BAB. I
PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pasal 1
1. Uraian Pekerjaan
1.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi :
a. Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah
Dinas Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako,
dan Ampana Timur) dengan bentuk dan ukuran seperti yang ditunjukan
pada gambar kerja dan dokumen lainnya.
b. Selain pekerjaan utama yang disebut diatas, maka Kontraktor
wajib
melaksanakan pekerjaan lain yang merupakan pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mendukung terlaksananya pekerjaan tersebut
atas biaya kontraktor, misalnya :
1) Membuat Papan Nama Pekerjaan.
2) Pagar Pengaman Proyek
3) Mobilisasi Material
4) Mobilisasi Alat
5) Quality Control
6) Shop drawing
7) Foto dokumentasi
8) Pengurusan Ijin dan keselamatan kerja
c. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak disebutkan satu persatu, tetapi merupakan
suatu kesatuan sistem yang tak bisa dipisahkan.
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
2) Dump Truck
2
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 2
Persyaratan Khusus
3
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
diatas, maupun
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 3
Pagar Pengaman dan Papan Nama Proyek
3.1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor lebih dulu membuat pagar untuk
pengaman, atas biaya kontraktor dan telah diperhitungkan dalam penawaran
kontraktor.
3.2. Papan Nama Proyek dipasang sesuai dengan petunjuk Direksi dan menjadi
beban Kontraktor dan telah diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor.
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 4
Pekerjaan Persiapan
6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 5
Metode Pelaksanaan dan Gambar Kerja
5.1. Metode Pelaksanaan.
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor yang diwakili oleh Site
Manager harus memberikan rencana tertulis mengenai Metode Pelaksanaan.
Metode pelaksanaan harus dipresentasikan dihadapan Direksi, Konsultan Perencana
dan konsultan pengawas. Hasil dari presentasi metode pelaksanaan setelah
disetujui bersama oleh Direksi, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas
merupakan keputusan yang mengikat didalam pelaksanaan pekerjaan ini.
7
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
BAB II
PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal 1
Pekerjaan Pendahuluan
1.1. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
a. Pengukuran dan pemasangan bouwplank dilakukan sekaligus untuk seluruh site,
agar pengaturan perletakan bangunan tidak meleset serta menjaga
kemungkinan perubahan-perubahan atau pergeseran-pergeseran sesuai keadaan.
b. Untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai rencana, pengukuran wajib
dilaksanakan dengan menggunakan waterpass dan atau theodolite.
c. Sebelum dipasang papan untuk bouwplank harus diserut rata dan lurus.
d. Patok-patok utama hendaknya ditanam/ditancapkan sedalam/sekuat mungkin
agar tidak terjadi pergeseran. Dan pada saat semua patok sudah
terpasang titik yang telak ditentukan, dianggap perlu untuk dicek kembali
terhadap orientasi sudut rencana.
Pasal 2
Pekerjaan Galian Tanah, Timbunan Dan Pemadatan
2.1. Umum
a. Uraian.
1. Pekerjaan ini mencakup penggalian, penimbunan pengambilan,
pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir
yang disetujui untuk konstruksi timbunan.
2. Segala perubahan dan spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara
tertulis kepada Konsultan dan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Konsultan untuk memulai pekerjaan.
3. Pekerjaan Galian Pondasi Batu Kali dan Pondasi Tapak Poor.
4. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam pasal ini adalah timbunan
dari tanah. Adapun tanah hasil galian pondasi sebagian digunakan untuk
timbunan bangunan yang harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan oleh
Direksi/Konsultan dan sebagian pula dibuang. Timbunan tanah bekas
galian dibuang ketempat yang sudah ditentukan.
b. Survei.
1. Sebelum pekerjaan galian dan timbunan dimulai, harus dilakukan survei
topografi. Level yang disepakati harus dicatat dan ditandatangani
oleh Direksi/Konsultan dan Kontraktor.
2. Kontraktor harus memuat hasil survei dalam bentuk gambar tampak dan
penampang dengan skala yang disetujui oleh Konsultan. Konsultan akan
memverifikasi dan memeriksa gambar tampak dan penampang untuk
dijadikan acuan pekerjaan.
8
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
c. Peralatan.
Kontraktor harus mengajukan metode kerja termasuk output kerja harian,
jumlah, type dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan kepada
Direksi/Konsultan. Semua peralatan yang dipersyaratkan dalam dokumen lelang
harus berada di lokasi dan dapat beroperasi pada saat-saat yang
diperlukan. Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan
dan lingkungan.
b. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan
melebihi tinggi 10 mm atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan
atau disetujui.
2. Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup halus
dan rata serta mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin
pengaliran bebas dari air permukaan.
3. Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis
profil yang ditentukan dengan melebihi 10 cm dari ketebalan yang
dipadatkan.
4. Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang
dipadatkan melebihi 30 cm.
c. Standar Rujukan.
1. Kontraktor harus menyelesaikan semua pengujian dibawah pengawasan
Konsultan dan harus mengajukan laporan dalam waktu 1 (satu) minggu
setelah masing-masing pengujian dilaksanakan.
2. Pengujian mencakup :
a) Analisis Saringan : AASHTO T 88 – 78
b) Pemadatan Lapangan : AASHTO T 99 – 74
c) Penetapan Batas Cair Tanah : AASHTO T 89 – 69
d) Penetapan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah : AASHTO T 90–
70
e) CBR : AASHTO T 193 – 72 f. Unit Weight :
f) Water Content : ASTM d 2216
9
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
h. Pembatasan Cuaca.
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu
hujan turun, dan tak ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah
hujan atau sebaliknya bila kadar air bahan-bahan material berada di luar
batas yang ditentukan.
i. Royalti Bahan-bahan.
Bila bahan-bahan timbunan didapat dari luar daerah milik, Kontraktor harus
membuat semua pengaturan yang diperlukan dan membayar semua biaya dan
royalti kepada pemilik tanah dan pejabat sebelum mengeluarkan bahan-bahan.
j. Bahan-Bahan.
1. Sumber Bahan-bahan.
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.
2. Bahan Timbunan.
a) Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan disetujui
oleh Konsultan sebagai bahan-bahan yang memenuhi syarat untuk
penggunaan dalam pekerjaan permanen. Material yang digunakan
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
2. Penempatan Timbunan.
a) Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
disebarkan merata serta bila dipadatkan akan memenuhi
toleransi ketebalan lapisan yang diberikan. Di mana lebih dari satu lapisan
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
3. Pemadatan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka
setiap lapisan harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat
pemadat yang cocok dan layak serta disetujui oleh Konsultan sampai
suatu kepadatan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
b) Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-
bahan berada dalam batas antara 2 % lebih daripada kadar air
optimum (wet of optimum). Kadar air optimum tersebut harus ditentukan
sebagai kadar air di mana kepadatan kering maksimum diperoleh bila
tanah tersebut dipadatkan sesuai dengan AASHTO T-180.
c) Semua timbunan batuan harus ditutup dengan lapisan dengan tebal 20
cm dari bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak
lebih besar dari 5 cm dan mampu mengisi semua sela-sela bagian atas
timbunan batuan. Lapisan penutup ini harus dibangun sesuai dengan
persyaratan untuk timbunan tanah.
d) Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan
sebagaimana ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Konsultan sebelum lapisan berikutnya ditempatkan.
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
e) Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan ke
arah sumbu areal reklamasi dengan suatu cara yang sedemikian rupa
sehingga setiap bagian menerima jumlah pemadatan yang sama.
f) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat
pemadat biasa, harus ditempatkan dalam lapisan horisontal dari
bahan- bahan lepas tidak lebih dari 15 cm tebal dan seluruhnya
dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat tangan mekanis
(mechanical tamper) yang disetujui. Perhatian khusus harus diberikan
guna menjamin pemadatan yang memuaskan di bawah dan di tepi pipa
untuk menghindari rongga-rongga dan guna menjamin bahwa pipa
ditunjang sepenuhnya.
l. Jaminan Kualitas.
1. Pengawasan Kualitas Bahan
a) Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk
persetujuan awal kualitas bahan-bahan harus sebagaimana diarahkan
oleh Konsultan, tetapi harus termasuk semua pengujian yang relevan yang
telah ditentukan, sekurang-kurangnya tiga contoh yang mewakili sumber
bahan-bahan yang diajukan yang terpilih untuk mewakili serangkaian
kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari sumber tersebut.
b) Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang
diajukan, maka pengujian kualitas bahanbahan tersebut harus
diulangi lagi atas kebijaksanaan tenaga Konsultan, dalam hal
mengenai perubahan yang diamati pada bahan-bahan tersebut
atau pada sumbernya.
c) Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan keanekaragaman bahan yang
dibawa ke tempat proyek. Jangkauan pengujian tersebut harus
sebagaimana diarahkan oleh Konsultan tetapi untuk setiap 1000 meter
kubik timbunan yang diperoleh dari setiap sumber.
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
2. Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan Tanah
a) Ketebalan hamparan untuk setiap lapisan yang akan dipadatkan
adalah 30 cm.
b) Pemadatan setiap lapis yang telah ditentukan harus mencapai
kepadatan minimal 95 % Modified Proctor maximum density pada kadar
air optimum + 2%.
c) Lapisan yang lebih dari 30 cm di atas ketinggian elevasi muka
air rata-rata harus dipadatkan sampai 95 % dari standar
maksimum kepadatan kering yang ditentukan sesuai dengan AASHTO
T-180. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan-bahan
yang tertahan pada ayakan 3/4 inch, kepadatan kering maksimum yang
dipadatkan harus disesuaikan untuk bahan-bahan yang berukuran lebih
besar sebagaimana diarahkan oleh Tenaga Ahli/Insinyur.
d) Pengujian kepadatan dengan uji sand cone harus dilaksanakan untuk
setiap 500 m2 pada setiap lapisan timbunan yang dipadatkan sesuai
dengan ASTM D-1556 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa
kepadatan kurang dari kepadatan yang disyaratkan maka
Kontraktor harus membetulkan pekerjaan tersebut.
3. Percobaan Pemadatan
a) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan
metoda untuk mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal
bahwa Kontraktor tidak mampu untuk mencapai kepadatan yang
disyaratkan, maka pemadatan berikutnya belum boleh dilaksanakan,
kecuali dengan seizin Konsultan Pengawas.
b) Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan
alat pemadat dan kadar air harus diubahubah sampai
kepadatan yang ditentukan tercapai dan disetujui Konsultan. Hasil
percobaan lapangan ini kemudian harus digunakan untuk menentukan
jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis alat pemadat dan kadar air
untuk semua pemadatan yang selanjutnya.
m. Pengukuran.
1. Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-bahan yang
dipadatkan yang diterima lengkap di tempat. Volume yang diukur harus
didasarkan pada gambar penampang melintang yang disetujui dari
profil tanah atau profil galian sebelum suatu timbunan ditempatkan serta
pada garis, kelandaian dan ketinggian dari pekerjaan timbunan akhir yang
ditentukan dan disetujui. Metode perhitungan volume bahan-bahan
harus merupakan metoda luas bidang ujung rata-rata, dengan menggunakan
penampang melintang dari pekerjaan yang berjarak tidak lebih dari 25
meter.
2. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap tambahan timbunan yang diperlukan
sebagai akibat pekerjaan terasiring atau pengikatan timbunan pada lereng
yang ada atau sebagai akibat penurunan pondasi, tidak akan diukur untuk
pembayaran, kecuali :
1. Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang kurang
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
sesuai atau lunak atau untuk mengganti bahan-bahan batuan atau
keras lainnya.
2. Tambahan timbunan diperlukan untuk membetulkan pekerjaan yang
kurang memuaskan atau kurang stabil atau gagal dalam hal bahwa
Kontraktor tidak dianggap bertanggung jawab.
3. Pekerjaan timbunan kecil yang menggunakan timbunan biasa
dinyatakan sebagai bagian dari item pekerjaan tanah tidak akan diukur
untuk pembayaran sebagai timbunan di bawah bab ini.
4. Timbunan yang digunakan diluar batas kontrak dari
konstruksi timbunan atau untuk mengubur bahan-bahan yang tidak
memenuhi syarat atau tidak terpakai, tidak akan dimasukkan dalam
pengukuran timbunan.
5. Bila bahan-bahan galian yang digunakan untuk timbunan, maka
bahan- bahan ini akan dibayar sebagai timbunan di bawah bab ini.
6. Jumlah hasil kerja yang diukur dengan cara di atas akan dibayarkan
berdasarkan mata pembiayaan di bawah ini. Biaya tersebut
sudah termasuk pekerjaan persiapan, penyelesaian dan penempatan
material, keuntungan jasa kontraktor serta semua kegiatan untuk
mencapai hasil kerja yang sebaik-baiknya.
7. Jumlah timbunan yang diukur akan dibayar untuk setiap meter
kubik timbunan.
8. Timbunan yang telah disetujui dan diterima oleh Konsultan
sebagi drainase porous akan diukur dan tidak akan dimasukkan ke
dalam pengukuran timbunan di dalam bab ini.
Pasal 3
Pekerjaan Beton Bertulang
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
p. Ring Balk RB – 1 (25 x 40) (K-250) 21.7 Mpa
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
q. Plat Lantai (K-250) 21,7 Mpa
r. Angkur
Sebelum melakukan pengecoran beton Kontraktor Pelaksana harus melakukan
Mix Design, untuk menguji material yang digunakan dalam pelaksanaan
pembuatan beton.
3.2. Persyaratan Material.
a. Referensi.
SKBI-2.3.53.1987
SNI 03-1727-1989
SNI 03-1728-1989
SNI 03-1736-1989
SNI 03-1750-1990
SNI 03-1756-1990
SNI 03-2461-1991
SNI 03-2495-1991
SNI 03-2834-1992
SNI 03-2847-1992
SNI 03-2854-1992 SPEK SMP 18 I/12
SNI 03-2914-1992
SNI 03-3976-1995
SK SNI S-36–1990–03
SK SNI T-28-1991-03
SK SNI T-15-1992-03
b. Persyaratan Material.
1. Portland Cement Composit (PCC).
Semua PCC yang digunakan harus PCC dengan merk standar yang
disetujui oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan PCC
tipe I sesuai spesifikasi yang termuat dalam SNI dan harus sesuai dengan
kondisi di lapangan. Semua pekerjaan harus menggunakan satu macam
merk PCC, PCC harus disimpan dengan baik, dihindarkan dari kelembaban
sampai tiba saatnya untuk dipakai. PCC yang telah mengeras atau
membatu tidak boleh digunakan, PCC harus disimpan sedemikan rupa
sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil contohnya.
2. Batu Split/Kerikil.
Batu split/kerikil dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta
tidak mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah
yang cukup banyak, yang dapat memperlemah kekuatan beton. Split/kerikil
harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada SNI 1734-1989, atau
daftar berikut ini :
Split/Kerikil Pasir
Ayakan % Lewat Ayakan (Berat
Kering) 30 mm 100 - 10
mm 100
25 mm 90 – 100 5 mm 90 – 100
15 mm 25 – 60 2.5 mm 80 – 100
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
5 mm 0 – 10 1.2 mm 50 – 90
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
2.5 mm 0 – 5 0.6 mm 25 – 60
0.3 mm 10 – 30
0.15 mm 2 – 10
3. Air.
Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam, asam dan
sebaiknya air tersebut dapat diminum.
5. Besi Tulangan.
a) Tulangan besi harus mempunyai diameter yang sesuai dengan
gambar rencana dan bebas dari karat, dengan Mutu Baja Tulangan
dibawah Ø 10 mm, menggunakan jenis BJTP-24 (fy=240 MPa),
sedangkan diatas Ø 10 mm, menggunakan jenis BJTD-40
((fy=400 MPa). Semua dimensi/ukuran besi tulangan yang akan
digunakan merupakan dimensi sebenarnya sesuai keterangan gambar
b) Besi untuk tulangan penyimpanannya harus bebas dari
kontaminasi langsung dengan udara, tanah lembab, aspal, oli (minyak)
dan gemuk.
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
pekerjaan yang sesuai dengan standar pelaksanaan akan mendapatkan hasil
yang sempurna.
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
a. Rencana Kerja, Metode Pelaksanaan dan Ijin Pengecoran.
Kontraktor harus menyerahkan secara tertulis rencana kerja dan
metode pelaksanaan pengecoran caping beam kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis, sebelum pekerjaan pengecoran
dimulai. Sebelum dilaksanakan pengecoran, dilaksanakan pemeriksaan
bersama Kontraktor dan Konsultan Pengawas dan apabila telah memenuhi
syarat ijin pengecoran dapat dikeluarkan.
2. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang terhisap oleh
agregat) tidak boleh melampaui 0,50 (perbandingan berat). Perbandingan
campuran tersebut dapat diubah jika diperlukan untuk mendapatkan mutu
beton yang dikehendaki dengan kepadatan, kekedapan, keawetan dan
kekuatan yang lebih baik dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi yang
disebabkan oleh perubahan tersebut di atas.
3. Percobaan kekuatan beton di lapangan dalam N/mm2 (MPa) dengan
percobaan beton silinder (∅ 15 cm tinggi 30 cm), atas biaya dibuat
kontraktor. Jumlah silinder percobaan yang dibuat harus sesuai dengan SNI
03-2834- 1992. Copy hasil test harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas.
4. Percobaan yang dilakukan dilapangan, pengambilan contoh campuran dan
pengujian harus mengundang dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas. Suatu
kali jika kekuatan beton umur 7 hari kekuatannya kurang dari 70% dari
beton umur 28 hari, maka Konsultan Pengawas berhak
untuk memerintahkan Kontraktor untuk menambah PC ke dalam campuran
beton. Dan apabila terdapat beton dengan umur 28 hari yang tidak
mencapai mutu beton yang dikehendaki, maka pengecoran selanjutnya
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
harus dihentikan
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
sampai persoalan tersebut dapat diselesaikan oleh Kontraktor dan Konsultan
Pengawas.
5. Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup.
Waktu pengadukan beton harus tetap dan normal sehingga menghasilkan
beton yang homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah satu dengan
yang lainnya. Jumlah air dapat diubah sesuai dengan keperluannya dengan
melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban bahan adukan
(agregat) untuk mempertahankan hasil yang homogen, kekentalan dan
kekuatan beton yang dikehendaki.
6. Pengujian kekentalan adukan beton (slump) dan pelaksanaannya sesuai
dengan SNI-3976-1995. Slump yang digunakan dalam proyek ini adalah 8 –
12 cm sesuai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas. Untuk maksud
dan alasan tertentu, dengan persetujuan Konsultan Pengawas dapat dipakai
nilai slump yang menyimpang dari ketentuan di atas asal dipenuhi hal-hal
sebagai berikut :
a) Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi.
b) Tidak terjadi pemisahan dari adukan.
c) Beton yang dapat dikerjakan dengan baik (workability).
b. Persyaratan Bekisting.
1. Bekisting atau perancah harus digunakan bila diperlukan untuk
membatasi adukan beton dan membentuk adukan beton menurut
garis dan permukaan yang diinginkan. Kontraktor harus bertanggungjawab
atas perencanaan yang memadai untuk seluruh bekisting.
2. Pada bagian tertentu Konsultan Pengawas akan memerintahkan
Kontraktor untuk membuat shop drawing dari bekisting.
3. Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
4. Papan bekisting harus terbuat dari polywood, papan yang rata
dan halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk
menghasilkan permukaan yang sempurna seperti terperinci dalam
spesifikasi ini.
5. Toleransi yang diijinkan adalah ± 3 mm untuk garis dan permukaan.
6. Bekisting harus demikian kuat dan kaku terhadap beban dan
lendutan adukan beton yang masih basah dan getaran terhadap beban
konstruksi. Bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum pengecoran.
7. Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip
atau adukan kelur dari sambungan.
8. Pembongkaran dilakukan setelah beton telah mencapai kekuatan
setara dengan umur beton 28 hari dan harus dengan persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas. Pembongkaran dilaksanakan dengan
statis, tanpa goncangan atau kerusakan pada beton.
c. Pengecoran Beton.
1. Pengecoran harus dengan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas dan
dilaksanakan pada waktu Konsultan Pengawas atau Direksi yang ditunjuk
serta Pengawas Kontraktor yang ada di tempat kerja.
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
2. Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk yang dapat
2
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik,
seperti ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
3. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke dalam
papan bekisting yang tinggi/dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya
split/kerikil dari adukan beton. Beton juga tidak boleh dicor
dalam bekisting yang dapat mengakibatkan penimbunan adukan
pada permukaan bekisting di atas beton yang sudah dicor.
f. Perawatan Beton.
Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama
sekurang-kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiraman
air, karung goni basah, atau cara-cara lain yang ditentukan oleh Konsultan
Pengawas. Air yang yang digunakan dalam perawatan harus
memenuhi spesifikasi air untuk campuran beton.
Pasal 4
Pekerjaan Struktur
Atap
BAB III
PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 1
Pekerjaan Adukan Dan Campuran
1.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu Gunung/Batu Kali.
b. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu Bata.
c. Pekerjaan Adukan Lain Seperti Tercantum Dalam Gambar Kerja.
2
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Pasal 2
Pekerjaan Pasangan Batu Gunung/Batu Kali
2
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
dengan ukuran dalam gambar kerja. Demikian pula dengan bagian stek
yang tidak tertanam atau mencuat keatas sepanjang minimum 70 cm atau
sesuai dengan ukuran dalam gambar kerja.
Pasal 3
Pekerjaan Pasangan Batu Bata
2
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Pasal 4
Pekerjaan Beton Non Struktural
2
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
2. Pembesian.
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan, kait-kait dan sengkang (ring), persyaratannya harus
sesuai dengan NI-2 (PBI-1971). Pemasangan dan penggunaan tulangan
beton harus sesuai dengan gambar kerja. Tulangan beton harus diikat dengan
2
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
kuat untuk menjamin agar besi- besi tersebut tidak berubah selama
pengecoran dan harus
2
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
bebas dari papan acuan/bekisting atau lantai kerja dengan memasang selimut
beton dan bantalan tahu beton sesuai dengan NI-2 (PBI-1971).
3. Pekerjaan Acuan/Bekisting.
Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah ditetapkan dalam gambar kerja. Acuan harus dipasang sedemikian rupa
dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak
berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran berlangsung. Acuan
harus rapat (tidak bocor), permukaan licin, bebas dari kotoran tahi
gergaji, potongan kayu, tanah lumpur dan sebagainya.
4. Cara Pengadukan.
Cara pengadukan menggunakan beton molen. Takaran untuk semen
portland, pasir dan koral harus seijin Direksi/Konsultan Pengawas. Beton harus
dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga terjadi penguapan terlalu
cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus
diperhatikan.
5. Pengecoran Beton.
Sebelum pelaksanaan pangecoran, Kontraktor diwajibkan melaksanakan
pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan
sampai jenuh, pemeriksaan ukuran- ukuran dan ketinggian, pemeriksaan
panulangan, dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat
dilaksanakan atas persetujuan Direksi/ Konsultan Pengawas. Pengecoran harus
dilakukan dengan menggunakan alat panggetar beton untuk menjamin beton
cukup padat dan harus dihindarkan dari terjadinya cacat pada beton
seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah
konstruksi. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan
pada hari berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus
disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. Penyambungan beton lama
dengan baton baru harus memakai adukan perekat CALBOND. Permukaan
beton lama yang akan diteruskan pengecorannya harus dikasarkan, dilapis
dengan adukan perekat CALBOND yang pembuatannya sesuai dengan
persyaratan pabrik pembuat, selanjutnya langsung dilakukan pengecoran
baru.
2
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Pasal 5
Pekerjaan Plesteran
2
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
3
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
dipakai plesteran aci halus diatas permukaan plesterannya. Untuk bidang dinding
pasangan yang menggunakan bahan/material akhir lain, permukaan
plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan ikatan
yang lebih baik terhadap bahan/material yang akan digunakan tersebut. Untuk
setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu
bidang datar, harus diberi naat/celah dengan ukuran lebar 0.7 cm dalam 0.5
cm. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pecembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm, untuk setiap jarak 2 m.
Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom
seperti yang dinyatakan dan dicantumkan dalam gambar kerja. Tebal
plestetan adalah minimal 1,5 cm dan maksimum 2,5 cm. Jika ketebalan
melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat yang
diikatkan/dipaku kepermukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk
memperkuat daya lekat plesteran. Pekerjaan plesteran dinding hanya
diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa listrik, pipa
plumbing untuk seluruh bangunan.
d. Pemeliharaan.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan
berlangsung dengan wajar. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi
permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik
panas matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah
penguapan air secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh)
hari setelah pengacian selesai. Kontraktor harus selalu menyiram dengan air
sekurang-kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh, selama plesteran belum
dilapis dengan bahan/material akhir, Kontraktor wajib memelihara dan
menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran dengan biaya
ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
Tidak dibenarkan pakerjaan peyelesaian dengan bahan/material akhir di atas
permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua)
minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain superti yang
disyaratkan tersebut diatas. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi
semua yang disyaratkan oleh Direksi/Konsultan Pengawas, maka Kontraktor
harus membongkar dan memperbaiki sampai disetujui oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan
tidak dapat dijadikan sebagai pekerjaan tambah.
Pasal 6
Pekerjaan Pasangan Keramik
3
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
3
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Pasal 7
Pekerjaan Pengecatan
e. Plamir.
Bahan dan kualitas utama, mutu terbaik.
f. Keaslian Cat.
Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dan produk tersebut diatas
mengenai kemurnian cat yang akan dipergunakan. Pembuktian berupa :
1. Segel kaleng.
2. Test BD.
3. Test laboratorium.
4. Hasil akhir pengecatan.
Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor. Hasil tes kemurnian
ini harus mendapatkan rekomendasi tertulis dari produsen dan diserahkan ke
Direksi/Konsullan Pengawas.
g. Contoh Pengecatan.
Kontraktor harus menyiapkan contah pengecatan tiap warna dan jenis cat pada
bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2 Pada bidang-bidang tersebut
harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis
lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan terakhir).
h. Cat Cadangan.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas, untuk
kemudian diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 2 Galon tiap warna dan jenis cat
yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantumkan dengan identitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan dipakai
sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.
cleaner, semprotan dan sebagainya harus tersedia dari mutu/kualitas terbaik dan
jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
e. Cat Dasar.
Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan
hanya boleh dilakukan bila disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
f. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan
kain kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas terkecuali disyaratkan lain dalam spesfikasi ini.
g. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen
bahan/material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.
h. Standard Pengecatan (Mock-Up)
Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada
satu bidang untuk setiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-
bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material
dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini
ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Jika masing-masing
bidang tersebut telah ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan
Perencana, maka bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal
keseluruhan Pekejaan Pengecatan.
i. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksil Konsultan Pengawas harus
diulang dan diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada
cat dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana
ditunjukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung
Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
j. Selama pelaksanaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli/supervisi
dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di-
klaim sebagai pekerjaan tambah.
k. Pekejaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata, Beton, d a n
Langit- langit:
1. Sebelum pelaksanaan :
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran atau noda
lain, bekas- bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah
dicat dan dalam kondisi kering.
2. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin
menggunakan roller.
Pasal 8
Pekerjaan Kusen Dan Pintu Aluminium
8.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan kusen aluminium untuk pintu dan jendela.
b. Pekerjaan rangka daun pintu dan daun jendela aluminium.
c. Pekerjaan pintu kaca tempered pada pintu utama dan yg lainnya sesuai
petunuk pada gambar kerja
d. Pekerjaan kusen, rangka daun pintu dan jendela lengkap lainnya sesuai
tercantum dalam gambar kerja.
3
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
3
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
drawing” dan membuat contoh jadi (mock- up) detail hubungan bagian tertentu
yang dimintakan oleh Direksi/Konsultan Pengawas untuk disetujui dengan
petunjuk sebagai berikut :
Gambar : Uraian/Informasi.
Denah : Lokasi, jenis bukaan, engsel-engsel.
Daftar jenis pintu : Merk, kualitas, bentuk, material, finish, tipe, jendela,
bovenlicht anti karat, anti yap, glass hardware, dll.
Shop drawing detail : Tipe/jenis ukuran, finish permukaan, glazing metode,
lokasi, metoda instalasi, hardware, dll. Dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor wajib
memperhatikan persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
Perlengkapan Pintu dan Jendela. Semua kusen dan
rangka daun harus dikerjakan selain pabrikasi dengan
teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Kusen dan
rangka daun harus dilindungi dari kerusakan, retak,
bercak, noda, lubang, goresan-goresan, pada
permukaan yang tampak selama fabrikasi maupun
pemasangan. Apabila ditemui kerusakan, cacat, salah
pemasangan, ketidak tepatan pemasangan, karena
Kontraktor kurang cermat dan teliti, maka Kontraktor
harus memperbaiki/ membongkar/mengganti hingga
memenuhi spesifikasi dengan biaya ditanggung
Kontraktor tanpa dapat di klaim sebagai pekerjaan
tambah. Pemasangan kusen bersamaan dengan
pelaksanaan pekerjaan dinding dan kolom praktis,
khususnya pada kusen-kusen yang langsung diapit
oleh
kolom praktis. Prinsip pelaksanaan ini
perlu diperhatikan dan dijaga agar angker kusen tetap
dapat barfungsi.
3
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
sehingga tidak terlihat dari luar, menggunakan sekrup anti karat/stainless
steel,
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
tiap sambungan harus kedap air. Untuk pemegang profil dan perlengkapan lain
dari profil aluminium yang akan kontak dengan permukaan metal (besi,
tembaga dan lain-lain), maka permukaan metal bersangkutan harus
diteri lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi. Toleransi
pemasangan profil aluminium dengan dinding adalah 10-25mm, kemudian
celah yang terjadi diberi beton ringan (grout).
Agar kedap air dan kedap suara sekeliling tepi profil diberi lapisan sealant, profil
yang bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plesteran
diberi lapisan “Anti Corrosive Treatment” dengan insulating varnish
seperti Asphaltic Varnish. Setelah pemasangan profil-kusen aluminium dan
jendela, maka sekeliling kusen yang berhubungan langsung dengan permukaan
dinding perlu diberi lapisan Vynil tape untuk mencegah korosi selama masa
pembangunan.
Profil aluminium harus terpasang dengan kuat pada setiap
hubungan bersudut 90 derajat Apabila tidak terpenuhi, Kontraktor harus
membongkar, biaya yang timbul adalah tanggungan Kontraktor. Semua sistem
dan mekanisme yang disyaratkan dalam gambar kerja harus berfungsi dengan
sempurna. Daun pintu dan jendela harus dapat dibuka dengan sempurna,
apabila terjadi kemacetan Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki,
biaya yang timbul adalah tanggungan Kontraktor.
Pada daun pintu ganda/double door, untuk memperoleh kekedapan terhadap
kebocoran udara terutama pada ruang yang dikondisikan, hendaknya dipasang
Mohair, jika perlu dapat digunakan Synthetic Rubber atau bahan dari Synthetic
Resin. Kaca harus diteliti dengan seksama pada saat terpasang, tidak boleh
menimbulkan getaran. Apabila masih terjadi getaran, maka “Profil Rubber Seal’
pemegang kaca harus diganti atas biaya Kontraktor.
Pemasangan bahankedap air antara kaca dan profil aluminium disyaratkan
tebal minimum 5 mm. Bahan sealant yang tampak harus merupakan garis Iurus,
sejajar garis profil, bahan yang mengenai kaca terpasang tidak melebihi 5
mm dari garis profil. Kotor akibat noda-noda pada permukaan profil,
setelah pemasangan harus dibersihkan dengan “Volatile olie". Pintu-pintu dan
jendela harus dilindungi dengan “Corrugated Card Board” dengan hati-hati agar
terlindung dari bentutan alat-alat pada waktu pembangunan. Bila profil
ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan pelindung harus
digunakan. Kemudian bercak noda tersebut dicuci dengan air bersih,
sebelum kering sapu dengan kain yang halus kemudian diberi material
pelindung.
Pasal 9
Pekerjaan Perlengkapan Pintu Dan Jendela Alluminium
(Alat Penggantung Dan Kunci)
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
c. Silinder (Cylinder).
1. Spesiflkasi : Sistem anak kunci dua arah.
Pemakaian : Pintu kayu pada setiap
bangunan.
2. Spesifikasi : Pegangan dalam/luar yang dapat diputar dengan tombol
penekan pada pegangan dalam Jika dalam keadaan darurat, pintu
dapat dibuka dan sisi luar dengan “emergency pin”
Pemakaian : Pintu kamar mandi.
d. Pegangan Pintu Alluminium Jenis PHD 718 / 50 cm dipasang pada pintu kaca
tempered 12 mm
Spesiflkasi : Pegangan dalam yang dapat diputar dengan tombol
penekan pada pegangan dalam, indikator isi/kosong pada
sisi luar
Pemakaian : Pada semua pintu ruangan
Spesifikasi : Pegangan dalam/luar dengan pull handel stainlessteel
b. Slot
Spesifikasi : Spring knip.
Pemakaian : Semua jendela
jungkit. Warna : Ditentukan kemudian.
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Pasal 10
Pekerjaan
Plafond
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Pasal 11
Pekerjaan Alluminium Compossit Panel (ACP)
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Pasal 12
Pekarjaan Sanitair
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Pasal 13
Pekerjaan Perlindungan
b. Pekerjaan Sealant.
Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus kering betul, bersih bebas
dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel bahan/material
yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya. Permukaan bahan harus sudah
difinish. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan
tertutup karena sealant memerlukan kelembaban atmosfir untuk
mengeras. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan
cara pemasangan dan jenis sealant yang dibedakan berdasarkan
macam/jenis material yaitu :
1. Material keramik/kaca.
2. Material metal.
3. Material kayu.
4. Material beton.
5. Material Alluminium Compossit Panel
6. Material Acrylic
7. Permukaan aduk plestetan dan lain-lain.
c. Pekerjaan Grouting.
1. Persiapan Permukaan.
Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat, terkecuali
untuk baja stainless steel, persyaratan ini tidak berlaku. Permukaan
lubang pada beton maupun pasangan batu bata harus bersih dan bebas
dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan/semen, partikel
bahan/material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya.
Sebelum pemberian grouting, permukaan lubang harus dibasahi terlebih
dahulu tetapi tidak diperkenankan ada butiran air diatas permukaan
tersebut pada waktu pelaksanaan grouting.
2. Pelaksanaan.
Aduk grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh
celah/lubang tertutup padat, tidak ada rongga, rata permukaan agar tidak
terbentuk rongga udara. Apabila celah/lubang berukuran kecil, pengisian
aduk grouting dapat mempergunakan corong/alat lain.
3. Perawatan/curing dan Perbaikan.
Permukaan aduk grouting harus dilindungi dari pengeringan dan
pengerasan yang terlalu cepat dengan cara ditutup dengan kain basah.
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
d. Pekerjaan Waterprofing.
1. Persiapan permukaan.
Bekisting pada bagian/sisi bawah pelat lantai dan pelat atap beton harus
sudah dilepas agar tidak menghambat butir-butir air dalam beton untuk
keluar. Perawatan beton minimum telah melewati 7 hari dari yang
disyaratkan pekerjaan beton struktural.
Permukaan harus betul-betul kering sebelum pelaksanaan lapisan
waterprofing. Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak, retak
atau lubang, serbuk beton, debu gumpalan/aduk beton, atau bagian-bagian
yang menonjol tajam, permukaan halus dan rata. Retak, lubang yang tidak
berguna dan sebagainya harus ditutup dengan adukan kedap air 1 Pc : 3
Psr hingga padat dan diratakan permukaannya.
e. Jaminan/Garansi.
Kontraktor wajib menyerahkan jaminan/garansi tertulis bahwa pekerjaan,
perbaikan dan perawatan dari bagianbagian pekerjaan perlindungan ini telah
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Pasal 14
Sistem Plumbing
b. Kotoran Cair
1. Sistem pendistribusian air kotor dari lavatory dari floor drain
dialirkan langsung kedalam Saft menuju pipa pembuangan Ø 4”, menuju
saluran keliling bangunan dan disalurkan menuju Riol Kota.
2. Sistem pendistribusian air kotor dari lavatori dari Wastafel dan
Urinoir dialirkan langsung menuju pipa pembuangan Ø 4”, melalui shaft
menuju saluran keliling bangunan.
3. Sistem pendistribusian kotoran padat dari KM/WC dari Closet dialirkan
langsung menuju pipa pembuangan Ø 4”, melalui shaft menuju
septicktank bangunan.
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
BAB 4
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL
Pasal 1
Sistem Elektrikal
4.2. Standard/Rujukan.
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987)
b. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
c. International Electrotechnical Commission (IEC)
d. SPLN.
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
memberikan koreksi factor (cos phi) total minimal 0,85. Fitting lampu SL
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
type.
4. Finishing untuk lampu SL harus di Cat Oven/Powder Coating.
Syarat Umum.
1. Semua lighting fixtures menggunakan cat bakar bebas dan karat, dengan
ICI acrylic paint warna putih susu, contoh harus disetujui deh
Perencana/Direksi Pengawas.
2. Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan
efisiensi penerangan yang maksimal, rapih kuat sera sedemikian rupa
hingga pekerjaan-pekerjaan seperti panggantian lampu,
pembersihan, pemeriksaan dan pekerjaan pemeliharaan dengan mudah
dapat dilaksanakan.
3. Pada semua lighting fixtures harus ditanahkan (grounding).
d. Konduit.
1. Konduit yang digunakan, harus memenuhi standard yang
berlaku (British Standard-BS dan Elecbonical Standardization
CENELEC) untuk pengujian karakteristik bahan antara lain, tahan
terhadap bahaya kebakaran tingan kelenturannya dan lahan terhadap
getaran mekanis (tidak mudah pecah) pada saat pengecoran lantai atau
kolom beton.
2. Konduit yang dipakai adalah dan jenis PVC High Impact atau metal
conduit, dimana diameter dalam dari konduit minimum 1,5 kali diameter
kabel dan minimum diameter dalam adalah 10 mm, atau dinyatakan lain
pada gambar. Sedangkan untuk FRC (Fina Recistance
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Cable) menggunakan G.1.P dengan diameter 2 ½ kali diameter kabel.
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
e. Grounding.
1. Kawat grounding menggunakan kawat telanjang (Bare Copper
Conductor).
2. Besarnya kawat grounding minimal berpenampang sama dengan
penampang kabel masuk (incoming feeder).
3. Elektroda pentanahan untuk grounding digunakan pipa galvanized
minimal berdiameter 11/4”, diujung pipa dipasang copper rod sepanjang
0,5 meter.
4. Nilai tahanan grounding untuk panel-panel maksimum 2 ohm, diukur
setelah tidak turun hujan selama 3 hari berturut-turut.
5. Kedalaman grounding minimum 6 meter.
b. Kabel-kabel.
1. Semua kabel dikedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang
jelas dan tidak mudah lepas untuk mengidentifikasikan arah beban.
2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasanya sasuai dengan WIL 1987 pasal 701.
Sedangkan untuk kabel instalasi penerangan (NYM) yang digunakan harus
terdiri dari 4 macam warna sesuai dengan ketentuan PUIL (R, S, T, Neutra1
dan grounding).
3. Kabel daya yang dipasang pada shaft/dinding bangunan
harus diletakkan diatas tangga kabel (cable leadder) atau cable tray
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
yang semuanya ditata dan diklem dengan rapi.
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
2. Kotak kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab harus
type water dicht (bila ada).
e. KWH Meter.
1. Penempatan KWH meter baik dalam panel-panel utama maupun yang
terpasang dalam sub-sub panel harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga mudah dilihat/dibaca dengan baik.
2. Koordinasi penempatan KWH meter ditentukan kemudian
3. dilapangan setelah disepakati barsama Arsitek.
f. Lampu Penerangan.
1. Pemasangan lampu penerangan disesuaikan dengan rencana
plafond Arsitek dan disetujui Pengawas Lapangan.
2. Lampu tidak diperkenankan memberi beban pada rangka plafond
3. yang terbuat dan bahan aluminium.
4. Tiang lampu penerangan luar dipasang tegak lurus.
5. Lampu penerangan luar dibuat dengan pondasi dan dipasang kotak
pengaman (fuse box ) pada ketinggian maximum 50 cm dari tanah.
4.5. Pengujian.
a. Umum.
Sebelum semua peralatan utama dan sistem dipasang, harus diadakan pengujian
secara individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi
dengan sertifikatkat pangujian yang baik dari pabrik yang bersangkutan
dan LMK/PLN sarta instansi lain yang berwenang untuk itu. Setelah
paralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh
dari sisbm, untuk menjamin bahwa sistem berfungsi dengan baik. Semua
biaya untuk mendapatkan sertifikat Iulus pengujian dan peralatan untuk
pengujian yang perlu disediakan oleh Kontraktor menjadi tanggung jawab
Kontraktor sandiri.
b. Peralatan dan Bahan.
Peralatan dan bahan Instalasi Listrik yang harus diuji.
1. Panel-panel tegangan rendah.
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
3. Lighting Fixtures.
Setiap lighting fixtures yang menggunakan ballast dan kapasitor harus
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
dilakukan pengujian atau pengukuran faktor daya (cos phi). Dalam hal ini
faktor daya yang diperbolehkan minimal 0,85.
4. Motor-motor Listrik.
a) Motor-motor listrik yang terpasang, harus dari type yang sesuai
dengan pemakaian dan lokasi dimana motor-motor tersebut dipasang.
b) Pengukuran tahanan isolasi motor-motor listrik harus dilakukan.
c) Pemasangan motor-motor listriik bisa dilaksanakan setelah penunjukkan
hasil pengukuran tidak melanggar ketentuan- ketentuan PUIL 1987.
4.7. Produk.
a. Bahan atau peralatan harus memenuhi spesifikasi.
b. Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang
setara dengan yang dispesifikasikan ke MK. Kontraktor baru bisa mengganti
bila ada persetujuan resmi dan tertulis.
c. Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut
: Bahan/Peralatan Merk/Pembuat
1. Terminal Block
2. MCCB, MCB
3. Pembuat Panel
4. Kabel
5. Conduit High Impact
6. Konduit PVC, AW
7. GIP Med. Class
8. Cable Mark
9. Lampu :
a. RMI AL + Keranjang
b. SL Type Downlight
c. SL Bulb Type Baret
d. SL Type Spot Flood Light
10. Kotak Kontak
11. Kotak Kontak Industry/Isolating Switch
12. Saklar Biasa
13. Saklar Photosell untuk lampu yang berada diluar gedung
14. Metal Conduit
15. Cable Leadder/Tray
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Pasal 2
Sistem Penangkal Petir
2.2. Standard/Rujukan.
a. Undang-Undang No. 12 Tahun 1967
b. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
d. Permen No. PER. 02/MEN/1989
Ada bagian utama pada cara kerja penangkal petir konvensional: Batang
penangkal petir dan cara kerja penangkal petir konvensional, Tempat pembumian
penangkal petir cara kerja penangkal petir konvensional.
Cara kerja penangkal petir konvensional berupa batang tembaga murni yang
ujungnya tembaganya runcing. Batang penangkal petir dan cara kerja penangkal
petir konvensional dibuat menjadi runcing karena muatan listrik mempunyai sifat
mudah berkumpul dan lepas pada ujung logam penangkal petir. Dengan demikian
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang ada di awan.
Cara kerja penangkal petir konvensional ini biasa berkerja pada bagian puncak
sebuah bangunan atau gedung.
Kabel konduktor atau kabel tembaga dibuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter
jalinan kabel konduktor tembaga ini sekitar 1 cm hingga 2 cm . Kabel
konduktor tembaga berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari batang
penangkal petir yang bermuatan listrik ke tanah. Kabel konduktor penangkal
petir dan cara kerja penangkal petir konvensional dipasang dan berkerja pada
dinding di bagian luar bangunan.
Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka
muatan listrik positif di tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera
merambat naik melalui kabel konduktor penangkal petir menuju ke ujung batang
alat penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif berada cukup dekat di atas atap,
daya tarik menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan positif di
ujung-ujung alat penangkal petir tertarik ke arah muatan negatif. Pertemuan kedua
muatan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik yang melewati kabel tembaga
penangkal petir dan cara kerja penangkal petir konvensional itu akan mengalir ke
dalam tanah, melalui kabel konduktor penangkal petir yang disebut cara kerja
penangkal petir konvensional. Dengan demikian sambaran petir tidak mengenai
bangunan yang dilewati cara kerja penangkal petir konvensional. Tetapi sambaran
petir dapat merambat ke dalam bangunan melalui kawat jaringan listrik dan
bahayanya dapat merusak alat-alat elektronik di bangunan yang terhubung ke
jaringan listrik itu, selain itu juga dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan.
Untuk mencegah kerusakan akibat jaringan listrik tersambar petir, biasanya di
dalam bangunan dipasangi alat yang disebut penstabil arus listrik (surge
arrestor), yaitu semacam internal proteksi penangkal petir yang tergantung pada
cara kerja penangkal petir konvensional.
Pemasangan penangkal petir dan cara kerja penangkal petir konvensional adalah
memberikan saluran elektrik dari atas bangunan ke tanah menggunakan kawat
tembaga dengan tujuan bila ada sambaran petir yang mengenai atas bangunan
maka arus petir bisa mengalir ke bumi atau ground dengan baik. Standart kabel yg
di gunakan adalah minimal 50 mm” (SNI), untuk memilih kabel di bawah 50 mm”
tidak di sarankan walau kenyataan di lapangan banyak di gunakan dan dipastikan
penangkal petir tersebut tidak akan bekerja efektif dan efisien. Ingat cara kerja
penangkal petir konvensional yang bekerja sempurna harus mempunyai nilai
hambatan jauh dibawah satu ohm atau mendekati nilai nol ohm.
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Cara kerja penangkal petir konvensional yang benar adalah sebagai beikut.
Langkah pertama yang harus di lakukan adalah memilih jalur penurunan kabel, ada
2 hal penting dalam pemilihan jalur kabel ini. Pertama jalur kabel tembaga
penangkal petir dan cara kerja penangkal petir konvensional yang paling pendek
dengan pertimbangan lebih hemat dan hambatan kabel tembaga yang paling kecil,
hal kedua yang juga harus diperhatikan adalah diusahakan sedikit
mungkin belokan/tekukan agar tidak terjadi loncatan keluar jalur kabel (Site Flasing)
dan pekerjaan pemasangan penangkal petir dan cara kerja penangkal petir
konvensional dimulai dari bawah / ground.
Pasal 3
Sistem Pencegah Kebakaran
(Fire Suppression)
3.3. Standard/Rujukan.
a. Permen PU No. 26/PRT/M/2008
b. NFPA (National Fire Protection Association)
kecil sebagai penampung gas pemberi tekanan (biasanya CO2). Tabung ini
terdapat di bagian dalam sebelah atas persis dibawah valve, saat valve ditekan ia
akan menekan membran pada tabung CO2 sehingga terjadi lubang, CO2 akan
keluar mengisi tabung yang besar dan memberi tekanan yang akan mendorong
media keluar lewat valve.Untuk tabung jenis ini tidak terdapat pressure gauge.
Media pemadam yang umum digunakan untuk jenis ini adalah ABC Dry Chemical
powder.
Tabung portable ini dipasang pada daerah-daerah tertentu yang membutuhkan
tingkat kondisi kebakaran tinggi dan mudah dijangkau, seperti ruang pantry,
dan area publik yang dianggap perlu.
Pasal 4
Instalasi Mesin Pompa Air
4.2. Uraian.
1. Tiang menara toren menggunakan besi siku minimal 50 X 50 mm
2. Tebal Tiang besi siku 5 mm
3. Jaro palang tiang bisa menggunakan besi siku 40 X 40 mm
Menara tandon air atau toren air ini banyak yang menggunakan bahan besi dengan
dirancang khusus supaya mampu menahan beban banyak air. Semakin besar
tandon air yang anda miliki maka semakin besar pula ukuran dari menara tersebut.
Pasal 5
Pekerjaan Ruang Genset
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
A. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan/peralatan-peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan
untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan galian pondasi untuk
pekerjaan sub-struktur, seperti yang disebutkan/
ditunjukkan pada gambar atau sesuai dengan Pemberi Tugas/
Pengawas
c. Juga termasuk didalamnya adalah pekerjaan galian
untuk saluran-saluran dan pekerjaan- pekerjaan lain sesuai
gambar yang memerlukan pekerjaan galian
d. Pembuangan sisa galian ke tempat yang disetujui Pemberi
Tugas/Pengawas
B. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Galian untuk reservoir, saluran air, pondasi dan galian-galian
lainnya harus sesuai dengan peil-peil yang tercantum digambar.
Semua bekas-bekas pondasi bangunan lama, batu ,jaringan
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
jalan/aspal, akar dan pohon-pohon yang terdapat di bagian
galian yang akan dilaksanakan dibongkar dan dibuang
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
kapasitas dan jumlah pompa yang akan dipergunakan serta
kedalaman dan jumlah
6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
3. PEKERJAAN BETON
Beton
a. Umum
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua macam
beton biasa dengan mutu beton fc’ = 21,7 Mpa untuk struktur utama
(kecuali ditentukan lain), beton bertulang dengan penulangannya,
bekisting, finishing dan pekerjaan-pekerjaan lain sesuai
dengan gambar-gambar dan persyaratan.
b. Material
Semua bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini terdiri dari :
Agregat
6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Agregat harus terdiri dari gradasi-gradasi yang terhalus sampai kasar
6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Semen
Semen yang dipakai harus dari mutu terbaik seperti
disyaratkan dalam NI – 8 Bab 3.2.
Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja
yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton.
Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang
tertutup oleh pabrik dan terlindung.
Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat yang tidak
terkena air (dengan lantai terangkat) dan ditumpuk dalam urutan
pengiriman.
Tinggi penumpukan tidak boleh lebih dari 2 m. Semen yang rusak
atau tercampur apapun tidak boleh dipakai.
Pembesian
Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara
sedemikian rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan
tanah lembab maupun basah, aspal, oli/minyak gemuk (fat).
Juga besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan
ukuran masing-masing.
Besi penulangan harus sesuai dengan persyaratan dalam NI – 2 Bab
3.7 yang dinyatakan sebagai U – 32 (Besi Ulir), untuk diameter
diatas 13 mm sedangkan untuk dibawah 13 mm adalah U-24 (Besi
Polos), sesuai dengan keterangan pada gambar perencanaan.
Kawat pengikat harus berukuran minimal garis tengah 1 mm
seperti yang disyaratkan dalam NI – 2 Bab 3.7.
Penggunaan besi ulir atau besi polos harus memperhatikan gambar
detail pada gambar rencana.
Air
Air yang dipakai untuk pengecoran harus bersih sesuai dengan
persyaratan dalam NI – 2 Bab 3.6.
Sebelum air untuk pengecoran dipergunakan, harus terlebih dahulu
6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
5. Lantai Kerja
Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai
dasarnya, harus diberikan pasir 10 cm dan lantai kerja minimal 5
cm, dengan menggunakan beton fc = 7.4 MPa di bawah
konstruksi beton tersebut.
Sebelum pengecoran lantai kerja dilakukan, lapisan pasir
tersebut harus dipadatkan terlebih dahulu.
6. Kolom dan Balok Praktis
Kontraktor harus memberikan/merencanakan kolom-kolom
praktis untuk pemasangan dinding seluas 10 m2 atau
dimana dianggap perlu harus dipasang kolom praktis.
7. Pemeliharaan Beton
Beton yang sudah dicor pada tempatnya harus dijaga agar
selalu lembab dengan jalan menutup beton dengan karung
basah atau menyiram dengan air secara rutin, sehingga beton
berumur satu minggu. Pada umur 24 jam harus dijaga dari air
hujan yang deras, air mengalir, getaran-getaran dan sinar
matahari.
6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
8. Masa Pelaksanaan
Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara
kontinyu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Paling
sedikit
7
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
e. Bahan Additive
Pemakaian bahan additive harus disertai percobaan
laboratorium guna mendapatkan hasil yang baik yang disetujui
Direksi Pengawas. Bahan additive ini harus memenuhi persyaratan
ASTM atau JIS.
f. Bekisting
1. Umum
Bekisting harus direncanakan, dilaksanakan dan
diusahakan sedemikian rupa agar pada waktu pengecoran dan
pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat, gelombang-
gelombang maupun perubahan-perubahan bentuk, ukuran-
ukuran, ketinggian-ketinggian serta posisi daripada beton
yang dicor. Perencanaan pelaksanaan, serta pembongkaran
bekisting harus sesuai dengan cara- cara yang disarankan dan
kriteria di dalam NI – 2 Bab 5.8.
Permukaan bekisting yang berhubungan dengan beton
harus benar-benar bersih sebelum digunakan.
Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara, yang dapat
mencegah defleksi bahan-bahan bekisting. Bekisting beserta
sambungan-sambungannya harus rapat sehingga dapat
7
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama pengecoran.
Lubang-lubang permukaan sementara harus disediakan di dalam
7
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
7
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Pekerjaan Dinding
a. Lingkup Pekerjaan
Pengadaan tenaga kerja, peralatan, dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk pekerjaan pasangan bata sesuai gambar
rencana dan RKS.
Pelaksanaan
Pengerukan Siar ;
Semua dinding siar harus dikeruk dengan menggunakan pecahan
blok hebel atau dengan papan amplas, untuk menjamin melekatnya
plesteran ke dinding dengan baik.
Perlindungan ;
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan dinding yang tidak terlindung,
bilamana hujan perlu diberi perlindungan pada bagian atasnya.
Pemeliharaan ;
Dinding harus dijaga agar tetap lembab selama min. 7 hari setelah
dilaksanakan.
7
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
Kolom Praktis
Pada tiap jarak 3 meter dalam blok hebel (atau pada sambungan-
sambungan antara, sehingga luas bidang blok hebel max. 12 m2) dan
pada semua pertemuan dinding, harus dibuat kolom praktis dari beton
dengan lebar 15 cm setebal blok hebel. Kolom ini harus dibuat
sesuai dengan kemajuan pekerjaan blok hebel, diberi tulangan pokok 4
dia. 8 mm serta beugel dia. 6 pada tiap jarak 20 cm, atau seperti
tercantum dalam gambar.
Pekerjaan Pelesteran
Pelaksanaan.
Tebal plesteran 10 mm dan harus menghasilkan permukaan sesuai
persetujuan Direksi. Harus dipasang aduk-adukan patokan untuk
mendapatkan permukaan yang rata.
Plesteran diratakan dengan menggunakan papan kayu yang
lurus. Plesteran harus dijaga agar tetap dalam keadaan lembab
selama minimum 7 hari setelah dipasang. Pembasahan permukaan
plesteran harus segera dimulai pasa saat plesteran mulai
mengeras untuk mencegah terjadinya cacat-cacat pada keadaan
cuaca panas plesteran harus dilindungi terhadap pengeringan yang
tidak merata atau berlebihan.
5. PEKERJAAN PENGECATAN
a) Bahan dan Syarat-syarat ;
Semua bahan cat harus dari penyalur yang disetujui
MK/Konsultan Pengawas. Pengerjaan pengecatan harus
mengikuti petunjuk- petunjuk dari pabrik yang bersangkutan.
Sebelum pengecatan, maka cat dalam kaleng harus diaduk
secara baik sebelum dituangkan dalam tempat cat yang
disediakan. Tanpa petunjuk dari pabrik maka penggunaan zat-zat
pengering dan lain- lain tidak dibenarkan.
b) Pekerjaan Permulaan Cat Dasar Kayu ;
7
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
jangan menggunakan plamur setelah
7
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
acian dilaksanakan.
Pengecetan (Finishing)
Pengecetan harus dilakukan sebagai berikut:
a. Tembok
Dua Lapis cat emulsi untuk dinding dalam dan luar, untuk
dinding harus menggunakan cat khusus untuk luar.
7
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
BAB 5
PEKERJAAN SARANA LUAR
Pasal 1
Pekerjaan Septictank dan Peresapan
8
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
atas ruang limbah cair lalu pasang dengan tutup yang telah terbuat dari pipa
PVC. Gunanya untuk membuka tutup septictank jadi sewaktu-waktu
septictank penuh bisa dengan mudah di sedot.
8) Menyambung pipa dari WC ke septictank, penyambungan harus lurus
jangan berngko karena akan menyebabkan kemacetan.
Pasal 2
Pekerjaan Saluran Air
Hujan
8
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
BAB 6
PEKERJAAN PAGAR
Pasal 1
Pekerjaan Pagar
a. Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati diaduk dalam bak kayu
yang besarnya memenuhi syarat. Mencampur semen dan pasir harus
dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat
8
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
campuran yang
8
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
8
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
diselesaikan dengan cat, satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera
dalam gambar denah dan notasi penyelesaian dinding.
8
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
8
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
pasir perbandingan 1 Pc : 4 Ps.
8
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
8
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana
BAB 7
PENUTUP
a. Semua sisa-sisa bahan bangunan dan sampah lainnya serta alat-alat bantu
harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan, segera setelah pekerjaan selesai atas
biaya Kontraktor. Untuk itu Kontraktor harus memperhitungkannya dalam
penawaran khusus mengenai mobilisasi/demobilisasi peralatan serta pembersihan
seluruh lokasi sebelum dan setelah pekerjaan selesai.
b. Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam spesifikasi teknis ini dan
memerlukan penyelesaian di lapangan, maka akan diatur/dibicarakan kemudian
dalam rapat-rapat koordinasi lapangan oleh Direksi, Konsultan Pengawas, Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Perencana dan atas persetujuan Pejabat Pembuat
Komitmen atau pihak Penyedia Jasa.