Anda di halaman 1dari 10

BAB VIII

SPESIFIKASI TEKNIS

A. SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM

1. Data Kegiatan 1.1. Paket Pekerjaan : Peningkatan Drainase Lingkungan


1.2. Lokasi : Kabupaten Malang
1.3. Sumber Dana : APBD

1.4. Tahun Anggaran : 2018

2. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan Peningkatan Drainase Lingkungan adalah meliputi pekerjaan –


pekerjaan sebagai berikut :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Saluran pasangan Batu Kali

3. Tenaga Kerja 3.1. Kontraktor wajib membuat struktur organisasi kerja dilapangan,
lengkap dengan nama dan jabatannya.

3.2. Sebagai penanggung jawab pelaksana pekerjaan di lapangan, maka


Kontraktor harus menempatkan 1 ( satu ) orang penanggung jawab
pelaksana ( Site Manager ).

3.3. Selama jam kerja pada setiap harinya, tenaga ahli pelaksana dan
para pelaksana Kontraktor harus berada ditengah pekerjaan. Bila
berhalangan atau sakit, maka Kontraktor harus segera menunjuk /
menempatkan penggantinya atas sepengetahuan Konsultan
Pengawas.

3.4. Kontraktor wajib mempekerjakan tenaga kerja yang ahli dalam


pelaksanaan di lapangan ( skilled labour ), baik tenaga pelaksana,
mandor, tukang dan lain – lain sesuai dengan tingkat pengalaman
dan tidak melanggar ketentuan – ketentuan ketenaga kerjaan yang
berlaku di Indonesia.

3.5. Konsultan Pengawas sewaktu – waktu berhak meminta kepada


Kontraktor untuk mengganti tenaga pelaksana maupun tenaga kerja
lapangan, bila mereka dianggap tidak cakap atau kurang
mempunyai keahlian yang cukup dibidangnya.

4. Peralatan Kerja 4.1. Alat – alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disediakan oleh
dan Perlengkapan Kontraktor dalam keadaan baik, siap pakai dan jumlah yang cukup.
Lapangan
4.2. Guna kelancaran pekerjaan, untuk alat – alat mekanis / mesin
Kontraktor harus menyiapkan tenaga operator yang mampu
memperbaiki peralatan bila mengalami gangguan operasional.

4.3. Kontraktor dan Sub Kontraktor harus menyediakan sendiri alat dan
perlengkapan sesuai dengan bidang masing – masing, seperti :

Alat – alat ukur ( Roll Meter, Siku, dan lain – lain )


Alat – alat pemotong, penduga, penarik.
Alat – alat bantu.
Alat – alat dokumentasi ( foto / camera ).
Buku – buku laporan ( harian, mingguan, bulanan ).
Dan alat / perlengkapan lain yang diperlukan.

5. Material / Bahan 5.1. Semua material / bahan bangunan yang dipakai harus dari masing –
Bangunan masing jenis dan standart mutu yang disyaratkan dalam RKS ini.
5.2. Material / bahan bangunan untuk seluruh pekerjaan, jika tidak ada
ketentuan lain, harus diusahakan dan disediakan oleh Kontraktor
dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan Kontraktor wajib
menyediakan contoh ( sample ) dari material / bahan tersebut untuk
disimpan di Direksi keet.

0
5.3. Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas berhak memerintahkan untuk
mengeluarkan dari lapangan pekerjaan terhadap material / bahan
bangunan yang tidak disetujui dalam tempo 2 x 24 jam.
5.4. Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas berhak mengeluarkan
perintah membongkar pekerjaan untuk diperiksa atau
memerintahkan untuk diadakan pengujian material / bahan
bangunan, baik yang sudah maupun yang belum dimasukkan ke
lapangan pekerjaan. Apabila terbukti bahwa material / bahan
bangunan yang dibongkar tersebut tenyata tidak sesuai dengan
yang dipersyaratkan, maka biaya yang terjadi akibat itu dan
perbaikannya menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
5.5. Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas berwenang untuk meminta
keterangan mengenai asal material / bahan bangunan yang dipakai
dan Kontraktor wajib memberitahukannya.
5.6. Kontraktor wajib menempatkan material / bahan bangunan
kebutuhan pelaksanaan pekerjaan, baik di lapangan ( terbuka )
maupun didalam gudang, sesuai dengan sifatnya atas persetujuan
Konsultan Pengawas, sehingga akan menjamin keamanan dan
terhindar dari kerusakan akibat cara penyimpanan yang salah.
5.7. Material / bahan bangunan yang tidak akan digunakan untuk
kebutuhan langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak
diperkenankan untuk disimpan dalam tapak.
6. Hak Kerja 6.1. Hak Bekerja di Lapangan
a. Lapangan pekerjaan akan diserahkan oleh Pemberi Tugas
Kontraktor selama waktu pelaksanaan dan sesuai dengan
keadaan pada waktu peninjauan.
b. Setiap keterlambatan atas penyerahan lapangan ini dapat
dipertimbangkan oleh Pemberi Tugas sebagai perpanjangan
masa pelaksanaan pekerjaan.
6.2. Pembagian Halaman untuk Pekerjaan dan Halaman Masuk
a. Apabila Kontraktor akan mendirikan bangunan – bangunan
sementara maupun tempat penimbunan bahan, maka
Kontraktor harus merundingkan terlebih dahulu dengan
Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas tentang penggunaan
halaman ini.
b. Semua biaya untuk prasarana dan fasilitas untuk memasuki
daerah pekerjaan serta akomodasi tambahan di luar daerah
kerja menjadi tanggungan Kontraktor.
c. Apabila terjadi kerusakan pada jalan masuk ke kompleks,
saluran air atau bangunan lainnya yang disebabkan adanya
pembangunan ini, Kontraktor berkewajiban untuk memperbaiki
kembali selambat – lambatnya dalam masa pemeliharaan.
7. Kebersihan, 7.1. Lokasi perletakan bangunan harus bersih dari kotoran. Apabila
Ketertiban dan belum bersih, maka Kontraktor wajib untuk membersihkan kotoran –
Keamanan kotoran yang ada pada lokasi tersebut sebelum pekerjaan dimulai.
7.2. Penimbunan material / bahan bangunan didalam gudang maupun di
halaman harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
kelancaran dan keamanan kerja.
7.3. Tidak diperkenankan :
Pekerja menginap ditempat pekerjaan tanpa seijin Konsultan
Pengawas.
Memasak di tempat pekerjaan tanpa seijin Konsultan Pengawas.
Membawa penjual asongan ( makanan, minuman, rokok, dan
sebagainya ) ke tempat pekerjaan.
Keluar masuk dengan bebas.
7.4. Kontraktor harus melakukan pengamanan barang – barang
diseluruh pekerjaan bangunan, baik selama pelaksanaan maupun
pada waktu tidak dilakukan pekerjaan.
7.5. Barang – barang dan bahan – bahan yang hilang, baik yang belum
maupun yang sudah dipasang, tetap menjadi tanggung jawab

1
Kontraktor dan tidak diperkenankan untuk diperhitungkan dalam
biaya tambahan.

8. Kerja Lembur 8.1. Apabila Kontraktor akan bekerja diluar jam ( lembur ), maka
diharuskan membuat Surat Pemberitahuan kepada Konsultan
Pengawas maksimum 1 ( satu ) hari sebelum pekerjaan lembur
dilaksanakan.
8.2. Apabila tanpa pemberitahuan Kontraktor melakukan pekerjaan
lembur, maka Konsultan Pengawas akan memberikan teguran
tertulis dan melaksanakan perintah pembongkaran pada pekerjaan
yang dilaksanakan pada jam lembur dimaksud.

9. Peraturan Umum 9.1. Peraturan Teknis Umum

Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan – peraturan teknis


umum yang berlaku di Indonesia, yaitu :

AV ( Algemene Voorwaden ) tanggal 28 Mei 1941 Nomor 9 dan


tambahan Lembaran Negara Nomor 14571.

Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung


( SNI T-15-1991-03 ).

Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia ( PUBBI 1982).

Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia ( PPBBI


1983 ).

Standart Umum Bahan Bangunan Indonesia Tahun 1986.

Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI-NI-5-1979 )

Standart Industri Indonesia ( SII-003-1981 ).

Standart dan peraturan mengenai pekerjaan utilitas yang


berlaku, misalnya : PUIL 1987, LMK, SPLN, PUIPP, DIM,
JIS, IEC, VDE, UFPA, UL 864, ASTM, SMAGNA, AVMI, PPI
dan Peraturan Keselamatan Kerja Daerah setempat.

Peraturan Perburuhan Indonesia.

Keputusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia ( BANI ).

Peraturan – peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan


berdasarkan normalisasi di Indonesia yang belum tercantum
dan dapat persetujuan Konsultan Pengawas.

9.2. Peraturan Teknis Khusus

Untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dimaksud Pasal 3 dan 4 RKS


ini, maka berlaku dan mengikat pula.

Berita Acara Pemenang Pelelangan.

Surat Keputusan Penunjukan Kontraktor.

Surat Kesanggupan Kerja.

Dokumen Penawaran Kontraktor ( Technical & Finansial


Proporsal ).

Gambar Kerja.

2
RKS beserta lampiran – lampirannya.

Surat Perjanjian Pemborongan ( Kontrak ) dan Addendumnya


( bila ada ).

Shop Drawing yang telah disetujui.

9.3. Tanggung Jawab Kontraktor

Sesuai dengan Kitab Undang – Undang Hukum Perdata Pasal 1609,

Kontraktor bertanggung jawab 10 ( sepuluh ) tahun fisik untuk segala

kerusakan konstruksi yang disebabkan penggunaan mutu bahan

yang buruk atau pelaksanaan yang menyimpang dari seharusnya

atau sewaktu penyelenggaraan seharusnya secara wajar, Kontraktor

mengetahui secara jelas dan nyata hal ikhwal yang seharusnya

dijadikan alasan untuk mengadakan perubahan / penyempurnaan,

tetapi hal tersebut tidak disampaikan kepada Pengelola Proyek,

dengan demikian batas waktu dalam Pasal 54 A.V. 1941 tidak

diberlakukan.

3
10. Penjelasan RKS 10.1. Bila terdapat perbedaan dalam gambar kerja, maka ditentukan
dan Gambar sebagai berikut :
Perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail , maka
yang harus diikuti gambar detail.
Perbedaan skala dan ukuran yang tertulis dalam gambar, maka
yang harus diikuti ukuran dalam gambar.
10.2. Bila terdapat perbedaan antar gambar yang berbeda bidang /
jenisnya, maka dipakai pedoman sebagai berikut :
Perbedaan antara gambar Arsitektur dan gambar Struktur,
maka untuk ukuran fungsional dipakai gambar Arsitektur dan
untuk jenis / kualitas bahan dipakai gambar Struktur.
Perbedaan antara gambar Arsitektur dan gambar Utilitas, maka
untuk ukuran fungsional dipakai gambar Arsitektur dan untuk
jenis / kualitas bahan dipakai gambar Utilitas.
10.3. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan, sedang dalam
RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.
Demikian pula sebaliknya bila dalam gambar tidak disebutkan
lingkup pekerjaan, sedang dalam RKS disebutkan, maka Kontraktor
terikat untuk melaksanakannya.
10.4. Apabila Kontraktor merasa ada keraguan atas gambar dan RKS,
maka Kontraktor dapat meminta penjelasan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas.
10.5. Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing ) dan Rapat –
Rapat Koordinasi Lapangan bersifat mengikat untuk dilaksanakan.
10.6. Dalam hal terjadi atau adanya :
Penyimpangaan antara gambar kerja dengan keadaan
dilapangan.
Kekurangan penjelasan dalam gambar kerja.
Keperluan untuk membesarkan ( membuat lebih detail ) gambar
kerja.
Dan hal – hal lain yang memungkinkan Kontraktor untuk dapat
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan, maka Kontraktor dapat mengajukan gambar –
gambar penjelasan ( Shop Drawing ) dengan persetujuan
Konsultan Pengawas serta diketahui oleh Pemberi Tugas dan
Konsultan Perencana. Gambar – gambar tersebut dibuat dalam
3 ( tiga ) rangkap atas biaya Kontraktor.
10.7. Untuk semua yang belum terdapat dalam gambar kerja / RKS, baik
karena penyimpangan, perubahan atas perintah Pemberi Tugas /
Konsultan Perencana / Konsultan Pengawas / maupun sebab –
sebab lain, maka Kontraktor harus membuat gambar – gambar yang
sesuai dengan yang dilaksanakan ( As Built Drawing ) yang jelas
memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang
dilaksanakan. Gambar – gambar tersebut dibuat dalam 3 ( tiga )
rangkap, disetujui oleh Konsultan Pengawas, diketahui oleh Pemberi
Tugas dan Konsultan Perencana, dibuat atas biaya Kontraktor.

11. Pekerjaan 11.1. Peninjauan Lapangan dan Pematokan


Persiapan Kontraktor diwajibkan melakukan peninjauan ( survey ) lapangan
serta membuat patokan batas pekerjaan diatas tanah lokasi
bangunan didampingi oleh Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas
dan Perencana, dimana hasilnya dituangkan dalam Berita Acara.
11.2. Pembersihan Lapangan
Kontraktor diwajibkan melakukan pembersihan lapangan sesuai
dengan hasil peninjauan lapangan yang telah dilaksanakan.

11.3. Pekerjaan Pembongkaran


a. Pekerjaan pembongkaran yang dimaksud adalah
pembongkaran pada bagian jalan yang akan diperbaiki dan

4
atau diganti dengan konstruksi yang lebih baik atau baru yang
sesuai dengan gambar pelaksanaan dan volume rencana
anggaran biaya.
b. Sebelum memulai pekerjaan pembongkaran, Kontraktor harus
memberitahu dan meminta ijin tertulis dari Konsultan Pengawas
/ Pemberi Tugas. Kontraktor harus melakukan pendataan
jumlah / volume seluruh bagian yang akan dikerjakan serta
hasil pekerjaan.
c. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan hati – hati dan
Kontraktor harus menghindarkan segala kemungkinan yang
dapat menyebabkan kerusakan pada bagian yang tidak
termasuk dibongkar dan harus menjaga keutuhan barang –
barang yang dibongkar.
d. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas kerusakan –
kerusakan peralatan, meubeler, dan atau benda – benda lain
akibat keteledoran / kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan
pembongkaran.
e. Pembuangan terhadap sisa – sisa bahan / hasil bongkaran
harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Pemberi Tugas /
Pengawas untuk dikoordinasikan dengan pihak pemakai / user.
Pengamanan terhadap barang bekas pembongkaran di lokasi
pekerjaan dan pengamanan sampai tempat / lokasi
penimbunan / penyimpanan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
f. Penggunaan kembali barang bekas bongkaran hanya boleh
dilaksanakan atas persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas
/ Pemberi Tugas.
g. Kontraktor tidak diperbolehkan membawa barang berupa
apapun keluar lokasi proyek tanpa sepengetahuan Pemberi
Tugas / Pengawas.
11.4. Pengukuran dan Pengambilan Peil
a. Penentuan peil ketinggian berpatokan pada peil tugu patok
dasar yang telah ada dan disetejui oleh Konsultan Perencana,
Pengawas dan Pemberi Tugas.
b. Dibawah pengamatan Konsultan Pengawas, Kontraktor
diwajibkan membuat 1 titik duga dan 2 titik bantu diatas tanah /
tapak pada bangunan tersebut.
c. Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak
dapat dijadikan alasan untuk mengajukan tuntutan apapun.
11.5. Pemakaian Ukuran
a. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menempati semua
ketentuan ukuran yang ada dan tercantum dalam gambar kerja.
b. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran keseluruhan
maupun bagian – bagiannya dan segera memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas setiap perbedaan yang
ditemukan. Kontraktor baru diijinkan membetulkan kesalahan
gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas.
c. Pengambilan ukuran yang keliru dalam pelaksanaan
bagaimanapun tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor.

12. Bangunan 12.1. Kontraktor diwajibkan membangun dan memelihara bangunan


Sementara sementara serta melengkapinya dengan perlengkapan yang
Kegiatan disyaratkan atas biaya sendiri.
12.2. Bangunan sementara tersebut adalah :
Bangunan Direksi keet dibuat dengan konstruksi kayu, dinding
papan / multipleks dicat, plafon triplek / asbes datar, penutup atap
asbes gelombang, lantai beton tumbuk diplester, diberi pintu yang
dapat dikunci dan ada jendela nako secukupnya untuk pencahayaan
/ penghawaan atau apabila pada bangunan tersebut terdapat
ruangan yang kosong bisa dimanfaatkan sebagai direksi keet dan
gudang

5
Setelah proyek selesai, pembongkaran bangunan – bangunan
sementara tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor dan seluruh
perlengkapannya tetap menjadi milik Kontraktor.

B. SYARAT – SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Tenaga Kerja 1. Kontraktor wajib membuat struktur organisasi kerja


dilapangan, lengkap dengan nama dan jabatannya.
2. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, maka Kontraktor harus menempatkan
1 ( satu ) orang penanggung jawab pelaksana ( Site
Manager )
3. Selama jam kerja pada setiap harinya, tenaga ahli
pelaksana dan para pelaksana Kontraktor harus berada
ditengah pekerjaan. Bila berhalangan atau sakit, maka
Kontraktor harus segera menunjuk / menempatkan
penggantinya atas sepengetahuan Konsultan Pengawas.
4. Kontraktor wajib mempekerjakan tenaga kerja yang ahli
dalam pelaksanaan dilapangan ( skilled labour ), baik
tenaga pelaksana, mandor, tukang dan lain – lain sesuai
dengan tingkat pengalaman dan tidak tidak melanggar
ketentuan – ketentuan ketenaga kerjaan yang berlaku di
Indonesia.
5. Konsultan Pengawas sewaktu – waktu berhak meminta
kepada Kontraktor untuk mengganti tenaga pelaksana
maupun tenaga kerja lapangan, bila mereka dianggap
tidak cakap atau kurang mempunyai keahlian yang cukup
dibidangnya.

6
2. Galian Tanah Untuk Pondasi dan 1. Pekerjaan galian tanah untuk pondasi dan bangunan lain
Bangunan Lain meliputi :
a. Meratakan / menyiapkan halaman bangunan.
b. Galian untuk pondasi serta untuk pembuatan
bangunan yang terletak dibawah permukaan tanah.
c. Memapras dan menimbun tanah sehingga terdapat
peil yang dikehendaki.
2. Sebelum pekerjaan dimulai, harus dibuat patok duga
oleh kontraktor dan terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direksi.
Patok duga ini dipakai sebagai duga utama dalam
pelaksanaan. Oleh sebab itu tidak boleh terganggu atau
mudah rusak.
3. Piket sumbu dipasang oleh kontraktor atas petunjuk
pengesahan Direksi, dan harus dipasang sedemikian
rupa sehingga cukup jelas dan mudah, serta dijaga
supaya tidak berubah.
4. Profil atau patok dipasang oleh kontraktor dan disahkan
oleh Direksi. Profil atau patok – patok ini harus dikontrol
terhadap duga dan sumbu – sumbu tersebut.
Profil – profil harus dibuat dari kayu yang berkualitas
cukup baik, berukuran sesuai dengan usuk / reng, dan
harus terpasang dalam kedudukan yang kuat, tidak boleh
berubah baik kedudukan maupun bentuknya.
5. Minimum dalam gambar dan tempat galian untuk
pasangan pondasi, begitu pula bangunan – bangunan
yang termasuk didalam pekerjaan – pekerjaan ini dibuat
sesuai dengan gambar pelaksanaan.
6. Apabila dalam pelaksanaan penggalian dijumpai air yang
mengganggu pengeringan, maka pemborong harus
menyediakan pompa untuk pengeringan. Biaya untuk
pekerjaan pengeringan ini menjadi tanggungan
pemborong.
7. Apabila dalam pelaksanaan penggalian terjadi
kelongsoran terus menerus yang mengganggu, haruslah
diadakan konstruksi penguat ( dari turap kayu atau
lainnya ) agar terjamin pengamanan dan efisiensi kerja.
Biaya untuk konstruksi penguat ini sudah harus
diperhitungkan dalam harga penawaran dan tidak
diterima adanya claim.

3. Pondasi Batu Kali 1. Pasangan pondasi adalah dari pasangan batu kali belah
atau batu setempat yang keras tidak berpori, dengan
kekuatan yang setaraf dengan batu kali belah, dengan
campuran perekat 1 PC : 4 Psr dan kemudian diplester
siar dengan campuran 1 PC : 2 Psr.
2. Bagian bawah dari pondasi dipasang lapisan batu
kosong ( Aanstampeng ) atau sesuai dalam gambar
rencana. Disela – sela batu diisi pasir urug dan ditumbuk
hingga betul – betul rata. Celah – celah yang besar
antara batu diisi dengan batu kricak yang dicocok padat.
Batu tidak boleh menyinggung dan harus ada perekat
diantaranya. Jenis batu yang dipakai adalah batu yang
keras dan mempunyai permukaan yang kasar. Tidak
boleh memakai batu – batu berlapis yang mudah pecah,
terlalu tipis dan licin.
Kedalaman pondasi yang disyaratkan harus dicapai
( sesuai gambar rencana ).
3. Untuk kondisi galian berbatu, pondasi langsung diatas
batuan dengan terlebih dahulu membersihkan
permukaan batu dengan air dan disiram dengan air
semen agar terjadi ikatan yang homogen antara dasar
pondasi dan pasangan baru.

4. Perubahan kedalaman pondasi (apabila tidak sesuai


dengan yang disyaratkan digambar) akan diperhitungkan
pekerjaan tambah / kurang.

7
5. Pelaksanaan Pekerjaan pondasi ini bila akan dilaksnakan
terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi.

4. Pekerjaan Plesteran Untuk pekerjaan plesteran dilaksanakan sebagai berikut :


a. Plesteran trasram terdiri dari dinding dalam dan luar
disiar dengan campuran 1 PC : 1 Psr.
b. Plesteran dinding trasram terdiri dari campuran yang
sama dengan spesi pasangan dindingnya.
c. Plesteran beton bertulang dengan campuran 1PC : 2 Psr.
d. Plesteran untuk sudut – sudut sponing ( benangan )
dengan campuran 1 PC : 2 Psr.
Semua plesteran setelah cukup kering selama satu minggu
berturut – turut harus dibasahi.

5. Pekerjaan Plesteran Siar Pekerjaan plesteran siar untuk menutup permukaan rongga
pasangan batu kali dimana fungsinya air tidak bisa masuk ke
dalam pasangan tersebut.
Adapun bahan yang harus digunakan semen PC dan pasir
pasang bersih dengan campuran 1 PC : 2 Psr.

6. Pekerjaan Adukan Beton 1. Bahan yang dipakai untuk adukan beton adalah semen,
agregat ( koral ) dan air.
2. Semen yang digunakan harus memakai Portlant Cement
( PC ) dari satu sumber yang disetujui dan memenuhi
semua syarat yang ditentukan dalam “ Peraturan Beton
Bertulang Indonesia ” ( PBI 1971 ). Dalam pengangkutan
dan penyimpanannya, semen harus terlindung dari
hujan. Dalam pengirimannya semen harus diterima
dalam zak ( kantong asli dari pabrik ) dan dalam keadaan
tertutup rapat.
3. Semen harus disimpan digudang yang ventilasinya
cukup dan tidak terkena air serta diletakkan pada tempat
yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai, dapat
ditumpuk dengan tinggi maksimal 2 meter.
4. Agregat yang dipakai adalah agregat split yang keras,
bersifat kekal dan bersih, serta tidak boleh mengandung
bahan – bahan organik dan kualitasnya bertentangan
serta mempengaruhi kekuatan atau kekekalan konstruksi
beton. Daya tahan beton dari baja tulang, agregat dalam
segala hal harus memenuhi ketentuan – ketentuan yang
tercantum dalam PBI 1971 bagian 3 agregat harus
disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaanya
dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dan
pengotoran.
5. Air untuk adukan dan merawat beton harus bersih dan
bebas dari bahan – bahan yang dapat merusak atau
yang dapat mempengaruhi daya lekat semen.
6. Semen, agregat dan air harus ditakar dengan seksama.
Proporsi semen yang ditentukan adalah minimal, jadi
tidak dapat dikurangi. Apabila suatu proporsi tertentu
tidak dipenuhi, maka konstruksi yang sudah dicor itu
akan diperintahkan untuk segera dibongkar.

8
7. Adukan Beton 7. Ada beberapa jenis adukan beton yang dipakai, yang
harus diberi agregat kasar atau halus, banyaknya agregat
yang diperlukan untuk 50 Kg Portlant Cement dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

Agregat Agregat Ukuran


enis Adukan Halus Kasar Nominal
(m3) (m3) (cm)

C1 1:3:5 0,12 0,24 38


C2 1 : 2, 3 : 5 0,10 0,12 30
C3 1:2:3 0,80 0,12 30
C4 1:2:3 0,08 0,12 20
C5 1 :2 0,60 0,10 10

Jenis – jenis adukan diatas berbeda penggunaanya :


a. Adukan C1 untuk beton lantai dudukan pompa,
dengan ketebalan 7 cm dan pada bagian bawah
beton diisi pasir padat dengan ketebalan sesuai
gambar.
b. Adukan C2 untuk jalan setapak sekitar bangunan
pompa dan reservoar ( rapat ).
c. Adukan C3 untuk semua beton bertulang, kecuali
untuk yang ditentukan memakai jenis C4
d. Adukan C4 untuk kolam atau balik beton bertulang
yang mempunyai ukuran 15 cm atau lebih.
e. Adukan C5 untuk yang mempergunakan beton
pracetak.

8. Untuk jenis adukan C2,C3,C4, dan C5 pengadukan


betonnya harus dilakukan dengan menggunakan mesin
pengaduk ( mollen ) yang berkapasitas tidak kurang dari
350 liter.
9. Untuk jenis C1 dan C2 tidak akan dibuat ketentuan –
ketentuan khusus mengenai kubusnya.
Untuk jenis C3 dan C4 adalah PBI 1971, type K 225.
Campuran dari beton harus sedemikian sehingga
mencapai kekuatan kubus dari 28 hari sebesar 175 Kg /
cm2. beton ini dipakai sebagai balok ( poor ), kolom
balok tarik, plat lantai dan lain – lainnya.
10. Untuk workability adukan dan hasil beton yang baik,
maka semua adukan pada beton – beton yang terlihat
( exposed ) seperti langit – langit, listplank dan
sebagainya perlu diberikan zat penambah beton
( additives ) setaraf daratard – 17 ( 6race ).

Anda mungkin juga menyukai