PASAL 1
SYARAT-SYARAT UMUM
1.Lingkup Pekerjaan 1.1 Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan pada Pekerjaan Interior
1.2 Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan dan perinciannya pada Pekerjaan
Perencanaan Partisi Ruang Kerja dan Mebeulair melekat , mencakup antara
lain :
2.Penjelasan Gambar 2.1 Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-
Kerja dan RKS baiknya seluk-beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan meneliti dan
mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis (RKS) seperti yang diuraikan dalam buku ini, termasuk
tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2.2 Ukuran
a. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar
Kerja dan Gambar Pelengkap meliputi :
as – as
dalam – dalam
3.Peraturan 3.1 Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti
Pembangunan Dan dan memenuhi persyaratan-peryaratan teknis yang tertera dalam persyaratan
Standar Yang Normalisasi Indinesia (NI), Standar Industri Indonesia (SII) dan peraturan-
Digunakan peraturan Nasional maupun peraturan-peraturan setempat lainnya yang
berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan termasuk segala
perubahan dan tambahannya
3.2 Selain ketentuan diatas, berlaku pula :
a. Gambar Bastek yang dibuat oleh Perencana yang sudah disahkan
oleh Pemberi Tugas, termasuk juga Gambar-gambar Kerja yang
dibuat oleh pemborong dan sudah disetujui/ disahkan oleh Pemberi
Tugas.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
d. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan / Kontrak
e. Surat Penawaran berikut lampiran-lampirannya
f. Rencana kerja Pelaksanaan (Time Schedule) yang dibuat oleh
pemborong dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
3.3 Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar
tersebut di atas, maupun standar-standar nasional lainnya, maka
Hal .2 dari 25
Spesifikasi Teknis
4.Tanggung Jawab 4.1 Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai
Kontraktor dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja. Kontraktor wajib
melaksanakan semua pekerja dengan mengikuti petunjuk dan syarat
pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang
dipergunakan sesuai Rencana Kerja dan Syarat-syrat Teknis, dan atau
petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas. Sebelum melaksanakan
setiap perkerjaan dilapangan, kontraktor wajib memperhatikan dan
melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain menyangkut pekerjaan
yang bersifat dekoratif, serta mendapat ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
4.2 Seluruh bahan, peralatan kontruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan
oleh Kontraktor, demikian juga metode / cara pelaksanaan pekerjaan, harus
diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan
Pengawas/Owner.
4.3 Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat,
mengawasi, menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung
jawab tersebut di atas.
4.4 Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor wajib memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya kontraktor sendiri.
4.5 Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan, maka Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran
perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal
ini tidak dilakukan, kontraktor bartanggung jawab atas kerusakan yang timbul.
4.6 Kontraktor bertanggung jawab atas tenaga kerja yang dikerahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan, menjaga ketertiban baik di dalam lokasi maupun di
luar lokasi proyek demi kelancaran pelaksanaan.
4.7 Segala biaya yang timbul akibat kelalaian kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4.8 Selama pekerjaan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan
bahan/material, barang milik proyek, konsultan Pengawas dan milik pihak
ketiga yang ada dilapangan, maupun pekerjaan yang dilaksanakannya
sampai dengan tahap serah terima kedua.
4.9 Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang
telah dipasang maupun belum, adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak
akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
4.10 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor berjanggung jawab atas akibatnya, baik
yang berupa barang – barang maupun keselamatan jiwa.
4.11 Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang tidak dipergunakan lagi
keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaan menjadi tanggungan Kontraktor.
4.12 Konraktor wajib memasukan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-
masing anggota kelompok kerja pelaksanaan pekerjaan ini dan inventarisasi
peralatan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini.
4.13 Kontraktor wajib memasukan identifikasi tempat kerja (Workshop) dan
peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan akan diaksanakan, serta jadual
kerja.
4.14 Semua sarana kerja yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi
persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan pekerjaan di
lapangan.
Hal .3 dari 25
Spesifikasi Teknis
5.Kuasa Kontraktor Di 5.1 Dilapangan Pekerjaan, Kontraktor wajib menunjukan seorang kuasa
Lapangan kontraktor atau biasa disebut Projek Manager / Pelaksana yang cakap untuk
memimpim pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan memdapatkan kuasa
penuh dari Kontraktor, dengan kualifikasi sesuai dengan yang dianjurkan
dalam Usulan Teknis. (Berpendidikan minimal Sarjana Teknik Sipil/Arsitektur
atau sederajat minimal pengalaman 5 (lima) tahun dam memiliki pengalaman
mengerjakan pekerjaan sejenis).
5.2 Dengan adanya Pelaksanaan, tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajiban.
5.3 Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada Tim Pengelola Teknis
dan Konsultan Pengawas, Nama dan Jabatan Pelaksana untuk mendapat
persetujuan.
5.4 Bila di kemudian hari, menurut pendapat Pemberi Tugas dan Konsultan
Pengawas, Pelaksana kurang mampu atau tidak cukup cakap dalam
memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada kontraktor secara
tertulis untuk mengganti Pelaksana
5.5 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan,
kontraktor harus menunjuk pelaksana baru atau kontraktor sendiri
(penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin
pelaksanaan.
6.Tempat Tinggal 6.1 Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja diluar jam kerja apabila terjadi
(Domisili) Kontraktor hal-hal mendesak, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara
dan Pelaksana tertulis, alamat dan nomor telepon dilokasi kepada Panitia Pembangunan dan
Konsultan Pengawas.
6.2 Alamat Kontraktor dan Pelaksana diharapkan tidak sering berubah – ubah
selama pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, kontraktor dan pelaksana
wajib memberitahukan segera secara tertulis.
7. Jadwal Pelaksanaan 7.1 Sebelum memulai pekerjaan dilapangan, Kontraktor wajib membuat Rencana
Kerja Pelaksanaan (Work Planing) dan bagian – bagian pekerjaan berupa
Bar-Chat dan S-Curve Bahan dan Tenaga. Pemborong harus mengusahakan
bahwa dalam pelaksanaan pembangunan / Pekerjaan-pekerjaan sesuai
dengan rencana kerja tersebut.
7.2 Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan tersebih dahulu
dari Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 1 (satu) hari kalender
setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor. Rencana
Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, akan disahkan Pemberi
Tugas.
7.3 Kontraktor wajib memberi salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada
Konsultan Pengawas, yang selanjutnya akan memberikan 1 (satu) salinan
Rencana Kerja kepada Perencana. Satu salinan kerja harus ditempel bada
dinding bangsal Kontraktor dilapangan yang selalu diikuti dengan grafik
kemajuan/prestasi kerja.
7.4 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan
Rencana Kerja tersebut.
7.5 Sebelum melaksanakan pembangunan / pekerjaan. Pihak Pemborong
berkewajiban meneliti semua gambar kontruksi / struktur, dan bila terdapat
kekeliruan / kesalahan yang sekiranya menurut anggapan pemborong akan
membahayakan, maka pihak Pemborong harus segera memberitahukan
secara tertulis kepada Pimpinan Pelaksanaan Proyek ini bahan pertimbangan
penanggulangannya.
7.6 Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu
menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin
penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang
diperpanjang, maka Pengawasan harus memberikan petunjuk secara tertulis
langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang ditentukan.
Hal .4 dari 25
Spesifikasi Teknis
Hal .5 dari 25
Spesifikasi Teknis
pada jarak yang cukup. Bahan papan nama dapat dibuat dari papan kayu atau
baja pelat lembaran lapis seng.
8.7 Dokumentasi
Kontraktor Kontruksi harus memperhitungkan biaya pembuatan
dokumentasi proyek serta pengirimannya ke Project Management.
9.Pengukuran 9.1 Pekerjaan yang dimaksud dalam dokumen ini merupakan rencana pekerjaan
yang akan dilaksanakan dilokasi yang telah ditentukan apa adanya. Data
ukuran ketinggian plafon, Data Ukur Furniture Custom, Data ukur Treatment
Dinding dimaksudkan sebagai informasi umum dan titik-titik tolak untuk
pelaksanaan pekerjaan ini oleh Kontraktor.
9.2 Seluruh titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran-
ukuran setempat, yaitu titik-titik ukuran dalam setiap ruangan yang ada
dilapangan proyek seperti yang direncanakan dalam gambar-gambar. Ukuran
– ukuran tersebut pada pasal terdahulu dimaksudkan sebagai garis besar
pelaksanaan dan pegangan Kontraktor.
9.3 Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaaan lokasi, sifat dan
luasnya pekerjaan dan hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
Penawaran yang diserahkan Kontraktor harus sudah meliputi semua biaya
untuk pelaksanaannya sesuai dengan ukuran-ukuran dan ketinggian-
ketinggian yang ditentukan pada gambar-gambar. Kelalaian atau kekurang
telitian kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan alasan untuk mengajukan claim
/ tuntutan.
9.4 Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan dan tenaga
kerja termasuk juru ukur, yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pencocokan ulang ukuran gambar perencanaan dengan lokasi eksisting
pekerjaan terutama selisih ukuran bersakala kecil agar pekerjaan nanti bisa
terlihat sempurna. Karena Pada dasarnya pekerjaan ini bersifat interior yang
tidak hanya dinilai segi kuantitas dan kualitas juga dinilai dari segi keindahan.
9.5 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan
pengukuran kondisi tapak terhadap posisi rencana pekerjaan baru. Hasil
pengukuran harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas / Owner dan
Konsultan Perencana ketidakcocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan
Keadaan lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan ke Owner /
Konsultan Pengawas untuk diminta keputusannya dan dibuatkan Shop
Drawing .
Hal .6 dari 25
Spesifikasi Teknis
Hal .7 dari 25
Spesifikasi Teknis
12.Pemeriksaan 12.1 Owner dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa
Pekerjaan olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua
bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang
dikerjakan/dipersiapkan atau dimana bahan/barang dibuat. Kontraktor harus
memberi fasilitas dan membantu untuk memasuki tempat-tempat tersebut.
12.2 Kontraktor diwajibkan meminta kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa
setelah menyelesaikan suatu bagian pekerjaan untuk persetujuannya,
sebelum memulai pekerjaan lanjutannya. Baru bila Konsultan Pengawas telah
menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya.
12.3 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan (tidak dihitung hari libur/hari
raya) tidak dipenuhi oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang harusnya diperiksa dianggap telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Hal ini dikecualikan bila Konsultan Pengawas
minta perpanjangan waktu.
12.4 Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Konsultan Pengawas berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
Hal .8 dari 25
Spesifikasi Teknis
12.5 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus
memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Pengawas untuk memeriksa.
Apabila surat permohonan pemeriksaan tidak dipenuhi/ditanggapi oleh
Konsultan Pengawas/Owner, maka Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian pekerjaan yang seharusnya diperiksa dianggap
disutujui oleh Konsultan Pengawas/Owner.
12.6 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi
karena bahan/material/komponen jadi, maupun mutu hasil pekerjaan itu
sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas/Owner, harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan
oleh Konsultan Pengawas/Owner.
12.7 Apabila ada bagian pekerjaan yang dilanjutkan sebelum disetujui, tetapi
karena ‘keadaan mendesak’ dilanjutkan oleh Kontraktor, maka Kontraktor
tetap bertanggung jawab atas bagian pekerjaan tersebut maupun akibat yang
ditimbulkan atas bagian pekerjaan sebelumnya terhadap hasil bagian
pekerjaan lanjutannya. Perintah perbaikan atas hasil pekerjaan lanjutan, yang
berakibat pula pada perbaikan pekerjaan sebelumnya yang telah disetujui,
tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
12.8 Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Owner berhak
untuk membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali
menjadi tanggungan Kontraktor, dan tidak dapat diklaim sebagai biaya
pekerjaan tambahan, atau sebagai alasan untuk perpanjangan waktu
pelaksanaan.
13.Kualitas Pekerjaan 13.1 Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas pengerjaannya terbaik dan hanya
tenaga-tenaga kerja terbaik dalam tiap jenis-jenis pekerjaan diijinkan untuk
melaksanakan pekerjaan bersangkutan. Kualitas pekerjaan atau kualitas
hasil pekerjaan yang kurang memenuhi syarat akan ditolak dan dilarang untuk
diteruskan kegiatannya.
13.2 Selama pekerjaan berlangsung Owner berhak sewaktu-waktu
memerintahkan secara tertulis kepada Kontraktor :
a. Untuk menyingkirkan dari tempat pekerjaan, dalam jangka waktu
tertentu, bahan-bahan/material yang dianggap tidak sesuai dengan
kontrak.
b. Penggantian bahan-bahan atau material yang tidak cocok dan sesuai.
c. Pembongkaran serta pembuatan baru yang sesuai (terlepas dari test-
test terdahulu atau pembayaran dimuka) dari sembarang pekerjaan
yang menurut Owner secara material atau keahlian tidak cocok
dengan kontrak.
13.3 Kegagalan Konsultan Pengawas untuk menolak pekerjaan atau material tidak
menutup kemungkinan Owner di kemudian hari menolak suatu pekerjaan
atau material yang dianggap tidak cocok dengan kontrak serta
memerintahkan untuk membongkarnya atas tanggungan Kontraktor.
13.4 Pengujian Hasil Pekerjaan.
Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan
diuji dengan cara dan tolok ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam
referensi yang ditetapkan dalam Bab RKS.
14.Gambar Kerja 14.1 Shop Drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus
(Shop Drawing) dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah
disesuaikan dengan keadaan lapangan. Kontraktor wajib membuat shop
drawing pada setiap akan melaksanakan suatu pekerjaan dan untuk
membuat detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam Gambar
Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas.
14.2 Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan,
keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan
Hal .9 dari 25
Spesifikasi Teknis
khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap
di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun dalam buku ini.
14.3 Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut sebanyak 3 (tiga)
rangkap atas biaya Kontraktor kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Persetujuan tersebut tidak
melepaskan Kontraktor dari tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan
Kontraktor.
14.4 Pelaksanaan pekerjaan fisik dilakukan berdasarkan shop drawing yang telah
disetujui Konsultan Pengawas. Apabila karena metode pelaksanaan, detail
pada shop drawing berbeda dengan yang dimaksud dalam Gambar
Kerja/Dokumen Kontrak, maka untuk perbedaan tersebut akan diminta
persetujuan Konsultan Perencana.
15.Gambar Perubahan 15.1 Gambar Kerja/Dokumen Kontrak hanya dapat berubah atas permintaan
tertulis oleh Pemberi Tugas dan dibuat oleh Konsultan Perencana.
15.2 Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa
yang diperintahkan oleh Pemberi Tugas, yang jelas memperlihatkan
perbedaan antara gambar kerja dan perubahan rencana.
15.3 Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya
(gambar asli) dan diberikan kepada Kontraktor melalui Konsultan Pengawas.
16.Gambar Sesuai 16.1 Gambar pelaksanaan adalah gambar yang sesuai dengan apa yang
Kenyataan ( As dilaksanakan, baik karena penyimpangan ataupun tidak, termasuk semua
Built Drawing ) perubahan atas perintah dan persetujuan Konsultan Perencana/Owner, dan
yang tidak terdapat dalam Gambar Kerja.
16.2 Kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang
dilaksanakan. Gambar tersebut memperlihatkan perbedaan antara gambar
rencana dengan pekerjaan yang dilaksanakan, serta harus diserahkan
kepada Konsultan Pengawas sebanyak 3 (tiga) rangkap berikut gambar asli
(kalkir) atas biaya ditanggung Kontraktor.
16.3 Penyerahan gambar pelaksanaan (as built drawing) dilakukan setelah
pekerjaan selesai dan diserah-terimakan.
17.Supplier dan Sub 17.1 Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub-
Kontraktor Kontraktor) yang memang sudah ahli dan terbiasa dalam melaksanakan
pekerjaan yang ditawarkan dan dalam hal pengadaan bahan/material dan
pemasangannya, maka Kontraktor wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
17.2 Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk
Konsultan Pengawas dengan Kontraktor bawahan atau Supplier bahan.
17.3 Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk
pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut
perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.
19.Jaminan dan 19.1 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa
Keselamatan Kerja pemeliharaan, Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan
keamanan pekerja, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang
diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka
Kontraktor harus bertanggung jawab memperbaikinya.
19.2 Kontraktor wajib menjamin keselamatan para tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan
memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang
berlaku (Jamsostek).
19.3 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah
bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
19.4 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah
bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
19.5 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah
bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
19.6 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah
bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
19.7 Sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Tenaga Kerja Nomor : 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27
Januari 1984 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun
1977 Bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas Pada Kontraktor Induk
maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan Proyek-Proyek Pembangunan,
pihak pemborong yang ikut serta dalam program ASTEK dan
memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Pelaksana Proyek.
20.Pekerjaan Tambah 20.1 Tata cara pelaksanaan dan penilain perubahan, penambahan dan
Kurang pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
20.2 Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan tertulis dalam
buku harian oleh Konsultan Pengawas, serta persetujuan Pemberi Tugas.
20.3 Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada
perintah tertulis dari Konsultan Pengawas atau persetujuan Pemberi Tugas.
20.4 Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga
satuan pekerjaan yang dimasukkan oleh Kontraktor yang pembayarannya
diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir.
20.5 Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga
satuan pekerjaan yang dimasukkan dalam penawaran, harga satuannya akan
ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan Pengawas bersama-sama Kontraktor
dan persetujuan dari Pemberi Tugas.
20.6 Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab
keterlambatan penyerahan pekerjaan, tetapi Pemberi Tugas atas
rekomendasi Konsultan Pengawas dapat mempertimbangkan perpanjangan
waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.
21.Pemeliharaan 21.1 Jangka waktu pemeliharaan adalah : 180 (seratus delapan puluh) hari
Pekerjaan kalender dihitung dari tanggal penyerahan pekerjaan pertama (pekerjaan
selesai 100%). Dalam jangka waktu tersebut, Kontraktor wajib memperbaiki
cacat-cacat tersembunyi, hasil pekerjaan yang tidak baik dan melengkapi
kekurangan-kekurangannya yang dilakukan oleh Kontraktor akibat tidak
baiknya pelaksanaan pekerjaan dan kurangnya mutu bahan seperti tertulis
dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Berita Acara Rapat
Penjelasan Pekerjaan ini atas biaya Kontraktor.
21.2 Bila dalam jangka waktu pemeliharaan atas perintah Konsultan Pengawas,
Kontraktor tidak melaksanakan pekerjaan perbaikan tersebut, maka Pemberi
Tugas berhak menyuruh pihak ketiga (Kontraktor lain) untuk mengerjakannya
atas beban Kontraktor.
21.3 Penyerahan pekerjaan kedua kalinya (terakhir) harus dilakukan sesudah
habis jangka waktu pemeliharaan, dan sampai berakhirnya pekerjaan
perbaikan yang harus dilaksanakan.
PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2.1.4 Pembongkaran
a. Pembongkaran dilakukan dengan alat-alat yang mencukupi, tepat guna dan aman. Pengawasan
agar dilakukan tehadap timbulnya debu, suara dan getaran yang mempengaruhi lingkungan
sekitar/sekelilingnya.
b. Agar diusahakan alat-alat atau cara-cara pengamanan, baik untuk bangunan yang tidak dibongkar
atau kesiapan-kesiapan pekerjaannya
c. Segala kerusakan yang terkadi menjadi Tnggung jawab pelaksana pembongkaran / kontaktor.
d. Puing-puing hasil pembongkaran harus segera dibuang dari lokasi pekerjaan (proyek).
e. Semua bongkaran berupa barang yang masih utuh (seperti lampu, dll) dan dapat digunakan
kembali, disimpan dan diserahkan kepada Pemberi Tugas dengan diketahui oleh Konsultan
Pengawas/MK dengan disertai daftra/list item barangbarang tersebut.
PASAL 3
PEKERJAAN TREATMENT DINDING
f. Sebelum Pemasangan Lapisan HPL , pastikan permukaan MDF dalam keadaan bersih, rata dan halus
terutama pada bagian bekas potongan.
g. Bahan Perekat yang digunakan untuk menempelkan HPL menggunakan Lem Aibon 168 .
Untuk cara pemasangannya Beri lem terlebih dahulu pada permukaan HPL dan permukaan MDF yang
sudah terpasang , lalu diamkan lem kering terlebih dahulu selama ± 5 menit .Setelah itu teknik untuk
menempelkan HPL dengan cara penempelan dimulai dari kedua sudut atas/bawah lalu diurutkan ke arah
akhir hingga tidak ada udara pada penempelan HPL.
h. Sambungan HPL/Nut diberi space ± 3 – 5 mm dan diwarnai cat
i. Pastikan Hasil Penempelan HPL tidak ada bagian/permukaan cacat atau bergelombang .
PASAL 4
PEKERJAAN BACKDROF
PASAL 5
PEKERJAAN WALLPAPER DINDING
Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan Wallpaper pada bidang partisi/dinding sesuai yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.
PASAL 6
PEKERJAAN GORDEN
1. Kontraktor /Pemborong menjamin barang yang dikirim adalah asli dan baru serta belum pernah
dipasang ditempat lain.
2. Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab untuk perawatan selama masa garansi masih berlaku.
PASAL 7
PEKERJAAN CUTING STICKER
PASAL 8
PEKERJAAN STAGE
PASAL 9
PEKERJAAN KUSEN PINTU & JENDELA
PASAL 10
PEKERJAAN PLAFOND
Hal .17 dari 25
Spesifikasi Teknis
PASAL 11
PEKERJAAN PENGECATAN
PASAL 12
PEKERJAAN KACA & CERMIN
Untuk kaca lembaran toleransi panjang, lebar, ketebalan, kesikuan dan cacat mengikuti pada Standar Industri
Indonesia (SII – 0891 –78).
2. Untuk cermin, sesuai dengan gambar rencana. Menggunakan bahan perekat khusus (3 m double active
achesive) dan dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman.
3. Hasil pemasangan kaca harus dalam alur rangkanya rapat, kuat / tidak goyang dan dijamin kerapihannya.
4. Pertemuan atau sambungan setiap unit kaca, memakai silicone sealant dengan warna ditentukan kemudian.
Atau warna tsb. diajukan terlebih dulu ke Konsultan Pengawas/MK, Perencana dan Pemberi Tugas.
5. Pada pemasangan dinding kaca tanpa kusen atau frameless, bagian tepi menggunakan profil besi galvanized
atau aluminium profil U ukuran lebih besar dari tebal kaca tsb. Ditanam pada bagian konstruksi, dan jarak atau
gap yang terjadi antara metal profil U dengan kaca, diberi silicone sealant warna putih atau bening.
6. Hasil pemasangan kaca (khususnya kaca bening/clear) yang sudah selesai dan sudah diterima oleh
Konsultan Pengawas/MK diberi tanda agar tidak tertabrak oleh pekerja atau orang lain
PASAL 13
PEKERJAAN HARDWARE
PASAL 14
PEKERJAAN CUSTOM MADE FURNITURE
1. PERSYARATAN UMUM
1.1. Batasan
Lingkup Kerja : Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, disiapkan untuk membuat custommade furniture,
seperti yang dispesifikasikan dan tertera dalam gambar desain.
2. PRODUK
2.1. Bahan / Material
2.1.1. Jenis : jenis bahan / material yang digunakan dalam pembuatan furniture adalah sebagai berikut :
a. Bahan utama 1 : Multipleks minimal 0,9 mm
Hal .20 dari 25
Spesifikasi Teknis
2.1.2. Persyaratan : Pemilihan jenis bahan / material dan sumbernya harus sesuai dengan spesifikasi.
2.1.3. Pengajuan Alternatif : Apabila karena suatu hal, Pelaksana akan mengganti jenis bahan / material atau
sumber yang telah dispesifikasikan, pengajuan alternative tersebut harus memenuhi persyaratan yang ada dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.
3. SYARAT PELAKSANAAN
3.1. Multipleks
3.1.1. Persyaratan : Jenis Multipleks minimal 0,9 mm berkualitas baik atau sesuai yang tercantum
dalam gambar desain.
3.1.2. Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar desain adalah ukuran jadi artinya ukuran kayu sesudah
diserut dan diproses atau diberi finishing.
3.1.3. Kedap air : kayu harus melalui proses tertentu supaya mempunyai kedap air yang cukup,
terutama bila digunakan untuk jenis furniture sebagai berikut :
3.1.4. Kualitas / Mutu Kayu : Kayu yang digunakan harus memiliki kualitas / mutu yang sesuai standard
yang ada dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
3.1.5. Kelembaban Kayu : Persyaratan kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi syarat NI-5
(PPKI tahun 1961). Untuk pekerjaan ini, kelembaban kayu yang dijinkan, baik kayu padat maupun kayu
lapis tidak boleh melebihi 12% WMC. Khusus untuk kayu Kamper atau kayu Kapur tidak diperkenankan
melebihi 10% WMC.
3.1.6. Pola Serat Kayu : Harus diperhatikan pola serat kayu pada pekerjaan kayu dekoratif, baik yang
bersifat “veneer matching”, “cross veneer inlay”, ataupun “banding”, harus sesuai dengan desain dan
pola yang tertera pada gambar desain, serta sesuai dengan contoh warna pada Material color board.
Pengerjaan harus dilakukan sebaik-baiknya sehingga menghasilkan permukaan dekoratif yang betul-
betul rata, sejajar, halus dan menghasilkan daerah-daerah pertemuan yang rapi.
3.1.7. Metode : Semua pekerjaan kayu di tempat pengerjaan harus sebaik mungkin, dalam ruang yang
kering, sirkulasi udara baik dan dijaga agar tidak terkena cuaca / udara langsung. Pencegahan
kerusakan oleh benturan amat mutlak, baik sebelum maupun sesudah terpasang.
3.4.3. Proses laminasi sebaiknya dipress secara hydrolis (High Pressure system ) di bengkel / work-
shop Kontraktor.
3.4.4. Arah serat dari HPL, sesuai yang ditunjukkan dalam gambar rencana/desain.
3.4.5. Permukaan HPL dilarang keras diamplas.
3.7. Mock Up
3.7.1. Penyerahan : Bila jenis furniture yang dibuat berjumlah 10 (sepuluh) buah / unit atau lebih, maka
dalam pelaksanaannya diwajibkan untuk membuat 1 (satu) contoh / mock up.
3.7.2. Penilaian : Mock up tersebut dinilai dan diuji oleh Perencana dan Konsultan Pengawas/MK. Hasil
penilaian mengikat di dalam proses pengerjaan selanjutnya.
3.7.3. Revisi : Bila diperlukan, maka revisi yang menyangkut pekerjaan konstruksi, metode
pelaksanaan atau ukuran-ukuran masih dapat dilakukan oleh Pelaksana, dengan mempertimbangkan
penilaian dan pengarahan dari Perencana dan Konsultan Pengawas/MK.
4. SYARAT PEMELIHARAAN
4.1. Perbaikan : Pelaksana diwajibkan memperbaiki furniture yang rusak, cacat atau ternoda.
4.2. Pengamanan : harus diberi perlindungan agar tidak rusak, karena pekerjaan lain yang mungkin dapat
menyebabkan rusaknya furniture.
4.3. Pelaksana bertanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara seluruh furniture, sebelum dilakukan
penyerahan resmi kepada pihak Pemberi Tugas.
4.4. Finishing ulang : adanya perbedaan suhu di bengkel dan di proyek / site akan mempengaruhi kadar
kelembaban dan finishing dari furniture. Apabila setelah ditempatkan di site diperlukan finishing kembali, maka
biaya yang timbul ditanggung oleh Pelaksana.
PASAL 15
PEKERJAAN WORKSTATION
1. PERSYARATAN UMUM
1.1. Batasan
1.1.1. Lingkup Kerja : Work station untuk spesifikasi ini termasuk pembuatan workstation meja kerja yang lebih
efisien.
1.1.2. Pelaksanaan : Semua pekerjaan work station dan finishing harus dilaksanakan di luar site (work shop)
hanya pekerjaan perbaikan kecil-kecilan serta penyetelan boleh dilakukan di site.
1.3.1. Teknik Ajuan : Detail data ukuran teknis dan spesifikasi bahan dari semua bagian work station sebagai
berikut :
1.3.1.1. Panel / partisi
1.3.1.2. Rangka
1.3.1.4. Perlengkapan-perlengkapan per satuan work station, seperti meja
2. SYARAT-SYARAT BAHAN :
2.1 Partisi : Menggunakan Besi Hollow Galvanis 40x40 mm
2.2 Penutup Partisi : Menggunakan Multipleks dilapis HPL sek. TACO
2.3 Meja : Menggunakan Bahan utama Multipleks dilapisi HPL sek. TACO.
3. SYARAT PELAKSANAAN
3.1. Panel / Partisi
3.1.1. Rangka dalam panel adalah metal (besi hollow galvanis), yang dipasang sangat kuat antar
sambungan.
3.1.2. Bahan rangka dalam tersebut dan pengikat (sekrup, dll) adalah berbahan metal yang anti
karat/korosi.
3.1.3. Rangka bagian dalam, mempunyai lubang-lubang, sebagai tempat /jalur kabel yang
akan melewatinya baik dari samping, atas dan dari bawah.
3.1.4. Sambungan antara panel harus dengan konstruksi yang baik dan kuat.
3.1.9. Jenis penutup panel yang digunakan adalah : Multipleks dilapisi HPL sek.TACO
3.2. Meja
3.2.1. Work top atau Top table, terbuat dari bahan Multipleks lapis HPL dengan Corak sesuai
persetujuan dari Pengawas/Perencana/Pemberi tugas..
3.2.2. Semua bagian dilapis dengan HPL
3.2.3. HPL yang dipakai adalah ex TACO motif kayu dan warna solid atau setara.
3.2.4. Proses finishing HPL bisa dilihat pada Pasal Treatment dinding.
3.2.6. Pelubangan meja untuk kabel dibuat serapih mungkin dan ditutup dengan cable cap (grommet).
3.3. Mock Up
3.3.1. Pelaksana diwajibkan membuat contoh prototype / mock-up.
3.3.2. Prototipe / mock-up tersebut dibuat berdasarkan spesifikasi dan gambar rencana/desain. Pilihan
tipe work-station untuk dibuat mock-up tersebut akan ditunjukkan oleh Perencana.
3.3.3. Contoh prototype/mock-up tersebut dijadikan standard dalam pemasangan workstation
selanjutnya.
3.5. Kebersihan
3.5.1. Semua permukaan panel harus bebas dari cacat, goresan dan noda.
3.5.2. Semua panel harus dilindungi dari kotor dan kerusakan sampai pemasangan selesai.
3.5.3. Kotoran-kotoran yang ditimbulkan dari pemsangan work station harus segera dibuang ke luar site
atas tanggungan Pelaksana.
4. SYARAT PEMELIHARAAN
4.1. Perbaikan : Pelaksana wajib memperbaiki pekerjaan work station yang rusak sebelum serah terima
pekerjaan I.
Hal .23 dari 25
Spesifikasi Teknis
4.2. Pengamanan : Work station yang sudah terpasang harus diberi perlindungan agar tidak rusak, karena
pekerjaan lain yang mungkin dapat menyebabkan rusaknya work station
4.3. Pelaksana bertanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara seluruh work station yang dibuat sebelum
dilakukan penyerahan resmi kepada Pemberi Tugas.
PASAL 16
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK DAN LAMPU
17.1. Umum.
a. Uraian pekerjaan.
Pekerjaan system listrik ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan pembongkaran dan pemasangan
serta pengujian, perlatan dan tenaga kerja sehingga seluruh system listrik dapat beroperasi dengan sempurna.
b. Lingkup pekerjaan.
Lingkup pekerjaan listrik ini mencakup pengadaan dan pemasangan instalasi listrik dan armature sesuai dengan
gambar.
c. Ketentuan.
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mengerti teknik instalasi
dalam bank, serta pancingan kawat penggantung untuk kabel data sesuai gambar.
Kontraktor/ pemborong harus menyediakan peralatan bantu untuk pelaksanaan dan pengujian yang
diperlukan guna kelancaran dan terlaksanya pekerjaan menurut persyaratan yang berlaku.
Standar dan referensi yang dipakai adalah :
Peralatan umum instalasi listrik (PUIL) tahun 2000, SNI 04-0225-2000 (SK Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No: KEP-174/MEN/2002)
Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1973 tentang Peraturan
Instalasi Listrik (PIL).
Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 024/PRT/1973 tentang Syarat-syarat
Penyambungan listrik (SPL).
Pelaksanaan teknis. Sebelum melaksanakan pekerjaan-pekerjaan instalasi, kontraktor/ pemborong
harus terlebih dahulu membongkar sebagian atau seluruh instalasi lama sesuai rencana yang berkaitan
dengan penambahan instalasi pengkabelan baru yang tertera pada gambar serta merapikan kembali
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kontraktor/ pemborong listrik harus bekerja sama dengan
kontrakto/ pemborong power untuk komputer yang ada di banking hall dan back office dengan diawasi
oleh pengawas. Pemindahan kabel grounding harus memperhatikan estetika interior.
Pengujian.
Sebelum mengoperasikan stop kontak dan instalasi lainnya, kontaktor/ pemborong harus melakukan
pengujian instalasi untuk membuktikan bahwa pekerjaan tersebut sudah memenuhi syarat dan siap
dioperasikan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran tahanan isolasi.
Pelaksanaan pemasangan.
Pada prinsipnya pemasangan seluruh instalasi pengkabelan harus dilakukan oleh tenaga ahli listrik
dalam hal ini perusahaan yang memiliki SIKA dan SPI yang dikeluarkan olh instansi yang berwenang.
Selain itu pemasang instalasi dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya.
17.2 . Material.
a. Instalasi pengkabelan dari panel menuju stop kontak, saklar, dan untuk instalasi penerangan memakai jenis
kabel NYM 3×2,5 mm dengan arde.
b. Setiap sambungan kabel tidak diperkenankan menggunakan selotip, tetapi harus menggunakan konektor
khusus/ lasdop.
c. Lampu LED Pita sebagai lampu utama pada pekerjaan interior ini
d. Pada setiap cabang pengkabelan harus menggunakan boks lengkap dengan tutupnya.
e. Setiap armature lampu/ saklar/ stop kontak harus menggunakan boks dus dengan mutu yang bagus
sebagaimana standar kelistrikan.
f. Merek kabel yang disyaratkan adalah bahan : Kabelindo, Kabel Metal, Tranka Kabel dan Supreme.
g. Armature lampu sesuai dengan jenis penggunaan, sesuai gambar buatan pabrik Artolite atau Lomm atau
setara.
h. Komponen lampu yang digunakan adalah merek Philips atau Osram, atau setara.
i. Saklar lampu sesuai dengan jenis penggunaan sesuai gambar, ada yang tunggal, seri, triple, dan saklar
kelompok. Semua komponen tersebut merek Clipsal atau setara.
j. Stop kontak yang digunakan adalah buatan Clipsal atau setara.
k. Stop kontak normal 2 (dua) gang maupun stop kontak UPS 4 (empat) gang menggunakan merek German.
l. Stop kontak lantai yang digunakan adalah merek Legrand.
m. Out-let telepon buatan Cipsal atau setara.
n. Pipa PVC 20 mm produksi Ega atau Clipsal.
o. Protektor kabel merek Ega atau Clipsal.
p. AC Split yang digunakan adalh merek Panasonic atau Daikin.
PASAL 17
PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN DAN PENGAMANAN SETELAH PEKERJAAN
1.Lingkup Pekerjaan
1.1 Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam Lingkup Pekerjaan
seperti tercantun dalam Gambar Kerja dan terurai dalam buku ini dan semua barang atau bahan
bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab kontraktor yang bersangkutan setelah selesai. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor
harus menjaga Keamanan bahan/Material bahan maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai
tahap serah terima.
1.2 Sebelum penyerahan pertama,kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum
sempurna dan harus segera diperbaiki,semua ruangan harus bersih,halaman harus ditata rapih dan
semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari proyek.Pemberesan halaman ini harus
dilaksanakan sesuai petunjuk konsultan pengawas
PASAL 18
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1.Lingkup Pekerjaan
1.1 Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan
diatur/dibicarakan dilapangan oleh konsultan pengawas dan kontraktor,bila diperlukan akan
dibicarakan dengan konsultan perencana
1.2 Selain persyaratan teknis yang tercantum di atas,pemborong diwajibkan pula mengadakan
pengurusan –pengurusan perizinan antara lain; Surat Bukti Keer Listrik/Pengetesan dari PLN,dan
pengetesan lainnya bila diperlukan.
PASAL 19
PEKERJAAN PENUTUP
1.Lingkup Pekerjaan
1.1 Selama pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki segala cacat
yang timbul, sehingga sebelum penyerahan kedua dilaksanakan pekerjaan benar-benar telah
sempurna
1.2 Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian dalam Rapat
Penjelasan(Aanwiijzing),dan akan dituangkan/dimuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.