Nama Kelompok :
Putri
Ridlo Tsani A
Yusuf Septian Nugraha
Dosen Pembimbing ;
Amat Rahmat, S.T., M.T.
PASAL 1
SYARAT-SYARAT UMUM
Hal .1 dari 25
Spesifikasi Teknis
1.Lingkup Pekerjaan 1.1 Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan pada Pekerjaan Interior
1.2 Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan dan perinciannya pada Pekerjaan
Perencanaan Partisi Ruang Kerja dan Mebeulair melekat , mencakup antara
lain :
2.Penjelasan Gambar 2.1 Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-
Kerja dan RKS baiknya seluk-beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan meneliti dan
mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta Rencana Kerja
dan Syarat-syarat Teknis (RKS) seperti yang diuraikan dalam buku ini,
termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2.2 Ukuran
a. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar
Kerja dan Gambar Pelengkap meliputi :
° as – as
° dalam – dalam
Hal .2 dari 25
Spesifikasi Teknis
3.Peraturan 3.1 Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti
Pembangunan Dan dan memenuhi persyaratan-peryaratan teknis yang tertera dalam
Standar Yang persyaratan Normalisasi Indinesia (NI), Standar Industri Indonesia (SII) dan
Digunakan peraturan-peraturan Nasional maupun peraturan-peraturan setempat lainnya
yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan termasuk segala
perubahan dan tambahannya
3.2 Selain ketentuan diatas, berlaku pula :
a. Gambar Bastek yang dibuat oleh Perencana yang sudah disahkan
oleh Pemberi Tugas, termasuk juga Gambar-gambar Kerja yang
dibuat oleh pemborong dan sudah disetujui/ disahkan oleh Pemberi
Tugas.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
d. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan / Kontrak
e. Surat Penawaran berikut lampiran-lampirannya
f. Rencana kerja Pelaksanaan (Time Schedule) yang dibuat oleh
pemborong dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
3.3 Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar
tersebut di atas, maupun standar-standar nasional lainnya, maka
diberlakukan standar-standar internasional yang berlaku atas pekerjaan-
pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standar-standar / syarat
teknis dari negara-negara asal bahan / material / komponen yang
bersangkutan.
3.4 Apabila terdapat kekeliruan dan penyimpangan dari peraturan sebagaimana
Hal .3 dari 25
Spesifikasi Teknis
4.Tanggung Jawab 4.1 Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai
Kontraktor dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja. Kontraktor
wajib melaksanakan semua pekerja dengan mengikuti petunjuk dan syarat
pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang
dipergunakan sesuai Rencana Kerja dan Syarat-syrat Teknis, dan atau
petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas. Sebelum melaksanakan
setiap perkerjaan dilapangan, kontraktor wajib memperhatikan dan
melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain menyangkut pekerjaan
yang bersifat dekoratif, serta mendapat ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
4.2 Seluruh bahan, peralatan kontruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan
oleh Kontraktor, demikian juga metode / cara pelaksanaan pekerjaan, harus
diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan
Pengawas/Owner.
4.3 Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat,
mengawasi, menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung
jawab tersebut di atas.
4.4 Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor wajib memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya kontraktor sendiri.
4.5 Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan, maka Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran
perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal
ini tidak dilakukan, kontraktor bartanggung jawab atas kerusakan yang
timbul.
4.6 Kontraktor bertanggung jawab atas tenaga kerja yang dikerahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan, menjaga ketertiban baik di dalam lokasi maupun di
luar lokasi proyek demi kelancaran pelaksanaan.
4.7 Segala biaya yang timbul akibat kelalaian kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4.8 Selama pekerjaan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan
bahan/material, barang milik proyek, konsultan Pengawas dan milik pihak
ketiga yang ada dilapangan, maupun pekerjaan yang dilaksanakannya
sampai dengan tahap serah terima kedua.
4.9 Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik
yang telah dipasang maupun belum, adalah tanggung jawab Kontraktor dan
tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
4.10 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor berjanggung jawab atas akibatnya,
baik yang berupa barang – barang maupun keselamatan jiwa.
4.11 Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang tidak dipergunakan lagi
keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaan menjadi tanggungan
Kontraktor.
4.12 Konraktor wajib memasukan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-
masing anggota kelompok kerja pelaksanaan pekerjaan ini dan inventarisasi
peralatan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini.
4.13 Kontraktor wajib memasukan identifikasi tempat kerja (Workshop) dan
peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan akan diaksanakan, serta jadual
kerja.
4.14 Semua sarana kerja yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi
persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan pekerjaan di
lapangan.
5.Kuasa Kontraktor Di 5.1 Dilapangan Pekerjaan, Kontraktor wajib menunjukan seorang kuasa
Lapangan kontraktor atau biasa disebut Projek Manager / Pelaksana yang cakap untuk
memimpim pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan memdapatkan kuasa
penuh dari Kontraktor, dengan kualifikasi sesuai dengan yang dianjurkan
Hal .4 dari 25
Spesifikasi Teknis
6.Tempat Tinggal 6.1 Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja diluar jam kerja apabila terjadi
(Domisili) Kontraktor hal-hal mendesak, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara
dan Pelaksana tertulis, alamat dan nomor telepon dilokasi kepada Panitia Pembangunan
dan Konsultan Pengawas.
6.2 Alamat Kontraktor dan Pelaksana diharapkan tidak sering berubah – ubah
selama pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, kontraktor dan pelaksana
wajib memberitahukan segera secara tertulis.
7. Jadwal Pelaksanaan 7.1 Sebelum memulai pekerjaan dilapangan, Kontraktor wajib membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan (Work Planing) dan bagian – bagian pekerjaan
berupa Bar-Chat dan S-Curve Bahan dan Tenaga. Pemborong harus
mengusahakan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan / Pekerjaan-
pekerjaan sesuai dengan rencana kerja tersebut.
7.2 Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan tersebih dahulu
dari Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 1 (satu) hari kalender
setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor. Rencana
Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, akan disahkan
Pemberi Tugas.
7.3 Kontraktor wajib memberi salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada
Konsultan Pengawas, yang selanjutnya akan memberikan 1 (satu) salinan
Rencana Kerja kepada Perencana. Satu salinan kerja harus ditempel bada
dinding bangsal Kontraktor dilapangan yang selalu diikuti dengan grafik
kemajuan/prestasi kerja.
7.4 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
7.5 Sebelum melaksanakan pembangunan / pekerjaan. Pihak Pemborong
berkewajiban meneliti semua gambar kontruksi / struktur, dan bila terdapat
kekeliruan / kesalahan yang sekiranya menurut anggapan pemborong akan
membahayakan, maka pihak Pemborong harus segera memberitahukan
secara tertulis kepada Pimpinan Pelaksanaan Proyek ini bahan
pertimbangan penanggulangannya.
7.6 Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu
menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin
penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang
diperpanjang, maka Pengawasan harus memberikan petunjuk secara tertulis
langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang ditentukan.
9.Pengukuran 9.1 Pekerjaan yang dimaksud dalam dokumen ini merupakan rencana
pekerjaan yang akan dilaksanakan dilokasi yang telah ditentukan apa
adanya. Data ukuran ketinggian plafon, Data Ukur Furniture Custom, Data
ukur Treatment Dinding dimaksudkan sebagai informasi umum dan titik-titik
tolak untuk pelaksanaan pekerjaan ini oleh Kontraktor.
9.2 Seluruh titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada
ukuran-ukuran setempat, yaitu titik-titik ukuran dalam setiap ruangan yang
ada dilapangan proyek seperti yang direncanakan dalam gambar-gambar.
Ukuran – ukuran tersebut pada pasal terdahulu dimaksudkan sebagai garis
besar pelaksanaan dan pegangan Kontraktor.
9.3 Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaaan lokasi, sifat dan
luasnya pekerjaan dan hal lain yang dapat mempengaruhi harga
penawaran. Penawaran yang diserahkan Kontraktor harus sudah meliputi
semua biaya untuk pelaksanaannya sesuai dengan ukuran-ukuran dan
ketinggian-ketinggian yang ditentukan pada gambar-gambar. Kelalaian atau
kekurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan alasan untuk
mengajukan claim / tuntutan.
9.4 Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan dan tenaga
kerja termasuk juru ukur, yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pencocokan ulang ukuran gambar perencanaan dengan lokasi eksisting
pekerjaan terutama selisih ukuran bersakala kecil agar pekerjaan nanti bisa
terlihat sempurna. Karena Pada dasarnya pekerjaan ini bersifat interior yang
tidak hanya dinilai segi kuantitas dan kualitas juga dinilai dari segi
keindahan.
9.5 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan
pengukuran kondisi tapak terhadap posisi rencana pekerjaan baru. Hasil
pengukuran harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas / Owner dan
Konsultan Perencana ketidakcocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan
Keadaan lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan ke Owner /
Konsultan Pengawas untuk diminta keputusannya dan dibuatkan Shop
Drawing .
9.6 Kontraktor wajib memperhatikan dan mempelajari segala petunjuk yang
tertera dalam Gambar kerja untuk memastikan posisi.dan ketepatan
Hal .7 dari 25
Spesifikasi Teknis
12.Pemeriksaan 12.1 Owner dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa
Pekerjaan olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua
bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang
dikerjakan/dipersiapkan atau dimana bahan/barang dibuat. Kontraktor harus
memberi fasilitas dan membantu untuk memasuki tempat-tempat tersebut.
12.2 Kontraktor diwajibkan meminta kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa
setelah menyelesaikan suatu bagian pekerjaan untuk persetujuannya,
sebelum memulai pekerjaan lanjutannya. Baru bila Konsultan Pengawas
telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya.
12.3 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan (tidak dihitung hari libur/hari
raya) tidak dipenuhi oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat
meneruskan pekerjaannya dan bagian yang harusnya diperiksa dianggap
telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Hal ini dikecualikan bila Konsultan
Pengawas minta perpanjangan waktu.
12.4 Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Konsultan Pengawas berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
12.5 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus
memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Pengawas untuk memeriksa.
Hal .9 dari 25
Spesifikasi Teknis
13.Kualitas Pekerjaan 13.1 Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas pengerjaannya terbaik dan
hanya tenaga-tenaga kerja terbaik dalam tiap jenis-jenis pekerjaan diijinkan
untuk melaksanakan pekerjaan bersangkutan. Kualitas pekerjaan atau
kualitas hasil pekerjaan yang kurang memenuhi syarat akan ditolak dan
dilarang untuk diteruskan kegiatannya.
13.2 Selama pekerjaan berlangsung Owner berhak sewaktu-waktu
memerintahkan secara tertulis kepada Kontraktor :
a. Untuk menyingkirkan dari tempat pekerjaan, dalam jangka waktu
tertentu, bahan-bahan/material yang dianggap tidak sesuai dengan
kontrak.
b. Penggantian bahan-bahan atau material yang tidak cocok dan
sesuai.
c. Pembongkaran serta pembuatan baru yang sesuai (terlepas dari
test-test terdahulu atau pembayaran dimuka) dari sembarang
pekerjaan yang menurut Owner secara material atau keahlian tidak
cocok dengan kontrak.
13.3 Kegagalan Konsultan Pengawas untuk menolak pekerjaan atau material
tidak menutup kemungkinan Owner di kemudian hari menolak suatu
pekerjaan atau material yang dianggap tidak cocok dengan kontrak serta
memerintahkan untuk membongkarnya atas tanggungan Kontraktor.
13.4 Pengujian Hasil Pekerjaan.
Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan
diuji dengan cara dan tolok ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam
referensi yang ditetapkan dalam Bab RKS.
14.Gambar Kerja 14.1 Shop Drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang
(Shop Drawing) harus dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang
telah disesuaikan dengan keadaan lapangan. Kontraktor wajib membuat
shop drawing pada setiap akan melaksanakan suatu pekerjaan dan untuk
membuat detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam Gambar
Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas.
14.2 Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan,
keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan
khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara
lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun dalam buku ini.
14.3 Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut sebanyak 3 (tiga)
Hal .10 dari 25
Spesifikasi Teknis
15.Gambar Perubahan 15.1 Gambar Kerja/Dokumen Kontrak hanya dapat berubah atas permintaan
tertulis oleh Pemberi Tugas dan dibuat oleh Konsultan Perencana.
15.2 Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa
yang diperintahkan oleh Pemberi Tugas, yang jelas memperlihatkan
perbedaan antara gambar kerja dan perubahan rencana.
15.3 Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya
(gambar asli) dan diberikan kepada Kontraktor melalui Konsultan Pengawas.
16.Gambar Sesuai 16.1 Gambar pelaksanaan adalah gambar yang sesuai dengan apa yang
Kenyataan ( As dilaksanakan, baik karena penyimpangan ataupun tidak, termasuk semua
Built Drawing ) perubahan atas perintah dan persetujuan Konsultan Perencana/Owner, dan
yang tidak terdapat dalam Gambar Kerja.
16.2 Kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang
dilaksanakan. Gambar tersebut memperlihatkan perbedaan antara gambar
rencana dengan pekerjaan yang dilaksanakan, serta harus diserahkan
kepada Konsultan Pengawas sebanyak 3 (tiga) rangkap berikut gambar asli
(kalkir) atas biaya ditanggung Kontraktor.
16.3 Penyerahan gambar pelaksanaan (as built drawing) dilakukan setelah
pekerjaan selesai dan diserah-terimakan.
17.Supplier dan Sub 17.1 Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub-
Kontraktor Kontraktor) yang memang sudah ahli dan terbiasa dalam melaksanakan
pekerjaan yang ditawarkan dan dalam hal pengadaan bahan/material dan
pemasangannya, maka Kontraktor wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
17.2 Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk
Konsultan Pengawas dengan Kontraktor bawahan atau Supplier bahan.
17.3 Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk
pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut
perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.
Lokasi dan arah jalan masuk akan ditentukan kemudian oleh Pengawas
Lapangan. Kontraktor juga wajib memasang rambu-rambu peringatan pada
tempat-tempat yang mudah dilihat baik oleh pejalan kaki maupun
pengemudi kendaraan bermotor.
19.Jaminan dan 19.1 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa
Keselamatan Kerja pemeliharaan, Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan
keamanan pekerja, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang
diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan,
maka Kontraktor harus bertanggung jawab memperbaikinya.
19.2 Kontraktor wajib menjamin keselamatan para tenaga kerja yang terlibat
dalam pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan
memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang
berlaku (Jamsostek).
19.3 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah
bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
19.4 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah
bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
19.5 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah
bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
19.6 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah
bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
19.7 Sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Tenaga Kerja Nomor : 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27
Januari 1984 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun
1977 Bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas Pada Kontraktor Induk
maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan Proyek-Proyek Pembangunan,
pihak pemborong yang ikut serta dalam program ASTEK dan
memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Pelaksana Proyek.
20.Pekerjaan Tambah 20.1 Tata cara pelaksanaan dan penilain perubahan, penambahan dan
Kurang pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
20.2 Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan tertulis dalam
buku harian oleh Konsultan Pengawas, serta persetujuan Pemberi Tugas.
20.3 Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada
perintah tertulis dari Konsultan Pengawas atau persetujuan Pemberi Tugas.
20.4 Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga
satuan pekerjaan yang dimasukkan oleh Kontraktor yang pembayarannya
diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir.
20.5 Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam
harga satuan pekerjaan yang dimasukkan dalam penawaran, harga
satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan Pengawas bersama-
sama Kontraktor dan persetujuan dari Pemberi Tugas.
20.6 Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab
keterlambatan penyerahan pekerjaan, tetapi Pemberi Tugas atas
rekomendasi Konsultan Pengawas dapat mempertimbangkan perpanjangan
waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.
21.Pemeliharaan 21.1 Jangka waktu pemeliharaan adalah : 180 (seratus delapan puluh) hari
Pekerjaan kalender dihitung dari tanggal penyerahan pekerjaan pertama (pekerjaan
selesai 100%). Dalam jangka waktu tersebut, Kontraktor wajib memperbaiki
Hal .12 dari 25
Spesifikasi Teknis
PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2.1.4 Pembongkaran
a. Pembongkaran dilakukan dengan alat-alat yang mencukupi, tepat guna dan aman. Pengawasan
agar dilakukan tehadap timbulnya debu, suara dan getaran yang mempengaruhi lingkungan
sekitar/sekelilingnya.
b. Agar diusahakan alat-alat atau cara-cara pengamanan, baik untuk bangunan yang tidak dibongkar
atau kesiapan-kesiapan pekerjaannya
c. Segala kerusakan yang terkadi menjadi Tnggung jawab pelaksana pembongkaran / kontaktor.
d. Puing-puing hasil pembongkaran harus segera dibuang dari lokasi pekerjaan (proyek).
e. Semua bongkaran berupa barang yang masih utuh (seperti lampu, dll) dan dapat digunakan
kembali, disimpan dan diserahkan kepada Pemberi Tugas dengan diketahui oleh Konsultan
Pengawas/MK dengan disertai daftra/list item barangbarang tersebut.
PASAL 3
PEKERJAAN TREATMENT DINDING
g. Bahan Perekat yang digunakan untuk menempelkan HPL menggunakan Lem Aibon 168 .
Untuk cara pemasangannya Beri lem terlebih dahulu pada permukaan HPL dan permukaan MDF yang
sudah terpasang , lalu diamkan lem kering terlebih dahulu selama ± 5 menit .Setelah itu teknik untuk
menempelkan HPL dengan cara penempelan dimulai dari kedua sudut atas/bawah lalu diurutkan ke arah
akhir hingga tidak ada udara pada penempelan HPL.
h. Sambungan HPL/Nut diberi space ± 3 – 5 mm dan diwarnai cat
i. Pastikan Hasil Penempelan HPL tidak ada bagian/permukaan cacat atau bergelombang .
PASAL 4
PEKERJAAN BACKDROF
PASAL 5
PEKERJAAN WALLPAPER DINDING
PASAL 6
PEKERJAAN GORDEN
PASAL 7
PEKERJAAN CUTING STICKER
PASAL 8
PEKERJAAN STAGE
PASAL 9
PEKERJAAN KUSEN PINTU & JENDELA
PASAL 10
PEKERJAAN PLAFOND
Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan plafond gypsum board termasuk pemasangan rangkanya dan droff
ceiling sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.
PASAL 11
PEKERJAAN PENGECATAN
Definisi pekerjaan cat adalah semua pelapisan permukaan pada berbagai material untuk maksud-maksud
perlindungan, pemberian warna, pemberian teksture.
Penggunaan :
1. Untuk Interior (Permukaan dinding, atau sesuai petunjuk pada gambar kerja).
2. Untuk Plafond dan plester/aci halus (skim coat) yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
3. Untuk pengecatan kembali acoustic ceiling exisiting.
PASAL 12
PEKERJAAN KACA & CERMIN
Untuk kaca lembaran toleransi panjang, lebar, ketebalan, kesikuan dan cacat mengikuti pada Standar Industri
Indonesia (SII – 0891 –78).
2. Untuk cermin, sesuai dengan gambar rencana. Menggunakan bahan perekat khusus (3 m double active
achesive) dan dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman.
3. Hasil pemasangan kaca harus dalam alur rangkanya rapat, kuat / tidak goyang dan dijamin kerapihannya.
4. Pertemuan atau sambungan setiap unit kaca, memakai silicone sealant dengan warna ditentukan kemudian.
Atau warna tsb. diajukan terlebih dulu ke Konsultan Pengawas/MK, Perencana dan Pemberi Tugas.
5. Pada pemasangan dinding kaca tanpa kusen atau frameless, bagian tepi menggunakan profil besi galvanized
atau aluminium profil U ukuran lebih besar dari tebal kaca tsb. Ditanam pada bagian konstruksi, dan jarak atau
gap yang terjadi antara metal profil U dengan kaca, diberi silicone sealant warna putih atau bening.
6. Hasil pemasangan kaca (khususnya kaca bening/clear) yang sudah selesai dan sudah diterima oleh
Konsultan Pengawas/MK diberi tanda agar tidak tertabrak oleh pekerja atau orang lain
PASAL 13
PEKERJAAN HARDWARE
PASAL 14
PEKERJAAN CUSTOM MADE FURNITURE
1. PERSYARATAN UMUM
1.1. Batasan
Lingkup Kerja : Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, disiapkan untuk membuat custommade furniture,
seperti yang dispesifikasikan dan tertera dalam gambar desain.
2. PRODUK
2.1. Bahan / Material
2.1.1. Jenis : jenis bahan / material yang digunakan dalam pembuatan furniture adalah sebagai berikut :
a. Bahan utama 1 : Multipleks minimal 0,9 mm
Hal .21 dari 25
Spesifikasi Teknis
2.1.2. Persyaratan : Pemilihan jenis bahan / material dan sumbernya harus sesuai dengan spesifikasi.
2.1.3. Pengajuan Alternatif : Apabila karena suatu hal, Pelaksana akan mengganti jenis bahan / material atau
sumber yang telah dispesifikasikan, pengajuan alternative tersebut harus memenuhi persyaratan yang ada dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas/MK dan Perencana.
3. SYARAT PELAKSANAAN
3.1. Multipleks
3.1.1. Persyaratan : Jenis Multipleks minimal 0,9 mm berkualitas baik atau sesuai yang tercantum
dalam gambar desain.
3.1.2. Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar desain adalah ukuran jadi artinya ukuran kayu sesudah
diserut dan diproses atau diberi finishing.
3.1.3. Kedap air : kayu harus melalui proses tertentu supaya mempunyai kedap air yang cukup,
terutama bila digunakan untuk jenis furniture sebagai berikut :
3.1.4. Kualitas / Mutu Kayu : Kayu yang digunakan harus memiliki kualitas / mutu yang sesuai standard
yang ada dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
3.1.5. Kelembaban Kayu : Persyaratan kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi syarat NI-5
(PPKI tahun 1961). Untuk pekerjaan ini, kelembaban kayu yang dijinkan, baik kayu padat maupun kayu
lapis tidak boleh melebihi 12% WMC. Khusus untuk kayu Kamper atau kayu Kapur tidak diperkenankan
melebihi 10% WMC.
3.1.6. Pola Serat Kayu : Harus diperhatikan pola serat kayu pada pekerjaan kayu dekoratif, baik yang
bersifat “veneer matching”, “cross veneer inlay”, ataupun “banding”, harus sesuai dengan desain dan
pola yang tertera pada gambar desain, serta sesuai dengan contoh warna pada Material color board.
Pengerjaan harus dilakukan sebaik-baiknya sehingga menghasilkan permukaan dekoratif yang betul-
betul rata, sejajar, halus dan menghasilkan daerah-daerah pertemuan yang rapi.
3.1.7. Metode : Semua pekerjaan kayu di tempat pengerjaan harus sebaik mungkin, dalam ruang yang
kering, sirkulasi udara baik dan dijaga agar tidak terkena cuaca / udara langsung. Pencegahan
kerusakan oleh benturan amat mutlak, baik sebelum maupun sesudah terpasang.
3.4.3. Proses laminasi sebaiknya dipress secara hydrolis (High Pressure system ) di bengkel / work-
shop Kontraktor.
3.4.4. Arah serat dari HPL, sesuai yang ditunjukkan dalam gambar rencana/desain.
3.4.5. Permukaan HPL dilarang keras diamplas.
3.7. Mock Up
3.7.1. Penyerahan : Bila jenis furniture yang dibuat berjumlah 10 (sepuluh) buah / unit atau lebih, maka
dalam pelaksanaannya diwajibkan untuk membuat 1 (satu) contoh / mock up.
3.7.2. Penilaian : Mock up tersebut dinilai dan diuji oleh Perencana dan Konsultan Pengawas/MK. Hasil
penilaian mengikat di dalam proses pengerjaan selanjutnya.
3.7.3. Revisi : Bila diperlukan, maka revisi yang menyangkut pekerjaan konstruksi, metode
pelaksanaan atau ukuran-ukuran masih dapat dilakukan oleh Pelaksana, dengan mempertimbangkan
penilaian dan pengarahan dari Perencana dan Konsultan Pengawas/MK.
4. SYARAT PEMELIHARAAN
4.1. Perbaikan : Pelaksana diwajibkan memperbaiki furniture yang rusak, cacat atau ternoda.
4.2. Pengamanan : harus diberi perlindungan agar tidak rusak, karena pekerjaan lain yang mungkin dapat
menyebabkan rusaknya furniture.
4.3. Pelaksana bertanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara seluruh furniture, sebelum dilakukan
penyerahan resmi kepada pihak Pemberi Tugas.
4.4. Finishing ulang : adanya perbedaan suhu di bengkel dan di proyek / site akan mempengaruhi kadar
kelembaban dan finishing dari furniture. Apabila setelah ditempatkan di site diperlukan finishing kembali, maka
biaya yang timbul ditanggung oleh Pelaksana.
PASAL 15
PEKERJAAN WORKSTATION
1. PERSYARATAN UMUM
1.1. Batasan
1.1.1. Lingkup Kerja : Work station untuk spesifikasi ini termasuk pembuatan workstation meja kerja yang lebih
efisien.
1.1.2. Pelaksanaan : Semua pekerjaan work station dan finishing harus dilaksanakan di luar site (work shop)
hanya pekerjaan perbaikan kecil-kecilan serta penyetelan boleh dilakukan di site.
1.3.1. Teknik Ajuan : Detail data ukuran teknis dan spesifikasi bahan dari semua bagian work station sebagai
berikut :
1.3.1.1. Panel / partisi
1.3.1.2. Rangka
1.3.1.4. Perlengkapan-perlengkapan per satuan work station, seperti meja
2. SYARAT-SYARAT BAHAN :
2.1 Partisi : Menggunakan Besi Hollow Galvanis 40x40 mm
2.2 Penutup Partisi : Menggunakan Multipleks dilapis HPL sek. TACO
2.3 Meja : Menggunakan Bahan utama Multipleks dilapisi HPL sek. TACO.
3. SYARAT PELAKSANAAN
3.1. Panel / Partisi
3.1.1. Rangka dalam panel adalah metal (besi hollow galvanis), yang dipasang sangat kuat antar
sambungan.
3.1.2. Bahan rangka dalam tersebut dan pengikat (sekrup, dll) adalah berbahan metal yang anti
karat/korosi.
3.1.3. Rangka bagian dalam, mempunyai lubang-lubang, sebagai tempat /jalur kabel yang
akan melewatinya baik dari samping, atas dan dari bawah.
3.1.4. Sambungan antara panel harus dengan konstruksi yang baik dan kuat.
3.1.9. Jenis penutup panel yang digunakan adalah : Multipleks dilapisi HPL sek.TACO
3.2. Meja
3.2.1. Work top atau Top table, terbuat dari bahan Multipleks lapis HPL dengan Corak sesuai
persetujuan dari Pengawas/Perencana/Pemberi tugas..
3.2.2. Semua bagian dilapis dengan HPL
3.2.3. HPL yang dipakai adalah ex TACO motif kayu dan warna solid atau setara.
3.2.4. Proses finishing HPL bisa dilihat pada Pasal Treatment dinding.
3.2.6. Pelubangan meja untuk kabel dibuat serapih mungkin dan ditutup dengan cable cap (grommet).
3.3. Mock Up
3.3.1. Pelaksana diwajibkan membuat contoh prototype / mock-up.
3.3.2. Prototipe / mock-up tersebut dibuat berdasarkan spesifikasi dan gambar rencana/desain. Pilihan
tipe work-station untuk dibuat mock-up tersebut akan ditunjukkan oleh Perencana.
3.3.3. Contoh prototype/mock-up tersebut dijadikan standard dalam pemasangan workstation
selanjutnya.
3.5. Kebersihan
3.5.1. Semua permukaan panel harus bebas dari cacat, goresan dan noda.
3.5.2. Semua panel harus dilindungi dari kotor dan kerusakan sampai pemasangan selesai.
3.5.3. Kotoran-kotoran yang ditimbulkan dari pemsangan work station harus segera dibuang ke luar site
atas tanggungan Pelaksana.
4. SYARAT PEMELIHARAAN
4.1. Perbaikan : Pelaksana wajib memperbaiki pekerjaan work station yang rusak sebelum serah terima
pekerjaan I.
Hal .24 dari 25
Spesifikasi Teknis
4.2. Pengamanan : Work station yang sudah terpasang harus diberi perlindungan agar tidak rusak, karena
pekerjaan lain yang mungkin dapat menyebabkan rusaknya work station
4.3. Pelaksana bertanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara seluruh work station yang dibuat sebelum
dilakukan penyerahan resmi kepada Pemberi Tugas.
PASAL 16
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK DAN LAMPU
17.1. Umum.
a. Uraian pekerjaan.
Pekerjaan system listrik ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan pembongkaran dan pemasangan
serta pengujian, perlatan dan tenaga kerja sehingga seluruh system listrik dapat beroperasi dengan sempurna.
b. Lingkup pekerjaan.
Lingkup pekerjaan listrik ini mencakup pengadaan dan pemasangan instalasi listrik dan armature sesuai dengan
gambar.
c. Ketentuan.
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mengerti teknik instalasi
dalam bank, serta pancingan kawat penggantung untuk kabel data sesuai gambar.
Kontraktor/ pemborong harus menyediakan peralatan bantu untuk pelaksanaan dan pengujian yang
diperlukan guna kelancaran dan terlaksanya pekerjaan menurut persyaratan yang berlaku.
Standar dan referensi yang dipakai adalah :
Peralatan umum instalasi listrik (PUIL) tahun 2000, SNI 04-0225-2000 (SK Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No: KEP-174/MEN/2002)
Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1973 tentang Peraturan
Instalasi Listrik (PIL).
Peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 024/PRT/1973 tentang Syarat-syarat
Penyambungan listrik (SPL).
Pelaksanaan teknis. Sebelum melaksanakan pekerjaan-pekerjaan instalasi, kontraktor/ pemborong
harus terlebih dahulu membongkar sebagian atau seluruh instalasi lama sesuai rencana yang berkaitan
dengan penambahan instalasi pengkabelan baru yang tertera pada gambar serta merapikan kembali
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kontraktor/ pemborong listrik harus bekerja sama dengan
kontrakto/ pemborong power untuk komputer yang ada di banking hall dan back office dengan diawasi
oleh pengawas. Pemindahan kabel grounding harus memperhatikan estetika interior.
Pengujian.
Sebelum mengoperasikan stop kontak dan instalasi lainnya, kontaktor/ pemborong harus melakukan
pengujian instalasi untuk membuktikan bahwa pekerjaan tersebut sudah memenuhi syarat dan siap
dioperasikan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran tahanan isolasi.
Pelaksanaan pemasangan.
Pada prinsipnya pemasangan seluruh instalasi pengkabelan harus dilakukan oleh tenaga ahli listrik
dalam hal ini perusahaan yang memiliki SIKA dan SPI yang dikeluarkan olh instansi yang berwenang.
Selain itu pemasang instalasi dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya.
17.2 . Material.
a. Instalasi pengkabelan dari panel menuju stop kontak, saklar, dan untuk instalasi penerangan memakai jenis
kabel NYM 3×2,5 mm dengan arde.
b. Setiap sambungan kabel tidak diperkenankan menggunakan selotip, tetapi harus menggunakan konektor
khusus/ lasdop.
c. Lampu LED Pita sebagai lampu utama pada pekerjaan interior ini
d. Pada setiap cabang pengkabelan harus menggunakan boks lengkap dengan tutupnya.
e. Setiap armature lampu/ saklar/ stop kontak harus menggunakan boks dus dengan mutu yang bagus
sebagaimana standar kelistrikan.
f. Merek kabel yang disyaratkan adalah bahan : Kabelindo, Kabel Metal, Tranka Kabel dan Supreme.
g. Armature lampu sesuai dengan jenis penggunaan, sesuai gambar buatan pabrik Artolite atau Lomm atau
setara.
h. Komponen lampu yang digunakan adalah merek Philips atau Osram, atau setara.
i. Saklar lampu sesuai dengan jenis penggunaan sesuai gambar, ada yang tunggal, seri, triple, dan saklar
kelompok. Semua komponen tersebut merek Clipsal atau setara.
j. Stop kontak yang digunakan adalah buatan Clipsal atau setara.
k. Stop kontak normal 2 (dua) gang maupun stop kontak UPS 4 (empat) gang menggunakan merek German.
l. Stop kontak lantai yang digunakan adalah merek Legrand.
m. Out-let telepon buatan Cipsal atau setara.
n. Pipa PVC 20 mm produksi Ega atau Clipsal.
o. Protektor kabel merek Ega atau Clipsal.
p. AC Split yang digunakan adalh merek Panasonic atau Daikin.
PASAL 17
PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN DAN PENGAMANAN SETELAH PEKERJAAN
1.Lingkup Pekerjaan
1.1 Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam Lingkup
Pekerjaan seperti tercantun dalam Gambar Kerja dan terurai dalam buku ini dan semua barang atau
bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab kontraktor yang bersangkutan setelah selesai. Selama pembangunan berlangsung,
Kontraktor harus menjaga Keamanan bahan/Material bahan maupun bangunan yang
dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
1.2 Sebelum penyerahan pertama,kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum
sempurna dan harus segera diperbaiki,semua ruangan harus bersih,halaman harus ditata rapih dan
semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari proyek.Pemberesan halaman ini harus
dilaksanakan sesuai petunjuk konsultan pengawas
PASAL 18
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1.Lingkup Pekerjaan
1.1 Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan
diatur/dibicarakan dilapangan oleh konsultan pengawas dan kontraktor,bila diperlukan akan
dibicarakan dengan konsultan perencana
1.2 Selain persyaratan teknis yang tercantum di atas,pemborong diwajibkan pula mengadakan
pengurusan –pengurusan perizinan antara lain; Surat Bukti Keer Listrik/Pengetesan dari PLN,dan
pengetesan lainnya bila diperlukan.
PASAL 19
PEKERJAAN PENUTUP
1.Lingkup Pekerjaan
1.1 Selama pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki segala cacat
yang timbul, sehingga sebelum penyerahan kedua dilaksanakan pekerjaan benar-benar telah
sempurna
1.2 Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian dalam Rapat
Penjelasan(Aanwiijzing),dan akan dituangkan/dimuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.