Anda di halaman 1dari 26

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

TIPE-TIPE EKOSISTEM YANG ADA DALAM LINGKUP


EKOSISTEM

MAKALAH

OLEH :

ARI LINTANG F1051131007


ARRISTA MELTI WULANDARI F1051131006
DEKA MAULIDIANSYAH F1051131028
HERLINDA F1051131032
MUHAMMAD ARJUNA F1051131044
YUNI ASNITA F1051131052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab berkat
karunia dan cinta kasih-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini akan membahas tentang tipe-tipe ekosistem yang ada dalam
lingkup ekosistem. Adapun isi materi dari pembahasan tersebut meliput definisi
ekosistem, hubungan yang terjadi antara faktor biotik dan abiotik dalam suatu
ekosistem, serta tipe-tipe ekosistem.
Tugas makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Pengetahuan Lingkungan. Pada kesempatan ini pula kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dosen pengajar (Eko Sri Wahyuni, M.Pd) yang telah memberikan
materi mata kuliah Pengetahuan Lingkungan.
2. Serta rekan-rekan kelompok 5 (Lima) yang telah bersedia untuk
bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Besar harapan
kami agar para pembaca dan dosen pengajar untuk memberikan masukan berupa
kritik dan saran.
Demikian makalah ini kami selesaikan dengan sebaik-baiknya, atas
perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Pontianak, 22 Februari 2014


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1

B. Masalah 2

C. Tujuan 2

D. Manfaat 3

E. Metode yang Digunakan 4

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Tipe-tipe Ekosistem dan Hubungan antara Faktor Biotik da Abiotik 5
B. Ekosistem Darat (Terestrial) 5
C. Ekosistem Air (Akuatik) 14

D. Ekosistem Buatan 17

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan 20
B. Saran 22

DAFTAR REFERENSI 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Definisi ekosistem pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekologi
berkebangsaan inggris bernama A.G Tanstey pada tahun 1935. Sebelumnya pada
akhir tahun 1800 pernyataan-pernyataan resmi tentang istilah dan konsep yang
berkaitan dengan ekosistem mulai terbit dan cukup menarik dalam literatur-
literatur ekologi. Salah satu pengertian dari ekosistem itu sendiri ialah, ekosistem
adalah suatu unit ekologi yang didalamnya terdapat hubungan antara struktur dan
fungsi. Struktur yang dimaksud dalam definisi ekosistem tersebut adalah
hubungan dengan keanekaragaman spesies.
Beberapa definisi tentang ekosistem dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang didalamnya terdapat hubungan
antara struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi
ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan keanekaragaman spesies.
Ekosistem yang mempunyai struktur yang kompleks, memiliki
keanekaragaman spesies yang tinggi. Sedangkan istilah fungsi dalam
definisi ekosistem menurut A.G. Tansley berhubungan dengan siklus
materi dan arus energi melalui komponen-komponen ekosistem.
2. Ekosistem adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan
kehidupan (biotik maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang
saling mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan yang lainnya.
Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas
dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi
kehidupan dalam alam (Dephut, 1997).
3. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara kompleks didalamnya terdapat
habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit
kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai
siklus materi dan aliran energi (Woodbury, 1954 dalam Setiadi, 1983 ).

1
4. Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang didalamnya
tercakup organisme dan lingkungannya (biotik dan abiotik ) dan diantara
keduanya saling mempengaruhi (Odum, 1993).
5. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi (UU Lingkungan
Hidup Tahun 1997).
6. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang tebentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto,
1983).

Ekosistem dapat pula diartikan sebagai hubungan timbal balik atau


interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Komponen penyusun
ekosistem terdiri atas dua macam yaitu komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik adalah komponen yang terdiri dari mahluk hidup, misalkan ;
tumbuhan, hewan, manusia, pengurai dan makhluk hidup lainnya, sedangkan
komponen abiotik adalah komponen yang terdiri dari benda mati, misalnya ;
angin, udara, suhu, air, dan sebagainya.
Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tidak hidup, dimana dalam
suatu ekosistem terjadi suatu interaksi dalam tempat tertentu sebagai suatu
kesatuan yang teratur. Keteraturan ekosistem ini dapat terjadi oleh adanya arus
materi, energi, dan informasi. Komponen-komponen dalam ekosistem
menunjukkan bahwa, ekosistem tersebut berada dalam suatu keseimbangan
tertentu. Keseimbangan tersebut sifatnya tidak statis, melainkan dinamis, selalu
berubah, dapat besar atau kecil, dapat terjadi secara alami atau dibuat oleh
manusia. Misalnya pada kehidupan dalam akuarium, akuarium dapat dianggap
sebagai ekosistem, dimana ikan, air, tumbuhan air, pasir, plankton, mineral, dan
oksigen terlarut merupakan komponen kesatuan ekosistem.
Adapun pembahasan yang akan digambarkan dalam makalah ini yakni
tentang tipe-tipe ekosistem yang ada dalam lingkup ekosistem. Dimana
didalamnya akan dijelaskan tentang definisi dari tipe-tipe ekosistem berikut ciri-
ciri dan penjelasannya.

2
B. Masalah
Adapun batasan-batasan masalah yang dalam makalah ini antara lain
meliputi:
1. Apa yang dimaksud dengan ekosistem darat, ekosistem air dan ekosistem
buatan?
2. Bagaimana terbentuknya ekosistem darat buatan (suksesi) dapat terjadi?
3. Faktor apa saja yang dapat menentukan terbentuknya ekosistem darat?
4. Bagaimana pembagian yang ada pada ekosistem air serta berdasarkan
cirinya?
5. Mengapa ekosistem buatan dapat terbentuk dan apa tujuan dari
pembuatannya?

C. Tujuan
Secara umum tujuan dari makalah ini adalah sebagai bahan materi dalam
pokok pembahasan tentang tipe-tipe ekosistem yang ada dalam lingkup ekosistem.
Adapun secara khusus tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang yang dimaksud dengan ekosistem
darat, ekosistem air dan ekosistem buatan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan terbentuknya ekosistem darat buatan
(suksesi) yang terjadi.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan tipe-tipe ekosistem
yang ada.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan pembagian yang ada pada ekosistem air
berdasarkan cirinya.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan alasan terbentuknya ekosistem buatan dan
tujuan pembuatannya.

D. Manfaat
Dari hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca terutama mahasiswa program studi pendidikan fisika FKIP
UNTAN semester genap, dimana dalam penulisan makalah ini dapat menjadi

3
sumber pembelajaran bagi mahasiswa dalam mata kuliah Pengetahuan
Lingkungan.

E. Metode yang Digunakan


Adapun metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode
deskriftif dengan teknik study kepustakaan atau literature, yaitu ilmu pengetahuan
yang bersumber dari beberapa media tulis baik berupa buku, litelatur dan media
lainnya yang tentu ada kaitannya masalah-masalah yang di bahas di dalam
makalah ini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tipe-tipe Ekosistem dan Hubungan antara Faktor Biotik dan Abiotik


Di bumi tempat tinggal kita ini terdapat berbagai tipe ekosistem. Ciri-ciri
suatu tipe ekosistem ditunjukkan dengan hubungan yang khas antara
lingkungan biotik dan abiotiknya. Di dalam ekosistem, komponen-komponen
biotik dan abiotik saling berinteraksi dan masing-masing memiliki fungsi atau
peran tertentu. Hubungan tersebut bisa berupa hubungan antar-komponen
biotik (makhluk hidup) maupun hubungan semua komponen antara
komponen biotik dan abiotik secara menyeluruh. Di dalam hubungan
antarorganisme terdapat aliran energi, yaitu transfer energi dari produsen ke
konsumen melalui rantai makanan. Sedangkan hubungan komponen biotik
dan komponen abiotik adalah bagian dari siklus kimia, yaitu siklus unsur-
unsur kimia penyusun makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Kedua proses
tersebut, aliran energi dan siklus kimia, merupakan fenomena yang tidak
dapat dijelaskan pada tingkatan organisasi kehidupan di bawah ekosistem.
Karenanya ekosistem merupakan tingkatan yang paling inklusif dalam
organisasi kehidupan.
Ekosistem secara garis besar dibedakan atas ekosistem darat, ekosistem
air, dan ekosistem buatan.

B. Ekosistem Darat (Terestrial)


Ekosistem darat adalah ekosistem yang didominasi oleh lingkungan
eksternal daratan. Di Indonesia, ekosistem dapat dibedakan atas ekosistem
vegetasi tamah, ekosistem pegunungan, dan vegetasi monson. Pembagian
ekosistem darat alami di Indonesia, dilakukan berdasarkan letak atau
topografinya. Ekosistem darat dapat dibedakan menjadi ekosistem alami dan
ekosistem buatan :

5
1. Ekosistem darat alami
Di Indonesia di kenal tiga ekosistem darat alami yaitu vegetasi dataran
rendah (vegetasi pamah), vegetasi dataran tinggi (pegunungan) dan vegetasi
monson (gunung).
Pembagian ekosistem darat alami di Indonesia, dilakukan berdasarkan
letak atau topografinya. Ekosistem yang terbentuk akibat perbedaan letak
geografis dan topografinya, ekosistem di Indonesia dibagi menjadi :
a) Ekosistem Vegetasi Pamah
Vegetasi dataran rendah atau disebut juga pamah merupakan
vegetasi yang paling besar diantara vegetasi ekosistem darat yang
lainnya. Dataran rendah adalah daerah yang memiliki ketinggian 0 - 1000
meter di atas permukaan laut.
Ciri ekosistem vegetasi pamah antara lain sebagai berikut :
 Ekosistem ini membentang dari ketinggian 0 – 1000 meter diatas
permukaan laut.
 Vegetasinya berupa hutan belukar. Sebagian besar hutan di
Indonesia tergolong ekosistem vegetasi pamah.
Ekosistem vegetasi pamah dapat di bedakan atas subekosistem
diantaranya sebagai berikut :
1) Ekosistem Hutan Bakau
Hutan bakau banyak terdapat ditepi pantai, yang air lautnya
selalu menggenang atau tergenang saat air laut pasang naik.
Ekosistem ini melindungi dataran dari abrasi (erosi air laut).
2) Ekosistem Rawa Air
Hutan rawa air tawar terdapat di perbatasan pantai dengan
ekosistem hutan bakau.
3) Ekosistem Huatan Tepi Sungai
Hutan tepi sungai banyak terdapat ditepi sungai besar.
4) Ekosistem Hutan Sagu
Vegetasinya di dominasi oleh pohon sagu yang berkembang
dengan baik di aliran air tawar yang teratur.

6
5) Ekosistem Danau
Asal mula sebuah danau dapat bermacam-macam. Ada
yang lahir karena terjadi patahan di permukaan bumi, yang
kemudian diikuti peristiwa klimat; misalnya, Danau Toba.
Beberapa danau lain timbul karena gejala vulkan, misalnya;
Danau Lamongan, karena belokan sungai yang terlalu dalam,
karena depresi tanah kapur. Ada juga danau buatan, seperti
Danau Jatiluhur.
Danau dapat dibedakan sesuai dengan pembentukannya,
terdiri atas danau eotropit dan oligotropik. Danau eoytropik
merupakan danau yang kaya akan unrus hara. Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat didaerah profundal. Sedangkan danau
oligotropik merupakan danau yang miskin akan unrur hara.
Cirri-cirinya airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
Hewan (ikan) yang terdapat di danau merupakan hewan
yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
yang sejuk, kurang bahan makanan, tetapi kaya akan oksigen.
Danau semacam ini ini disebut danau oligotrofi, artinya
makanannya sedikit.
6) Ekosistem Hutan Rawa Gambut
Ekosistem ini terbentang secara luas dan berbatasan dengan
hutan rawa air tawar. Flora yang ada pada ekosistem ini
jumlahnya terbatas.
7) Ekosistem Pantai
Ekosistem ini terletak di tepi pantai berpasir dan berkarang yang
membentang tidak terlalu jauh dari pantai kearah darat. Vegetasi
pada ekosistem ini ada dua macam, yaitu formasi pes-caprae dan
formasi baringtonia.

7
b) Ekosistem Pegunungan
Vegetasi dataran tinggi atau pegunungan adalah daerah yang
memiliki ketinggian 300-1500 m di atas permukaan laut. Iklim suatu
daerah ditentukan oleh ketinggian. Makin tinggi suatu daerah, makin
rendah curah hujannya sehingga keanekaragaman komunitas rendah.
Di daerah pegunungan komunitas yang berkembang antara lain
tumbuhan paku, tumbuhan bunga dan lumut. Tumbuhan-tumbuhan ini
berkembang dengan baik karena lingkungannya cocok untuk
kehidupannya
Berdasarkan ketinggiannya (elevasinya), ekosistem pegunungan
dibedakan menjadi sebagai berikut:
1) Hutan Pegunungan
Hutan pegunungan terdapat pada ketinggian antara 1500-3300
meter diatas permukaan air laut.
2) Padang Rumput Pegunungan
Padang rumput pegunungan terdapat pada ketinggian antara
3.200-3.600 meter diatas permukaan laut.
3) Ekosistem Terbuka Lereng Berbatu
Vegetasinya berupa rumput, tumbuhan baku, dan semak.
4) Ekosistem padang rumput rawa
Ekosistem ini memiliki vegetsi dominan perdu rawa gambut
atau rumput yang menutupi tanah gambut.
5) Ekosistem Danau Pegunungan
Ekosistem ini banyak ditemukan di daerah pegunungan tinggi.
Di Indonesia banyak terdapat danau eutrofik, yaitu danau yang
kandungan airnya kelebihan nutrien.
6) Ekosistem Padang Rumput Alpin
Ekosistem ini dijumpai pada daerah dengan ketinggian lebih
dari 4.000 meter di atas permukaan air laut.

8
c) Vegetasi Monsun
Vegetasi monsun adalah suatu komunitas vegetasi yang terdapat di
daerah hutan musim. Hutan ini memiliki pergantian antara musim
kemarau dan musim penghujan yang silih berganti.
Ciri khas hutan monsun adalah tanaman menggugurkan daunnya
pada musim kemarau dan kembali memiliki daun pada musim hujan
Adapun ciri dari pohon-pohon yang ada dalam vegetasi monsun
antara lain pohon-pohonnya rendah, banyak cabang, dan batangnya tidak
lurus. Vegetasi ini banyak dijumpai didaerah beriklim kering dengan
curah hujan sedikit, terdapat ketinggian antara 0 hingga 800 meter dari
permukaan air laut.

2. Ekosistem daratan buatan (Suksesi)


Terbentuknya suatu ekosistem dapat terjadi dari rangkaian
peristiwa, di mana peristiwa yang satu akan menyebabkan timbulnya
peristiwa lainnya, demikian seterusnya. Sebagai contoh, proses
terbentuknya tanah adalah diawali dengan peristiwa pelapukan batu-
batuan. Kehidupan pada saat lingkungan dipenuhi batu-batuan lambat laun
akan berubah ke dalam kehidupan tanpa batu-batuan. Peristiwa perubahan
tatanan hidup di suatu daerah disebut suksesi
Sebagai contoh, sebelum Gunung Krakatau meletus pada tahun
1883, Gunung Krakatau merupakan Gunung yang permukaannya ditutupi
oleh batu-batuan. Ketika Krakatau meletus, batu-batuan menjadi panas,
setelah sembilan bulan Krakatau meletus, batu-batuan yang tadinya panas
menjadi lembab. Pada batu-batuan yang lembab tumbuhan ganggang hijau
sebagai pionir atau tumbuhan perintis. Kemudian ganggang tersebut
melapukan batu-batuan menjadi butiran kerikil dan akhirnya menjadi tanah
yang memungkinkan biji tumbuhan yang terdampar akibat hempasan air
laut ke tepi pantai akan tumbuh. Tujuh tahun setelah Krakatau meletus,

9
ternyata lingkungan Gunung Krakatau telah ditumbuhi oleh berbagai
macam tumbuhan seolah Krakatau itu tidak meletus.
Berdasarkan pada proses terjadinya, suksesi di bedakan menjadi
suksesi primer dan suksesi sekunder.
a) Suksesi primer
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu.
Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut
secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat
baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami. Misalnya, tanah
longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di
muara sungai dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula
karena perbuatan manusia, misalnya penambangan timah, batu bara
dan minyak bumi.
Suksesi primer pembentukannya diawali dengan proses
pelapukan batu-batuan yang dilakukan oleh alga, kemudian dari
peristiwa pelapukan akan terbentuk serpihan batu-batuan kecil dan
akhirnya terbentuk lapisan tanah. Biji-bijian yang terbawa air
(hidrokori), angin (anemokori) atau terbawa oleh perantara lain
kemudian jatuh pada lapisan tanah yang terbentuk tadi akan
tumbuh menjadi tumbuhan. Jadi dapat disimpulkan bahwa suksesi
primer terjadi bukan pada habitat aslinya. Contoh pembuatan
danau. Sebelum berubah menjadi danau, mungkin asalnya tempat
itu merupakan daerah pedesaan yang penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani penggarap tanah (kehidupan darat)
Dengan berubahnya tempat tersebut menjadi danau, maka
terjadi perubahan tatanan pada komponen ekosistemnya. Misalnya
petani yang memiliki pekerjaan bertani tanaman pada awalnya,
kemudian dengan berubahnya tatanan komponen ekosistem dari
darat menjadi air menyebabkan para petani tanaman berubah
menjadi petani ikan.
b) Suksesi sekunder

10
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami
gangguan, baik secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut
tidak merusak secara total habitat organisme sehingga dalam
komunitas tersebut substrat dan kehidupan awal masih ada.
Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang laut,
kebakaran, angin kencang dan gangguan buatan seperti
penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.
Contoh suksesi sekunder antara lain tegalan-tegalan, padang alang-
alang, belukar bekas ladang dan kebun karet yang ditinggalkan tak
terurus.
Kemudian hutan gundul atau lahan kritis merupakan areal
terbuka pada suatu ekosistem yang terjadi karena kerusakan alam,
baik akibat kejadian alam, seperti gunung meletus maupun sebagai
ulah tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.
Untuk mengembalikan kondisi hutan gundul atau kritis
yang mencapai ribuan hektar tersebar di pelataran hutan Indonesia
menjadi hutan yang asri dengan keanekaragaman hayatinya.
Pemerintah telah melaksanakan suatu program untuk
mengembalikan kondisi kedua lahan tersebut melalui beberapa
program misalnya “Penanaman Sejuta Pohon” dan “Program
Reboisasi”.
Suksesi sekunder tidak dimulai dengan kehidupan vegetasi
perintis yang melakukan pelapukan batu-batuan terlebih dahulu.
Jadi, suksesi sekunder terjadi pada lahan yang sama. Program
Reboisasi dan Penanaman Sejuta Pohon untuk mengembalikan
tatanan yang hilang atau terganggu adalah merupakan salah satu
contoh peristiwa susksesi sekunder. Kembalinya kerindangan
hutan tersebut sangat bergantung pada komponen biotik dan
abiotik yang terkandung pada lingkungannya.

11
Penentuan zona dalam ekosistem daratan (terestrial) ditentukan pula oleh
temperatur dan curah hujan. Ekosistem darat dapat dikontrol oleh iklim dan
gangguan. Iklim sangat penting dalam menentukan mengapa suatu ekosistem
darat berada pada suatu tempat tertentu. Pola ekosistem dapat berubah akibat
gangguan seperti petir, kebakaran, atau aktivitas manusia. Ekosistem darat
(terestrial) berdasarkan faktor zona iklim sebagai berikut :

1) Hutan hujan tropis.


Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya
adalah curah hujan 200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif
banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak
geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon
tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan
basah terjadi perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di
sekitar organisme. Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari, variasi
suhu dan kelembapan tinggi, suhu sepanjang hari sekitar 25 °C. Dalam
hutan hujan tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan
anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi
hutan, harimau, dan burung hantu.
2) Sabana.
Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60
inci per tahun, tetapi temepratur dan kelembaban masih tergantung musim.
Sabana yang terluas di dunia terdapat di Afrika; namun di Australia juga
terdapat sabana yang luas. Hewan yang hidup di sabana antara lain
serangga dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena.
3) Padang rumput.
Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke
subtropik. Ciri-ciri padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30
cm per tahun, hujan turun tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi,
dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan
terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan.

12
Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah,
jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular.
4) Gurun.
Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput.
Ciri-ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25
cm/tahun). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar.
Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di
gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya
kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai
jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain
rodentia, semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan beberapa hewan
nokturnal lain.
5) Hutan gugur.
Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki empat
musim, ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Jenis
pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewan yang terdapat di
hutam gugur antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan
rakun (sebangsa luwak).
6) Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah
tropik, ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga
merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus,
dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, sedangkan
hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung
yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
7) Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub
utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman
di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah
sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan rumput

13
alang-alang. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan
keadaan yang dingin.
8) Karst (batu gamping /gua).
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.
Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir
sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi,
mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya
permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro.
Ekosistem karst mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek
biotis yang tidak dijumpai di ekosistem lain.

C. Ekosistem Air (Akuatik)


Ekosistem air adalah ekosistem yang didominasi oleh lingkungan eksternal
air sebagai habitat berbagai organisme air. Ekosistem air merupakan
ekosistem yang memiliki komponen biotik dan abiotiknya berlainan dengan
komponen yang terdapat di ekosistem darat. Ekosistem air atau akuatik
dibedakan menjadi, ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Ekosistem air
dapat dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem laut.
a) Ekosistem Air Tawar
Pada ekosistem air tawar memiliki ciri antara lain: variasi suhu rendah
dan dipengauhi keadaan iklim dan cuaca. Berdasarkan intensitas cahaya
matahari yang diterima, habitat air tawar dibedakan menjadi 3 daerah,
yaitu :
 litoral, yaitu daerah dangkal sehingga memungkinkan cahaya
matahari dapat mencapai dasar perairan.
 Limnetik, yaitu daerah terbuka sampai kedalaman tertentu masih
dapat ditembus cahaya.
 Profundal, yaitu daerah dasar perairan sehingga cahaya tidak
mampu mencapai dasar perairan.
Berdasarkan keadaan airnya (aliran airnya), habitat air tawar dibedakan
menjadi 2, yaitu :

14
 Lotik, yaitu ekosistem air tawar yang keadaan airnya mengalir.
Contoh : sungai, mata air, dan sebagainya.
 Lentik, yaitu ekosistem air yang keadaan airnya tenang. Contoh :
kolam, waduk, dan sebagainya.
Adapun ciri-ciri umum ekosistem air tawar ialah sebagai berikut:
 Salinitas (kadar garam ) rendah, lebih rendah dari salinitas
sitoplasma sel organisme yang hidup di dalamnya.
 Variasi suhu siang dan malam hari tidak terlalu besar.
 Penetrasi cahaya matahari terbatas (kurang).
 Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca, sekalipun pengaruhnya
relatif kecil, jika dibanding dengan ekosistem darat.

b) Ekosistem Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang
tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik,
karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut
sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara
lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian
bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat
bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak
plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air
bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan
terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat
dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara
horizontal.
Ekosistem laut merupakan sebagian besar wilayah Indonesia.
secara umum ekosistem laut memiliki sifat-sifat khas sebagai berikut:
 Kadar garam relatif tinggi, lebih tinggi dari kadar garam
protoplasma sel organisme yang hidup di dalamnya.

15
 Terdapat kehidupan di semua kedalaman. ekosistem saling
bersambungan dan memungkinkan bercampur karena
adanaya sirkulasi air laut.
 Rantai makanan relatif panjang, sehingga sepanjang rantai
makanan terjadi pemborosan energi
Berdasarkan intensitas cahaya yang dapat mencapainya, ekosistem
laut dibedakan atas ekosistem laut dalam dan ekosistem laut dangkal:
1) Ekosistem Laut Dalam (Daerah afotik)
Ekosistem laut dalam merupakan ekosistem laut yang tidak
ditembus cahaya matahari, oleh karenanya tidak terjadi
fotosintesis.kadar oksigen dalam airnya rendah, tidak terdapat
organisme produsen autotrof.
2) Ekosistem Laut Dangakal (Daerah fotik/eutrofik)
Ekosistem laut dangkal merupakan daerah fotik (tertembus
cahaya matahari). Pada ekosistem ini terjadi fotosintesis oleh
produsen dari jenis ganggang laut dan fitoplankton.

Kemudian berdasarkan fisiknya (secara vertikal), daerah laut


dibedakan :
 Daerah litoral, yaitu daerah yang dipengaruhi pasang surut (0 –
200 meter).
 Daerah batial, yaitu daerah yang kedalamannya antara 200 – 2000
meter.
 Daerah abisal, yaitu daerah yang kedalamannya antara 2000 –
4000 meter.
 Daerah hadal, yaitu daerah yang kedalamannya lebih dari 4000
meter.
Laut merupakan salah satu ekosistem terbesar sebagai tempat
berinteraksinya makhluk hidup (biotik) terhadap makhluk tak hidup
(abiotik). Sehingga dalam hal ini ekosistem yang ada pada laut akan
dijelaskan sebagai berikut: Ekosistem laut dalam, ekosistem yang

16
memiliki keanekaragaman jenis yang rendah, dan tidak terdapat
organisme autotrof. Kelompok hewan yang ada berupa benthos.
Ekosistem Pantai Pasir Dangkal (litoral), daerah ini memiliki beberpa
bentuk ekosistem, yaitu: Ekosistem Terumbu Karang, terumbu Karang
terbentuk karena kegiatan organisme laut seperti Coelenterata, Cacing,
Kerang, dan Karang berkapur. Pada daerah ini perairannya jernih dan
berpasir. Ekosistem Pantai Batu dapat berupa batu caday yang berasal
dari proses konglomerasi, yaitu persatuan antara batu – batu kecil, tanah
liat, kapur, dan bongkahan batu granit. Vegetasi yang mendominasi
adalah jenis alga tertentu, seperti Euchema dan Sargasum. Ekosistem
Pantai Lumpur terdapat di daerah muara sungai dan sekitarnya yang
membentuk delta, yaitu endapan lumpur yang membentang luas.
Vegetasi yang mendominasi antara lain Avicenia (Api – api), Sonneratia
(Bakau), Enhalus acoroide (rumput laut). Jenis hewannya berupa ikan
kecil (ikan gelodok).

D. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan merupakan ekosistem yang sengaja diadakan dengan
tujuan untuk kesejahteraan pembuatnya. Secara sederhana, pengertian
ekosistem buatan (Man Made-ecosystem) tak lain adalah suatu ekosistem
yang terbentuk berkat rekayasa manusia dalam tujuannya untuk memenuhi
dan mencukupi kebutuhan hidup manusia atau penduduk yang semakin hari
semakin meningkat. Ekosistem buatan ini memperoleh subsidi energi dari
luar, baik itu tanaman maupun hewan, yang memperoleh pengaruh besar dari
manusia oleh karena itu bisa dikatakan keanekaragamannya sangat rendah.
Hal ini banyak terbentuk karena adanya perkembangan teknologi. Beberapa
ekosistem buatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Ekosistem Danau Buatan (Waduk)
Dengan kemajuan teknologinya, manusia telah barhasil
membangun danau buatan atau waduk (bendungan).Bandungan
dibuat manusia dengan cara membendung aliran sungai.

17
Bandungan dibangun untuk keperluan irigasi maupun pembangkit
listrik.
b. Ekosistem Hutan Tanaman
Ekosistem hutan tanaman meliputi penanaman pohon budi daya
seperti hutan jati dan hutan pinus.
c. Agroekosistem
Agroekosistem merupakan ekosistem yang sengaja dibuat dalam
rangka keperluan pertanian tanaman budi daya. Didalam
agroekosistem memiliki keanekaragaman yang tinggi dengan
memperhatikan faktor iklim, tanah, topografi, dan budaya.
Agroekosistem antara lain sawah tadah hujan, sawah irigasi, dan
perkebunan.
 Sawah Tadah Hujan
Sawah tada hujan merupakan alternatif yang potensial untuk
pertanian tanaman pangan.
 Sawah Irigasi
Sawah irigasi merupakan sawah yang sumber air utamanya
berasal dari air irigasi.
d. Perkebunan
Perkebunan menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi
kehidupan manusian selain itu terjadinya aktivitas organisme yang
merupakan bagian kecil dari ekosistem dikebun itu sendiri.
e. Ekosistem tambak
Tambak adalah tempat yang dibuat sedemikian rupa agar mahluk
hidup bisa dibudidayakan dan memungkinkan untuk diambil
manfaatnya. Adapun binatang yang populer dibudidayakan dengan
sistem tambak adalah ikat mujair, ikan bandeng, ikan nila, ikan
bawal, kepiting, udang, dan masih banyak lagi lainnya. Organisme
ini kemudian yang membentuk ekosistem yang terbatas pada
wilayah tambak tersebut. Pembuatan ekosistem tambak ini tentu

18
bukan tanpa tujuan. Sebagai ekosistem buatan, tambak diharapkan
memenuhi beberapa hal antara lain:
 Sebagai tempat hidup ikan atau habitat buatan bagi mahluk
hidup yang hendak dibudidayakan. Selain itu, tambak juga
berfungsi sebagai wadah ataupun tempat timbuhnya berbagai
makanan alamiah yakni plankton, klekap dan lain-lain. Selain
itu, tambak juga sevara tidak langsung menjadi tempat hewan
lainnya untuk mencari makanan. Sebut saja burung-burung air
dan masih banyak lagi lainnya.
 Fungsi lain ekosistem buatan berupa tambak adalah sebagai
tempat “terperangkapnya” berbagai macam hewan air yang liar
dan bisa menjadi sumber pasma nutfah yang sangat baik
memaksimalkan hasil budidaya di tambak.
 Fungsi tambak lainnya adalah untuk menghasilkan sumberdaya
dengan nilai ekonomis yang diharapkan bisa menjadi sumber
penghidupan masyarakat.
Selain ekosistem buatan seperti yang disebutkan diatas tadi, masih
ada ekosistem buatan lainnya, seperti : bendungan, hutan tanaman produksi
seperti jati dan pinus, sawah irigasi, perkebunan sawit, ekosistem pemukiman
seperti kota dan desa, dan ekosistem ruang angkasa. Untuk ekosistem kota
memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang banyak. Kebutuhan
materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang
eksesif seperti polusi dan panas. Kemudian ekosistem ruang angkasa bukan
merupakan suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi sendiri kebutuhannya
tanpa tergantung input dari luar. Semua ekosistem dan kehidupan selalu
bergantung pada bumi.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpilan
Dari hasil pembahasan yang telah kami sajikan, maka didapatkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut, yaitu :
Definisi-definisi tentang ekosistem darat, ekosistem air, dan ekosistem
buatan akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Ekosistem darat adalah ekosistem yang didominasi oleh lingkungan
eksternal daratan.
2. Ekosistem air adalah ekosistem yang didominasi oleh lingkungan eksternal
air sebagai habitat berbagai organisme air.
3. Ekosistem buatan adalah suatu ekosistem yang terbentuk berkat rekayasa
manusia dalam tujuannya untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan
hidup manusia atau penduduk yang semakin hari semakin meningkat.
Dari definisi-definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bawha ekosistem
darat, ekosistem air dan ekosistem buatan memiliki perbedaan dari segi
lingkungan eksternal yang mendominasi serta tujuan dari terbentuknya suatu
ekosistem dan tujuan terbentuknya. Seperti ekosistem buatan yang tidak hanya
bertujuan memenuhi kebutuhan manusia melainkan pula untuk mempertahankan
spesies makhluk hidup yang terancam keberadaan salah satunya, dan masih ada
tujuan lain mengapa suatu ekosistem dapat terbentuk.
Ekosistem darat buatan (suksesi) dapat terbentuk dan terjadi dari suatu
rangkaian peristiwa, di mana peristiwa yang satu akan menyebabkan timbulnya
peristiwa lainnya, demikian seterusnya. Karena ekosistem buatan terbentuk dari
suatu rangkaian peristiwa, maka ekosistem buatan (suksesi) dibedakan menjadi
dua berdasarkan terbentuknya yaitu : suksesi primer dan suksesi sekunder.
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu, gangguan ini mengakibatkan
hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal
terbentuk habitat baru, dimana gangguan ini terjadi secara alami. Misal ; tanah

20
longsor, gunung meletus dan gangguan lainnya yang bersifat alami. Kemudian
suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, baik secara
alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak secara total habitat
organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat dan kehidupan awal masih
ada. Misal ; gangguan alami misalnya banjir, gelombang laut, kebakaran, angin
kencang dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang
rumput dengan sengaja.
Pembagian ekosistem darat dapat dilakukan berdasarkan letak atau
topografinya dan dapat pula ditentukan oleh temperatur dan curah hujan. Pada
pembagian ekosistem darat berdasarkan letak atau topografinya dibedakan lagi
atas dua yaitu : ekosistem darat alami yang terdiri dari ekosistem vegetasi pamah,
ekosistem pegunungan dan ekosistem monsun, dan ekositem darat buatan
(suksesi) yang terdiri dari suksesi primer dan suksesi sekunder. Kemudian
berdasarkan temperatur dan curah hujannya yang terdiri dari hutan hujan tropis,
sabana, padang rumput, gurun hutan gugur,taiga, tundra dan karst.
Ekosistem air terdiri dari ekosistem air tawar dan ekosistem laut.
Ekosistem air tawar memiliki ciri suhu rendah, salinitas (kadar garam)
rendahpenetrasi cahaya kurang, dan dipengaruhi oleh iklim dan cuaca, sekalipun
pengaruhnya relatif kecil, jika dibanding dengan ekosistem darat. Sedangkan
ekosistem laut memiliki ciri kadar garam relatif tinggi, terdapat kehidupan di
semua kedalaman, dan rantai makanan relatif panjang.
Ekosistem buatan dapat terbentuk karena rekayasa yang dilakukan
manusia dalam tujuannya untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan hidup
manusia atau penduduk yang semakin hari semakin meningkat. Ekosistem buatan
ini memperoleh subsidi energi dari luar, baik itu tanaman maupun hewan, yang
memperoleh pengaruh besar dari manusia oleh karena itu bisa dikatakan
keanekaragamannya sangat rendah. Hal ini banyak terbentuk karena adanya
perkembangan teknologi.

21
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan ialah dengan adanya tipe-tipe
ekosistem yang berbeda-beda seiring dengan letak dan fungsinya, maka ada
baiknya kita sebagai makhluk yang memiliki akhlak dan ilmu intelektual
senantiasa menjaga kelestarian dan keanekaragaman hayati yang ada pada
masing-masing ekosistem.

22
DAFTAR REFERENSI

Aryulina, Dyah. 2004. Biologi I. Jakarta: Erlangga

Campbell, Neil A.,dkk. 2002. Biologi Jilid III. Jakarta : Erlangga

Kimball, John W.,dkk. 2000. Biologi Jilid III. Jakarta : Erlangga

Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor : Penerbit Institut


Pertanian Bogor

Linayuliana. 2011. Ekosistem. http://linayuliana15.blogspot.com/2011/02/


ekosistem.html (diakses 19 Februari 2014)

Pratomo, Suko dan Barlia, Lili. 2006. Basic Pendidikan Lingkungan. Bandung :
UPI PRESS

Soeriaatmadja. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB

Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor :


Laboratorium Ekologi, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Wahyudi, Roony. 2013. Pengertian Ekosistem. http://mentari-


dunia.blogspot.com/2013/01/pengertian-ekosistem-dan-tipe-tipe.html
(diakses 19 Februari 2014)

23

Anda mungkin juga menyukai