1. PERATURAN TEKNIS
Untuk melaksanakan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan-ketentuan dan peraturan-
peraturan seperti tercantum dibawah ini termasuk segala perubahan-perubahannya hingga kini ialah :
a. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi;
b. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2000 tentang usaha dan peran masyarakat dalam konstruksi;
c. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi;
d. Peraturan Presiden RI. No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden RI.
No.16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
e. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi.
f. Standart Industri Indonesia
g. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja tentang penggunaan tenaga,
keselamatan dan kesehatan kerja.
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
3. JADWAL
Paling lambat 2 (dua) minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang pelelangan, pemborong
diharuskan mengajukan ;
a. Jadwal waktu (time Schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan
secara panah (network planning) dan program balik (barchat).
b. Jadwal Pengadaan tenaga kerja
c. Jadwal pengadaan bahan material
d. Struktur organisasi pelaksana lapangan
Bagan-bagan yang disebutkan diatas (a) sampai (d) harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pekerjaan sebagai dasar/patokan pemborong dalam melaksanakan pekerjaan dan pemborong
wajib mengikutinya.
5. PEMAKAIAN UKURAN
a. Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang
tercantum dalam Rencana Kerja & Syarat-syarat serta gambar-gambar berikut tambahan dan
perubahannya.
b. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagian-bagiannya dan memberitahukan Direksi pekerjaan tentang setiap perbedaan yang
ditemukan didalam RKS dan gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan, pemborong dapat
membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakan pekerjaan setelah ada persetujuan secara
tertulis oleh Direksi.
c. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan didalam hal apapun
menjadi tanggung jawab pemborong.
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
12. PENGAWASAN
a. Pemborong harus mengadakan fasilitas-fasilitas untuk menguji, memeriksa setiap
bagian pekerjaan dan bahan serta peralatan yang diperlukan.
b. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan direksi
pekerjaan, jika diperlukan untuk dibuka sebagian/seluruhnya menjadi tanggung jawab
pemborong.
c. Jika pemborong akan melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja (lembur) hingga
pengawasan, maka harus meminta permohonan untuk pelaksanaan pekerjaan dan segala biaya
ditanggung pemborong.
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan pengaspalan harus sesuai dengan gambar kerja, RKS dan BOQ, yang terdiri dari :
a.Pekerjaan Persiapan
b.Pekerjaan Tanah
c.Pekerjaan Lapisan Berbutir
d.Pekerjaan Lapisan Beraspal
Sarana Bekerja :
Untuk kelancaran pekerjaan kontraktor harus menyediakan :
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Alat-alat Bantu, alat-alat pengangkut dan alat alat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya.
Cara Pelaksanaan :
Pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
Rencana Kerja & Syarat-Syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti
petunjuk Direksi.
2. PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Pengukuran
1. Sebelum dimulainya pekerjaan, pemborong harus melaksanakan pengukuran
dilokasi yang sudah disepakati.
2. Sebelum Pelaksanaan pengukuran, pemborong wajib memberikan laporan tertulis
kepada Direksi pekerjaan.
3. Hasil pelaksanaan pekerjaan pengukuran dimintakan persetujuan Direksi pekerjaan,
dan hanya hasil pengukuran yang telah disetujui Direksi digunakan sebagai dasar pekerjaan
selanjutnya.
4. Bila terdapat penyimpangan dari gambar pelaksanaan, pemborong harus
mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang dari daerah yang terjadi penyimpangan,
kepada Direksi untuk dimintakan tanda tangan persetujuan penyimpangan tersebut.
5. Apabila terdapat revisi, hasilnya diajukan kembali untuk mendapatkan persetujuan
Direksi pekerjaan, hasil persetujuan tersebut dibuat di kertas kalkir dengan 3 (tiga) lembar
hasil reproduksi. Ukuran huruf yang dipakai pada gambar serta ketentuan-ketentuan Direksi
pekerjaan akan dijadikan gambar pelaksanaan sebagai pengganti gambar lama.
3. PEKERJAAN TANAH
a. Pekerjaan Tanah.
1. Bahan tanah yang digunakan untuk urugan harus bersih dari humus dan expensvie (Low
clay contens), bebas sampah, bebas dari bahan organisme dan lain-lain sesuai dengan
petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
2. Pemerataan Tanah dan Pengurukan tanah dilakukan pada lahan dimana akan dibangun.
3. Menyusun rencana kerja secara grafis yang disertai dengan penjelasan-penjelasan sejenis
tentang jenis, kualitas equipment yang akan digunakan, metode kerja, cara pengangkatan
dan distribusi tanah, tempat-tempat penimbunan dan penyimpanan, lokasi gudang, los
kerja dan sebagainya dari jumlah tenaga kerja yang digolongkan dalam tingkat
ketrampilan.
4. Mengadakan koordinasi kerja sebaik-baiknya dengan pekerjaan lain.
b. Persyaratan.
Titik duga untuk rambu-rambu petunjuk tidak dibongkar sebelum mendapat ijin
tertulis dari ahli, sedangkan rambu-rambu yang tidak dipakai harus dipelihara dan disimpan
ditempat-tempat yang disediakan Penyedia Barang/Jasa.
c. Penggalian.
1. Tanah humus digali dan dipisahkan dari lapisan tanah dibawahnya, pengupasan (stripping)
dengan kedalaman disesuaikan gambar.
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
2. Jika tebal tanah humus lebih tebal dari 20 cm, seluruh tebal humus akan digali dan
digunakan kembali sebagai urugan lapisan penutup. Seperti diuraikan diatas, sesuai dengan
instruksi Direksi/Konsultan Pengawas dan biaya yang diakibatkan dianggap telah
termasuk dalam kontrak dan tidak dapat diajukan sebagai tambahan biaya.
3. Humus dinyatakan sebagai setiap lapisan tanah yang langsung berada diatas permukaan
tanah dapat berisi atau berupa organis lainnya yang menurut pendapat Direksi/Konsultan
Pengawas akan mempengaruhi stabilitas dari setiap pembersihan halaman, lapisan atas
tanah liat, tumbuh-tumbuhan dan lumpur dari akibat air, harus dihilangkan.
4. Bilamana lapisan humus telah digali dan cocok untuk digunakan sebagai bahan pelapis, sisi-
sisi humus tersebut harus dikumpulkan dulu untuk digunakan kembali. Sisa tanah humus
harus diambil dan dibuang keluar halaman pembuangan dan pengangkutan adalah menjadi
tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa Biaya apapun untuk pembuangan dan pengangkutan
dianggap sudah termasuk dalam seluruh Kontrak.
5. Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan panjang, kedalaman, kemiringan dan
lingkungan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan atau seperti dinyatakan
dalam gambar atau seperti diperlukan untuk pemindahan tanah macam apapun yang ada dan
tidak dibutuhkan serta galian tersebut akan digunakan baik untuk urugan atau dibuang,
tergantung instruksi Direksi/Konsultan Pengawas.
6. Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan panjang, kedalaman, kemiringan dan
lingkungan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan atau seperti dinyatakan
dalam gambar atau seperti diperlukan untuk pemindahan tanah macam apapun yang ada dan
tidak dibutuhkan serta galian tersebut akan digunakan baik untuk urugan atau dibuang,
tergantung instruksi Direksi/Konsultan Pengawas.
7. Persetujuan terhadap tempat pengambilan tanah. Semua tempat pengambilan tanah untuk
memenuhi kebutuhan tanah, pekerjaan pengurugan seluruhnya harus dari kualitas yang
sama dan hanya dapat dipakai jika ada persetujuan dari Direksi/Konsultan terlebih dahulu.
Penyedia Barang/Jasa harus memberikan keterangan yang lengkap pada Direksi/Konsultan
Pengawas tentang jumlah, kualitas dan keseragaman dari tempat penggalian yang dimaksud,
sekurarang-kurangnya sepuluh hari sebelum penggalian ditempat Penyedia Barang/Jasa
harus menyerahkan kepada Konsultan Direksi/Konsultan contoh-contoh tanah yang
diambil dari tempat tersebut menurut cara yang disetujui. Biaya untuk pengambilan contoh-
contoh tanah dari tempat galian, termasuk angkutan dari dan kearah lokasi seluruhnya
menjadi beban Penyedia Barang/Jasa dan dianggap termasuk dalam biaya kontrak.
d. Pekerjaan Urugan
1. Setelah lapisan atas dikupas, daerah bangunan tersebut harus dipadatkan hingga mencapai 90
% kepadatan maksimum paling sedikit sedalam 15 cm sebelum urugan dilaksanakan.
2. Untuk daerah bukan bangunan, sebelum pelaksanaan urugan tanah harus dipadatkan
hingga mencapai 90 % kepadatan maksimum sedalam 15 cm.
3. Untuk dapat menentukan kadar air optimum dan jumlah gilasan yang dibubuhkan guna
mencapai kepadatan maksimum harus dilakukan "Pemadatan Percobaan" dengan bahan
timbunan dan peralatan yang akan digunakan.
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
1. Muka tanah harus dibentuk dengan rata dan baik, sesuai dengan garis ketinggian atau
kedalaman menurut gambar rencana.
2. Daerah-daerah yang akan menerima slabs, basecourt atau pengerasan, pembentukan
permukaan terakhir tidak boleh menyimpang lebih dari 1,5 cm dari ketinggian yang
ditetapkan.
3. Daerah yang akan ditanami atau dibiarkan terbuka, penyimpangannya tidak boleh lebih
dari 3 cm dari ketinggian yang ditentukan.
4. Untuk mencegah longsor dan erosi harus dibuatkan parit sementara dan dibuat dengan
kemiringan 2 %.
g. Direksi/Konsultan Pekerjaan
1. Selama pelaksanaan pekerjaan dan masa pemeliharaan harus diadakan tindakan pengecekan
baik terhadap genangan atau arus air yang dapat menyebabkan terjadinya erosi. Pencegahan
ini termasuk pembuatan sumur-sumur penampung, pompa air dan tindakan lain yang dapat
diterapkan guna mecegah pekerjaan atau penundaan pekerjaan, termasuk pencegahan
terhadap masuknya air hujan atau air tanah dari daerah sekitarnya dan sebagainya.
2. Pemborong harus menjaga lapangan kerja dari kerusakan; semua sarana umum yang masih
digunakan seperti saluran air dan air minum, listrik dan lain-lain yang dijumpai. Bila
sampai terjadi kerusakan maka Pemborong harus memperbaikinya atau bila karena
terdapatnya sarana-sarana itu kelancaran pekerjaan akan terganggu, ia harus memindahkan
tanpa adanya biaya tambahan.
j. Galian Tanah
1. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pasangan pondasi dan semua pasangan lainnya
dibawah tanah.
2. Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan dan bila ini terjadi
pengurugan kembali harus dilakukan dengan pasangan atau beton tumbuk tanpa biaya
tambahan dari Pemberi Tugas.
3. Semua unsur-unsur pengganggu yang terdapat didalam atau didekat tanah galian seperti akar
atau tunas pohon, sisa kayu-kayuan, bekas bongkaran, batu-batuan dan sebagainya harus
dikeluarkan dan disingkirkan.
4. Pada bagian-bagian yang dianggap mudah longsor Pemborong harus mengadakan tindakan
pencegahan dengan memasang papan-papan penahan atau cara lain.
5. Kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat gugurnya tanah, dengan alasan apapun menjadi
tanggungan Penyedia Barang / Jasa.
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
l. Urugan Tanah
1. Urugan kembali lubang pondasi hanya boleh dilaksanakan seijin Direksi/Konsultan
Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan pondasi.
2. Setiap tanah urugan harus dibersihkan dari tunas tumbuh-tumbuhan dan segala macam
sampah atau kotoran, tanah urugan harus dari jenis tanah berbutir (tanah ladang atau
berpasir atau tidak terlalu basah).
3. Urugan tanah harus dipasang sepadat mungkin dengan mesin pemadat (compactor) dan
tidak dibenarkan hanya menggunakan timbris.
4. Urugan tanah untuk meninggikan atau memperbaiki permukaan, pada dasarnya akan
ditentukan dan dibawah Direksi/Konsultan Pengawas, menurut ketinggian, lebar dan
kedalaman yang diperlukan.
5. Pelaksanaannya harus dilakukan dengan mesin gilas lapis demi lapis. Setiap lapis tidak
boleh lebih tebal dari 20 cm.
6. Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah atau disingkirkan dari tempat-tempat
yang akan ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
m. Pekerjaan Pemadatan
Penjelasan pekerjaan ini tidak terpisah dan berhubungan dengan pekerjaan
pengurugan. Penggunaan peralatan untuk pekerjaan pemadatan harus mendapat persetujuan
Direksi/Konsultan Pengawas sebelumnya. Selama pemadatan Penyedia Barang/Jasa harus
memperbaiki pekerjaan pemadatan dengan bahan yang sesuai dengan persyaratan bila ternyata
timbul hal-hal yang bertentangan dengan syarat teknis untuk pemadatan berhubung dengan
pekerjaan pengurugan sebelumnya.
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
rencana atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis fondasi agregat
yang telah selesai sesuai yang disyaratkan.
3. Pengadaan, mencakup pemecahan, pemisahan, pencampuran dan operasi lainnya yang perlu
untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan pada seksi ini. Lapis fondasi
agregat pada seksi ini mencakup lapis fondasi bawah dan lapis fondasi.
b. Elevasi Permukaan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Tinggi Permukaan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis + 1,5 cm
pondasi bawah -1,5 cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk + 1 cm
lapis pondasi jalan yang akan di tutup dengan -1 cm
lapis resap ikat atau pelaburan
d. Kerataan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Kerataan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis pondasi - 1 cm
bawah
Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk lapis + 1 cm
pondasi jalan yang akan di tutup dengan lapis resap
ikat atau pelaburan
Pengukuran kerataan permukaan dengan mistar perata panjang 3 m yang diletakkan sejajar
dan melintang sumbu jalan, dilakukan setelah semua bahan yang dilepas di bersihkan.
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
6. Bahan lapis fondasi agregat harus diangkut ke badan jalan dan harus segera dihampar dan
dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air sehingga kadar air pemadatan yang merata
dalam rentang yang disyaratkan.
7. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
8. Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan tebal padat yang
diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Apabila diperlukan penghamparan lebih dari
satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
9. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat
lapis fondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain
oleh Direksi Teknis.
10. Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Teknis,
hingga kepadatan akhir mencapai paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum
modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
11. Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin pemadat beroda karet untuk
pemadatan lanjutan untuk menghasilkan ikatan butiran yang lebih baik dan stabil. Alat
pemadat roda besi berpenggetar hanya digunakan untuk pemadatan awal.
12. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 2% di
bawah kadar air optimum sampai 2% di atas kadar air optimum, kadar air optimum adalah
seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang
ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
13. Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi terendah dan bergerak ke sisi
tertinggi bergeser dalam arah melintang demikian juga di daerah super-elevasi.
14. Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur dengan lajur lainnya selebar
tebal lapisan.
15. Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau
mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang
disetujui Direksi Teknis.
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
Aspal Cair
0.4-1.3 0.2-1.0
Aspal Emulsi
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam system
penyemprotan. Jumlah pemakaian aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera
diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
i) Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari
kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas.
j) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan
semprot pada saat beroperasi.
k) Setelah pelaksanaan penyemprotan, aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan
yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat
ijuk atau alat penyapu dari karet.
l) Lalu lintas tidak diizinkan lewat sampai penghamparan lapis beraspal di atasnya selesai
dikerjakan.
d. Lapis Beraspal
1. Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus dicampur di instalasi
pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat agar memenuhi formula campuran
kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dengan mencari gradasi dengan cara penyaringan
basah dari contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) sebelum produksi campuran
dimulai dan pada waktu-waktu tertentu, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknis, untuk
menjamin pengendalian penakaran. Aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke
dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan sesuai formula campuran kerja. Apabila
digunakan instalasi pencampur system penakaran, seluruh agregat kering harus dicampur
terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang tepat ditambahkan ke dalam agregat
tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang ditentukan dengan “pengujian
derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-
2439-1991 (biasanya sekitar 45 detik), untuk menghasilkan campuran yang homogen dan
semua butiran agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus
ditetapkan oleh Direksi Teknis dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal.
Untuk instalasi pencampuran sistem menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan harus
ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
dengan prosedur SNI 03-2439-1991 dengan waktu pencampuran, paling lama 60 detik yang
ditentukan dengan menyetel bukanan pintu sekat dalam alat pencampur
2. Temperatur campuran beraspal pada saat tiba di lokasi harus dalam rentang antara 130° – 150°
C Tidak ada campuran beraspal yang diterima dalam pekerjaan apabila temperatur melampaui
atu kurang dari temperatur yang disyaratkan.
3. Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap muatan harus
dicatat berat kotor, berat kosong dan berat netto.
4. Penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang terkecuali tersedia
penerangan minimal 100 lux yang dapat diterima oleh Direksi Teknis.
5. Semua permukaan yang akan dilapisi atau akan diberi lapis perata harus disiapkan sedemikian
rupa sehingga didapat kondisi yang baik. Permukaan yang dalam kondisi rusak, harus
dibongkar dan diperbaiki sampai diperoleh permukaan yang keras dengan bahan yang disetujui
oleh Direksi Teknis yang setelah diperbaiki memenuhi toleransi yang disyaratkan.
6. Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus dibersihkan dari bahan
yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan compressor dan atau sapu mekanis (power
broom) yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan.
7. Lapis Perekat (tack coat) harus diterapkan secara perata sesuai sesifikasi teknis ini.
8. Acuan tepi yang tersedia pada finisher harus digunakan, bila diperlukan dapat pula digunakan
balok kayu lurus atau acuan lain yang disetujui dan harus dipasang sesuai dengan garis serta
ketinggian sesuai rencana ketebalan hamparan.
9. Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) harus bersih, licin, tidak cacad, tidak ada
butiran batuan atau sisa campuran yang terselip pada sambungan (dibawah crown control) dan
harus dipanaskan dengan alat pemanas yang terdapat pada Alat Penghampar. Campuran
beraspal harus dihampar sesuai dengan ketebalan yang direncanakan dan diratakan sesuai
dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
10. Pengendalian tebal rencana dapat dilakukan secara manual atau dengan pengendalian tebal
mekanis berupa taut string (wire), short skies, dan long skies.
11. Crawler atau roda finisher harus duduk di atas lapisan dasar, tidak boleh menginjak ceceran-
ceceran campuran.
12. Penghamparan harus dimulai dari lajur yang rendah terlebih dahulu apabila pekerjaan yang
dilaksanakan lebih dari satu lajur.
13. Peralatan pra-pemadat vibrasi pada alat perata harus dijalankan dan berfungsi dengan baik
selama penghamparan dan pembentukan.
14. Bila digunakan alat penumbuk untuk pemadatan awal maka alat penumbuk tidak boleh telah
aus sedemikian rupa sehingga tidak berfungsi memberikan kepadatan awal.
15. Temperatur sisa campuran beraspal yang belum terhampar di bawah alat perata harus
dipertahankan sesuai temperatur atau viskositas yang disyaratkan .
16. Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang konstan dan tidak
menyebabkan terjadinya segregasi, terseret, retak permukaan, ketidakseragaman atau bentuk
ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disesuaikan dengan
kapasitas produksi UPA dan ketebalan hamparan sebagai yang disetujui oleh Direksi Teknis
dan harus ditaati.
17. Apabila terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat penghampar harus
dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki
18. Penaburan tidak boleh dilakukan di atas permukaan hamparan yang telah rapih, butiran kasar
sisa penaburan di daerah yang tidak rapih tidak boleh dikembalikan untuk dihampar.
19. Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus diperiksa
dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal
yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
rentang temperatur sesuai viskositas aspal yang ditunjukkan dan dilakukan dari sisi rendah
bergeser ke sisi yang lebih tinggi.
20. Penggilasan campuran beraspal harus terdiri dari 3 (tiga) tahap yang terpisah berikut ini:
a) Pemadatan awal (breakdown rolling).
b) Pemadatan utama (intermediate rolling).
c) Pemadatan akhir (finish rolling).
21. Penggilasan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja.
Penggilasan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar.
Setiap titik perkerasan harus menerima minimum 2 (dua) lintasan penggilasan awal. Pemadatan
utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang
pemadatan awal dan dilakukan sebanyak mungkin lintasan dalam rentang temperatur yang
disyaratkan
22. Pemadatan akhir harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar sampai
jejak bekas pemadatan roda karet hilang.
23. Pelaksanaan pemadatan pada sambungan melintang harus dilakukan dengan terlebih dahulu
memasang dua buah balok kayu diluar lajur sejajar sambungan melintang untuk dudukan roda
pemadat saat berada di luar lajur dengan ketebalan sesuai dengan tebal padat lapisan.
24. Bila sambungan memanjang dibuat untuk menyambung dengan lajur yang dikerjakan
sebelumnya, maka lintasan awal harus memadatkan sambungan sebanyak 2 (dua) lintasan dan
selanjutnya dilakukan pemadatan memanjang sesuai dengan prosedur yang berlaku.
25. Pemadatan selanjutnya dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan dari sisi terendah
menuju ke sisi tinggi lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap.
26. Apabila menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan awal harus terlebih
dahulu menggilas sambungan lajur dengan lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga + ¾
dari lebar roda pemadat yang menggilas sisi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan
dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat
bertumpang tindih minimal selebar 15 cm.
27. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam untuk
roda karet dan harus selalu dijaga pada kecepatan konstan sehingga tidak mengakibatkan
bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh
diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorong, terbentuknya bekas
gilasan campuran beraspal. Alat pemadat tidak boleh (berhenti) di atas hamparan yang sedang
dipadatkan.
28. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh
pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam kondisi mudah dikerjakan
sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan.
29. Roda alat pemadat harus dibasahi secara mengkabut terus menerus untuk mencegah pelekatan
campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan.
Untuk menghindari lengketnya butiran-butiran halus campuran beraspal pada roda karet, roda
dapat dibasahi dengan air yang dicampur sedikit deterjen.
30. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas permukaan yang baru selesai
dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
31. Bahan bakar, pelumasan dan gemuk yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di atas perkerasan yang sedang dikerjakan,
dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Penyedia Jasa atas
perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini menjadi
beban Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus mencegah agar tidak terjadi ceceran aspal di atas
permukaan perkerasan.
32. Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan elevasi, lereng melintang,
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
kelandaian, dan berada dalam batas lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi
yang disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas
yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat
tertentu dari campuran beraspal terhampar dengan luas minimal 0,1 m2 (tunggal) yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh
tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan
yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
33. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa harus memotong
dengan gergaji tepi perkerasan agar bergaris rapih. Setiap hamparan yang berlebihan, dan
sambungan memanjang dan melintang yang akan disambung dengan lajur baru harus dipotong
tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik jalan
yang lokasinya disetujui oleh Direksi Teknis.
34. Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus diatur
sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris dengan sambungan lapis
dibawahnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada
lapisan teratas harus berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
35. Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal yang telah dipadatkan
sebelumnya kecuali apabila tepinya telah dibentuk tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus.
Sapuan aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan permukaan lama dan baru harus diberikan
sebelum campuran beraspal dihampar di sebelah campuran beraspal yang telah digilas
sebelumnya. Sapuan aspal lapis perekat tidak boleh mengenai permukaan lapis sebelumnya.
C. P E N U T U P
Apabila didalam RKS/Bestek ini tidak tercantum uraian-uraian dan ketentuan-ketentuan yang
sebenarnya yang termasuk dalam pekerjaan pemborong maka pekerjaan lain yang belum diatur
dalam ketentuan ini akan ditentukan kemudian, apabila dilakukan perbaikan (Tambah kurang)
harus atas persetujuan Direksi/Pemimpin Proyek.
Direktur
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
DIVISI 11
PENUTUP
Apabila didalam Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Kontruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2) ini
tidak tercantum uraian-uraian dan ketentuan-ketentuan yang sebenarnya yang termasuk dalam pekerjaan
pemborong maka pekerjaan lain yang belum diatur dalam ketentuan ini akan ditentukan kemudian,
apabila dilakukan perbaikan (tambah kurang) harus atas persetujuan Direksi/Pemimpin Proyek.
11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)
11 - 1