Anda di halaman 1dari 21

PEMERINTAH KOTA SEMARANG

DINAS PENATAAN RUANG


Jl. Pemuda No. 148 Semarang

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


(RKS)

Kegiatan :
Penyelenggaraan Bangunan Gedung di Wilayah Daerah
Kabupaten/Kota, Pemberian Izin MendirikanBangunan (IMB)
dan Sertifikat Sertifikat Laik Fungsi

Pekerjaan :
Rehabilitasi Fasilitas Kelurahan Kelurahan Wonosari
BAB 1
PEKERJAAN PERSIAPAN & PERSYARATAN UMUM

1.1. Spesifikasi Umum


Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh
Gambar Kerja serta Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan Teknis,
seperti yang akan diuraikan dalam Buku ini.
Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan Memiliki izin usaha yang terdiri :
a. Nomor Induk Berusaha (NIB);
b. Sertifikat Badan Usaha (SBU);
Dengan Klasifikasi Bangunan Gedung dan subklasifikasi Kontruksi Gedung
Lainnya (BG009).
Persyaratan Sertifikat Badan Usaha (SBU) tersebut harus diterbitkan oleh
LPJK sesuai yang ditetapkan oleh Pemerintah cq kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;
Baik SBU maupun SIUJK wajib masih memiliki masa berlaku dan sudah
diregistrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Apabila terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan / atau
kesimpangsiuran informasi dalam pelaksanaan, Penyedia Jasa konstruksi
diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Direksi / Konsultan Pengawas
untuk mendapat, kejelasan pelaksanaan.

1.2. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai yang dinyatakan dalam Gambar
Kerja serta Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Teknis.
Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat
bantu lainnya.
Mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan,
alat- alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna.
Pekerjaan, pembersihan dan pengamanan dalam Tapak Bangunan
sebelum pelaksanaan dan setelah pembangunan.

1.3. Gambar Dokumen


Apabila terdapat ketidakjelasan, kesimpangsiuran, perbedaan dan / atau
ketidak sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Penyedia
Jasa konstruksi diwajibkan melaporkan kepada Direksi / Konsultan
Pengawas gambar mana yang akan dijadikan pegangan. Hal tersebut di atas
tidak dapat dijadikan alasan dan Penyedia Jasa konstruksi untuk
memperpanjang / meng- claim biaya maupun waktu pelaksanaan.

1.4. Shop Drawing


Penyedia Jasa konstruksi wajib membuat shop drawing untuk detail khusus
yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak
maupun yang diminta oleh Direksi / Konsultan Pengawas/ Perencana.
Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan / atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai
dengan spesifikasi pabrik.
1.5. Ukuran
Pada dasarnya semua ukuran dalam Gambar Kerja (Struktur) pada dasarnya
adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai.
Penyedia Jasa konstruksi tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran
yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan/Dokumen Kontrak tanpa
sepengatahuan Direksi.
1.6. Sarana Kerja
Penyedia Jasa konstruksi wajib memasukkan identitas, nama, jabatan,
keahlian masing-masing anggota kelompok kerja pelaksana dan inventarisasi
peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini
Penyedia Jasa konstruksi wajib memasukkan identifikasi tempat kerja
(workshop) dan peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan Penyedia Jasa
konstruksi akan dilaksanakan serta jadwal kerja
Penyediaan tempat penyimpanan bahan/material di lapangan harus aman
dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu
pekerjaan lain yang sedang berjalan serta memenuhi persyaratan
penyimpanan bahan tersebut.
Penyedia Jasa Konstruksi Wajib menyediakan Alat Pelindung Diri, Identitas
Pekerja, Identitas Tenaga Ahli, Rambu-rambu dalam pekerjaan Konstruksi,
dan Peraturan selama Konstruksi berlangsung dengan persetujuan pengawas
dan Direksi.
1.7. Standard Yang Dipergunakan
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi
Indonesia, Standard Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang
ada hubungannya dengan pekerjaan, antara lain :
− SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
− SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung
− SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung
− NI-2 PBI-19711 Peraturan Beton Indonesia ( 1971 )
− PUBI — 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
− NI-3 PMI PUBB 1 Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
− NI-4 Persyaratan Cat Indonesia.
− NI-5 PKKI Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia.
− NI-8 Peraturan Semen Portland Indonesia.
− NI-10 Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan.
− PPI-1979 Pedoman Plumbing Indonesia.
− PUIL-1977 Peraturan Umum Instalasi Listrik.
− PPBI-1984 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia.

1.8. Syarat Bahan


Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik
tidak cacat, sesuai dengan spesifikasinya yang diminta dan bebas dari
noda lainnya yang dapat mengganggu kualitas maupun penampilan.
Untuk pekerjaan khusus/tertentu, selain harus mengikuti standard yang
dipergunakan juga harus mengikuti persyaratan Pabrik yang bersangkutan
1.9. Merk Pembuatan Bahan
Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam uraian pekerjaan &
persyaratan Pelaksanaan teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan
kualitas dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat, kecuali bila
ditentukan lain.
Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar, memenuhi standard spesifikasi bahan
tersebut.
Dalam pelaksanaanya, setiap bahan/material dan komponen jadi keluaran
pabrik harus di bawah pengawasan / supervisi Tenaga Ahli yang ditunjuk.
Direksi / Konsultan Pengawas berhak menunjuk Tenaga Ahli yang ditunjuk
Pabrik dan/atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana
Diisyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang yang
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan
ini, kecuali ada ketentuan lain yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.
Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi /
Konsultan Pengawas/ Perencana
Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Direksi /
Konsultan Pengawas/ Perencana sebanyak empat buah dari satu bahan yang
ditentukan untuk menetapkan standard of appearence. Paling lambat waktu
penyerahan contoh bahan adalah dua minggu setelah SPMK turun
1.10. Contoh Bahan/Material & Komponen Jadi
Untuk detail-detail hubungan tertentu, Penyedia Jasa konstruksi
diwajibkan membuat komponen jadi (mock up) yang harus diperlihatkan
kepada Direksi / Konsultan Pengawas/ Perencana untuk mendapat
persetujuan. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji sesuai
dengan standard yang berlaku.
1.11. Koordinasi Pelaksanaan
Penunjukan Supplier dan/atau Sub Penyedia Jasa konstruksi harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi / Konsultan Pengawas
Penyedia Jasa konstruksi wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan
atas petunjuk Direksi / Konsultan Pengawas/ Perencana dengan
Penyedia Jasa konstruksi bawahan atau Supplier bahan.
Supplier wajib hadir mendampingi Direksi / Konsultan Pengawas/
Perencana di lapangan untuk pekerjaan tertentu atau khusus sesuai instruksi
Pabrik
1.12. Persyaratan Pekerjaan
Penyedia Jasa konstruksi wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan
mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian
bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan uraian Pekerjaan &
Persyaratan Pelaksanaan Teknis dan / atau khusus sesuai intruksi Pabrik.
Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di Lapangan, Penyedia Jasa
konstruksi wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja terkait
pekerjaan lain antara lain pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal,
Elektrikal, Plumbing / Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Direksi.
1.13. Pelaksanaan Pekerjaan
Semua ukuran dan posisi termasuk pemasangan patok-patok di Lapangan
harus tepat sesuai Gambar Kerja.
Kemiringan yang dibuat harus cukup untuk mengalirkan air hujan menuju ke
selokan yang ada di sekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang
tertera di dalam Gambar Kerja. Tidak dibenarkan adanya genangan air.
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa konstruksi wajib
meneliti Gambar Kerja dan melakukan pengukuran kondisi lapangan.
Setiap bagian dari pekerjaan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Direksi / Konsultan Pengawas sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
Semua pekerjaan yang sudah selesai terpasang, apabila perlu harus dilindungi
dari kemungkinan cacat yang disebabkan oleh pekerjaan lain.
Penyedia Jasa konstruksi tidak boleh menclaim sebagai pekerjaan tambah bila
terjadi Kerusakan suatu pekerjaan akibat keteledoran Penyedia Jasa
konstruksi, Penyedia Jasa konstruksi harus memperbaikinya sesuai dengan
keadaan semula.
Memperbaiki suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan
yang berlaku/Gambar pelaksanaan atau Dokumen Kontrak.
Penunjukan Tenaga Ahli oleh Direksi / Konsultan Pengawas yang sesuai dengan
kegiatan suatu pekerjaan.
Semua pengujian bahan, pembuatan atau pelaksanaan di Lapangan harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa konstruksi.
1.14. Pekerjaan Pembongkaran & Perbaikan Kembali
Penyedia Jasa konstruksi harus sudah memperhitungkan segala kondisi yang
ada / merkisting di Lapangan dan tidak terbatas pada Saluran Drainase, Pipa
Air Bersih, Pipa lainnya yang masih berfungi dan kabel bawah tanah apabila
ada.
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan pembongkaran
untuk pekerjaan lain, maka Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan memperbaiki
kembali atau menyelesaikan pekerjaan tersebut sebaik mungkin tanpa
mengganggu sistem yang ada. Dalam kasus ini, Penyedia Jasa konstruksi
tidak dapat menclaim sebagai pekerjaan tambah.
Penyedia Jasa konstruksi wajib melapor kepada Direksi / Konsultan Pengawas
sebelum melakukan pembongkaran / pemindahan segala sesuatu yang ada di
Lapangan.
1.15. Permukaan Atas Lantai (Peil)
Peil ±0,00 di ambil esuai dengan gambar perencanaan.
Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, dak beton, dan lain-
lain harus mengambil patokan dari peil ±0,00 tersebut.
1.16. Pekerjaan Pemasangan Bouwplank
Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran minimum
3/20 cm yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari
kayu sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan
harus lurus dan diketam halus pada bagian atasnya.
Bouwplank harus benar-benar datar (waterpass) dan tegak lurus. Pengukuran
harus memakai alat ukur yang disetujui Konsultan Pengawas .
Bouwplank harus menunjukkan ketinggian ±0.00 dan as kolom/dinding. Letak
dan ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak
berubah selama pekerjaan berlangsung.
1.17. Kantor Kontraktor, Los Dan Halaman Kerja, Gudang Dan Fasilitas Lain
Apabilan di perlukan Kontraktor harus membangun kantor dan
perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman kerja (work yard) di dalam
halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai
Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya fasilitas
sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan
buang air.
Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana
konstruksi fasilitas-fasilitas tersebut. Kontraktor harus menjamin agar
seluruh fasilitas itu tetap bersih dan terhindar dari kerusakan. Dengan seijin
Kuasa Pengguna Anggaran, Kontraktor dapat menggunakan kembali kantor,
los kerja, gudang dan halaman kerja yang sudah ada.

1.18. Ketentuan Pelaksanaan K3


Ketentuan administrasi
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan
Penyedia Jasa Konstruksi, yaitu :
1) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,
peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian
rupa sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
2) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan
atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut
harus dapat dipergunakan secara aman.
3) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja,
agar tenaga
4) kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat
dan sehat.
5) Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena
jabatannya di dalam organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab
mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan
resiko bahaya kecelakaan.
6) Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja
sesuai dengan keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi
fisik/kesehatannya.
7) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua
tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya
masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa
dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan peringatan
serta sarana pencegahan yang dipandang perlu.
8) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala
terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan
kecelakaan, lingkungan kerja dan cara pelaksanaan kerja yang aman.
9) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka
penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa.

Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja


Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan
tenaga K3 untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut
harus masuk dalam struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap
proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh
(full-time)
2) untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
3) Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan
mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau
kondisi dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan
membentuk unit pembina K3.
4) Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini
merupakan unit struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola
oleh pengurus atau penyedia jasa.
5) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama
dengan panitia pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-
baiknya, dibawah koordinasi pengurus atau Penyedia Jasa, serta
bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
6) Penyedia jasa harus mekukan hal-hal sebagai berikut :
a) Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.
b) Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan
kerja dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam proyek.
c) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada
rekomendasi dari panitia pembina keselamatan dan kesehatan
kerja.
7) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek
mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Laporan kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas
kejadian yang terkait dengan K3, dimana :
1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
dilaporkan kepada Instansi yang terkait.
2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-
hal sebagai berikut :
a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja,
pekerja masing-masing dan
b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-
sebabnya.

Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan


Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada
kecelakaan harus dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi
seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan
peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur
transportasi, dimana :
1) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya.
a. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja
pertama kali (pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja
dengan penekanan pada kesehatan fisik dan kesehatan individu),
b. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada
pekerjaan tersebut.
2) Tenaga kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan
kesehatan khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya
secara teratur.
3) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan
disimpan untuk referensi.
4) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-
tiba, harus dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang
terdidik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).
5) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus
disediakan di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu,
kelembaban udara dan lain-lain.
6) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit
dengan obat untuk kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan
perlengkapan gigitan ular.
7) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda
lain selain alat-alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
8) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah
dimengerti.
9) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur
dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
10) Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu) harus selalu tersedia.
11) ika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain,
alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka
bekerja.
12) Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan
adanya risiko tenggelam atau keracunan, alat-alat penyelematan
harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
13) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan
mengangkut dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit
atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat
lainnya.
14) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik
dan strategis yang memberitahukan antara lain :
a. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK,
ruang PPPK, ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat
dimana dapat dicari petugas K3.
b. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans,
nomor telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
c. Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat
penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.

Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja


Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah
diantisipasi sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan
pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu proyek jalan dan jembatan.
Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang
perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang.
Selanjutnya Penyedia Jasa harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana,
sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan
biaya yang wajar, oleh karena itu baik Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa
perlu memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini
agar dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan
pengawasannya.

Ketentuan teknis
Aspek lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 untuk konstruksi jalan
dan jembatan, Penyedia Jasa harus mengacu pada Dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL), bila dokumen tersebut tidak ada maka perencanaan
dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek lingkungan harus
mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.

Tempat kerja dan peralatan


Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek
terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut:
1) Pintu masuk dan keluar
a. Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat
kerja.
b. Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2) Lampu / penerangan
a. Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-
alat penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di
seluruh tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
b. Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu
mencegah bahaya apabila lampu mati/pecah.

3) Ventilasi
a. Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai
untuk mendapat udara segar.
b. Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara
yang dikotori oleh debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus
dibuatkan ventilasi untuk pembuangan udara kotor.
c. Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas
yang berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri
untuk mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.

4) Kebersihan
a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus
dipindahkan ke tempat yang aman.
b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
c) Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena
benda-benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya
membuat orang jatuh atau tersandung (terantuk)
d) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan
bertumpuk di tempat kerja.
e) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau
sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau
sejenisnya.
f) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.

Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran


Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau
proyek dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus
tersedia :
a. Alat-alat pemadam kebakaran.
b. Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk
menggunakan alat pemadam kebakaran.
3) Orang-orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam
kebakaran harus selalu siap di tempat selama jam kerja.
4) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu
oleh orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
5) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam
kebakaran yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju
ke tempat pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
6) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang
mudah dilihat dan dicapai.
7) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia
di tempat-tempat sebagaiberikut :
a) di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar
disimpan.
b) di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
c) pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun
dimana terdapat barang-barang dan alat-alat yang mudah
terbakar.
8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus
disediakan :
a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang
mudah terbakar.
b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas
yang menggunakan api.
c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
d) di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang
disebabkan oleh aliran listrik.
9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-
kerusakan teknis.
10) Alat pemadam kebakaran yang berisichlorinated hydrocarbon atau
karbon tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di
tempat yang terbatas (ruangan tertutup, sempit).
11) Jika pipa tempat penyimpanan air(reservoir, standpipe) dipasang di
suatu gedung, pipa tersebut harus :
a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c) dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa dengan
sebuah katup yang menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
d) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam
Kebakaran

Perlengkapan keselamatan kerja


Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam
melaksanakan tugasnya antara lain sebagai berikut :
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda
keras selama mengoperasikan atau memelihara AMP.
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena
licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata
pada lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material
keras lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator
telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.

Gambar 4.1. Perlengkapan keselamatan kerja

Pedoman untuk pelaku utama konstruksi


Pedoman untuk manajemen puncak
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk
mengurangi biaya karena kecelakaan kerja, antara lain :
1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer
lapangan. Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap
program keselamatan kerja yang telah diterapkan.
2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan
kerja dengan cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan
monitoring dan pengendalian mengenai biaya dan rencana penjadualan
pekerjaan.
3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan
mengalokasikan biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
4) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat
memberikan jaminan bahwa peralatan atau material yang digunakan
untuk melaksanakan pekerjaan dalam kondisi aman.
5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang
keselamatan kerja dan memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada
pada masing masing divisi (bagian) untuk program keselamatan kerja.

Pedoman untuk manajer dan pengawas


Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk
mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan
pekerjaan bidang konstruksi :
1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
pekerja konstruksi sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar
untuk meningkatkan K3, juga harus mendorong personil untuk
memperbaiki sikap dan kesadaran terhadap K3 melalui komunikasi yang
baik, organisasi yang baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja
untuk tindakan-tindakan aman, serta menetapkan target yang realistis
untuk K3.
2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan
seperti dengan memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian
dari perencanaan pekerjaan dan memberikan dukungan yang positif.
3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan
hubungan yang erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk
menghindari terjadi kecelakaan dan permasalahan dalam proyek
konstruksi. Manajer dapat melakukannya dengan cara
a) Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan
mengusahakan agar mereka berkenalan akrab dengan personil dari
pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan perhatian yang khusus
terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya yang
pertama.
b) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor,
karena dengan mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami
mengenai titik sudut pandang pari pekerja. Cara ini bukanlah
mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”) kewibawaan pihak
mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak
pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
c) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor
tetapi juga harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun
(sebagai manusia) dapat membuat kesalahan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara mengizinkan para mandor untuk memilih
para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan yang
tunggal untuk memberhentikan pekerja).
Pedoman untuk mandor
Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam
pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi dengan :
1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya
dengan tidak membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara
langsung atau tidak menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang
lama dan kemudian membiarkannya begitu saja.
2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak
memberikan target produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan
keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk
mengurangi kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :
1) Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari
keselamatan kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun
yang formal dengan para mandor di lapangan.
2) Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada
tataran perusahaan.
Pedoman untuk pekerja
Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan
gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara
lain adalah :
1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
3) Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
4) Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
5) Memahami lingkup kerja yang diberikan.
.

Pejabat Pembuat Komitmen


Dinas Penataan Ruang Kota Semarang

RYAN SAPUTRA, ST
NIP. 19801220 201001 1 019
SYARAT SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN
(METODE PELAKSANAAN)

PASAL 1
PEKERJAAN STRUKTUR BAJA

BAHAN

Baja.
Jika tidak disebutkan secara spesifik di dalam gambar, maka semua material untuk
konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan merupakan "Hot rolled
structural steel" dengan mutu baja ST 37 (PPBBI-83) atau ASTM A 36 atau SS 41 (JIS.
U 3101- 1970), yang memiliki tegangan leleh (yield stress) minimal, Fy = 240 Mpa
dan tegangan tarik (tensile stress) Fu = 400 Mpa. Baja jenis ini umum disebut baja
karbon (Carbon Steel) yang mengandung karbon antara 0.25 - 0.29 %. Semua
material baja harus baru, bebas/bersih dari karat, lobang-lobang dan kerusakan
lainnya, lurus, tidak terpuntir, tanpa tekukan, serta memenuhi syarat toleransi
sesuai dengan spesifikasi ini.

Baut.
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, baut penyambung yang digunakan adalah
HTB A325 yang memiliki tegangan tarik putus nominal antara 105 - 120 ksi (735 -
840 Mpa). Baut penyambung harus merupakan material baru, dan panjang ulir harus
sesuai dengan yang diperlukan. Jika tidak disebutkan khusus di dalam gambar maka
baut yang dimaksud adalah type A325-X (ulir terletak di luar bidang geser). Baut
harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua sisinya. Mutu
pelat ring harus sesuai dengan mutu baut.

Elektroda las.
Jika tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar struktur, maka elektoda las
yang digunakan adalah E70XX, sesuai dengan lokasi penggunaannya.

Angkur.
Kecuali ditentukan lain di dalam gambar, maka angkur yang digunakan harus
memiliki kualitas BJTD 40, dengan panjang penjangkaran minimal sedalam 40 kali
diameter. Angkur harus memiliki ulir yang cukup sehingga pada saat digunakan
benar-benar dapat berfungsi secara benar.

Cat dasar/primer dan cat finish.


Seluruh material baja harus dilindungi dengan cat dasar Zinc Chromate dengan tebal
seperti tertera di dalam spesifikasi ini. Sedangkan untuk cat finish tertera di dalam
spesifikasi teknis arsitektur dan jika tidak disebutkan harus mengikuti ketentuan di
dalam spesifikasi ini.

Angkur khusus.
Untuk menghubungkan elemen struktur beton lama dengan yang baru diperlukan
suatu angkur khusus. Angkur tersebut harus berasal dari pabrik Fischer.
Penggantian Profil/ Penampang
Pada prinsipnya dalam tahap perencanaan, profil yang digunakan adalah profil yang
diproduksi oleh pabrik. Apabila ternyata profil tersebut tidak tersedia, maka
Kontraktor dapat mengganti profil tersebut dengan profil lain yang disetujui oleh
Konsultan / Direksi. Usulan perubahan tersebut harus dilengkapi dengan
perhitungan yang menunjukkan bahwa profil pengganti tersebut minimal sama kuat
dan kakunya dengan profil yang digantikan. Juga harus diperhatikan bahwa tinggi
profil pengganti harus mempunyai tinggi maksimal sama dengan profil original,
sehingga tidak mengurangi ruang peralatan M&E. Walaupun perubahan profil
tersebut disetujui, Kontraktor tetap harus mengantisipasi perubahan tersebut, agar
tidak terjadi klaim terhadap waktu pelaksanaan maupun biaya.

Toleransi dimensi, panjang dan kelurusan

Toleransi dimensi
Dimensi yang tercantum di dalam gambar rencana adalah dimensi sesuai dengan
yang tertera di dalam tabel pabrik pembuat baja. Di dalam pembuatan terjadi
variasi yang menyebabkan terjadinya perbedaan dengan dimensi rencana.
Perbedaan terhadap panjang, lebar serta tebal diizinkan sebesar harga terkecil
antara 1/32 inci (0.75 mm) atau 5 % dari dimensi rencana.

Toleransi panjang.
Untuk elemen baja (balok, kolom) yang dipasang merangka satu terhadap lainnya,
toleransi panjang diizinkan sebesar 1/16 inci (1.50 mm) untuk elemen dengan
panjang kurang dari 9.00 meter dan sebesar 1/8 inci (3.00 mm) untuk panjang lebih
dari 9.00 meter.

Toleransi kelurusan
Kelurusan dari elemen baja dibatasi sebesar 1/500 bentang di antara 2 titik
tumpunya, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan / Direksi.

Uji material
Contoh Material.
Kontraktor wajib menyediakan contoh material (baja, baut dan lain lain) untuk diuji
pada laboratorium yang disetujui oleh Konsultan / Direksi. Segala biaya pengujian
harus termasuk di dalam penawaran yang diajukan.
Uji pengelasan.
Apabila dianggap perlu oleh Konsultan / Direksi, maka akan dilakukan testing pada
hasil pengelasan. Tipe dan jumlah test untuk pengelasan disesuaikan dengan
kebutuhan sesuai AWS serta dilakukan atas biaya Kontraktor.

Syarat-syarat Pelaksanaan

Gambar kerja/ shop drawing.


Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja yang
diperlukan dan menyerahkan gambar kerja untuk diperiksa dan disetujui Konsultan
/ Direksi. Bilamana disetujui, Kontraktor dapat mulai pekerjaan fabrikasinya.
Pemeriksaan dan persetujuan Konsultan MK atas gambar kerja tersebut hanya
menyangkut segi kekuatan struktur saja seperti :
1. Ukuran/dimensi profil, ketebalan plat-plat, ukuran/jumlah baut/las, tebal
pengelasan. Ketepatan ukuran-ukuran panjang, lebar, tinggi atau posisi dari
elemen- elemen konstruksi baja yang berhubungan dengan pengangkutan
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Dengan kata lain walaupun semua
gambar kerja telah disetujui Konsultan / Direksi, tidaklah berarti mengurangi
atau membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab ketidak tepatan serta
kemudahan dalam erection elemen-elemen konstruksi baja.
2. Pengukuran dengan skala dalam gambar sama sekali tidak diperkenankan.
3. Pada gambar kerja harus sudah terlihat bagian-bagian tambahan yang
diperlukan untuk keperluan montase serta cara-cara montase yang
direncanakan.

Fabrikasi
1. Selama proses fabrikasi Konsultan / Direksi harus menempatkan staffnya yang
berpengalaman dalam fabrikasi baja secara penuh untuk mengawasi
pelaksanaan fabrikasi di bengkel kerja Kontraktor.
2. Kontraktor harus memberikan Fabrication Manual Procedure termasuk
Procedur Quality Control kepada Konsultan MK untuk disetujui.
3. Fabrikasi dari elemen-elemen konstruksi baja harus dilaksanakan oleh tukang-
tukang yang berpengalaman dan diawasi oleh mandor-mandor yang ahli dalam
konstruksi baja.
4. Semua elemen-elemen harus difabrikasi sesuai dengan ukuran-ukuran
dan/atau bentuk yang diinginkan tanpa menimbulkan distorsi-distorsi atau
kerusakan- kerusakan lainnya dengan memperhatikan persyaratan untuk
penanganan sambungan-sambungan serta las di lapangan dan sebagainya.
5. Pemotongan-pemotongan elemen-elemen harus dilaksanakan dengan rapi dan
pemotongan besi harus dilakukan dengan alat pemotong (brender) atau gergaji
besi. Pemotongan dengan mesin las sama sekali tidak diperbolehkan.

Tanda-tanda pada konstruksi baja


1. Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dengan
kode yang jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan
mudah.
2. Kode tersebut ditulis dengan cat agar tidak mudah terhapus.
3. Pelat-pelat sambungan dan bagian elemen lain yang diperlukan untuk
sambungan- sambungan di lapangan, harus dibaut/diikat sementara dulu pada
masing-masing elemen dengan tetap diberi tanda-tanda.

Pengelasan
1. Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC Specification dan baru
dapat dilaksanakan setelah mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan / Direksi.
Pengelasan harus dilakukan dengan las listrik, bukan dengan las karbit.
2. Kawat las yang dipakai adalah harus dari produk yang disetujui oleh Konsultan
/ Direksi. Ukuran kawat las disesuaikan dengan tebal pengelasan.
3. Kontraktor harus menyediakan tukang las yang berpengalaman dengan hasil
pengalaman yang baik dalam dalam melaksanakan konstrksi baja sejenis. Hal
ini harus dibuktikan dengan menunjukkan sertifikat yang masih berlaku.
4. Kontraktor harus memperhatikan dengan seksama tipe dan ukuran las yang
tercantum di dalam gambar (las sudut, las tumpul dan lain-lain), dan
Kontraktor harus mempunyai alat untuk mengukur tebal las sehingga dengan
mudah dapat diketahui apakah tebal las sudah sesuai dengan gambar atau
tidak.
5. Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak, karat
dan bekas-bekas potongan api yang kasar dengan menggunakan mechanical
wire brush dan untuk daerah-daerah yang sulit dapat digunakan sikat baja.
Bekas potongan api harus dihaluskan dengan menggunakan gurinda agar
permukaan baja menjadi baik. Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan
disikat.
6. Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul
distorsi dan tegangan residual pada elemen konstruksi baja yang dilas.
Pengelasan pada pertemuan elemen-elemen yang padat seperti pada tumpuan
harus dilakukan dengan teknik preheating.
7. Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari
satu kali), maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu
harus dibersihkan dahulu dari kerak-kerak las/slag dan percikan-percikan
logam yang ada. Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus
dibuang sama sekali.
8. Untuk memudahkan pelaksanaan serta mendapatkan mutu pengelasan yang
baik, maka pada dasarnya semua pekerjaan pengelasan harus dilakukan di
bengkel. Bila akan mengadakan pengelasan lapangan harus seijin tertulis dari
Konsultan / Direksi.
9. Perhatian khusus diberikan pada pengelasan yang dilakukan di lapangan (field
weld), dimana posisi dari tukang las harus sedemikian sehingga dapat dengan
mudah melakukan pengelasan dengan hasil yang baik tanpa mengabaikan
keselamatan kerja.
10. Pada semua pengelasan harus dilakukan pemeriksaan visual untuk mengetahui
apakah :
a. persiapan pengelasan sudah dilakukan dengan baik (bersih, gap yang
cukup dan lain-lain).
b. las yang ada tidak berpori, undercut, retak permukaan atau cacat-cacat
lain.
c. ukuran dan tipe las sudah sesuai gambar.
11. Pada jumlah lokasi 30% dari seluruh lokasi pengelasan juga harus dilakukan
"Liquid Penetrant Test". Lokasi pengetesan ditentukan oleh Konsultan /
Direksi.
12. Apabila dianggap perlu oleh Konsultan / Direksi atau apabila ada keraguan
terhadap hasil "Liquid Penetrant Test" tersebut, maka Konsultan / Direksi
dapat meminta pada Kontraktor untuk juga melakukan Radiographic Test.
13. Laboratorium uji las yang ditunjuk harus mendapat persetujuan Konsultan /
Direksi dan semua biaya pengujian las menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Baut penyambung dan Angkur.


1. Kontraktor harus melakukan pengujian terhadap baut pada laboratorium yang
disetujui oleh Konsultan MK, sebelum Kontraktor memesan baut yang akan
dipakai.

2. Jumlah baut yang diuji untuk masing-masing ukuran adalah minimum 3 (tiga)
buah.
3. Walaupun test baut tersebut memenuhi syarat, Konsultan / Direksi berhak
untuk meminta diadakan uji baut lainnya dengan jumlah 1 (satu) baut dari
setiap 250 baut yang digunakan. Biaya pengujian baut tersebut ditanggung
oleh Kontraktor.
4. Posisi lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameter
baut. Jika tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar, maka diameter
lubang baut maksimal 1.60 mm (1/16 inci) lebih besar dari diameter baut.
Kontraktor tidak boleh membuat lubang baru di lapangan tanpa seijin
Konsultan / Direksi.
5. Pembuatan lubang baut harus memakai bor, untuk konstruksi yang tipis,
maksimum 10 mm, boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan
api sama sekali tidak diperkenankan.
6. Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan dengan kunci momen
torsi yang sebelumnya sudah dikalibrasi, sebagai berikut :

Diameter Baut Torsi


(inci) (mm) (lbs.ft) (kg.m)
½ 12 90 12,454
5/8 16 180 24,908
¾ 19 320 44,287
7/8 22 470 65,038
1 25 710 98,249
1 1/8 28 960 132,844
1 ¼ 32 1.350 186,872
1 ½ 38 2.580 357,018

7. Setiap pengencangan baut harus dilakukan sampai mencapai gaya tarik baut
sesuai dengan spesifikasi AISC. Pelaksanaannya harus diawasi secara langsung
oleh Konsultan / Direksi.
8. Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih
dapat paling sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan
kerusakan pada ulir baut tersebut. Panjang baut yang tidak memenuhi syarat
ini harus diganti dan tidak boleh digunakan.
9. Untuk menghindarkan adanya baut yang belum dikencangkan maka baut-baut
yang sudah dikencangkan harus diberi tanda dengan cat.

Percobaan Pengangkatan di Bengkel


Untuk memudahkan pengangkatan konstruksi baja di lapangan, maka disyaratkan
agar dilakukan percobaan pengangkatan di pabrik (workshop assembly), sehingga
dapat diketahui dengan jelas mengenai ketepatan/keakuratan elemen-elemen
konstruksi baja yang terpasang berikut sambungan-sambungannya. Percobaan
tersebut penting untuk dilaksanakan, agar dapat diketahui dengan pasti ketepatan
ukuran dan juga kekuatan konstuksi baja tersebut, serta dapat dilakukan
penyempurnaan sebelum baja tersebut dipasang pada tempatnya.

Metode Pengangkatan

Waktu pengajuan.
Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pengangkatan dimulai, Kontraktor
harus mengajukan secara tertulis permohonan untuk hal ini. Metode dan skedul
pengangkatan tersebut harus disetujui oleh Konsultan / Direksi. Metode
pengangkatan harus mencakup antara lain :
a. Rencana pengiriman baja dari bengkel.
b. Lokasi penyimpanan elemen baja yang hendak dipasang.
c. Alat-alat bantu yang digunakan berikut perlengkapannya.
d. Urut-urutan pengangkatan.
e. Langkah pengamanan selama pengangkatan berlangsung.
f. Pengaku sementara untuk pengaman konstruksi selama pengangkatan
berlangsung.
g. Skedul pengangkatan elemen-elemen baja.
h. Perlengkapan yang diperlukan sebelum dan selama pengangkatan.

Pemeriksaan akhir sebelum pengiriman.


Kontraktor harus membuat jadual rencana pengiriman dari pabrik ke lapangan
kepada Konsultan MK. Dengan jadual tersebut, Konsultan / Direksi dapat mengatur
waktu untuk pemeriksaan akhir sebelum baja dikirim. Setiap pengiriman tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu dapat ditolak oleh Konsultan / Direksi dan risiko
biaya serta akibat lainnya menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

Lokasi penempatan baja di lapangan.


Penempatan elemen baja di lapangan harus pada tempat yang kering/ terlindung
sehingga elemen-elemen tersebut tetap dalam kondisi baik hingga terpasang.
Konsultan / Direksi berhak untuk menolak elemen-elemen baja yang rusak karena
salah penempatan atau rusak akibat proses apapun juga.

Waktu pengangkatan.
Pengangkatan elemen-elemen baja hanya boleh dilaksanakan setelah metode dan
jadual pengangkatan disetujui oleh Konsultan / Direksi.

Posisi angkur dll.


Sebelum pengangkatan dimulai, Kontraktor harus memeriksa kembali dudukan/
posisi angkur-angkur baja untuk memastikan bahwa semuanya dalam kondisi baik
dan tidak mengalami kerusakan, demikian juga dengan jarak dan lain-lain sesuai
dengan gambar kerja.
Perhatian khusus dalam pemasangan angkur-angkur untuk rangka baja dimana
jarak- jarak/kedudukan angkur-angkur harus tetap dan akurat untuk mencegah
ketidak cocokan dalam erection, untuk ini harus dijaga agar selama pengecoran
angkur-angkur tersebut tidak bergeser, misalnya dengan mengelas pada tulangan
kolom/balok atap.

Keselamatan di lapangan.
Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-pekerjanya di lapangan.
Untuk itu Kontraktor harus menyediakan ikat pinggang pengaman, topi pengaman,
sarung tangan dan alat lain yang diperlukan selama pekerjaan berlangsung.

Kegagalan pengangkatan
Kontraktor harus merencanakan pengangkatan ini dengan baik dan mempersiapkan
segala alat penunjang agar proses pengangkatan dapat berjalan sesuai dengan
rencana. Kegagalan pengangkatan akibat kelalaian maupun sebab lainnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya, baik terhadap biaya maupun waktu.

Kerusakan elemen baja


Secara prinsip elemen baja yang rusak baik karena salah pemotongan maupun tidak
memenuhi toleransi yang disyaratkan tidak diizinkan untuk digunakan pada proyek
ini, kecuali diizinkan oleh Konsultan / Direksi.

Tenaga ahli untuk pengangkatan.


Untuk proses pengangkatan di lapangan, Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli
dalam bidang konstruksi baja yang senantiasa mengawasi dan bertanggung jawab
atas pekerjaan ini. Tenaga ahli untuk mengawasi pekerjaan tersebut harus
mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan / Direksi.

Las lapangan.
Secara prinsip las di lapangan sedapat mungkin dihindarkan. Jika pengelasan harus
dilakukan di lapangan dengan alasan tertentu, maka Kontraktor wajib membuktikan
bahwa hasil las lapangan tersebut secara teknis memenuhi syarat. Untuk itu
Kontraktor harus mengusulkan cara pengujian atas hasil las lapangan ini, agar dapat
disetujui oleh Konsultan / Direksi. Uji las tersebut meliputi antara lain tebal las,
kualitas las dan kepadatan las.

Pengecatan

Persiapan Pengecatan
Semua permukaan elemen baja sebelum dicat harus bebas dari :
1. lapisan mill, yaitu lapisan tipis mengkilap yang berasal dari pabrik baja.
2. karat
3. minyak dan bahan kimia lainnya.
4. kotoran yang akan mempengaruhi kualitas pengecatan.

Pembersihan harus dilakukan dengan menggunakan "mechanical wire brush" (sikat


baja mekanis) dan tidak boleh menggunakan sikat baja manual, kecuali hanya untuk
permukaan-permukaan yang betul-betul tidak dapat dijangkau oleh "mechanical
wire brush" tersebut, sebelum pengecatan dilakukan. Pembersihan dengan
menggunakan sand blasting sangat dianjurkan, terutama untuk permukaan baja
yang mengalami korosi.

PASAL 2
PEKERJAAN ATAP

Pekerjaan Pemasangan atap dilakukan setelah kuda-kuda, gording, jarum pengikat,


baut dan seluruh rangkaian pemasangan rangka atap selesai dikerjaan dengan
sempurna dan telah sesuai gambar rencana kerja. Metode yang dilakukan harus
diusulkan kepada Direksi Pekerjaan bila terdapat perbedaan terhadap gambar
rencana kerja yang mana bisa dilakukan lebih efisien.

A. Bahan
1. Atap yang dipergunakan adalah Atap Spandeck atap spandek tebal 0,40 mm,
BMT 0,35, custom warna. Spandek / Atap Zincalume dengan spesifikasi
alumunium murni dengan pencampuran Alumunium, Zincalume dan Silicon
coating sebagai pencegah karat korosi kualitas baik.
2. Nok Spandek yang dipakai 0,3mm / Nok Atap menggunakan spandek dengan
kualitas baik.
3. Listplank menggunakan GRC
4. Produk yang digunakan memiliki kandungan TKDN minimal 50%

B. Pelaksanaan
1. Spandek dipasang dari bidang teritisan atap. Didalam pemasangan atap yang
menjadi perhatian adalah kelurusan dan kerataannya.
2. Atap harus dipasang dalam keadaan rapat agar terjaga dari rembesan air
hujan.
3. Pertemuan atap tegak dengan bagian atap miring dibengkokkan ke atas agar
rembesan air hujan tidak masuk.
4. Bidang yang menempel pada dinding tembok harus kedap air. Warna dan
kualitas atap ditetapkan bersama pihak proyek

C. Hasil Akhir yang Dikehendaki


1. Tidak ada pemasangan atap yang bergelombang. Ujung atap dan lisplank harus
lurus dan rapi.
2. Pertemuan atap dengan tembok harus kedap air.

PASAL 3
KETENTUAN LAIN-LAIN

1. Semua bahan dan alat-alat perlengkapan yang akan diperoleh atau dipasang
pada bangunan ini sebelum dipergunakan harus diperiksa dan diluluskan oleh
Direksi.
2. Apabila diperlukan pemeriksaan bahan, maka biaya pemeriksaan ditanggung
oleh Pemborong.
3. Jika ada perbedaan antara gambar dan RKS, gambar petunjuk dan gambar
detail maka segera dilaporkan untuk diputuskan dengan tetap mengindahkan
kepentingan bangunan itu sendiri.
4. Apabila ada hal yang tidak tercantum dalam gambar maupun RKS tetapi itu
mutlak dibutuhkan, maka hal tersebut harus dikerjakan / dilaksanakan.
5. Hal-hal yang belum tercantum dalam uraian-uraian dalam Pasal-Pasal RKS ini
akan dijelaskan dalam Aanwijzing.

Penyedia Jasa
CV. DIAN JAYA

WIWIK NURYANTI, S.Psi.


Direktur

Anda mungkin juga menyukai