Anda di halaman 1dari 19

SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


(RKS)

PEKERJAAN : PENGASPALAN LAPANGAN PARKIR BANDAR UDARA SULTAN M.


KAHARUDDIN SUMBAWA
LOKASI : JLN. GARUDA NO. 41, SUMBAWA BESAR, LEMPEH, KEC. SUMBAWA,
KAB. SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN ANGG. : 2022

A. SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM


PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

1. PERATURAN TEKNIS
Untuk melaksanakan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan-ketentuan dan peraturan-
peraturan seperti tercantum dibawah ini termasuk segala perubahan-perubahannya hingga kini ialah :
a. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi;
b. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2000 tentang usaha dan peran masyarakat dalam konstruksi;
c. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi;
d. Peraturan Presiden RI. No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden RI.
No.16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
e. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi.
f. Standart Industri Indonesia
g. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja tentang penggunaan tenaga,
keselamatan dan kesehatan kerja.

2. URAIAN / PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN


a. Sebelum mulai pekerjaan, pemborong diwajibkan mempelajari dengan seksama
gambar kerja dan RKS, pelaksanaan beserta berita acara penjelasan pekerjaan.
b. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada Direksi pekerjaan setiap ada perbedaan
ukuran diantara gambar-gambar, perbedaan antara gambar kerja dan RKS untuk mendapat
keputusan.
c. Tidak dibenarkan bagi pemborong memperbaiki sendiri perbedaan tersebut diatas.
Akibat-akibat dari kelalaian pemborong dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pemborong.
d. Daerah kerja akan diserahkan kepada pemborong (selama pelaksanaan) dalam
keadaan seperti diwaktu pemberian kerja dan dianggap bahwa pemborong mengetahui benar
mengenai :
1. Letak bangunan yang akan dibangun.
2. Batas-batas persil/kaveling.
3. Keadaan Kontur tanah.
e. Pemborong wajib menyerahkan hasil pekerjaannya hingga selesai dan lengkap yaitu
membuat, memasang serta memesan maupun menyediakan bahan-bahan bangunan, alat-alat
kerja, pengangkutan dan membayar upah kerja serta lain-lain yang bersangkutan dengan
pelaksanaan.
f. Pemborong wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan gambar dan
RKS ditempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh Direksi pekerjaan.
g. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang sedang
dilaksanakan, pemborong diwajibkan berhubungan dengan Direksi Pekerjaan, untuk ikut
menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan/persetujuannya.
h. Setiap usul perubahan dari pemborong ataupun persetujuan pengesahan dari Direksi
pekerjaan dianggap berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

i. Atas perintah Direksi pekerjaan kepada pemborong dapat dimintakan membuat


gambar-gambar penjelasan dan perincian bagian-bagian khusus, semuanya atas beban pemborong.
Gambar tersebut setelah disetujui oleh Direksi pekerjaan secara tertulis menjadi gambar
pelengkap dari gambar-gambar pelaksanaan.
j. Semua bahan yang akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan proyek ini harus
benar-benar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang disesuaikan
standart/peraturan yang dipergunakan di dalam RKS ini. Semua bahan-bahan tersebut diatas harus
mendapat pengesahan/ persetujuan dari Direksi pekerjaan sebelum dimulai pekerjaannya.
k. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
l. Pengawasan terus menerus terhadap penyelesaian / perapihan harus dilakukan oleh
tenaga-tenaga dari pihak pemborong yang benar-benar ahli.
m. Cara-cara menimbun bahan-bahan material dilapangan maupun di gudang harus
memenuhi syarat teknis dan dapat dipertanggung jawabkan.

3. JADWAL
Paling lambat 2 (dua) minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang pelelangan, pemborong
diharuskan mengajukan ;
a. Jadwal waktu (time Schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan
secara panah (network planning) dan program balik (barchat).
b. Jadwal Pengadaan tenaga kerja
c. Jadwal pengadaan bahan material
d. Struktur organisasi pelaksana lapangan
Bagan-bagan yang disebutkan diatas (a) sampai (d) harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pekerjaan sebagai dasar/patokan pemborong dalam melaksanakan pekerjaan dan pemborong
wajib mengikutinya.

4. PEIL DAN PENGUKURAN


a. Pemborong wajib memberitahukan kepada Direksi pekerjaan bagian pekerjaan yang
akan dimulai, untuk dicek terlebih dahulu ketetapan-ketetapan peil-peil dan ukuran-ukurannya.
b. Pemborong diwajibkan mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lainnya dalam tiap
pekerjaan, dan melapor secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan jika ada perselisihan/perbedaan-
perbedaan ukuran untuk diberi keputusan.
Tidak dibenarkan pemborong membetulkan sendiri kekeliruan tersebut, tanpa persetujuan Direksi.
c. Pemborong bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan selanjutnya, maka ketetapan
peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja.
d. Mengingat kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian pekerjaan selanjutnya,
maka ketetapan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan.
Kelalaian pemborong dalam hal ini akan ditolerir dan Direksi pekerjaan berhak untuk
Membongkar pekerjaan atas biaya pemborong.

5. PEMAKAIAN UKURAN
a. Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang
tercantum dalam Rencana Kerja & Syarat-syarat serta gambar-gambar berikut tambahan dan
perubahannya.
b. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagian-bagiannya dan memberitahukan Direksi pekerjaan tentang setiap perbedaan yang
ditemukan didalam RKS dan gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan, pemborong dapat
membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakan pekerjaan setelah ada persetujuan secara
tertulis oleh Direksi.
c. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan didalam hal apapun
menjadi tanggung jawab pemborong.

6. KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

a. Selama berlangsungnya pembangunan pekerjaan fisik di proyek, kebersihan


halaman dan lingkungan terutama jalan-jalan sekitar proyek, kantor, gudang los kerja tetap bersih
dan material bangunan.
b. Penimbunan bahan-bahan material yang ada dalam gudang maupun berada di
halaman bebas harus diatur sedemikian rupa agar tidak menganggu kelancaran dan keamanan
pekerjaan juga memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh Direksi.
c. Pemborong wajib membuat urinoir dan WC untuk pekerja.

7. ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT PEMBANTU


a. Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan secara sempurna dan efisien, misalnya : dump truck, pick up, pompa air,
mesin-mesin dan alat-alat lain yang diperlukan.
b. Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan pada butir (a) dalam pasal ini,
pemborong harus menyediakan tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hujan/panas dan
perlengkapan penerangan.

8. PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR


a. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan
oleh pemborong, termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran serta pembersihan
kembali pada waktu pekerjaan selesai.
b. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan didapatkan
sumber air yang sudah ada dilokasi pekerjaan.
c. Pemborong tidak diperbolehkan memakai, menyambung listrik dan air ataupun
lainnya tanpa seijin tertulis dari Direksi Pekerjaan.
9. IKLAN
Pemborong tidak diijinkan memasang iklan dalam bentuk apapun dilapangan kerja ataupun
yang berdekatan dengan lokasi proyek tanpa seijin Direksi Pekerjaan.

10. JALAN MASUK DAN JALAN KELUAR


a. Pemakaian jalan masuk ketempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak
pemborong dengan kebutuhan proyek tersebut.
b. Pemborong diwajibkan membersihkan kembali jalan masuk pada waktu
penyelesaian, dan memperbaiki segala kerusakan operasi pelaksanaan pekerjaan dan menjadi
beban pemborong.

11. PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM


a. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, pemborong bertanggung jawab penuh atas kerusakan akibat
operasi pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada, utilitas, jalan, saluran dan lain-lain
yang ada dilapangan pekerjaan dan lingkungan sekitarnya.
b. Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan perlengkapan umum, seperti
saluran umum, seperti saluran air, listrik, Telpon yang terjadi dilapangan akibat berlangsungnya
operasi pekerjaan, segala biaya untuk perbaikan kembali menjadi tanggung jawab pemborong.

12. PENGAWASAN
a. Pemborong harus mengadakan fasilitas-fasilitas untuk menguji, memeriksa setiap
bagian pekerjaan dan bahan serta peralatan yang diperlukan.
b. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan direksi
pekerjaan, jika diperlukan untuk dibuka sebagian/seluruhnya menjadi tanggung jawab
pemborong.
c. Jika pemborong akan melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja (lembur) hingga
pengawasan, maka harus meminta permohonan untuk pelaksanaan pekerjaan dan segala biaya
ditanggung pemborong.

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

d. Wewenang Direksi pekerjaan dalam memberikan keputusan terbatas dalam soal-soal


yang jelas tercantum/dimasukkan dalam gambar-gambar, RKS dan risalah penjelasan,
penyimpangan lainnya harus ada seijin pemilik proyek.

13. PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG


a. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan
barang, maka ini dimaksudkan untuk menunjukkan standart minimal/kualitas bahan dan barang
yang digunakan.
b. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan harus disampaikan Direksi
pekerjaan, untuk mendapatkan persetujuan dan penyampaian barang/material sebelum pekerjaan
dilaksanakan.
c. Usulan penggunaan nama, pabrik dan pembuatan barang material, harus
mendapatkan rekomendasi dari Direksi pekerjaan berdasarkan petunjuk dalam RKS serta gambar-
gambar dan risalah penjelasan.
d. Contoh bahan dan barang disimpan Direksi pekerjaan untuk dijadikan dasar
penolakan bila bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan contoh baik kualitas maupun
sifat.
e. Pemborong dalam menawarkan harga penawaran, harus sudah termasuk biaya
pengujian bahan dan barang.

14. RKS DAN GAMBAR KERJA


a. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan pada RKS
ini.
b. Perbedaan-perbedaan gambar dengan RKS pemborong diwajibkan mengajukan
pernyataan tertulis, mentaati dan mengikuti keputusan Direksi pekerjaan.
c. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhir yang
berlaku, ukuran dengan angka adalah yang harus diukuti daripada ukuran skala gambar.
d. RKS, Daftar Volume Pekerjaan (BQ), gambar serta Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan adalah bagian yang saling melengkapi, didalamnya bersifat mengikat.

15. GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA


a. Gambar-gambar hanya dapat berubah dengan perintah tertulis pemilik proyek
berdasarkan pertimbangan Direksi pekerjaan.
b. Perubahan rancangan harus digambar pemborong dengan jelas dan memperlihatkan
perbedaan - perbedaannya dengan dasar perintah pemilik proyek, dan diserahkan rangkap dengan
berikut kalkirnya untuk diperiksa dan disetujui.
16. PENYERAHAN PERTAMA
a. Membersihkan dan membuang sisa-sisa bahan, sampah serta material lainnya yang tidak berguna.
b. Pemborong wajib menyerahkan ke pemilik proyek berupa :
1. Gambar as built drawing dan perubahannya;
2. Buku petunjuk sistem pemeliharaan untuk masin-mesin/peralatan-peralatan terpasang
(Maintenance Hand Book);
3. Photo Album;

B. PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan pengaspalan harus sesuai dengan gambar kerja, RKS dan BOQ, yang terdiri dari :
a.Pekerjaan Persiapan
b.Pekerjaan Tanah
c.Pekerjaan Lapisan Berbutir
d.Pekerjaan Lapisan Beraspal
Sarana Bekerja :
Untuk kelancaran pekerjaan kontraktor harus menyediakan :

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Alat-alat Bantu, alat-alat pengangkut dan alat alat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya.
Cara Pelaksanaan :
Pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
Rencana Kerja & Syarat-Syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti
petunjuk Direksi.

2. PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Pengukuran
1. Sebelum dimulainya pekerjaan, pemborong harus melaksanakan pengukuran
dilokasi yang sudah disepakati.
2. Sebelum Pelaksanaan pengukuran, pemborong wajib memberikan laporan tertulis
kepada Direksi pekerjaan.
3. Hasil pelaksanaan pekerjaan pengukuran dimintakan persetujuan Direksi pekerjaan,
dan hanya hasil pengukuran yang telah disetujui Direksi digunakan sebagai dasar pekerjaan
selanjutnya.
4. Bila terdapat penyimpangan dari gambar pelaksanaan, pemborong harus
mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang dari daerah yang terjadi penyimpangan,
kepada Direksi untuk dimintakan tanda tangan persetujuan penyimpangan tersebut.
5. Apabila terdapat revisi, hasilnya diajukan kembali untuk mendapatkan persetujuan
Direksi pekerjaan, hasil persetujuan tersebut dibuat di kertas kalkir dengan 3 (tiga) lembar
hasil reproduksi. Ukuran huruf yang dipakai pada gambar serta ketentuan-ketentuan Direksi
pekerjaan akan dijadikan gambar pelaksanaan sebagai pengganti gambar lama.

b. Pembersihan Permukaan Eksisting


1. Pembersihan permukaan lapangan parkir dilakukan dengan melakukan prosedur
yang berlaku untuk menjamin kondisi aspal eksisting bersih dari debu, pasir, vegetasi liar dll,
sehingga aspal baru yang akan dikerjakan dapat melekat dengan baik terhadap aspal
eksisting.
2. Kerusakan bangunan, pagar yang terjadi akibat waktu pembersihan, harus
diperbaiki dan biaya ditangung pemborong.

3. PEKERJAAN TANAH
a. Pekerjaan Tanah.
1. Bahan tanah  yang  digunakan untuk urugan  harus  bersih  dari humus  dan expensvie (Low
clay contens),  bebas  sampah, bebas  dari bahan organisme dan lain-lain sesuai  dengan
petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.          
2. Pemerataan  Tanah  dan Pengurukan tanah  dilakukan  pada lahan  dimana akan dibangun.
3. Menyusun  rencana  kerja secara grafis  yang  disertai dengan  penjelasan-penjelasan sejenis
tentang   jenis, kualitas  equipment yang akan digunakan, metode  kerja, cara pengangkatan
dan distribusi  tanah,  tempat-tempat penimbunan  dan penyimpanan, lokasi  gudang, los
kerja  dan sebagainya dari jumlah  tenaga  kerja  yang digolongkan dalam tingkat
ketrampilan.
4. Mengadakan koordinasi kerja sebaik-baiknya dengan pekerjaan lain.

b. Persyaratan.
Titik  duga untuk rambu-rambu petunjuk  tidak  dibongkar sebelum  mendapat  ijin
tertulis  dari ahli, sedangkan rambu-rambu  yang  tidak dipakai  harus  dipelihara dan disimpan
ditempat-tempat yang disediakan Penyedia Barang/Jasa.

c. Penggalian.
1. Tanah humus digali dan dipisahkan dari lapisan  tanah dibawahnya,  pengupasan (stripping)
dengan kedalaman disesuaikan  gambar.

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

2. Jika tebal tanah humus lebih tebal dari 20 cm,  seluruh tebal  humus akan digali dan
digunakan kembali  sebagai urugan lapisan penutup. Seperti diuraikan diatas, sesuai dengan
instruksi Direksi/Konsultan Pengawas dan  biaya  yang diakibatkan dianggap telah
termasuk dalam  kontrak dan tidak dapat diajukan sebagai tambahan biaya.
3. Humus dinyatakan   sebagai setiap  lapisan  tanah  yang langsung berada diatas permukaan
tanah dapat berisi atau berupa organis lainnya yang menurut pendapat Direksi/Konsultan
Pengawas akan mempengaruhi  stabilitas dari setiap pembersihan halaman, lapisan atas
tanah  liat, tumbuh-tumbuhan dan lumpur dari akibat air, harus  dihilangkan.
4. Bilamana lapisan humus telah digali dan cocok  untuk digunakan sebagai bahan pelapis, sisi-
sisi humus  tersebut harus dikumpulkan dulu  untuk digunakan kembali. Sisa tanah humus
harus diambil dan  dibuang keluar halaman pembuangan dan pengangkutan adalah menjadi
tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa Biaya apapun  untuk  pembuangan  dan pengangkutan
dianggap sudah termasuk  dalam seluruh Kontrak.
5. Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan panjang, kedalaman, kemiringan  dan
lingkungan yang  diperlukan untuk  melaksanakan  pekerjaan atau  seperti  dinyatakan
dalam gambar atau seperti diperlukan  untuk pemindahan tanah  macam apapun yang ada dan
tidak dibutuhkan  serta galian tersebut akan digunakan baik untuk  urugan  atau dibuang,
tergantung instruksi Direksi/Konsultan Pengawas.
6. Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan panjang, kedalaman, kemiringan  dan
lingkungan yang  diperlukan untuk  melaksanakan  pekerjaan atau  seperti  dinyatakan
dalam gambar atau seperti diperlukan  untuk pemindahan tanah  macam apapun yang ada dan
tidak dibutuhkan  serta galian tersebut akan digunakan baik untuk  urugan  atau dibuang,
tergantung instruksi Direksi/Konsultan Pengawas.
7. Persetujuan terhadap  tempat pengambilan  tanah.  Semua tempat pengambilan tanah untuk
memenuhi kebutuhan tanah, pekerjaan  pengurugan  seluruhnya harus  dari  kualitas yang
sama dan hanya dapat dipakai jika ada  persetujuan dari Direksi/Konsultan terlebih dahulu.
Penyedia Barang/Jasa harus memberikan keterangan yang lengkap pada Direksi/Konsultan
Pengawas tentang jumlah, kualitas dan keseragaman dari tempat penggalian yang dimaksud,
sekurarang-kurangnya sepuluh  hari  sebelum  penggalian  ditempat  Penyedia Barang/Jasa
harus  menyerahkan kepada Konsultan Direksi/Konsultan contoh-contoh  tanah yang
diambil dari tempat tersebut menurut cara  yang  disetujui. Biaya untuk  pengambilan contoh-
contoh tanah dari tempat galian, termasuk angkutan  dari dan  kearah lokasi seluruhnya
menjadi  beban  Penyedia Barang/Jasa dan dianggap termasuk dalam biaya kontrak.

d. Pekerjaan Urugan
1. Setelah lapisan atas dikupas, daerah bangunan tersebut harus dipadatkan hingga mencapai 90
% kepadatan  maksimum paling sedikit sedalam 15 cm sebelum urugan dilaksanakan.
2. Untuk  daerah  bukan bangunan, sebelum  pelaksanaan  urugan tanah  harus dipadatkan
hingga mencapai  90  %  kepadatan maksimum sedalam 15 cm.
3. Untuk dapat menentukan kadar air optimum dan jumlah gilasan yang  dibubuhkan guna
mencapai kepadatan  maksimum  harus dilakukan  "Pemadatan Percobaan" dengan bahan
timbunan  dan peralatan yang akan digunakan.

e. Urugan dan Pemadatan


1. Urugan  dan  pemadatan  harus dilakukan  lapis  demi  lapis dengan  ketebalan tidak melebihi
20 cm setiap  lapis  harus dipadatkan dengan sheepsfoor atau stamping rollers,  rubber tired
rollers atau steel wheels power rollers, khusus untuk jalan dan parkir paving block
pemadatan tanah menggunakan stoomwalls.
2. Roller yang digunakan minimum 1 ton kecuali atas  persetujuan  Direksi/Konsultan
Pengawas harus digunakan  peralatan  yang lebih  kecil guna mencegah kerusakan struktur
yang  telah ada.
3. Tanah urug yang di gunakan adalah tanah urug pilihan yang disetujui oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.

f. Pembentukan Muka Tanah (Finish Grading)

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

1. Muka tanah harus dibentuk  dengan rata  dan baik,  sesuai  dengan  garis ketinggian atau
kedalaman menurut gambar rencana.
2. Daerah-daerah  yang akan menerima slabs, basecourt  atau pengerasan, pembentukan
permukaan terakhir tidak  boleh menyimpang lebih dari 1,5 cm dari ketinggian yang
ditetapkan.
3. Daerah  yang akan ditanami atau dibiarkan  terbuka,  penyimpangannya  tidak boleh lebih
dari 3 cm dari  ketinggian yang ditentukan.
4. Untuk mencegah longsor dan erosi harus dibuatkan  parit sementara dan dibuat dengan
kemiringan 2 %.

g. Direksi/Konsultan Pekerjaan
1. Selama pelaksanaan pekerjaan dan masa pemeliharaan harus diadakan tindakan pengecekan
baik terhadap genangan atau arus air yang dapat menyebabkan terjadinya erosi. Pencegahan
ini termasuk pembuatan sumur-sumur penampung, pompa  air dan tindakan lain yang dapat
diterapkan  guna mecegah  pekerjaan  atau penundaan pekerjaan,  termasuk pencegahan
terhadap masuknya air hujan atau  air  tanah dari daerah sekitarnya dan sebagainya.
2. Pemborong harus menjaga lapangan kerja dari  kerusakan; semua  sarana umum yang masih
digunakan seperti  saluran air  dan  air  minum, listrik dan  lain-lain  yang dijumpai. Bila
sampai terjadi kerusakan maka  Pemborong harus  memperbaikinya  atau  bila  karena
terdapatnya sarana-sarana  itu kelancaran pekerjaan akan  terganggu, ia harus memindahkan
tanpa adanya biaya tambahan.

h. Pengurugan dan Pengupasan


1. Sisa  kayu, akar, batu-batuan dan unsur-unsur  penggangu lain  harus disingkirkan
dikeluarkan sebelum  dilakukan pengurugan  tanah bagian teratas (top soil) daerah  yang
akan dibangun hingga minimal 1 meter diluar garis  rabat harus dikupas sedalam 20 cm
(kedalaman retak).
2. Bila bagian tertentu kondisi tanah jelek atau labil maka lapisan atas ini harus digali sampai
kedalaman  tertentu dan  diganti dengan tanah yang baik atau pasir dan batu (sirtu).

i. Pembentukan Muka Tanah


1. Muka  tanah dimana akan dibangun diatasnya, harus  dibentuk dengaan rata  menurut garis-
garis  dan ketinggian yang ditentukan didalam gambar rencana.
2. Pada  pembentukan tanah yang bertangga atau bila  akibat dari  perataan tanah terjadi suatu
talud  (tebing)  maka harus diusahakan pengamanan pada tebing yang rawan untuk mencegah
terjadinya  longsoran  hujan/air  tanah tidak melimpah  kedaerah  bangunan yang lebih
rendah.  Dengan kata lain daerah kerja harus selalu bebas air.

j. Galian Tanah
1. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pasangan pondasi dan semua pasangan lainnya
dibawah tanah.
2. Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan  dan  bila ini terjadi
pengurugan kembali  harus dilakukan dengan pasangan atau beton tumbuk tanpa biaya
tambahan dari Pemberi Tugas.
3. Semua unsur-unsur pengganggu yang terdapat didalam  atau didekat tanah galian seperti akar
atau tunas pohon, sisa kayu-kayuan, bekas bongkaran, batu-batuan dan sebagainya harus
dikeluarkan dan disingkirkan.
4. Pada bagian-bagian yang dianggap mudah longsor  Pemborong harus mengadakan tindakan
pencegahan dengan  memasang papan-papan penahan atau cara lain.
5. Kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat gugurnya  tanah, dengan alasan apapun menjadi
tanggungan Penyedia Barang / Jasa.

k. Pengeringan Tempat Kerja


Untuk  pelaksanaan tempat kerja terutama  galian  pondasi harus  dalam keadaan bebas
air, Untuk itu pemborong  harus menyediakan alat-alat pengeringan dalam keadaan siap pakai
dengan  daya  dan  jumlah yang  bisa  menjamin  kelancaran pekerjaan .

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

l. Urugan Tanah
1. Urugan kembali lubang pondasi hanya boleh  dilaksanakan seijin Direksi/Konsultan
Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan pondasi.
2. Setiap  tanah urugan harus dibersihkan dari tunas  tumbuh-tumbuhan  dan segala macam
sampah  atau  kotoran, tanah  urugan  harus dari jenis tanah berbutir (tanah ladang atau
berpasir atau tidak terlalu basah).
3. Urugan  tanah harus dipasang sepadat  mungkin  dengan mesin  pemadat (compactor) dan
tidak  dibenarkan  hanya menggunakan timbris.
4. Urugan tanah untuk meninggikan atau memperbaiki permukaan, pada dasarnya akan
ditentukan dan dibawah  Direksi/Konsultan Pengawas, menurut ketinggian, lebar dan
kedalaman yang diperlukan.
5. Pelaksanaannya harus dilakukan dengan mesin gilas lapis demi  lapis. Setiap lapis tidak
boleh lebih tebal  dari 20 cm.
6. Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah  atau disingkirkan dari tempat-tempat
yang akan  ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

m. Pekerjaan Pemadatan
Penjelasan  pekerjaan ini tidak terpisah  dan  berhubungan dengan pekerjaan
pengurugan. Penggunaan  peralatan  untuk pekerjaan  pemadatan  harus mendapat persetujuan
Direksi/Konsultan Pengawas sebelumnya. Selama pemadatan Penyedia Barang/Jasa harus
memperbaiki pekerjaan pemadatan dengan bahan yang sesuai dengan persyaratan bila ternyata
timbul  hal-hal  yang bertentangan  dengan syarat teknis untuk pemadatan  berhubung dengan
pekerjaan pengurugan sebelumnya.

n. Uraian Pekerjaan Galian


1. Semua galian harus dilaksanakan sesuai seperti dinyatakan dalam gambar-gambar dan
syarat-syarat yang ditentukan menurut keperluan, seperti galian lubang pondasi, saluran
drainase dan lain sebagainya.
2. Dasar dari semua galian lubang pondasi dan saluran harus waterpas. Bilamana pada dasar setiap
galian masih terdapat akar-akar pohon, lain-lain sisa jasad atau bagian-bagian yang gembur
maka ini harus digali keluar, sedang lobang-lobang tadi diisi kembali dengan pasir urug yang
disiram dan dipadatkan, sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpas.
3. Dalamnya semua galian harus mendapatkan pemeriksaan dan persetujuan Direksi Lapangan.
Kontraktor wajib melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang selesai kepada Direksi
Lapangan sebelum dimulainya dengan pekerjaan pondasi. Penyimpangan dari ketetapan ini akan
menjadi tanggung jawab dan resiko Kontraktor.
4. Terhadap kemungkinan berkumpulnya air didalam galian-galian, baik pada waktu menggali
maupun pada waktu mengerjakan pondasi, harus disediakan pompa air atau pompa lumpur yang
jika diperlukan dapat bekerja terus menerus untuk menghindari terkumpulnya air tersebut.
5. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar tidak longsor
dengan memberi suatu dinding pengaman atau penunjang-penunjang sementara.
6. Semua tanah yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah tertentu harus segera
disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat instruksi Pemberi Tugas dan Direksi
Lapangan.
7. Bagian-bagian yang diurug kembali harus diurug dengan tanah yang bersih dari segala kotoran.
Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan penimbrisan.

o. Uraian Pekerjaan Urugan dan Pemadatan


1. Dibawah pasangan lajur pondasi batu kali diurug pasir setebal 10 cm padat, juga di bawah
pasangan rabat beton dan keramik setebal 7 cm atau sesuai dengan gambar rencana
2. Urugan dilakukan secara lapis demi lapis (max.20 cm) sedikit basah/dibasahi dan dipadatkan
dengan Vibro Stamper.
3. Dibawah lantai kerja harus diurug dengan pasir 10 cm padat.
4. Lapisan-lapisan pasir juga diperlukan dibawah rabat beton, saluran drainase, dasar

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

perkerasan/pedestrian dan lain sebagainya. Semua sesuai dengan gambar-gambar dan


petunjuk-petunjuk Direksi Lapangan.
5. Pekerjaan urugan dilakukan pada daerah urugan (fill) sebagai yang tercantum dalam gambar
rencana dan daerah-daerah yang peil permukaan akhir (final grade).
6. Tanah untuk urugan digunakan tanah urug pilihan dan disetujui Konsultan Pengawas
Konstruksi.
7. Tanah yang dalam keadaan basah, dimana dalam keadaan kering dinyatakan dapat dipakai,
harus dikeringkan lebih dulu sebelum digunakan untuk timbunan.
8. Pada daerah-daerah basah/tergenang air, kontraktor harus membuat saluran-saluran
pembuangan sementara atau memompa air untuk mengeringkan daerah tersebut. Lapisan
lumpur yang ada, harus dibuang ke tempat yang akan ditunjuk oleh Konsultan Pengawas
Konstruksi sebelum pengurugan dilakukan.
9. Penghamparan material urugan dapat dimulai setelah ada persetujuan Konsultan Pengawas
Konstruksi.
10.Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapis harus dipadatkan sampai mencapai
kepadatan 95% dari kepadatan maximum menurut AASHTO. 99-70 atau CBR = 5. Lapisan
dari material lepas selain dari material batu-batuan, tebal tiap lapisannya tidak boleh lebih
dari 30 cm, dan harus dipadatkan dengan alat mekanis (compaction equipment). Kadar air
pada tanah urugan harus diatur agar dapat dicapai kepadatan yang maximum.
11.Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, kontraktor harus melakukan
percobaan pemadatan atas petunjuk Konsultan Pengawas Konstruksi, pada jalur dengan
panjang dan lebar tertentu, dengan alat-alat dan material seperti yang sama, yang akan
digunakan pada pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya. Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk menentukan kadar air optimum yang akan dipakai dan hubungan antara air optimum
yang akan dipakai dan hubungan antara jumlah penggilasan dan kepadatan yang dapat
dicapai untuk rencana material urugan tertentu. Seluruh pembiayaan untuk percobaan ini
sudah termasuk dalam harga penawaran.
12.Material urugan yang tidak mengandung kadar air yang cukup untuk dapat mencapai
kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat penyemprot (sprinkler) dan
dicampur/diaduk sampai merata (homogen). Material urugan yang mempunyai kadar air
lebih tinggi dari seharusnya tidak boleh dipadatkan sebelum dikeringkan dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas Konstruksi. Pekerjaan pemadatan tanah urugan tadi harus dilaksanakan
pada kadar air optimum sesuai dengan sifat alat-alat pemadatan yang tersedia. Pada
pelaksanaan kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang perlu agar pada pekerjaan
tersebut air hujan dapat mengalir dengan lancar.
13.Kontraktor wajib membuktikan hasil pemadatan lapis perlapis dengan test langsung di
lapangan dan di laboratorium atas biaya kontraktor. Jumlah test yang diperlukan untuk
mengetahui kepadatan ditentukan minimal 1(satu) titik tiap 100 m2 urugan. Bila tebal
urugan lebih dari 1.00 m maka jumlah test minimal 1 (satu) test untuk 75 m2.
14.Laboratorium yang dipakai adalah laboratorium Mekanika Tanah yang mempunyai izin
usaha dan izin operasi resmi pada bidangnya.
15.Semua hasil pekerjaan akan diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi.
16.Pekerjaan pengurugan dianggap selesai setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas Konstruksi.

4. PEKERJAAN LAPISAN BERBUTIR


a. Lapisan Perkerasan Berbutir
1. Lapis fondasi agregat adalah suatu lapisan pada struktur perkerasan jalan yang terletak
diantara lapis permukaan dan lapis tanah dasar yang telah disiapkan. Lapis fondasi agregat
terdiri dari 3 (tiga) kelas yang berbeda yaitu kelas A, kelas B dan kelas C. Agregat kelas A
atau agregat kelas B digunakan untuk lapis fondasi, sedangkan agregat kelas C digunakan
untuk lapis fondasi bawah, bahu jalan dan perkerasan tanpa penutup aspal.
2. Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini mencakup pengadaan, pemasokan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi di atas permukaan yang telah
disiapkan dan telah diterima sesuai persyaratan dan detail yang ditunjukkan dalam gambar

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

rencana atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis fondasi agregat
yang telah selesai sesuai yang disyaratkan.
3. Pengadaan, mencakup pemecahan, pemisahan, pencampuran dan operasi lainnya yang perlu
untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan pada seksi ini. Lapis fondasi
agregat pada seksi ini mencakup lapis fondasi bawah dan lapis fondasi.

b. Elevasi Permukaan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Tinggi Permukaan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis + 1,5 cm
pondasi bawah -1,5 cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk + 1 cm
lapis pondasi jalan yang akan di tutup dengan -1 cm
lapis resap ikat atau pelaburan

c. Ketebalan Lapis Pondasi Agregat


Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Ketebalan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis pondasi + 1cm
bawah -1cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk lapis + 1 cm
pondasi jalan yang akan di tutup dengan lapis resap 0 cm
ikat atau pelaburan
Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas C atau kelas B dan kelas C
tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan.

d. Kerataan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Kerataan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis pondasi - 1 cm
bawah
Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk lapis + 1 cm
pondasi jalan yang akan di tutup dengan lapis resap
ikat atau pelaburan
Pengukuran kerataan permukaan dengan mistar perata panjang 3 m yang diletakkan sejajar
dan melintang sumbu jalan, dilakukan setelah semua bahan yang dilepas di bersihkan.

e. Bahan Lapis Pondasi Agregat


1. Bahan lapis fondasi agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui Direksi Pekerjaan sesuai
dengan Pasal 1.2.7 tentang logistik, dari spesifikasi ini.
2. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan 50 kg contoh agregat yang akan
digunakan untuk dijadikan rujukan selama pelaksanaan pekerjaan.
3. Agregat kasar (tertahan pada saringan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel yang keras dan
awet.
4. Agregat kasar kelas A yang berasal dari batu kali harus 100% mempunyai paling sedikit dua
bidang pecah, bila diuji sesuai Angularitas agregat kasar sesuai prosedur
5. Agregat kasar kelas B yang berasal dari batu kali harus 65% mempunyai paling sedikit satu
bidang pecah, bila diuji sesuai Angularitas agregat kasar sesuai prosedur.
6. Agregat kasar kelas C berasal dari kerikil.
7. Fraksi Agregat Halus ,Agregat halus (lolos saringan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel pasir

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

atau batu pecah halus dengan atau tanpa clay.


8. Agregat untuk lapis fondasi harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, harus memenuhi ketentuan gradasi yang diberikan.
9. Pencampuran Bahan untuk Lapis Fondasi Agregat, untuk memperoleh homogenitas
campuran dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan bahan lapis fondadi harus langsung dari
instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui oleh Direksi Teknis, dengan
menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang
menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan
apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan dengan grader, loader atau
backhoe kecuali dengan alat khusus pulvimixer.

f. Alat-alat Kerja dan Alat-alat Pembantu


1. Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
pada spesifikasi ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan dirawat agar supaya selalu
dalam keadaan baik. Peralatan yang digunakan oleh sub-Penyedia Jasa atau pemasok untuk
kepentingan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis
sebelum pekerjaan dimulai. Peralatan processing harus direncanakan, dipasang, dioperasikan
dan dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat mencampur agregat, air secara merata
sehingga menghasilkan campuran yang homogen. Apabila instalasi pencampur digunakan
maka instalasi pencampur tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk memperoleh aliran
yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar.
2. Alat penghampar agregat harus menggunakan peralatan mekanis yang
mampu menyebarkan bahan lapis fondasi agregat dengan lebar dan toleransi permukaan yang
diinginkan serta tidak menimbulkan segregasi.
3. Alat pemadat roda besi dengan penggetar, pemadat roda besi tanpa penggetar atau pemadat
roda karet, dapat digunakan untuk pemadatan fondasi agregat.
4. Dump truck yang akan digunakan, bak penampungnya tidak boleh bocor dan dilengkapi
terpal yang digunakan pada saat pengangkutan bahan ke lokasi pekerjaan dan menjamin tidak
banyak terjadinya penguapan air sepanjang perjalanan.

g. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan


1. Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan
lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki
terlebih dahulu.
2. Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau tanah
dasar baru, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya.
3. Sebelum pekerjaan lapisan fondasi agregat akan dilaksanakan, maka lapisan dasar yang akan
dilapisi harus telah disiapkan memenuhi persyaratan dan telah ditangani dan mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis dengan panjang paling sedikit 60 m secara
menerus. Untuk penyiapan tempat-tempat yang kurang dari 60 m karena tidak cukup ruang,
seluruh daerah itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis fondasi agregat dihampar.
4. Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal
lama, yang menurut pendapat Direksi Teknis dalam kondisi tidak rusak, maka harus
dilakukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama dengan greder
agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
5. Material lapis fondasi agregat setelah ditempatkan harus segera dihampar dan dipadatkan agar
tidak terjadi penurunan kadar air.

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

6. Bahan lapis fondasi agregat harus diangkut ke badan jalan dan harus segera dihampar dan
dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air sehingga kadar air pemadatan yang merata
dalam rentang yang disyaratkan.
7. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
8. Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan tebal padat yang
diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Apabila diperlukan penghamparan lebih dari
satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
9. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat
lapis fondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain
oleh Direksi Teknis.
10. Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Teknis,
hingga kepadatan akhir mencapai paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum
modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
11. Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin pemadat beroda karet untuk
pemadatan lanjutan untuk menghasilkan ikatan butiran yang lebih baik dan stabil. Alat
pemadat roda besi berpenggetar hanya digunakan untuk pemadatan awal.
12. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 2% di
bawah kadar air optimum sampai 2% di atas kadar air optimum, kadar air optimum adalah
seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang
ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
13. Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi terendah dan bergerak ke sisi
tertinggi bergeser dalam arah melintang demikian juga di daerah super-elevasi.
14. Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur dengan lajur lainnya selebar
tebal lapisan.
15. Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau
mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang
disetujui Direksi Teknis.

5. PEKERJAAN LAPISAN BERASPAL


a. Lapis Perekat (Track Coat) dan Lapis Resap Ikat (Prime Coat)
1. Bahan Lapis Resap Ikat haruslah salah satu dari berikut ini;
a) Aspal emulsi yang digunakan dapat salah satu dari aspal emulsi pengikatan sedang (CMS)
yang memenuhi SNI 03-4798-1998 atau aspal emulsi pengikatan lambat (CSS) yang
memenuhi SNI 03-4798-1998.
b) Aspal cair yang digunakan dapat salah satu dari aspal cair penguapan sedang sesuai SNI 03-
4799-1998 atau aspal cair penguapan cepat sesuai SNI 03-4800-1998.
c) Kedua aspal cair tersebut harus dibuat dari aspal keras Pen 60 atau Pen 80, yang memenuhi
RSNI S-01-2003, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen) atau bensin (premium). Tipe
aspal cair yang digunakan harus sesuai dengan tujuan penggunaannya.
d) Apabila lalu lintas diizinkan lewat diatas lapis resap ikat maka harus digunakan bahan
penyerap (blotter material) dari hasil penyaringan kerikil atau batu pecah, terbebas dari
butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari
98% harus lolos saringan 3/8” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2% yang lolos saringan No.8
(2,36 mm).
e) Tabel takaran pemakaian lapis resap ikat.

Jenis Aspal Takaran (liter per meter persegi) pada


Lapis Pondasi Agregat Lapis Pondasi Bersemen

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Aspal Cair
0.4-1.3 0.2-1.0
Aspal Emulsi

2. Bahan Lapis Perekat haruslah salah satu dari berikut ini;


a) Aspal emulsi kationik jenis penguapan cepat (CRS-1 atau CRS-2) harus memenuhi ketentuan
SNI 03-4798-1998.
b) Aspal cair penguapan cepat (RC 250) harus memenuhi ketentuan SNI 03-4800-1998. Aspal
cair tersebut dibuat dari aspal keras Pen 60 atau Pen 80 yang memenuhi ketentuan RSNI S-
01-2003, diencerkan dengan bensin (premium).
c) Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan yang terdiri dari penyapu mekanis dan atau
kompresor, alat aspal distributor, peralatan untuk memanaskan aspal dan peralatan yang
sesuai untuk meratakan kelebihan aspal.
d) Tabel takaran pemakaian lapis perekat

Takaran (liter per meter persegi) pada


Perkerasan Beraspal Perkerasan Kaku
Permukaan Baru Permukaan
Permukaan Aus
atau Aspal Lama Porous dan Permukaan Baru
atau licin
yang licin terkspos cuaca
Aspal Cair 0.10-0.15 0.15-0.35 0.15-0.20 0.15-0.25
Aspal
0.15-0.20 0.20-0.50 0.20-0.25 0.20-0.35
Emulsi

3. Persyaratan pelasksanaan Pekerjaan


a) Temperatur penyemprotan yaitu untuk Aspal cair penguapan cepat (RC–250) temperatur
80° - 90° Sedangkan untuk Aspal Keras 145° – 165°.
b) Apabila pekerjaan lapis resap ikat dan lapis perekat akan dilaksanakan pada perkerasan
jalanbaru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan
sepenuhnya dan memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.
c) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat
mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Apabila peralatan ini belum dapat
memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan
manual dengan sikat yang kaku. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi
bidang yang akan disemprot.
d) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari
permukaan dengan memakai blencong atau dengan cara lainnya yang telah disetujui Direksi
Teknis dan bagian yang telah diperbaiki tersebut harus disemprot air dan disapu.
e) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan yang telah disiapkan
dapat diterima oleh Direksi Teknis Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap
lintasan penyemprotan harus diukur dan ditandai, batas-batas lokasi yang disemprot harus
ditandai (seperti dengan kapur tulis, cat atau benang).
f) Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal harus disemprotkan dengan batang
penyemprot dalam jumlah aspal yang diperintahkan. pemakaian penyemprot aspal tangan
(hand sprayer).
g) lebar penyemprotan harus lebih besar dari pada lebar rencana pekerjaan lapisan beraspal
yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat
semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.
h) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10% darikapasitas

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam system
penyemprotan. Jumlah pemakaian aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus segera
diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
i) Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari
kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas.
j) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan
semprot pada saat beroperasi.
k) Setelah pelaksanaan penyemprotan, aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan
yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat
ijuk atau alat penyapu dari karet.
l) Lalu lintas tidak diizinkan lewat sampai penghamparan lapis beraspal di atasnya selesai
dikerjakan.

b. Lapis Perkerasan Bawah/Telfod :


1. Sebelum pekerjaan pengerasan dimulai badan jalan diratakan terlebih dahulu dan diberi alas
pasir sebagai lapis pondasi bawah setebal 5 cm padat.
2. Pengerasan jalan dengan batu belah 15/20 dan dikunci dengan batu pecah 5/7 kemudian digilas
dengan mesin gilas 8 – 1 ton hingga rata. Setelah rata pada bagian atas di beri batu pecah 2/3
sebagai pengisi bagian yang masih lubang dan diberi pasir urug kemudian digilas lagi hingga rata
dan padat hingga mencapai kepadatan 15 cm.

c. Lapis Penetrasi Makadam tebal 5 cm :


1. Pada permukaan Telford yang sudah dibersihkan diberi lapis resap pengikat (prime coat) berupa
aspal panas cair 0,8 kg / m2.
2. Kemudian diatasnya dihampar dengan batu pecah 3/5 +2/3+1/2, kemudian digilas dengan mesin
gilas 8 – 10 ton hingga ketebalan mencapai 3 cm, lalu disiram aspal cair panas 2,5 kg /m2
hingga rata diseluruh permukaan.
3. Kemudian diatas lapisan 3 cm di hampar lagi batu 2/3 +1/2+chipping dan dipadatkan hingga
mencapai ketebalan 2cm dengan mesin gilas 8 – 10 ton. Kemudian diatasnya di siram dengan
aspal cair panas 1,5 kg /m2 hingga rata diseluruh permukaan.
4. Ketebalan lapis penetrasi makadam ini adalah 5 cm.

d. Lapis Beraspal
1. Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus dicampur di instalasi
pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat agar memenuhi formula campuran
kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dengan mencari gradasi dengan cara penyaringan
basah dari contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) sebelum produksi campuran
dimulai dan pada waktu-waktu tertentu, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknis, untuk
menjamin pengendalian penakaran. Aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke
dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan sesuai formula campuran kerja. Apabila
digunakan instalasi pencampur system penakaran, seluruh agregat kering harus dicampur
terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang tepat ditambahkan ke dalam agregat
tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang ditentukan dengan “pengujian
derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-
2439-1991 (biasanya sekitar 45 detik), untuk menghasilkan campuran yang homogen dan
semua butiran agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus
ditetapkan oleh Direksi Teknis dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal.
Untuk instalasi pencampuran sistem menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan harus
ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar” sesuai

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

dengan prosedur SNI 03-2439-1991 dengan waktu pencampuran, paling lama 60 detik yang
ditentukan dengan menyetel bukanan pintu sekat dalam alat pencampur
2. Temperatur campuran beraspal pada saat tiba di lokasi harus dalam rentang antara 130° – 150°
C Tidak ada campuran beraspal yang diterima dalam pekerjaan apabila temperatur melampaui
atu kurang dari temperatur yang disyaratkan.
3. Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap muatan harus
dicatat berat kotor, berat kosong dan berat netto.
4. Penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang terkecuali tersedia
penerangan minimal 100 lux yang dapat diterima oleh Direksi Teknis.
5. Semua permukaan yang akan dilapisi atau akan diberi lapis perata harus disiapkan sedemikian
rupa sehingga didapat kondisi yang baik. Permukaan yang dalam kondisi rusak, harus
dibongkar dan diperbaiki sampai diperoleh permukaan yang keras dengan bahan yang disetujui
oleh Direksi Teknis yang setelah diperbaiki memenuhi toleransi yang disyaratkan.
6. Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus dibersihkan dari bahan
yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan compressor dan atau sapu mekanis (power
broom) yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan.
7. Lapis Perekat (tack coat) harus diterapkan secara perata sesuai sesifikasi teknis ini.
8. Acuan tepi yang tersedia pada finisher harus digunakan, bila diperlukan dapat pula digunakan
balok kayu lurus atau acuan lain yang disetujui dan harus dipasang sesuai dengan garis serta
ketinggian sesuai rencana ketebalan hamparan.
9. Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) harus bersih, licin, tidak cacad, tidak ada
butiran batuan atau sisa campuran yang terselip pada sambungan (dibawah crown control) dan
harus dipanaskan dengan alat pemanas yang terdapat pada Alat Penghampar. Campuran
beraspal harus dihampar sesuai dengan ketebalan yang direncanakan dan diratakan sesuai
dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
10. Pengendalian tebal rencana dapat dilakukan secara manual atau dengan pengendalian tebal
mekanis berupa taut string (wire), short skies, dan long skies.
11. Crawler atau roda finisher harus duduk di atas lapisan dasar, tidak boleh menginjak ceceran-
ceceran campuran.
12. Penghamparan harus dimulai dari lajur yang rendah terlebih dahulu apabila pekerjaan yang
dilaksanakan lebih dari satu lajur.
13. Peralatan pra-pemadat vibrasi pada alat perata harus dijalankan dan berfungsi dengan baik
selama penghamparan dan pembentukan.
14. Bila digunakan alat penumbuk untuk pemadatan awal maka alat penumbuk tidak boleh telah
aus sedemikian rupa sehingga tidak berfungsi memberikan kepadatan awal.
15. Temperatur sisa campuran beraspal yang belum terhampar di bawah alat perata harus
dipertahankan sesuai temperatur atau viskositas yang disyaratkan .
16. Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang konstan dan tidak
menyebabkan terjadinya segregasi, terseret, retak permukaan, ketidakseragaman atau bentuk
ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disesuaikan dengan
kapasitas produksi UPA dan ketebalan hamparan sebagai yang disetujui oleh Direksi Teknis
dan harus ditaati.
17. Apabila terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat penghampar harus
dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki
18. Penaburan tidak boleh dilakukan di atas permukaan hamparan yang telah rapih, butiran kasar
sisa penaburan di daerah yang tidak rapih tidak boleh dikembalikan untuk dihampar.
19. Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus diperiksa
dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal
yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

rentang temperatur sesuai viskositas aspal yang ditunjukkan dan dilakukan dari sisi rendah
bergeser ke sisi yang lebih tinggi.
20. Penggilasan campuran beraspal harus terdiri dari 3 (tiga) tahap yang terpisah berikut ini:
a) Pemadatan awal (breakdown rolling).
b) Pemadatan utama (intermediate rolling).
c) Pemadatan akhir (finish rolling).
21. Penggilasan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja.
Penggilasan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar.
Setiap titik perkerasan harus menerima minimum 2 (dua) lintasan penggilasan awal. Pemadatan
utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang
pemadatan awal dan dilakukan sebanyak mungkin lintasan dalam rentang temperatur yang
disyaratkan
22. Pemadatan akhir harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar sampai
jejak bekas pemadatan roda karet hilang.
23. Pelaksanaan pemadatan pada sambungan melintang harus dilakukan dengan terlebih dahulu
memasang dua buah balok kayu diluar lajur sejajar sambungan melintang untuk dudukan roda
pemadat saat berada di luar lajur dengan ketebalan sesuai dengan tebal padat lapisan.
24. Bila sambungan memanjang dibuat untuk menyambung dengan lajur yang dikerjakan
sebelumnya, maka lintasan awal harus memadatkan sambungan sebanyak 2 (dua) lintasan dan
selanjutnya dilakukan pemadatan memanjang sesuai dengan prosedur yang berlaku.
25. Pemadatan selanjutnya dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan dari sisi terendah
menuju ke sisi tinggi lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap.
26. Apabila menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan awal harus terlebih
dahulu menggilas sambungan lajur dengan lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga + ¾
dari lebar roda pemadat yang menggilas sisi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan
dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat
bertumpang tindih minimal selebar 15 cm.
27. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam untuk
roda karet dan harus selalu dijaga pada kecepatan konstan sehingga tidak mengakibatkan
bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh
diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorong, terbentuknya bekas
gilasan campuran beraspal. Alat pemadat tidak boleh (berhenti) di atas hamparan yang sedang
dipadatkan.
28. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh
pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam kondisi mudah dikerjakan
sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan.
29. Roda alat pemadat harus dibasahi secara mengkabut terus menerus untuk mencegah pelekatan
campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan.
Untuk menghindari lengketnya butiran-butiran halus campuran beraspal pada roda karet, roda
dapat dibasahi dengan air yang dicampur sedikit deterjen.
30. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas permukaan yang baru selesai
dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
31. Bahan bakar, pelumasan dan gemuk yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di atas perkerasan yang sedang dikerjakan,
dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh Penyedia Jasa atas
perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini menjadi
beban Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus mencegah agar tidak terjadi ceceran aspal di atas
permukaan perkerasan.
32. Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan elevasi, lereng melintang,

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

kelandaian, dan berada dalam batas lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi
yang disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas
yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat
tertentu dari campuran beraspal terhampar dengan luas minimal 0,1 m2 (tunggal) yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh
tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan
yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
33. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa harus memotong
dengan gergaji tepi perkerasan agar bergaris rapih. Setiap hamparan yang berlebihan, dan
sambungan memanjang dan melintang yang akan disambung dengan lajur baru harus dipotong
tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik jalan
yang lokasinya disetujui oleh Direksi Teknis.
34. Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus diatur
sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris dengan sambungan lapis
dibawahnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada
lapisan teratas harus berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
35. Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal yang telah dipadatkan
sebelumnya kecuali apabila tepinya telah dibentuk tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus.
Sapuan aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan permukaan lama dan baru harus diberikan
sebelum campuran beraspal dihampar di sebelah campuran beraspal yang telah digilas
sebelumnya. Sapuan aspal lapis perekat tidak boleh mengenai permukaan lapis sebelumnya.

C. P E N U T U P

Apabila didalam RKS/Bestek ini tidak tercantum uraian-uraian dan ketentuan-ketentuan yang
sebenarnya yang termasuk dalam pekerjaan pemborong maka pekerjaan lain yang belum diatur
dalam ketentuan ini akan ditentukan kemudian, apabila dilakukan perbaikan (Tambah kurang)
harus atas persetujuan Direksi/Pemimpin Proyek.

Disetujui Oleh : Dibuat Oleh :


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Direktur

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

DIVISI 11

PENUTUP

Apabila didalam Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Kontruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2) ini
tidak tercantum uraian-uraian dan ketentuan-ketentuan yang sebenarnya yang termasuk dalam pekerjaan
pemborong maka pekerjaan lain yang belum diatur dalam ketentuan ini akan ditentukan kemudian,
apabila dilakukan perbaikan (tambah kurang) harus atas persetujuan Direksi/Pemimpin Proyek.

Mataram, 15 April 2022

Disetujui Oleh : Dibuat Oleh :


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Perencana
CV. NATALOKA KONSULTAN

KUSMALAHADI SYAMSURI, ST., MT. PUTU EKA BUDHI S, ST.


NIP. 19770209 201101 1 005 Direktur

11 - 1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

11 - 1

Anda mungkin juga menyukai