Anda di halaman 1dari 83

SFESIPIKASI TEKNIS

PEKERJAAN LANJUTAN PEMBANGUNAN FASILITAS


PELABUHAN LAUT KORIDO
TAHUN ANGGARAN 2019
SPESIFIKASI TEKNIS
LANJUTAN PEMBANGUNAN FASILITAS PELABUHAN LAUT KORIDO
TA. 2019

PASAL 1
PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. U m u m.

Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh seluk
beluk pekerjaan ini Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar
pelaksanaan serta Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan Teknis seperti yang akan
diuraikan dalam buku ini.
Didalam hal terdapat ketidak jelasan, perbedaan-perbedaan dan/atau kesimpangsiuran informasi
dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Direksi/Pengawas
atau melaporkan hal tersebut kepada Perencanaan atau Pengawas untuk mendapatkan
penyelesaian untuk mendapat kejelasan tentang pelaksanaan pekerjaan.

B. Lingkup Pekerjaan

Penyusunan rencana kerja dan syarat-syarat untuk : Pekerjaan Revitalisasi dan Pengambangan
B. Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi seluruh bagian pekerjaan yang
dinyatakan dalam gambar pelaksanaan serta Buku Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan
Teknis. Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya
untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan ini secara lengkap. Mengadakan pengamanan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan
selama masa pelaksanaan berlangsung, sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna.
Pekerjaan pembongkaran, pembersihan dan pengamanan dalam Area kerja sebelum pelaksanaan
pekerjaan dan setelah pekerjaan pembangunan selesai. Dalam melaksanakan pembongkaran,
Kontraktor wajib melaporkan terlebih dahulu kepada Direksi/Pengawas tentang bagian bagian yang
akan dibongkar untuk mendapatkan persetujuannya.
Apabila dalam melaksanakan pembongkaran terjadi kerusakan yang diakibatkannya,
Kontraktor wajib merapikan kembali. Biaya yang ditimbulkan menjadi tanggungjawab Kontraktor
dan tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah.
Pembuatan saluran-saluran sementara yang dialirkan ke saluran-saluran sekitarnya yang sudah
ada agar area pekerjaan ini terbebas dari banjir pada saat hujan. Pekerjaan Struktur dari mulai
pondasi sampai dengan atap, pekerjaan Arsitektur, pekerjaan Mekanikal, Elektrikal dan Sanitasi

Pekerjaan Pemeriksaan / Pengecekan, terdiri dari :


a) Pemeriksaan dan pemeliharaan tugu patok dasar yang digunakan sebagai referensi
ketinggian permukaan dan yang telah ada di lapangan.
b) Pengecekan ketinggian permukaan lantai struktur.
c) Pengecekan as-as kolom bangunan, bukaan atau lubang yang terdapat pada bangunan, dan
pengecekan lain nya yang dapat mempengaruhi pekerjaan penyelesaian Arsitektur
dikemudian hari.
d) Bila ada ketidak sesuaian antara ukuran di lapangan dengan yang terdapat pada gambar
pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan memberitahukan hal tersebut kepada
Direksi/Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan cara penyelesaian yang terbaik.
e) Pekerjaan galian tanah dan pengurugan kembali.

C. Sarana Kerja

1. Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-masing anggota


kelompok kerja pelaksana pekerjaan ini dan inventarisasi peralatan yang dipergunakan
untuk pekerjaan ini.
2. Kontraktor wajib memasukan identitas tempat kerja (workshop) dan peralatan yang
dimiliki, serta jadwal kerja.
3. Kontraktor wajib menyediakan tempat penyimpanan bahan / material di lapangan yang
aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan
lain yang sedang berjalan serta memenuhi persyaratan penyimpanan bahan tersebut.

D. Gambar Dokumen

Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian dalam pelaksanaan suatu bagian


pekerjaan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka dalam hal terdapat ketidak
jelasan, kesimpang siuran, perbedaan perbedaan dan / atau ketidak sesuaian dan keragu-raguan
diantara setiap gambar pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Direksi/Pengawas
secara tertulis dan mengadakan pertemuan dengan Direksi/Pengawas untuk mendapatkan
keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang
waktu pelaksanaan dan pengajuan tambahan biaya.

E. U k u r a n

Semua ukuran yang tertera dalam gambar pelaksanaan adalah ukuran jadi dalam keadaan
selesai terpasang yang meliputi ukuran :

1. As – as.
2. Luar – luar.
3. Dalam – dalam.
4. Luar – dalam.

Khusus ukuran-ukuran dalam gambar pelaksanaan AR [Arsitektur) pada dasarnya adalah


ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai.
Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan meneliti terlebih dahulu ukuran-ukuran
yang tercantum didalam gambar Arsitektur, gambar Struktur, gambar M & E dan gambar
pelaksanaan lainnya yang termuat didalam dokumen Lelang / dokumen Kontrak. Bila ada
keraguan mengenai ukuran atau bila ada ukuran yang belum tercantum dalam gambar
pelaksanaan, Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut secara tertulis untuk dapat diputuskan
ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan pelaksanaan.
Kontraktor tidak dibenarkan mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di dalam gambar
pelaksanaan atau dokumen kontrak tanpa sepenge tahuan Direksi/Pengawas. Bila hal tersebut
terjadi segala akibat yang ada menjadi tanggungjawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun
waktu.

F. Shop Drawing
Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam gambar pelaksanaan / dokumen kontrak maupun vang diminta oleh Direksi/Pengawas yang
merupakan gambar detail pelaksanaan yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Dalam
shop drawing ini harus jelas dicantuKonsultanan dan digambarkan semua data yang diperlukan
termasuk pengajuan contoh dari bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan / atau
persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik (produk bahan yang dipakai). Shop Drawing
y ang akan diperiksa terlebih dahulu oleh pihak Direksi/Pengawas, harus diajukan paling lambat
2 [dua] minggu sebelum jadwal pelaksanaan.

G. Standard dan Aturan yang Dipergunakan

Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia, Standard
Industri Konstruksi, peraturan nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan, antara
lain :
1. Peraturan Beton Indonesia (PBI-1971), NI – 2.
2. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI –1982).
3. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBB 1970), NI – 3.
4. Persyaratan Cat Indonesia, NI – 4.
5. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI), NI – 5.
6. Peraturan Semen Portland Indonesia 1974, NI – 8.
7. Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan, NI – 10.
8. Pedoman Plumbmg Indonesia, ( PPI –1979).
9. Peraturan Umum Instalasi Listrik, (PUIL – 1977).
10. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia (PPBI – 1984).
11. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (l983).
12. American National Standard Organization (ANSI).
13. American Sociaty of Mechanical Engineer (ASME).
14. American Sociaty of Testing of Material (ASTM).
15. British Standard Institution (BSI).
16. Deutch Institute for Normalization (DIN).
17. Factory Mutual Standard.(FM).
18. International Standarization Organization (ISO).
19. Japanese Industrial Standard (JIS).
20. Japanese Electrotechnical Committee (JEC).
21. Japanese Electric Machine Industry Assc (JEM)
22. National Electric Codes (NEC)
23. National Electrical Manufacturers Association (NEMA).
24. National Fire Protection Association (NFPA).
25. Underwriter’s Laboratories (UL).
26. National Plumbing Codes (NPC).
27. Pedoman Plambing Indonesia (PPI).
28. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL), 1987.
29. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir.
30. Standar Industri Indonesia (SII).
31. Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI).
32. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum.
33. Peraturan Depnaker tentang Keselamatan Kerja
34. Peraturan DPMB, Pemda setempat.
35. Peraturan lain yang berlaku.
36. Peraturan dan Pedoman-pedoman lainnya sesuai yang tercantum didalam spesifikasi ini.

H. Syarat Bahan / Material dan Komponen Jadi

1. Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik dan tidak
cacat, sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang dapat
mengganggu kualitas maupun penampilan.
2. Bahan-bahan yang dipakai/dipasang harus sesuai dengan apa yang tercantum dalam
gambar pelaksanaan, memenuhi standard Spesifikasi Bahan yang telah dipilih / ditunjuk
/ disetujui, mengikuti peraturan tertulis dalam Buku Uraian Pekerjaan ini dan mengikuti
petunjuk Direksi/Pengawas.
3. Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi/Pengawas.
4. Untuk pekerjaan khusus / tertentu, selain harus mengikuti standar yang dipergunakan juga
harus mengikuti persyaratan pabrik yang bersangkutan.
5. Apabila dianggap perlu, Direksi/Pengawas berhak untuk menunjuk Tenaga Ahli yang
ditunjuk oleh pabrik dan / atau supplier yang bersangkutan sebagai pelaksana. Dalam hal
ini, Kontraktor tidak berhak mengajukannya sebagai pekerjaan tambah.

I. Contoh Bahan / Material & Komponen Jadi

Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap dan jaminan dari
pabrik, kecuali bahan yang disediakan oleh proyek. Contoh bahan yang digunakan harus
diserahkan kepada Direksi/Pengawas sebanyak minimal 2 (dua) produk / merk yang setara dari
berbagai merk pembuatan, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Pengawas. Waktu penyerahan
contoh bahan paling lambat adalah 3 (tiga) minggu sebelum jadual pelaksanaan. Contoh bahan yang
diserahkan kepada Direksi/Pengawas untuk satu produk / merk sebanyak 3 (tiga) buah dari satu
bahan yang ditentukan, urtuk menetapkan standard appearence.
Keputusan bahan, jenis, dan merek yang memenuhi spesifikasi akan diambil oleh
Direksi/Pengawas dan akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari
kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut. Untuk detail-detail hubungan
tertentu, Kontraktor diwajibkan membuat komponen jadi (mock-up] yang harus diperlihatkan
kepada Direksi/Pengawas untuk mendapat persetujuan. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus
ditinjau dan diuji sesuai dengan standar yang berlaku.

J. Merk Pembuatan Bahan / Material

1) Semua merk pembuatan dan / atau merk dagang dalam Uraian Pekerjaan &
Persyaratan Teknis Pelaksaaaan Pekerjaan, dimaksudkan sebagai dasar perbandingan
kualitas dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat, kecuali bila ditentukan lain.
2) Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai harus sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar pelaksanaan dan memenuhi standar spesifikasi bahan tersebut.
3) Dalam pelaksanaan pemasangannya, setiap bahan / material dan komponen jadi keluaran
pabrik, harus dibawah pengawasan / supervisi tenaga ahli yang ditunjuk.
4) Direksi / Perencana berhak menunjuk tenaga ahli yang ditunjuk pabrik dan / atau
supplier yang bersangkutan tersebut sebagai Pelaksana.
5) Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk
setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini, kecuali ada ketentuan lain yang
disetujui Direksi/Pengawas.
K. Peninjauan Dan Pengujian Bahan

Semua bahan untuk pekerjaan ini, bila dianggap perlu, harus ditinjau dan diuji baik pada
pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan di Tapak oleh Direksi/Pengawas.

L. Koordinasi Pelaksanaan

Kontraktor yang menunjuk Supplier dan / atau Sub Kontraktor dalam hal pengadaan
material dan pemasangannya, maka Kontraktor tersebut wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Kontraktor wajib mengadakan
koordinasi pelaksanaan atas petunjuk Direksi/Pengawas dengan Sub Kontraktor atau Supplier
bahan. Supplier wajib hadir mendampingi Direksi/Pengawas di Lapangan untuk pekerjaan
khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai
instruksi pabrik.

M. Persyaratan Pekerjaan

Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat
pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan
Uraian Pekerjaan & Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan dan / atau petunjuk yang diberikan
oleh Direksi/Pengawas.
Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan
melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang menyangkut Pekerjaan Struktur,
Arsitektur, Mekanikal, Elektnkal, Plumbing / Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari
Direksi/Pengawas.

N. Pelaksanaan Pekerjaan

Semua ukuran dan posisi termasuk pemasangan patok-patok di lapangan harus tepat sesuai
gambar Pelaksanaan. Kemiringan yang dibuat harus cukup untuk mengalirkan air hujan menuju
ke selokan yang ada di sekitamya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang tertera di dalam
gambar kerja.Tidak dibenarkan adanya genangan air. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan,
Kontraktor wajib meneliti gambar pelaksanaan dan melakukan pengukuran kondisi lapangan.
Setiap bagian dari pekerjaan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/Pengawas
sebelum memulai pelaksanaan pekerjaaan tersebut. Semua pekerjaan yang sudah selesai
terpasang, apabila perlu harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang disebabkan oleh pekerjaan
lain.

Bilamana pada sistem perkuatan yang tertera dalam gambar pelaksanaan dianggap kurang
kuat oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor untuk
menambahkannya setelah sistem perkuatan yang diusulkan Kontraktor disetujui oleh
Direksi/Pengawas. Dalam hal ini Kontraktor tidak dapat mengklaim sebagai pekerjaan tambah.

Kontraktor tidak boleh mengklaim sebagai pekerjaan tambah bila terjadi :


a) Kerusakan suatu pekerjaan akibat ketelodoran Kontraktor, Kontraktor harus
memperbaikinya sesuai dengan keadaan semula.
b) Memperbaiki suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang berlaku, gambar
pelaksanaan atau dokumen kontrak.
c) Penunjukan tenaga ahli oleh Direksi/Pengawas yang sesuai dengan kegiatan suatu
Pekerjaan.
d) Semua pengujian bahan, pembuatan atau pelaksanaan di lapangan, harus dilaksanakan oleh
Kontraktor.
e) Finishing Arsitektur adalah +7 cm dari permukaan pelat lantai struktur (lihat gambar).

O. Dasar penentuan ukuran / posisi pekerjaan.

Semua ukuran dan posisi, termasuk pemasangan patok-patok di lapangan, harus tepat sesuai
dengan gambar pelaksanaan. Kontraktor wajib memperhatikan dan mempelajari segala
petunjuk yang tertera dalam gambar pelaksanaan untuk mendapatkan posisi dan ketepatan di
Lapangan bagi setiap bagian pekerjaan. Kontraktor harus memasang patok-patok yang
terpenting di Tapak sebagai patokan titik mulai setiap bagian dari pekerjaan dan harus sesuai
dengan yang ditentukan pada gambar pelaksanaan.
Bila terjadi perbedaan antara gambar pelaksanaan dengan keadaan di Lapangan, Kontraktor
harus melaporkan hal tersebut kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkannya. Tidak
dibenarkan Kontraktor mengambil tindakan tanpa sepengetahuan Direksi/Pengawas.

P. I s t i l a h

Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing masing Disiplin adalah sebagai berikut :

AR - : Arsitektur.

Mencakup hal hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan bangunan
secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik Teknis maupun Estetika dan Luar
Bangunan.

SR - : Struktur.

Meliputi hal hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan konstruksi utama
dan spesifikasinya, dimensionering kolom, balok dan tebal plat serta penulangannya.

SE - : Sanitasi (Teknik Penyehatan).

Mencakup hal hal yang berhubungan dengan sistem sanitasi bangunan (air bersih, air kotor dan air
hujan).

EE - : Elektrikal.

Mencakup hal hal yang berhubungan dengan sistem daya listrik dan penerangan.
EF - : Elektrikal.

Mencakup hal hal yang berhubungan dengan sistem Fire Detector / Protection.

ET - : Elektrikal.

Mencakup hal hal yang berhubungan dengan sistem Telepon / Komunikasi.

ES - : Elektrikal.

Mencakup hal hal yang berhubungan dengan Sound system.

ME - : Mekanikal,

Meliputi hal hal yang berhubungan dengan penggunaan peralatan / mesin / motor yang dibantu
oleh sistem daya listrik, misalnya : Lift, AC, Heating system, Crane, dll.

MC - : Mekanikal,

Meliputi hal hal yang berhubungan dengan penggunaan peralatan / mesin / motor yang
menimbulkan daya listrik, misalnya : Generator, Diesel, Compressor dll.
PASAL - 2
GALIAN, URUGAN KEMBALI DAN PEMADATAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-bahan, tenaga kerja yang
cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan termasuk pelat turap sementara sementara jika
diperlukan
Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan semua pekerjaan yang membutuhkan galian
dan/atau urugan kembali seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan di lokasi dimana terdapat sisa konstruksi atau
instalasi yang berada di bawah tanah yang sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan petunjuk
Pengawas.
Membuang semua bahan-bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan ke suatu tempat
pembuangan yang telah ditentukan. Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu
tempat galian. Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam Spesifikasi ini.

2. PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1. Penggalian
Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas. Lebar galian harus dibuat cukup lebar untuk
memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.

2.1.1. Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan
Pengawas dapat menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
2.1.2. Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada
Pengawas untuk diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
2.1.3. Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas dari
bahan lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau
sesuai petunjuk Pengawas sebelum menempatkan bahan urugan.
2.1.4. Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian rencana, Kontraktor
harus melakukan penggalian tambahan sesuai petunjuk Pengawas, sampai
kedalaman yang memiliki permukaan yang sesuai.
2.1.5. Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh diselesaikan sebelum
pekerjaan berikutnya siap dilaksanakan, sehingga air hujan atau air permukaan
lainnya tidak merusak permukaan galian. Untuk menggali tanah lunak, Kontraktor
harus memasang dinding penahan tanah sementara untuk mencegah longsornya
tanah ke dalam lubang galian. Kontraktor harus melindungi galian dari genangan
air atau air hujan dengan menyediakan saluran pengeringan sementara atau
pompa.
2.1.6. Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan kelalaian Kontraktor harus
diperbaiki sesuai petunjuk Pengawas tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
2.2. Urugan dan Timbunan
2.2.1. Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila bahan urugan dan
lokasi pengerjaan urugan/timbunan telah disetujui Pengawas.
2.2.2. Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan sebelum pekerjaan
terdahulu disetujui Pengawas.
2.2.3. Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan timbunan dapat disimpan oleh
Kontraktor di tempat penumpukan pada lokasi yang memudahkan pengangkutan
selama pekerjaan pengurugan dan penimbunan berlangsung. Lokasi penumpukan
harus disetujui Pengawas.
2.2.4. Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan ketika umur beton minimal
14 hari, dan ketika pekerjaan pasangan berumur minimal 7 hari, atau setelah
mendapat persetujuan dari Pengawas.
2.2.5. Urugan kembali lubang pondasi / pasangan harus dilakukan dengan persetujuan
Pengawas.
2.2.6. Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dan tiap-tiap lapis dipadatkan

2.3. Pemadatan
Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai untuk memadatkan
urugan maupun daerah galian. Bila tingkat pemadatan tidak memenuhi, perbaikan harus
dilakukan sampai tercapai pemadatan sesuai ketentuan. Bahan yang ditempatkan di atas
lapisan yang tidak dipadatkan dengan baik harus disingkirkan dan atau harus dipadatkan
kembali sesuai petunjuk Pengawas.

-----------------
PASAL - 3
BETON BERTULANG

1. LINGKUP PEKERJAAN.
Lingkup pekerjaan ini meliputi pengangkutan, pengadaan bahan, peralatan dan tenaga kerja
serta pelaksanaan pekerjaan beton pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.

Pekerjaan ini termasuk tetapi tidak terbatas pada pondasi telapak, sloof, kolom, balok dan
pekerjaan beton lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

2. PROSEDUR UMUM.

2.1. Gambar Detail Pelaksanaan.


Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus diserahkan Kontraktor kepada Pengawas
untuk disetujui.

Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan, kait, lewatan, sambungan


dan lainnya sesuai ketentuan Persyaratan teknis Baja Tulangan
Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi, ukuran, sambungan, sisipan
dan pekerjaan lainnya yang terkait.

2.2. Contoh Bahan.


2.2.1. Sebelum pelaksanaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material,
misalnya PC, pasir, split atau besi tulangan untuk mendapatkan persetujuan dari
Pengawas Pekerjaan.
2.2.2. Contoh-contoh material yang telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, akan
dipakai sebagai standart/pedoman untuk memeriksa/ menerima material yang
dikirim oleh Kontraktor ke site.
2.2.3. Pemakaian adukan atau campuran adukan diajukan terlebih dahulu sebelum
melakukan pengecoran.

2.3. Syarat Pengiriman dan Penyimpanan.


2.3.1. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
cacat.
Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak/ kemasan aslinya yang
masih tersegel dan berlabel pabriknya.
2.3.2. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung dan tertutup kering, tidak
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
2.3.3. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.
2.3.4. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman
dan penyimpanan. Bila ada kerusakan, kontraktor wajib mengganti atas beban
Kontraktor sendiri.
3. BAHAN - BAHAN
3.1. Mutu Beton.
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah sesuai dengan
gambar kerja yakni beton K225, dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam PBI 1971. Adapun beton ini dipakai untuk pekerjaan sloof, kolom praktis, ring
balok, pondasi, lantai, dan lain-lain seuai dengan gambar kerja.
3.2. Semen.
Semen harus dari tipe I dan memenuhi persyaratan SII-0013, seperti Semen Tonasa,
Tiga Roda atau setara. Sebelum pengadaan semen, sertifikat semen harus diserahkan
kepada Pengawas untuk disetujui, termasuk metoda dan cara pengangkutan harus
disertakan. Semen harus diadakan dalam kemasan besar atau zak, dengan persetujuan
dari Pengawas.
3.3. Pasir & Batu Pecah.
Pasir / batu pecah harus memenuhi NI-3.
3.4. Air.
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas dari
unsur-unsur yang merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan anorganik lainnya.
Air dari kualitas yang dikenal dan untuk konsumsi manusia tidak perlu diuji.
Bagaimanapun, bila hal ini terjadi, semua air kecuali yang telah disebutkan di atas,
harus diuji dan disetujui Pengawas.
3.5. Baja Tulangan.
Untuk besi dengan diameter ≤ 12 mm digunakan besi tulangan polos, kekuatan besi
U24 = 2400 kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136.
Untuk besi dengan diameter > 12 mm digunakan besi tulangan ulir, kekuatan besi U40
= 4000 kg/cm2, dan memenuhi ketentuan SII-0136.

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Pembesian
4.1.1. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang ( ring ) persyaratannya harus
sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
4.1.2. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan dengan
gambar konstruksi
4.1.3. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi tersebut
tidak berubah tempat selama pengecora, dan harus bebas dari papan acuan
atau lantai kerja dengan memasang beton sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
4.1.4. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam waktu 2 jam setelah ada perintah tertulis dari Pengawas Lapangan.
4.1.5. Penulangan harus dikerjakan sesuai dengan gambar rencana, diameter jumlah
serta jaraknya harus benar-benar sesuai dalam arti phisik serta final.
4.1.6. Batang tulangan yang dibengkokkan tidak boleh dengan cara dipanaskan.
4.1.7. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam NI - 2 ( PBI 1971 ).
4.1.8. Untuk permukaan beton ekspos, ikatan metal, bila diijinkan, harus
disingkirkan sampai kedalaman minimal 2,50 cm dari permukaan beton tanpa
merusak. Cekungan-cekungan harus diisi dengan adukan dan permukaan harus
tetap halus, rata dan seragam dalam warna.
4.1.9. Sebelum dilakukan pemasangan pembesian pondasi pada bagian dasar galian
pondasi telapak harus diberi lantai kerja diatas pasir urug dengan beton 1
PC:3PS:5Kr.

4.2. Perancah dan Acuan.


4.2.1. Acuan harus dipasang sesuai bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditentukan
atau yang diperlukan dalam gambar.
4.2.2. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga
cukup kokoh, dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran dilakukan.
4.2.3. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan
yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap dijamin sesuai
dengan persyaratan.

4.3. Penempatan Pipa Drainase, Plumbing, Konduit.


4.3.1. Pipa-pipa drainase & plumbing, konduit kabel listrik dan/atau, harus dipasang
sebelum pengecoran, dengan tanpa mengurangi kekuatan beton. Pipa-pipa
tersebut harus dilindungi sehingga tidak akan terisi adukan beton sewaktu
pengecoran.
4.3.2. Pipa drainase dan konduit kabel listrik dari bahan PVC yang mempunyai kuat
tekan 10 kg/m2 yang memenuhi JIS K6741. Diameter pipa PVC sesuai ketentuan
Gambar Kerja.

4.4. Cara Pengadukan.


4.4.1. Cara pengadukan harus tunduk ketentuan PBI 1971.
4.4.2. Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu
oleh Pengawas Lapangan.
4.4.3. Hanya untuk beton praktis, lantai kerja, beton tumbuk dan mortel pemasangan
batu bata yang diperkenankan memakai mesin pengaduk beton/molen,
mengaduk dengan sekop/cangkul dilarang.
4.4.4. Jika diperlukan pada setiap pengecoran pada bagian-bagian yang penting,
Kontraktor harus membuat kubus-kubus beton percobaan/ pengetesan,
sedangkan jumlah serta cara pengambilan kubus-kubus beton tersebut harus
sesuai dengan peraturan PBI 1971. Pengetesan terhadap kubus-kubus beton
tersebut dilakukan pada laboratorium yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

4.5. Pengecoran Beton.


4.5.1. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan
jarak.
4.5.2. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Pengawas
Lapangan.
4.5.3. Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat
penggetar untuk menjamin beton cukup padat, dan harus dihindrkan terjadinya
cacat pada beton seperti keropos, dan sarang-sarang koral/split yang dapat
memperlemah konstruksi.
4.5.4. Apabila pengecoran beton akan dihentikan, dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.
4.5.5. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi penguapan
cepat.Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus
diperhatikan.
4.5.6. Beton harus dibasahi paling sedikit 10 ( sepuluh ) hari setelah pekerjaan
pengecoran.
4.6. Pembongkaran Perancah/Acuan
Pembongkaran bekesting hanya boleh dilakukan dengn ijin tertulis dari Pengawas
Pekerjaan.
Setelah bekesting dibuka tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada
permukaan beton, tanpa persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.

4.7. Syarat pengamanan Pekerjaan


4.7.1. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam
setelah pengecoran.
4.7.2. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.
4.7.3. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan
tidak mengurangi mutu pekerjaan/
Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor sendiri.
4.7.4. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air terus menerus selama 1 ( satu ) minggu atau lebih ( sesuai dengan
ketentuan PBI 1971 ).

----------------
PASAL - 4
PASANGAN BATU KALI

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pasangan batu kali, seperti pondasi, turap dan lainnya
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas
Pekerjaan ini meliputi tidak terbatas pada pengadaan bahan, tenaga kerja dan semua
pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pasangan sesuai batas, tingkat,
bagian dan dimensi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
2. PROSEDUR UMUM
2.1. Contoh Bahan.
Contoh bahan batu seberat minimal 20 kg dengan ukuran terpanjang maksimal 15 cm,
harus diserahkan terlebih dahulu kepada Pengawas untuk disetujui.

2.2. Gambar Detail Pelaksanaan.


Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus membuat Gambar Detail Pelaksanaan
yang mencakup dimensi, elevasi, kemiringan dan detail-detail lain yang diperlukan,
untuk disetujui Pengawas
3. BAHAN-BAHAN

3.1. Batu Kali.


Batu kali harus memiliki sisi terpanjang berukuran maksimal 15 cm,dan memiliki minimal 3
bidang kontak. Batu kali harus keras bersifat kekal dan tidak boleh mengandung bahan
yang dapat merusak.

3.2. Adukan dan Pelesteran.


Adukan yang dipakai harus memenuhi uraian Persyaratan teknis Adukan & Plesteran.

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Umum.
Pekerjaan pasangan batu kali, baru diijinkan untuk dimulai bila semua pekerjaan galian
dan urugannya telah diperiksa serta disetujui Pengawas Pekerjaan galian dan urugan
kembali dilaksanakan sesuai Persyaratan teknis Galian, Urugan kembali, dan Pemadatan.

4.1.1. Sebelum memulai pekerjaan perletakan pasangan batu kali, air/air hujan ataupun
air tanah yang berada dalam galian harus dipompa dan dikeluarkan.

4.2. Pemasangan.
4.2.1. Adukan 1 semen dengan 2 pasir untuk pasangan batu kali yang terendam air dan
adukan 1 semen dengan 4 pasir untuk pasangan batu kali yang tidak terendam air.
4.2.2. Adukan harus membungkus batu kali pada bagian tengah pasangan sedemikian
rupa sehingga tidak ada bagian dari pasangan yang berongga/tidak padat.
4.2.3. Tidak diperbolehkan sama sekali memukul batu kali di tempat pekerjaan (pada
bagian konstruksi) dengan martil besar, kecuali di luar papan patok ukur/bow
plank.
4.2.4. Pasangan batu kali di atas dasar galian harus diurug lapisan pasir setebal 5 dan di
anstamping batu kali 10 cm.
4.2.5. Bagian yang akan diberi pasangan batu kali harus sudah dibentuk sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja, dan/atau sesuai petunjuk Pengawas.
4.2.6. Pasangan batu kali harus saling menyilang dan terkait, sehingga tidak ada siar yang
merupakan garis lurus.
4.3. Perletakan Lubang Saluran.
Pemasangan pondasi sudah harus menyediakan lubang saluran sesuai elevasi yang
diperlukan dan seperti ditunjukan pada gambar kerja.
4.4. Pembersihan Permukaan.
Segera setelah adukan ditempatkan, semua permukaan pasangan batu kali yang terlihat
harus dibersihkan secara menyeluruh dari cipratan adukan dan harus dijaga sedemikian
rupa sampai pekerjaan selesai.
4.5. Perawatan.
Pasangan batu kali harus dilindungi dari cahaya matahari dan secara terus-menerus harus
dibasahi dengan cara yang disetujui selama tiga hari setelah pekerjaan selesai.

-----------------
PASAL - 5
PASANGAN BATA

1. URAIAN PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi dan tidak terbatas pada penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat-alat
bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
2. PROSEDUR UMUM
2.1. Contoh Bahan.
Contoh bahan-bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas
Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirimkan ke lokasi proyek.
2.2. Pengiriman dan Penyimpanan.
Semua bahan harus disimpan dengan baik, terlindung dari kerusakan. Bata harus
disusun dengan baik dan teratur dengan tinggi maksimum 1.50 m.
Semen harus dikirim dalam kemasan aslinya yang tertutup rapat dimana tertera nama
pabrik serta merek dagangnya. Penyimpanan semen harus dilaksanakan sesuai
ketentuan Persyaratan teknis dari pabriknya.

3. BAHAN-BAHAN
3.1. Batu Bata.
3.1.1. Batu bata harus batu bata merah dari mutu yang terbaik dengan pembakaran
sempurna dan merata, produksi lokal dengan ukuran nominal 55 mm x 110
mm x 230 mm atau sesuai dengan ukuran lokal yang dapat diperoleh, yang
dibakar dengan baik dan bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau
mengandung kotoran. Khusus pasangan dinding bata ekspos harus menggunakan
bata super dengan persetujuan Pengawas.
3.1.2. Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan minimal
25kg/cm2, sesuai ketentuan SII-0021 dan SK SNI S-04-1989-F.
3.2. Adukan dan Pelesteran.
Adukan dan pelesteran untuk pasangan batu bata harus memenuhi ketentuan
Persyaratan teknis Adukan dan Plesteran.

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Adukan.
Pada pasangan dinding trassram digunakan adukan 1 Pc : 2 Ps dan lainnya dipakai
adukah 1 Pc : 3 Ps.
Bahan adukan dan jumlah campuran adukan serta pengerjaannya harus memenuhi
ketentuan Persyaratan teknis Adukan dan Plesteran.
4.2. Pemasangan.
4.2.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor wajib memeriksa dengan
seksama Gambar Kerja dan melihat keadaan di tempat pekerjaan tersebut di
atas yang akan dilaksanakan. Sebelum digunakan, batu bata harus direndam
dalam air menggunakan bak air/drum hingga jenuh. Dinding harus dipasang dan
didirikan menurut masing-masing ukuran, ketebalan dan ketinggian yang
disyaratkan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
4.2.2. Tidak diperkenankan memasang batu bata yang patah dua melebihi dari 5% dan
yang patah lebih dari dua.
4.2.3. Pasangan dinding batu bata yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus
ditambahkan kolom dan balok penguat dengan ukuran minimal 12 cm x 12 cm,
sesuai dengan lebar bata, dengan tulangan pokok minimal 4 ø 10 mm,
sengkang ø 8 mm - 20 cm atau sesuai dengan Gambar Kerja.
4.2.4. Kolom bangunan yang akan berhubungan dengan pasangan batu bata harus
diberi penguat/pengikat berupa stek-stek besi ø 8 mm setiap jarak 50 cm,
panjang 50 cm dan dibengkokkan. Ujung yang satu ditanamkan ke dalam kolom
bangunan dan ujung lainnya yang panjangnya 25 cm dibiarkan menjorok untuk
dimasukkan ke dalam pasangan batu bata.
4.2.5. Pasangan dinding bata dengan luas setiap 6 m2 yang terletak di luar bangunan
yang langsung mendapat beban angin harus diberi kolom praktis ukuran
minimal 12 cm x 12 cm dengan tulangan dan sengkang seperti di atas.
4.2.6. Pemasangan dinding batu bata dilaksanakan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimal 24 lapis setiap hari, dan kemudian diikuti dengan pengcoran kolom
praktis.
4.2.7. Tebal adukan pengikat tidak kurang dari 10 mm dan adukan harus padat
sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan yang lurus/menerus dan rata.
4.2.8. Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok rapih sedalam 10
mm dan dibersihkan dengan sapu lidi untuk kemudian disiram air.
4.2.9. Sebelum dipelester, pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih dahulu
sampai jenuh.
4.3. Perawatan dan Perlindungan.
4.3.1. Pasangan batu bata harus dibasahi terus menerus selama sedikitnya 7 hari
setelah didirikan.
4.3.2. Pasangan batu bata yang terkena udara terbuka, selama waktu-waktu hujan lebat
harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok.
4.3.3. Siar atau celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding dengan bukaan
dinding atau dinding dengan peralatan, harus ditutup dengan bahan pengisi
celah seperti disebutkan dalam Persyaratan teknis Pasangan Bata.
4.3.4. Khusus pasangan dinding bata ekspos harus menggunakan bata super dengan
permukaan yang baik dan selama pelaksanaan harus dilindungi supaya tidak
terkena adukan dan kotoran lainnya yang bisa mengakibatkan perubahan warna
ataupun texture bata ekspos.
4.4. Pelesteran dan Pengacian.
Pelesteran dan pengacian harus dilaksanakan sesuai ketentuan Persyaratan teknis
Adukan dan Plesteran.

------------------
PASAL - 6
ADUKAN DAN PLESTERAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan adukan dan pelesteran (kasar dan halus), seperti
dinyatakan dalam Gambar Kerja atau ketentuan dalam Persyaratan teknis ini.

2. PROSEDUR UMUM
2.1. Contoh Bahan.
Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas untuk disetujui
terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.

2.2. Pengiriman dan Penyimpanan.


2.2.1. Pengiriman dan penyimpanan bahan semen harus sesuai ketentuan pabrik.
2.2.2. Pasir harus disimpan di atas tanah yang bersih, bebas dari aliran air, dengan
kata lain daerah sekitar penyimpanan dilengkapi saluran pembuangan yang
memadai, dan bebas dari benda-benda asing. Tinggi penimbunan tidak lebih dari
1200 mm agar tidak berhamburan.

3. BAHAN-BAHAN
3.1. Semen.
Semen tipe I harus memenuhi standar SII-0013, seperti Semen Tonasa, Tiga Roda atau
yang setara. Semen yang digunakan harus berasal dari satu merek dagang.

3.2. Pasir.
Pasir harus bersih, keras, padat dan tajam, tidak mengandung lumpur atau kotoran lain
yang merusak dengan ukuran atau perbandingan butir-butir yang seragam mulai dari
yang kasar sampai pada yang halus.

3.3. Air.
Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat-zat organik yang bersifat
merusak.

Air dengan kualitas yang diketahui dan dapat diminum tidak perlu diuji. Pada dasarnya
semua air yang digunakan harus disetujui Pengawas.

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1. Perbandingan Campuran Adukan dan/atau Pelesteran.
4.1.1. Campuran 1 semen dan 2 pasir digunakan untuk adukan kedap air, adukan kedap
air 15 cm di bawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai, tergambar atau
tidak tergambar dalam Gambar Kerja, pelesteran permukaan beton yang terlihat
dan tempat-tempat lain seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
4.1.2. Campuran 1 semen dan 4 pasir untuk semua pekerjaan adukan dan pelesteran
selain tersebut di atas, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
4.1.3. Pencampuran.
Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau alat
pencampur yang disetujui sampai diperoleh campuran yang merata, untuk
kemudian ditambahkan sejumlah air dan encampuran dilanjutkan kembali.
Adukan harus dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu pencampuran minimal 1
sampai 2 menit sebelum pengaplikasian. Adukan yang tidak digunakan dalam
jangka waktu 45 menit setelah pencampuran tidak diijinkan digunakan.
4.2. Persiapan dan Pembersihan Permukaan.
4.2.1. Semua permukaan yang akan menerima adukan dan/atau pelesteran harus bersih,
bebas dari serpihan karbon lepas dan bahan lainnya yang mengganggu
4.2.2. Pekerjaan pelesteran hanya diperkenankan setelah selesainya pemasangan
instalasi listrik dan plumbing serta seluruh bagian yang akan menerima
pelesteran telah terlindung di bawah atap. Permukaan yang akan dipelester harus
telah berusia tidak kurang dari dua minggu. Bidang permukaan tersebut harus
disiram air terlebih dahulu dengan air hingga jenuh dan siar telah dikerok sedalam
1 cm dan dibersihkan.

4.3. Pemasangan.
4.3.1. Pelesteran Batu Bata.
Pekerjaan pelesteran dapat dimulai setelah pekerjaan persiapan dan pembersihan
selesai.

Untuk memperoleh permukaan yang rapi dan sempurna, bidang pelesteran


dibagi-bagi dengan kepala pelesteran yang dipasangi kelos-kelos sementara dari
bambu. Kepala pelesteran dibuat pada setiap jarak 100 cm, dipasang tegak
dengan menggunakan kepingan kayu lapis tebal 6 mm untuk patokan kerataan
bidang.
Setelah kepala pelesteran diperiksa kesikuannya dan kerataannya, permukaan
dinding baru dapat ditutup dengan pelesteran sampai rata dan tidak ada
kepingan-kepingan kayu yang tertinggal dalam pelesteran. Seluruh permukaan
pelesteran harus rata dan rapi, kecuali bila pasangan aka dilapis dengan bahan
lain. Sisa-sisa pekerjaan yang telah selesai harus segera dibersihkan.
Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada bagian-bagian pertemuan dengan
bukaan dinding atau bagian lain yang ditentukan dalam Gambar Kerja, dibuat
dengan menggunakan profil kayu khusus untuk itu yang telah diserut rata, rapi
dan siku. Tidak diperkenankan membuat tali air dengan menggunakan baja
tulangan.
4.3.2. Pelesteran Permukaan Beton.
Permukaan beton yang akan diberi pelesteran harus dikasarkan, dibersihkan dari
bagian-bagian yang lepas dan dibasahi air, kemudian dipelester.

Permukaan beton harus bersih dari bahan-bahan cat, minyak, lemak, lumut dan
sebagainya sebelum pekerjaan pelesteran dimulai.
Permukaan beton harus dibersihkan menggunakan kawat baja. Setelah pelesteran
selesai dan mulai mengeras, permukaan pelesteran dirawat dengan penyiraman
air. Pelesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang, retak-retak, tidak
tegak lurus dan sebagainya harus diperbaiki.
4.4. Ketebalan Adukan dan Pelesteran.
Tebal adukan dan/atau pelesteran minimal 10 mm, kecuali bila dinyatakan lain dalam
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas.
4.5. Pengacian.
Pengacian dilakukan setelah pelesteran disiram air sampai jenuh sehingga pelesteran
menjadi rata, halus, tidak ada bagian yang bergelombang, tidak ada bagian yang retak
dan setelah pelesteran berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering betul. Selama 7
(tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor harus selalu menyiram
bagian permukaan yang diaci dengan air sampai jenuh, sekurang-kurangnya dua kali
setiap harinya.
4.6. Pemeriksaan.
Semua pekerjaan harus dengan mudah dapat diperiksa. Kontraktor setiap waktu harus
memberi kemudahan kepada Pengawas untuk dapat memeriksa pada bagian yang
telah diselesaikan. Bagian yang ditemukan tidak memuaskan; seperti pada plesteran dan
acian yang tidak sempurna dan retak akibat kelalaian kontraktor terutama pada bagian
pemasangan instalasi yang tertanam atau pada pemasangan pintu & jendela dan pada
bagian lainnya; harus diperbaiki dan dikerjakan dengan cara yang sama dengan
sebelumnya tanpa biaya tambahan dari Pemilik Proyek. lainnya
4.7. Lapisan Kedap Air.
Pada bagian yang memerlukan lapisan kedap air seperti tanki air bawah tanah atau lainnya
yang ditunjukan gambar kerja harus diberi lapisan kedap air.
4.7.1. Bahan lapisan kedap air yang digunakan sperti AM Product, Cemecryl Elastis,
Silasec atau yang setara. Contoh berikut data teknis bahan yang akan dipakai harus
diserahkkan kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan Aplikasi
pelaksanaanya harus sesuai dengan ketentuan teknis dari pabrik.
4.7.2. Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan dengan 24 jam pengujian kebocoran, jika ternyata masih
ada kebocoran atau rembesan maka harus diulangi atau diperbaiki lagi hingga
sempurna tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

--------------------
PASAL 7
STRUKTUR BAJA

Semua material baja harus baru dan disetujui Pengawas walaupun Kontraktor telah menggunakan
bahan yang telah disetujui, pasal berikut ini tetap mengikat Kontraktor untuk tetap bertanggung
jawab. Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan merupakan
“Hot Rolled Sructural Steel” dan memenuhi mutu baja ST 37 (PPBI-83) atau ASTM A36 atau SS41
(JIS.U 3101-1970).

Seluruh pekerjaan fabrikasi harus dilakukan di workshop, kecuali hal-hal yang tidak dapat dilakukan
di workshop dapat dikerjakan di lapangan setelah mendapat persetujuan Pengawas. Semua bagian
baja sebelum dan setelah difabrikasikan harus lurus dan tidak ada tekukan dan ukuran disesuaikan
dengan gambar. Sebelum semua pekerjaan fabrikasi dimulai pelat-pelat baja harus rata dan tidak
boleh bertekuk dan bengkok.

Semua pekerjaan baja harus disimpan rapi dan ditaruh diatas alas papan. Seluruh pekerjaan baja
setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat dengan sikat baja dan dicat.

Kekurangan tepat atau pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan,diperbaiki atau
diganti dengan yang baru atau biaya Kontraktor.

Pengawas dan Konsultan Perencana berhak meninjau bengkel dan memeriksa pekerjaan fabrikasi
Kontraktor yaitu baja dengan tegangan leleh minimum = 2400kg/cm2 bilamana perlu atas biaya
Kontraktor. Semua baja yang digunakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan ketebalannya
serta bebas dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk atau punter, dengan berat sesuai gambar
rencana.

Semua fabrikasi yang dilakukan Kontraktor harus mengajukan gambar kerja (shop drawing) sesuai
dengan gambar rencana untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Kontraktor tidak
diperkenankan memulai pekerjaan sebelum gambar kerja tersebut disetujui. Gambar kerja harus
menunjukkan detail pelaksanaan secara jelas, untuk hal-hal berikut :

 Dimensi Lay Out danlam metrik.


 Type dan lokasi sambungan.
 Dimensi bagian-bagian konstruksi bentuk, detail dan berat unit konstruksi.
Permukaan yang akan disambung harus rata satu sama lain, digurindan dahulu sebelum dilakukan
penyambungan dan tidak boleh bergeser selama pengelasan dilakukan. Sisa-sisa atau material las
yang berlebihan atau kerak-kerak las harus dibersihkan.

6.1. GAMBAR KERJA DAN METODE PELAKSANAAN


Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja yang
diperlukan dan mengirim 3 (tiga) copy gambar kerja untuk disetujui Pengawas. Bilamana
disetujui 1 (satu) set gambar akan dikembalikan kepada Kontraktor untuk dapat dimulai
pekerjaan fabrikasinya.

Walaupun semua gambar kerja telah disetujui oleh Pengawas, tidaklah berarti mengurangi
tanggung jawab Kontraktor bilamana terdapat kesalahan atau perubahan dalam gambar.
Dan tanggung jawab atas ketepatan ukuran-ukuran selama erection tetap ada pada
Kontraktor.

Pengukuran dengan skala dalam gambar tidak diperkenankan. Sebelum memulai


pelaksanaan, Kontraktor harus memberikan metode pelaksanaan, mengingat pelaksanaan
ceiling dilakukan pada pabrik yang telah berfungsi.

6.2. TANDA-TANDA PADA KONSTRUKSI BAJA


Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi kode
dengan jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah.
6.3. PENGELASAN
Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru dapat dilaksanakan
dengan seijin Pengawas dan menggunakan mesin las listrik.
 Kawat las yang dipakai adalah harus merk “Kobesteel” atau yang setaraf.
 Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga yang ahli dan berpengalaman.
 Semua pekerjaan pengelasan harus rapi tanpa menimbulkan kerusakan-kerusakan pada
beban bajanya.
 Elektrode las yang dipergunakan harus disimpan pada atempat yang dpaat tetap
menjamin komposisi dan sifat-sifat elektrode selama masa penyimpanan.
 Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan elektrode tersebut.
 Teknik/cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan kualitas
dari las yang dikerjakan.
Permukaan dari daerah yang akan dilas harus bebas dari kotoran yang memberi pengaruh
besar pada kawat las. Permukaan yang akan dilas juga harus bersih dari aspal, cat, minyak,
karat dan bekas-bekas potongan api yang kasar, bekas potongan api harus digurindan
dengan rata. Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.
 Pengelasan tidak boleh dilakukan jika temperatur dari base metal lebih rendanh 0
derajat F.
 Pada temperatur 0 derajat F, permukazan las dari titik dimulainya las sampai sejauh 7,5
m juga dijaga temperaturnya sampai dengan waktu pengelasan.
 Pemberhentian las harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan
berputar atau berbengkok
 Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las ( pengelasan lebih dari satu kali),
maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu harus dibersihkan
dahulu dari kerak-kerak las/slag dan percikan-percikan logam yang ada.
6.4. SAMBUNGAN
Sambungan – sambungan yang dibuat harus mampu memikul gaya-gaya yang bekerja selain
berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang. Hanya
diperkenankan 1 ( satu ) sambungan dalam 1 ( satu ) bentang. Yang dimaksud dengan 1
bentang adalah panjang komponen batang baja dimana hanya ujung-ujungnya terdapat
sambungan dengan menggunakan bolt.
6.5. BATU PENGIKAT
Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya. Kontraktor
tidak boleh merubah atau membuat lubang baru di lapangan tanpa seijin pengawas.
Pembuatan lubang baut harus memakai bor. Untuk konstruksi yang tipis ( maksimum 10
mm ), boleh memakai mesin pons. Membuat Luang baut dengan api sama sekali tidak
diperkenankan.

Baut penyambung harus berkwalitas baik dan baru. Diameter baut, panjang ulir harus sesuai
dengan yang tercantum dalam gambar perencanaan. Lubang baut dibuat maksimum 2 mm
lebih besar dari diameter baut.

Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan memen torsi yang berlebihan pada baut yang akan mengurangi kekuatan
baut itu sendiri. Untuk itu diharuskan menggunakan pengencang baut yang khusus dengan
momen torsi yang sesuai dengan buku petunjuk untuk mengencangkan masing-masing
baut.

Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih terdapat paling
sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan pada ulir baut
tersebut.

Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua sisinya. Untuk
menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, mak baut-baut yang sudah dikencangkan
harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari adanya baut yang tidak dapat
dikencangkan.

6.6. BAUT PENGIKAT – ANGKER PONDASI


Penggunaan pengikat ini adalah guna mengikat peralatan Trafo, peralatan Chiller, peralatan
Pompa, Boiler dan Hydrophor, peralatan mesin diesel Generating Set dan peralatan berat
lainya.

Baut pengikat yang digunakan disesuaikan dengan spesifikasi peralatannya dan tidak dapat
digantikan oleh jenis pengikat lainnya.

Baut pengikat ini dimasukkan ke dalam sistim pondasi atau dudukan pondasi beton lainnya
dengan cara penggunaan Grouting Compound. Persyaratan teknis grouting compound
adalah sebagai berikut :

o Compressive Strength 28 hari adalah 64 N/mm² - BS 1881 : part 116 1983


o Flexural Strength 28 hari adalah 10 N/mm² - BS 4551 1980

6.7. PEMOTONGAN BESI


Semua bekas pemotongan besi harus rapi dan rata. Pemotongannya haya boleh
dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las sekali-kali
tidak diperkenankan
6.8. PENYIMPANAN MATERIAL
Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan di atas papan atau balok-balok kayu
untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak merusak
material. Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak, bengkok.

Kontraktor harus memeberitahukan terlebih dahulu setiap akan ada pengiriman dari pabrik
ke lapangan, guna pengecekan pengawas. Kontraktor harus memberitahukan pengawas
sebelum pengiriman konstruksi baja dan menjamin bahwa setelah di lapangan konstruksi
baja tersebut tetap tidak rusak dan kotor. Bilamana ternyata yang dikirim rusak dan
bengkok, kontraktor harus mengganti dengan yang baru.

Sebelum erection dimulai, kontraktor harus memeriksa kembali kedudukan angker-angker


baja dan memberitahukan kepada pengawas metode dan urutan pelaksanaan erection.
Ketinggian dasar kolom yang telah ditentukan dan ketinggian daerah lainnya diukur dengan
theodolite oleh kontraktor dan disetujui pengawas. Perhatian khusus dalam pemasangan
angker-angker untuk kolom di mana jarak-jarak/kedudukan angker-angker harus tetap dan
akurat untuk mencegah ketidak cocokan dalam erection, untuk ini harus dijaga agar selama
pengecoran angker-angker tersebut tidak bergeser. Dasar kolom dan bidang bawah pelat
pemegang angker harus dalam satu bidang yang rata betul

Erection komponen-komponen baja harus menggunakan alat mekanis (crane). Tali pengikat
dan penarik yang dipakai pada waktu erection harus dari kabel baja.

Toleransi dari kelurusan batang maupun komponen batang tidak boleh lebih dari 1/1000
panjang batang/komponen batang. Penyimpanan pertemuan sumbu perletakan dengan
sumbu kolom tempat perletakan maksimum 0.5 cm dari kedudukan pada gambar kerja ke
arah horisontal dan 1 cm ke arah vertikal. Semua pelat-pelat atau elemen yang rusak setelah
fabrikasi, tidak akan diperbolehkan dipakai untuk erection.

Untuk pekerjaan erection di lapangan, Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli. Tenaga
ahli tersebut harsu senantiasa mengawasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan erection.
Tenaga ahli untuk mengawasi pekerjaan erection tersebut harus mendapat persetujuan
pengawas dan berpengalaman dalam erection konstruksi baja bertingkat guna mencegah
hal-hal yang tidak menguntungkan bagi struktur.

Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-pekerjanya di lapangan, sesuai


ketentuan yang dikeluarkan oleh dinas keselamatan kerja dari Departemen Tenaga Kerja.
Untik ini Kontraktor harus menyediakan ikat pinggang pengaman, safety helmet, sarung
tangan dan pemadam kebakaran. Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya, oleh sebab itu Kontraktor diminta untuk memberi perhatian khusus
pada masalah erection.

6.9. PENGECATAN
Permukaan profil harus dibersihkan dari semua debu, kotoran, gemuk dan sebagainya
dengan cara mencuci dengan white spirit atau solvent atau lainnya yang cocok. Karat dan
kerak harus dihilangkan dengan cara menggosok dengan wire brush. Mekanik. Paling lambat
2 jam setelah pembersihan ini, pengecatan dasar pertama sudah harus dilakukan. Sebelum
pengecatan, Kontraktor harus memberitahukan kepada Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan untuk aplikasi dari semua bahan cat.

Cat dasar pertama adalah cat zin chomet primer 1 (satu) kali di Workshop dengan
menggunakan kuas (brush). Cat dasar ini setebal 50 mikron. Cat finish dilakukan 2 (dua) kali
di lapangan setebal 30 mikron, setelah semua konstruksi selesai terpasang dengan
menggunakan kuas (brush).

Cat dasar yang rusak pada waktu perakitan harus segera dicat langsung sesuai dengan
persyaratan cat yang digunakan.
PASAL - 8
PEKERJAAN LANTAI

1. UMUM

a. Persyaratan

1. Pekerjaan finishing lantai baru boleh dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan plafond dan pemasangan
lapisan-lapisan pada dinding selesai dikerjakan. Apabila dipandang perlu dapat ditentukan lain dengan
persetujuan Manajemen Konstruksi.
2. Sebelum pekerjaan ini dilakukan, Kontraktor diwajibkan mengadakanpengecekkan terhadap peil lantai
dan kemiringannya.
3. Meskipun beberapa material finishing telah ditentukan warnanya, namun sebelum dilaksanakan harus
dipresentasikan terlebih dahulu kepada Pemberi Tugas untuk menentukan warna yang akan dipakai.

b. Pelaksanaan

1. Pekerjaan dan bahan-bahan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Manajemen Konstruksi,
Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas.

2. Pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan spesifikasi bahan penutup lantai yang dipakai.

3. Pada bahan penutup lantai yang berlubang akibat pengunci pintu, harus dibingkai dengan aluminium
yang direkatkan dengan silicone sealant.

4. Pemasangan bahan lantai dilakukan oleh tenaga ahli.

2. PEKERJAAN LANTAI
a. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.

2. Pemasangan lantai keramik ini dipasang pada seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar, berikut plint lantai dan step-tile tangga.

b. Persyaratan Bahan :

Jenis :
• Polish
• Ukuran : lihat gambar
• Tipe :
Ketebalan Minimum :
Daya Serap : <0.05 %.
Kekerasan : Minimum 8 skala Mohs. Kekuatan Tekan : > 450

kg/cm2.
Mutu : Tingkat 1 (satu), Extruded Single
Firing, tahan asam dan basa.
Chemical Resistance : Konsisten terhadap PVBB 1970 (NI-
3) pasal 33 D ayat 17 - 23
Bahan Pengisi :Grout
Bahan Perekat : PC 1:3

c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Sebelum dimulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing
mengenai pola lantai.
2. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan
bernoda.
3. Alas dari lantai Keramik di atas plat beton struktur adalah lantai screed mortar
PC dengan ketebalan minimal 2-3 cm atau lebih sesuai dengan gambar.
4. Adukan pasangan/pengikat menggunakan bahan perekat seperti yang
disyaratkan.
5. Bahan Keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak
mengandung asam alkali) sampai jenuh.
6. Hasil pemasangan lantai harus merupakan bidang permukaan yang benar-benar
rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan di daerah basah
dan teras/balkon.
7. Jarak antara unit-unit pemasangan Keramik satu sama lain (siar-siar), harus sama
lebarnya, maksimum 2 mm, yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang
sama lebar dan sama dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus
membentuk sudut siku yang saling berpotongan tegak lurus sesamanya. Kecuali
pemasangan homogenious tile cutting tanpa nat.
8. Pemotongan unit-unit Keramik harus menggunakan alat pemotong
homogenious tile khusus sesuai persyaratan dari pabrik.
9. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban selama 3 x 24
jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.
10. plint terpasang siku terhadap lantai, dengan memperhatikan siar-siarnya
bertemu siku, lengkung dengan siar lantai dan dengan ketebalan siar yang
sama pula.
11. Lantai yang akan dipasangi terlebih dahulu harus dipadatkan dan diratakan
agar pasangan tidak turun/retak sewaktu menerima beban diatasnya.
12. Permukaan lantai yang akan dipasangi Keramik harus dibersihkan dari debu, cat
dan kotoran lainnya, kemudian dikasarkan agar adukan perekat melekat lebih
sempurna.
13. Sewaktu Keramik dipasang, permukaan homogenious tile bagian belakang
harus terisi padat dengan bahan perekat.
14. Pola pemasangan Keramik disesuaikan dengan gambar, demikian juga
pengambilan as pemasangan.
15. Naad Keramik diisi dengan mortar tertentu yang tahan asam, basa serta
kedap air. Warna perekat naad ini disesuaikan dengan warna homogenious tile.
16. Pengisian/Pengecoran naad dilakukan paling cepat 24 jam setelah Keramik
dipasang.
17. Sewaktu pengisian naad ini, Keramik harus sudah benar-benar melekat
dengan kuat pada lantai. Sebelum diisi, celah-celah naad ini harus dibersihkan
terlebih dahulu dari debu dan kotoran lain.
18. Usahakan agar permukaan Keramik yang sudah terpasang tidak terkena
adukan/air semen.
19. Kotoran mortar dan lain-lain yang menempel dipermukaan keramik pada
waktu pengecoran naad, harus segera dibersihkan sebelum
mengering/mengeras.
20. Bila pemasangan telah selesai seluruhnya, maka lantai harus dilap/disapu
hingga bersih.
21. Permukaan lantai yang sudah terpasang, hasilnya harus rapi, baik, tidak miring,
tidak bergelombang dan terpasang dengan kuat.
22. Bila masih diperlukan, Keramik harus dibersihkan dengan lap basah atau
bahan-bahan pembersih lunak yang ada di pasaran.
23. Untuk menghilangkan kotoran yang sukar terlepas, dapat digunakan sikat
baja atau bahan pembersih khusus, disesuaikan dengan jenis kotorannya.
24. Untuk mencegah terjadinya keretakan akibat pengembangan, maka pada
beberapa bagian harus disediakan alur-alu expansion (expansion joint). Alur-
alur expansion ini harus diisi dengan bahan yang elastis/sealant dan mendapat
persetujuan Manajemen Konstruksi.

d. Pengendalian Pekerjaan
1. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan
ASTM, peraturan keramik Indonesia SNI.SO4-1989-F, SNI.SO6-1989-F dan
SNI.SO5-1989-F.
2. Semen Portland harus memenuhi SNI.SO4-1989-F, pasir dan air harus
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam SNI.SO4-1989-F dan SNI.T15-
1991-03 dan ASTM.
3. Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya kepada Manajemen Konstruksi.

2.3. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK

A. Lingkup Pekerjaan

1) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.

2) Pemasangan lantai pada seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.


B. Persyaratan Bahan

Ukuran : Tertera pada gambar


Produksi : Ex. Roman, Mulia, Asia Tile / setara
Kualitas : Kelas I
Finishing Permukaan : berglazur, texture, unpolish/polish
Bahan pengisi : AM tile grout
Bahan perekat : spesi 1 pc : 3 pasir
Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya kepada Konsultan Pengawas/Pemberi tugas.

D. Syarat-syarat Pelaksanaan

1) Sebelum dimulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing mengenai pola
lantai.

2) Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan bernoda.

3) Adukan pasangan/pengikat dengan aduk campuran 1 PC:3 pasir pasang dan ditambah
bahan perekat seperti yang disyaratkan atau dapat pula digunakan acian PC murni dan
ditambah bahan perekat.

4) Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung
asam alkali) sampai jenuh.

5) Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang benar-
benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan di daerah basah
dan teras.

6) Pola, arah dan awal pemasangan lantai keramik harus sesuai gambar detail atau sesuai
petunjuk Perencana. Perhatikan lubang instalasi dan drainase/bak kontrol sebelum
pekerjaan dimulai.

7) Jarak antara unit-unit pemasangan keramik maksimum 3 mm, harus sama lebarnya, yang
membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama lebar dan sama dalamnya, untuk
siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut sikut yang saling berpotongan
tegak lurus sesamanya.

8) Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan seperti yang
telah diisyaratkan di atas.

9) Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotong keramik


khusus sesuai persyaratan dari pabrik.

10) Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada
permukaan keramik, hingga betul-betul bersih.

11) Keramik yang terpasang haru dihindarkan dari sentuhan/beban selama 3 x


24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.

Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak ada lubang dan
celah celah yang terjadi pada permukaan lantai, harus ditutup dengan adukan semen
pasir (tasram) sampai rata terhadap permukaan sekelilingnya.

E. Pemasangan Tile Untuk Lantai


1) Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar dan ubin harus dibasahi. Pakai
benang untuk menentukan lay out ubin, yang telah ditentukan dan pasang sebaris ubin
guna jadi patokan untuk pemasangan selanjutnya.

2) Pada pemasangan tile, tempelkan di bagian belakang tile adukan dan ratakan,
kemudian ubin yang telah diberi adukan ini ditekankan ke plesteran dasar.
Kemudian permukaan ubin dipukul perlahan-lahan hingga mortar perekat menutupi
penuh bagian belakang ubin dan sebagian adukan tertekan keluar dari tepi ubin.

3) Jika tile sudah terpasang, mortar yang berada di naad (joint) harus dibuang /
dikeluarkan dengan sikat atau cara lain yang tidak merusakkan permukaan
tile. Mortar yang mengotori permukaan tile harus dibuang dengan kain lap basah.

4) Pemasangan tile grant (pengisian naad) harus sesuai dengan ketentuan


spabrik.
PASAL - 9
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA

4.1. PEKERJAAN KUSEN ALUMINIUM

a. Lingkup Pekerjaan

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya


untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik
dan sempurna.

2. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela, back mullion, kusen
bouvenlicht seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar perencanaan.

b. Persyaratan Bahan

1. Standar

Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan dalam:

1. The Aluminium Association (AA)

2. Architectural Aluminium Manufactures Association

(AAMA)

3. American Standards For Testing Material (ASTM)

2. Kusen Aluminium yang digunakan

a. Bahan

Dari bahan aluminium framing system buatan YKK AP.

b. Bentuk Profil

Sesuai shop drawing yang disetujui Manajemen Konstruksi.

c. Ukuran Profil

a. Ukuran Profil 100x40x1.35 mm digunakan untuk semua


kusen.

d. Nilai Deformasi : 0

Artinya tidak diijinkan adanya celah atau kemiringan.

e. Powder Coating
Ketebalan lapisan di seluruh permukaan aluminium adalah 60 – 80
mikron dengan warna white atau ditentukan lain oleh Manajemen
Konstruksi.

f. Jaminan

Harus diberikan jaminan tertulis dari tipe campuran (“Alloy”) dan


ketebalan “Powder Coating”. Kontraktor harus dapat
memperlihatkan bukti-bukti keaslian barang/bahan dengan
“Certificate of Origin” dari pabrik yang disetujui Manajemen
Konstruksi.

3. Kadar Campuran :

Architectural billet 45 (AB45) atau yang setara dengan karakteristik


kekuatan sebagai berikut : Ultimate Strength 28.000 psi Yield
aluminium adalah 18 mikron.

4. Sealant

Sealant untuk kaca pada rangka aluminium harus menggunakan bahan


sejenis silicon sealant yaitu “Silicon Glazing Sealant” produksi DOW
CORNING atau yang setara.

5. Contoh-contoh

Kontraktor harus menyerahkan kepada Manajemen Konstruksi contoh


potongan kusen aluminium dari ukuran 40 cm, beserta brosur lengkap
dari pabrik/produsen. Kontraktor harus membuat shop drawing untuk
dikonsultasikan dengan Manajemen Konstruksi.

6. Penyimpanan dan Pengiriman

Penyimpanan harus diruang beratap, bersih, kering dan dijaga agar


tidak terjadi abrasi atau kerusakan lain serta tidak dekat dengan
tempat pembakaran.

7. Aksesoris

Sekrup dari stainless steel kepala tertanam, weather strip dari vinyl dan
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus
ditutup caulking dan sealant. Angkur-angkur untuk rangka kusen
aluminium terbuat dari steel plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink
tidak kurang dari 13 mikron sehingga tidak dapat bergeser.

8. Bahan Finishing

Finishing untuk permukaan kusen pintu yang bersentuhan dengan


bahan alkaline seperti beton, adukan atau plesteran dan bahan lainnya
harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive
treatment dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish atau
bahan insulation lainnya yang disetujui Manajemen Konstruksi.

9. Syarat lainnya

1. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian


dan syarat-syarat dari pekerjaan aluminium serta memenuhi
ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
2. Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai
hasil test, minimum 100 kg/m2.
3. Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan terhadap
tekanan air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.
4. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu
sesuai dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan,
kelengkungan dan pewarnaan yang dipersyaratkan.

5. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi


warna, profil-profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian
pada waktu fabrikasi unit-unit, jendela, pintu partisi dan lain-lain,
profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit
didapatkan warna yang sama. Pekerjaan memotong,
punch dan drill, dengan mesin harus sedemikian rupa sehingga
diperoleh hasil yang telah dirangkai untuk jendela, dinding dan
pintu.

c. Syarat-Syarat Pelaksanaan

1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor wajib meneliti gambar- gambar dan


kondisi di lapangan (ukuran dan peil lubang harus diketahui) serta membuat
contoh jadi untuk semua detail sambungan dan profil aluminium yang
berhubungan dengan sistem konstruksi bahan lain.

2. Semua frame baik untuk kusen dinding kaca luar dan pintu dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya
dapat dipertanggung jawabkan.
3. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari bahan besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Disarankan
untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa
menyebabkan kerusakan pada permukaannya.
4. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-actived gas (argon) dari arah bagian
dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata.
5. Pada akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan
sekrup, rivet dan harus cocok. Pengelasan harus rapi untuk memperoleh
kualitas dan bentuk yang sesuai dengan gambar.
6. Angkur-angkur untuk kusen aluminium terbuat dari steel plate tebal 2,3 mm
dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 mikron dan ditempatkannya pada
interval 300 mm.
7. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless steel, sedemikian rupa sehingga hari line dari tiap sambungan
harus kedap air dan memenuhi syarat kebutuhan terhadap tekanan air sebesar
1000 kg/cm2.

8. Celah antara kaca dan sistem kusen aluminium harus ditutup oleh sealant yang
sudah disetujui Manajemen Konstruksi.
9. Untuk fitting hard ware dan reinforcing material yang mana kusen aluminium
akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang
bersangkutan harus diberi lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi.
10. Toleransi pemasangan kusen aluminium di satu sisi dinding adalah 10 - 25
mm yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
11. Toleransi Puntiran: Pemasangan semua pintu terhadap kusen yang diijinkan
adalah 1 mm, sedangkan terhadap lentur adalah
3 mm.
12. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara, terutama pada
ruang yang dikondisikan, hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu
dapat digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin.

13. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi
sealant supaya kedap air dan suara.
14. Kaca-kaca dinding luar bangunan dan daun pintu hendaknya dibuat fixed
dengan beads. Beads dimaksud harus dari aluminium extruded shape dan
dilengkapi dengan neoprene. Tepi bawah ambang kusen exterior agar
dilengkapi finishing untuk penahan air hujan.
15. Kisi-kisi aluminium yang akan dipasang harus setelah mendapat
persetujuan Manajemen Konstruksi.
16. Seluruh kisi-kisi aluminium yang dipasang harus benar-benar tegak lurus
terhadap gari horizontal. Jarak pemasangan kisi- kisi sesuai dengan gambar
perencanaan.
17. Kisi-kisi aluminium yang dipasang adalah aluminium yang telah terpilih dan tidak
ada bagian yang cacat atau tergores.
18. Dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan spesifikasi dari produsen
atau yang disetujui Manajemen Konstruksi.
19. Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan lain. Jika terjadi kerusakan akibat kelalaian, maka
Kontraktor tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.
20. Pintu jendela harus terpasang rapat, rapi dan kuat pada sistem kosen
penggantung.

d. Pengujian Mutu Pekerjaan

1. Semua bahan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan dan yang telah disetujui
Manajemen Konstruksi.
2. Kusen aluminium terpasang dengan kuat, dan setiap hubungan sudut harus 90°.
Apabila tidak terpenuhi maka harus dibongkar atas biaya Kontraktor.
3. Semua sistem dan mekanismenya harus berfungsi dengan sempurna.

4. Setiap engsel daun pintu harus terpasang lengkap, sempurna dan harus sesuai
dengan produk pabrik yang mengeluarkan.
5. Kaca harus diteliti dengan seksama, setelah terpasang tidak boleh timbul
getaran ; apabila masih terjadi getaran, maka profil rubber seal pemegang
kaca harus diganti atas biaya Kontraktor.
e. Pengamanan Pekerjaan

1. Setelah pemasangan, kotor akibat noda-noda pada permukaan kusen dapat


dibersihkan dengan “Volatile Oil”.
2. Semua pintu dan dinding kaca luar bangunan harus dilindungi dengan
“Corrugated Card Board” dengan hati-hati agar terlindung dari benturan
alat-alat pada masa pelaksanaan.

3. Bila kusen ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan pelindung
harus segera digunakan. Bahan aluminium yang terkena bercak noda tersebut
dapat dicuci dengan air bersih, sebelum kering sapukan dengan kain yang halus
kemudian baru diberikan bahan pelindung.
4. Permukaan kusen aluminium yang bersentuhan dengan bahan alkaline seperti
beton, adukan atau plesteran dan bahan lainnya harus diberi lapisan finish
dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment dengan insulating material
seperti asphaltic varnish atau yang lainnya.
5. Setelah pemasangan instalasi pada pintu dan dinding kaca luar bangunan maka
sekeliling kaca yang berhubungan langsung dengan permukaan dinding perlu
diberi lapisan vinyl tape untuk mencegah korosi selama masa pembangunan.

4.2. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA KACA RANGKA ALUMINIUM

a. Lingkup Pekerjaan

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya


untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
baik dan sempurna.

2. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu dan jendela panil kaca seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.

b. Persyaratan Bahan:

1. Bahan Rangka

1. Dari bahan aluminium framing system, dari produk dalam negeri


merk YKK.
2. Bentuk dan ukuran profil disesuaikan gambar perencanaan

3. Warna profil aluminium framing colour powder coating. Warna


yang digunakan adalah warna putih atau ditentukan kemudian.
4. Lapisan powder coating minimal 18 micron. Tebal bahan minimal
1.35 mm.
5. Bahan yang diproses pabrikan harus diseleksi terlebih dahulu
dengan seksama sesuai dengan bentuk toleransi, ukuran,
ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang
disyaratkan oleh Manajemen Konstruksi.
6. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian
dan syarat-syarat dari pekerjaan aluminium serta memenuhi
ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
7. Daun pintu dengan konstruksi panel kaca rangka aluminium,
seperti yang ditunjukkan dalam gambar, termasuk bentuk dan
ukurannya.

2. Penjepit Kaca

Digunakan penjepit kaca dari bahan karet yang bermutu baik


dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dari pabrik. Pemasangan
disyaratkan hanya 1 (satu) sambungan serta harus kedap air dan
bersifat structural seal.

3. Bahan Panil Kaca Daun Pintu dan Jendela

1. Bahan untuk kaca pintu frameless menggunakan kaca tempered


12 mm.
2. Bahan untuk kaca pintu rangka aluminium menggunakan kaca
tempered/non tempered 6 mm.
3. Bahan untuk kaca jendela mati yang menerus dari lantai sampai
balok, menggunakan kaca tempered
Sesuai gambar.
4. Bahan untuk kaca jendela hidup dan jendela mati yang menerus
dari lantai sampai setinggi 220 cm, menggunakan kaca
tempered/non tempered 8 mm.
5. Kaca-kaca interior menggunakan tipe clear, sedangkan kaca-
kaca eksterior menggunakan tipe Stopsol.

6. Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas noda dan cacat,
bebas sulfida maupun bercak- bercak lainnya dari produk Asahimas

c. Syarat-Syarat Pelaksanaan

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti


gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang),
termasuk mempelajari bentuk, pola, lay-out/penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.

2. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu di tempat pekerjaan


harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik,
tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
3. Harus diperhatikan semua sambungan harus siku untuk rangka aluminium dan
penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapian terutama untuk bidang-bidang tampak
tidak boleh ada cacat penyetelan.
4. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.

Daun Pintu
• Jika diperlukan, harus menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan
Manajemen Konstruksi tanpa meninggalkan bekas cacat pada permukaan
yang tampak.
• Untuk daun pintu panel kaca setelah dipasang harus rata dan tidak
bergelombang serta tidak melintir.

4.3. PEKERJAAN DAUN PINTU KACA, FRAMELESS DAN JENDELA KACA MATI

a. Lingkup Pekerjaan

1. Bagian ini meliputi penyediaan ke lokasi pekerjaan termasuk pengangkutan serta


pemasangan material, angkur, bobokan dan perapihan kembali terhadap
bagian-bagian dengan lantai dan langit-langit yang berkaitan dengan pekerjaan
daun pintu kaca.
2. Pekerjaan Jendela Kaca Mati meliputi seluruh jendela kaca sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar.

b. Bahan-Bahan

1. Kaca yang digunakan untuk daun pintu ini adalah jenis Tempered produksi
Asahimas dengan ketebalan 5/8/12 mm atau sesuai gambar.
2. Kaca yang digunakan untuk jendela kaca mati menggunakan kaca polos
produksi Asahimas, dengan ketebalan 6 mm atau sesuai gambar.
3. Kaca untuk eksterior menggunakan tipe Stopsol atau menggunakan
tipe yang meredam panas, sedangkan untuk interior menggunakan tipe Clear.

Shop Drawing dan Contoh

• Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)


berdasarkan gambar dokumen kontrak dan telah disesuaikan dengan
keadaan di lapangan.
• Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang
belum tercakup lengkap dalam gambar kerja/dokumen kontrak.

• Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau pernyataan
khusus yang belum tercakup secara lengkap di dalam gambar
kerja/dokumen kontrak sesuai dengan spesifikasi pabrik.
• Gambar shop drawing sebelum dilaksanakan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Manajemen Konstruksi.
• Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Manajemen
Konstruksi sebanyak minimal 2 (dua) produk yang setara dari berbagai
merk pembuatan atau kecuali ditentukan lain oleh Manajemen
Konstruksi.

• Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan.


• Keputusan bahan, warna tekstur dan produk akan diambil alih Manajemen
Konstruksi yang kemudian akan diinformasikan kepada Kontraktor
selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan
contoh-contoh bahan tersebut.
• Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji, baik pada
pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan di lapangan oleh
Manajemen Konstruksi atas tanggungan Kontraktor tanpa biaya
tambahan.

c. Pelaksanaan

1. Persyaratan Pekerjaan

1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk


gambar, uraian dan syarat pekerjaan serta ketentuan teknis
yang harus dipenuhi menurut brosur produksi yang nantinya
terpilih atau petunjuk Manajemen Konstruksi.
2. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.
3. Semua bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan
dan benturan, dan diberi tanda untuk mudah diketahui.
4. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, bebas dari goresan/gompel
(Chipping), diharuskan menggunakan alat-alat pemotongan kaca
khusus, dan harus digosok tepinya dengan “sander” pada tingkat
120 mesh atau lebih.

2. Pekerjaan Pemasangan

1. Pemasangan kaca ini dilaksanakan pada semua pekerjaan


pemasangan kaca yang disebutkan dalam gambar seperti
partisi, pintu, jendela dll.
2. Ukuran, tebal dan jenis kaca yang dipasang sesuai dengan petunjuk
gambar uraian dan syarat pekerjaan tertulis serta petunjuk
Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana.

3. Pemasangan kaca-kaca dalam sponing rangka aluminium sesuai


dengan persyaratan dari pabrik.
4. Perhatikan ukuran dan bentuk list profil yang dipakai untuk
pemasangan ini apakah telah sesuai dengan petunjuk gambar
dan spesifikasi bahan kusen/kerangka yang terpasang.
5. Dipakai bahan untuk lapisan kedap air pada kaca dengan rangka
aluminium yang berhubungan dengan udara luar, untuk bagian
dalam dipakai sealant sesuai dengan persyaratan dari pabrik.
Disyaratkan tebal sealant maksimal 5 mm yang tampak dari kaca
dan kerangka.

6. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak
diperkenankan retak dan pecah pada sealant/tepinya, bebas dari
segala noda dan bekas goresan.
7. Gunakan sealant yang benar-benar elastis dan bermutu baik
(polysulfids).
8. Gunakan Back Up material yang memiliki tingkat insulasi panas
yang tinggi, seperti neoprene, foam dan polyethylene.
9. Gunakan 2 buah setting blocks dari neoprene dengan kekerasan
90 derajat atau lebih pada sisi bawah kaca dengan ukuran :

- Panjang : (25 x luas kaca (m2) mm, max 50 mm

- Lebar : Tebal kaca + 5 mm

- Tebal : 5 mm s/d 12 mm

3. Pekerjaan Perapihan

1. Adalah pekerjaan merapikan kembali akibat-akibat dari pekerjaan


pembobokan, pemasangan, dan lain- lain yang berkaitan
terhadap bagian-bagian dinding, lantai dan langit-langit yang
berdekatan dengan tempat pekerjaan tersebut.
2. Kontraktor wajib memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan lain; jika terjadi kerusakan
akibat kelalaiannya, maka Kontraktor tersebut harus mengganti
tanpa biaya tambahan.

4. Pengujian Mutu Pekerjaan

1. Mutu bahan memenuhi persyaratan yang tertulis dalam buku ini


serta ketentuan teknis dalam brosur produk bahan tersebut.
2. Semua kaca yang terpasang tidak boleh terjadi retak tepi,
akibat pemasangan list.

3. Kaca yang telah terpasang harus terkunci dengan sempurna dan


tidak bergeser dari sponing.
4. Pada saat terpasang, semua kaca tidak boleh bergelombang,
apabila masih terlihat adanya gelombang, maka kaca tersebut
harus dibongkar atas biaya Kontraktor.

4.4. PEKERJAAN PINTU KAYU

a. Lingkup Pekerjaan

1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya


untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
baik dan sempurna. Semua jenis kayu harus kering oven.
2. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu double plywood lapis plastic
laminate (HPL) seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.

b. Persyaratan Bahan

1 Bahan Kayu

1. Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan dalam


NI-5 (PPKI tahun 1961) dan persyaratan lain yang tertulis dalam
bab material kayu.
2. Kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus, kering dengan
permukaan rata, bebas dari cacat seperti retak-retak, mata kayu
dan cacat lainnya.

3. Kelembaban bahan rangka daun pintu disyaratkan 12%-

14%.

4. Untuk kayu yang dipakai adalah kayu damar laut dan atau
meranti batu dengan mutu baik, keawetan kelas I dan kelas kuat
I - II. Ukuran daun pintu yang tertera dalam gambar adalah
ukuran jadi.

5. Daun pintu dengan konstruksi kayu solid dan lapisan cat duco
di kedua sisi pintu. Ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar
detail (kecuali ditentukan lain dalam gambar).

2 Bahan Perekat

Untuk perekat digunakan lem kayu yang bermutu baik.

- Bahan Panil Daun Pintu

1. Plywood ketebalan 4 mm produk dalam negeri.

2. Semua permukaan rangka kayu harus diserut halus rata, lurus dan
siku (hollow core).

3. Pada sekeliling tepi daun pintu diberi Edging PVC

- Bahan Finishing

Finishing untuk permukaan plywood menggunakan lapisan Plastik


laminated (HPL) ketebalan 3 mm, mutu terbaik merk Gres Merino

c. Syarat-Syarat Pelaksanaan

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti


gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang),
termasuk mempelajari bentuk, pola, lay-out/penempatan, cara
pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.

2. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan di tempat pekerjaan harus


ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak
terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
3. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan
penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan
memperhatikan/menjaga kerapian terutama untuk bidang-bidang tampak
tidak boleh ada lubang- lubang atau cacat bekas penyetelan.
4. Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku- siku satu sama lain
sisi-sisinya, dan di lapangan sudah dalam keadaan siap untuk
penyetelan/pemasangan.

5. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi. Pemotongan
dan pembuatan profil kayu dilakukan dengan mesin diluar tempat
pekerjaan/pemasangan.
Daun Pintu

• HPL yang dipasang pada permukaan plywood, adalah dengan cara


dilem dan di-press di workshop, tanpa pemakuan. Jika diperlukan, harus
menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan Manajemen Konstruksi
atau MK tanpa meninggalkan bekas cacat permukaan yang tampak.
• Lembaran plywood harus dipasang rata, tidak bergelombang
dan merekat dengan sempurna.

• Permukaan plywood boleh di dempul.

4.5. PEKERJAAN DAUN PINTU BESI

a. Lingkup Pekerjaan :

a. Bagian ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan seperti
dinyatakan dalam gambar.
b. Pintu-pintu besi untuk ruang-ruang yang tersebut dalam gambar.

b. Bahan-bahan

a. Rangka besi siku produksi KS.

b. Penutup dengan pelat besi 2 (dua) lapis, tebal 5.5 mm, produksi Krakatau
Steel.

c. Pelaksanaan

a. Pemotongan besi siku untuk sambungan bersudut 45 derajat harus dilakukan


dengan sempurna dan rapi.
b. Penyambungan dengan pengelasan pada setiap sambungan harus mempunyai
jarak +/- 2 mm. Pengelasan pelat besi siku sedemikian rupa agar tidak terjadi
gelombang-gelombang; sehingga permukaan pelat rata.
Pengelasan/penyambungan ini harus kuat, dengan menggunakan las listrik.
c. Bekas-bekas pengelasan harus dirapikan dengan gurinda atau alat lain, agar
didapatkan suatu permukaan yang rata.
d. Untuk mencegah terjadinya karat/korosi, sebelum difinish, baja siku atau pelat
besi harus dilindungi dengan cat meni besi yang telah disetujui Manajemen
Konstruksi.

e. Penutup pintu besi difinish meni dan cat besi; warna akan ditentukan
kemudian oleh Manajemen Konstruksi.
f. Tinggi garis terendah pintu shaft adalah 100 cm dari permukaan lantai.
g. Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan lain; jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka
Kontraktor tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.
4.6. PEKERJAAN DAUN PINTU BESI TAHAN API

a. Lingkup Pekerjaan

Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya untuk melaksanakn pekerjaan seperti yang dinyatakan dalam
gambar, yaitu kusen- kusen, pintu-pintu besi tahan api pada ruang tangga
darurat sesuai pada gambar. Pintu tahan api harus mempunyai minimal fire
rated 2 jam.

b. Bahan-bahan

Pintu besi tahan api menggunakan rangka dan panil besi ex. Bostinco dengan ukuran
serta cara pemasangan seperti dalam gambar dan petunjuk pabrik.

Shop Drawing

1. Kontraktor wajib membuat shop drawing berdasarkan dokumen kontrak dan


telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
2. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang
belum tercakup lengkap dalam gambar pelaksanaan/dokumen kontrak.
3. Dalam shop drawing harus jelas tercantum semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produk, cara pemasangan, atau persyaratan khusus yang
belum tercakup secara lengkap dalam gambar pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi gambar.
4. Gambar shop drawing yang diajukan Kontraktor sebelum dilaksanakan harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Manajemen Konstruksi.
5. Kontraktor wajib memperlihatkan terlebih dahulu contoh bahan, perlengkapan,
cara pemasangan serta “sertifikat garansi” dari bahan dan sistem yang akan
digunakan untuk diperiksa dan disetujui Manajemen Konstruksi.

c. Pelaksanaan

1. Pintu-pintu besi tahan api harus dilaksanakan dan dipasang dengan baik sesuai
dengan persyaratan/ketentuan dari pabrik pembuatnya dan telah disetujui
Manajemen Konstruksi.
2. Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka
Kontraktor wajib mengganti tanpa biaya tambahan.
PASAL 10
PEKERJAAN PARTISI

6.1. PARTISI GYPSUM

a. Lingkup Pekerjaan

1. Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan, peralatan serta pemasangan partisi
gypsum board dengan rangka metal stud ex. Jayaboard dan pekerjaan lain yang
sesuai dengan detail yang dinyatakan dalam gambar dan atas petunjuk
Konsultan Manajemen Konstruksi.

2. Gypsum dipasang pada kedua sisi rangkanya (double gypsum/dua muka) dan
dipasang tegak lurus dari lantai sampai setinggi plafond (rapat dengan
plafond).

3. Meskipun beberapa material finishing telah ditentukan jenisnya, namun


sebelum dilaksanakan harus dipresentasikan terlebih dahulu kepada Pemberi
Tugas untuk menentukan warna yang akan dipakai.

4. Sistem Pemasangan Partisi Rangka Metal Jayaboard terdiri dari pemasangan


satu atau beberapa lembar papan gipsum Jayaboard yang
dipasang pada rangka metal tahan karat dengan menggunakan skrup. Rangka
yang digunakan adalah Rangka Boral Metal System (BMSys) yang memproduksi
rangkaian system dinding partisi rangka metal secara menyeluruh, termasuk
system partisi ringan (non load bearing) dan system partisi pemikul beban
(load bearing). Beberapa komponen BMS, termasuk wall stud dan wall track
diperkuat dengan menggunakan lekukan.

b. Persyaratan Bahan

1. Gypsum Board

Gypsum board yang dipakai adalah merk Jayaboard dengan ketebalan 9 dan
12 mm. Finishing gypsum dicat sesuai dengan Pasal PEKERJAAN CAT, juga
harus memiliki daya tahan terhadap bahaya kebakaran minimal 60 menit.

2. Rangka Partisi
Rangka partisi menggunakan metal stud merk Jayaboard. Apabila ada yang
memakai rangka kayu di tempat tertentu, seluruh rangka kayu harus diserut
hingga lurus dan di- treatment dengan bahan anti rayap. Ukuran dan Tipe
sesuai gambar. Ketebalan partisi adalah 100 mm. Sistem Pemasangan Partisi
Rangka Metal Jayaboard terdiri dari pemasangan satu atau beberapa lembar
papan gipsum Jayaboard yang dipasang pada rangka metal tahan karat dengan
menggunakan skrup. Rangka yang digunakan adalah Rangka Boral Metal
System (BMSys) yang memproduksi rangkaian system dinding partisi rangka
metal secara menyeluruh, termasuk system partisi ringan (non load bearing)
dan system partisi pemikul beban (load bearing). Beberapa komponen BMS,
termasuk wall stud dan wall track diperkuat dengan menggunakan lekukan.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Semua partisi atau dinding pembatas ruangan harus dibuat/didirikan tegak


lurus dengan lantai.

2. Rangka-rangka partisi diusahakan dipasang pada bagian - bagian struktur


gedung, disekrup dan lain-lain, agar tidak mudah roboh bila kena benturan.

3. Panel gypsum dipasang rata di kedua sisi tanpa ada sambungan horizontal
ditengahnya. Semua sambungan antar panel gypsum harus di tengah dengan
paper tape dan ditutup dengan joint compound dan diamplas halus
dengan permukaan yang rata. Panel gypsum harus ditempel pada rangka-
rangkanya dengan sekrup khusus (standart) dengan jarak ke arah horizontal
maximal 60 cm arah vertikal 40 cm, kecuali untuk bagian tepinya.

4. Pemasangan kanal pegangan dibawah (lantai) digunakan skrup fiser S6


atau jika kondisi lapangan memaksa boleh menggunakan paku beton 1,5 cm
s/d 2 cm, setiap jarak 30 cm.

5. Pemasangan kanal pegangan ke plafond menngunakan paku full drat S 6


dengan jarak skrup maximal 30 cm dengan skrup lainnya.

d. Cara Pemasangan

Cara pemasangan gypsum senantiasa harus selalu memperhatikan/mengikuti


gambar dan spesifikasi yang sudah ditentukan dan sesuai dengan petunjuk cara
pemasangan yang dikeluarkan dari Pabrik Produksi gypsum board, kecuali dalam
keadaan tertentu yang menghendaki lain, yang sudah mendapat petunjuk atau
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

6.2. PEKERJAAN DINDING PARTISI CUBICLE


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan yang
dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan pemasangan cubicle toilet seperti
yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
2. Pekerjaan ini dilaksanakan pada tempat-tempat seperti yang ditunjukkan dalam
gambar.
3. Merk yang digunakan adalah Winas

b. Pengendalian Pekerjaan
1. Semua pekerjaan yang disebutkan dalam bab ini harus dikerjakan sesuai dengan
standar dan spesifikasi dari pabrik.
2. Bahan-bahan yang dipakai harus memenuhi standar-standar antara lain :
• ASTM : American Society for Testing and Materials
• BS : British Standard
• DIN : Deutsches Institut fur Normung
• NEN : Netherlandse Normen
• NF : Norme Francaise
• NEMA : National Electrical Manufactures Association
• ISO 9001 dan ISO 14001

c. Komponen
1. Pintu Cubicle lengkap dengan aksesoris.
2. Kaki alumunium.
3. Mohair strip
4. Head section alumunium.
5. Alumunium U-Channel
6. Skrup

d. Bahan-Bahan
1. Spesifikasi Bahan :
• Tebal : 30 mm
• Tahan terhadap benturan
• Tahan air
• Warna : ditentukan kemudian
• Sistem/Asesories : alumunium
2. Bahan yang digunakan produksi dari Winas.
3. Kontraktor diwajibkan menyerahkan jaminan supply yang dikeluarkan oleh
distributor dan didukung oleh pihak pabrik atau principal yang
mencantumkan nama proyek dan perkiraan volumenya.
4. Contoh-contoh : Kontraktor diharuskan menyerahkan contoh- contoh bahan
kepada Direksi lapangan untuk mendapatkan persetujuan Pemberi tugas.

e. Pelaksanaan
1. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam pekerjaan ini
dengan menunjukan surat keterangan referensi pekerjaann-pekerjaan yang
pernah dikerjakan kepada direksi lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
2. Toilet Cubicle yang digunakan untuk seluruh proyek harus dari satu macam saja.
3. Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan bantu untuk
mempermudah serta mempercepat pemasangan dengan hasil pemasangan
yang akurat, teliti dan tepat pada posisinya.
4. Metode pemasangan antara lain :
• Kondisi lapangan sudah terpasang keramik, saniter, dll
• Pemasangan Panel dan asesorisnya.
5. Frekuensi pembersihan dan perawatan serta pemilihan bahan pembersih yang
cocok sangat tergantung pada penggunaan. Pembersihan dapat dilaksanakan
dengan air dan spons atau sikat lembut Apabila pengotoran lebih berat bisa
ditambahkan dengan aceton.
PASAL 11
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT (PLAFOND)

7.1. UMUM

a. Persyaratan
1. Pemasangan langit-langit baru boleh dilaksanakan setelah semua peralatan
yang terdapat di dalam langit-langit (kabel- kabel, pipa-pipa, ducting-
ducting, alat penggantung dan penguat langit-langit) siap dan selesai
dikerjakan.
2. Sebelum pelaksanaan, Kontraktor harus mengajukan contoh/sample
untuk disetujui oleh Konsultan Perencana, Pemberi Tugas dan Manajemen
Konstruksi.
3. Meskipun beberapa material finishing telah ditentukan warnanya,
namun sebelum dilaksanakan harus dipresentasikan terlebih dahulu kepada
Pemberi Tugas untuk menentukan warna yang akan dipakai.
4. Dalam kaitannya dengan jenis elemen lain yang terdapat dalam rencana
langit-langit haruslah mengacu pada gambar mekanikal-elektrikal, sedangkan
gambar arsitektur hanya memuat tata letaknya saja.

b. Pelaksanaan
1. Sebelum pemasangan, Kontraktor harus memberikan contoh/sample
bahan penutup langit-langit dan harus mendapat persetujuan Konsultan
Perencana, Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas.
2. Penggantung langit-langit harus dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh
bidang langit-langit yang rata, datar dan tidak melengkung.
3. Pemasangan langit-langit harus rata. Naad-naad yang pecah pada waktu
pemasangan harus diganti.
4. Kontraktor bertanggung jawab atas segala akibat yang mungkin terjadi
terhadap:
• Kemungkinan pemasangan partisi, dimana ada bagian- bagian partisi
yang harus disangga oleh rangka langit- langit.
• Kemungkinan dibuatnya lubang-lubang untuk pemeriksaan
(man-hole).
• Kemungkinan-kemungkinan tidak sempurna alat-alat penggantung,
sehingga langit-langit menjadi bergelombang karenanya.
• Kemungkinan-kemungkinan pemasangan alat-alat maintenance pada
langit-langit di luar bangunan.

7.2. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT GYPSUM TILE (GYPTILE)


a. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan, peralatan serta pemasangan langit-
langit gypsum tile dengan rangka expose grid ceiling system (cross tee/main tee),
di ruang yang berhubungan dengan elektrikal dan mekanikal, dan tempat lain
yang sesuai dengan detail yang dinyatakan dalam gambar dan atas petunjuk
Manajemen Konstruksi atau MK.

b. Pengendalian Pekerjaan
Pemasangan langit-langit harus sesuai dengan syarat-syarat di dalam:
a. NI - 5 - 1961
b. NI - 0458 - 1961

c. Bahan-bahan

1. Gypsum Tile
Panel-panel gypsum tile yang dipakai adalah dari merk Jayaboard
Jayadura Condado. Panil gypsum tersebut sudah di-finish dengan
vinyl dari pabrikannya dan juga harus memiliki daya tahan terhadap
bahaya kebakaran minimal 60 menit.
Ukuran Panel Gypsum yang digunakan :
1. Gyptile 240x120 cm tebal 9 mm.
2. Gyptile 240x120 cm tebal 12 mm.

2. Rangka Langit-langit
Rangka langit-langit menggunakan expose grid ceiling system (cross
tee/main tee) merk Jayaboard dengan modul 60 x 60 cm atau
sesuai dengan gambar rencana.

3. Baja Penggantung
Dipakai baja atau gesper metal penggantung yang dapat distel
agar seluruh sistem langit-langit dapat tetap rata permukaannya,
setelah sistem-sistem lainnya ikut terpasang (mekanikal, elektrikal)
dan sebagainya.

4. Contoh-contoh
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan
contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan Manajemen
Konstruksi atau MK.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui akan dipakai sebagai
pedoman/standard bagi Manajemen Konstruksi atau MK untuk
menerima / memeriksa bahan yang dikirim oleh Kontraktor ke
lapangan.

5. Pelaksanaan
1. Pekerjaan rangka langit-langit rangka langit-langit paling tidak
menggunakan komponen-komponen sebagai berikut:
a. Suspension Rod Bracket
b. Soft Galvanized 3mm Suspension Rod
c. Suspension Hanger, Spring adjusted
d. Main Runner
e. Cross Tee
f. Cross Tee Heavy
g. g. Wall Angle

2. Peralatan yang digunakan harus dipilih dengan benar dan sesuai


dengan fungsinya sehingga akan memberikan kualitas dan hasil
pekerjaan yang bagus. Peralatan harus berkualitas dan dalam
kondisi baik, dengan pemeliharaan secara rutin, dan
diperiksan setiap hari. Peralatan harus disimpan di tempat yang
kering dan aman. Berikut peralatan yang diperlukan untuk
pemasangan plafon:
a. Alat ukur meteran
b. Pensil
c. Chalk line ( kombinasi chalk line & plumb bob )
d. Cutter ( Pisau pemotong )
e. Penggaris Siku “T “
f. Gunting Metal / Prosnip
g. Alat Penimbang / Water pas atau selang air
h. Alat Tembak ( Power Fastener Driver ) dan atau Mesin Bor
i. Palu Papan Gipsum
j. Siku Meter

3. Prosedur Pemasangan
Kontraktor diwajibkan mengikuti prosedur (urutan)
pemasangan yang benar untuk mengurangi waktu yang
terbuang percuma. Pertama tentukan tinggi plafon, kemudian
tentukan ukuran modul / kisi plafon yang akan diaplikasikan
beserta ukurannya.
a. Pengukuran dan pemasangan Wall Angle
Dari gambar perencanaan dan setelah ditentukan
ketinggian plafonnya, ukurlah tinggi wall angle yang akan di
pergunakan, setelah itu tempatkan di atas garis plafon
yang telah dibuat. Hal ini akan menunjukkan bagian atas
wall angle ditempatkan. Pindahkan tanda garis tersebut ke
ruangan dengan menggunakan pipa (selang), laser level atau
peralatan level lainya. Setelah pengukuran selesai
dilaksanakan, potong Wall Angle membentuk sudut 45°
dengan mempergunakan gergaji besi yang halus,
sehingga potongan yang dihasilkan rapi. Pasang panjang
potongan wall angle terpendek terlebih dahulu.
b. Pemasangan Rangka & Accessories
Setelah pemasangan wall angle selesai, dapat dilanjutkan
pekerjaan pemasangan suspension rod hanger dan
suspension clip adjuster untuk pemasangan Main Runner.
Untuk menjamin kesikuan rangka, terlebih dahulu pasang
dua buah tali (string line) sesuai dengan ukuran margin tile.
String line pertama untuk pemasangan Main Runner,
pemasangan string line kedua tepat pada lobang main
runner untuk aplikasi / pemasangan jalur Cross Tee. Pasang
suspension bracket sesuai media aplikasi yang ada.
Potong Suspension rod sesuai kebutuhan, tekuk bagian atas
dan pasang suspension clip adjuster pada bagian bawah.
Jarak Suspension rod dari ujung dinding (pertama dan
terakhir) maksimum 200 mm, jarak selanjutnya 1200 mm.
Pasang Main Runner ke suspension clip yang telah dirangkai
dengan suspension rod. Di bawah beton, main dipasang
pada lebar ruangan dan bila dipasang pada balok kayu atau
metal purlin, maka main runner dipasang berlawanan arah.
Pasanglah Main Runner dengan benar, begitu juga
pemasangan cross tee sudah tersambung dengan baik.
c. Pemasangan Panel Gypsum Tile
Bila seluruh rangka (main tee dan cross tee) sudah terpasang
semua, perataan ketinggian seluruh area dengan
mempergunakan alat perata (auto level, waterpas atau
selang). Setelah rangka rata, pastikan semua perlatan M/E
telah berfungsi, pasang panl gypsum tile pada daerah yang
ada titik instalasi M/E nya terlebih dahulu misalnya pada
area sprinkler head, speaker, smoke detector dan lain-lain.
Kemudian pasang panil gypsum tile ukuran penuh,
selanjutnya pasang ukuran yang non standar / potongan
(margin tile).
Pada waktu pemasangan ceiling panel, tangan harus dalam
keadaan bersih. Bebas dari kotor debu, keringat atau
plek/kotor minyak dan material sejenisnya. Bila perlu
pergunakan selalu sarung tangan yang bersih
Bila ada pemasangan elektrikal equipment (misalnya Box
Lampu, Diffuser AC, dll) harus digantung tersendiri dan tidak
dibenarkan menggantung/membebani rangka plafon.
Pekerjaan drop ceiling namun harus dikombinasikan dengan
system plafon gypsumboard rangka metal furing (concealed
grid ceiling system).

6. Pengujian Mutu Pekerjaan


1. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor wajib
memberikan kepada Manajemen Konstruksi atau MK
“Certificate Test” bahan dari pabrik/ produsen.
2. Bahan harus disimpan pada tempat yang kering dengan
sirkulasi udara yang baik, bersih dan terlindung.
3. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan
yang disimpan baik sebelum dan selama pelaksanaan.
Bila ada hal-hal yang tidak pada tempatnya, bahan rusak dan
sebagainya, Kontraktor harus menggantikannya dengan
persetujuan Manajemen Konstruksi atau MK atas beban
Kontraktor.
4. Pekerjaan Akhir
Yang dimaksud pekerjaan akhir – finishing di sini, adalah
pekerjaan perapihan, yaitu memeriksa apakah ada bekas
noda/kotoran di panel gypsum yang sudah terpasang dan
bersihkan sisa–sisa material yang sudah tidak terpakai lagi.
Periksa sekali lagi pertemuan sudut wall angle, kelurusan
main runner, juga pada pertemuan serta kelurusan cross tee.
Periksa juga kerataan plafon yang sudah terpasang sebelum
meninggalkan lokasi pekerjaan. Untuk box lampu selalu
dipasang bertumpu pada main runner.

7.3. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT GYPSUM BOARD

a. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan, peralatan serta pemasangan
langit-langit gypsum board dengan rangka besi metal furung hollow 4x8 cm
tebal 2 mm, yang dipasang pada koridor, termasuk juga kamar mandi (daerah
basah lainnya) atau disebutkan dalam gambar.

b. Pengendalian Pekerjaan
Pemasangan langit-langit harus sesuai dengan syarat-syarat di dalam:
a. NI - 5 - 1961
b. NI - 0458 - 1961

c. Bahan-bahan

1. Gypsum Board
Gypsum board yang dipakai adalah merk Ex. Jayaboard, Kalsiboard
dengan ukuran 120 x 240 cm, tebal 9 mm. Finishing Gypsum Board
dicat sesuai dengan Pasal PEKERJAAN CAT, juga harus memiliki daya
tahan terhadap bahaya kebakaran minimal 60 menit.

2. Rangka Langit-langit
Rangka langit-langit menggunakan besi hollow 4x8 cm tebal 2 mm
dengan finishing cat zincromate. Rangka hollow di pasang dengan
modular 60x60 cm untuk plafond datar sedangkan untuk drop
ceilling mengikuti pola gambar atau sesuai ketentuan pabrik
gypsum.

3. Baja Penggantung
Dipakai baja atau gesper metal penggantung yang dapat distel
agar seluruh sistem langit-langit dapat tetap rata permukaannya,
setelah sistem-sistem lainnya ikut terpasang (mekanikal, elektrikal)
dan sebagainya.

4. Contoh-contoh
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan
contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan Manajemen
Konstruksi.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui akan dipakai sebagai
pedoman/standard bagi Manajemen Konstruksi untuk
menerima/memeriksa bahan yang dikirim oleh Kontraktor ke
lapangan.

d. Pelaksanaan

1. Pekerjaan rangka langit-langit Gypsum Board


1. Rangka langit-langit gypsum menggunakan rangka hollow 4x8
cm dengan bentuk, ukuran dan pola
pemasangan sesuai dengan gambar dan harus sesuai tata cara
dan teknis pemasangan dari pabriknya.
2. Batang-batang hollow untuk rangka langit-langit dipasang rata
sesuai ukuran yang telah ditentukan. Batang hollow yang
dipasang di pasangan bata harus di fiser masuk dalam tembok
sedalam 5 cm. Pada sambungan antar modul dilas dan di
sekru dan sebagainya yang telah diseleksi dengan baik, lurus,
rata, tidak ada bagian yang bengkok atau melengkung, atau
cacat-cacat lainnya, dan tidak disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.
3. Seluruh rangka langit-langit digantungkan pada pelat beton dan
atau atap dengan menggunakan penggantung dari logam
galvanized suspension / kawat seng BWG 14 yang dapat
diatur ketinggiannya dan dibuat sedemikian rupa sehingga
seluruh rangka dapat melekat dengan baik dan kuat pada pelat
beton dan tidak dapat berubah-ubah bentuk lagi.
4. Setelah seluruh rangka langit-langit terpasang, seluruh
permukaan rangka harus rata, lurus dan waterpass, tidak ada
bagian yang bergelombang dan batang-batang rangka harus
saling tegak lurus.
5. Rangka tersebut mempertimbangkan beban mechanical
electrical equipment yang terletak di plafon.
2. Pekerjaan langit-langit Gypsum Board
1. Bahan penutup langit-langit yang digunakan adalah gypsum
board dengan ukuran sesuai dengan gambar.
2. Gypsum board yang dipasang adalah gypsum board yang telah
dipilih dengan baik, bentuk dan ukuran masing-masing unit
sama, tidak ada bagian yang retak, gompal atau cacat-cacat lain
dan telah mendapat persetujuan dari Manajemen Konstruksi.
3. Gypsum board dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan
gambar untuk itu dan setelah gypsum board terpasang, bidang
permukaan langit- langit harus rata, lurus, waterpas
dan tidak bergelombang dan sambungan antara unit-unit
gypsum board harus tidak kelihatan.
4. Finishing gypsum adalah cat emulsi, warna akan ditentukan
kemudian.
4. Semua sambungan antar gypsum board didempul dengan bahan
tertentu sesuai tatacara dan teknis dari pabrik. Sambungan gypsum
harus didempul dan compound sehingga rata menutupi sambungan
tanpa ada retakan.

7.4. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT GYPSUM WET AREA

a. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan, peralatan serta pemasangan langit-
langit gypsum wet area dengan rangka metal furung 4x8 cm tebal 2 mm, di
ruang yang berhubungan dengan toilet, daerah basah, elektrikal dan mekanikal,
dan pekerjaan lain yang sesuai dengan detail yang dinyatakan dalam gambar
dan atas petunjuk Manajemen Konstruksi.

b. Pengendalian Pekerjaan
Pemasangan langit-langit harus sesuai dengan syarat-syarat di dalam:
c. NI - 5 - 1961
d. NI - 0458 - 1961

c. Bahan-bahan

1. GYPSUM WET AREA


Gypsum Wet Area yang dipakai adalah merk Kalsiboard, Jayaboard
atau yang setara dengan ukuran 120 x 240 cm, tebal 12 mm.
Finishing Gypsum Wet Area dicat sesuai dengan Pasal PEKERJAAN
CAT, juga harus memiliki daya tahan terhadap bahaya kebakaran
minimal 60 menit.

2. Rangka Langit-langit
Rangka langit-langit menggunakan metal furing 4x8 cm. Jarak
rangka – rangka hollow 60 x 60 cm atau sesuai rekomendasi pabrik.

3. Baja Penggantung
Dipakai baja atau gesper metal penggantung yang dapat distel
agar seluruh sistem langit-langit dapat tetap rata permukaannya,
setelah sistem-sistem lainnya ikut terpasang (mekanikal, elektrikal)
dan sebagainya.

4. Contoh-contoh
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan
contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan Manajemen
Konstruksi.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui akan dipakai sebagai
pedoman/standard bagi Manajemen Konstruksi untuk
menerima/memeriksa bahan yang dikirim oleh Kontraktor ke
lapangan.

c. Pelaksanaan

1. Pekerjaan rangka langit-langit Gypsum Wet Area


1. Rangka langit-langit gypsum wet area menggunakan
rangka hollow 4x8 cm dengan bentuk, ukuran
dan pola pemasangan sesuai

dengan gambar dan harus sesuai tata cara dan teknis


pemasangan dari pabriknya.
2. Batang-batang hollow untuk rangka langit-langit dipasang rata
sesuai ukuran yang telah ditentukan. Batang hollow yang
dipasang di pasangan bata harus di fiser masuk dalam tembok
sedalam 5 cm. Pada sambungan antar modul dilas dan di
sekru dan sebagainya yang telah diseleksi dengan baik, lurus,
rata, tidak ada bagian yang bengkok atau melengkung, atau
cacat-cacat lainnya, dan tidak disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.
3. Seluruh rangka langit-langit digantungkan pada pelat beton dan
atau atap dengan menggunakan penggantung dari logam
galvanized suspension / kawat seng BWG 14 yang dapat
diatur ketinggiannya dan dibuat sedemikian rupa sehingga
seluruh rangka dapat melekat dengan baik dan kuat pada pelat
beton dan tidak dapat berubah-ubah bentuk lagi.
4. Setelah seluruh rangka langit-langit terpasang, seluruh
permukaan rangka harus rata, lurus dan waterpass, tidak ada
bagian yang bergelombang dan batang-batang rangka harus
saling tegak lurus.
5. Rangka tersebut mempertimbangkan beban mechanical
electrical equipment yang terletak di plafon.
2. Pekerjaan langit-langit Gypsum Wet Area
1. Bahan penutup langit-langit yang digunakan adalah gypsum wet
area dengan ukuran sesuai dengan gambar.
2. Gypsum wet area yang dipasang adalah gypsum yang telah
dipilih dengan baik, bentuk dan ukuran masing-masing unit
sama, tidak ada bagian yang retak, gompal atau cacat-cacat lain
dan telah mendapat persetujuan dari Manajemen Konstruksi.
3. Gypsum wet area dipasang dengan cara pemasangan sesuai
dengan gambar untuk itu dan setelah gypsum terpasang,
bidang permukaan langit-langit harus rata, lurus, waterpas dan
tidak bergelombang dan sambungan antara unit-unit gypsum
board harus tidak kelihatan.
4. Finishing gypsum wet area adalah cat emulsi untuk interior dan
cat acrylic untuk ekterior, warna akan ditentukan kemudian.
5. Pada tempat tertentu harus dibuat manhole/access panel pada
langit-langit yang dapat dibuka, tanpa merusak gypsum dan
sekelilingnya, untuk keperluan pemeriksaan/pemeliharaan
instalasi Mekanikal-Elektrikal.
Semua sambungan antar gypsum wet area didempul
dengan bahan tertentu sesuai calsiboard.
Didempul dan compound sehingga rata menutupi
sambungan tanpa ada retakan.
PASAL 12
PEKERJAAN PELAPIS DINDING
8.1. UMUM

a. Persyaratan

1. Pekerjaan pelapis dinding baru boleh dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan


plesteran dinding selesai dikerjakan dan mencapai waktu seperti yang
disyaratkan. Apabila dipandang perlu dapat ditentukan lain dengan
persetujuan Manajemen Konstruksi.

2. Sebelum pekerjaan ini dilakukan, Kontraktor diwajibkan mengadakan


pengecekkan terhadap peil lantai dan kemiringannya.

3. Meskipun beberapa material finishing telah ditentukan warnanya,


namun sebelum dilaksanakan harus dipresentasikan terlebih dahulu kepada
Pemberi Tugas untuk menentukan warna yang akan dipakai.

b. Pelaksanaan

1. Pekerjaan dan bahan-bahan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan


Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas.

2. Pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan spesifikasi bahan pelapis dinding


yang dipakai.

3. Pemasangan bahan pelapis dinding dilakukan oleh tenaga ahli.

8.2. PEKERJAAN DINDING KERAMIK

a. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan


alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik.

2. Pekerjaan dinding keramik ini meliputi seluruh detail yang


disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Manajemen
Konstruksi.

b. Persyaratan Bahan

Bahan Keramik Dinding :


• Jenis : Glazed Ceramic Tile
• Ukuran : lihat gambar
• Tipe : lihat gambar
• Produksi : Roman
• Ketebalan : sesuai produk roman
• Bahan Pengisi Siar : PC
• Bahan Perekat : PC

c. Persyaratan Bahan

1. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-


peraturan ASTM, SNI.SO5 - 1989 - F dan SNI.SO6 -
1989 - F.

2. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus


diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari
Manajemen Konstruksi.

3. Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis-


operatif dari pabrik sebagai informasi bagi Manajemen Konstruksi.

4. Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru,
kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Manajemen Konstruksi.

d. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Dinding-dinding bata, beton dan kolom-kolom beton dibersihkan dari


kotoran-kotoran dan sisa-sisa semen yang menempel, kemudian
permukaannya diplester halus dengan MU 38- setebal 1. cm, menurut arah
permukaan yang tertera dalam gambar hingga rata dan tidak bergelombang.

2. Kemudian permukaan plesteran tersebut diberi waterproofing

3. Keramik tile dipasang dengan menggunakan bahan perekat PC setebal


antara 3 – 8 mm. Dengan lebar naad sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
(kurang dari 2 mm). Naad ini diisi dengan grouting hingga mencapai
permukaan yang rata dan saling tegak lurus. Kemudian dibersihkan dengan
air keras.

4. Pada bagian-bagian sudut-sudut/pojok-pojok/tekukan-tekukan pendek, harus


dipasang bahan-bahan yang khusus dibuat untuk itu (tile acccessories).

5. Pada permukaan dinding beton/bata yang ada, keramik dapat langsung


diletakkan diatas plesteran, dengan menggunakan perekat PC diaduk baik.
Sehingga mendapatkan ketebalan dinding seperti tertera pada gambar.

6. Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna,
motif tiap keramik harus sama tidak boleh retak, gompal atau cacat lainnya.

7. Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus untuk itu,


sesuai petunjuk pabrik.

8. Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus direndam air sampai
jenuh.

9. Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan yang


akan terpasang di dinding: Exhaust Fan, Panel, Stop Kontak, Lemari Gantung,
bracket tv dan lain-lain yang tertera di dalam gambar.

10. Ketinggian peil tepi atas pola keramik disesuaikan gambar.

Pada Toilet, Spoel Hoek dan Janitor, keramik dipasang setinggi plafond. Pada
Wastafel yang terletak di luar Toilet. keramik dipasang setinggi 140 cm dari
lantai dan lebar 80 cm. Sedangkan pada Pantry dan Laboratorium, keramik
dipasang setinggi 60 cm dari meja beton, atau sesuai yang tertera pada
gambar.

11. Awal pemasangan keramik pada dinding dan kemana sisa ukuran harus
ditentukan, harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Manajemen
Konstruksi sebelum pekerjaan pemasangan dimulai.

12. Bidang dinding keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar harus
benar-benar lurus. Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda ketinggian
peil lantainya harus merupakan satu garis lurus.

13. Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar sebesar 1 mm
setiap perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak lurus. Siar-siar
keramik diisi dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk setengah
lingkaran seperti yang disebutkan dalam persyaratan bahan dan warnanya
akan ditentukan kemudian.

14. Naad-naad pada pemasangan keramik harus diisi dengan bahan grouting.

15. Tidak diijinkan adanya tali air atau ceruk pada dinding antara keramik
dinding dengan dinding.

8.3. PEKERJAAN DINDING HOMOGENIOUS TILE

a. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan


alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik.

2. Pekerjaan dinding Homogenious Tile ini meliputi seluruh detail yang


disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk
Manajemen Konstruksi.

b. Persyaratan Bahan

Bahan Homogenious Tile Dinding :


• Jenis : Homogenious Tile
• Ukuran : lihat gambar
• Tipe : lihat gambar
• Produksi : Indogress, venus, Monalisa
• Ketebalan : sesuai produk
• Bahan Pengisi Siar : PC
• Bahan Perekat : PC

c. Persyaratan Bahan

1. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-


peraturan ASTM, SNI.SO5 - 1989 - F dan SNI.SO6 -
1989 - F.

2. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus


diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari
Manajemen Konstruksi.

3. Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis-


operatif dari pabrik sebagai informasi bagi Manajemen Konstruksi.

4. Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru,
kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Manajemen Konstruksi.

d. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Dinding-dinding bata, beton dan kolom-kolom beton dibersihkan dari


kotoran-kotoran dan sisa-sisa semen yang menempel, kemudian
permukaannya diplester halus dengan MU 301 setebal 1.5 cm, menurut
arah permukaan yang tertera dalam gambar hingga rata dan tidak
bergelombang.

2. Kemudian permukaan plesteran tersebut diberi waterproofing

3. Homogenious Tile tile dipasang dengan menggunakan bahan perekat PC.


Dengan lebar naad sesuai dengan rekomendasi dari pabrik (kurang dari 2
mm). Naad ini diisi dengan grouting hingga mencapai permukaan yang rata
dan saling tegak lurus. Kemudian dibersihkan dengan air keras.

4. Pada bagian-bagian sudut-sudut/pojok-pojok/tekukan-tekukan pendek, harus


dipasang bahan-bahan yang khusus dibuat untuk itu (tile acccessories).

5. Pada permukaan dinding beton/bata yang ada, Homogenious Tile dapat


langsung diletakkan diatas plesteran, dengan menggunakan perekat MU-
400, diaduk baik. Sehingga mendapatkan ketebalan dinding seperti tertera
pada gambar.

6. Homogenious Tile yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik,
warna, motif tiap Homogenious Tile harus sama tidak boleh retak, gompal
atau cacat lainnya.
7. Pemotongan Homogenious Tile harus menggunakan alat potong khusus
untuk itu, sesuai petunjuk pabrik.

8. Sebelum Homogenious Tile dipasang, Homogenious Tile terlebih dahulu


harus direndam air sampai jenuh.

9. Pola Homogenious Tile harus memperhatikan ukuran/letak dan semua


peralatan yang akan terpasang di dinding: Exhaust Fan, Panel, Stop Kontak,
Lemari Gantung, bracket tv dan lain-lain yang tertera di dalam gambar.

10. Ketinggian peil tepi atas pola Homogenious Tile disesuaikan gambar. Pada
Toilet, Spoel Hoek dan Janitor, Homogenious Tile dipasang setinggi plafond.
Pada Wastafel yang terletak di luar Toilet. Homogenious Tile dipasang
setinggi 140 cm dari lantai dan lebar 80 cm. Sedangkan pada Pantry dan
Laboratorium, Homogenious Tile dipasang setinggi 60 cm dari meja beton.

11. Awal pemasangan Homogenious Tile pada dinding dan kemana sisa ukuran
harus ditentukan, harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Manajemen
Konstruksi sebelum pekerjaan pemasangan dimulai.

12. Bidang dinding Homogenious Tile harus benar-benar rata, garis-garis siar
harus benar-benar lurus. Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda
ketinggian peil lantainya harus merupakan satu garis lurus.

13. Homogenious Tile harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar
sebesar 3 mm setiap perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak
lurus. Siar-siar Homogenious Tile diisi dengan bahan pengisi siar sehingga
membentuk setengah lingkaran seperti yang disebutkan dalam
persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan kemudian.

14. Naad-naad pada pemasangan Homogenious Tile harus diisi dengan bahan
grouting.

15. Tidak diijinkan adanya tali air atau ceruk pada dinding antara

Homogenious Tile dinding dengan dinding.

8.5. PEKERJAAN CLADING ALUMINIUM

a. Umum
Ketebalan aluminium composites panel 4 mm. Terbuat dari 0.3 mm
aluminium skin di bawah dan di atas, di lapisan tengah ada 3.4mm
polytheylene yang masih baru bukan di recycled (hampir semua produk China
menggunakan recycled polythelyne). Kulit aluminium dibuat dari PERALUMAN-
100 (AlMg1-NS41) or series 5005 alloy. Merk yang digunakan Ex.Allucobond,
Seven, atau setara. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan
pemasangan dinding fasad bagian luar sesuai dengan Gambar Kerja.

b. Finishing Alumunium Composite Panel

Finishing Aluminium Composit Panel adalah Cat PVF 2 atau PVDF dengan
"REVERSE ROLLER COATING" process. Total ketebalan film-kering of cat
adalah minumun 25 microns, terdiri dari chromate penggantian coating, primer
cat dan top cat. Applikasi seperti spray paint PVDF tidak lah diterima, karena hasil
cat tidaklah bertahan lama dan dapat menimbulkan belang warna. Finishing cat
pada aluminium composites adalah pekerjaan pabrik (fabricated).

c. Bahan - bahan

Semua cladding menggunakan Allucobond Panel ketebalan 4.0 mm, panel


aluminium komposit yang terdiri dari inti Polietilen diapit dua kulit paduan
aluminium peraluman – 100 (ALMg1- NS41)

1. Aluminium kulit : 0.5 mm


2. Mechanical Properties : tensile strength 130 N/mm2
3. 0.2 % bukti stress 90 N/mm2
4. Elongasi 5.65 jadi 10 %
5. Modulud Elastisitas 70.000 N/mm2
6. Getaran rata – rata udara – rygi transmisi suara dan noise
Dampinf R-5 dB (DIN 4109)
7. Kekakuan (E x l ) : 0.240 kNm2/m
8. Berat panel : 5.5 kg/m2
9. Warna/glos : Warna Sesuai Gambar dsan arahan Pemberi Kerja dan MK
10. Gloss menurut Gardner : Warna Sesuai gamabr atar
ditentukan kemudian sesuai arah MK.

d. Pemasangan
1. Fasteners, termasuk sekrup tersembunyi, baut dan item lainnya yang
diperlukan untuk menghubungkan aluminium

2. Blind digunakan untuk memasang paku keling panel ke sub- frame aluminium
akan aluminium paduan dengan baja stainless Mandrel.

3. Semua panel harus dipotong dan diarahkan menggunakan peralatan dan alat-
alat yang direkomendasikan dan disetujui oleh produsen panel. Setelah lipat
ke dalam kaset, sebuah aluminium ekstrusi profil Akan ditetapkan untuk
25mm minimum dalam tikungan kembali menggunakan paku keeling 5mm

4. Jika penguatan panel akan dibutuhkan, sebuah aluminium ekstrusi profil yang
sesuai penampang dan kekuatan akan terikat ke sisi sebaliknya panel
menggunakan pita perekat dua sisi "3M VHB4991" atau PU perekat "Sikaflex-
221". Penerapan system ikatan akan diperketat sesuai dengan spesifikasi
manufaktur dan rekomendasi. Ujung mekanis stiffener akan bergabung ke
panel sub-frame.

5. Setiap panel harus ditandai di sisi sebaliknya untuk memudahkan


identifikasi ukuran dan lokasi.

6. Selesai panel akan disimpan dan dikirim ke site / lokasi dalam posisi vertikal,
face-to-face resp. back-to-kembali, dengan perlindungan yang memadai
untuk mencegah goresan dan penyok.

7. Pengelupasan pelindung diterapkan pabrik-off foil hanya boleh dihapus


setelah panel terinstal.
PASAL 13
PEKERJAAN PAVING BLOK

LAPISAN PONDASI ATAS (BASE COURSE)

1. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pemborong harus memperbaiki lapisan Base Course
yang meliputi pengupasan lapisan, penghamparan LPA dan pembentukan kemiringan sesuai
rencana (1,5%) dan memadatkan dengan menggunakan vibro roller atau stone walls kapasitas
8 ton.
2. Pelaksanakan pemadatan tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang sampai mencapai
CBR 60 %.
LAPISAN BETON TUMBUK

1. Pekerjaan beton tumbuk dapat dilaksanakan apabila lapisan dibawahnya (Base Course) telah
selesai dilaksanakan dan mendapat persetujuan dari pengawas.

2. Beton Tumbuk terdiri dari campuran semen, pasir, kerikil dengan perbandingan campuran 1:2:3
dengan slamp.Test 8 cm.

3. Pekerjaan beton tumbuk dapat dilakukan dengan membuat mal/kotak persegi panjang ukuran
2,6 x 5 M’, ketebalan disesuaikan dengan gambar rencana.

4. Setelah beton mongering pemborong harus merawat beton dengan cara meletakkan karung
basah diatasnya atau dengan cara penyiraman secara berulang-ulang.

PEMASANGAN PAVING BLOK/INTER BLOK

1. Paving blok yang digunakan adalah ukuran 20x10x10 cm, mutu K 300 berbentuk segi panjang
polos.
2. Sebelum pelaksanaan pemasangan paving blok pemborong terlebih dahulu mengadakan uji
bahan dilaboratorium yang disaksikan oleh Direksi/Pengawas dan selanjutnya mendapatkan
persetujuan untuk digunakan apabila memenuhi syarat diatas.
3. alam pelaksanaan pemasangan pemborong harus memperhatikan posisi letak dan kemiringan
sehingga hasilnya nampak rata dan rapi serta air tidak tergenang diatasnya.
4. Setelah diadakan pemasangan pada bagian atasnya dihampar pasir dan disiram air agar celah-
celah/jarang antara paving blok terisi dengan pasir.
5. Pada bagian tepi pemancangan paving blok diberi beton pengunci, ketebalan disesuaikan
dengan tebal paving blok.
6. Setelah tahapan pelaksanaan selesai dikerjakan dibersihkan dan diwalls dengan vibro agar hasil
pekerjaan nampak rapi dan rata serta tidak goyang.
PASAL - 14
TANGKI SEPTIK DAN RESAPAN
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan akan meliputi pengadaan bahan, alat-alat, peralatan, tenaga kerja dan
pemasangan tangki septik dan resapan sesuai dengan garis, susunan, lokasi dan dimensi
yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan sesuai dengan ketentuan Persyaratan teknis ini.

1. PROSEDUR UMUM
2.1. Contoh Bahan dan Data Teknis.
Kontraktor harus menyerahkan contoh dan data teknis bahan kepada Pengawas untuk
disetujui terlebih dahulu, sebelum pengadaan bahan dan pelaksanaan pekerjaan.
2.2. Gambar Detail Pelaksanaan.
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan yang
mencakup dimensi, tata letak, jenis bahan dan detail-detail pelaksanaan, untuk
diperiksa dan disetujui Pengawas

2.3. Ketidaksesuaian.
2.3.1. Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap kemungkinan
kesalahan/ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi, jumlah maupun pemasangan
dan lain-lain.
2.3.2. Bila bahan-bahan yang didatangkan ternyata menyimpang atau tidak sesuai
dengan yang telah disetujui, Kontraktor wajib menggantinya dengan yang
sesuai dan disetujui Pengawas
2.3.3. Biaya yang ditimbulkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.

2. BAHAN-BAHAN
3.1. Tangki Septik.
Tangki septik dapat dibuat dari pasangan batu bata atau beton bertulang (sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja), dalam kapasitas, ukuran dan bentuk sesuai Gambar
Kerja.
3.2. Pipa.
Pipa-pipa saluran dan rembesan yang dipasang harus pipa PVC kelas 5 kg/cm2 standar
JIS K 6741 seperti merek Pralon atau Rucika. Diameter pipa PVC yang digunakan sesuai
ketentuan Gambar Kerja dan dimensi lainnya seperti panjang, tebal dan lain-lain harus
sesuai dengan standar JIS di atas.

3.3. Batu Bata.


Bata beton harus memenuhi persyaratan Persyaratan teknis Pasangan Bata.
3.4. Beton Bertulang.
Bahan beton harus memenuhi persyaratan pekerjaan beton bertulang.

3.5. Adukan.
3.5.1. Bahan adukan untuk pasangan batu bata yang terdiri dari semen, pasir dan air,
harus memenuhi ketentuan Persyaratan teknis Adukan dan Plesteran
3.5.2. Semua adukan yang dipakai mempunyai komposisi 1 semen dan 2 pasir atau
sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.
3.6. Resapan.
Tangki septik harus dilengkapi dengan sumur resapan dalam ukuran sesuai petunjuk
Gambar Kerja. Bahan-bahan untuk sumur resapan sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja
atau sesuai petunjuk Pengawas

3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1. Umum.
4.1.1. Seluruh tangki septik dan resapan harus dipasang sesuai petunjuk Gambar Kerja,
Gambar Detail Pelaksanaan yang telah disetujui serta Persyaratan teknis ini.
4.1.2. Pekerjaan galian, urugan kembali dan pemadatan harus memenuhi ketentuan
Persyaratan teknis Galian, Urugan kembali dan Pemadatan.
4.1.3. Pengerjaan beton bertulang harus dilaksanakan sesuai ketentuan Persyaratan
teknis Beton Cor di tempat
4.1.4. Pengerjaan pasangan batu bata harus dilaksanakan sesuai ketentuan Persyaratan
teknis Pasangan Bata. Pemipaan.
4.1.5. Semua pekerjaan pemipaan harus dikerjakan sesuai ketentuan Persyaratan
teknis Plumbing.
4.2. Konstruksi dan Pemasangan.
4.2.1. Tangki septik harus mempunyai ruang udara tidak kurang dari 0,20 meter dari
langit- langit tangki dan di bawah tutup tangki.
4.2.2. Tangki harus terbuat dari pasangan batu bata atau pasangan beton bertulang
yang kedap air. Dinding bagian dalam tangki diberi pelesteran dengan adukan
1 : 2.
Dinding bagian luar tangki yang berhubungan langsung dengan tanah tidak perlu
dipelester. Bahan pelesteran harus memenuhi ketentuan Persyaratan teknis
Adukan dan Plesteran.
4.2.3. Resapan harus dibuat dan dipasang sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja serta
petunjuk Pengawas
PASAL 15
PERSYARATAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL DAN PLUMBING

1. UMUM

Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada klausul dari persyaratan ini yang
dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut
dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.

2. PERATURAN DAN ACUAN

Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada Peraturan Daerah maupun
Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi Profesi Internasional, Standar Nasional maupun Internasional yang terkait.
Kontraktor dianggap sudah mengenal dengan baik standard dan acuan nasional maupun internasional dari
Amerika dan Australia dalam spesifikasi ini. Adapun standar atau acuan yang dipakai, tetapi tidak terbatas, antara
lain seperti dibawah ini :

3. Listrik Arus Kuat (L.A.K)

1. PerMen PU No. 2 PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau.


2. Permenaker No 12 tahun 2015 tentang Keselamatan Instalasi dalam Bangunan.
3. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 ( PUIL 2011 ), SNI 0225-2011 dan Amandemennya.
4. SNI 6197:2011, Tentang konservasi energi pada sistem pencahayaan.
5. SNI 03-7015-2004, sistem proteksi petir pada bangunan gedung.
6. SNI IEC 62561-4:2012, Komponen sistem proteksi petir (KSPP) – bagian 4 persyaratan untuk penjepit
konduktor.
7. SNI IEC 60423:2010, Tentang sistem konduit untuk manajemen kabel – diameter luar konduit untuk
instalasi listrik dan ulir untuk konduit dan fitting.
8. SNI 03–6575–2001 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan.
9. SNI – 03 – 7018 - 2001 tentang Sistem Pasokan Daya Darurat dan Siaga (SPDD).
10. Standard Nasional ( SNI ) yang berlaku dan berkaitan dengan tenaga listrik.
11. Standar dan peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku khusus Pada Operator
Pennyedia Listrik Setempat (PLN).
12. Standar-standar lain seperti : IEC, JIS, BS, VDE, AVE, AS, DIN, ASTM, ISO dan lain-lainnya sejauh tidak
bertentangan dengan standar dan peraturan-peraturan yang berlaku di negara Indonesia

4. Listrik Arus Lemah (L.A.L)

1. PerMen PU No. 2 PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau


2. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 ( PUIL 2011 ), SNI 0225-2011 dan Amandemennya
3. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 1 tahun 2014. Tentang persyaratan teknis
Perangkat Telekomunikasi.
4. Peraturan Kapolda No. 2 tahun 2015, tentang kewajiban memasang kamera CCTV.
5. Perwal Depok No. 14 tahun 2012 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan
6. SNI 03-3985-2005, tata cara perencanaan, pemasangan dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada gedung.
7. KepMen PU 26/PRT/M/2008 tentang Ketentuan Teknis Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
8. SNI 04-7042-2004, tentang pesawat telepon Analog.
9. UU No. 32/1999 tentang Telekomunikasi dgn PP No. 52/2000 tentang Telekomunikasi
Indonesia.
10. National Fire Protection Association (NFPA), High-Rise Building Fires and Safety, Tahun 2013. National
Fire Protection Association (NFPA) 72, 2010.
11. Data teknis dari produk di bidang peralatan Fire Alarm yang dibuat oleh pabrik-pabrik dari berbagai negara

5. Plumbing

1. Peraturan Daerah (PERDA) setempat

2. SNI 8153:2015, Tentang sistem plambing pada bangunan gedung.

3. PerMen PU No. 2 PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau

4. Permenaker No. 12 tahun 2015 tentang Keselamatan Instalasi dalam Bangunan.

5. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011 ), SNI 0225-2011 dan Amandemennya

6. Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M. Noerbambang & T. Morimura

7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014. Tentang Baku Mutu Air Limbah.
8. SNI 03–6373–2000, tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemasangan Vent pada Sistem Plambing.

9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2003 tentang baku mutu
Air Limbah Domestik.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2013 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif.

11. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.

6. Pemadam Kebakaran

1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011), SNI 0225-2011 dan Amandemennya.

2. PerMen PU No. 2 PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau

3. Permenaker No. 12 tahun 2015 tentang Keselamatan Instalasi dalam Bangunan.

4. SNI-03-1745-2000, tentang tata cara perencanaan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
5. SNI-03-3989-2000, tentang tata cara perencanaan sistem sprinkler otomatik untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung.
6. SNI-03-1746-2000, tentang tata cara perencanaan sistem proteksi pasif untuk pencegah bahaya
kebakaran.
7. SNI-03-6570-2001, tentang instalasi pompa yang dipasang tetap untuk proteksi kebakaran.
8. KepMen PU 26/PRT/M/2008 tentang Ketentuan Teknis Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.

9. Kepmeneg PU No. 20/PRT/M/2009 tentang manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan.


Mechanical & Electrical for Buildings

10. National Fire Codes :

- NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher


- NFPA-13, Standard for The Installation Sprinkler Systems
- NFPA-14, Standard for The Installation Standpipe and Hose Systems
- NFPA-20, Standard for The Installation Centrifugal Fire Pumps
- Mc. Guiness, Stein & Reynolds
- Mechanical & Electrical for Buildings

7. Tata Udara Gedung (T.U.G)

a. Peraturan/Undang-undang

 Keputusan Menteri (Kepmen) Pekerjaan Umum R.I. No. 10/2000


 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
 Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
 BAB V Pasal 5.8 tentang Ventilasi Mekanik dan Sistem Pengendalian Asap.
 Peraturan yang berlaku (Perda No. 8 th.2010) tentang Pencegahan Dan
 Penanggulangan Bahaya Kebakaran.

b. Standar

 SNI 03-6572-2001 : Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan PengkondisianNUdara Pada Bangunan
Gedung.
 SNI 03-6571-2001 : Sistem Pengendalian Asap Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
 Pasal 5 : Sistem Pengendali Asap dan Penerapannya.
 Pasal 5.3 : Sistem Pressurisasi Tangga Kebakaran.
 SNI-03-6390-2011 : Konservasi Energi Sistem Tata Udara
 SNI-03-6389-2011 : Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung

c. Hand Book

 ASHRAE (Amerian Society of Heating Refrigeration and Air Conditioning Engineers).


 Fundamental Handbook: System & Application Handbook Dan ASHRAE 62-2001 : Standart of Ventilation for
Acceptable IAQ
 SMACNA (Sheet Metal and Air Conditioning Contractors National Assocition). SMACNA HVAC Duct
Construction Standart First Edition 1985 – Update 2005
 NFPA 90A : Standart For Installation Air Conditioning & Ventilating System.
 UL555 / UL555S : Standart for Safety Fire Damper 1999
 AMCA-210-74 : Fan Performance Testing Standart.
 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2011
8. Transportasi Dalam Gedung (TDG)

1. PerMen PU No. 2 MRT/M/2010 Tentang Bangunan Gedung Hijau.

2. SNI 05-7052-2004, syarat-syarat umum kontruski lift penumpang yang dijalankan dengan motor traksi
tanpa kamar mesin.
3. SNI-03-6248-2000 Konstruksi Eskalator.

4. Peraturan Depnaker No.09/men/VII/2010, tentang Lift listrik, Pesawat angkat, dan Pesawat angkut.

5. Strakosch, Vertical Transfortation.

6. Gina Barney, Elevator Traffic

7. Luonir Janovsky, Elevator Mechanical Design

9. GAMBAR-GAMBAR

Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan sama mengikatnya.
Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan
pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada, petunjuk instalasi dari
pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian serta pemeliharaannya jika peralatan-
peralatan sudah dioperasikan.
Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialis lainnya (bila ada) harus dipakai sebagai referensi untuk
pelaksanaan dan detail finishing instalasi.
Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan detail, “Shop Drawing”
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu sebanyak 3 (tiga) set.
Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain
yang
berhubungan dengan instalasi ini. Persetujuan tersebut tidak berarti membebaskan Kontraktor dari
kesalahan yang mungkin terjadi dan dari tanggung jawab atas pemenuhan kontrak.
Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi, “As-built Drawings” disertai dengan
Operating Instruction, Technical and Maintenance Manual, harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi pada saat penyerahan pertama pekerjaan dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari atas 1 (satu) asli kalkir
berikut diskettenya dan 4 (empat) cetak biru dan dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi, notasi dan penjelasan
lainnya, dalam ukuran A0 atau A1 atau disebutkan lain dalam proyek ini. As-built Drawing ini harus benar-benar
menunjukkan secara detail seluruh instalasi M & E yang ada termasuk dimensi perletakan dan lokasi peralatan,
gambar kerja bengkel, nomor seri, tipe peralatan dan informasi lainnya sehingga jelas.
Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan asli (original) berikut
terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebanyak 5 (lima) set dan dijilid dan dilengkapi dengan daftar isi, notasi
dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A4.

10. KOORDINASI

1. Kontraktor instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Kontraktor lainnya, agar pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
2. Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan instalasi lain.
3. Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari Konsultan Manajemen
Konstruksi, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibat menjadi tanggung jawab
Kontraktor ini.

11. RAPAT KOORDINASI LAPANGAN

Wakil Kontraktor harus selalu hadir dalam setiap rapat koordinasi proyek yang diatur oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi. Peserta rapat koordinasi harus mengetahui situasi dan kondisi lapangan serta bisa memberi
keputusan terhadap sebagian masalah.

12. PERALATAN DAN MATERIAL

Semua peralatan dan bahan harus baru dan sesuai dengan brosur yang dipublikasikan, sesuai dengan
spesifikasi yang diuraikan, maupun pada gambar-gambar rencana dan merupakan produk yang masih beredar
dan diproduksi secara teratur.

13. Persetujuan Peralatan dan Material

Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja (SPK), dan sebelum memulai
pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Kontraktor
Diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat
rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum nama-nama dan alamat manufacture, catalog dan keterangan-
keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana antara lain :
- Manufacturer Data
Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas cukup detail sehubungan dengan
pemenuhan spesifikasi.
- Performance Data

Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table atau kurva yang meliputi informasi yang diperlukan
dalam menyeleksi peralatan-peralatan lain yang ada kaitannya dengan unit tersebut.
- Quality Assurance

Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap kualitas dari unit berupa produk dari unit
ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di beberapa lokasi dan telah beroperasi dalam jangka waktu
tertentu dengan baik. Persetujuan oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi akan diberikan
atas dasar atau sesuai dengan ketentuan di atas.

14. Contoh Peralatan dan Material

Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi paling lama 2 (dua) minggu setelah daftar material disetujui. Semua biaya yang berkenaan dengan
penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan Kontraktor.
Konsultan Manajemen Konstruksi tidak bertanggung jawab atas contoh bahan yang akan dipakai dan
semua biaya yang tidak berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan contoh/dokumen ini.

15. Peralatan dan Bahan Sejenis

Untuk peralatan dan bahan sejenis yang fungsi penggunaannya sama harus diproduksi pabrik

(bermerk), sehingga memberikan kemungkinan saling dapat dipertukarkan.

16. Penggantian Peralatan dan Material

Semua peralatan dan bahan yang diajukan dalam tender sudah memenuhi spesifikasi, walaupun
dalam pengajuan saat tender kemungkinan ada peralatan dan bahan belum memenuhi spesifikasi, tetapi tetap
harus dipenuhi sesuai spesifikasi bila sudah ditunjuk sebagai Kontraktor .
Untuk peralatan dan bahan yang sudah memenuhi spesifikasi, karena suatu hal yang tidak bisa
dihindari terpaksa harus diganti, maka sebagai penggantinya harus dari jenis setaraf atau lebih baik (equal or better)
yang disetujui.
Bila Konsultan Manajemen Konstruksi membuktikan bahwa penggantinya itu betul setaraf atau lebih baik,
maka biaya yang menyangkut pembuktian tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor.
17. Pengujian dan Penerimaan

Khusus peralatan utama, harus ditest dahulu oleh Pemilik dan didampingi Konsultan Perencana di pabrik masing-
masing yang sebelumnya sudah ditest oleh pabrik yang bersangkutan dan disetujui untuk dikirim ke lapangan.
Semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-
ketentuan pengetesan dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan dari peralatan-
peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya dapat diserahkan berdasarkan Berita
Acara oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

18. Perlindungan Pemilik

Atas penggunaan bahan/material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemilik dijamin dan dibebaskan dari
segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.

19. IJIN-IJIN

Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang diperlukannya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

20. Pelaksanaan pemasangan

Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Kontraktor harus menyerahkan gambar
kerja dan detailnya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui. Yang dimaksud
gambar kerja disini adalah gambar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan, lengkap dengan dimensi peralatan,
jarak peralatan satu dengan lainnya, jarak terhadap dinding, jarak pipa terhadap lantai, dinding dan peralatan,
dimensi aksesoris yang dipakai. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak menolak gambar kerja yang tidak
mengikuti ketentuan tersebut diatas.
Kontraktor diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran/kapasitas peralatan (equipment)
yang akan dipasang. Apabila terdapat keraguan-keraguan, Kontraktor harus segera menghubungi Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk berkonsultasi.
Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang sebelumnya tidak dikonsultasikan dengan
Konsultan Manajemen Konstruksi, apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Untuk itu pemilihan peralatan dan material harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi
atas rekomendasi Konsultan Perencana.
Pada beberapa peralatan tertentu ada asumsi yang digunakan konsultan dalam menentukan
performnya, asumsi-asumsi ini harus diganti oleh Kontraktor sesuai actual dari peralatan yang dipilih maupun
kondisi lapangan yang tidak memungkinkan. Untuk itu Kontraktor wajib menghitung kembali performanya dari
peralatan tersebut dan memintakan persetujuan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.

21. Penambahan/Pengurangan/Perubahan Instalasi

Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana karena penyesuaian dengan kondisi lapangan, harus
mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi sebanyak rangkap 3 (tiga) set yang akan dikirim oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
kepada Konsultan Perencana.
Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Kontraktor kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi secara tertulis dan jika terjadi pekerjaan tambah/kurang/perubahan yang ada harus disetujui oleh
Konsultan Perencana dan Konsultan Manajemen Konstruksi secara tertulis.

22. Sleeves dan Inserts

Semua sleeves menembus lantai beton untuk instalasi sistem elektrikal harus dipasang oleh Kontraktor.
Semua inserts beton yang diperlukan untuk memasang peralatan, termasuk inserts untuk penggantung (hangers)
dan penyangga lainnya harus dipasang oleh Kontraktor.

23. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan instalasi ini serta
mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan Kontraktor instalasi ini.
Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada persetujuan dari pihak Konsultan
Manajemen Konstruksi secara tertulis.

24. Pengecatan

Semua peralatan dan bahan yang dicat, kemudian lecet karena pengangkutan atau pemasangan harus segera
ditutup dengan dempul dan dicat dengan warna yang sama, sehingga nampak seperti baru kembali.
25. PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN

Kontraktor instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli
dan berpengalaman yang harus selalu ada di lapangan, yang bertindak sebagai wakil dari Kontraktor dan
mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan bertanggung jawab penuh dalam menerima
segala instruksi yang akan diberikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Penanggung jawab tersebut di atas
juga harus berada di tempat pekerjaan pada saat diperlukan/dikehendaki oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

26. PENGAWASAN

Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi. Konsultan Manajemen Konstruksi harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian
pekerjaan, bahan dan peralatan. Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Bagian-bagian
pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan Konsultan Manajemen Konstruksi adalah tetap
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas harian diluar jam-jam kerja
(08.00 sampai dengan 16.00), dan hari libur maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban
Kontraktor yang perhitungannya disesuaikan dengan peraturan pemerintah. Permohonan untuk mengadakan
pengawasan tersebut harus dengan surat yang disampaikan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi. Di tempat
pekerjaan, Konsultan Manajemen Konstruksi menempatkan petugas- petugas pengawas yang bertugas setiap
saat untuk mengawasi pekerjaan Kontraktor, agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau dilakukan sesuai dengan
isi surat perjanjian Pelaksanaaan Pekerjaan serta dengan cara-cara yang benar dan tepat serta cermat.

27. LAPORAN-LAPORAN

a) Laporan Harian dan Mingguan


Kontraktor wajib membuat laporan harian dan mingguan yang memberikan gambaran mengenai:
a) Kegiatan fisik
b) Catatan dan perintah Konsultan Manajemen Konstruksi yang disampaikan secara lisan maupun tertulis.
c) Jumlah material masuk/ditolak.
d) Jumlah tenaga kerja dan keahliannya
e) Keadaan cuaca
f) Pekerjaan tambah/kurang
g) Prestasi rencana dan yang terpasang
Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditandatangani oleh manajer
proyek harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diketahui/disetujui.

b) Laporan Pengetesan
Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3 (tiga)
mengenai hal-hal sebagai berikut :
a) Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi
b) Hasil pengetesan mesin atau peralatan
c) Hasil pengetesan kabel
d) .Hasil pengetesan kapasitas aliran udara, kuat arus, tegangan, tekanan, dll
Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.

28. PEMERIKSAAN RUTIN DAN KHUSUS

Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini secara
periodik dan tidak kurang dari tiap 2 (dua) minggu, atau ditentukan lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pemeriksaan khusus dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini, apabila ada
permintaan dari pihak Konsultan Manajemen Konstruksi dan atau bila ada gangguan dalam instalasi ini.

29. KANTOR KONTRAKTOR, LOS KERJA DAN GUDANG

Kontraktor diharuskan untuk membuat kantor, gudang dan los kerja di halaman tempat pekerjaan,
untuk keperluan pelaksanaan tugas administrasi lapangan, penyimpanan barang/bahan serta peralatan kerja dan
sebagai area/tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar), dimana pelaksanaan tugas instalasi berlangsung. Pembuatan
kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan bila terlebih dahulu mendapatkan ijin dari pemberi
tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi.

30. PENJAGAAN

Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama berlangsungnya
pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di tempat kerja (gudang lapangan).
Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut di atas, menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
31. AIR KERJA

Semua kebutuhan air yang diperlukan dalam setiap bagian pekerjaan dan sebagainya harus disediakan
oleh pihak Kontraktor. Apabila menggunakan sumber air yang sudah ada (existing) harus dilengkapi dengan
meter air, dan berkoordinasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih dahulu.

32. PENERANGAN, SUMBER DAYA LISTRIK

Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang dianggap perlu, harus diberi
penerangan yang cukup. Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber tenaga/daya kerja
harus diusahakan oleh Kontraktor. Bila menggunakan daya listrik dari bangunan existing, harus dilengkapi
dengan KWh meter dan berkoordinasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih dahulu.

33. KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan tempat pekerjaan dilaksanakan dalam
bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam
gudang maupun di luar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak
mengganggu pekerjaan dari bagian lain Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi pada waktu pelaksanaan.

34. KECELAKAAN DAN PETI PPPK

Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka Kontraktor diwajibkan segera
mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut
kepada instansi dan departement yang bersangkutan/berwenang (dalam hal ini Polisi dan Department Tenaga
Kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peti PPPK dengan isinya yang selalu
lengkap, guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan harus selalu ada di tempat pekerjaan.

35. TESTING DAN COMMISSIONING

Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang dianggap perlu untuk
mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan
yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan commissioning dari pabrik pembuat dan instansi yang
berwenang. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor termasuk daya listrik untuk testing.

36. MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN

Peralatan dan sistem instalasi ini harus digaransi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak saat penyerahan
pertama. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak saat
penyerahan pertama, bila Konsultan Manajemen Konstruksi/Pemberi Tugas menentukan lain, maka yang
terakhir ini yang akan berlaku.
Selama masa pemeliharaan, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih merupakan tanggung
jawab Kontraktor sepenuhnya. Selama masa pemeliharaan ini, untuk seluruh instalasi ini Kontraktor diwajibkan
mengatasi segala kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.Selama masa pemeliharaan ini,
apabila Kontraktor instalasi tidak melaksanakan teguran dari Konsultan Manajemen Konstruksi atas perbaikan/
penggantian/ penyetelan yang diperlukan, maka Konsultan Manajemen Konstruksi berhak menyerahkan
perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut kepada pihak lain atas biaya Kontraktor instalasi ini. Selama masa
pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi harus melatih petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pemilik dalam teori dan
praktek sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaannya.
Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti pemeriksaan dengan hasil yang
baik yang ditandatangani bersama oleh Kontraktor dan Konsultan Manajemen Konstruksi. Pada waktu unit-unit
mesin tiba di lokasi, maka Kontraktor harus menyerahkan daftar komponen/part list seluruh komponen yang akan
dipasang dan dilengkapi dengan gambar detail/photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap dengan
manualnya. Daftar komponen tersebut diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas
masing-masing 1 (satu) set.
Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :
a) Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan baik, ditandatangani
bersama oleh Kontraktor dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
b) Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction, Technical dan
Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4 (empat) copy telah diserahkan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.

37. GARANSI

Setiap sertifikat pengetesan harus diserahkan oleh pabrik pembuatnya. Bila peralatan mengalami
kegagalan dalam pengetesan-pengetesan yang disyaratkan di dalam spesifikasi teknis ini, maka pabrik pembuat
bertanggung jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai peralatan tersebut memenuhi syarat-syarat,
setelah mengalami pengetesan ulang dan sertifikat pengetesan telah diterima dan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
38. TRAINING

Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, Kontraktor harus menyelenggarakan semacam pendidikan dan
latihan serta petunjuk praktis operasi kepada orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan
perawatan lengkap dengan 3 copies buku Operating Maintenance, Repair Manual dan As-built drawing, segala
sesuatunya atas biaya Kontraktor.

Anda mungkin juga menyukai