PASAL 1
PERATURAN TEKNIS
PASAL 2
URAIAN / PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN
PASAL 3
JADWAL
Paling lambat 2 (dua) minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang pelelangan, pemborong
diharuskan mengajukan ;
a. Jadwal waktu (time Schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan minimal
menggunakan kurva S
b. Jadwal pengadaan bahan material
c. Struktur organisasi pelaksana lapangan
Bagan-bagan yang disebutkan diatas (a) sampai (d) harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pekerjaan sebagai dasar/patokan pemborong dalam melaksanakan pekerjaan dan
pemborong wajib mengikutinya.
PASAL 4
PEIL DAN PENGUKURAN
a. Pemborong wajib memberitahukan kepada Direksi pekerjaan bagian pekerjaan yang akan
dimulai, untuk dicek terlebih dahulu ketetapan-ketetapan peil-peil dan ukuran-ukurannya.
b. Pemborong diwajibkan mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lainnya dalam tiap
pekerjaan, dan melapor secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan jika ada
perselisihan/perbedaan-perbedaan ukuran untuk diberi keputusan.
Tidak dibenarkan pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut, tanpa persetujuan
Direksi.
c. Pemborong bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan selanjutnya, maka ketetapan peil-
peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja.
d. Mengingat kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian pekerjaan selanjutnya, maka
ketetapan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan.
Kelalaian pemborong dalam hal ini akan ditolerir dan Direksi pekerjaan berhak untuk
membongkar pekerjaan atas biaya pemborong.
PASAL 5
PEMAKAIAN UKURAN
a. Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum
dalam Rencana Kerja & Syarat-syarat serta gambar-gambar berikut tambahan dan
perubahannya.
b. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagian-bagiannya dan memberitahukan Direksi pekerjaan tentang setiap perbedaan yang
ditemukan didalam RKS dan gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan, pemborong
dapat membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakan pekerjaan setelah ada
persetujuan secara tertulis oleh Direksi.
c. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan didalam hal apapun menjadi
tanggung jawab pemborong.
PASAL 6
KANTOR DIREKSI, PEMBORONG DAN GUDANG
a. Pemborong harus menyediakan kantor Direksi pekerjaan yang dilengkapi dengan ruang
rapat, ruang direksi lengkap, serta fasilitas kamar mandi/WC. Perlengkapan personil
antara lain topi pengaman dan alat-alat ukur lengkap.
b. Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan pemborong harus membuat gudang.
c. Pembuatan kantor pemborong juga menyediakan perlengkapan seperti kantor Direksi
pekerjaan serta fasilitas kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari.
d. Pemborong harus menyediakan sarana alat tulis menulis seperti buku harian untuk
catatan-catatan, teguran, saran dan petunjuk dalam pelaksanaan berupa buku tamu, buku
direksi/pengawas.
Jenis laporan/catatan yang harus dibuat adalah :
1). Laporan Harian, yang terdiri dari :
a. Catatan kemajuan fisik setiap hari;
b. Catatan mengenai cuaca setiap hari;
c. Catatan bahan-bahan yang diterima maupun ditolak oleh pengawas lapangan;
d. Catatan sipil tenaga kerja yang masuk (bekerja) pada setiap hari;
e. Catatan-catatan mengenai kejadian-kejadian lainnya yang memerlukan
pencatatan lebih lanjut.
2). Laporan Mingguan;
3). Buku tamu/Direksi;
4). Buku pengawas lapangan.
PASAL 7
KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN
PASAL 8
ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT PEMBANTU
a. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan oleh
pemborong, termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran serta pembersihan
kembali pada waktu pekerjaan selesai.
b. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan didapatkan
sumber air yang sudah ada dilokasi pekerjaan.
c. Pemborong tidak diperbolehkan memakai, menyambung listrik dan air ataupun lainnya
tanpa seijin tertulis dari Direksi Pekerjaan.
PASAL 10
IKLAN
Pemborong tidak diijinkan memasang iklan dalam bentuk apapun dilapangan kerja ataupun
yang berdekatan dengan lokasi proyek tanpa seijin Direksi Pekerjaan.
PASAL 11
JALAN MASUK DAN JALAN KELUAR
a. Pemakaian jalan masuk ketempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak pemborong
dengan kebutuhan proyek tersebut.
b. Pemborong diwajibkan membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian,
dan memperbaiki segala kerusakan operasi pelaksanaan pekerjaan dan menjadi beban
pemborong.
PASAL 12
PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM
PASAL 13
PENGAWASAN
a. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan barang,
maka ini dimaksudkan untuk menunjukkan standart minimal/kualitas bahan dan barang
yang digunakan.
b. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan harus disampaikan Direksi pekerjaan,
untuk mendapatkan persetujuan dan penyampaian barang/material sebelum pekerjaan
dilaksanakan.
c. Usulan penggunaan nama, pabrik dan pembuatan barang material, harus mendapatkan
rekomendasi dari Direksi pekerjaan berdasarkan petunjuk dalam RKS serta gambar-
gambar dan risalah penjelasan.
d. Contoh bahan dan barang disimpan Direksi pekerjaan untuk dijadikan dasar penolakan
bila bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan contoh baik kualitas maupun
sifat.
e. Pemborong dalam menawarkan harga penawaran, harus sudah termasuk biaya pengujian
bahan dan barang.
PASAL 15
RKS DAN GAMBAR KERJA
a. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan pada RKS ini.
b. Perbedaan-perbedaan gambar dengan RKS pemborong diwajibkan mengajukan
pernyataan tertulis, mentaati dan mengikuti keputusan Direksi pekerjaan.
c. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhir yang berlaku,
ukuran dengan angka adalah yang harus diukuti daripada ukuran skala gambar.
d. RKS, Daftar Volume Pekerjaan (BQ), gambar serta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
adalah bagian yang saling melengkapi, didalamnya bersifat mengikat.
PASAL 16
PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR
Bila ada perbedaan ukuran atau penjelasan atau tidak sesuai antara gambar yang berlainan
bidang / jenisnya maka dapat dipakai pedoman sebagai berikut:
gambar kerja arsitektural dengan gambar struktural/ mechanical/electrical yang dipakai
sebagai pegangan secara fungsional adalah gambar arsitektural, sedang mengenai jenis
dan kualitas bahan yang dipakai adalah gambar struktural/mechanical/electrical.
PASAL 17
GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)
PASAL 18
GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA
a. Pemborong wajib membuat Gambar akhir pekerjaan (as built drawing), 5 rangkap untuk
disetujui Direksi pekerjaan.
PASAL 20
PENYERAHAN PERTAMA
PASAL 21
LINGKUP PEKERJAAN
Secara umum pekerjaan Pembangunan Asrama Pemuda/Pelajar di Malang ini terdiri dari 2 (dua)
bangunan yaitu asrama putra dan asrama putri. Dimana masing-masing bangunan tersebut terdiri dari
bangunan dua lantai.
A. Bangunan Dapur
I. Pekerjaan pendahuluan
II. Pekerjaaan tanah dan pasir
III. Pekerjaan pasangan dan plesteran
IV. Pekerjaan beton
V. Pekerjaan pasang kusen,daun pintu/ jendela dan kaca
VI. Pekerjaan kap dan penutup atap
VII. Pekerjaan besi dan pengunci
VIII. Pekerjaan lantai dan plafond
IX. Pekerjaan instalasi listrik
X. Pekerjaan sanitasi
XI. Pekerjaan finishing
B. Bangunan Gazebo
I. Pekerjaan pendahuluan
II. Pekerjaaan tanah dan pasir
III. Pekerjaan pasangan dan plesteran
IV. Pekerjaan beton
V. Pekerjaan kap dan penutup atap
VI. Pekerjaan lantai dan plafond
VII. Pekerjaan instalasi listrik
VIII. Pekerjaan finishing
C. Bangunan Parkiran
A. Pekerjaan pendahuluan
II. Pekerjaaan tanah dan pasir
III. Pekerjaan pasangan dan plesteran
IV. Pekerjaan beton
V. Pekerjaan kap dan penutup atap
VI. Pekerjaan lantai
VII. Pekerjaan instalasi listrik
VIII. Pekerjaan finishing
D. Bangunan Gapura
I. Pekerjaan pendahuluan
II. Pekerjaaan tanah dan pasir
III. Pekerjaan pasangan dan plesteran
IV. Pekerjaan beton
V. Pekerjaan instalasi listrik
VI. Pekerjaan finishing
H. Bangunan Paving
I. Pekerjaan pendahuluan
II. Pekerjaaan tanah dan pasir
III. Pekerjaan pasangan paving
PEKERJAAAN LAIN-LAIN :
Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa dipisahkan dengan
pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS.
Sarana Bekerja :
Untuk kelancaran pekerjaan kontraktor harus menyediakan :
Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Alat-alat Bantu, alat-alat pengangkut dan alat alat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya.
Cara Pelaksanaan :
Pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Rencana Kerja & Syarat-Syarat (RKS) gambar rencana, Berita Acara
Penjelasan serta mengikuti petunjuk Direksi.
PASAL 22
PAPAN NAMA PROYEK
a. Pemborong wajib memasang Papan Nama Proyek ditempat lokasi proyek dan
dipancangkan ditempat yang mudah dilihat umum.
b. Pemasangan Papan Nama Proyek dilakukan pada saat dimulainnya pelaksanaan proyek
dan dicabut kembali setelah proyek selesai dan mendapat persetujuan Direksi pekerjaan.
c. Bentuk, ukuran, isi tulisan ditentukan kemudian.
PASAL 23
DIREKSI, KANTOR PEMBORONG DAN GUDANG
a. Pemborong wajib menyediakan kantor Direksi pekerjaan tempat untuk para staf Direksi
pekerjaan melakukan tugasnya, seluas minimal 36 M 2 terdiri dari ruang rapat, ruang
Direksi, gudang dan KM/WC.
b. Perlengkapan kantor minimal :
1 (satu) meja rapat ukuran 1,2 M x 2 M, dengan 12 (dua belas) buah kursi
2 (dua) meja kerja dan kursi
1 (satu) unit lemari rangka kayu lapis multipleks 50 x 120 cm, panjang disesuaikan
kebutuhan untuk menyimpan contoh bahan material serta peralatan.
1 (satu) buah whiteboard 1,2 x 2,4 untuk rapat
1 (satu) buah lampu petromax
1 (satu) buah filling cabinet 3 (tiga) rak.
c. Perlengkapan personil Direksi pekerjaan.
6 (enam) buah topi pengaman
6 (enam) pasang sepatu lapangan
1 (satu) unit alat water pass
1 (satu) unit alat ukur theodolith
d. Kantor untuk pemborong di proyek dibuat sendiri, luas minimal 3 x 5 m. Pemborong
juga membuat/menyediakan fasilitas ruangan untuk para kontraktor-kontraktor yang
akan melaksanakan pekerjaannya diluar lingkup pekerjaan pemborong.
e. Gudang bahan-bahan serta tempat penimbunan material harus terlindung seperti pasir,
koral, besi beton dan lain-lain dibuat dibuat secukupnya dan dapat dikunci. Kelembaban
udara, minimal 30 cm diatas permukaan lantai plesteran.
PASAL 24
PENGUKURAN DAN PEMATOKAN
a. Pohon-pohon dan lain sebagainya yang ditebang kecuali Pohon yang masuk dalam
kategori ukuran besar, tanaman penghias (taman) termasuk yang dipertahankan.
b. Pohon-pohon yang akan dibongkar harus dibongkar sampai kedalaman 30 cm dibawah
permukaan lahan, permukaan akhir ditentukan setelah pengupasan tanah yang kurang
baik serta sampah-sampah, akar-akaran dibuang dari lapangan pekerjaan. Penebangan
pohon-pohon dilakukan setelah mendapat persetujuan Direksi pekerjaan.
c. Kerusakan bangunan, pagar milik orang lain yang terjadi akibat waktu pembersihan,
harus diperbaiki dan biaya ditangung pemborong.
PASAL 26
PELAKSANAAN PEIL DAN UKURAN
a. Pemborong bertangung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-
peil dan ukuran yang ditetapkan dalam gambar dan RKS.
b. Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan menurut peil yang sudah ditentukan, bila
terjadi kelalaian pemborong tidak akan ditolerir kesalahannya dan pekerjannya berhak
untuk diulang kembali (bongkar) atas beban biaya ditanggung pemborong.
c. Pemborong wajib mencocokan ukuran-ukuran dengan yang lain dalam setiap pekerjaan,
jika terjadi selisih/perbedaan segera melaporkan kepada Direksi pekerjaan, untuk
diberikan keputusan pembetulannya.
PASAL 27
PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN
Semua benda dan permukaan seperti pohon akar dan tonjolan serta rintangan – rintangan
bangunan beserta pondasinya dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan
yang tercantum dalam gambar harus dibersihkan dan dibongkar kecuali untuk hal –hal di
bawah ini :
a. Sisa –sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar –akar serta benda-benda yang tidak
mudah rusak yang letaknya minimum ± 1 meter dibawah dasar pondasi.
b. Pembongkaran tiang-tiang saluran-saluran dan selokan-selokan hanya sedalam yang
diperlukan dalam penggalian ditempat tersebut.
c. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali lubang-lubang bekas pepohonan dan
lubang-lubang lain harus diurug kembali dengan bahan – bahan yang baik dan
dipadatkan.
d. Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman dan puing-
puing ketempat yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
e. Dalam kegiatan ini pagar lama dibongkar dan dibersihkan. Kontraktor tidak
diperbolehkan membuang/menggunakan sisa/hasil bongkaran sebagai urugan
peninggian tanah ataupun lantai pada bangunan baru.
PASAL 28
PEKERJAAN TANAH
2. Galian Tanah
a. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan sekecil mungkin terjadi gangguan
terhadap bahan-bahan di bawah dan diluar batas galian yang ditentukan sebelumnya.
b. Bila bahan tersebut yang nampak keluar diatas garis formasi atau tanah dasar atau
permukaan pondasi adalah lepas-lepas atau lunak atau secara lain tidak cocok dalam
pendapat Direksi Teknik, bahan itu secara keseluruhan harus dipadatkan atau dibuang
seluruhnya atau diganti dengan urugan yang cocok seperti diperintahkan Direksi
Teknik.
c. Dimana batu, lapisan keras atau bahan tidak dapat dihancurkan lainnya ditemukan
berada di atas garis formasi atau pondasi, bahan tersebut harus digali terus sedalam 20
cm sampai suatu permukaan yang rata dan halus. Tidak ada runcingan-runcingan batu
akan ditinggalkan menonjol dari permukaan yang nampak keluar dan semua bahan-
bahan yang lepas-lepas harus dibuang.
d. Profil galian yang telah ditetapkan harus dikembalikan dengan pengurugan kembali
dan harus dipadatkan dengan bahan pilihan yang disetujui oleh Direksi Teknik.
e. Sejauh mungkin dan serta diperintahkan oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus
menjaga galian tersebut bebas air.
3. Urugan Tanah
Urugan tanah yang akan dilaksanakan yaitu urugan tanah untuk perataan site, urugan
tanah dibawah lantai, urugan tanah peninggian lantai bangunan, urugan tanah dibawah
pondasi (sesuai Gambar Rencana/Gambar Kerja).
Urugan tanah harus menggunakan tanah urug yang baik dan harus dipadatkan dengan
mengairi sampai jenuh hingga mencapai kepadatan maksimal.
Pelaksanaan Pekerjaan :
a. Penyiapan Lapangan
Sebelum menempatkan urugan diatas suatu lapangan, semua operasi pemotongan
dan pembersihan termasuk pengisian lubang-lubang disebabkan pembongkaran
akar-akar harus disesuaikan sesuai dengan spesifikasi, daan semua bahan-bahan
yang tidak cocok harus dibuang dari batangan tersebut seperti diperintahkan Direksi
Teknik.
Bilamana tingginya timbunan adalah satu meter atau kurang, tempat pondasi
timbunan harus dipadatkan secara menyeluruh (termasuk membuat lepas-lepas,
mengeringkan atau membasahi jika diperlukan) sampai bagian puncak tanah setebal
15 cm, memenuhi persyaratan kepadatan yang ditetepkan untuk urugan yang
ditetepkan disana.
b. Penimbunan Urugan
Urugan harus disisipkan sampai permukaan yang telah dibuat dan ditebarkan dalam
lapisan-lapisan yang rata tidak melebihi ketebalan padat 20 cm.
Urugan tanah harus diangkat secara langsung dari daerah galian bahan ketempat
yang sudah disiapkan dan dihampar (dalam cuaca kering). Penumpukan tanah pada
umumnya tidak diizinkan, khususnya selama musim hujan.
c. Pemadatan urugan
Segera setelah pemadatan dan penebaran urugan, masing-masing lapisan tanah
harus dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok dan
memadai sampai disetujui dan diterima oleh Direksi Teknik.
Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai pada ujung paling luar serta masuk
ketengah dalam satu cara dimana masing-masing bagian menerima desakan
pemadatan yang sama.
4. Benda – Benda Yang Ditemukan
a. Semua benda-benda yang ditemukan selama pekerjaan tanah berlangsung terutama
pada saat pembongkaran dan penggalian tanah menjadi milik proyek.
b. Jika diketemukan tulang belulang atau bekas kuburan pada saat pekerjaan tanah
berlangsung, Kontraktor harus memberikan perlindungan secukupnya sampai Pemberi
Tugas atau wakilnya mengadakan perjanjian. Hal – hak yang menyangkut
pemindahannya dilaksanakan oleh Kontraktor dengan petunjuk tertulis dari Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
5. Urugan Pasir
a. Urugan pasir dilaksanakan untuk lubang galian pondasi sebelum dikerjakan lantai
kerja, saluran-saluran, bak-bak kontrol, dibawah pasangan pondasi batu kali dan
pasangan lantai bangunan.
b. Urugan tersebut harus dipadatkan dengan stamper dan disiram dengan air. Ukuran dari
ketinggian urugan pasir yang tercantum dalam gambar adalah ukuran jadi (sesudah
dalam keadaan padat).
PASAL 29
PEKERJAAN PASANGAN PONDASI BATU
1. Lingkup/batasan pekerjaan ini termasuk pasangan batu kosong dan pasangan pondasi batu
yang ditunjukkan pada gambar kerja, Dengan bentuk travesium serta dimensi sebagai
berikut :
Lebar atas = 25 cm
Lebar bawah = 55 cm
Tinggi = 70 cm, sedangkan pada elevasi tertentu yang ditunjukkan gambar kerja
tinggi disesuaikan dengan gambar kerja.
2. Perekat yang dipergunakan untuk pasangan batu adalah campuran 1 PC : 5 Ps.
3. Ukuran minimal batu adalah :
Tebal minimum = 15 cm
Lebar minimum = 1,5 x tebal (22,5 cm)
Panjang minimum = 1,5 x lebar (33,75 cm)
4. Ukuran batu maksimum akan ditentukan oleh Direksi Teknik dengan memperhitungkan
jenis, struktur, lokasi batu dalam stuktur dan persyaratan umum stabilitas dan saling
mengunci.
5. Batu yang dipilih harus bersih, keras tanpa lapisan yang lemah atau retak dan harus
memiliki satu daya tahan (awet).
6. Batu-batu tersebut harus berbentuk datar, biji ataupun datar dan harus dapat dilapisi
seperlunya untuk menjamin saling mengunci yang rapat bila dipasang bersama-sama.
7. Semua galian harus selalu bebas air dan kontraktor harus melengkapi semua bahan-bahan
yang diperlukan, peralatan dan tenaga untuk membuang atau mengalirkan air, termasuk
saluran-saluran sementara pengaliran lintasan air.
8. Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu untuk
penyerapan air.
9. Tebal atas adonan untuk masing-masing lapisan pekerjaan batu adalah dalam batas-batas
2 – 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai keperluan minimum untuk menjamin bahwa
semua rongga diantara batu yang telah dipasang telah diisi sepenuhnya.
10.Batu harus diletakan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan permukaan
menonjol masing-masing batu harus diatur sejajar dengan permukaan dinding yang
sedang dibangun.
PASAL 30
PEKERJAAN PASANGAN BATA
1. Lingkup pekerjaan ini adalah semua dinding tembok yang ditunjukkan sesuai pada
gambar kerja menggunakan dinding tembok bata. Dengan tebal pasangan ½ bata baik
untuk pasangan dinding biasa maupun dinding trasram.
2. Bata yang dipakai pada bangunan ini, menggunakan bata yang berkualitas baik (kelas I),
utuh dan tidak cacat serta bata yang dipakai harus dengan ukuran yang sama.
3. Bata merah sebelum dipasang harus direndam terlebih dahulu dalam bak atau drum air
sampai jenuh, yang harus disiapkan dilapangan.
4. Pasangan dinding bata merah dipasang sesuai dengan Gambar Kerja yang sudah ada dan
untuk pasangan tembok bata menggunakan pasangan setengah bata.
5. Perekat yang dipergunakan untuk pasangan bata adalah sebagai berikut :
a. Untuk pasangan tembok bata biasa menggunakan campuran 1 Pc : 5 Ps
b. Untuk pasangan tembok trasram menggunakan campuran 1 Pc : 3 Ps dipasang pada
tempat-tempat yang ditentukan yaitu dari atas sloof (± 20 cm dari atas lantai) dan +
150 cm pada dinding km/wc sesuai dengan Gambar Kerja dan Detail.
6. Hubungan kolom beton dengan pasangaan bata maupun kusen diberi angker dari besi 8
mm dengan jarak maksimal 80 cm.
7. Bata yang mentah, retak/tidak memenuhi syarat dan tetap terpasang agar dibongkar dan
segera diganti dengan bata yang memenuhi syarat tersebut.
PASAL 31
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini meliputi plesteran dan acian untuk :
1. Seluruh permukaan pasangan dinding bata dan pasangan batu yang terexpose.
2. Selurh bidang/permukaan pekerjaan beton yang terexpose (kolom, balok, listplang dll )
diplester dan diaci, bagian-bagian tersebut secara terperinci ditunjukkan pada gambar kerja.
3. dan lain-lain seperti yang dijelaskan dalam gambar kerja.
2. PENGENDALIAN PEKERJAAN
Seluruh pekerjaan Plesteran dan Acian harus sesuai dengan syarat dalam PUBB - NI 2-1971, NI 3-
1970, dan NI 8-1974.
3. MATERIAL
1. Semen
Semen yang dipakai untuk pekerjaan plesteran ini harus mempunyai kualitas yang sama seperti
semen untuk pekerjaan beton, atau harus memenuhi PUBB - NI. 8.
a. Semen yang dipakai adalah semen jenis PC sekualitas Gresik dan Prime Mortar PM – 210
plesteran PM – 310 acian
b. 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan
c. Semen harus didatangkan dalam zak/kemasan yang tidak pecah / utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak/kemasan.
d. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada bagian yang
mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan hancur dengan tangan bebas
(tanpa alat) dan jumlah tidak lebih dari 10 % berat. Jika ada bagian yang tidak dapat
ditekan hancur dengan tangan bebas, maka jumlahnya tidak boleh melebihi 5 % berat dan
kepada campuran tersebut diberi tambahan semen baik dalam jumlah yang sama.
e. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat atau semen dalam kantong
dipenyimpanan lokal (di penyalur) lebih dari 3 bulan perlu diuji sebelum digunakan, jika
sudah rusak harus ditolak
2. Pasir
Untuk pekerjaan plesteran ini harus memenuhi persyaratan PUBB-N.I.3
a. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut
b. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya, jumlah
kandungan bahan ini maksimal 5 % dan tidak mengandung garam
c. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukkan dengan nilai
Modulus halus butir antara 1,50-3,80
d. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka
3. A i r
a. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik lainnya)
lebih dari 15 gram/liter
c. Tidak mengandung khlorida (CI) lebih dari 0,5 gram/liter
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter
4. CAMPURAN
Komposisi campuran untuk pekerjaan plesteran dan acian dengan kompsisi sebagai berikut :
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Untuk plesteran dilaksanakan sebagai berikut :
Pembuatan campuran plesteran harus menggunakan mesin pengaduk (molen) dan peralatan yang
memadai. Membuat campuran plesteran tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilaksanakan bila ada
ijin dari Konsultan Pengawas.
Pada permukaan dinding yang akan diplester, siar-siar sebelumnya harus dikerok sedalam 1 cm
untuk memberikan pegangan pada plesteran.
Seluruh permukaan untuk plesteran harus cukup basah, namun tidak sampai jenuh. Plesteran dapat
dilakukan apabila permukaan air yang terlihat sudah lenyap / kering kembali, barulah plesteran lapis
pertama dapat dikerjakan.
Plesteran lapis ke dua berupa acian semen
Untuk bidang yang kedap air dan pasangan dinding batu bata yang dimungkinkan terkena air hujan
dan semua pasangan dinding bata 20 cm dari permukaan lantai dan 150 cm dari permukaan lantai
untuk kamar mandi, WC dan toilet, dan daerah basah lainnya.
Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan yang disyaratkan, maka
dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat ‘kepala plesteran’.
Jika plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti tidak rata, tidak tegak lurus atau
bergelombang, adanya pecah atau retak, keropos, maka bagian tersebut harus dibongkar kembali
untuk diperbaiki atas biaya Penyedia Barang/Jasa
Pelaksanaan plesteran dilaksanakan minimal setelah pasangan dinding/beton berumur 2 (dua)
minggu.
Penyedia Barang/Jasa harus memperlihatkan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Penyedia Barang/Jasa harus
mengganti tanpa biaya tambahan.
PASAL 32
PEKERJAAN BETON
A. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi Dapur Asrama Putri/Putra yaitu :
1. Kolom beton bertulang 11/11 cm
2. Sloof beton bertulang 15/20 cm
3. Ring balok bertulang 15/20 cm
4. Plat beton meja dapur t= 10
Lingkup pekerjaan ini meliputi Parkiran Asrama Putri/Putra yaitu :
1. Kolom beton bertulang 11/11 cm
2. Sloof beton bertulang 15/20 cm
3. Ring balok bertulang 15/20 cm
B. PERSYARATAN
Semua pekeraan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan –
persyaratan :
Peraturan – peraturan /standar setempat yang biasa dipakai
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ; NI-2
Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 ; NI-8
Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan
Konsultan Pengawas/Manajemen Konstruksi
American society For Testing and Material (ASTM)
American Concrete Institute (ACI)
Persyaratan diatas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan gambar-gambar
dan persyaratannya. Semua pekerjaan beton yang tidak sesuai standar akan ditolak,
kecuali bila dilaksanakan dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan mutu
bahan, cara pengerjaan cetakan, cara pengecoran, kepadatan, textured finishing dan
kualitas secara keseluruhan.
C. MUTU BETON
Mutu beton sturuktur adalah K-225 dan dianjurkan memakai ready mix concrete, dan
mutu baja yang dipakai adalah BJTD-39 dan BJTD-24. Untuk pekerjaan beton lantai kerja
dipakai beton rabat dengan campuran 1pc : 2ps :3kr. Mutu karakteristik merupakan syarat
mengikat. Untuk menjamin kesaman mutu beton, kontraktor dianjurkan menggunakan
readymix concrete dari perusahaan terkenal yang khusus membuat readymix, terutama
untuk pekerjaan struktur dinding beton, kolom, balok, lantai dan atap beton.
a. Lapisan penutup (protective concrete fill) di atas lapisan kedap air seperti pada lantai
toilet (screed). Reservoir dan lain-lain harus menggunakan adukan dengan campuran
1pc : 3ps dan harus dicor segera setelah lapisan water proofing selesai dipasang.
b. Campuran tambahan untuk beton (concrete admixture), bilamana dianggap perlu
tambahan untuk beton dapat dipergunakan concrete admixture. Penggunaan tersebut
harus dengan persetujuan Ahli/Konsultan Pengawas/Manajemen Konstruksi.
c. Pengadukan
Kecuali ready mix concrete semua pengandukan jenis beton harus dilakukan dengan
mesin pengaduk berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Setiap kali membuat adukan
pengadukan harus rata hingga warna dan kekentalannya sama.
d. Takaran Perbandingan Campuran
Semua bahan harus ditakar menurut perbandingan berat, bukan perbandingan isi.
1) Komposisi
Semua agregat, semen, air beratnya harus ditakar dengan seksama. Proporsi semen
yang ditentukan adalah minimal sebagai pedoman, pemborong harus tetap
mengusahakan mutu/kekuatan beton sesuai dengan yang disyaratkan dalam RKS ini.
2) Pengujian (testing)
Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab 4.7, termasuk
pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian-pengujian tekanan. Jika beton tidak
memenuhi syarat-syarat slump, maka bagian/kelompok adukan tersebut tidak boleh
dipakai, jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan sesuai dengan
prosedur – prosedur dalam PBI 1971.
3) Bahan – bahan
Semen yang dipakai harus semen portland dari merk yang disetujui dan yang dalam
segala hal memenuhi syarat seperti yang dikehendaki oleh ”Peratutan Beton Bertulang
Indonesia”. Untuk beton kelas 1 – Z 475 atau British Standar, Nomor 12 -1965. dalam
pengangkutan semen harus terlindung dari hujan, zak (kantong) asli dari pabriknya
dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya
dan tidak terkena air, ditaruh pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari
lantai. Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 12
m, dan tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai dengan maksud agar
pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
a. Agregat
Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih, bebas dari bahan-bahan yang
merusak, umpamanya yang bentuk atau kualitasnya bertentangan dan
mempengaruhi kekuatan atau kekalnya konstruksi beton pada setiap umur termasuk
daya tahannya terhadap karat dari tulangan besi beton. Agregat (butiran) dalam
segala hal harus memenuhi yang dikehendaki (ketentuan-ketentuan) PBI 1971.
Bagian 3 dilakukan pengujian butiran.
Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
organik, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
b. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan yang
merusak atau campuran – campuran yang mempengaruhi daya lekat semen dan
dilakukan pengujian air/laboratorium test.
c. Bahan Tambahan
Jenis Penulangan
Batang tulangan besi beton terdiri dari BJTD-39 dan BJTP-24, bahan tersebut
dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan PBI 1971, standar jepang
kelas SR – 24 atau British Standar Nomor 785 – 1938, Grade yang
dipergunakan adalah ST-37 dengan kategori, BJTP 24 yang sesuai dengan tabel
3.7.1. PBI 1971.
Penyimpanan
Tulangan besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh disimpan diudara terbuka untuk jangka waktu yang panjang.
Pemasangan
Sebelum beton dicor, tulangan besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat,
karat,lepas, kulit gilling atau bahan – bahan lain yang merusak. Semua tulangan
harus dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak berubah atau bergeser
pada waktu adukan ditumbuk-tumbuk atau dipadatkan. Tulangan besi beton dan
penutup beton tingginya harus tepat dengan penahan-penahan jarak beton (tahu
beton) yang telah disetujui Ahli/ Konsultan Pengawas/Manajemen Konstruksi.
1) Umum
a. Kecuali disetujui oleh Direksi Lapangan, semua beton haruslah beton ready-mixed
yang didapatkan dari sumber yang disetujui Direksi Lapangan, dengan takaran,
adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi persyaratan di
dalam ASTM C94-78a, ACI 304-73, ACI Committee 304.
b. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai
dengan yang telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol
bersama-sama oleh kontraktor dan supplier beton ready-mixed. Kekuatan beton
minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di
laboratorium.
c. Pemeriksaan
Bagi Direksi Lapangan diadakan jalan masuk ke proyek dan ketempat pengantaran
contoh atau pemeriksaan yang dapat dilalui setiap waktu. Denah dan semua
peralatan untuk pengukuran, adukan dan pengantaran beton harus diperiksa oleh
Direksi Lapangan sebelum pengadukan beton.
d. Persetujuan
Periksa areal dan kondisi pada mana pekerjaan di bawah bab ini yang akan
dilaksanakan. Perbaiki kondisi yang terusak oleh waktu dan perlengkapan /
penyelesaian pekerjaan. Jangan memeroses sampai keadaan perbaikan memuaskan.
Jangan memulai pekerjaan beton sampai hasil percobaan, adukan beton dan contoh
– contoh benda diuji disetujui oleh Direksi Lapangan. Lagipula, jangan memulai
pekerjaan beton sampai semua penyerahan disetujui oleh Direksi Lapangan.
h. Kendaraan Pengangkut
Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan peralatan
pengukur air yang tepat.
i. Pelaksanaan Pengadukan
Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah semen
dan agregat dituangkan dalam alat penganduk.
j. Penuangan Beton
Proses pengeluaran beton ready-mix dilapangan proyek dari alat pengaduk di
kendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 1.5 jam atau
sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca panas, batas waktu
tersebut diatas harus diperpendek sesuai petunjuk Direksi Lapangan.
Perpanjangan waktu dapat diijinkan sampai dengan 4 jam bila dipergunakan
retarder yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
k. Keadaan Khusus
Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan perubahan slump
beton maka Kontraktor harus segera meminta petunjuk atau Keputusan Direksi
Lapangan dalam menentukan apakah adukan beton tersebut masih memenuhi
kondisi normal yang disyaratkan. Tidak dibenarkan untuk menambah air ke dalam
adukan beton dalam kondisi tersebut.
l. Penggetaran
Penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat harus sesuai dengan ACI 309R-
87 (Recommended Practice for Consolidation of Concrete). Sedapat mungkin
penggetaran beton dilakukan dengan concrete-vibrator (engine/electric).
b. Pengangkutan
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PBI-71, ACI Committe
304 dan ASTM C94-98.
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat mencegah pemisahan dari
kehilangan bahan-bahan (segregasi).
Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara adukan beton yang sudah dicor dan
yang akan dicor. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat
pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan
setelah disetujui oleh Direksi Lapangan. Dalam hal ini Direksi Lapangan
mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring ini, setelah
mempelajari usul dari pelaksana mengenai konstruksi. Kemiringan san panjang
talang itu. Batasan tinggi jatuh maxsimum 1.50 m.
Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang panjang, jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan kontinue secara
mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai
bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang
ditentukan dalam pasal 3.8 PBI 71.
c. Pengecoran
Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971, ACI Committe 304,
ASTMC 94-98.
Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan akhir
dalam posisi lapisan Horizontal kira-kira tidak lebih dari ketebalan 30 cm.
Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m bila tidak disebutkan
lain atau disetujui Direksi Lapangan.
Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari 1.0
m. Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai gajah, corong pipa cor
ataupun benda-benda lain yang disetujui harus diperiksa, sedemikian sehingga
pengecoran beton efektif pada lapisan horizontal tidak lebih dari ketebalan 30
cm dan jarak dari corong haruslah sedemikian sehingga tidak terjadi segregasi /
pemisahan bahan-bahan.
Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh bahan asing
tidak boleh dituang kedalam struktur.
Tempatkan adukan beton, sedemikian sehingga permukaannya senantiasa tetap
mendatar, sama sekali tidak diijinkan untuk pengaliran dari satu posisi keposisi
lain dan tuangkan secepatnya serta sepraktis mungkin setelah diaduk.
Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metode diluar
ketentuan yang tercantum didalam PBI’71 termasuk pekerjaan yang tertunda
ataupun penyambungan pengecoran, maka ” Kontraktor” harus membuat usulan
termasuk pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan
paling lambat 3 minggu sebelum pelaksanaan dimulai.
d. Pemadatan Beton
Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat penggetar/
vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang
kerikil.
Alat penggentar harus type electrik atau pneumatic power driven, type
”immersion”, beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala penggentar lebih kecil
dari diameter 180 mm dan 6000 RPM untuk kepala penggentar berdiameter 180
mm. Semua dengan amplitudo yang cukup untuk menghasilkan kepadatan yang
memadai.
Alat penggetar cadangan harus dirawat selalu untuk persiapan pada keadaan
darurat dilapangan dan dilokasi penempatannya sedekat mungkin mendekati
tempat pelaksanaan yang masih memungkinkan.
Hal-hal lain dari alat penggetar yang harus diperhatikan adalah :
Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-
kira vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring sampai 45
0
C.
Selama pengggetaran, jarum tidak boleh digerakkan kearah horizontal karena
hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat
dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras, juga harus
diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum , agar tulangan tidak
terlepas dari betonnya dan getaran-getaran tidak merambat kebagian-bagian
lain dimana betonnya sudah mengeras.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan pada
umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 – 50 cm berhubung dengan itu,
maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat tebal harus
dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap – tiap lapis dapat dipadatkan
dengan baik.
Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak
mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari agregat),
yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30 detik. Penarikan jarum
ini dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah-
daerah pengaruhnya saling menutupi.
3) Penghentian/Kemacetan Pekerjaan
Pengehentian pengecoran hanya bilamana dan padamana diijinkan oleh Direksi
Lapangan.
Penjagaan terhadap terjadinya pengaliran permukaan dari pengecoran beton basah bila
pengecoran dihentikan, adakan tanggulan untuk pekerjaan ini.
4) Siar Pelaksanaan
a. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi. Siar pelaksanaan harus direncanakan
sedemikian sehingga mampu meneruskan geser dan gaya-gaya lainnya.
Apabila tempat siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukan didalam gambar-gambar
rencana, maka tempat siar-siar pelaksanaan itu harus disetujui oleh Direksi
Lapangan. Penyimpangan tempat-tempat siar pelaksanaan dari pada yang
ditunjukan dalam gambar rencana, harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
b. Antara pengecoran balok atau plat dan pengakhiran pengecoran kolom harus ada
waktu antara yang cukup, untuk memberi kesempatan kepada beton dari kolom
untuk mengeras. Balok, pertebalan miring dari balok dan kepala – kepala kolom
harus dianggap sebagai bagian dari sistem lantai dan harus dicor secara monolit
dengan itu.
c. Pada plat dan balok siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira ditengah –
tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah banyak berkurang
apabila pada balok ditengah-tengah bentangnya tedapat pertemuan atau persilangan
dengan balok lain, maka siar pelaksanaan ditempatkan sejauh dua kali lebar balok
dari pertemuan atau persilangan itu.
d. Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan
serpihan beton yang rapuh.
e. Sesaat sebelum melanjutkan penuangan beton, semua siar pelaksanaan harus cukup
lembab dan air yang menggenang harus disingkirkan
F. PERAWATAN BETON
1) Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PBI 1971 NI-2 Bab 6.6 dan ACI
301-89.
2) Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya
dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal
dan suhu yang konstan dalam jangak waktu yang diperlukan untuk proses hydrasi
semen serta pengerasan beton.
3) Masa Perawatan dan Cara Perawatan
a. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai dilaksanakan dan harus
berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu jika tidak ditentukan
lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi 30 0C.
b. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam
keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton tersebut pelaksanaan perawatan
beton tetap dilakukan dengan dengan membasahi permukaan beton terus menerus
dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang
disetujui oleh Direksi Lapangan.
c. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar, pemanasan
atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat di pakai
tetapi harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Lapangan.
G. TOLERANSI PELAKSANAAN
Sesuai dengan dimensi/ukuran tercantum dan ketentuan toleransi pada cetakan Bab 1:
PBI’71: ACI-301 dan ACI-347.
Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai surat
keterangan percobaan dari pabrik.
Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik
minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji
lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja
tulangan akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.
Semua pengujian tersebut diatas meliputi uji tarik lengkung, harus dilakukan di
laboratorium Lembaha Uji Konstruksi BPPT atau laboratorium lainnya direkomendasi
oleh Direksi Lapangan dan minimal sesuai dengan SII -0136-84 salah satu standard uji
yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. semua biaya pengetesan tersebut ditanggung
oleh Kontraktor.
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan
terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan di pasang cermat dan tepat dan diikat dengan kawat
dari lunak.
Sambungan mekanis harus ditest dengan percobaan tarik.
Sertifikat :
Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atas mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari
Laboratorium, Khusus ditujukan untukn keperluan proyek ini.
2) Bahan-bahan /Produk
a. Tulangan
Sediakan tulangan berulir mutu BJTD-40, sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan
polos mutu BJTP-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar-
gambar struktur.
Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan
tegangan leleh 2400 kg/cm2.
Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm harus baja
tegangan tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2.
e. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.
3) Jaminan Mutu
Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh Direksi
Lapangan.
Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan untuk
semua tulangan yang dipakai. Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasil-
hasil dari semua komposisi kimia dan sifat-sifat fisik.
1) Persiapan
a. Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mil steel) dan karat lepas,
serta bahan – bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan
pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
b. Pemilihan/Seleksi
Tulangan yang berkarat harus di tolak dari lapangan.
2) Pemasangan Tulangan
a. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI 1971 Koordinasi dengan
bagian laindan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakan untuk
menghindari keterlambatan. Adakan / berikam tambahan tulangan pada lubang-
lubang (openings) / bukaan.
b. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
a) Tulangan pada dinding dan kolom – kolom beton harus dipasang pada posisi
yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacer/penahan jarak.
b) Tulanganpada balok - balok footing dan plat harus ditunjang untuk memperoleh
lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga jarak, kursi
penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
c) Tulangan-tulangan yang langsung diatas tanah dan diatas agregat (seperti pasir,
kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu
beton yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang akan dicor.
d) Perhatian khusus perlu di curahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton.
Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton
dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan –
penahan jarak dapet berbentuk blok – blok persegi atau gelang – gelang yang
harus dipasang sebanyak minimum 4 buah tiap m2 cetakan atau lantai kerja.
Penahan - penahan jarak ini harus tesebar merata.
e) Pada pelat – pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada
tulangan bawah oleh batang - batang penunjang atau ditunjang langsung pada
cetakan bawahatau lantai kerja oleh blok – blok beton yang tinggi. Perhatian
khusus perlu dicurahkan tarhadap ketapatan letak dari tulangan – tulangan pelat
yang dibengkokkan yang harus melintasi tulangan balok yang berbatasan.
c. Toleransi pada Pemasangan Tulangan
a) Terhadap selimut beton ( selimut beton ) : ± 6 mm
b) Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm
c) Tulangan atas pada pelat dan balok :
Balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200mm : ± 6mm
Balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : ± 12 mm.
Balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 12 mm.
Panjang batang : ± 50 mm.
d) Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai PBI’71
d. Pembengkokan Tulangan, Sesuai dengan PBI’71
a) Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara yang
merusak tulangan itu.
b) Batang tulangan yang diprofitkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali
tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.
c) Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkokan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam
gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
d) Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan
dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
e) Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau
diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak boleh
mencapai suhu lebih dari 850 oC.
f) Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pekerjaan dingin
dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan diatas 100 oC yang bukan
pada waktu las, maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai kekuatan baja
harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin.
g) Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali diijinkan oleh
perencana.
h) Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan
dengan jalan disiram dengan air.
i) Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8
kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian dan bengkokan.
c) Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk jarak
lebih dari 60 cm.
d) Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar ± 6 mm.
e) Standar Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SKSNI-91 (Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung), kecuali ditentukan lain,
4) Las
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan
Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan tidak boleh dilakukan
pada pembengkokan di suatu bidang, pengelasan pada persilangan (las titik) harus
diijinkan kecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh Direksi Lapangan. ASTM
specification harus dilengkapi dengan keperluan jaminan kehandalan kemampuan las
dengan cara ini.
5) Sambungan Mekanik
Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas penampang kolom dengan
menggunakan diameter 32 mm, sambungan mekanik untuk tulangan (pada kolom)
harus disediakan dan dipakai.
PASAL 32
PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH
1) Umum
a. Persyaratan Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini. Cetakan dan
perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam PBI-1971 NI-
2. ACI 347, ACI 301, ACI 318.
Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan – perhitungan serta
gambar-gambar rancangan cetakan dan perancah untuh mendapatkan persetujuan
Direksi Lapangan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar
tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan/acuan. Sambungan-
sambungan serta kedudukan serta sistem rangkanya, pemindahan dari cetakan serta
perlengkapan untuk struktur yang aman.
b. Lingkup Pekerjaan
a) Pekerjaan – pekerjaan yang termasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran dari semua
cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor seperti diperlukan dan
diperinci berikut ini.
c. Referensi-Referensi
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar atau
diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standar-standar atau
spesifikasi terakhir, sebagai berikut :
b) Data Pabrik
Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh ”Kontraktor” kepada
Direksi Lapangan dalam waktu 7 hari kerja setelah ”Kontraktor” menerima surat
perintah kerja, juga harus diserahkan instruksi pemasangan untuk kepentingan
bahan-bahan dari lapisan-lapisan, pengikat-pengikat dan asesoris serta sistem
cetakan dari pabrik bila dipakai.
c) Gambar Kerja
Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan penunjang,
metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua bahan-bahan cetakan, sirkulasi
cetakan.
Gambar kerja harus diserahkan kepada Direksi Lapangan sekurang-kurangnya 7
(tujuh) hari kerja sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa.
d) Contoh
Lengkapi cetakan dengan ”cone” untuk mengencangkan cetakan.
2) Bahan–bahan/Produk
Bahan – bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan untuk cetakan dan
penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian permukaan beton
seperti terlihat dan terperinci.
a. Perancang Perancah
a) Definisi Perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang belum
mengeras. Kontraktor harus mengajukan rancangan perhitungan dan gambar
perancah tersebut untuk disetujui oleh Direksi Lapangan. Segala biaya yang
perlu sehubungan dengan perancangan perancah dan pengerjaannya harus sudah
tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah.
b) Perancangan /Desain
Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh tenaga ahli
resmi yang bertanggungjawab penuh kepada kontraktor.
Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan
ACI-347.
Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton waktu masih
basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getaran dari alat penggetar,
penunjang-penunjang yang sepadan untuk penggetar dari luar, bila digunakan
harus ditanamkan kedalam acuan dan diperhitungkan baik-baik dan
menjamin bahwa distribusi getaran-getaran tertampung pada cetakan tanpa
konsentrasi berlebihan.
c) Acuan
Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk,
garis, dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang ditunjukan dalam
gambar rencana serta uraian dan syarat teknis pelaksanaan.
Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mencegah kebocoran
adukan.
Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya sehingga dapat menyatu
dan mampu mempertahankan kedudukan dan bentuknya.
Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian sehingga tidak
merusak struktur yang sudah selesai dikerjakan.
Dilarang memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk permukaan
tanah tegakl dari beton.
a) Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal), plywood atau
bahan lain yang disetujui, bebas dari lubang-lubang atau mata kayu yang besar.
Kayu harus dilapis setidak-tidaknya pada satu sisi dan kedua ujungnya.
d) Jalur Kayu
Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur dan chamfer.
e. Melapis Cetakan
a) Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang halus, harus tanpa
urat kayu dan noda yang tidak akan meninggalkan sisa-sisa/bekas pada
permukaan beton atau efek yang merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar
atau bahan penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk permukaan beton.
b) Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-oil (bahan untuk
melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk cetakan dari besi. Pakai lapisan
sesuai dengan spesifikasi perusahaan sebelum tulangan dipasang atau sebelum
cetakan dipasang.
f. Pengikat Cetakan
a) Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat di pabrik atau jenis jalur
pelat, atau model yang dapat dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang
cukup dan ditempatkan sedemikian sehingga menahan semua beban hidup dari
pengecoran beton basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan
perletakan yang memadai.
b) Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut pendapat Direksi
Lapangan.
c) Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang diekspose, harus
dari jenis dengan kerucut (cone snap off type). Kemiringan kerucut haruslah 2.5
cm maxsimum diameter pada permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya
ke pengencang sambungan. Pengikat haruslah lurus ke dua arah baik mendatar
maupun tegak didalam cetak seperti terlihat pada gambar atau seperti disetujui
oleh Direksi Lapangan.
g. Penyisipan Besi
Penanaman /penyisipan besi untuk angker dari bahan lain atau peralatan pada
pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti diperlukan pada pekerjaan :
a) Penanaman /Penyisipan benda – benda terulir
Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
3) Pelaksanaan
a. Umum
Perancah harus merupakan suatu kontruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari
bahaya kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus juga
kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk gaya-gaya
prategang dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin ada.
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang
perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya yang bekerja padanya
sedemikian rupa hingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan kontruksi
beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang seharusnya.
Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan tidak mudah
lapuk. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan.bila perancah itu
sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung menunjukan tanda-
tanda penurunan > 10 mm sehingga menurut pendapat Direksi Lapangan hal ini
akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan tidak
akan dapat dicapai atau dapat membahayakan dari segi kontruksi, maka Direksi
Lapangan dapat memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah
dilaksanakan dan mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah tersebut
sehingga dianggap cukup kuat. Biaya sehubungan dengan itu sepenuhnya menjadi
tanggungan kontraktor.
Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara
detail (termasuk perhitungannya) harus diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk
disetujui dan pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar
tersebut disetujui.
Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran beton berlangsung
untuk melihat bahwa tidak ada perubahan elevasi, kemiringan ataupun
ruang/rongga.
Bila selama pelaksanaan didapati perlemahan yang berkembang dan pekerjaan
perancah memperlihatkan penurunan atau perubahan bentuk, pekerjaan harus
dihentikan diberlakukan pembongkaran bila kerusakan permanen, dan perancah
diperkuat seperlunya untuk mengurangi penurunan atau perubahan bentuk yang
lebih jauh.
Pada saat pengecoran, pelaksana atau surveyor harus memantau terus menerus agar
bisa dicegah penyimpaangan-penyimpangan yang mungkin ada.
Rancangan perancah dan cetakan sedemikian untuk kemudahan pembongkaran
untuk mengeliminasi kerusakan pada beton apabila cetakan & perancah dibongkar.
Aturlah cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan penunjang utama
dimana diperlukan untuk disisakan pada waktu pengecoran.
b. Pemasangan
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan dan kemiringan dari
beton seperti yang ditunjukan pada gambar, dilengkapi untuk bukaan (openings)
celah-celah, pengunduran (recesses), chemfers dan proyeksi-proyeksi seperti
diperlukan.
Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembapan rendah, kedap air dan
dikencangkan secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan posisi dan
kemiringan serta mencegah tekuk dan lendutan antara penunjang-penunjang
cetakan.
Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan kontraktor bertanggung
jawab untuk lokasi yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan
lokasi yang tepat dari cetakan, haruslah jelas, sehingga memudahkan untuk
pemeriksaan.
Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris baik apda
arah mendatar maupun tegak, termasuk sambungan – sambungan konstruksi kecuali
seperti diperlihatkan lain pada gambar.
Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai PBI-71 atau ACI 347-78.3.3.1,
Tolerances for Reinforced Concrete Building.
Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada permukaan
beton yang di ekspose.
Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkaran
tidak mengalami kerusaka pada permukaan.
Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor (hanya sampai tepi
bawah dari balok diatasnya) segera setelah penunjang dari pelat lantai mencapai
kekuatannya sendiri. Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau
dicor sebelum balok lantai dibawahnya bekerja penuh.
Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang. Kontraktor harus
benar-benar yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak yang mempunyai
”plumbness” /kemiringan lebih atau kurang dari 10 mm, yang dibuktikan dengan
data surveyor yang diserahkan sebelum pengecoran.
c. Pengikat Cetakan
Pengikat cetakan harus dipasang pada jarak tertentu untuk ketepatannya
memegang/ menahan cetakan selama pengecoran beton dan untuk menahan berat
serta tekanan dari beton basah.
e. Chamfers
Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukan pada gambar-gambar
arsitek saja.
g. Pekerjaan Sambungan
Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang pada cetakan beton
ekspose, perlu dilengkapi dengan gasket, plug, ataupun caulk joints. Cetakan
sambungan-sambungan hanya diijinkan dimana terlihat pada gambar kerja. Dimana
memungkinkan tempatkan sambungan ditempat yang tersembunyi. Laksanakan
perawatan sambungan dalam 24 jam setelah jadwal pengecoran.
h. Pembersihan
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan pelindung dari
beton yang dicat). Dilengkapi dengan lubang-lubang untuk pembersihan
sekucupnya pada bagian bawah dari cetakan-cetakan dinding dan pada titik lain
dimana diperlukan untuk fasilitas pembersihan dan pemeriksaan dari bagian dalam
dari cetakan utama untuk pengecoran beton. Lokasi /tempat dari bukaan
pembersihan berdasar kepada persetujuan Direksi Lapangan.
Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya kecuali bahwa
pembersihan pada lubang-lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose untuk
permukaan ekspose tanpa persetujuan Direksi Lapangan.
Dimana cetakan – cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose dengan
permukaan ekspose pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang bagian-
bagiannya dapat dilepas sepenuhnya seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan untuk beton ekspose
lokasi harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
Perancah, batnga-batang perkuatan penyanggah cetakan harus memadai sesuai
dengan metode perancah. Pemeriksaan perancah secara sering harus dilakukan
selama operasi pengecoran sampai dengan pembongkaran. Naikkan bila penurunan
terjadi, perkuat/kencangkan bila pergerakan terlihat nyata.
Pasanglah penunjang-penunjang berturut –turut segera, untuk hal-hal tersebut
diatas. Hentikan pekerjaan bila suatu perlemahan berkembang dan cetakan
memperlihatkan pergerakan terus menerus melampaui yang dimungkinkan dari
peraturan.
Pembersihan dari pelapisan dari cetakan; sebelum penempatan dari tulangan-
tulangan, bersihkan semua cetakan pada muka bidang kontak dan lapisi secara
seragam/merata dengan release agent untuk cetakan yang spesifik sesuai dengan
instruksi pabrik yang tercantum. Buanglah kelebihan dan tidak diijinkan pelapisan
pada tempat dimana beton ekspose akan dicor.
Pemeriksaan cetakan; beritahukan kepada Direksi Lapangan setidaknya 24 jam
sebelumnya dalam pengajuan jadual pengecoran beton.
i. Penyisipan dan Perlengkapan
Buatlah persediaan /perlengkapan untuk keperluan pemasangan atau perlengkapan-
perlengkapan, baut-baut, penggantung, pengunci angkur dan sisipan di dalam
beton.
Buatlah pola atau instruksi untuk pemasangan dari macam-macam benda.
Tempatkan expantion joint fillers seperti dimana didetailkan.
j. Dinding-dinding
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan profil seperti
diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi bukaan/lubang-lubang sementara
pada bagian bawah dari semua cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang-lubang tersebut setepatnya, segera sebelum
pengecoran beton kedalam cetakan-cetakan dari dinding.
Lengkapi dengan keperluan pengunci didalam dinding untuk menerima tepian dari
lantai-lantai beton.
k. Waterstops
Untuk setiap sambungan pengecoran yang mempunyai selisih waktu pengecoran
lebih ari 4 (empat) jam dan sambungan tersebut berhubungan langsung dengan
tanah atau air dibawah lapisan tanah dan dimana diiperlihatkan pada gambar-
gambar, harus dilengkapi dengan waterstop.
Letak/posisi waterstop harus akurat dan ditunjang terhadap penurunan. Penampang
sambungan kedap air sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan. Untuk tipe
waterstop dapat digunakan ’Expandable Water Stop’ berbahan dasar ’Bentonite
Clay’ ex fosroc atau yang setara.
r. Hal lain-lain
Buatlah cetakan untuk semua bagian pekerjaan beton yang diperlukan dalam
hubungannya dengan kelengkapan pekerjaan proyek. Meskipun setiap bagian
diperlihatkan secara terperinci atau dialihkan ke ”referred to” ataupun tidak.
Dilarang menanamkan pipa di dalam kolom atau balok kecuali pipa – pipa tersebut
diperlihatkan pada gambar-gambar struktur atau pada gambar kerja.
PASAL 33
PEKERJAAN KAYU KAP
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan/perakitan kayu rangka atap/kap sesuai
dengan gambar, meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini.
Pekerjaan yang menggunakan bahan kayu pada bangunan ini adalah Pekerjaan Kusen, daun pintu
dan jendela serta Pekerjaan Kap atap termasuk gording dan usuk reng.
2. BAHAN
a. Bahan yang dipakai pada pekerjaan:
Kayu Kusen pintu dan jendela dimensi terpasanga adalah 5/13 cm dan sudah dihaluskan.
Sedangkan untuk raam dan ketebalan daun pintu panil dimensi terpasang dengan tebal 3,5
cm. Tebal raam daun jendela terpasang tidak kurang dari 2,5 cm.
Kayu Gording dan moorplat 6/12 cm, Usuk 5/7 cm serta reng 3/4 cm sedangkan
ketebalan listplank kayu 2,5 cm sudah dihaluskan.
Bahan terpasang harus dalam keadaan utuh tidak cacat, tidak retak, tidak bengkok dan
cacat-cacat lainya.
b. Mutu kayu yang disyaratkan adalah kayu dengan kelas kuat II untuk semua jenis pekerjaan
kayu.
c. Sebelum material kayu didatangkan kelokasi penyedia/kontraktor terlebih dahulu membawa
contoh kayu yang akan digunakan. Untuk masing-masing penampang kayu sepanjang 80 cm.
Untuk diperiksa dan disetujui oleh direksi teknis.
d. Apabila saat pelaksanaan ternyata bahan yang digunakan berbeda dengan contoh/sampel
material. Maka pengawas/direksi teknis harus menolak semua bahan yang tidak sesuai dengan
sampel.
3. PELAKSANAAN
Pekerjaan Kusen
a. Pemasangan kusen harus sesuai pada posisi yang sudah ditentukan pada gambar kerja
b. Sambungan pada kusen dan daun pintu/jendela dengan sistem purus lobang serta diperkuat
menggunakan lem kayu.
c. Sebelum kusen-kusen dipasang jangan lupa diberi angker dengan Ø 8 mm
d. Pada waktu pemasangan kusen harus ditimbang gar semua permukaan bagian atasnya harus
rata dengan kusen yanglainnya.
Pekerjaan Kap
e. Setelah semua ring balok terpasang dan sudah berumur minimal 14 hari, maka dudukan kuda-
kuda tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Elevasi balok gevel (karena bangunan ini tidak
menggunakan kayu menggunakan gevel saja) harus benar-benar rata.
f. Secara umum sistem sambungan untuk sambungan kayu memanjang (gording) menggunakan
sambungan bibir lurus berkait.
g. Sambungan kayu pada gording diperkuat dengan baut Ø 12 mm.
h. Pada tumpuan kuda-kuda penuh ataupun setengah kuda-kuda harus disiapkan baut tumpuan
untuk mengikat antara ring balok dengan balok tarik kuda-kuda.
i. Pada saat pemasangan rangka kap dan usuk reng harus menggunakan jenis material kayu yang
seragam baik dimensi ataupun warna (untuk masing-masing penampang).
j. Pemasangan usuk/reng dan listplank yang kurang rata dan rapi harus diperbaiki dengan biaya
ditanggung sepenuhnya oleh penyedia/kontraktor.
PASAL 34
PEKERJAAN KACA
1. LINGKUP PEKERJAAN
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
2. Pekerjaan kaca meliputi seluruh detail yang disebutkan/ ditunjukkan dalam detail gambar
antara lain:
Kaca untuk ventilasi/kaca mati dan daun jendela menggunakan ketebalan 3 mm
2. PERSYARATAN BAHAN
1. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya mempunyai ketebalan
yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik
tembus cahaya, tarik, gilas dan pengambangan (float glass).
2. Toleransi lebar dan panjang
Ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi seperti yang ditentukan oleh
pabrik.
3. Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi potongan
yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maximum
yang diperkenankan adalah 1,5 mm per meter
4. Cacat-cacat
Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai ketentuan dari pabrik.
Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang berisi gas yang terdapat
pada kaca).
Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat mengganggu pandangan.
Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah baik sebagian atau seluruh tebal kaca).
Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar ke arah luar/
masuk).
Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave) benang adalah cacat garis timbul
yang tembus pandangan, gelombang adalah permukaan kaca yang berubah dan
mengganggu pandangan.
Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).
Mutu kaca lembaran yang digunakan mutu AA.
Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui toleransi yang ditentukan
oleh pabrik. Untuk ketebalan kaca 3 mm.
5. Bahan Kaca
Bahan kaca dari jenis Clear Glass dan kaca polos/ buram dengan ketebalan 3 mm harus
sesuai SNI 0047-1989-A.
6. Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas
3. PELAKSANAAN
1. Semua jenis kaca yang dipasang pada daun pintu harus rapi dan rapat serta diberi sealent
dari karet sesuai dengan ketentuan pekerjaan aluminium.
2. Semua kaca yang telah terpasang harus dijaga agar tidak terganggu dan dikotori akibat
pekerjaan lain yang masih dilaksanakan. Kaca yang pecah atau retak atau tergores harus
diganti. Semua kaca terpasang harus dibersihkan sebaik-baiknya dengan hati-hati.
3. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat
pekerjaan dalam buku ini.
4. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian.
5. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
6. Bahan yang terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi tanda untuk
mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur. Tanda-tanda harus dibuat
dari potongan kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem aci.
7. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat pemotong kaca
khusus.
8. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 mm masuk kedalam alur
kaca pada kusen.
9. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan menggunakan
cairan pembersih kaca.
10. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kusen, harus diisi
dengan lem silikon warna transparan cara pemasangan dan persiapan-persiapan pemasangan
harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan pabrik.
11. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan retak/ pecah,
dan bebas dari segala noda dan bekas goresan.
PASAL 35
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan semua alat penggantung dan pengunci
pada semua daun pintu dan jendela sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.
2. STANDAR / RUJUKAN
1. Standar dari Pabrik Pembuat.
2. Spesifikasi Teknis Pintu dan Jendela Alumunium dan Kayu.
3. PROSEDUR UMUM
1. Contoh
Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat penggantung dan pengunci yang akan
dipakai harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui, sebelum dibawa kelokasi
proyek.
2. Pengiriman dan Penyimpanan
Alat penggantung dan pengunci harus dikirimkan ke lokasi proyek dalam kemasan asli dari
pabrik pembuatannya, tiap alat harus dibungkus rapi dan masing-masing dikemas dalam kotak
yang masih utuh lengkap dengan nama pabrik dan mereknya. Semua alat harus disimpan dalam
tempat yang kering dan terlindung dari kerusakan.
3. Ketidaksesuaian.
Konsultan Pengawas berhak menolak bahan maupun pekerjaan yang tidak memenuhi
persyaratan dan Kontraktor harus menggantinya dengan yang sesuai. Segala hal yang
diakibatkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. BAHAN - BAHAN
1. Umum
Semua bahan/alat yang tertulis dibawah ini harus seluruhnya baru, kualitas baik, buatan pabrik
yang dikenal dan disetujui.
Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai kelembapan lebih dari
70%.
Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang didatangkan harus sesuai
dengan tipe-tipe tersebut dibawah.
2. Alat Penggantung dan Pengunci.
a. Rangka Bagian Dalam.
1) umum.
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam (kecuali pintu kaca dan pintu KM/WC)
menggunkan kunci dengan kulitas baik dengan sistem Master Key. Semua kunci harus
terdiri dari :
a. Kunci tipe silinder yang terbuat dari bahan kuningan, dengan 3 (tiga) buah anak
kunci.
b. Hendel/pegangan bentuk gagang atau kenop diatas plat yang terbuat dari bahan
alumunium.
c. Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng
dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi,
kayu atau alumunium), yang dilengkapi dengan lidah siang (latch bolt), lidah
malam (dead bolt), lubang silinder, face plate, lubang untuk pegangan pintu dan
dilengkapi strike plate.
2) Kunci dan Pegangan Pintu KM/WC.
a. Kunci pintu KM/WC harus menggunakan kunci kwalitas baik, dan terdiri dari:
b. Selot pengunci diatas pelat dibagian sisi dalam pintu, dengan indikator merah/putih
di bagian sisi luar pintu.
c. Hendel bentuk gagang di atas pelat.
d. Bahan kunci yang dilengkapi lidah pengunci (latch bolt), lubang untuk selot
pengunci dan hendel, face plate dan strike plate.
b. Engsel.
1) Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu kayu dan alumunium tipe ayun dengan
bukaan satu arah, harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 2mm.
2) Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela
harus dari tipe friction stay dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela.
3) Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm.
c. Hak Angin.
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu yang disetujui.
d. Pengunci Jendela.
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel tipe friction stay harus dari jenis spring knip.
e. Grendel Tanam / Flush Bolt.
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Umum.
a. Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai dengan persyaratan serta
sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya.
Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh dan rapih pada tempatnya, untuk
menjamin kekuatan serta kesempurnaan fungsinya.
b. Setiap daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 2 (dua) buah engsel dan
setiap daun jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu harus dilengkapi dengan 2
(dua) buah hak angin, sedangkan daun jendela dengan friction stay harus dilengkapi dengan
1 (satu) buah alat pengunci yang memiliki pagangan.
c. Semua pintu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 3 (tiga) buah engsel.
d. Semua pintu memakai kunci pintu lengkap dengan badan kunci, silinder, hendel/pelat,
kecuali untuk pintu KM/WC yang tanpa kunci silinder.
e. Engsel bagian atas untuk pintu kaca menggunakan pin yang bersatu dengan bingkai bawah
pemegang pintu kaca.
2. Pemasangan Pintu.
a. Kunci pintu dipasang pada ketinggian 1000 mm dari lantai.
b. Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 120 mm dari tepi atas daun pintu dan engsel
bawah berjarak maksimal 250 mm dari tepi bawah daun pintu, sedang engsel tengah
dipasang diantar kedua engsel tersebut.
c. Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan (hendel), pelat penutup muka
dan pelat kunci.
d. Pada pintu yang terdiri dari dua daun pintu, salah satunya harus dipasang slot tanam
sebagaimana mestinya, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
3. Pemasangan Jendela.
a. Daun jendela dengan engsel tipe kupu-kupu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan
engsel dan dilengkapi hak angin, dengan cara pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik
pembuatnya dalam Gambar Kerja.
b. Daun jendela tidak berengsel dipasangkan ke kusen dengan menggunakan friction stay
yang merangkap sebagai hak angin, dengan cara pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik
pembuatnya.
c. Penempatan engsel harus sesuai dengan arah buakaan jendela yang diinginkan seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan setiap jendela harus dilengkapi dengan sebuah
pengunci.
PASAL 36
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan, pengadaan tenaga kerja, alat-alat dan bahan berikut
pemasangan penutup atap dan perlengkapannya.
2. STANDAR/ RUJUKAN
a. Australian Standard AS 1397 –G550 – AZ 150, AS 3566
b. Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-1588-1989
3. PROSEDUR UMUM
a. Contoh Bahan
Contoh dan brosur bahan-bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus
diserahkan lebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa dan disetujui,
sebelum pengadaan bahan-bahan ke lokasi proyek.
4. BAHAN – BAHAN
a. Umum
Semua bahan –bahan yang tercantum dalam spesifikasi teknis ini harus seluruhnya
dalam keadaan baru berkualitas baik secara telah disetujui konsultan pengawas.
b. Atap Polycarbonat
Atap polycarbonat dipasang pada atap ruang tamu, Ketebalan atap yang digunakan
adalah 5 mm. Sedangkan rangka dari atap polycarbonat terbuat dari bahan yang
berbeda dari atap bangunan induk. Yaitu terbuat dari ranka besi hollow dengan rangka
induk 40.40.1,8 mm.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Umum
Sebelum pemasangan penutup akan dimulai, semua rangka Kap, seperti kuda-kuda,
gording harus sudah terpasang dengan baik.
Penutup atap metal sebelum dibawa ke lapangan, harus terlebih dahulu disesuaikan
bentuk serta ukurannya sesuai dengan yang tertera dalam gambar kerja.
Jarak antar penutup atap metal harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat
genteng metal yang digunakan. Sebelum pemasangan dilakukan, kontraktor harus
mengajukan gambar shop drawing yang menggambarkan tentang metode dan cara
pemasangannya kepada konsultan pengawas minimal lima hari sebelum pekerjaan
tersebut akan dilaksanakan.
b. Pemasangan
1) Pemasangan penutup atap genteng dan kelengkapannya harus dilaksanakan sesuai
petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatan dengan tetap memperhatikan
ketentuan dalam Gambar Kerja.
2) Sebelum pemasangan penutup atap dimulai, semua kerangka baja, seperti kuda-
kuda, gording harus sudah terpasang dengan baik.
3) Pemasangan penutup atap genteng dan kelengkapannya harus dilaksanakan sesuai
petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatannya dengan tetap memperhatikan
ketentuan dalam Gambar Kerja.
4) Penutup atap genteng berikut talang-talang (bila ditunjukan dalam Gambar Kerja)
harus dipasang dengan baik, dimulai dari bagian tepi bawah menuju ke atas sesuai
kemiringan atap yang ditunjukan dalam Gambar Kerja.
PASAL 37
PEKERJAAN LANTAI
1. LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
Semua permukaan lantai yang ditunjukkan pada gambar kerja termasuk keramik tangga.
Ukuran lantai keramik bangunan 40 x 40 cm KW I
Ukuran lantai keramik bangunan 40 x 40 cm KW I dengan permukaan kasar/anti slip.
Motif dan warna apabila belum tertuang dalam gambar rencana, akan ditentukan kemudian
dengan Direksi Proyek.
2. BAHAN/MATERIAL
a. Bahan keramik yang akan dipasang (merk, warna ataupun corak/motif) harus mendapat
persetujuan direksi, untuk itu pemborong harus mengajukan contoh terlebih dahulu kepada
direksi. Bahan tersebut harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup.
b. Semua keramik tersebut dapat menggunakan produk yang telah memiliki SII dan memenuhi
syarat PUBI 1972.
3. ADUKAN
Adukan dengan perbandingan 1 Pc : 4 Ps dipakai untuk pemasangan lantai keramik.
4. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Pemasangan lantai keramik diatas pasir urug padat setebal 10 cm untuk lantai dasar (diatas
tanah urug) dan tebal 3 cm untuk lantai atas (diatas plat beton). Karena lantai green house
dipasang diatas lantai eksiisting maka tegel lantai tersebut di bongkar terlebih dahulu.
b. Sebelum keramik dipasangkan pada perletakannya tersebut diberikan spesi dengan campuran
1 Pc : 4 Ps setebal 3 cm, kemudian dilanjutkan dengan bubur Pc yang sekaligus ditempelkan
pada bagian bawah lantai yang akan dipasang
c. Semua keramik yang akan dipasang terlebih dahulu direndam air, pengisian siar-siar harus
cukup merata/padat dengan semen sewarna.
d. Setelah pengisian nat-nat keramik selesai harus segera dibersihkan agar tidak mengeras dan
akan menghambat proses pembersihan.
PASAL 38
PEKERJAAN DINDING KERAMIK
1. LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
Dinding keramik dinding dapur :
Ukuran dinding keramik 20 x 25 cm KW. I
Ukuran keramik lantai 40 x 40 cm KW. I
Ukuran keramik lantai Gazebo 40 x 40 cm KW. I
Motif dan warna apabila belum tertuang dalam gambar rencana, akan ditentukan kemudian
dengan Direksi Proyek.
2. BAHAN/MATERIAL
a. Bahan keramik yang akan dipasang (merk, warna ataupun corak/motif) harus mendapat
persetujuan direksi, untuk itu pemborong harus mengajukan contoh terlebih dahulu kepada
direksi. Bahan tersebut harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup.
b. Semua keramik tersebut dapat menggunakan produk yang telah memiliki SII dan memenuhi
syarat PUBI 1972.
3. ADUKAN
Adukan dengan perbandingan 1 Pc : 4 Ps dipakai untuk pemasangan keramik.
4. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pemasangan keramik dinding sebaiknya pada tahap akhir, untuk menghindari kerusakan akibat
pekerjaan yang belum selesai. Permukaan dinding yang akan dipasang keramik harus bersih, cukup
kering dan rata air. Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan tata letak
ruangan/tangga/dinding yang ada. Pemasangan keramik dinding dimulai dari tulangan ini. Sebelum
dipasang, keramik dinding agar direndam dalam air terlebih dahulu. Setiap jalur pemasangan
sebaiknya ditarik benang dan rata air. Adukan semen semen untuk pemasangan keramik harus
penuh, baik permukaan dasar maupun di badan belakang keramik dinding yang terpasang.
Perbandingan adukan dan ketebalan rata-rata byang dianjurkan adalah Semen : Pasir = 1 : 4, dengan
ketebalan rata-rata 2,0 cm.
Lebar nat yang dianjurkan untuk dinding adalah 2 mm, dengan campuran pengisi nat (Grout) bahan
khusus AM 50. Bagi area yangt luas dianjurkan untuk diberi expansion joint. Khusus untuk
dinding luar, harap diberi tali air per jarak tertentu dengan mempertimbangkan desainnya, agar
tidak menerima beban terlalu berat. Bersihkan segera bekas adukan dari permukaan keramik , dapat
digunakan bahan pembersih yang ada di pasar dengan kadar asam tidak lebih dari 5%, setelah itu
segera bersihkan dengan air bersih. Karena sifat alamiah dari produk keramik, yang disebabkan
proses pembkaran pada temperatur tinggi, dapat terjadi perbedaan warna dan ukuran, untuk ini
periksa dan pastikan keramik dinding yang akan dipasang mempunyai seri dan golongan ukuran
yang sama.
Plesteran dinding untuk pemasangan keramik harus benar-benar rata dan cukup kering. Keramik
dipasang secara teliti dan rapi. Pemotongan ubin keramik harus menggunakan alat pemotong
khusus. Lebar dan kedalaman siar-siar harus sama (maksimal 3mm untuk dinding keramik) dan siar
harus membentuk garis-garis lurus. Siar-siar itu diisi dengan bahan pengisi warna (grout semen
berwarna) sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. Dinding keramik yang sudah terpasang
harus dibersihkan dari segala macam noda/kotoran yang melekat sehingga benar-benar bersih,
warnanya tidak kusam.
PASAL 39
PEKERJAAN LANGIT – LANGIT
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit dengan berbagai bahan penutup
langit-langit sesuai dengan gambar dan RKS, meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk
keperluan pekerjaan ini.
2. BAHAN
Bahan yang dipakai pada pekerjaan ini adalah Calsiboard 3,5 mm . Bahan terpasang harus
dalam keadaan utuh, kuat, permukaan rata dan tanpa cacat lainnya
Rangka plafond menggunakan rangka kayu dengan dimensi 5/7 cm sedangkan untuk rangka
induk dan pinggir menggunakan 5/10 cm. Ukuran rangka 60 cm x 80 cm.
Sedangkan untuk bahan list plafond menggunakan list givsum (motif list ditentukan kemudian
3. PELAKSANAAN
a. Pemasangan paku atau sekrup harus diberi maksimal 15 mm dari pinggir bahan penutup. Jarak
antara paku sekrup pada bagian tepi kalsiboard berjarak 20 cm sedangkan pada bagian tengah
penutup langit-langit jarak antara paku sekrup adalah 30 cm.
b. Sambungan pada pemasangan penutup langit-langit antara satu dengan lainnya adalah serapat
mungkin tanpa jarak yang pemasangannya dilakukan zig zag.
c. Untuk mendapatkan hasil permukaan yang benar-benar rata pada setiap sambungan harus
dilapisi dengan base bond dan paper tape dari produk yang sama dengan papan penutup langit-
langit dengan lubang dan garis tengah pelaksanaan sesuai brosur petunjuk.
d. Pemasangan penutup langit-langit harus ditimbang rata air agar mendapatkan permukaan yang
benar rata.
e. List langit-langit dipasang pada setiap permukaan antara dinding dan plafond dengan cara
pemasangan menggunakan paku atau sekrup sedemikian rupa sehingga pangkal paku atau
sekrup dapat masuk ke dalam bahan penutup langit-langit. Lubang bekas paku atau sekrup
harus ditutup dengan plamir/compund dari bahan gypsum sampai tak terlihat bekas lubangnya.
PASAL 40
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1. LINGKUP PEKERJAAN
Seperti pada gambar rencana, pemborong pekerjaan listrik harus melakukan pengadaan dan
pemasangan instalasi listrik untuk siap digunakan.
Adapun Lingkup Pekerjaan ini meliputi :
a. Pembuatan Shop drawing sebelum pekerjaan dilaksanakan.
b. Panel penerangan dan instalasinya.
c. Pekerjaan pengecatan dan perapihan
d. Pengujian/test/keer dan percobaan
e. Pembuatan As built drawing dan segala pekerjaan yang termasuk kedalam pekerjaan ini.
2. PERSYARATAN UMUM
a. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh Pemborong pekerjaan listrik yang memiliki surat ijin dari
PLN yang masih berlaku.
b. Pelaksanaan Pekerjaan Instalasi Listrik ini pada dasarnya harus memenuhi persyaratan
yang dikeluarkan oleh PLN dan Instansi yang berwewenang lainnya (SNI 04-0225-1987
Tentang Peraturan Umum Instalasi Listrik).
c. Pemborong Listrik harus membuat gambar-gambar revisi (As built drawings) dan
menyerahkan ke Direksi dalam rangkap 5 (lima).
3. BAHAN/MATERIAL
a. Semua barang yang akan dipasang adalah barang baru dan terlebih dahulu, mengajukan
contoh untuk disetujui Direksi.
b. Panel penerangan terbuat dari plat besi tebal 1,0 mm dicat anti karat dan dilengkapi
dengan kunci. Panel penerangan harus ditanahkan (grounding) dengan tahanan 5 Ohm.
c. Kabel Instalasi Listrik.
1) Kabel instalasi Penerangan dan stop kontak dipakai jenis NYA, NYM dan NYY.
dengan ukuran sesuai dengan keperluan pada masing-masing fungsi. Ukuran kawat
pada masing-masing type kabel tersebut 2,5 mm.
2) Penyambungan kabel harus menggunakan terminal box dan harus dipasang inbouw
untuk memasang instalasi yang tertanam harus dilengkapi dengan conduit/pipa
beng/PVC dengan diameter 3/8" atau sesuai dengan keperluan. Demikian juga dengan
sambungan listrik.
d. Saklar dan Stop Kontak
1) Saklar dan stop kontak harus dipasang inbouw, saklar dan stop kontak harus
mempunyai kapasitas minimum 109 Ampere.
2) Ketinggian pemasangan saklar & stop kontak kurang lebih 150 cm dari muka lantai kecuali
bila stop kontak terpaksa harus dipasang kurang lebih 30 cm dari muka lantai.
PASAL 41
INSTALASI PLUMBING, AIR BERSIH, AIR BEKAS, DAN AIR KOTOR
b. Material
Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan adalah baru bebas
dari cacat defective material, improver material dan menjamin terhadap kualitas atau
mutu barang sesuai dengan tujuan spesifikasi.
Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus diganti seluruh
biaya yang timbul akibat penggantian material /peralatan menjadi tanggungan
kontraktor.
d. Gambar Perencanaan
Walaupun didalam gambar perencanaan atau spesifikasi tidak tercantum semua pipa-
pipa, fitting-fitting, katup-katup dan fixtures secara terperinci, tetapi bagian-bagian
tersebut merupakan suatu kelengkapan sistem, maka kewajiban kontraktor untuk
memasang hal tersebut agar sistem beroperasi dengan baik dan sempurna.
e. Gambar-gambar Kerja
Gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu berada dilapangan (site), termasuk
perubahan-perubahan atau usulan-usulan dan lain sebagainya.
f. Gambar Pelaksanaan
Kontraktor harus membuat gambar instansi (Shop Drawing) sebanyak 3 (tiga) rangkap
untuk disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas dan harus menyerahkan
Gambar pelaksanaan (as built drawing) yang meliputi denah, instalasi yang terpasang,
detail pemasangan, detail peralatan dan seluruh instansi diatas/sebanyak 5 rangkap
cetakan dan 1 kalkir. Pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang umum berlaku
dan mengikuti Pedoman Plumbing Indonesia Tahun 1979.
g. Contoh-contoh Barang
Kontraktor wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan, kepada Direksi Lapangan termasuk brosur-brosur dari alat-alat tersebut
untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan, sebelum alat-alat tersebut
dipasang. Bila ternyata terdapat bahan-bahan yang telah dinyatakan tidak baik/tidak bisa
dipakai oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas, maka kontraktor harus mengganti
bahan-bahan tersebut sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam spesifikasi.
h. Tenaga Pelaksanaan
Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga-tenaga ahli dalam
bidangnya (skilled labour), agar dapat memberikan hasil kerja yang baik dan rapi.
Kontraktor wajib mempunyai PAS INSTALATUR yang dikeluarkan oleh PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum) setempat dan surat Rekomendasi lainnya apabila
diperlukan dalam pekerjaan ini.
i. Koordinasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mengadakan koordinasi
dengan Kontraktor lain yang mengerjakan pekerjaan struktur, elektrikal, interior dan
sebagainya, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pemasangan
dapat diperkecil /dihilangkan. Kesalahan pemasangan akibat tiadanya kerjasama
tanggung jawab Kontraktor sebelumnya.
j. Izin
Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melaksanakan
instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana termasuk biayanya.
Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain beserta keterangan-keterangan resminya
yang mungkin diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini harus dilakukan oleh
Kontraktor atas tanggungan dan biaya Kontraktor.
k. Koordinasi
1. Semua pekerjaan galian dan penimbunan yang dilakukan oleh pihak lain, maka
Kontraktor Pelaksana harus memberikan data-data, ukuran-ukuran dan gambar –
gambar pekerjaan ini bilamana ada pihak yang melaksanakannya.
2. Semua pekerjaan pembuatan dudukan untuk mesin dilakukan oleh Kontraktor.
Kontraktor harus memberikan data-data, ukuran-ukuran, gambar-gambar dan
peralatan yang diperlukan kepada pihak lain yang memerlukannya.
3. Apabila semua penarikan kabel-kabel listrik sampai ke panel peralatan dilakukan
oleh pihak lain. Kontraktor wajib memberikan gambar-gambar dan data-data yang
diperlukan kepada pihak lain yang mengerjakannya.
4. Semua penarikan pemipaan yang dilakukan oleh pihak lain dan tidak tercantum
dalam gambar dan spesifikasi, maka kontraktor harus berkoordinasi dan
memberikan data-data, ukuran-ukuran dan gambar-gambar kepada pihak lain yang
mengerjakannya.
l. Penolakan Instalasi
Kontraktor harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan yang akan
dipergunakannya kepad Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas atau pihak yang
ditunjuk untuk dimintakan persetujuan tertulis. Dengan mencantumkan secara lengkap
merek, type, spesifikasi dari semua contoh bahan yang akan diajukan.
Kontraktor harus membuat jadwal/schedule waktu yang terperinci untuk setiap
pekerjaannya dan diserahkan Kepada Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas atau
pihak yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuannya.
PASAL 42
PEKERJAAN CAT
a. Pekerjaan cat kayu yang harus dilaksanakan adalah semua kuzen-kuzen kayu dan listplank,
serta seluruh permukaan kayu yang diexpose.
b. Cat kayu yang dipakai adalah cat kayu dengan kwalitas tinggi. Bahan cat yang akan
dipergunakan terlebih dahulu harus mengajukan contoh untuk disetujui Direksi, warna cat
ditentukan kemudian.
c. Pekerjaan dempulan, meni, plamir dan penghalusan (diamplas) harus dilaksanakan sehingga
rapi dan halus sebelum pengecatan dilaksanakan.
d. Pekerjaan yang ternyata retak, belang dan tidak rata harus diulangi dan diperbaiki.
a. Pekerjaan cat besi yang harus dilaksanakan adalah semua bidang railiing tangga dan rangka
atap untuk polycarbonat pada ruang tamu.
b. Cat besi yang dipakai adalah besi dengan kwalitas menengah. Bahan cat yang akan
dipergunakan terlebih dahulu harus mengajukan contoh untuk disetujui Direksi, warna cat
ditentukan kemudian.
c. Pekerjaan dempulan, meni, dan penghalusan (diamplas) harus dilaksanakan sehingga rapi dan
halus sebelum pengecatan dilaksanakan.
d. Pekerjaan yang ternyata retak, belang dan tidak rata harus diulangi dan diperbaiki.
PASAL 43
PEKERJAAN PEMBERSIHAN AKHIR
A. Umum
Selama masa penanganan pelaksanaan pihak Penyedia Barang/Jasa harus tetap memelihara
pekerjaan sedemikian rupa sehingga terbebas dari sisa bangunan, kotoran dan sampah yang
dihasilkan sebagai akibat adanya kegiatan proyek. Pada saat selesainya pekerjaan, pihak Penyedia
Barang/Jasa diharuskan menyingkirkan seluruh bahan sisa dan bahan kelebihan, sampah,
perlengkapan, peralatan dan mesin dari lapangan, seluruh bagian permukaan hasil penanganan harus
terlihat bersih dan proyek yang akan diserahkan harus sudah dalam keadaan siap pakai.
C. Pembersihan Akhir
1. Pada saat selesainya pekerjaan lapangan, daerah proyek harus tetap dijaga kebersihannya dan
siap dipakai oleh pemilik. Pihak Penyedia Barang/Jasa harus memulihkan daerah proyek yang
tidak merupakan bagian pekerjaan untuk perbaikan seperti dijelaskan dalam dokumen kontrak
sesuai keadaan aslinya.
2. Pada saat pembersihan akhir, seluruh perkerasan harus diperiksa kembali, karena kemungkinan
ada kerusakan fisik yang ditemukan sebelum pembersihan akhir. Daerah kerja yang diperkeras
dan seluruh daerah fasilitas umum yang diperkeras yang terletak di dekat daerah lokasi kerja
harus disikat bersih. Seluruh permukaan harus dibersihkan dengan garu dan sampahnya harus
dibuang seluruhnya.
PASAL 44
PEKERJAAN LAIN LAIN
Apabila didalam RKS ini tidak tercantum uraian,peraturan dan ketentuan yang sebenarnya
termasuk dalam pekerjaan pemborongan, maka semua pekerjaan dan peraturan itu harus
dilaksanakan agar tercapai penyelesaian pekerjaan yang diharapkan serta memuaskan semua
pihak.
ttd ttd
Mengetahui : Mengetahui :
Plt. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Lombok Barat Kabupaten Lombok Barat
ttd ttd