletakan pipa serta kedalamannya terhadap permukaan jalan/ tanah
asal harus diperiksa dengan teliti, bila perlu dengan menggunakan instrumen water pass
atau theodolit, instrumen ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Penetapan peil serta kedalaman galian pipa harus dilakukan sesuai ketentuan/
standard yang berlaku, Penyedia Jasa tidak diperkenankan
meletakkan/memasang pipa sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Teknis atas kebenaran
atau ketepatan peil serta kedalaman galian.
Perubahan arah peletakkan pipa (belokan, tikungan, tanjakan dan penurunan) harus
dilaksanakan dengan bahan penyambung (bend atau elbow) yang sesuai, begitu pula untuk
percabangan dengan bahan penolong tee harus sesuai dengan gambar bestek.
Membengkokkan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun (secara mekanis atau
pemanasan ) tidak diperkenankan tanpa ijin dari Direksi Teknis.
Pemasangan dan penyambungan pipa serta aksesoris tidak diperkenankan dilakukan pada
kondisi ada genangan air.

2.2. Menyusun/memasang pipa sambungan dan perlengkapan khusus lainnya.


a. Umum
Seluruh pipa sebelum sambungan dan benda-benda khusus lainnya dipasang
seperti yang direncanakan harus diperiksa benar-benar tentang keutuhannya sebelum dan
sesudah diangkut dari gudang ke lokasi. Jika ada yang rusak, harus
ditolak. Jika ada kerusakan pada pelindung bagian dalam dan luar pipa harus
diperbaiki terlebih dahulu sebelum pipa tersebut dipasang.
Pemasangan pipa harus dilakukan dengan cermat/sehingga dapat dijamin tidak terjadi
kebocoran.
b. Di dalam galian
Semua pipa, sambungan dan benda-benda khusus harus diberi dasar dengan material
yang padat diseluruh jaringan pipa yang dipasang.
Jika ditunjukkan dalam gambar atau diperintah oleh Direksi Teknis, maka pipa
sambungan dan perlengkapan khusus diberi alas dengan kerikil atau dikelilingi oleh beton
seperti dijelaskan dalam spesifikasi ini.

c. Didalam bak-bak kontrol.


Semua pipa sambungan dan perlengkapan khusus lainnya harus dimasukkan dengan
hati-hati pada letaknya yang benar didalam bak-bak kontrol sedemikian rupa sehingga
dapat mencegah terjadinya kerusakan dan benda-benda itu harus ditopang secukupnya
dengan balok-balok kayu
atau penyangga sementara lainnya yang disetujui oleh Penyedia Jasa sehingga yang
permanen tersedia.
d. Pemasangan katup-katup
Semua katup harus diperiksa dengan teliti dan yang rusak ditolak. Semua katup
harus dipasang dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga terhindar dari segala
kerusakan. Semua katup harus dipasang sedemikian rupa sehingga batang kemudi katup
benar-benar tegak kecuali memang diperlihatkan lain dalam gambar atau menurut
perintah Pengguna Jasa. Pada ulir as katup-katup harus diberi minyak pelumas
secukupnya dan lubang-lubangnya dicocokan satu sama lain untuk memudahkan cara
operasinya dikemudian hari.

2.3. Celah-celah sementara di jalur pipa.


Jika pekerjaan pipa terpaksa dihentikan, panjang celah sementara untuk daerah-daerah
tertentu harus
ditentukan terlebih dahulu setelah dibicarakan dengan Direksi Teknis.
Penyedia jasa harus menyerahkan sketsa-sketsa yang menunjukkan ukuran yang ada
kepada Penyedia Jasa untuk disetujui. Sketsa tersebut harus menunjukkan detail pipa dan cara
penyambungannya yang akan dipakai untuk menjamin bahwa penyambungan kembali
tersebut tidak bocor. Perlu diperhatikan untuk tetap menjaga ketetapan “alignment” (jalur)
pipa dicelah-celah sementara tersebut.

2.4. Menyambung Pipa.


Penyedia jasa harus menggunakan pengarahan teknis yang diberikan oleh pemasok pipa
tentang cara-cara penyambungannya kepada para pekerja yang bertugas menyambung pipa.
Bila pemasok pipa menganjurkan pemakaian perlengkapan penyambungan khusus, maka
Penyedia jasa wajib mematuhinya untuk semua sambungan pipa dengan jenis yang
ditentukan dalam spesifikasi. Semua sambungan harus kedap air.
Penyambungan antara satu batang pipa terhadap batang pipa selanjutnya harus dilakukan
sesuai
dengan jenis sambungan yang telah ditentukan untuk masing-masing jenis pipa
antara lain :
a. Sambungan pada pipa PE dengan sistem Butt Fusion.
b. Sambungan pipa lain sesuai dengan standard pabrik.

2.5. Sambungan flange.


a. Setelah flange pipa sudah bersih permukaannya, kemudian dipasang dan
dibaut dengan putaran secukupnya.
b. Baut-baut harus diputar dengan kunci-kunci yang sesuai sehingga dapat
menjamin kesama-rataan baut-baut pipa dengan kedudukan flange pipa, sehingga
terdapat tekanan yang sama pada seluruh permukaan dari flange.
c. Sebelum baut dipasang, semua baut dan mur harus diberi pelumas
dengan sempurna.
2.6. Sambungan dengan Pengelasan
a. Umum.
• Bila pekerjaan pengelasan dilaksanakan didalam parit, maka lebar
galian perlu ditambah agar juru las dapat bekerja dengan baik dan posisi pipa
dijaga tetap stabil untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik.
• Bila pengelasan dilakukan diluar parit galian, maka jumlah pipa-pipa
yang dilas harus sedemikian rupa, sehingga terdapat suatu panjang tertentu dari
pipa yang dilas, dan cara penempatan pada posisi yang benar, sehingga pada
waktu pengelasan dan penurunan pipa kedalam parit galian, pipa tidak
mengalami kerusakan. Dalam hal ini penyedia jasa terlebih dahulu harus minta
persetujuan dari Direksi Teknis.
• Semua sambungan pipa yang sudah dilas harus di test. Pengetesan
dilaksanakan dengan cara radiographic atau dengan cara lain yang disetujui
Direksi Teknis.
b. Tukang las.
Pengelasan harus dilakukan tenaga-tenaga yang berpengalaman dalam
bidangnya.
c. Kawat las.
• Kawat las yang dipergunakan adalah jenis JIS Z 3211 atau semutu
dan disetujui Direksi Teknis.
• Kawat las yang lembab tidak dapat dipakai dan kadar kelembaban
harus kurang dari 0,5 % untuk kawat yang mengandung zat air rendah.
d. Mesin Las.
Mesin las yang dapat dipakai harus disetujui Direksi Teknis.
e. Pembersihan dan Perbaikan Lapisan Pipa.
• Sebelum sambungan pipa dilas, sepanjang yang diperlukan bagian
dalam dan luar pipa baja berdiameter 600 mm keatas lapisan dalam (lining) dan
luar (coating) harus dibuka secara pelan-pelan dan hati-hati.
• Setelah dilas lapisan bagian dalam (lining) dan luar (coating) pipa
dipasang kembali seperti semula dengan cara-cara menurut petunjuk dan
peraturan-peraturan pabrik pembuat pipa.

2.7. Sambungan Rubber Ring.


a. Bersihkan ujung pipa spigot yang telah dikikir dan socket serta bagian
dudukan cincin karet yang akan disambung dengan cairan pembersih (cleaner).
b. Masukkan cincin karet kedalam socket. Posisi kedua pipa harus sejajar.
c. Masukkan ujung pipa spigot kedalam socket sampai batas yang
dikehendaki dengan tuas perapat. Apabila cincin karet terhadap spigot dan socket
yang dikehendaki sudah benar, maka tuas perapat dapat dibuka.

2.8. Sambungan dengan Butt Fusion.


Sebelum Penyedia Jasa melakukan penyambungan harus mendapat pengarahan atau
training dari supplier tentang metode penyambungan yang baik dan benar. Setiap
sambungan Butt Fusion harus terekam dalam dokumen khusus yang ditanda tangani oleh
Suplier, Penyedia Jasa dan Direksi Teknis.
a. Peralatan yang digunakan :
• Generator dengan kapasitas yang cukup.
• Mesin butt fusion lengkap dengan pengencang pipa, pemotong, plat
pemanas, pompa hidraulik dan pengatur waktu.
• Roda penyangga pipa.
• Alat pembersih, kain katun atau handuk kertas (tissue).
• Alat ukur sambungan.
• Temperatur digital untuk memeriksa suhu plat pemanas.
• Pipa dan penutupnya.
• Papan landasan.
• Pemotong pipa.
• Termometer temperatur udara.
• Spidol warna putih.
• Alat pengukur waktu.
• Meteran ukuran 12 meter.

b. Cara penyambungan :
Tempatkan pipa pada clamp (penjepit) dimana ujung pipa berhadapan dengan plat
pemotong dalam posisi lurus.
• Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
• Kencangkan clamp (penjepit) untuk menegang dan membulatkan kembali pipa.
• Tutup kembali pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat oleh
masuknya udara kebagian dalam pipa.
• Nyalakan alat pemotong dan geserkan klem pipa perlahan sehingga ujung pipa
tetap berhadapan dengannya sampai terjadinya pemotongan permukaan pipa yang
kontinyu.
• Jaga agar alat pemotong tetap nyala, sementara clamp (penjepit) dibuka untuk
menghindari terjadinya pemotongan permukaan yang tidak rata.
• Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan persinggungan dengan
permukaan pipa.
• Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa.
• Dilarang menyentuh permukaan yang sudah dipersiapkan.
• Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata, jika tidak ulangi proses
pemotongan.
• Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara permukaan
potongan.
• Maksimum selisih diameter yang diijinkan adalah :
1,0 mm untuk pipa ukuran 90 mm s/d 315 mm.
2,0 mm untuk pipa ukuran 355 mm s/d 800 mm.
2,5 mm untuk pipa ukuran lebih besar dari 800 mm.
Jika ketidak sesuaian tersebut lebih besar dari batas yang disyaratkan, maka
pipa harus diluruskan lagi dan dipotong lagi.
• Buka dan kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
dibutuhkan untuk menggerakkan pipa bersama-sama secara hidrolik.
Tekanan tarik adalah ukuran tekanan minimal yang dibutuhkan untuk
mengatasi gaya gesek akibat tarikan kerja mesin dan berai pipa/fitting yang sedang
disambung.
Catatan : Tekanan tarik (kPa) harus diperkirakan secara tepat sebelum
pembuatan sambungan dan harus ditambahkan tekanan ram dasar yang ditunjuk pada
mesin. (Apabila yang digunakan mesin las otomatis, maka pekerjaan ini akan terlaksana
secara otomatis).
• Pindahkan lempengan pemanas dari tempat perlindungan. Periksa bahwa plat
tersebut bersih dan baik suhunya.
• Tempatkan plat pemanas pada mesin dan tutup clamp supaya bagian permukaan
yang akan disambung menyentuh lempengan. Gunakan sistem hidrolik dengan
menggunakan tekanan yang ditentukan sebelumnya.
• Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa mulai meleleh dan lelehannya merata 1-6
mm terbentuk tiap ujungnya. Lihat schedule PE butt welding AS/NZS4130 untuk pipa
PE.
• Setelah lelehan awal muncul, tekanan pada sistem hidrolik harus dilepas supaya
pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik sedemikian sehingga sampai
pertumbuhan lelehan terkontrol selama waktu pemanasan.
Periksa bahwa pipa tidak bergeser posisinya diclamp dan ujung pipa harus terus
dijaga agar tetap kontak dengan plat pemanas.
• Setelah pemanasan selesai, buka clamp dan pindahkan alat pemanas pastikan bahwa
plat tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
• Segera tutup clamp (mengacu kepada perhitungan-perhitungan yang ada) dan rekatkan
permukaan yang sudah meleleh bersama pada tekanan yang sudah ditentukan sebelumnya.
• Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal sesuai yang
diindikasikan pada tabel.
• Setelah itu pipa yang disambung bisa dipindahkan dari mesin tapi tidak boleh
dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada waktu pendinginan diatas.
• Periksa sambungan untuk kebersihan dan penyambungannya dan cek bahwa lelehan
sesuai dengan batasan yang ditentukan. Data dari semua penyambungan dengan mengisi
Butt Welding Sheet.
Perlindungan terhadap bagian luar flens dan coupling sambungan. Sambungan flens,
coupling dan flens adaptor diluar bak kontrol, harus dilindungi terhadap karat dengan
bantuan pembungkus pita (tape), mastic dan pasta yang
disetujui Direksi Teknis dengan cara tanpa di panaskan (dingin). Sebelum dililit, semua bagian
sambungan harus dibersihkan dengan seksama dan dilapisi dengan pasta. Kemudian lekukan
sambungan diisi dengan mastik sebelum pita diikatkan dengan jarak tumpang tindih (overlap)
sebesar ½ x lebar pita yang dipakai. Pita harus dilebihkan sejarak 150 mm searah panjang pipa
disetiap sisi sambungan.
Sebelum dan sesudah dipasang pipa dan aksesorisnya, terutama pada bagian sebelah dalamnya,
harus dijaga bersih dan diperiksa lagi atas kemungkinan kerusakan dan retak-retak. Pipa dan
aksesorisnya yang dipasang hanyalah yang baik kondisinya, untuk itu harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Teknis.
Setiap sambungan pipa, singgeman, koneksi dan lain-lain, harus dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, terutama terhadap kemungkinan kebocoran.
Pemotongan pipa, apabila benar-benar diperlukan, dapat dilakukan Penyedia Jasa dengan
petunjuk Direksi Teknis dan harus dilaksanakan
dengan alat yang sesuai/khusus untuk jenis atau bahan yang dipasang agar benar-benar terjamin
penyambungan yang baik dan sesuai persyaratan.
Tikungan/belokan (vertikal/horizontal) tanpa elbow/bend dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
sudut sambungan antara dua pipa tidak lebih besar dari yang diijinkan oleh pabrik pipa yang
bersangkutan, untuk itu akan diberikan petunjuk oleh Direksi Teknis. Misalnya, untuk pipa
DCI/MJ 200 mm, maksimum defleksi adalah 5 derajat, dsb.
Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai kedudukan pipa agar
betul-betul lurus serta pada peil ketinggian yang benar. Dan dasar pipa harus terletak rata, tidak
ada batu-batu, puing-puing atau benda-benda keras yan memungkinkan terganggunya kedudukan
pipa sehingga bisa mengakibatkan rusaknya pipa dikemudian hari.
Pada waktu pemasangan pipa, parit galian untuk peletakan pipa harus kering dan bersih, tidak
boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus diperiksa kembali kebersihannya. Jadi perlu
disediakan pompa air dan dapat dimasukkan dalam penawaran harga ada pelelangan.

2.9. Memasang pipa yang menembus beton atau pasangan batu.


Permukaan luar pipa yang akan dipasang menembus beton atau pasangan batu harus
diberi pelindung tambahan dengan penghubung logam yang diperkuat atau penghalang
lain yang tidak terisolasi.
Bagian luar permukaan pipa harus dicat dengan semen dan dilapisi dengan pasir,
sementara semen masih basah untuk memperoleh ikatan yang baik. Untuk pipa yang
dipasang menembus tembok-tembok sambungan antara pipa dan dinding harus dibuat
kedap air.

2.10. Penutupan Ujung Pipa.


Semua pipa yang belum terpasang harus ditutup kedua ujungnya guna menghindari
masuknya kotoran dan sebagainya.
Semua ujung pipa yang terakhir, yang tidak dilanjutkan lagi, harus ditutup, dengan
ketentuan :
a. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam kerja atau
dihentikan sementara, pada ujung-ujung pipa yang terkahir harus ditutup rapat untuk
mencegah masuknya tanah, batu, kotoran, benda-benda asing atau air kotor kedalam pipa.
b. Jika tidak ditentukan lain, maka penutupan sementara ujung pipa yang terakhir harus
menggunakan fitting yang sesuai dengan jenis pipa yang digunakan antara lain :
• Pipa PE : Menggunakan cap, lengkap dengan konstruksi penguat sementara.
c. Jika pekerjaan dihentikan dan tidak dilanjutkan lagi, maka dengan fitting yang sama
sebagai penutup, konstruksi penguat harus dibuat permanen dengan thrust block adukan :
1:2:3
d. Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan bebas dari
minyak/oli, ter/aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya, dengan system/bahan penutup
yang sesuai dengan ketentuan dan atau atas petunjuk Direksi Teknis.
Jika ada sumbat yang terbuka pipa yang berdekatan harus diperiksa, dan jika didapati
kotor atau gangguan lainnya harus dibersihkan seperlunya. Jika ada kerusakan atau penyumbatan
dalam pipa yang disebabkan oleh masuknya lumpur, tanah, batu atau benda-benda lain, maka
harus diperbaiki kembali.
Apabila air masuk kedalam parit galian, sebelum pemasangan pipa dilanjutkan kembali,
tutup rapat air pada kedua ujung pipa tersebut jangan dibuka dahulu sebelum air di parit galian
dipompa sampai kering dan bersih.

2.11.Penurunan Pipa ke Dasar Sungai


Pemberat pipa yang telah terpasang dapat diturunkan dengan cara-cara berikut :
a. Setiap penenggelaman pipa harus disesuaikan dengan trase yang telah
ditentukan. Untuk memperoleh jalur trace dan kedalaman pipa yang baik dan tepat, dapat
digunakan alat ukur jarak (theodolit, GPS dll) yang memadai yang harus disesuaikan oleh
Penyedia Jasa
b. Bagian pipa yang telah dipasang pemberat tadi selanjutnya perlahan-lahan
diturunkan kedasar
sungai pada trase yang sudah ditentukan. Dimana untuk memastikan trase yang
menjadi tempat menurunkan pipa tersebut, pada ponton dipasang GPS yang sudah
direkam sesuai trase yang sudah direncanakan untuk pemasangan pipa. Jadi pergerakan
ponton dipandu oleh GPS tersebut
c. Untuk memastikan kedalaman pipa telah sesuai dengan trase yang ditentukan,
Penyedia Jasa harus menginspeksi ulang secara manual dengan melakukan penyelaman.
d. Standar perlengkapan penyelaman harus mengikuti prosedur/atura-aturan yang berlaku
(AAUS 2013 dan Standard Diving & Marine Contractor 1988)

3. Pemasangan Valve.
Lokasi pemasangan air valve dan box valve sesuai dengan gambar.
Air Valve (katup Udara) :
3.1. Air valve yang akan dipasang pada pipa baja dilaksanakan seperti tertera didalam
gambar.
3.2. Pipa baja untuk kedudukan air valve terlebih dahulu dibalut dengan pipa baja, setelah
plat pembalut
tersebut selesai dilas dengan pipa, baru valve dipasang.
Pada pembalut tersebut harus dibuat ulir yang disetujui oleh Direksi Teknis. Air
Valve harus dibaut dan dikunci dengan sempurna pada plat pembalut sehingga kedap air.

4. Perlintasan Pipa.
Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan jalan raya dan sungai, seperti
yang terlihat dalam gambar. Penyedia jasa hendaknya mendapatkan izin-izin yang
diperlukan untuk membuat bangunan perlintasan dan biaya yang timbul, untuk itu
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
4.1. Perlintasan Sungai.
a. Untuk pipa-pipa yang melintasi kali/sungai, bila mengizinkan, pipa-
pipa digantungkan pada jembatan yang ada dengan konstruksi yang
sederhana, yaitu denga memakai gantungan dari besi lat yang dikuatkan
pada gelegar jembatan. Bila tidak dinyatakan lain dalam gambar, maka
pipa yang digunakan untuk perlintasan ini adalah pipa baja.
b. Apabila tidak memungkinkan digantung pada jembatan yang ada,
harus diadakan jembatan pipa sendiri.
c. Bila pemasangan pipa digantung pada jembatan yang ada, ataupun
digantung pada bangunan-bangunan lain yang ada, persetujuan dari pemilik atau
instansi yang berwenang mengenai rencana pelaksanaan penggantungan pipa
pada bangunan-bangunan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

4.2. Jembatan Pipa


a. Penyedia Jasa harus mempersiapkan semua tenaga, alat-alat dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini.
b. Pemasangan jembatan-jembatan pipa tidak hanya melaksanakan
pembuatan pondasi saja, akan tetapi sekaligus melaksanakan pemasangan
pipanya dan penyambungan didalam tanah dengan pipa yang berdekatan sesuai
dengan petunjuk Direksi Teknis.
c. Penyedia Jasa harus memeriksa kembali semua ukuran-ukuran yang ada
didalam gambar sesuai
dengan hasil survey yang dilakukan sendiri dilapangan.
d. Pada tiap-tiap bentangan jembatan pipa, pipa-pipa yang dipasang harus berbentuk 1
: 350 diambil dari as bentangan ke tumpuan.
e. Ring support harus betul-betul dipasang pada setiap bantalan pier. Ring Support
harus dibuat dari satu jenis baja sesuai dengan standard yang ditentukan. Setelah semua
klem pengaman pipa dipasang pada posisi yang dikehendaki kemudian dilas pada
sekeliling pipa dan dicat.
f. Penyedia Jasa harus mempersiapkan kayu-kayu ataupun batang-batang kelapa
melintasi sungai dengan lebar seperlunya untuk perancah pelaksanaan pemasangan
pipa, penyambungan, pengelasan dan untuk pengecatan pipa. Perancah tersebut dibuat
harus dalam keadaan kuat, sehingga terjamin pelaksanaan yang aman waktu
pemasangan pipa ataupun waktu pelaksanaan pemancangan pondasi tiang pancang (bila
ada).
g. Dari hasil survey dan pengecekan lapangan, Penyedia Jasa harus mempersiapkan
gambar-
gambar kerja dan rencana pelaksanaan pemasangan jembatan pipa.
h. Sebelum melaksanakan pemasangan jembatan pipa, gambar yang
menunjukkan semua ukuran-ukuran, detail pipa, pondasi abutment, tiang pancang dan
perhitungan-perhitungan yang diperlukan harus diserahkan kepada Direksi Teknis untuk
terlebih dahulu diperiksa dan disetujui.
Penyedia Jasa tidak dibenarkan melaksanakan pemasangan jembatan pipa
sebelum gambar kerja disetujui Direksi Teknis.

5. Pengecetan
5.1. Semua pipa baja yang terbuka terhadap udara, harus diberi dua lapisan cat
dasar setelah dipermukaan pipa terlebih dahulu dibersihkan dan sudah kering.
5.2. Semua bagian-bagian besi baja yang terdapat pada jembatan pipa seperti pipa
support, klem pipa, anchor dan lain-lain harus pula diberi cat.
5.3. Semua sambungan pipa baja pengelasannya dilaksanakan dilapangan,
maka setelah selesai dilas bagian lapisan dalam dan luar harus diperbaiki kembali.
Bagian pipa yang sudah diperbaiki tersebut, harus dilapisi kembali dengan ter ataupun cat
dasar meni merah seperti sebagaimana keadaan semula.

6. Pengurugan.
6.1. Pengurugan kembali galian harus dilakukan tidak langsung kebagian pipa dan
struktur.
6.2. Urugan baru dapat dilaksanakan, setelah pemasangan pipa selesai diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Teknis.
6.3. Bahan urugan tidak boleh mengandung benda-benda organik, seperti rumput-
rumputan, akar-akar pohon dan lain sebagainya dan tidak merupakan bahan yang melar
(non expansive), serta tidak mengandung benda keras/batu dengan dimaeter lebih besar
dari 2 cm.
6.4. Urugan tanah untuk pipa tiap-tiap pekerjaan harus diadakan lapis demi lapis
yang tiap-tiap lapis dipadatkan.
6.5. Pengurugan lapisan tanah dilakukan lapis demi lapis sampai kepermukaan yang
direncanakan. Ketebalan tiap lapis tidak boleh lebih dari 20 cm. Urugan tanah untuk
pemasangan pipa baru dilaksanakan setelah
pengurugan pasi di sekeliling pipa yang dipasang telah selesai disetujui Direksi
Teknis.
6.6. Pengurugan tidak boleh dilakukan pada tempat-tempat sambungan pipa,
sambungan fitting dan tempat-tempat lain yang ditentukan Direksi Teknis sebelum
pengujian pemasangan dinyatakan disetujui Direksi Teknis. Pengurugan pada
tempat-tempat ini tidak boeh dilaksanakan tanpa persetujuan Direksi Teknis. Bila
sebelum pengujian pipa, ada bagian-bagian yang harus diurug untuk kepentingan lalu lintas
ataupun untuk keperluan lain. Penyedia Jasa harus melaksanakan sesuai dengan
petunjuk Direksi Teknis. Jumlah dan jenis elektrikal yang harus disediakan dan dipasang
pada pekerjaan ini adalah sesuai.

7. Pekerjaan Perbaikan Bekas Galian.


7.1. Pekerjaan perbaikan bekas galian pemasangan pipa adalah pekerjaan yang
harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga keadaan/konstruksi bangunan/sarana
yang telah dirusak dapat kembali seperti semula, antara lain :
a. Jalan aspal harus kembali beraspal.
b. Jalan batu harus kembali berbatu.
c. Trotoar beton harus kembali berbeton.
d. Dan lain-lain yang dijumpai selama pelaksanaan pekerjaan.
7.2. Penyedia Jasa berkewajiban untuk melaksanakan perbaikan bekas galian sesuai
dengan bestek dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Segala sesuatu yang
berkaitan dengan hal ini adalah menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan sudah
termasuk dalam penawaran Penyedia Jasa.
8. Pekerjaan Penyelesaian/Perapihan.
Jika seluruh pekerjaan pemasangan pipa dan perbaikan bekas galian telah selesai
dilaksanakan, maka Penyedia Jasa berkewajiban untuk membersihkan serta merapihkan
kembali lingkungan pekerjaan seperti semula.
PERHITUNGAN VOLUME, ANALISA HARGA SATUAN, RAB, DAN
SPESIFIKASI TEKNIS
 
 
DIKLAT PERENCANAAN AIR BAKU
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR
DAN KONSTRUKSI
TATA CARA SURVAI DAN PENGKAJIAN BAHAN KONSTRUKSI

110
PERSIAPAN PENYUSUNAN ANALISA HARGA SATUAN

1. DOKUMEN PERENCANAAN
2. DOKUMEN SPESIFIKASI TEKNIS
3. KUNJUNGAN LAPANGAN
4. SURVAI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT
5. METODE KERJA

111
SUMBER AIR DALAM PENYEDIAAN AIR BAKU

112
CONTOH SKEMA JARINGAN TRANSMISI ( DARI MATA AIR )
CONTOH PIPA TRANSMISI ( DARI AIR PERMUKAAN )
PANJANG NILAI ANGGARAN
TOTAL SELURUH : 300 M TAHUN ANGGARAN (m) Rp.
Intake
(Ds. Riam Batu) Tempunak 2018 1 unit Intake 5.487.919.000,00
1 2 Liter/detik
2019 12.717 15.086.283.000,00
3
TOTAL 12.717 20.574.202.000,00
Buana Kencana Kipan Jaya

2
2 Liter/detik

2 Liter/detik
10 Liter/detik
4 4 Liter/detik
7
Kenyabur Baru 5
50 Liter/detik
Perum Pemda 8
Manter
Sp. Pandan 9
Siliwangi
Tebelian
6 Pompa Booster

Diameter Panjang Tekanan Maks


Tekanan Maks DiTekanan di Akhir
Akhir (MH2O) 10 Liter/detik
Segmen Jenis Pipa
(mm) (km) (bar)
WaterCAD (bar)
Epanet
10
1 s/d 2 HDPE SDR 17 PN 10 450 12.717 7.3
72.10 7.1
72.87 Bukit 50 Liter/detik
Baning
2 s/d 3 HDPE SDR 21 PN 8 450 12.693 58.80
7.4 59.16
5.7
Sintang
3 s/d 4 HDPE SDR 21 PN 8 450 21.489 38.90
6.6 38.87
3.8
4 s/d 5 HDPE SDR 21 PN 8 450 11.952 22.70
3.8 22.67
2.2
5 s/d 6 HDPE SDR 21 PN 8 450 4.226 17.70
2.4 17.70
1.7
6 s/d 7 HDPE SDR 21 PN 8 450 8.942 18.10
2.6 18.60
1.8
7 s/d 8 HDPE SDR 21 PN 8 450 5.213 12.80
2.0 12.80
1.3
8 s/d 9 HDPE SDR 21 PN 8 450 1.641 5.00
1.6 5.02
0.5
8 s/d 10 HDPE SDR 17 PN 10 300 5.530 8.20
6.7 8.16
1.6 114
TATA CARA SURVAI DAN PENGKAJIAN
BAHAN KONSTRUKSI
1. KETENTUAN UMUM
Ketentuan umum dalam pekerjaan survai dan pengkajian ketersediaan bahan
konstruksi ini sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku :
a) Peraturan Beton Bertulang
b) Peraturan Umum untuk bahan bangunan di Indonesia
c) Undang – undang dan peraturan pemerintah bidang perumahan
d) Peraturan Bangunan Nasional dan perlengkapannya
e) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
f) Peraturan Semen Portland Indonesia
g) Syarat – syarat Kapur Bahan Bangunan
h) Peraturan Bata Merah Bangunan Indonesia
i) Standar – standar Indonesia (SNI) dan International bagi bagian – bagian khusus
yang belum tercakup dan standar – standar di atas.
116
2. KOMPONEN BAHAN KONSTRUKSI
 Pekerjaan Beton
 Pekerjaan Beton Cyclop
 Pekerjaan Kayu
 Pekerjaan Pasangan Batu Kali
 Pekerjaan Batu Bata
 Pekerjaan plesteran
 Pekerjaan Siaran
 Pekerjaan struktur baja
 Pekerjaan jalan
 Pekerjaan perpipaan
 Pekerjaan pancang
 Pekerjaan mekanikal
 Pekerjaan elektrikal
 Pekerjaan Galian Tanah
 Pekerjaan Buangan Tanah
 Pekerjaan Timbunan Tanah
 Pekerjaan Sambungan Penggerak
 Dan Lain - Lain 117
3. KRITERIA PENILAIAN
 Ketersediaan Bahan / Material
- Sumber
- Regional
- Transportasi
a) Darat b) Laut c) Udara d) Kombinasi
- Cadangan ( stock )
- Kemampuan suplai
- Kuantitas yang mencukupi

 Kualitas Bahan / Material


- Kesesuaian dengan spesifikasi
- Terbukti aman digunakan bagi konstruksi

 Kemampuan Suplai
- Kelas suplaier ( kelas menengah – kecil )
- Pengalaman suplai / reputasimya
- Pengalaman penggunaan bahan oleh pelaksanaan pekerjaan terdahulu
- Kesiapan armada pengangku
118
 Harga Bahan
- Harga Satuan
- Harga Pengangkutan

4. Sumber Informasi

Berbagai sumber informasi, formal maupun informal perlu di datangi untuk


mencari informasi / data / petunjuk yang akuran.
Sumber – sumber informasi tersebut :

Formal : - Kantor Gubernur


- Kantor PU Setempat
- Kantor Bappeda
- Kontraktor BUMN
- Kontraktor Swasta
- Balai Penelitian PU / PT

Non Formal : - Kontraktor Lokal


- Suplier / Toko Lokal
- Dan lain - lain

119
CARA PENGERJAAN
Urutan – urutan berikut ini dilakukan dalam survai pengkajian bahan konstruksi sistem
Penyediaan Air Baku .

A. LINGKUP PERENCANAAN
Sebelum melakukan survai dan pengkajian perlu di identifikasikan lingkup tingkat
dan skala perencanaan yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
jenis dan volume material yang diperlukan dalam konstruksi nantinya.

B. KRITERIA PENILAIAN/SPESIFIKASI TEKNIS


Petugas survai dan pengkajian perlu mempelajari kriteria penilaian dan spesifikasi
Teknis.

C. SURVAI DAN PENGKAJIAN BAHAN KONSTRUKSI


Sumber –sumber informasi yang harus didatangi dan diwawancarai secara seksama.
Survai harus mencakup :

- Kualitas barang ( sesuai spesifikasi )


- Kuantitas barang ( kemampuan suplai )
- Harga
120
Wawancara dengan balai – balai penelitian / laboratorium PU atau PT perlu dilakukan
Untuk mengetahui kualitas bahan, demikian juga dengan kontraktor lokal / regional /
Nasional untuk mendapatkan pengalaman – pengalaman dalam melaksanakan peker-
Jaan – pekerjaan konstruksi yang pernah dilakukan di lokasi proyek.

Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah harga satuan bahan :
 Harga Bahan
 Biaya Transportasi
 Restribusi ( galian C )

D. BAHAN KONSTRUKSI POTENSIAL


Berdasarkan kegiatan-kegiatan sebelumnya harus mendapat kesimpulan mengenai
bahan-bahan konstruksi yang potensial untuk digunakan dalam konstruksi sistem
penyediaan air baku. Survai dan pengkajian harus dapat :
- Menentukan jenis konstruksi dominan/major item apa yang paling sesuai untuk
digunakan yaitu : Beton, Baja dan Kayu
- Memberi informasi mengenai harga bahan
- Menghindari permasalahan kekurangan atau ketidak cocokan bahan pada tahap
pelaksanaan. 121
DIAGRAM ALIR SURVEI DAN PENGKAJIAN BAHAN KONSTRUKSI

KRITERIAN PENILAIAN BALAI


` KANTOR PU PENELITIAN
PU/PT

SPESIFIKASI SURVAI PENGKAJIAN BAHAN BAHAN KONSTRUKSI


`
TEKNIS BAHAN ` `
KONSTRUKSI POTENSIAL

LINGKUP KONTRAKTOR
SURVAI
` LOKAL/REGIONAL/
PERENCANAAN NASIONAL
PASAR/
SUPLIER

PROSES PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN


` AIR BAKU
122
TATA CARA SURVAI DAN PENGKAJIAN ENERGI
1. KETENTUAN UMUM
Berbagai sumber daya energi yang berpotensi untuk digunakan dalam sistem
penyediaan air baku, baik yang bersifat konvensional maupun alternatif, akan
bahas berikut ini.

2. KETENTUAN TEKNIS
SUMBER DAYA ENERGI ( SDE )
Secara garis besar sumber daya energi dikelompokkan sebagai berikut :
a) Energi Konvensional
 PLN
 Generator
b) Energi Alternatif
 Tenaga Surya
 Angin

123
1. PLN
Sumber daya listrik utama pada instalasi menggunakan listrik PLN. Melalui jaringan
listrik penerangan menengah 20 KVA yang kemudian tetangannya diturunkan
kembali menjadi 660 V/380 V dengan menggunakan trafo, biasanya untuk yang
besar < 200 KVA trafo dipasang, pada tiang listrik apabila lebih besar dari 200 KVA di
pasang pada rumah trafo (ganrdu). Sumber daya listrik PLN ini biasanya digunakan
pada pompa

2. GENERATOR
Generator biasanya dijadikan sumber daya cadangan apabila di instasi tersebut di
lewati oleh jaringan listrik, sehingga pada saat PLN mati maka dapat digantikan
dengan generator. Generator ini dapat juga menjadi sumber daya utama apabila
instalasi tersebut belum dilewati jaringan listrik, biasanya lebih dari 1 unit.
Pada umumnya 200 V/380 V V/3 fase/50 Hz/1.500 RPM dengan daya yang berva-
asi tergantung daya motor dieselnya.

124
3. TENAGA SURYA
Solar Cell ( photovoltaic) terbuat dari bahan semikonduktor, yang paling sering di
gunakan adalah silikon.
Tenaga surya sangat ekonomis untuk digunakan bagian daerah diluar jangkuan PLN
dengan sinar matahari yang cukup. Sumber energi surya harganya cenderung turun,
dimana harga energi konvensional cenderung naik.

4. ANGIN
Sumber daya energi yang berasal dari angin dapat berupa :
- Pemompaan langsung : positive displacement pump
- Generator listrik : direct current submersible pump
Energi angin terbukti merupakan sumber energi termurah bila :
- Keberadaan angin terjamin
- Menggunakan buatan lokal
Keberadaan angin ditentukan oleh :
- Letak geografis optimum
- Variasi kecepatan angin dengan ketinggian
- Variasi kecepatan angin dengan waktu ( 3 m/jam )
- Kecepatan angin maksimum untuk analisis tegangan

125
PENILAIAN SUMBER DAYA ENERGI ( SDE )
Berbagai faktor menentukan sumber daya energi yang akan digunakan secara garis
Besar adalah :
 Ekonomis
 Keterjangkuan sistem PLN
 Ketersediaan potensi alam ( angin – sinar matahari )
 Kemudahan operasi dan pemeliharaan

126
PERPIPAAN TRANSMISI AIR BAKU
a) Penentuan dimensi perpipaan transmisi air baku dapat menggunakan formula :
Q=VxA
Q = debit ( m3/detik )
V = kecepatan pengaliran ( m/detik )
A = luas penampang pipa ( m2 )
D = diameter pipa ( m )
b) Kualitas berdasarkan tekanan yang direncanakan, untuk pipa bertekanan tinggi
dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) medium atau pipa HDPE atau pipa ber –
sarkan SNI atau jenis pipa lain yang telah memiliki SNI atau standar international
setara.
c) Jaringan pipa didesain pada jalur yang ditentukan dan gambar sesuai dengan
zone pelayanan yang di tentukan dari jumlah konsumen yang akan dilayani,
penggambaran dilakukan skala maksimal 1 : 5.000

127
RESERVOIR
• Lokasi dan tinggi reservoir ditentukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a) Reservoir pelayanan di tempat sedekat mungkin dengan pusat daerah pelayanan
kecuali kalau keadaan tidak memungkinkan. Selain itu harus dipertimbangkan
pemasangan pipa paralel

b) Tinggi reservoir pada sistem gravitasi ditentukan sedemikian rupa sehingga


tekanan minimum sesuai hasil perhitungan hidrolis di jaringan pipa distribusi.
Muka air reservoir rencana diperhitungkan berasarkan tinggi muka air minimum.

c) Jika elevasi muka tanah wilayah pelayanan bervariasi, maka wilayah pelayanan
dapat dibagi menjadi beberapa zone wilayah pelayanan yang dilayani masing –
masing dengan reservoir.

128
PEMILIHAN POMPA
Faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pompa adalah :

1) Efisien pompa, kapasitas pompa dan total head pompa mampu beroprasi
dengan efisien tinggi dan bekerja pada titik optimum sistem.

2) Tipe Pompa
- Bila ada kekhawatiran terendam air, gunakan pompa tipe vertikal
- Bila total head kurang dari 6 m, ukuran pompa ( bore size ) lebih dari 200 m,
menggunakan tipe mixed flow atau axial flow
- Bila total head lebih dari 20 m, atau ukuran pompa lebih kecil dari 200 mm, di
gunakan tipe sentrifugal
- Bila head hisap lebih adri 6 m atau pompa tipe mixed flow atau axial flow yang
lubang pompanya (bore zise) lebih besar dari 1.500 mm, digunakan pompa
vertikal

129
3) Kombinasi Pemasangan Pompa
Kombinasi pemasangan pompa harus memenuhi syarat titik optimum kerja pompa.
Titik optimum kerja pompa terletak pada titik potong antara kurva pompa dan kurva
sistem.
Penggunaan beberapa pompa kecil lebih ekonomis dari pada pompa satu besar.
Pemakian pompa kecil akan lebih ekonomis pada saat pemakian air minimum di
daerah distribusi. Perubahan dari operasi satu pompa ke operasi beberapa pompa
mengakibatkan efisiensi pompa masing – masing berbeda - beda.

4) Pompa Cadangan
Pompa cadangan diperlukan untuk mengatasi suplaiair saat terjadi perawatan dan
perbaikan pompa. Pemasangan beberapa pompa sangat ekonomis, dimana pada saat
jam puncak semua pompa bekerja, dan apabila salah satu pompa tidak dapat berfungsi,
maka kekurangan supai air ke daerah pelayanan tidak terlalu banyak.

130
Gejala water hammer ( pukulan air ) yang umum terjadi pada saat sistem transmisi
Adalah sebagai berikut :
a) Pada pipa yang dihubungkan dengan pompa
Pemilihan metoda pencegahan pukulan air ( water hammer ) harus berdasarkan
ketentuan variabel

b) Pada jalur pipa transmisi yang memungkinkan terjadi tekanan negatif dan tekanan
uap air lebih besar akan menyebabkan terjadi penguapan dan terjadi pemisahan
dua zat cair. Bagian yang berisi uap ini kerena bertekanan rendah akan terisi
kembali sehingga dua kolom zat cair yang terpisah akan menyatu kembali secara
saling membentur, maka di tempat benturan ini pipa dapat pecah. Pada jalur pipa
yang paling tinggi harus dilengkapi dengan katup udara (air valve), sehingga
udara dari atmofir dapat terisap masuk pipa. Penggunaan katup ini tidak akan
menimbulkan masalah jika udara yang terisap dapat dikeluarkan kembali oleh
air di sebelah hilir katup.

131
PERHITUNGAN VOLUME, ANALISA HARGA SATUAN, RAB, DAN SPESIFIKASI
TEKNIS
Tujuan :
Dilakukan untuk menghitung biaya proyek dan spesifikasi Teknis

Standar Kompetensi :
Peserta pelatihan mampu menghitung volume pekerjaan, membuat AHSP, RAB dan
menyusun Spesifikasi Teknis Pekerjaan.

Kompetensi Dasar :
• Menghitung volume pekerjaan
• Menyusun Rencana Anggaran Biaya
• Menyusun Spesifikasi Teknis Pekerjaan.

132
PERHITUNGAN VOLUME, ANALISA HARGA SATUAN, RAB, DAN SPESIFIKASI
TEKNIS

Dalam perhitungan volume pekerjaan perencanaan air baku secara umum dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Pekerjaan dalam satuan lump sum – ls
2. Pekerjaan dalam satuan panjang – m1
3. Pekerjaan dalam satuan luas – m2
4. Pekerjaan dalam satuan volume - m3
5. Pekerjaan dalam satuan - bh

133
Analisa harga satuan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum danPerumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor: 28/PRT/M/2016; Tanggal 1 Agustus 2016 Tentang
Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum

• Penyusunan Harga Satuan

Jenis / Item Pekerjaan

Tenaga kerja Bahan yg Peralatan Penyusutan

digunakan Overhead

Keuntungan

Dll.

Analisa Harga Satuan

Harga Satuan Pekerjaan


134
STRUKTUR ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN ( AHSP )

A. BIAYA LANGSUNG B. BIAYA TDK LANGSUNG

T.KERJA BAHAN ALAT B 1 : BIAYA UMUM B 2 : KEUNTUNGAN

- UPAH , TRANSPORTASI
- HARGA ALAT, BUNGA
BANK, ASURANSI
- HARGA BAHAN, JARAK
ANALISA HSD
KE LOKASI, URUTAN
KERJA, DAN SEBAGAI
NYA

- METODE KERJA,
JARAK KE LOKASI,
KONDISI JALAN
- SPESIFIKASI UMUM, ANALISA HSP : ( A ) B = ( B.1 + B.2 ) = CONTOH
KHUSUS, RKS, ( MEKANIS/PRODUKTIVITAS DAN/ATAU MAKSIMUM
GAMBAR DAN MANUAL 15 % ( A )
SEBAGAINYA

HARGA SATUAN PEKERJAAN ( HSP ) = ( A + B )


STRUKTUR ANALISIS HARGA SATUAN DASAR ( HSD ) ALAT MEKANIS

CONSUMABLES :
SPESIFIKASI ALAT : INVESTASI ALAT : - BAHAN BAKAR (Mb)
- TENAGA MESIN (Pw) - SUKU BUNGAN (i) HARGA : - PELUMAS (Mp)
- KAPASITAS ( Cp ) - HARGA ALAT (B) - UPAH OPERATOR/DRIVER (U.1)
- SUKU CADANG
- JAM KERJA ALAT /THN (W) - ASURANSI (Ins) - PEMBANTU OPERATOR/DRIVER
- UMUR EKONOMIS (A) (U.2)

BIAYA OPERASI PER JAM :


BIAYA PASTI : - BAHAN BAKAR(H)
- NILAI SISA ALAT (C) - BIAYA PELUMAS (I)
- FAKTOR ANGSURAN (D) - BIAYA BENGKEL (J)
- BIAYA PENGEMBALIAN MODAL (E) - BIAYA PERAWATAN/PERBAIKAN (K)
- BIAYA ASURANSI (F) - BIAYA OPERATOR (L)
- BIAYA PASTI (G) - BIAYA PEMBANTU OPERATOR (M)
- BIAYA OPERASI (P)

HSD ALAT ATAU HARGA SEWA ALAT/JAM (S) : ( G + P ), RUMUS ( 14 )


STRUKTUR ANALISIS HARGA SATUAN DASAR ( HSD ) BAHAN

- JARAK QUARY KE HARGA SATUAN DASAR


HARGA SATUAN BAHAN BAKU DI LOKASI (L) ( HSD ) ALAT/JAM
QUARY ( M3 ) - KONDISI JALAN, Rp. (E)
Rp. ( M.01 ) KECEPATAN (V)
- BERAT ISI BAHAN (D)

KAPASITAS ALAT (V)


FAKTOR EFISIENSI ALAT ( Fa)
FAKTOR LAIN ( Fb, Fv, Fk )
WAKTU SIKLUS PRODUKSI ( Ts)

KAPASITAS PRODUKSI ALAT/JAM ( Q )

BIAYA ALAT / SATUAN PENGUKURAN ( Rp (En= 1)  Rp. (n)

HSD BAHAN DI BASE CAMP/LOKASI : Rp. (M.01) + Rp. (E n=1 ) + ....... + Rp. (En)
RENCANA ANGGARAN BIAYA
RAB proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan dalam suatu proyek
konstruksi yang terdiri dari biaya bahan, upah tenaga, serta biaya lain yang berhubungan
dengan proyek tersebut berdasarkan perhitungan volume pekerjaan.

1. Dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya berpatokan pada volume dan harga
satuan.
2. Pada akhir jumlah biasanya ditambahkan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10 %.
3. Urutan perhitungan RAB :
- Perhitungan Volume Pekerjaan
- Daftar Analisa Harga Satuan Pekerjaan
- Over head 15 %
- Rencana Anggaran Biaya (RAB)
- PPN 10 % dari RAB
4. Supervisi Konstruksi

138
SPESIFIKASI TEKNIS

Spesifikasi teknis :
1. Standar Spesifikasi
• Sifat-sifat dan kualitas bahan/material dan kecakapan kerja
• Metoda dan urutan pelaksanaan pekerjaan
• Persyaratan-persyaratan khusus berkaitan dengan keamanan dan keselamatan kerja.

2. Syarat Bahan, Penyimpanan dan Pelaksanaan


a. Syarat Bahan
Bahan konstruksi harus sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan yaitu menyangkut
banyak persyaratan seperti ukuran, jenis, komposisi dst yang tidak disebutkan disini
satu persatu karena sangat banyak itemya.

139
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Syarat Penyimpanan
Bahan- bahan yang akan digunakan disimpan dalam suatu areal (terbuka) atau
gudang (tertutup) dengan syarat-penyimpanan tertentu agar kualitasnya tidak
menurun.

c. Syarat Pelaksanaan
Merupakan ketentuan standard yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pekerjaan /
bagian pekerjaan sesuai dengan standard tata cara pelaksanaan pekerjaan.

140
PENGELASAN PIPA GIP
PENGELASAN PIPA GIP
PENYAMBUNGAN PIPA HDPE
PENGELASAN PIPA TREELAYER

144
145
146
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai