SPESIFIKASI TEKNIS
BAB I
Pasal 1.
UMUM
Ruang Lingkup Pekerjaan
diidentifikasikan pada Gambar Kerja dan diuraikan dalam Rencana Anggaran Biaya, yang
sepenuhnya sesuai dengan persyaratan dari spesifikasi ini.
1.4. Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku dan mengikat pula:
a. Gambar Rencana yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan telah disahkan oleh
Pengguna Jasa.
b. Intruksi Kepada Peserta Pengadaan (IKPP)
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
d. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya
e. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang telah disetujui Direksi.
Pasal 2.
a.
b.
c.
Pasal 3.
a.
b.
Kantor Kontraktor, Kantor Direksi dan akomodasi staf pengawas, dan sebagainya,
harus ditempatkan sesuai dengan rencana lokasi dan tempat kerja yang disetujui
Direksi.
c.
Bangunan untuk kantor dan akomodasi harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
bebas dari pencemaran operasi konstruksi.
d.
Dengan persetujuan dari Direksi, bangunan tersebut boleh disewa atau dibangun
ditempat atau dengan konstruksi prefabrikasi.
e.
Page 1
f.
Lokasi untuk kantor lapangan dan sejenisnya harus ditimbun dan diratakan untuk
dibuat struktur bangunan, harus bebas dari genangan air dan dilengkapi dengan jalan
masuk dan tempat air yang berkerikil.
Pasal 4.
Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek dengan ukuran
1.20x0.75m dengan konstruksi tiang dari kayu ukuran 8/12 cm dan papan tebal 2 cm atau
multiplek 12 mm, yang isinya sesuai dengan petunjuk Direksi di lapangan.
Pasal 5.
a.
b.
Kontraktor harus memiliki jalan serta membagi beban atau muatan sedemikian
rupa sehingga lalu-lintas luar biasa yang timbul sebagai akibat dari lalu-lintas alat-alal
serta bahan-bahan dari atau ke lapangan dapat dibatasi sejauh mungkin sehingga
kerusakan-kerusakan atau kerugian-kerugian yang disebabkan olehnya terhadap
jalan - jalan dan jembatan - jembatan menjadi sekecil mungkin.
c.
Kontraktor harus menyediakan tanda-tanda yang cukup jelas untuk keperluan lalulintas yang melewati jalan menuju/dari atau yang berdampingan dengan daerah
pekerjaan, untuk menjamin keselamatan lalu - lintas.
d.
Pasal 6.
a.
b.
Dalam
keadaan apapun,
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 2
Pasal 7.
a.
Rencana Kerja
Kontraktor harus menyiapkan suatu rencana pelaksanaan pekerjaan dan harus
disampaikan kepada Direksi dalam waktu yang cukup untuk dapat dilakukan
pemeriksaan dan persetujuan Direksi.
b.
Pasal 8.
a.
Penjelasan Gambar-Gambar
Untuk dapat memahami serta menghayati secara sempurna seluruh pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan untuk mempelajari secara teliti, baik gambar maupun syaratsyarat pada Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ini untuk meyakinkan diri bahwa
benar-benar tidak terdapat lagi ketidakjelasan perbedaan ukuran-ukuran, perbedaan
antar gambar-gambar serta kejanggalan atau kekeliruan lainnya.
b.
c.
d.
Yang dimaksud dengan pekerjaan dalam uraian ini adalah segala hal yang
menyangkut pelaksanaan pekerjaan dan mengikuti gambar-gambar perencanaan serta
penjelasan dalam Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ini termasuk didalamnya
pengadan bahan-bahan, pengerahan tenaga kerja, peralatan yang diperlukan serta
sarana lainnya, sehingga maksud dan tujuan terwujud sesuai dengan rencana.
Pasal 9.
a.
Gambar-Gambar Kerja
Gambar-gambar rencana untuk proyek ini akan diberikan kepada Kontraktor dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen kontrak. Gambar- gambar tersebut
adalah gambar-gambar yang paling akhir setelah diadakan perubahan - perubahan
dan merupakan patokan pelaksanaan pekerjaan.
b.
Kontraktor wajib untuk rnelaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 3
c.
Tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan pada gambar atau perbedaan ketentuan antara gambar rencana dan isi
spesifikasi teknis ini. Apabila ternyata terdapat kekurangan dan hal lain yang
meragukan, Kontraktor diharuskan mengajukan kepada Direksi secara tertulis, dan
Direksi
akan
mengoreksi
dan
menjelaskan
gambar-gambar
tersebut
untuk
Penyimpangan
selanjutnya oleh Direksi, dan akan disampaikan kepada Kontraktor secara tertulis.
e.
f.
g.
h.
Ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran sebenarnya dan gambarnya
sendiri adalah skala. Jika tidak ada kesamaan antara ukuran dan gambarnya, maka
segera diminta pertimbangan dari para ahli untuk menetapkan mana yang benar.
a.
b.
harus
terlebih
dahulu
mendapat
penelitian dan
persetujuan dari Direksi. Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan
alat-alat tersebut yang akan mengganggu pelaksanaan
pekerjaan harus
segera
a.
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 4
dan lingkungannya harus dibuat oleh Kontraktor sedikitnya 3 (tiga) tahap atau sesuai
tahapan angsuran pembayaran pekerjaan yang ditentukan dalam kontrak.
b.
Foto proyek tiap tahap tersebut diatas dibuat 3 (tiga) set dilampirkan pada saat
pengambilan angsuran sesuai dengan tahapan angsuran.
c.
Pengambilan titik pandang harus tetap/ sama dari setiap pemotretan sesuai dengan
petunjuk pengawas/Direksi pekerjaan.
d.
Foto setiap tahap ditempelkan pada album/map dengan keterangan singkat, dan
penempatan dalam album disyahkan oleh Pemimpin Proyek dan teknis penempelan/
penempatan dalam album ditentukan oleh Pengawas.
e.
a.
Apabila dipandang perlu Pengguna Jasa dapat mengadakan rapat - rapat yang
mengundang Direksi dan Kontraktor maupun pihak-pihak tertentu yang bersangkutan
dengan pembahasan dan permasalahan dalam rapat tersebut.
b.
Disamping itu Direksi dan/atau Kontraktor dapat mengusulkan untuk diadakan rapat
membahas permasalahan yang ada.
c.
a.
Prestasi
diselesaikan. Prosentase pekerjaan ini dihitung dari nilai/harga kontrak pada saat
jumlah tertentu dalam satuan volume pekerjaan telah diselesaikan.
b.
c.
a.
Pekerjaan harus mencakup semua elemen yang walaupun tidak diuraikan secara
khusus dalam spesifikasi dan gambar-gambar, tetap diperlukan agar hasil pekerjaan
dapat berfungsi dengan baik secara keseluruhan sesuai dengan kontrak.
b.
Kontraktor harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan atau secara keseluruhan
sesuai dengan spesifikasi teknis yang bersangkutan.
c.
Dalam hal sesuatu dari pekerjaan selama pengujian tidak memenuhi syarat, Kontraktor
dengan biaya sendiri harus mengadakan perbaikan-perbaikan, sampai dalam
pengujian ulang berhasil secara memuaskan.
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 5
Kontraktor harus menyelesaikan semua bagian pekerjaan yang tertera dalam kontrak.
Gambar -gambar dan Syarat -syarat pada Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ataupun
perubahan yang terdapat dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing), sehingga
pekerjaan dapat diterima dengan baik oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna jasa.
Pada saat pekerjaan akan di serah-terimakan untuk pertama kalinya (Provisional Hand
Over - PHO) , Kontraktor harus menyerahkan :
- Gambar -gambar yang sebenarnya (As Built Drawings) yang telah di setujui .
- Foto- foto pelaksanaan pekerjaan.
Bersama-sama dengan Konsultan Pengawas, Kontraktor harus meneliti, mencatat dan
menyetujui, bagian-bagian pekerjaan yang belum sempurna, untuk dibuatkan daftar (Check
List) pekerjaan-pekerjaan yang akan diperbaiki dalam masa pemeliharaan.
Pasal 16. Laporan-Laporan
a.
Selama periode pekerjaan di lapangan, Kontraktor harus membuat laporan harian dan
mingguan kemajuan kerja. Laporan harian dan mingguan kemajuan kerja ini harus
memuat sekurang-kurangnya informasi di bawah ini dengan kejadian yang dijumpai
selama periode pembuatan laporan kerja yang bersangkutan :
Item pekerjaan yang dikerjakan lengkap dengan volume dan lokasi pekerjaan
Jumlah personel yang bertugas.
Jenis dan jumlah peralatan yang dipakai.
Material dan barang-barang yang disuplai.
Kondisi cuaca.
Uraian mengenai kemajuan kerja yang sesungguhnya dicapai menjelang akhir
rninggu.
a.
oleh Spesifikasi
ini guna memenuhi atau melalui kode - kode atau standar yang disebutkan secara
khusus, maka adalah tanggung jawab Kontraktor untuk menyediakan bahan-bahan
dan cara pengerjaan tersebut.
b.
Kode standar yang ditentukan menetapkan persyaratan mutu untuk berbagai jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan metode pengujian, untuk menentukan
agar mutu yang dipersyaratkan tercapai.
c.
Standar yang dapat digunakan yang terdaftar dalam Spesifikasi ini termasuk, tetapi
tidak perlu terbatas pada standar berikut :
Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pemborongan di Indonesia atau AV 1941.
Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 6
a.
Dalam pengadaan semua jenis barang yang digunakan dalam Pekerjaan, maka adalah
tanggung jawab Kontraktor untuk membuktikan persyaratan terinci dari kode dan
standar yang disebutkan secara khusus serta untuk membuktikan bahwa jenis barang
yang diadakan untuk penggunaan dalam pekerjaan memenuhi atau melampaui
persyaratan yang ditetapkan.
b.
Direksi mempunyai hak untuk menolak jenis barang yang dimasukkan ke dalam
pekerjaan, yang gagal untuk memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan.
Selanjutnya Direksi mempunyai hak, dan
menerima jenis barang yang tidak sesuai dengan cara penyesuaian dalam Harga
Satuan atau jumlah (Kuantitas) untuk jenis barang tersebut.
c.
Juga merupakan
Dokumen Kontrak atau permintaan tertulis dari Direksi, untuk diserahkan kepada
Direksi semua bukti yang diperlukan mengenai bahan-bahan atau kecelakaan
kerja, atau kedua-duanya, yang memenuhi atau melampaui persyaratan dari kode
atau standar disebutkan secara khusus.
Pasal 19. Situasi / Penempatan Bangunan
a.
b.
c.
Kelalaian dan ketidaktelitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan klaim.
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 7
BAB II MATERIAL
Pasal 20. Standard dan Jumlah Material
a.
Seluruh material harus sesuai dengan standard yang telah ditentukan dalam
spesifikasi ini atau standard lain yang dijamin bahwa standard tersebut setara atau
lebih tinggi mutunya dari standar yang telah ditentutan tersebut. Keputusan mengenai
mutu tersebut ditentukan oleh Direksi.
b.
Bill Of Quantities yang terdapat dalam spesifikasi ini tidak mengikat, Pemasok
diharuskan menghitung semua bahan yang dipasok termasuk perlengkapannya. Jika
terdapat perbedaan material atau standar, Pemasok diharuskan memberi garansi
kualitas bahan tersebut. Susunan detail, bahan dan desain sebelum diperbaharui,
harus mendapat persetujuan dari Direksi.
a.
b.
Kuantitas bahan dan komponen yang disimpan di lokasi harus konsisten dengan
persyaratan untuk pengerjaan yang effisien.
a.
Persyaratan batu belah sebagai bahan konstruksi pondasi adalah batu tersebut
mempunyai permukaan yang kasar, berukuran 25cm, bersih dari segala kotoran
b.
a.
Semen yang dipakai harus semen portland dari jenis yang disetujui Direksi, berbutir
halus (lewat ayakan 0.063 - 0.09 mm), kekal bersih, tidak mengandung bahan yang
merusak kualitas, daya tahan tinggi terhadap karat dan yang dalam segala hal
memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Peraturan Semen Indonesia.
b.
Dalam pengangkutan semen harus terlindungi dari hujan dan diterimakan dalam zak
(kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di
gudang yang ventilasinya dan tidak kena air, ditempatkan di tempat yang ditinggikan
paling sedikit 30 cm dari lantai.
a.
Fraksi Agregat:
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm seluruhnya harus terdiri dari
partikel yang keras, awet dari pecahan padas atau pecahan dari kerikil (dengan
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 8
ukuran minimal 50,00mm). Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan
dikeringkan tidak boleh digunakan.
Agregat halus yang lolos ayakan 4.75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami
atau pasir pecah serta bahan mineral halus lainnya.
b.
tahannya terhadap karat dari baja tulangan. Agregat dalam segala hal harus
memenuhi syarat yang ditentukan dalam SKSNI T-15-1991-03.
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari benda-benda organis dan
gumpalan lempung atau benda yang tidak berguna lainnya dan harus memenuhi
kebutuhan gradasi yang disyaratkan
Pasal 25. Air
a.
Air untuk adukan dan merawat beton harus tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau. Tidak mengandung garam, minyak, zat organik dan anorganik yang dapat
merusak, atau yang mempengaruhi daya lekat semen air untuk pembuatan dan
perawatan beton atau baja tulangan.
b.
a.
Baja tulangan harus dari baja lunak polos atau diprofilkan dengan tegangan leleh 2400
kg/cm2, yang dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-kelentuan SKSNI T-151991-03 untuk baja tulangan 1122, standard Jepang kelas S>R 22.
b.
Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan
di udara terbuka untuk jangka lama. Cara pembengkokan besi tulangan harus menurut
SKSNI T-15-1991-03, kecuali ditunjukkan lain kepada gambar.
c.
Anyaman besi harus kokoh sehingga tidak berubah tempat selama pengecoran.
Ketebalan selimut beton dibuat dengan beton decking (tahu beton) dari semen pasir
campuran 1:2 dengan ukuran 4 x 4 x 2.5 cm atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
Besi tulangan harus disatukan satu sama lain dengan kawat bindrat dengan mutu
sama dengan baja tulangan kecuali jika Direksi menginstruksikan menggunakan las.
d.
Sebelum pengecoran baja tulangan harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat atau
bahan lain yang merusak.
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 9
e.
f.
a.
Semua bekisting dibuat dari kayu setebal 3 cm, dengan permukaan yang rata dan
diketam halus, sehingga diperoleh permukaan beton yang baik. Agar bekisting tidak
melendut, dipasang penopang dari kayu ukuran 5 x 7 cm.
b.
Semua bekisting yang dibangun harus teguh, alat-alat dan usaha-usaha membuka
cetakan-cetakan harus sesuai dan cocok tanpa merusak permukaan dari beton yang
telah selesai.
c.
Semua bekisting harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya sehingga
dicegah pengembangan atau lain-lain gerakan selama penuangan beton.
d.
Bekisting harus dibuat dan disangga sedemikian rupa sehingga dapat dicegah dari
kerusakan-kerusakan dan dapat mempermudah penumbukan pada waktu pemadatan
adukan mortar beton tanpa merusak konstruksi.
e.
Sewaktu-waktu Direksi dapat menolak sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat
diterima dan Pelaksana harus dengan segera membongkar bentuk yang ditolak dan
untuk menggantinya atas bebannya sendiri
f.
Pasir yang digunakan berupa pasir beton yang harus diayak (berbutir halus) dan sesuai
dengan persyaratan-persyaratan bahan yang telah ditentukan di dalam spesifikasi ini.
Pasal 29. Material Urugan
a.
Urugan Biasa
Urugan yang diklasilikasikan sebagai urugan biasa harus terdiri dari galian tanah
atau padas dengan plastisitas rendah yang disetujui oleh Direksi Teknik yang
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen.
Tanah yang pengembangannya tinggi (retakan) yang memiliki nilai aktif lebih besar
dari 1.25, atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T 258
sebagai "sangat tinggi" atau "luar biasa tinggi", tidak boleh digunakan sebagai
bahan urugan. Nilai aktif harus diukur sebagai perbandingan antara Indeks
Plastisitas (PI)-(AASHTO T 90) dan persentase ukuran lempung (AASHTO T 88).
b.
Urugan Pilihan
Urugan hanya boleh diklasifikasikan sebagai "Urugan Pilihan" bila digunakan pada
lokasi atau untuk maksud yang telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 10
Direksi Teknik. Seluruh urugan lain yang digunakan harus dipandang sebagai
urugan biasa (atau drainase porous bila ditentukan atau disetujui oleh Direksi
Teknik)
Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan pilihan harus terdiri dari bahan tanah
atau padas yang memenuhi persyaratan untuk urugan biasa dan sebagai tambahan
harus memiliki sifat tertentu tergantung dari maksud penggunaannya, seperti
diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Teknik. Dalam segala hal, seluruh urugan
pilihan harus, bila diuji sesuai dengan AASHTO T 193, memiliki CBR paling sedikit
10% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 90% kepadatan kering
maksimum sesuai dengan AASHTO T 99.
Urugan padas dalam pekerjaan ini digunakan untuk membentuk peil yang
diperlukan sesuai dengan gambar rencana, atau ditentukan oleh Direksi.
a.
pemadatan,
membuang
ke
tempat
lain,
pekerjaan
menurap,
mengeringkan air dan mengembalikan lapisan jalan yang digali, sesuai dengan letak,
elevasi,
kemiringan
dan
penampang
yang
diminta
dalam
gambar,
dengan
Bila pada waktu pelaksanaan galian ternyata kondisi tanah kurang baikdan
dikhawatirkan akan terjadi kelongsoran, Pelaksana harus mengusahakan konstruksi
penguat (turap) atau cara lain yang disetujui Direksi sehingga pekerjaan dapat
berlangsung.
c.
Semua pekerjaan konstruksi dan pemasangan harus dilakukan dalam keadaan dasar
galian yang kering. Apabila dasar galian berupa tanah gembur, lumpur, batu ataupun
air, Pelaksana harus mengusahakan dengan berbagai cara yang disetujui Direksi
untuk mendapatkan dasar galian seperti yang disyaratkan, dengan tidak menimbulkan
gangguan pada lingkungan sekitar.
d.
Semua galian dan bongkaran yang tidak dipergunakan untuk pengurugan kembali
harus dibuang ke tempat yang ditunjukkan oleh Direksi atas beban Pelaksana dihitung
ongkos angkut dengan asumsi sejauh 1 km.
e.
a.
Galian tanah dikerjakan pada semua galian saluran dan bak kontrol (manhole).
Kedalaman galian harus di sesuaikan dengan gambar dan pada saat pekerjaan
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 11
pasangan batu akan di laksanakan keadaan galian harus benar-benar dalam keadaan
kering
b.
Elevasi dan as galian yang disetujui oleh Direksi dituliskan pada bouwplank.
c.
Tanah hasil galian yang memenuhi syarat dan akan digunakan sebagai urugan harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu lalu lintas dan lingkungan.
d.
e.
Apabila dianggap perlu sesuai dengan volume pekerjaan dan jadwal waktu
pelaksanaan, Pelaksana harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk keperluan
galian.
f.
g.
Sisa tanah bekas galian pondasi dapat dipergunakan untuk urugan, kekurangannya
dapat diambil dari luar lokasi pekerjaan.
h.
Semua galian dan bongkaran yang tidak dipergunakan untuk pengurugan kembali
harus dibuang ke tempat yang ditunjukkan oleh Direksi atas beban Pelaksana dihitung
ongkos angkut dengan asumsi sejauh 3 km.
i.
Galian tanah meliputi galian konstruksi dan galian sedimen pada saluran eksisting
yang volumenya sesuai dengan RAB
a. Semua pekerjaan pasangan batu menggunakan campuran spesi sesuai RAB kecuali
ditentukan lain.
b. Batu yang digunakan harus kualitas baik, bersih dari kotoran, serta disiram air
hingga jenuh sebelum digunakan.
c. Batu yang dipasang berupa batubelah/pecah bukan batu blondos
d. Kontraktor harus selalu mengusahakan pemasangan batu yang rapi.
e. Batu yang digunakan batu hitam kali yang berkualitas baik.
f.
a. Pemasangan plesteran harus sesuai dengan gambar, tebal plesteran 1,5 cm dengan
mempergunakan adukan 1 PC : 3 PS sesuai dengan persyaratan yang diminta
dalam Gambar Rencana dan RAB
b. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, bidang-bidang yang akan diplester harus
dibersihkan dari kotoran/bahan-bahan yang dapat mengurangi daya lekat plesteran.
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 12
c. Sebelum diplester bidang dinding harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh, agar
adukan dapat melekat dengan baik.
d. Semua pekerjaan plesteran dikerjakan dengan teknik sempurna, bidang-bidangnya
rata, tegak lurus / siku terhadap bidang lainnya kemudian diaci atau dihaluskan
permukaannya dengan digosok sampai licin. Agar didapat bidang plesteran yang
rata
permukaannya
maka
dalam
pelaksanaannya
pemborong
harus
g. Untuk saluran terbuka, dinding finishing saluran menggunakan siar dan untuk
saluran tertutup finishing menggunakan plester dan aci.
h. Untuk pekerjaan siar berupa siar timbul
a. Semua beton bangunan yang disebut dalam kontrak ini dan untuk semua bangunan
yang berhubungan dan sebagaimana yang diminta oleh Direksi harus terdiri dari
bahan-bahan yang dicampur dengan perbandingan cor dan dihitung sesuai dengan
ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya, dengan mutu sesuai dengan gambar
rencana atau dengan ketentuan dari Direksi..
b. Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang disebutkan disini tidak akan
berlaku bila secara khusus diubah oleh Direksi. Bagaimanapun juga perubahan
yang ditunjuk Direksi tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawabnya
terhadap ketentuan dan mutu bangunan sebagaimana yang disebutkan dalam
kontrak ini.
c. Setiap
dengan Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SKSNI T-15-1991-03).
Pasal 35. Adukan Beton / Mortar Beton
a. Beton harus dibentuk dari semen Portland, pasir, kerikil/batu pecah, air dengan
perbandingan seperti yang ditentukan dalam perencanaan, semuanya dicampur dan
diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang tepat.
b. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing
bahan pembentukan beton. Perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya harus
selalu mendapatkan persetujuan dari Direksi.
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 13
c. Beton mutu B0 (Be Nol) untuk pekerjaan non strukturil, perbandingan semen
Portland terhadap jumlah pasir dan agregat kasar tidak boleh kurang dari 1 : 8.
Banyaknya semen untuk 1m3 beton sedikitnya harus 225 kg.
d. Perbandingan volume semen portland, pasir, dan kerikil/batu pecahan untuk beton
mutu B1 (Be Satu) dan K175 ditentukan dalam gambar maupun menurut ketentuan
Direksi. Banyaknya semen untuk tiap-tiap m3 beton harus paling kurang 300 kg.
e. Tara air semen dari beton (tidak terhitung oleh air yang dihisap oleh agregat) tidak
boleh melampaui 0,60 % (dari beratnya).
f.
g. Jika uji tekan gagal, maka perbaikan harus dilakukan dengan mengikuti prosedur
SKSNI T-15-1991-03 untuk perbaikan.
h. Masing-masing jenis adukan beton yang dipakai pada pekerjaan ini harus diberi
agregat kasar dan agregat halus yang banyaknya menurut tabel yang tercantum di
bawah ini untuk tiap 50 kg semen portland :
Jenis Adukan
Agregat
Agregat
Halus
Kasar
Ukuran Nominal
C1
1:3:6
0,12 m3
0,24 m3
38 mm
C2
1:2:3
0,08 m3
0,12 m3
30 mm
C3
1:2:3
0,08 m3
0,12 m3
20 mm
C4
1 : 1,5 : 2,5
0,06 m3
1,10 m3
10 mm
Adukan C1 - Beton lantai kerja tebal 5 cm, beton bertulang tidak dicor ke dalam
cetakan.
Adukan C2 - Semua beton bertulang yang ditentukan secara khusus
Adukan C3 - Kolom atau balok beton bertulang yang mempunyai ukuran 15 cm atau
kurang
Adukan C4 - Untuk beton pra-cetak, plat lantai, dinding atap dan kolom, atap, dan
bagian yang rapat air.
i.
Pelaksana harus melakukan uji beton dan menunjukan sertifikat uji beton oleh
lembaga uji beton,baik beton K.125 maupun K.200
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 14
untuk
yang telah
Jenis Pekerjaan
Slump (mm)
maksimum
minimum
12,5
5,0
9,0
2,5
15,0
7,5
bertulang
Pengerasan jalan
7,5
5,0
Pembetonan massal
7,5
2,5
b. Penambahan air untuk mencairkan kembali beton kaku hasil pengadukan yang
terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang tidak diperkenankan.
c. Keseragaman konsistensi beton untuk seluruh pengadukan adalah nilai slump dari
kerucut beton tidak boleh melampaui 7,5 cm. Jika beton tidak memenuhi syarat
sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03, beton tidak boleh dipakai, dan Pemborong
harus menyingkirkan dari tempat pekerjaan.
d. Direksi berhak untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat
dilaksanakan (praktis) dan akan menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau
karena alasan penghematan.
e. Apabila diperlukan dan sesuai dengan petunjuk Direksi, diambil benda uji kubus
beton 15 cm pada saat pengecoran untuk diadakan uji kuat tekan beton karakteristik
di laboratorium. Jumlah kubus beton yang diambil ditentukan oleh Direksi.
Pasal 37. Pemadatan Beton
a. Selama proses pengecoran berlangsung, maka beton harus dipadatkan dengan alat
mekanis (internal atau eksternal vibrators), kecuali jika Direksi mengizinkan
pemadatan dengan tenaga manusia.
Pemadatan dengan tenaga manusia dapat dilakukan dengan cara memukul-mukul
acuan dari luar, mencocok atau menusuk-nusuk adukan beton secara kontinyu.
Penggetaran/pemadatan dilakukan tidak terlalu lama agar tidak mengakibatkan
pemisahan bahan-bahan.
Pasal 38. Perawatan Beton
a. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan yang cukup untuk
memikul 2 kali beban sendiri. Pada bagian-bagian konstruksi yang akan menahan
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 15
beton sementara yang lebih tinggi dari beban rencana, maka cetakan tidak boleh
dibongkar selama keadaan ini masih berlangsung.
b. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus seperti petunjuk dari
Direksi dan pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati
untuk menghindari
kerusakan pada beton yang masih muda dan tidak diizinkan untuk dibebani.
Pasal 39. Pelaksanaan Pekerjaan Beton Bertulang
Bekisting (acuan)
Bahan bekisting atau acuan untuk plat beton l menggunakan bekisting papan
kayu kelas III , pemasangan acuan (bekisting) harus rapih dan kaku setelah
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 16
beton dibongkar membentuk bidang yang rata dan pada saat pengecoran
diusahakan air semen tidak keluar.
Tiang- tiang penyangga (perancah) dari kayu dolken atau bambu atau balok kayu
kelas II .
b. Macam Pembetonan:
Beton lantai saluran K.100 tebal 10cm
Beton plat saluran tebal 22 cm dengan mutu beton K.200 untuk tutup saluran
pada saluran
Beton balok tumpu saluran menggunakan beton mutu K.125
Mengetahui :
Di Buat Oleh :
PPK
CV.ASCA AMOGHASIDA
WIYOTO HARJONO,ST
NIP. 19780420 200312 1 007
Ir.HUSNI ARBAIN
Direktur 1
CV.ASCA AMOGHASIDA
Page 17