Anda di halaman 1dari 42

93

SPESIFIKASI TEKNIS

Untuk

PEKERJAAN KONSTRUKSI

PEMBANGUNAN PELABUHAN LAUT PRIGI

KABUPATEN TRENGGALEK
93

BAB 1

SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM

Pasal 1.1

Dasar Hukum

1.Jasa Konstruksi

Adapun dasar hukum yang digunakan adalah Kontrak Pelaksanaan ini antara lain

a. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan

Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

b. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia

c. Standart / aturan teknik yang masih relevan dengan pekerjaan ini.

2.Standar Rujukan

a) Penyediaan bahan-bahan dan mutu yang telah disyaratkan oleh Pihak Konsultan

Perencana, merupakan tanggung jawab Pihak Kontraktor untuk menyediakannya

dimana kualitas yang didapat tidak kurang dari spesifikasi yang telah direncanakan.

b) Pihak Pemberi Tugas dan Pihak Konsultan Pengawas berhak untuk menolak bahan

dan mutu yang diajukan oleh Pihak Kontraktor untuk menjadi bagian dari pekerjaan

ini.

c) Pihak Kontraktor wajib untuk memberikan bukti kepada Pihak Pemberi Tugas dan

Pihak Konsultan Pengawas, bahwa bahan dan mutu yang digunakan telah memiliki

spesifikasi yang sama dengan yang telah direncanakan.


93
Pasal 1.2

Pedoman Pelaksanaan

1. Pedoman dan Peraturan Teknis

Peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam pekerjaan ini, adalah :

a) Semua undang-undang dan peraturan-peraturan Pemerintah yang berlaku

mengenai pekerjaan pelaksanaan pembangunan.

b) Peraturan umum yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi seperti SNI 03

1729-2015, SNI 03 2847-2013 AWS Structural Welding Code, dan

sebagainya.

c) Petunjuk-petunjuk yang diberikan secara tertulis oleh Pihak Pemberi Tugas

dan Pihak Konsultan Pengawas.

2. Dokumen Pelaksanaan

a) Yang termasuk dalam Dokumen Pelaksanaan adalah:

- Kontrak Pelaksanaan Pekerjaan antara Pihak Pemberi Tugas dengan

Pihak Kontraktor disebut “Surat Perjanjian Pemborong”.

- Buku Pedoman dan Pelaksanaan Persyaratan Pekerjaan dilengkapi

dengan penjelasan dan kelengkapan hasil rapat penjelasan/aanwizing.

- Gambar Rencana beserta penjelasan dan kelengkapan hasil rapat

penjelasan/aanwizing.

- Addendum yang secara sah dalam rangka melengkapi butir-butir di atas.

- Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.

b) Dokumen Pelaksanaan merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi,

jika di dalamnya terdapat kekurangan, unsur tersebut tidak menyebabkan hal

tersebut menjadi batal.

c) Yang termasuk dalam surat-menyurat adalah:

- Risalah-risalah rapat yang diadakan sehubungan dengan proses

pelaksanaan pembangunan.

- Surat-surat teguran/ nota-nota / surat-surat pernyataan/ surat-surat

jawaban dan sebagainya yang secara resmi dan sah dikeluarkan dan

disampaikan oleh pihak-pihak yang bersangkutan di dalam proses

pelaksanan pekerjaan ini.


93
d) Semua surat-menyurat tersebut merupakan langkah-langkah pelaksanaan dari

Dokumen Pelaksanaan, dengan demikian memiliki keabsahan yang sama.

e) Dokumen Pelaksanaan merupakan dasar hukum yang utuh untuk pelaksanaan

pekerjaan ini.

f) Selama pelaksanaan berlangsung, satu set lengkap Dokumen Pelaksanaan

harus selalu berada di kantor Pihak Kontraktor di lapangan dalam keadaan

terawat baik dan dapat ditunjukkan setiap saat kepada yang berwenang.

g) Apabila terdapat perbedaan, kekurangan dan sebagainya pada Dokumen

Pelaksanaan, Pihak Kontraktor harus segera melaporkan kepada Pihak

Pemberi Tugas atau Pihak Konsultan Pengawas.

3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

a) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya SPMK.

 Pihak Kontraktor sudah siap dengan "Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan"

yang telah disetujui oleh Pihak Pemberi Tugas dan Pihak Konsultan

Pengawas.

 Di lapangan Kontraktor sudah memulai dengan pekerjaan fisik yang telah

dijadwalkan tersebut.

b) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan harus memuat secara lengkap dan terperinci

mengenai:

 Jumlah dan jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai Dokumen

Pelaksanaan.

 Jumlah hari kerja dan pemeliharaan yang sudah ditetapkan dalam Surat

Perjanjian Kontrak Pemborongan (SPK).

 Bobot masing-masing jenis pekerjaan dan prosentase kemajuan

pekerjaan pada setiap minggunya.

 Penentuan hari-hari pengadaan bahan bangunan, peralatan dan

perlengkapan lainnya.

 Keterangan lengkap mengenai organisasi dan personalia yang akan

melaksanakan di lapangan (jabatan, keahlian, status dan jumlah).

 Keterangan mengenai jam kerja setiap harinya.

c) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini setiap harinya terpasang dengan baik

dikantor Pihak Kontraktor (lapangan).

d) Tidak dipenuhinya pengadaan jadwal tersebut atau tidak di patuhinya

ketentuan-ketentuan tersebut di atas akan mengakibatkan dihentikannya


93
proses pelaksanaan pekerjaan yang sedang berlangsung. Akibat dari

penghentian ini merupakan tanggung jawab Pihak Kontraktor.

Pasal 1.3

Tanggung Jawab Pihak Kontraktor

a) Persetujuan Pihak Pemberi Tugas dan Pihak Konsultan Pengawas yang diberikan

kepada Pihak Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan tidak berarti meniadakan

atau mengurangi tanggung jawab Pihak Kontraktor dalam pelaksanaan

pekerjaannya.

b) Tanah/lapangan tempat pekerjaan sesuai dengan batas-batas yang telah

ditentukan merupakan tanggung jawab Pihak Kontraktor, namun dengan demikian

semua benda yang ditemukan kemudian dalam pelaksanaan pekerjaan tanah

merupakan hak Pihak Pemberi Tugas.

c) Pihak Kontraktor wajib memberikan keterangan yang jelas dan juga mengenai

pelaksanaan pekerjaan kepada Pihak Pemberi Tugas, Pihak Konsultan Pengawas,

serta instansi-instansi yang bersangkutan (tercantum dalam daftar instansi-instansi

yang menerima tembusan SPMK).

d) Pihak Kontraktor wajib melaporkan kepada Pihak Pemberi Tugas dan Pihak

Konsultan Pengawas bilamana dalam pelaksanaan ditemui hal-hal yang

menyimpang dari perencanaan.

e) Pihak Kontraktor bertanggung jawab atas keterlibatan pegawai serta kendaraan-

kendaraannya dan wajib memperbaiki kembali segala kerusakan-kerusakan yang

diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan baik di dalam lokasi pekerjaan.

Pasal 1.4

Pengendalian Karyawan

Pihak Kontraktor dan Sub-Kontraktor harus memperkerjakan orang-orang yang teliti,

ahli dan berpengalaman.

a) Kelalaian dari pengawas-pengawas tersebut merupakan tanggung jawab Pihak

Kontraktor.

b) Karyawan dari Pihak Kontraktor yang tidak memiliki kemampuan/tanggung jawab

harus diganti, baik atas inisiatif Pihak Kontraktor sendiri, maupun atas permintaan
93
secara tertulis dari Pihak Pemberi Tugas atau Pihak Konsultan Pengawas kepada

Pihak Kontraktor.

Pasal 1.5

Kesejahteraan Karyawan

a) Pihak Kontraktor harus memperhatikan kesejahteraan pegawai sesuai dengan

Peraturan Perburuhan yang berlaku.

b) Pihak Kontraktor turut mengawasi pengadaan makanan dan minuman yang sehat

untuk para karyawan di lapangan.

Pasal 1.6

Keselamatan Karyawan

a) Pihak Kontraktor harus menyediakan peralatan keselamatan bagi para karyawan

dan pejabat-pejabat yang berkaitan dengan pemeriksaan/pengawasan pekerjaan di

lapangan terhadap kemungkinan-kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh jenis-

jenis pekerjaan yang sedang dikerjakannya.

b) Jika terjadi kecelakaan dalam pelaksanaan pekerjaan, Pihak Kontraktor wajib

mengambil tindakan-tindakan yang terbaik guna keselamatan si korban.

c) Sejumlah obat-obatan untuk pertolongan pertama harus selalu tersedia di lapangan

dalam satu peti PPPK dan selalu dalam keadaan siap untuk dipergunakan.

d) Pihak Kontraktor wajib melindungi para karyawannya dengan jaminan asuransi

ketenagakerjaan.

Pasal 1.7

Pemakaian Bahan Bangunan

a) Pihak Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, bahan dan tenaga

pembangunan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

b) Perubahan merek bahan/alat oleh Pihak Kontraktor dari yang telah ditentukan,

harus atas persetujuan tertulis dari Pihak Pemberi Tugas atau Pihak Konsultan

Pengawas, setelah Pihak Kontraktor membuktikan dengan data resmi/sah bahwa

bahan pengganti tersebut benar-benar sekualitas dengan ketentuan semula.


93
c) Pihak Pemberi Tugas berhak untuk menolak setiap peralatan, bahan-bahan dan

tenaga pembangunan yang tidak cocok untuk pelaksanaan pekerjaan ini

sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan. Tidak/belum

tersedianya peralatan/bahan/tenaga yang memenuhi persyaratan tidak dapat

dijadikan alasan keterlambatan pekerjaan.

d) Pihak Pemberi Tugas atau Pihak Konsultan Pengawas berhak untuk menolak

setiap hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan dan

berhak menuntut penggantian atau perbaikan yang harus sudah dilaksanakan

selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal Nota Pihak Pemberi Tugas atau

Pihak Konsultan Pengawas (Surat Teguran) atas hal yang dimaksudkan

dikeluarkan.

Untuk bahan/peralatan yang ditolak selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari

telah dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas biaya Pihak Kontraktor.

e) Jika ternyata Pihak Kontraktor mengabaikan atau melalaikan batas waktu yang

telah ditentukan diatas, maka Pihak Pemberi Tugas berhak untuk menunjuk pihak

lain melakukan pekerjaan pengganti, perbaikan atau pengeluaran bahan, dimana

biaya atas kerusakan/kehilangan bahan-bahan sepenuhnya ditanggung oleh Pihak

Kontraktor.

Pasal 1.8

Pengujian Bahan dan Peralatan

a) Atas biaya Pihak Kontraktor, Pihak Pemberi Tugas atau Pihak Konsultan Pengawas

berhak meminta hasil tes pengujian dari lembaga/laboratorium yang resmi atas

bahan dan peralatan yang akan dibeli/didatangkan.

b) Bila dari hasil tes pengujian ternyata bahan dan peralatan tersebut tidak memenuhi

syarat, maka Pihak Kontraktor harus membatalkan pesanan atas bahan/peralatan

tersebut dan segera menggantinya dengan merek/jenis yang lain.

c) Semua alat dan bahan-bahan yang digunakan, kecuali jika ditentukan lain dan

disetujui oleh Pihak Pemberi Tugas, harus dalam keadaan baru dan bebas dari

cacat atau ketidaksempurnaan serta harus berasal dari produksi standar terbaru

dari pabrik yang biasa dipesan untuk pembuatan alat dan bahan-bahan semacam

itu.
d) Semua bahan dan alat yang digunakan, sebagaimana yang diterapkan dalam

kontrak ini harus memadai dan sesuai dengan keadaan lingkungan proyek.
93
Semua bahan dan alat harus memadai dan sesuai dengan Kontrak, dan Pihak

Kontraktor harus mengetahui benar-benar keadaan lingkungan proyek.

e) Pihak Kontraktor harus meminta pabrik yang alatnya banyak dibeli atau dipakai

atau merupakan peralatan ataupun konstruksi khusus untuk menyediakan

pelayanan teknisi yang bermutu untuk mengawasi, memeriksa, menyelesaikan dan

menjalankan alat yang telah dipasang, sebelum atau pada waktu alat tersebut

diperiksa dan atau dipergunakan.

f) Sumber produksi yang ditentukan dalam spesifikasi menunjukkan standar kualitas

yang harus digunakan sebagai dasar pemilihan bahan oleh Pihak Kontraktor, Pihak

Pemberi Tugas akan mempertimbangkan produksi alat yang serupa dari pabrik-

pabrik lain yang mempunyai reputasi baik.

Pasal 1.9

Laporan Harian

a) Pihak Kontraktor wajib membuat Laporan Harian, yang berisikan keterangan

tentang :

 Jumlah tenaga kerja.

 Jumlah bahan yang didatangkan, digunakan, ditolak.

 Jenis dan jumlah pekerjaan yang dilaksanakan.

 Nota/catatan/penugasan dan Pengawas.

 Pekerjaan tambah/kurang.

 Kegiatan administrasi (surat menyurat).

Laporan Harian harus diperiksa dan disetujui oleh Pihak Konsultan Pengawas

sebelum diedarkan lebih lanjut kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

b) Berdasarkan pada Laporan-laporan Harian tersebut, Pihak Konsultan Pengawas

akan memuat Laporan Mingguan dilengkapi dengan penilaian Pengawas Lapangan

atas kegiatan teknis dan non teknis Pihak Kontraktor.

Laporan Mingguan ini kemudian akan diedarkan kepada Pihak Pemberi Tugas,

Pimpinan Proyek dan Instansi-instansi yang berkaitan.

c) Bentuk Laporan Harian akan diberikan oleh Pihak Konsultan Pengawas. Kelalaian

Pihak Kontraktor untuk membuat Laporan Harian dianggap sebagai ketidakseriusan

Pihak Kontraktor yang akan mengakibatkan dihentikannya pekerjaan dengan akibat

sepenuhnya merupakan tanggung jawab Pihak Kontraktor.


93
Pasal 1.10

Rapat Berkala

a) Rapat berkala untuk membahas masalah pelaksanaan pekerjaan, akan diadakan

secara rutin (mingguan) dengan dikoordinir dan dipimpin oleh Pihak Konsultan

Pengawas dan dihadiri oleh instansi-instansi yang langsung berkaitan.

b) Hasil rapat dituangkan dalam risalah rapat yang disahkan oleh semua pihak yang

hadir. Hasilnya akan menjadi bagian dari Dokumen Pelaksanaan.

c) Pihak Kontraktor wajib menyiapkan semua perlengkapan untuk pengadaan rapat

berkala yang akan dilaksanakan oleh Pihak Pemberi Tugas atau Pihak Konsultan

Pengawas.

Pasal 1.11

Dokumentasi

a) Pihak Kontraktor diharuskan membuat foto proyek sesuai dengan kemajuan

pekerjaan (4 phase, pada saat 0%, 25%, 75% dan 100%), didokumentasikan pada

tempat-tempat yang informatif.

b) Pemotretan setiap phase-nya harus pada titik yang sama dan arah yang sama,

disusun dalam album, dilengkapi dengan keterangan gambar foto dan gambar titik

pengambilan/pemotretan pada sket/gambar situasi lapangan atau denah bangunan.

c) Jenis dan mutu bahan yang dipakai foto berwarna, ukuran poscard dan dicetak

jelas.

d) Foto-foto tersebut dilampirkan pada waktu mengajukan tagihan pembayaran/ termin

sesuai dengan tahapannya.

Pasal 1.12

Penyerahan-penyerahan Pihak Kontraktor

1. Lingkup

Untuk mendapatkan persetujuan Pihak Pemberi Tugas, Pihak Kontraktor harus

menyerahkan usulan, laporan, catatan, gambar kerja, jadwal, petunjuk, pedoman dan

lain-lain seperti yang diminta untuk pelaksanaan dan pencatatan pekerjaan. Kewajiban

Pihak Kontraktor menurut kontrak, akan dijelaskan lebih jelas pada bab selanjutnya
dimana sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Untuk persyaratan yang lebih
93
detail tentang bahan, alat, dan sistem, dibahas dalam Spesifikasi Teknik yang

berkaitan.

2. Penyerahan

a) Umum

- Rencana proyek termasuk peralatan konstruksi, alat dan rencana tenaga kerja.

- Rencana kejadian penting bagi persiapan dokumen, pengadaan, pengapalan,

pembangunan dan pemasangan.

- Program pengawasan kualitas.

- Catatan dokumen yang dikirimkan untuk pemeliharaan, informasi atau

persetujuan.

- Petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan.

- Daftar gambar-gambar Kontraktor.

- Gambar-gambar dari Kontraktor, data dan perhitungan fasilitas-fasilitas

sementara dan daerah kerja Pihak Kontraktor.

- Laporan pemeriksaan/pengujian pabrik dan prosedur.

- Laporan kemajuan bulanan.

- Laporan akhir proyek.

Kontraktor harus menyiapkan “as built drawing” yang memberikan data yang tepat

tentang tata letak ketinggian, detail konstruksi, penampang melintang dan detailnya.

Setiap perubahan di lapangan dari gambar perencanaan/spesifikasi, harus ditunjukkan

dalam dokumen yang relevan sebagai kemajuan pekerjaan, dan untuk selanjutnya

dimasukkan dalam “as built drawing” yang disiapkan oleh Pihak Kontraktor. Setiap saat

pada masa konstruksi, Pihak kontraktor harus menyediakan gambar-gambar yang

telah direvisi sebagai referensi oleh Pihak Pemberi Tugas.

b) Pekerjaan Sipil dan Struktur

- Usulan lokasi pengambilan material.

- Daftar peralatan akan digunakan dalam pekerjaan berikut:

 Pengambilan material.

 Pekerjaan tanah.

 Pekerjaan struktur yang lain.

 Pembuatan beton.

- Gambar-gambar kerja, prosedur, dan jadwal

c) Pekerjaan Mekanikal

- Sertifikat-sertifikat yang berkaitan dengan:


93
 Bahan-bahan.

 Pengujian

 Pengujian tekanan.

 Kemampuan.

 Pengujian seperti yang diminta dalam Spesifikasi Teknik.

- Jaminan-jaminan:

 Jaminan dari pembuat alat dan perawatannya.

 Jaminan alat Pihak Kontraktor.

 Jaminan tersedianya suku cadang.

- Gambar-gambar:

Lokasi dan ukuran alat yang berkaitan dengan pondasi, tumpuan, dan lain-lain

pada tata letak gambar rencana untuk penyesuaian terhadap pemilihan

pabrikan oleh Pihak Kontraktor.

Pihak Kontraktor harus menyiapkan dan menyerahkan untuk mendapat

persetujuan Pihak Pemberi Tugas atau Pihak Konsultan Pengawas, gambar-

gambar detail (tidak terbatas) pada pemasangan, pondasi, tumpuan dan lain-

lain.

Pihak Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menjamin ketepatan semua

pondasi, tumpuan, pemasangan dan lain-lain untuk alat yang dipilih.

3. Laporan Kemajuan

Selama pelaksanaan pekerjaan, Pihak Kontraktor harus menyerahkan kepada Pihak

Pemberi Tugas Laporan Kemajuan Mingguan dalam rangkap 3 (tiga) yang berisi

kemajuan pekerjaan yang sesungguhnya. Laporan ini dibagi menurut pekerjaan utama

berdasarkan kontrak yang tersusun dalam Lingkup Kontrak. Laporan tersebut harus

berisi hal-hal sebagai berikut:

a) Kemajuan pekerjaan selama satu periode pelaporan, yaitu pekerjaan yang telah

selesai dan yang sedang dikerjakan berikut dengan tanggal mulai, tanggal

penyelesaian dan tanggal perkiraan penyelesaian.

b) Pekerjaan-pekerjaan yang direncanakan akan dimulai untuk 2 masa pelaporan

yang akan datang berikut dengan perkiraan tanggal rencana mulai.

c) Uraian singkat mengenai kemajuan kontrak dan penjelasan dari setiap perubahan-

perubahan dari rencana kontrak serta perkiraan dampak perubahan tersebut

berikut tindakan perbaikan yang diusulkan.


93
d) Daftar alat yang digunakan di tempat pekerjaan selama masa pelaporan dan daftar

alat yang belum/tidak digunakan selama masa pelaporan.

e) Jumlah keseluruhan tenaga kerja yang sebenarnya dipekerjakan di tempat

pekerjaan selama masa pelaporan, yang dirinci atas jumlah karyawan di kantor,

pengawas dan pekerja kasar.

f) Perkiraan jumlah tenaga kerja dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan

pekerjaan yang sedang berlangsung dan direncanakan.

g) Laporan penerimaan bahan-bahan yang berisi tentang bahan yang diterima di

tempat pekerjaan, bahan yang seharusnya diterima tetapi belum masuk selama

periode pelaporan, dan perkiraan pengiriman bahan-bahan untuk setiap bulannya

sampai pekerjaan selesai.

h) Daftar pengujian dan pemeriksaan bahan dan alat yang dipasang untuk pekerjaan

permanen.

i) Ikhtisar laporan atas semua aspek Program Keselamatan Kontraktor yang

mencakup semua jenis kecelakaan dan jumlah jam kerja hilang karena kecelakaan

termasuk sub-kontraktor.

j) Foto-foto yang menunjukkan kemajuan pekerjaan, minimal 8 (delapan) buah.

k) Grafik kemajuan fisik dan keuangan baik yang direncanakan maupun realisasinya.

4. Gambar yang Sebenarnya Terpasang dan Penyerahan Data

Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penyerahan pertama dari seluruh

atau sebagian pekerjaan, satu berkas gambar yang sebenarnya terpasang (as built

drawing) yang lengkap, data-data, kepustakaan pabrikan, pedoman pengoperasian,


dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan pembangunan, bangunan, alat,

sistem atau perlengkapan-perlengkapan yang termasuk dalam pekerjaan, harus

diajukan kepada Pihak Pemberi Tugas dan Pihak Konsultan Pengawas untuk

digunakan dalam mengoperasikan dan memelihara hasil pekerjaan. Semua bahan

yang diserahkan itu harus dengan jelas diberi tanda “SEBENARNYA TERPASANG

(AS BUILT)” dengan huruf balok.


93
Pasal 1.13

Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan

1. Daerah Kerja Pihak Kontraktor

Pihak Kontraktor bekerja sama dengan Pihak Pemberi Tugas, pejabat setempat dan

pemilik tanah untuk menetapkan seluruh daerah kerja Pihak Kontraktor. Dalam hal ini,

Pihak Kontraktor bila perlu mendirikan dan memelihara kantor, gudang-gudang,

perbekalan, bengkel reparasi, bengkel kerja, penyimpanan kendaraan, penyimpanan

bahan dan lain-lain, serta semua fasilitas yang menunjang pelaksanaan kerja demi

tercapainya efisiensi kerja.

Dibawah pengawasan Pihak Konsultan Pengawas, Pihak Kontraktor juga harus

mendirikan, memelihara, dan menjalankan atau menyewa sebuah laboratorium beserta

ruangan dan alat yang lengkap guna pengujian agregat, contoh beton, tanah dan batu,

serta lain-lain sesuai dengan persyaratan spesifikasi teknis. Jika hal ini tidak

memungkinkan, maka dengan izin dari Pihak Konsultan Pengawas pengujian dapat

dilakukan di tempat lain dengan disaksikan oleh Pihak Konsultan Pengawas.

Apabila fasilitas diatas tidak dapat ditampung di daerah kerja, Pihak Kontraktor akan

memberikan tata letak dari instalasi di lapangan dimana ditentukan perkiraan luas yang

diperlukan.

30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal dimana Pihak Kontraktor memulai pembangunan

perkemahan, Pihak Kontraktor harus menyerahkan gambar-gambar dan spesifikasi-

spesifikasi dengan rincian mempermudah penentuan lokasi yang tepat, untuk

mendapat persetujuan dari Pihak Konsultan Pengawas. Tidak ada perkemahan lain

yang akan dibangun selain perkemahan yang sifatnya sementara yang

pembangunannya menurut gambar-gambar dan spesifikasi-spesifikasi yang telah

disetujui oleh Pihak Konsultan Pengawas.

Tanpa menunggu persetujuan Pihak Konsultan Pengawas, Pihak Kontraktor harus

mentaati hukum dan peraturan setempat yang mengatur bangunan, pemeliharaan atau

pengelolaan kemah-kemah mereka serta harus bertanggungjawab atas setiap

kerusakan atau tuntutan yang diakibatkan dari tidak memadai atau tidak layaknya

fasilitas.
93
2. Jalan Akses Pembangunan

Pada awal pekerjaan, Pihak Kontraktor harus menjamin adanya jalan masuk ke daerah

kerja yang memungkinkan untuk pemindahan alat dan bahan-bahan yang akan

digunakan.

Pihak Kontraktor harus memperbaiki dan memelihara jalan masuk untuk menghindari

kelambatan angkutan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.Jalan masuk

sementara harus sekecil mungkin menghalangi alinyemen jalan-jalan yang ada.

Semua pengoperasian yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dan pekerjaan

sementara sedapat mungkin memenuhi persyaratan Kontrak agar tidak menggangu

saluran-saluran air umum, jalan-jalan umum atau pribadi, jalan setapak ke atau dari

tanah milik orang lain atau Pihak Pemberi Tugas. Pihak Kontraktor harus mengganti

kerugian kepada Pemilik terhadap semua tuntutan-tuntutan secara hukum, proses

hukum, kerugian, biaya-biaya, ongkos-ongkos dan pengeluaran apapun yang timbul

atau dalam hubungannya dengan setiap hal semacam itu sejauh masih menjadi

tanggung jawab Pihak Kontraktor.

Pihak Kontraktor harus menyesuaikan pekerjaannya dengan peraturan dari pejabat

pengawasan pelabuhan, jalan raya, jalan kereta api dan harus mematuhi perintah-

perintah dari pejabat yang berwenang dari instansi tersebut tentang penggunaan jalan

air pelabuhan, jalan raya, jalan kereta api. Pelaksanaan pekerjaan oleh Pihak

Kontraktor harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu, merusak dan

membahayakan penggunaan dan bekerjanya fasilitas pelabuhan yang ada termasuk

jalan air, jalan, jalan kereta api, dan lalu lintas setempat, kecuali mendapat persetujuan

dari Pihak Pemberi Tugas untuk pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan

pekerjaan.

Pihak Kontraktor harus mengganti kerugian atas kerusakan pada jalan, jembatan dan

hak milik orang lain, sebagaimana tersebut diatas karena kelalaian Pihak Kontraktor

atau Sub-Kontraktornya dalam hubungannya dengan pelaksanaan pekerjaan.

Menyingkirkan dan membersihkan kembali pada waktu penyelesaian dan juga

memperbaiki segala kerusakan yang terjadi selama pekerjaan berlangsung

(merupakan tanggung jawab Pihak Kontraktor).

3. Pengadaan Peralatan Kerja

a) Pemborong harus menyediakan alat-alat umum untuk melaksanakan pekerjaan,

agar Pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik, dan memenuhi RKS.


93
b) Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan secara langsung untuk

mengerjakan pekerjaan, Pihak Kontraktor juga harus menyediakan alat-alat

kelengkapan kerja, sehingga para pekerja dapat mengerjakan dengan baik dan

aman.

4. Pengadaan Tenaga Listrik dan Air

a) Untuk memenuhi kebutuhan listrik selama proyek berjalan, Pihak Kontraktor harus

menyediakan pembangkit tenaga listrik sementara termasuk keperluan instalasinya.

b) Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan oleh Pihak Kontraktor. Bila

memungkinkan air didapatkan dari sumber air yang ada di lokasi. Termasuk di

dalam tanggung jawabnya Pihak Kontraktor harus membuat instalasi sederhana

untuk memenuhi distribusi air di dalam lokasi atau bangunan diatas. Segala biaya

yang timbul untuk menyediakan keperluan air menjadi tanggungan Pihak

Kontraktor.

c) Pihak Kontraktor tidak boleh menyambung dan mengisap air dari saluran induk,

lubang penyedot (tap point), reservoir dan sebagainya tanpa terlebih dahulu

mendapatkan ijin tertulis dari Pihak Pemberi Tugas.

d) Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan ini, pada dasarnya Pihak Pemberi

Tugas sama sekali tidak menyediakan satu tenaga listrik atau air.

5. Perlindungan Lingkungan

a) Selama masa pelaksanaan pekerjaan Pihak Kontraktor bertanggung jawab penuh

atas segala kerusakan akibat operasi atau pelaksanaan pekerjaan terhadap

bangunan yang ada.

b) Pihak Kontraktor juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang

terjadi atas perlengkapan umum seperti saluran air, telepon, listrik dan sebagainya

yang disebabkan oleh Pihak Kontraktor. Segala biaya untuk pemasangan kembali

beserta perbaikan-perbaikannya adalah menjadi tanggung jawab Pihak Kontraktor.

6. Pengamanan Area Kerja

a) Pihak Kontraktor harus menyediakan semua tanda peringatan, penghalang untuk

keamanan, alat pemadam kebakaran dan lain-lain yang diperlukan atau yang

diminta oleh Pihak Pemberi Tugas atau Pihak Konsultan Pengawas, untuk

menjamin keamanan personil dan kendaraan-kendaraan dalam lingkungan kerja


dan jalan masuknya.
93
b) Kecelakan-kecelakan yang timbul selama pelaksanaan proyek menjadi tanggung

jawab Pihak Kontraktor.

c) Kebakaran yang terjadi karena kelalaian karyawan Pihak Kontraktor, pada

dasarnya menjadi tanggung jawab Pihak Kontraktor untuk menanggung rugi dan

resikonya. Oleh karenanya untuk mengurangi resiko ini Pihak Kontraktor wajib

menjaga ketertiban lingkungan dalam menggunakan bahan bakar dan api. Lebih

jauh untuk mengurangi resiko ini perlu diadakan Asuransi Terhadap segala

kemungkinan yang dapat merugikannya.

d) Sehubungan dengan butir 2 diatas, Pihak Kontraktor diwajibkan untuk menyediakan

alat Pemadam Kebakaran jenis ABC (segala jenis api), pasir dalam drum, galah-

galah dan alat pemadam kebakaran yang lain, sehingga dapat digunakan sebagai

pemadam kebakaran tingkat pertama. Demikian juga menunjuk petugas-petugas

yang dapat bertanggung jawab mengatasinya.

e) Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, maka semua ketentuan umum lainnya yang

dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah c.q Undang-undang Kesehatan Kerja

dan lain sebagainya termasuk semua perubahan yang kini berlaku.

7. Papan Nama dan Kantor Kerja Proyek

a) Papan Nama Proyek

Pembuatan dan pemasangan papan nama proyek sebanyak 2 (dua) buah dengan

bentuk, ukuran, isi tulisan dan warna dengan ketentuan sebagai berikut :

- Papan nama dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm, panjang 240 cm dan lebar

175 cm, dengan tiang besi pipa.

- Jenis tulisan memakai huruf, tulisan dan garis warna hitam.

Papan Nama Proyek ditempatkan di dalam lokasi proyek/stockyard pada tempat

yang mudah dilihat umum, salah satu diantaranya di depan bedeng sementara dan

dipasang saat mulainya pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah dicabut setelah

penyerahan kedua.

b). Bedeng Sementara/Direksi Keet

- Setelah lokasi diserahkan, Pihak Kontraktor segera membuat bedeng

sementara sesuai volume yang tertera dalam kontrak.

- Bedeng sementara dibuat dengan ukuran panjang 8 m dan lebar 3 m, dengan

ketentuan 4 x 3 m untuk Direksi Keet dan sisanya 4 x 3 m untuk bedeng

pekerja/bahan (kecuali bedeng pekerja dialokasikan tersendiri dalam kontrak).

- Jenis dan bahan mutu yang dipakai adalah sebagai berikut:


93
Atap : asbes gelombang

Dinding : papan/triplek/hardplek

Rangka : kayu borneo

Lantai : beton dengan tebal 6 cm

Jendela : kaca nako

Peralatan : disesuaikan dengan kebutuhan sebagai kantor proyek

- Semua jenis bahan dan peralatan yang dipakai tidak diizinkan menggunakan

bahan/barang bekas dipakai.

8. Ketentuan Bagi Pihak Pemberi Tugas dan Pihak Konsultan Pengawas

a. Kantor

Pihak Kontraktor harus menyediakan serta menyediakan makanan yang pantas untuk

wakil-wakil Pihak Pemberi Tugas dan Pihak Konsultan Pengawas serta fasilitas

sanitasi yang dibangun dekat kantor. Fasilitas-fasilitas tersebut harus dilengkapi

dengan pendingin udara, penerangan, air, air buangan dan drainase.

Atas persetujuan Pihak Konsultan Pengawas kantor harus dilengkapi dengan meja,

kursi meja rapat, meja gambar, lemari arsip, mesin tulis, mesin foto copy dan lain-lain.

Pihak Kontraktor harus menyerahkan layout fasilitas yang lengkap untuk wakil-wakil

Pihak Pemberi Tugas dan Pihak Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan

Pihak Konsultan Pengawas.

Pihak Kontraktor harus bertanggung jawab atas perawatan dan pemeliharaan fasilitas-

fasilitas tersebut dan harus menyediakan kelengkapan sarana keperluan kantor,

barang sanitasi dan konsumsi selama masa kontrak.

b. Komunikasi

Semua biaya komunikasi yang menyangkut pekerjaan proyek yang dilakukan oleh

wakil-wakil Pihak Pemberi Tugas dan Pihak Konsultan Pengawas ditanggung oleh

Pihak Kontraktor.

c. Pelayanan Transportasi

Pihak Kontraktor harus menyediakan kendaraan roda empat atau roda dua untuk

dipakai oleh wakil-wakil Pihak Pemberi Tugas dan Pihak Konsultan Pengawas.

Kendaraan yang disediakan harus selalu dijaga dalam keadaan siap pakai, selalu
dalam keadaan bersih, disediakan bahan bakar yang cukup, oli, suku cadang, dan

perlengkapan lainnya. Semua kendaraan harus diasuransikan dan dibayar pajaknya


93
oleh Pihak Kontraktor serta memiliki ijin operasi nasional dan lokal. Kendaraan-

kendaraan tersebut harus disediakan berdekatan dengan kantor utama.

Kantor harus menyediakan sarana transportasi yang diperlukan oleh wakil-wakil Pihak

Pemberi Tugas dan Pihak Konsultan Pengawas ke dan dari lapangan terbang terdekat

ke dan dari lokasi pembangunan serta perkemahan.


93
BAB 2

SYARAT-SYARAT UMUM TEKNIS PEKERJAAN

PEKERJAAN REKLAMASI

Pasal 2.1

Pekerjaan Persiapan

1. Kontraktor harus melakukan pengukuran pendahuluan topografi pada lokasi

proyek. Hasil pengukuran ini setelah disahkan Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas

akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan keadaan lokasi sebelum adanya

pekerjaan tanah.

2. Dalam pekerjaan tanah Kontraktor harus mengikuti urutan umum pekerjaan

sebagai berikut :

a. Pembuatan tanggul dengan batu dilakukan secara bertahap, pertama

memasang batu dengan ukuran 35 – 40 kg lalu diteruskan dengan ukuran 350 –

400 kg. Pemasangan batu menggunakan excavator.

b. Dilanjutkan dengan pemasangan Geotekstil dan sirtu dan dilanjutkan kembali

dengan pemasangan baru dengan ukuran 350 – 400 kg, lalu dilakukan

pemasangan geotextile kembali dan diurug dengan sirtu dan dilakukan

pemadatan.

Pasal 2.2

Jadwal dan Kordinasi Pekerjaan

2. Dalam pelaksanaan pekerjaan, khususnya menyangkut suplai bahan dari luar

(lewat laut) melalui pelabuhan, Kontraktor diharuskan mengajukan usulan

jadwal terinci paling lambat 30 hari sebelum dimulainya penggunaan jalur

navigasi di pelabuhan.

3. Kontraktor diwajibkan membayar semua biaya pandu, tambat serta biaya

lainnya yang berlaku untuk angkutan laut.

4. Dalam pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor tidak boleh menghambat lalu lintas di

perairan Pelabuhan di luar Lokasi Proyek.


93
Pasal 2.3

Pengukuran dan Perhitungan Volume Pekerjaan

Perhitungan volume pekerjaan penimbunan akan dilakukan atas dasar hasil

pengukuran pendahuluan topografi yang telah disetujui Konsultan Pengawas. Volume

yang dibayarkan adalah volume yang terdapat antara permukaan tanah asli sebelum

pengurugan sampai dengan elevasi/grading akhir pekerjaan penimbunan. Kontraktor

tidak akan mendapat pembayaran tambahan akibat penurunan dan

pengeluaran/pengerukan lumpur serta pembuangannya ke luar lokasi.

Pasal 2.4

Bahan Timbunan Pasir-Batu (Sirtu)

Bahan untuk timbunan harus berupa pasir alam atau hasil desintegrasi alami dari

batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan dari alat pemecah batu. Untuk

material urugan tersebut memenuhi batas-batas gradasi (grain size distribution)

sebagai berikut :
Sieve Size (Ukuran Saringan) % Berat lolos Saringan
No.
Alternate Standards (mm) Minimum Maksimum
1 1/2" 12.7 100 100
2 3/8" 9.52 98 100
3 1/4" 6.3 96 100
4 No. 4 4.76 95 100
5 No. 8 2.36 80 90
6 No. 16 1.19 60 70
7 No. 30 0.59 26 36
8 No. 50 0.259 15 23
9 No. 100 0.149 6 12
10 No. 200 0.075 0 5
Material urugan harus bersih dan tidak dibolehkan mengandung bahan-bahan organik,

seperti sisa-sisa tanaman dan lain-lain. Kandungan lumpur, bongkahan/gumpalan

lempung dan partikel-partikel lain tidak boleh lebih dari 3% dan dengan nilai CBR 3 -

6%.

Pasal 2.5

Sumber Material Urugan Dan Sirtu

1. Pemborong harus bertanggung jawab atas supply seluruh material yang diperlukan

sebagai bahan urugan atau sirtu dalam pekerjaan ini, serta mencari lokasi-lokasi

sumber material yang akan ditetapkan dengan petunjuk Direksi.


93
2. Pemborong diwajibkan mengambil beberapa sample dan memeriksa grain size

distribution dan mutu bahan urugan dan sirtu tersebut untuk diajukan kepada

Direksi.

3. Bila material urugan dan sirtu tidak tersedia secara cukup di satu lokasi, maka

Direksi dapat menyetujui penggunaan material campuran dari beberapa lokasi.

Dalam hal ini material-material tersebut harus dicampur terlebih dahulu untuk

memenuhi persyaratan di atas sebelum dipakai.

Metode pelaksanaan Pekerjaan Reklamasi sampai dengan Elevasi + 3.00.

1. Dinding anyaman bambu

Anyaman-anyaman bambu ini dipasang bertujuan untuk mencegah keluarnya

butiran pasir ke laut dan agar timbunan dapat menumpu rata diatas matras.

Anyaman bambu tersebut diikat dengan menggunakan kawat atau tali rami, agar

tidak turun dan bergeser.

Metode Pelaksanaan Dinding anyaman bambu :

- Mendatangkan material ke lokasi.

- Pengajuan ijin untuk pelaksanaan pekerjaan.

- Mengecek pemasangan dan ikatan dinding anyaman bambu tersebut.

- Pekerjaan dinding anyaman bambu dilaksanakan setelah pemasangan

rakit bambu diikatkan pada pondasi ceruk bambu di laut.

- Dinding matras dari anyaman bambu tersebut dipasang dengan cara

manual diletakkan diatas dan diikat pada rakit bambu yang sudah

terpasang. Pemasangan anyaman tersebut dilakukan dilaut.

2. Bambu Skoor Dinding Anyaman Bambu

Pek. Pondasi cerucuk kedalaman 6 m jarak 1 m material dari batang bambu

dengan dia. 10 - 12 cm, dipergunakan sebagai upaya perbaikan tanah dasar

rencana untuk Reklamasi. Diharapkan dengan adanya perkuatan dengan cerucuk


93
penurunan akibat berat konstruksi Reklamasi terhadap tanah dasar dapat

diminimalisasi.

Pemancangan pondasi cerucuk dilakukan dengan manual yaitu tenaga manusia

(pekerja) untuk menancapkannya. Adapun yang perlu diperhatikan dalam

penancapannya adalah jarak dan kepala bambu.

Metode Pelaksanaan Bambu Skoor Dinding Anyaman Bambu :

- Mendatangkan material yang telah disetujui.

- Pengajuan ijin untuk pelaksanaan penamcapan bambu.

- Mendatangkan/mengecek material sesuai jarak dan kedalamannya

seperti yang ada digambar kerja.

- Pekerjaan Pondasi cerucuk dilaksanakan pada awal pelaksanaan

pekerjaan reklamasi.

- Pemasangan dilakukan dengan mengikuti batasan-batasan atau patok

acuan yang telah dibuat oleh surveyor pengukuran.

- Pemasangan cerucuk bambu dilakukan dengan cara ditanam pada tanah

dasar existing, hal ini dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan

tenaga manusia. Jadi bambu-bambu tersebut ditancapkan dipinggir/tepi

sepanjang area causeway per jarak 1 meteran.

3. Rakit Bambu (dibawah timbunan batu)

Rakit Bambu dibawah dasar timbunan batu dari konstruksi Reklamasi berfungsi untuk

mencegah batu tenggelam didalam laut serta meratakan beban konstruksi reklamsi

untuk disalurkan ke pondasi cerucuk bambu disampingnya. Sehingga apabila terjadi

penurunan (setlement) pada konstruksi maka penurunan tidak terjadi setempat tapi

bersamaan. Penempatan rakit bambu harus dilakukan secara seksama sehingga

benar-benar terletak pada posisi sesuai dengan gambar kerja dan ikatan-ikatan selalu

dalam keadaan baik. Overlap dari matras bambu satu sama lain.
93

Metode Pelaksanaan Rakit Bambu (dibawah timbunan batu) :

- Mendatangkan material yang telah disetujui.

- Pengajuan ijin untuk pelaksanaan Matras bambu.

- Pekerjaan pemasangan matras atau rakit bambu dilaksanakan setelah

pemasangan pondasi (penancapan) cerucuk bambu berjajar berdiri

sepanjang Reklamasi.

- Matras dasar timbunan dari bambu dia. 10 - 12 cm disusun saling

menyilang atas bawah dengan jarak perbambu bagian atas dan bawah

40 cm dan diikat menjadi satu kesatuan. Pelaksanaannya masing-masing

bagian rangkaian bambu dapat disiapkan terlebih dahulu didarat setelah

terangkai baru dibawa ke laut untuk dirangakai menjadi satu kesatuan

dengan pondasi cerucuk bambu dengan sistim didikat.

- Rangkaian matras bambu dipasang dilaut dengan cara manual dan

diikatkan pada pondasi cerucuk bambu, sebagai pengaman pada

beberapa titik diberi pemberat agar supaya tidak hanyut oleh ombak.

d. GEOTEXTILE NON WOVEN

Geotextile yang digunakan untuk menahan butiran tanah/pasir agar tidak

terbawa aliran air dari timbunannya dan juga berfungsi untuk meratakan

beban pada lapisan dibawah timbunan. Geotextile yang digunakan dari

kwalitas dan dalam kondisi yang baik. Pemasangan geotextile sesuai dengan

gambar kerja serta memperhatikan agar geotextile yang telah terhampar tidak

merosot, terlipat atau sobek pada saat ditimbuni material lain diatasnya.

Geotextile yang telah sobek/ tercabik tidak boleh digunakan/dipasang.Apabila

perlu diadakan penyambungan Geotextile, maka sambungan tersebut harus

disambung dengan stitcher sedemikian rupa sehingga tidak ada kemungkinan

lolosnya butiran yang terletak di kedua sisi geotextile. Apabila untuk

penyambungan tersebut Pemborong harus melakukan overlapping dari


93
geotextile yang disambung, maka overlaping tersebut harus menjamin

kekuatan yang paling sedikit sama dengan geotextile utuh.

Metode Pelaksanaan Geotextile Non Woven :

- Pengajuan ijin untuk pelaksanaan pemasangan geotextile diantara

cerucuk bambu dengan timbuanan tanah.

- Kontraktor sebelum menggunakan material geotextile terlebih dahulu

mengajukan spesifikasi teknik produk yang akan dipakai dan ditest

(apabila diperlukan / diminta) dilaboratorium agar diperoleh material yang

sesuai dengan spesifikasi teknis yang dikehendaki. Hasil test diserahkan

ke konsultan pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum

dilakukan pendatangan pengadaan material tsb .

- Mendatangkan material pabrikan yaitu geotextile yang telah disetujui.

- Mendatangkan/mengecek material sesuai spesifikasi teknik.

- Melaksanakan pekerjaan geotextile sesuai gambar.

- Pada geotextile disediakan alat jahit untuk sambungan.

- Di lokasi pekerjaan pemasangan juga dilakukan dengan tenaga manual.

- Pemasangan geotextile dilaksanakan secara manual dengan tanpa

sambungan setiap sambungan geotextile atau dioverlap atau dijahit

dengan sambungan lipat 2 (dua) kali.

- Pemasangan geotextile dilaksanakan mengikuti skema timbunan pasir

dengan pemasangan atau penataan perlapis sesuai skema tsb.

Pemasangan geotextile dilakukan sebelum penuangan atau

penghamparan timbunan. Geotextile harus terpasang dan terikat dengan

kuat tidak boleh tersingkap akibat pengaruh gerakan air laut.

- Meratakan / merapikan sambungan dan sisa geotextile .

e. TIMBUNAN MATERIAL PILIHAN

Pekerjaan timbunan Material Pilihan pada area timbunan berfungsi sebagai

material pengisi pada area Reklamasi.


93
Survey

Sebelum pekerjaan reklamasi dimulai, harus dilakukan survei topografi dan

hidrografi. Level yang disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh

Direksi/Engineer/Pengawas dan kontraktor. Kontraktor harus membuat hasil survey

dalam bentuk gambar tampak dan penampang dengan skala yang disetujui oleh

Pengawas. Gambar penampang harus pada interval 10 m. Direksi/

Engineer/Pengawas harus merevisi dan memeriksa gambar tampak dan

penampang.

Peralatan

Kontraktor harus mengajukan metoda kerja termasuk output kerja harian, jumlah,

tipe dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan kepada tenaga Pengawas.

Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan lingkungan.

Metode Pelaksanaan Timbunan Material Pilihan.

- Material pasir urug yang akan dipergunakan dalam pekerjaan timbunan

diambil dari quarry yang diajukan oleh kontraktor harus ditest terlebih

dahulu dilaboratorium agar diperoleh material yang sesuai dengan

spesifikasi teknis yang dikehendaki. Hasil test diserahkan ke konsultan

pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum dilakukan

pengambilan diquarry yang dipilih untuk pelaksanaan penimbunan.

- Material yang disetujui tadi, diangkut dan dikirim dengan menggunakan

dump truck untuk menuju lokasi pekerjaan.

- Material dari quarry tersebut dituang oleh dump truck kemudian dihampar

dengan menggunakan Dozer, untuk disebar secara merata keseluruh

area timbunan.
93

- Setelah material timbunan tadi tersebar, baru kemudian dilanjut dengan

penyiraman air dengan menggunakan water tanker.

- Dilanjut dengan proses pemadatan dengan menggunakan Vibro Roller,

dalam proses pemadatan ini dilakukan perlayer atau perlapis sampai

diperoleh elevasi kepadatan yang sesuai pada gambar kerja.

Timbunan Batu W. 35-40 kg/unit

Batu W. 35-40 kg/unit merupakan pasangan batu secondary atau pengisi dalam dan
mempunyai fungsi sebagai pembentuk kontruksi pasangan batu proteksi konstruksi

Reklamasi.

Metode Pelaksanaan Timbunan Batu W. 35- 40 kg/unit

1. Material batu yang akan dipergunakan dalam pekerjaan ini diambil dari quarry

tapi sebelumnya harus diajukan terlebih dulu oleh kontraktor ditest dilaboratorium

agar diperoleh material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dikehendaki.

Hasil test diserahkan ke konsultan pengawas untuk mendapatkan persetujuan

sebelum dilakukan pengambilan diquarry terpilih.


93

2. Material yang disetujui, digali dengan menggunakan excavator diquarry.

Diangkut dan dikirim dengan menggunakan dump truck menuju lokasi pekerjaan.

3. Material dari quarry dituang distock material atau penimbunan material

sementara dengan maksud untuk memilah-milah atau mengelompokan batu-

batu tersebut sesuai jenis ukuran berat (kg) yang diinginkan menggunakan

excavator.

4. Material batu tersebut yang sudah di pilah dari penumpukan sementara dimuat

menuju lokasi pekerjaan untuk dilalukan pemasangan.

5. Kemudian material batu tersebut dituang dan dipasang (ditaruh dan ditata)

dibentuk sesuai profil yang telah dibuat sesuai gambar kerja. Sebelum dituang

dan dipasang, terlebih dahulu dasar untuk pasangan batu uk. 35 - 40 kg

(pasangan batu sekundery) ditata dan diikat (diganjal) agar saling mengikat

dengan manual oleh sekelompok pekerja pasangan batu sedemikian rupa

hingga rata dan kokoh.

6. Skema pemasangan batu tersebut dilaksanakan perlayer / lapis, disusun

berdasarkan dengan bentuk gambar kerja.

7. Setelah batu diletakan dan dipasang oleh excavator sekelompok tenaga kerja

secara manual menata dan mengunci ikatan antar batu besar dengan batu kecil

agar batu-batu besar tersebut saling mengikat sesuai profilan / bouwplank yang

telah dibuat oleh surveyor.

Timbunan Batu W. 350-400 kg/unit

Batu W. 250-300 kg/unit merupakan pasangan batu primery atau batu muka.

Disamping sebagai batu muka atau permukaan finishing, batu tersebut juga

sebagai proteksi pasangan terluar dari konstruksi Reklamasi terhadap terjangan

gelombang air laut.


93

Metode Pelaksanaan Timbunan Batu W. 350-400 kg/unit

1. Material batu yang akan dipergunakan dalam pekerjaan ini diambil dari quarry

tapi sebelumnya harus diajukan terlebih dulu oleh kontraktor ditest

dilaboratorium agar diperoleh material yang sesuai dengan spesifikasi teknis

yang dikehendaki. Hasil test diserahkan ke konsultan pengawas untuk

mendapatkan persetujuan sebelum dilakukan pengambilan diquarry terpilih.

2. Material yang disetujui, digali dengan menggunakan excavator diquarry.

Diangkut dan dikirim dengan menggunakan dump truck menuju lokasi

pekerjaan.

3. Material dari quarry dituang distock material atau penimbunan material

sementara dengan maksud untuk memilah-milah atau mengelompokan batu-

batu tersebut sesuai jenis ukuran berat (kg) yang diinginkan menggunakan

excavator.

4. Material batu tersebut yang sudah di pilah dari penumpukan sementara dimuat

menuju lokasi pekerjaan untuk dilalukan pemasangan.

5. Kemudian material batu tersebut dituang dan dipasang (ditaruh dan ditata)

dibentuk sesuai profil yang telah dibuat sesuai gambar kerja.

6. Skema pemasangan batu tersebut dilaksanakan perlayer / lapis, disusun

berdasarkan dengan bentuk gambar kerja.

7. Setelah batu diletakan dan dipasang oleh excavator sekelompok tenaga kerja

secara manual menata dan mengunci ikatan antar batu besar dengan batu kecil

agar batu-batu besar tersebut saling mengikat sesuai profilan / bouwplank yang

telah dibuat oleh surveyor.


93

Pasal 2.7

Pekerjaan Penyelesaian dan Pembersihan Akhir

Kontraktor wajib meneliti kembali pekerjaan yang telah diselesaikan serta mengerjakan
pembetulan-pembetulan kekurangan, perbaikan dan lain-lain yang masih harus
disempurnakan.

1. Setelah selesainya seluruh pekerjaan, maka Kontraktor harus membersihkan


daerah kerja antara lain membongkar konstruksi-konstruksi penolong,
perlengkapan-perlengkapan pembantu, bahan-bahan bekas tak terpakai sampai
bersih seluruhnya dan memperbaiki jalan yang rusak diakibatkan kegiatan
pelaksanaan sesuai petunjuk Pengawas/Direksi/Engineer.

2. Setelah selesainya seluruh pekerjaan, maka Kontraktor harus membersihkan


daerah kerja antara lain membongkar konstruksi-konstruksi penolong,
perlengkapan-perlengkapan pembantu, bahan-bahan bekas tak terpakai sampai
bersih seluruhnya dan memperbaiki jalan yang rusak diakibatkan kegiatan
pelaksanaan sesuai petunjuk Pengawas/Direksi/Engineer.

3. Sisa-sisa bahan bangunan, peralatan dan bangunan yang dibeli dengan biaya
dari proyek adalah menjadi milik Proyek / Pemberi Tugas

Pasal 2.8

Pekerjaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

1. PEKERJAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

a. PENDAHULUAN

Perusahaan jasa konstruksi memiliki potensi bahaya tinggi, seperti


penggunaan alat berat, mesin gerinda, las, bekerja diketinggan, suhu yang
ekstrim, melakukan penggalian dan lain-lain. Dengan adanya hal tersebut
maka dipergunakan. Program keselamatan dan kesehatan kerja yang
penerapanya meliputi kantor, Proyek Site serta area pendukung lainnya yang
merupakan kebijakan pihak perusahaan.

Tersedia Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau


Occupational Health and Safety manajement System (SMK3/OHSMS) dimana
system ini diperlukan untuk menurunkan insiden dan penyakit akibat kerja
sehingga tercipta tempat kerja yang mana dan sehat.
93
Untuk memberikan kepuasan pelanggan dan perlindungan kepada karyawan
dan keselamatan dan kesehatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan
hidup dan dalam rangka pemenuhan OHSA 18001:2007 butir 4:4:6 maka
diperlukan suatu Rencana Program Kesehatan Kerja di Proyek.

2. KEBIJAKAN K3

Sudah menjadi kebijaksanaan direksi Perusahaan Jasa KONSTRUKSI agar


setiap karyawan dan pekerja mendapatkan tempat yang aman dan sehat
dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Pada perinsipnya semua pihak harus
perupaya serta mengambil langkah-langkah positif sehingga seluruh karyawan
dan pekerja dengan aman dan sehat. Secara garis besar, kebijakan ini adalah
:
1. Mematuhi seluruh peraturan perundangan dalam bidang Keselamatan dan
Kesehatan kerja, yang merupakan persyaratan minimum kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Selalu memberikan perlindungan kepada seluruh karyawan, tamu pihak ke
tiga dan asset perusahaan dengan mencegah dan mengembalikan
kejadian yang dapat merugikan asset perusahaan.
3. Melakukan komunikasi yang efektif kepada seluruh karyawan, masyarakat
dan pihak-pihak yang berkepentingan .
4. Mempertimbangkan setiap aspek Keselamatan dan kesehatan kerja pada
setiap tahap penyelenggaraan kegiatan serta mengendalikan resiko yang
ada seminimal mungkin.
5. Meninggalkan kesadaran dan memberikan pengertian bahwa kecelakaan it
dapat dicegah.
6. Memberi pengertian bahwa target utama Perusahaan Jasa KONSTRUKSI
adalah “Zero Accident“
7. Mengutamakan keselamatan karyawan dan pekerja dari penggunaan
peralatan dan bahan dilokasi proyek.
8. Menjamin bahwa semua karyawan dan pekerja telah mengetahui dan
melaksanakan pekerjaannya secara produktif yaitu dengan cara yang
aman melalui petunjuk yang benar, instruksi pekerjaan yang tepat, instruksi
pemakaian bahan yang tepat melalui pengawasan yang tepat.
9. Menyedikaan fasilitas, peralatan, perlengkapan kesehatan kerja yang layak
dan memadai serta menjamin akan digunakan secara tepat.
10. Memastikan bahwa yang diminta dan direkomendasikan dalam kebijakan
K3 telah diikuti.
11. Meningkatkan perlindungan dan pelestarian lingkungan dalam segala
aktivitas dan meminimumkan kerusakan yang mungkin terjadi akibat
aktivitas tersebut.
93
Semua karyawan dan pekerja harus sudah mengetahui akan tanggung
jawab masing-masing termasuk peduli akan kesehatannya, keselamatanya
dan lingkungan ditempat kerja, sehubungan dengan kebijakan diatas.

1. PERSYARATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

1) Identifikasi bahaya dan pengendalian Resiko Bahaya


2) Tingkat Keselamatan Konstruksi Kecil (Tabel RKK terlampir)
3) Pemenuhan perundang-undang dan persyaratan lainnya

Daftar peraturan perundang-undang dan persyaratan lain yang terkait dengan


K3 yang wajib dipunyai dan dipenuhi dalam melaksanakan paket pekerjaan ini
adalah :
a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
b. UU No. 23 1992 tentang kesehatan
c. UU No. 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi
d. UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan
e. Keputusan Mentri tenaga Kerja RI. Nomor : kep – 51/Men/1999 Tentang
Nilai Ambang batas Faktor Fisika ditempat kerja.
f. Keputusan Mentri Tenaga Kerja RI Nomor Kep-187/men 1999 Tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya ditempat kerja.
g. Peraturan pemerintah No 27 Tahun 1999 tentang analisis mengenai
dampak lingkungan.
h. Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE.05/BW/197 Tentang penggunaan Alat
Plindung Diri.
i. Peraturan Mentri tentang Kerja No. PER. 05/MEN/1996 tentang sistem
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.
j. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul
akibat hubungan kerja
k. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 876/menkes/SK/IX/2001/tentang
pedoman teknis analisa dampak lingkungan
l. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang
pedoman penanganan dampak radiasi.
m. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 315 Menkes/SK/III/2003 tentang
komite kesehatan dan keselamatan kerja sektor kesehatan
n. Permen PU No. 9 /PRT/M/2008 tentang pedoman sistem manajemen
keselamatan kerja (SNK3) konstruksi bidang PU
93
2. SASARAN DAN PROGRAM K3

2.1. SASARAN K3

Sasaran kesehatan dan keselamatan kerja dilokasi proyek adalah karyawan


dan pekerja yang terlibat langsung dengan peralatan kerja dan material serta
lingkungan sekitarnya. Sasaran yang dituju dalam penerapan K3 adalah :
a. Menghindari adanya kecelakaan kerja
b. Menghindari adanya penyakit akibat kerja
c. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat
d. Menghindari terjadinya efek negatif terhadap lingkungan yang diakibatkan
oleh aktifitas kerja.
e. Semua karyawan dan pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya
dan resiko pekerjaan masing-masing.

2.2. PROGRAM K3

1. Promosi program K3 Promosi program K3 terdiri dari:

Pemasangan bendera k, bendera RI, bendera Perusahaan, bentuk dan cara


pemasangan (lihat lampiran)
a. Pemasangan sign board K3
b. Slogan-slogan yang mengisyaratkan akan perlunya bekerja dengan
selamat seperti contoh pada lampiran.
c. Gambar-gambar pamplet tentang bahaya / kecelakaan yang mungkin
terjadi dilokasi pekerjaan dipasang dikantor proyek atau lokasi pekerjaan
dilapagan.

2. Sarana Peralatan untuk K3

Sarana peralatan untuk K3

a. Yang melekat pada orang, yitu

1. Topi Helem

2. Sepatu Lapangan

3. Sabuk pengaman (Untuk pekerjaan ditempat yang tinggi)

4. Sarung tangan (Untuk pekerja tertentu)

5. Kecamata Las/Google

6. Obat-obatan untuk P3K


93
b. Sarana peralatan lingkungan yaitu:

Tabung Pemadam kebakaran pada ruang-ruang antara lain:


1. Kantor Proyek
2. Barak Tenaga Kerja
3. Gudang Material

c. Rambu-rambu Peringatan

1. Peringatan bahaya dari atas

2. Peringatan bahaya benturan kepala

3. Peringatan bahaya api/kebakaran

4. Peringatan tersengat listrik

5. Petunjuk batas ketinggian penumpukan material

6. Larangan memasuki area tertentu

7. Larangan membawa bahan-bahan yang berbayaha

8. Petunjuk untuk melapor (Keluar Masuk Proyek)

9. Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja

10. Peringatan ada alat/mesin yang berbahaya

(untuk lokasi tertentu)

11. Peringatan/larangan masuk lokasi genset/power listrik (untuk orang


tertentu)

Catatan :

Ada pemahaman yang keliru, yaitu menganggap bahwa kalau sudah memenuhi
syarat peralatan K3 berarti sudah memenuhi persyaratan K3 padahal sarana
peralatan K3 ini adalah baru sebagaian dari sistem kerja K3. Bekerja dengan K3
yang benar adalah bila memenuhi 3 hal sebagai berikut :
1. Orangnye

Orangnye (Pengawasan dan tenaga kerja) punya sikap kerja yang benar
yaitu :
a. Punya pengetahuan dan keterampilan K3
b. Berperilaku sesuai ketentuan K3
c. Sehat jasmani dan rohani
2. Mesin/alat kerja serta sarana peralatan K3 sesuai ketentuan.
3. Lingkungan Kerja sesuai ketentuan
- Lingkungan kerja meliputi :
a. Lay out planning (perencanaan tata letak)
93
b. House Keeping (pemeliharaan alat-alat rumah tangga)
c. Penerapan dan ventilasi
- Penataan Lingkungan

Lay out planning (perencanaan tata letak)

Perencanaan tata letak harus di atur sedemikian rupa sehingga orang


dan alat yang akan bekerja tidak saling terganggu justru saling
mendukung sehingga dapat dicapai pelaksanaan dengan produktivitas
tinggi dan aman.
- Faktor yang perluy dipertimbangkan dalam perencanaan tata letak yaitu :
a. Dimensi (ukuran), posisi, elevasi (ketinggian)
b. Gerakan manusia dan alat
c. Suara (kebisingan)
d. Getaran
e. Cahaya dan situasi udara
- House Keeping kebersihan dan kerapian tempat kerja merupakan syarat K3
sarana kebersihan dan kerapihan untuk program K3 terdiri atas:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Penyediaan toilet/Wc yang bersih
c. Penyediaan mushola yang bersih dan terawat
d. Penyediaan Toilet/Wc untuk pekerja Proyek
e. Penyediaan bak-bak sampah pada lokasi yang diperlukan
f. Pembersihan sampah secara teratur

Kerapian penempatan alat-alat kerja dilapangan setelah dipakai (concrete


Vibratory, lampu-lampu penerangan dll)

Pasal 2.9

Pemberitahuan Penyerahan Pekerjaan Yang Pertama

1. Apabila dalam waktu pelaksanaan dalam kontrak atau tanggal baru akibat
perpanjangan waktu sesuai dengan addendum kontrak telah berakhir,
pemborong harus segera menyerahkan hasil pekerjaannya dengan baik sesuai
dengan kontrak kepada Pejabat Pembuat Komitmen secara tertulis dan
Pengawas berkewajiban :
- Membuat evaluasi tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan kontrak
pemborongan.
- Menanggapi / melaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen tentang
hasil pekerjaan Pemborong tersebut secara tertulis.
93
Pejabat Pembuat Komitmen akan mengadakan rapat proyek mengenai
pekerjaan penyerahan tersebut diatas berdasarkan :
a. Kontrak pemborong.
b. Surat penyerahan pekerjaan dari pemborong.
c. Surat tanggapan dari pengawas, setelah dapat menerima penyerahan
pekerjaan tersebut.

2. Penyediaan bahan-bahan tambahan (cadangan):

Pemborong harus menyisihkan (mengadakan) penyediaan bahan-bahan


(reserve) antara lain : atap polyninyl / UPVC 5 buah Semua dimasukkan ke
dalam gudang milik user dalam keadaan baik (tidak rusak) sesuai dengan
kualitas bahan yang dipakai sebelum penyerahan pekerjaan pertama.

Pasal 3.0

Pemeliharaan Bangunan Sebelum Penyerahan Kedua

Terhitung mulai dari tanggal diterimanya penyerahan pekerjaan yang pertama, hingga
Seratus Delapan Puluh hari kalender adalah merupakan masa pemeliharaan yang
masih menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya, antara lain :

1. Keamanan dan penjagaan

2. Penyempurnaan dan pemeliharaan

3. Pembersihan

Apabila pemborong telah melaksanakan hal tersebut diatas sesuai dengan kontrak,
maka penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara
(prosedur) pada penyerahan pekerjaan yang pertama.

Bila penyerapan dilakukan lebih maju dari waktu yang telah ditentukan karena tutup
tahun anggaran maka kontraktor pelaksana wajib menyerahkan jaminan pemeliharaan
dan membuat surat pernyataan bermaterai yang isinya menyempurnakan pekerjaan
dalam masa pemeliharaan.

Persyaratan Penyedia

Spesifikasi Kriteria Calon Penyedia Jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan yang
diinginkan maka penyedia barang dan jasa harus memenuhi spesifikasi sbb:

1. Peserta yang mengikuti Tender adalah


- Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) yang masih berlaku;
- Sertifikat Badan Usaha (SBU) Klasifikasi Bidang Usaha Jasa Pelaksana
93
Konstruksi Saluran Air, Pelabuhan, Dan dan Prasarana Sumber Daya Air
Lainnya (SI001) dengan Kualifikasi Kecil yang masih berlaku ;
- Subklasifikasi Konstruksi Bangunan Pelabuhan Bukan Perikanan
 Kode Subklasifikasi : BS011
 Kelompok ini mencakup usaha pembangunan, pemeliharaan,
pembongkaran dan/ atau pembangunan bangunan Pelabuhan bukan
perikanan seperti dermaga (jetty), trestle, sarana Pelabuhan, dan sejenisnya
Pelabuhan bukan perikanan. Termasuk konstruksi jalan air atau terusan,
Pelabuhan dan saran jalur sungai, dok (pangkalan), lock (panama canal
lock, hoover dam) dan lain-lain.
o Jenis usaha : Pekerjaan Konstruksi
o Sifat : Umum
o Tingkat risiko : Menengah Tinggi (MT)
- Mempunyai TDP/NIB;
- Memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban pelaporan perpajakan (SPT
Tahunan)
- Memiliki akta pendirian perusahaan dan akta perubahan perusahaan (apabila
ada perubahan).

2. Memiliki Peralatan untuk melaksanakan pekerjaan dengan kriteria sebagai berikut:


Jumlah Kapasitas
No. Jenis Peralatan
(Unit) (Minimal)
1. Excavator 2 Unit 0,9 m3
2. Vibro Roller 1 Unit ≥ 8 Ton
3. Bulldozer 1 Unit 80-89 HP
4. Dump Truck 3 Unit ≥ 8000 kg

Spesifikasi Kapasitas Alat dibuktikan dengan surat-surat kelengkapan yang


berlaku. Status kepemilikan alat baik sewa maupun milik sendiri harus dilampiri
dengan bukti kepemilikan yang sah sesuai dengan yang tercantum di dalam
MDP.

3. Memiliki Personil Manajerial yang dikompetisikan untuk


melaksanakan pekerjaan dengan kriteria sebagai berikut:

No. Jabatan dalam Pengalaman Sertifikat


pekerjaan yang akan Kerja Minimal Kompetensi Kerja
dilaksanakan (tahun)
1. Pelaksana 2 Tahun SKT Teknisi
Pekerjaan Penghitung Kuantitas
93
Dermaga / Pekerjaan Sumber
Pelabuhan Daya Air – Kelas I
(TS035)
2. Ahli K3 SKA Ahli Madya K3 Konstruksi/Ahli
Madya Keselamatan Konstruksi
dengan pengalaman 3 (tiga) tahun
Atau
SKA Ahli Utama K3 Konstruksi/Ahli
Utama Keselamatan Konstruksi tanpa
syarat pengalaman

- Pelaksana, dengan minimal pengalaman 2 Tahun Pekerjaan Dermaga /


Pelabuhan memiliki SKT Teknisi Penghitung Kuantitas Pekerjaan Sumber
Daya Air – Kelas I (TS035);
- Ahli K3, memiliki SKA Ahli Madya K3 Konstruksi/Ahli Madya Keselamatan
Konstruksi dengan pengalaman 3 (tiga) tahun Atau SKA Ahli Utama K3
Konstruksi/Ahli Utama Keselamatan Konstruksi tanpa syarat pengalaman;
Tugas dan tanggung jawab masing-masing personil, antara Iain:
- Pelaksana memiliki tugas dan bertanggung jawab untuk:
a) Merencanakan "Time Schedule" pelaksanaan proyek
b) Merencanakan pemakaian bahan dan alat dan pekerjaan instalasi
untuk setiap proyek yang ditangani sesuai dengan volume dan waktu
penggunaannnya.
c) Memberikan instruksi pekerjaan dan pengarahan kepada pelaksana
dalam menunjang pelaksanaan proyek
d) Mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
instruksi-instruksi yang diberikan baik segi teknis, kualitas pekerjaan,
maupun time schedule-nya.
e) Mengadakan control disiplin kerja dari pelaksana-pelaksana proyek,
mandor maupun tenaga kerja sesuai dengan tugas, kewajiban dan
wewenang masing-masing.
f) Membuat laporan mingguan yang mencakup kegiatan proyek,
kesulitan-kesulitan proyek, dan hal-hal khusus yang perlu dilaporkan.
g) Mengatur penggunaan tenaga pekerja di proyek untuk menunjang
rencana Time Schedule.
h) Memberikan data-data untuk perhitungan upah tenaga kerja.
- Ahli K3 Konstruksi memiliki tugas dan bertanggung jawab untuk:
a) Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan
terkait K3 Konstruksi
93
b) Mengelola dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
c) Mengelola program K3
d) Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
e) Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan
program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3
f) Mengelola laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3
konstruksi
g) Mengelola metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3
h) Mengelola penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta keadaan darurat.

4. Penambahan Persyaratan Teknis

Peserta Kualifikasi yang berbadan usaha harus memiliki :


a. Surat Dukungan Material Batu (Andesit) ukuran W.35 - 40 Kg/Unit dan
W.350 - 400 Kg/Unit yang mempunyai Izin Usaha Pertambangan (IUP)
yang masih berlaku;
b. Surat Dukungan Material Sirtu yang mempunyai Izin Usaha Pertambangan
(IUP) yang masih berlaku;
5. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
Sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana serta rencana jadwal pelaksanan yang ada, maka dalam hal ini
Kontraktor Pelaksana harus melakukan kegiatan pelaksanaan selama 90
(Sembilan puluh) Hari Kalender terhitung sejak kontrak pekerjaan tersebut
ditanda tangani. Masa pemeliharaan pekerjaan 180 (seratus delapan puluh)
hari kalender.

6. Pokja Pemilihan dalam pengadaan Pekerjaan Konstruksi melakukan evaluasi


kewajaran harga dalam hal total penawaran harga lebih rendah dari 80%
(delapan puluh persen) total HPS;
7. Pokja menilai sesuai kriteria kontrak paket yaitu Harga Satuan, dengan standar
dokumen pengadaan;
8. Penawaran Upah Pekerja harus memenuhi ketentuan Upah Minimal
Kabupaten Trenggalek dengan besaran setiap bulannya Rp Rp 1.944.932,74
sesuai Penetapan UMK Jatim 2022 itu berdasarkan SK bernomor
188/803/KPTS/013/2021 yang ditandatangani oleh Gubernur Jatim Khofifah
Indar Parawansa, dengan ketentuan 1 bulan tersebut berlaku untuk 25 hari
kerja atau minimal Rp. 77.800,00/hari.
9. Mata Pembayaran Utama
- Pekerjaan Reklamasi
1) Pekerjaan Sirtu
93
2) Pemasangan Material Batu Pecah W.35 - 40 Kg/Unit
3) Pekerjaan Pembongkaran, Pengangkutan, dan Pemasangan Timbunan
Batu W. 350 - 400 kg / unit (material dari talud sementara)
4) Pemasangan Material Batu Pecah W.350 - 400 Kg/Unit

10. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan dan tugas — tugas yang harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai yang disyaratkan pada Gambar,
Spesifikasi Teknis, dan Rencana Anggaran Biaya (Volume dan Analisa
Harga Satuan Pekerjaan)
b. Kontraktor Pelaksana diwajbkan mempekerjakan tenaga teknis yang
berkualitas selaras dengan pekerjaan yang dilaksanakan (Manajer
Teknik, Pelaksana, Ahli K3, Juru Ukur, Administrasi dan Keuangan,
sampai dengan tenaga kega yang turun langsung seperti Mandor,
Kepala Tukang, Tukang maupun Pekerja).
c. Mendatangkan material dan alat yang disyaratkan sesuai spesifikasi
teknis serta membuat lokasi stock pile yang menjamin kualitas material
dan alat yang digunakan tetap terjaga.
d. Kontraktor Pelaksana menyusun metode kerja yang akan dilaksanakan
dengan pertimbangan keamanan, lingkungan dan kualitas konstruksi
yang akan dihasilkan untuk dilaporkan kepada Konsultan Pengawas.
e. Memberitahukan kepada Konsultan Pengawas apabila ada perencanaan
pekerjaan yang tidak memungkinkan dapat dikerjakan akibat kondisi
lapangan yang mungkin sudah berubah untuk dikoordinasikan dengan
pihak terkait.
f. Menyusun dan menyampaikan laporan secara berkala (harian,
mingguan, dan bulanan) kepada Konsultan Pengawas yang meliputi
kemajuan pekerjaan fisik, rencana pekerjaan per periode, dokumentasi
pekerjaan, kedatangan material, dan menyusun laporan akhir dari hasil
pelaksanaan yang meliputi kemajuan pekerjaan fisik, serta melaporkan
jadwal pelaksanaan dan masalah — masalah yang timbul di lapangan.
g. Membuat gambar-gambar kerja (shop drawing) untuk diajukan dan
dievaluasi oleh Konsultan Pengawas, serta memberikan saran — saran
metode pelaksanaan yang tepat, sehingga mendapat hasil yang
optimal.
h. Membuat As Built Drawing untuk diajukan dan dievaluasi oleh Konsultan
Pengawas, yang merupakan gambar hasil akhir dari pekerjaan yang
telah dilakukan.
93
i. Membuat progres fisik yang dicapai di lapangan untuk diajukan dan
dievaluasi oleh Konsultan Pengawas dalam rangka penagihan setiap
termiyn.
j. Kontraktor Pelaksana menyusun rencana kegiatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Pra RK3) sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Permen
PUPR No. 21 tahun 2019 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3).
135

Keteran
Deskripsi Resiko Penilaian Tingkat Resiko Penilaian Sisa Resiko
gan
Persyaratan Pengendali Pengenda
No. Jenis Bahaya Pemenuhan an Awal Kemung Kepar Nilai Tingkat lian Kemung Kepar Nilai Tingkat
Uraian Identifikasi Bahaya
(Tipe Peraturan Keparahan kinan ahan Resiko Resiko Lanjutan kinan ahan Rsiko Resiko
Pekerjaan (Skenario Bahaya)
Kecelakaan) AN (F) N (A) (F x A) (TR) AN (F) N (A) (F x A) (TR)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

Pekerja berpotensi
tertabrak alat berat,
Pekerjaan
1. tercebur ke laut,
Reklamasi
dan tertimpa
material batu

Keterangan :

1. Kolom “uraian pekerjaan” dan “identifikasi bahaya” yang diisi oleh PPK berdasarkan tahapan pekerjaan, dimana penyedia jasa dapat menambahkan

uraian pekerjaan dan identifikasi bahaya dari yang sudah dicantumkan oleh PPK berdasarkan analisis Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas

Keselamatan Konstruksi pada kolom 4 sampai 11.

2. Kolom 12, 13, 14, 15, dan 16, diisi berdasarkan kondisi pengendalian di lapangan atas dasar penilaian Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas

Keselamatan Konstruksi, apabila dinilai tidak ada yang diisikan, maka dapat ditulis "tidak ada" atau "n/a”.
136

BAB 3
PENUTUP

Pasal 1

Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam
Spesifikasi Teknis, tidak sesuai dengan gambar atau tidak sesuai dengan Petunjuk-
petunjuk Pengawas/Direksi/Engineer atau Kuasa Pengguna Anggaran, maka
pekerjaan tersebut harus dibongkar dan pembuatannya kembali seluruhnya menjadi
tanggung jawab Pemborong

Pasal 2

Apabila dalam Spesifikasi Teknis ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan
ataupun persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam tambahan atau
Addenda-addenda Spesifikasi Teknis dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing) serta Perintah Tertulis dari Pengawas / Direksi / Engineer atas
Persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran sendiri pada waktu pelaksanaan pekerjaan
berlangsung.

Demikian Spesifikasi Teknis Pekerjaan ini dibuat untuk dipatuhi dan dilaksanakan.

Surabaya, Juni 2022

Pejabat Pembuat Komitmen

ANDIKA PRABOWO, ST.


19891219 201403 1 002

Anda mungkin juga menyukai