URAIAN/PENJELASAN UMUM
1
2
2.1 SYARAT PENGGUNAAN BAHAN
Untuk melaksanakan kegiatan pembangunan ini, maka semua bahan dan material harus memenuhi
standart mutu dan kualitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kebutuhan bahan dasar yang
dimaksud adalah :
a. Air / Bahan Penetralisir
Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali, garam, bahan – bahan organis atau bahan – bahan lain yang merusak bangunan,
memenuhi syarat – syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam – 1970/ NI – 3.
b. Pasir Urug
Pasir untuk pengurugan, peninggian, dan lain – lain tujuan, harus bersih dan keras atau
memenuhi syarat – syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PUBI – 1970/NI – 3 pasir laut
untuk maksud – maksud tersebut tidak dapat digunakan.
c. Pasir Pasang
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus memenuhi syarat –
syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PBI 1971/ NI – 2. Butiran – butiran harus tajam dan
keras, tidak dapat dihans\curkan dengan jari. Kadar Lumpur tidak boleh melebihi 5%. Butiran –
butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi. Pasir laut tidak dapat
digunakan.
d. Portland Cement ( PC )
1. Portland cement ( PC ) yang digunakan harus PC sejenis (NI–8) dan masih dalam kantong
utuh atau baru serta memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI-71/NI–2.
2. Bila menggunakan portland cement ( PC ) yang telah disimpan lama harus diadakan
pengujian terlebih dahulu oleh laboraturium yang berkompeten.
3. Portland cement ( PC ) yang sudah membatu ( menjadi keras) tidak boleh dipakai.
e. Batu Pondasi (Batu Belah)
Batu kali/belah harus keras, tidak mudah pecah, tidak lapuk dan minimal memiliki 3 sisi bidang
pecah serta tidak bulat. Memiliki ukuran 20 cm – 40 cm
f. Pasir beton
Pasir harus dari butir – butir yang bersih dan bebas dari bahan organik lumpur dan sebagainya.
Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.
g. Koral Beton/ Split
1. Agregat kasar untuk pekerjaan beton yang akan dipakai pada proyek ini harus sesuai
dengan persyaratan pada PBI 1971 atau ASTM.
2. Klasifikasi dan gradasi agregat kasar sebagai berikut:
Agregat kasar type A1 : (besar)
3. Agregat tersebut tidak mengandung lumpur melebihi dari 1% (ditentukan terhadap berat
kering). yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat lolos melalui
ayakan 0,063 mm atau ayakan no. 200 bila ditest sesuai dengan ASTM C 117. Apabila
kadar lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci.
4. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpasir. Agregat
kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai bila butir-butir pipih
tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
5. Yang dimaksud butir agregat pipih adalah perbandingan antara lebar dengan tebalnya
lebih besar dari pada 3 (tiga). Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh- pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan.
6. Pemborong harus mengajukan contoh agregat kasar yang akan dipergunakan untuk
dapat persejutuan direksi. Test-test yang harus dilakukan terhadap contoh di atas berupa:
test dengan mesin sesuai dengan ASTM C 131 Resistance to abrasion of small size
coarse
test gradasi sesuai dengan ASTM A 136
test gradasi untuk kadar lumpur sesuai dengan ASTM C 117
test-test lainnya bila dianggap perlu dan semuanya menjadi tanggungjawab
pemborong
7. Agregat tersebut harus disimpan di tempat yang saling terpisahkan di permukaan
tanah yang bersih, padat serta kering dan harus dicegah terhadap pengotoran dan
pencampuran
8. Persyaratan-persyaratan agregat kasar di atas dari ayat a s/d g berlaku juga untuk beton
ready mix.
h. Besi Beton
1. Besi beton yang digunakan mutu U–24, dan seterusnya sesuai yang ditentukan, yang
penting harus dinyatakan oleh test laboraturium resmi dan sah.
2. Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/ lemak, asam, alkali dan bebas dari cacat
seperti serpi–serpi. Penampung besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI – 2 ( PBI –
1971 ).
2. 4. 6. Perawatan
a. Beton baru harus dilindungi dari hujan lebat, aliran dan dari kerusakaan yang disebabkan
oleh alat-alat. Semua beton hendaknya selalu dalam keadaan basah, selama paling sedikit 7
hari, dengan cara menyiramkan air pada pipa yang berlubang atau cara lain yang
menjadikan bidang permukaan beton itu selalu dalam keadaan basah.
b. Bekisting kayu dibiarkan tinggal agar beton itu tetap basah selama perawatan untuk
mencegah retak pada sambuungan dan penegringan beton yang terlalu cepat. Air yang
dipergunakan untuk perawatan harus bersih dan sama sekali bebas dari unsur-unsur kimia
yang dapat menyebabkan kerusakan atau perubahan warna pada beton.
2. 4. 7. Cacat pada Beton
Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, pemberi tugas mempunyai wewenang untuk
menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut.
Konstruksi beton yang sangat keropos.
Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak
seperti yang ditunjukkan oleh gambar.
Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
BAB III
P E N U T UP
Meskipun dalam bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak dinyatakan, tetapi
disebutkan dalam penjelasan pekerjaan (aanwijzing) mengenai suatu bagian pekerjaan yang termasuk harus
dikerjakan oleh pemborong/kontraktor, maka bagian tersebut dianggap ada dan dimuat dalam bestek ini.
Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pelaksanaan pekerjaan ini, tetapi tidak diuraikan atau tidak
dibuat dalam bestek ini, tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh Pemborong/Kontraktor.
Setiap melalui pekerjaan Pemborong/Kontraktor, harus ijin tertulis serta membuat gambar penjelasan (shop
drawing) dan berikut target volume pekerjaan yang dilaksanakan.
Pemborong/kontraktor diharuskan membuat gambar sesuai pelaksanaan (As-built Drawing) yang harus
mendapat persetujuan dan pengesahan dari Konsultan Pengawas dan Pengendali kegiatan.