Anda di halaman 1dari 18

Laporan Pendahuluan

Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Wilayah Sungai Citanduy seluas 447.285,93 km 2 yang terdiri dari 24


Daerah Aliran Sungai (DAS). Secara administratif, Wilayah Sungai Citanduy
termasuk ke dalam wilayah Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dan
merupakan kewenangan dari Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy. Wilayah
Sungai Citanduy melewati sebagian wilayah Kabupaten Tasikmalaya, sebagian
wilayah Kabupaten Majalengka, sebagian wilayah Kabupaten Kuningan,
Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, sebagian wilayah Kabupaten Pangandaran,
wilayah Kabupaten Cilacap dan sebagian wilayah Kabupaten Banyumas.

2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Cilacap

Kabupaten Cilacap adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.


Ibukotanya adalah Cilacap. Cilacap merupakan kabupaten terluas di Jawa
Tengah dengan luas wilayahnya sekitar 86,6% dari total wilayah Jawa Tengah.

2.1.1 Wilayah Geografis dan Administratif Kabupaten Cilacap

Secara Geografis, wilayah Kabupaten Cilacap terletak diantara 108 0 4 - 300 - 1090
30’ 30”garis Bujur Timur dan 70 30’ - 70 45’ 20” garis Lintang Selatan, mempunyai
luas wilayah 2.142,59 km2, Wilayah tertinggi adalah Kecamatan Dayeuhluhur
dengan ketinggian 198 M dari permukaan laut dan wilayah terendah adalah
Kecamatan Cilacap Tengah dengan ketinggian 6 m dari permukaan laut. Jarak
terjauh dari barat ke timur 152 km dari Kecamatan Dayeuhluhur ke Kecamatan
Nusawungu dan dari utara ke selatan sepanjang 35 km yaitu dari Kecamatan
Cilacap Selatan ke Kecamatan Sampang.

Secara administratif, Kabupaten Cilacap mempunyai batas wilayah sebagai


berikut :
 Sebelah Utara: Kabupaten Banyumas, Brebes dan kuningan (Prov.JABAR)
 Sebelah Selatan: Samudra Indonesia
 Sebelah Barat: Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar (Prov.JABAR)
 Sebelah Timur: Kabupaten Kebumen

II - 1
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

Kabupaten Cilacap terdiri atas 24 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah
desa dan kelurahan. Desa-desa tersebar di 24 kecamatan, sedangkan kelurahan
ada di 3 kecamatan eks kota administratip Cilacap. Kecamatan-kecamatan
tersebut adalah Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, Karangpucung,
Sidareja, Gandrungmangu, Kedungreja, Patimuan, Cipari, Bantarsari,
Kawunganten, Jeruklegi, Kesugihan, Maos, Sampang, Kroya, Adipala, Binangun,
Nusawungu, Kampung Laut, Cilacap Utara, Cilacap Tengah dan Cilacap Selatan.
2.1.2 Kondisi Topografi dan Geologi Kabupaten Cilacap
Wilayah Kabupaten Cilacap mempunyai endapan kuarter yang terdiri dari
lempung, lanau, pasir, kerikil, dan kerakal dan juga terdapat endapan marin yang
umumnya disusun oleh lapisan pasir. Lapisan kuarter ini berfungsi sebagi lapisan
akuifer bagi wilayah Kabupaten Cilacap dan sekitarnya.
Sedangkan untuk wilayah pesisir Kabupaten Cilacap, mempunyai lapisan
kuarter yang tipis dan hanya mempunyai akuifer tidak tertekan (unconfined).
Ketebalan akuifer bervariasi, mulai dari 2 – 18 cm, hal ini menyebabkan kondisi
air tanah di wilayah ini cukup tinggi fluktuasinya, tergantung pada musim hujan
dan musim kemarau.
Sedangkan untuk kondisi topografi wilayahnya, Kabupaten Cilacap secara
umum terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian utara merupakan daerah perbukitan
yang merupakan lanjutan dari Rangkaian Bogor di Jawa Barat, dengan
puncaknya Gunung Pojoktiga (1.347 meter), sedangkan bagian selatan
merupakan dataran rendah. Kawasan hutan menutupi lahan Kabupaten Cilacap
bagian utara, timur, dan selatan.
Di sebelah selatan terdapat Nusa Kambangan, yang memiliki Cagar Alam
Nusakambangan. Bagian barat daya terdapat sebuah inlet yang dikenal dengan
Segara Anakan. Ibukota kabupaten Cilacap berada di tepi pantai Samudra Hindia,
dan wilayahnya juga meliputi bagian timur Pulau Nusa Kambangan.
2.1.3 Klimatologi Kabupaten Cilacap
Berdasarkan data dari Kantor Meteorologi dan Geofisika Cilacap tahun
2016, Curah hujan rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu 488 mm dengan
jumlah hari hujan sebanyak 30 hari dan terendah pada bulan Maret sebesar 159,3
mm. Suhu maksimum terjadi pada bulan Januari, yaitu mencapai 34,400 C dan
suhu minimum sebesar 22,800 C.

II - 2
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

II - 3
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

2.1.4 Penduduk Kabupaten Cilacap


Berdasarkan data BPS Kabupaten Cilacap tahun 2016, jumlah penduduk
Kabupaten Cilacap mencapai 1.785.971 Jiwa. Jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 895.201 jiwa, sedangkan jumlah penduduk Perempuan mencapai
890.770 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di tiap kecamatan
di Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Jumlah penduduk di tiap kecamatan di Kabupaten Cilacap

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap,2017

2.2 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Banyumas

Kabupaten Banyumas adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa


Tengah. Ibukotanya adalah Purwokerto.

II - 4
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

2.2.1 Wilayah Geografis dan Administratif Kabupaten Banyumas

Secara Geografis, wilayah Kabupaten Banyumas terletak diantara 7 0 15’ 05” - 70


37’ 10” LS dan 1080 39’17” - 1090 27’ 15” BT, mempunyai luas wilayah 1.327,59
km2, Secara administratif, Kabupaten Banyumas mempunyai batas wilayah
sebagai berikut :
 Sebelah Utara: Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang
 Sebelah Selatan: Kabupaten Cilacap
 Sebelah Barat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
 Sebelah Timur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara dan
Kabupaten Kebumen.
Kabupaten Banyumas memiliki 27 Kecamatan. Kecamatan terluas adalah
kecamatan Cilongok (105,34 km2) dan kecamatan Purwokerto Barat sebagai
kecamatan terkecil (7,40 km2)

2.2.2 Kondisi Topografi Kabupaten Banyumas


Dilihat dari segi ketinggian di atas permukaan laut, wilayah kecamatan
yang termasuk kategori pegunungan adalah Kecamatan Gumelar dengan
ketinggian 420 meter. Diikuti Kecamatan Sumbang setinggi 320 meter,
Kecamatan Baturraden 300 meter, dan Kecamatan Cilongok 230 meter. Untuk
wilayah paling rendah terletak di Kecamatan Kemranjen dengan ketinggian hanya
15 meter di atas permukaan laut.
Keadaan wilayah Kabupaten Banyumas antara daratan dan pegunungan
dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk
tanah pertanian. Sebagian dataran tinggi untuk pemukiman dan pekarangan, dan
sebagian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis terletak dilereng
Gunung Slamet sebelah selatan. Bumi dan kekayaan Kabupaten Banyumas
masih tergolong potensial karena terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian
puncak dari permukaan air laut sekitar 3.400 meter dan masih aktif.

2.2.3 Klimatologi Kabupaten Banyumas


Karena terletak di belahan selatan khatulistiwa maka keadaan cuaca &
iklim Kabupaten Banyumas adalah iklim tropis basah. Tekanan udara rata-rata
antara 1.001 mbs, dengan suhu udara berkisar antara 21,4 oC - 30,9 oC.

II - 5
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

Sebagai daerah beriklim tropis, Banyumas hanya mengenal dua musim,


yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Sepanjang tahun 2016 terjadi curah
hujan yang fluktuatif selama 166 hari dan beragam menurut bulan. Curah hujan
tertinggi tercatat pada bulan Desember dengan 493,40 mm, sedangkan terendah
terjadi pada bulan Oktober sebesar 0 mm.
2.2.4 Penduduk Kabupaten Banyumas
Jumlah penduduk Kabupaten Banyumas mencapai 1.650.625 jiwa, yang
terdiri dari 824.717 laki-laki (49,96 %) dan 825.908 perempuan (50,04 %).
Dengan
jumlah sebesar itu, Kabupaten Banyumas merupakan kabupaten dengan jumlah
penduduk terbesar ke empat di Provinsi Jawa Tengah setelah Kabupaten Brebes,
Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap. Dengan luas wilayah Kabupaten
Banyumas sekitar 1.327,59 kilometer persegi yang didiami oleh 1.650.625 orang
maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Banyumas adalah
sebanyak 1.243 orang per kilometer persegi. Rasio jenis kelamin (sex ratio)
dinyatakan sebagai perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan jumlah
penduduk perempuan di suatu daerah atau negara pada suatu waktu tertentu.
Jika nilai yang ditunjukkan lebih besar dari 100 maka artinya bahwa penduduk
laki-laki di daerah tersebut lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan.

II - 6
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

Tabel 2.2 Jumlah penduduk di tiap kecamatan di Kabupaten Banyumas

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas,2017

2.3 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Ciamis


Kabupaten Ciamis adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Ibu
kotanya adalah Ciamis Kota. Kabupaten ini berada di bagian tenggara Jawa
Barat, berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan di
utara, Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) dan Kota Banjar di timur, Kabupaten
Pangandaran dan Samudra Hindia di selatan, serta Kota Tasikmalaya dan
Kabupaten Tasikmalaya di barat. Kabupaten Ciamis terdiri atas 30 kecamatan,
II - 7
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada
di Kecamatan Ciamis.
2.3.1 Kondisi Geografis
Batas – batas Wilayah Kabupaten Ciamis :
Sebelah Utara : Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan
Sebelah Barat : Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya
Sebelah Timur : Kota Banjar dan Propinsi Jawa Tengah
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Letak wilayah Kabupaten Ciamis berada diantara 108 º20 ’ sampai dengan 108
º40 ’ Bujur Ti mur dan 7º40’20 ’’ sampai dengan 70 041’20 ’’ Lintang Selatan.
2.3.2 Kondisi Topografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Ciamis berupa pegunungan dan
dataran tinggi, kecuali di perbatasan dengan Jawa Tengah bagian selatan, serta
sebagian wilayah pesisir. Pantai selatan Ciamis bagian timur berupa teluk, di
antaranya Teluk Pangandaran, Teluk Parigi, dan Teluk Pananjung.
Kabupaten Ciamis terletak pada lahan dengan keadaan morfologi datar -
bergelombang sampai pegunungan. Kemiringan lereng berkisar antara 0 - >  40%
dengan sebaran 0 - 2% terdapat di bagian tengah - timur laut ke selatan dan 2 - >
40% tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan. Jenis tanahnya didominasi
oleh jenis latosol, podsolik, alluvial dan grumusol.
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson, Kabupaten
Ciamis  pada umumnya mempunyai tipe iklim C, dengan rata-rata curah hujan
sekitar 2.987 mm/tahun dan suhu rata-rata antara 200 - 300 C. Sebagian besar
wilayah Kabupaten Ciamis termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai (DAS)
Citanduy, sedangkan sisanya termasuk ke dalam DAS Cimedang.
Wilayah Kabupaten Ciamis dialiri oleh sungai utama yaitu sungai Citanduy
yang mengalir mulai dari Gunung Cakrabuana (hulu) di Kabupaten Tasikmalaya
dan bermuara di Sagara Anakan Provinsi Jawa Tengah dengan anak-anak
sungainya terdiri dari Cimuntur, Cijolang dan Ciseel. Di bagian selatan mengalir
Sungai Cimedang dengan anak-anak sungainya terdiri dari sungai Cikondang,
Cibegal, Cipaledang, Cibungur, Citatah I, Citatah II, Cigugur, Ciharuman,
Cigembor, Cikuya, Cijengkol, Cimagung dan Cicondong.

II - 8
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Ciamis berada pada posisi


strategis yang dilalui jalan Nasional lintas Jawa Barat-Jawa Tengah dan jalan
Provinsi lintas Ciamis-Cirebon-Jawa Tengah. Dalam konteks pengembangan
wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Ciamis mempunyai 2 (dua) Kawasan
Andalan yaitu Kawasan Andalan Priangan Timur dengan arahan pengembangan
untuk kegiatan pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, dan pariwisata serta
Kawasan Andalan Pangandaran dengan kegiatan unggulan pengembangan
kepariwisataan dan bisnis kelautan.
2.3.3 Kondisi Demografi
Luas wilayah Kabupaten Ciamis adalah 1.433,87 km2 dengan jumlah
penduduk sebesar 1.378.773 orang menyebabkan peningkatan kepadatan
penduduk dari 958 orang per km 2 pada Tahun 2013 menjadi 962 orang per km 2
pada Tahun 2014. Dari segi penyebarannya, 9,03 persen penduduk Kabupaten
Ciamis bertempat tinggal di Kecamatan Banjarsari dikarenakan Kecamatan
Banjarsari merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Ciamis, sedangkan
Kecamatan Ciamis 7,62 persen sehingga menyebabkan kepadatan tertinggi
(3.195 orang per kilometer persegi). Kepadatan cukup tinggi juga dialami oleh
Kecamatan Sindangkasih, Cihaurbeuti dan Lumbung. Kepadatan penduduk juga
tampak dari rata-rata anggota keluarga yang mencapai 3,09 sehingga secara
umum setiap keluarga memiliki 3 orang anggota keluarga. Tabel lain
menggambarkan perbandingan usia penduduk tidak produktif (usia 0-14 & 65+
tahun) dibanding usia produktif (usia 15-64 tahun) yang menunjukkan angka
beban tanggungan. Angka beban tanggungan pada Tahun 2014 sebesar 49
persen dan relatif sama dengan tahun sebelumnya

II - 9
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

Tabel 2.3 Jumlah penduduk di tiap kecamatan di Kabupaten Ciamis

2.4 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Pangandaran


2.4.1 Keadaan Biofisik Wilayah
Kabupaten Pangandaran merupakan Daerah Otonom Baru yang
sebelumnya masuk dalam cakupan wilayah Kabupaten Ciamis, dan sejak
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2012 serta diundangkan oleh Menteri Hukum

II - 10
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

dan HAM pada tanggal 17 November 2012 telah memiliki kekuatan hukum yang
tetap sebagai daerah otonom baru di Provinsi Jawa Barat.
2.4.2 Kondisi Geografi
Kabupaten Pangandaran secara geografis berada pada koordinat 108º 41-109⁰
BujurTimur dan 07⁰ 41 - 07⁰ 50 Lintang Selatan memiliki luas wilayah mencapai
61 km² dengan luas laut dan pantai dengan batas –batas wilayah sebagai berikut:
 Utara berbatasan dengan Kabupaten Ciamis
 Barat berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya
 Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
 Timur berbatasan dengan Kabupaten Cilacap
Kabupaten Pangandaran terdiri atas 10 kecamatan yang terdiri atas
sejumlahdesadan kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten pangandaran
berada di kecamatanParigi. Kabupaten Pangandaran merupakan pemekaran
dariKabupaten Ciamis. Kabupaten ini resmi dimekarkan pada 25 Oktober 2012.
Kabupaten ini terdiri dari 10 kecamatan, yaitu : Cigugur , Cijulang, Cimerak,
Kalipucang, Langkaplancar, Mangunjaya, Padaherang, Pangandaran, Parigi, dan
Sidamulih. Wilayah Kabupaten Pangandaran dalam kaitannya dengan potensi
wilayah untuk pengembangan pangan khususnya padi sawah melalui pencetakan
sawah baru diperkirakan dapat mencapai 3.000 hektar tersebar di 10 kecamatan
sebagaimana terlihat pada gambar 2.1 sebagai berikut;

II - 11
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Pangandaran

II - 12
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

Potensi pencetakan lahan sawah di Kabupaten Pangandaran menyebar di 89


desa pada 10 kecamatan sebagaimana terlihat pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Sebaran Luas Potensi Pencetakan Lahan Sawah
di Kabupaten Pangandaran

No Kecamatan Jumlah Desa Luas (Hektar)

1 Cimerak 11 9,500.02
2 Cijulang 7 3,327.78
3 Cigugur 7 3,485.92
4 Langkaplancar 12 3,200.85
5 Parigi 10 3,717.94
6 Sidamulih 6 2,908.62
7 Pangandaran 8 1,671.66
8 Kalipucang 9 1,900.86
9 Padaherang 14 1,843.54
10 mangunjaya 5 774.25
Jumlah 89 32,331.44
Sumber: Daerah Dalam Angka Kabupaten Pengandaran,2017

2.4.3 Kondisi Topografi


Kabupaten Pangandaran terletak pada lahan dengan keadaan morfologi
datar – bergelombang sampai pegunungan. Kemiringan lereng berkisar antara 0 -
> 40% dengan sebaran 0 - 2% terdapat di bagian tengah – timur laut keselatan
dan 2 - > 40% tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan. Jenis tanahnya
didominasi oleh jenis latosol, podsolik, alluvial dan grumusol.
2.4.4 Kondisi Iklim

Sebagian besar wilayah Kabupaten Pangandaran menurut klasifikasi


Schmidt-Ferguson umumnya beriklim tipe C (agak basah). Beberapa wilayah
memiliki tipe iklim B, D dan E. Keadaan suhu udara berkisar antara 20 0 C sampai
dengan 30°C dengan curah hujan yang cukup besar yaitu rata-rata sebesar
1.647,00 mm pertahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 80 kali per tahun.

2.4.5 Kondisi Hidrografi


Wilayah Kabupaten Pangandaran dialiri oleh sungai utama yaitu Sungai
citanduy yang mengalir mulai dari Gunung Cakrabuana (hulu) di Kabupaten
Ciamis dan bermuara di Sagara Anakan Provinsi Jawa Tengah dengan anak-
anak sungainya terdiri dari Cimuntur, Cijolang dan Ciseel. Di bagian selatan
mengalir Sungai Cimedang dengan anak-anak sungainya terdiri dari sungai

II - 13
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

Cikondang, Cibegal, Cipaledang, Cibungur, Citatah I, Citatah II, Cigugur,


Ciharuman, Cigembor, Cikuya, Cijengkol, Cimagung dan Cicondong.
Sebagian wilayah Kabupaten Pangandaran termasuk kedalam Daerah
Aliran Sungai (DAS) Citanduy, sedangkan sisanya termasuk kedalam DAS
Cimedang. Wilayah Kabupaten Ciamis yang termasuk DAS Citanduy tersebut,
terbagi kedalam Sub DAS Citanduy Hulu seluas 22.279,38 Ha, Sub DAS Ciseel
seluas 77.421,08 Ha, Sub DAS Cimuntur seluas 55.163,06 Ha dan Sub DAS
Cijolang seluas 18.665,99 Ha.
DAS Citanduy secara nasional dikategorikan sebagai DAS kritis dengan
indicator kekritisan antara lain fluktuasi debit sungai, tingkat erosi dan sedimentasi
yang cukup tinggi (± 5 juta ton/tahun terbawa oleh Sungai Citanduy), serta
produktivitas DAS yang relative rendah.
2.4.6 Kondisi Tanah
Kondisi tanah di Kabupaten Pangandaran banyak dipengaruhi oleh batuan
induk dan factor lainnya. Dilihat dari struktur geologis tanah di Kabupaten
Pangandaran memiliki batuan induk yang terdiri atas : Aluvial, Undifferentiated
Volcanic Products, Pliocene Sedimentary Facies, Miocene Sedimentary Facies,
dan Miocene Limostenefacies.
Sedangkan jenis tanah pada umumnya bervariasi terdiri atas Latosol
cokelat, Latosol cokelat kemerahan, Aluvial kelabu, Aluvial kelabu kuning,
Asosiasi Aluvial kelabu tua, Glei humus rendah, Grumusol kelabu, Andosol
cokelat ke Ciamis, Podsolok, Asosiasi Podsolik merah kuning dan Litosol, dan
Kompleks podsolik merah kekuning dan Regosol.
2.4.7 Profil Penduduk
Kabupaten Pangandaran merupakan Kabupaten yang perkembangan
penduduknya sangat cepat sehingga kepadatan penduduk tidak dapat dihindari,
yang tentunya diikuti dengan kepadatan pemukiman / rumah tinggal penduduk.
Penduduk Pangandaran berjumlah 405.683 orang dengan penduduk laki-laki
berjumlah 203.269 orang dan penduduk perempuan yang berjumlah 202.414
orang. Adapun jumlah kepala keluarga Kabupaten Pangandaran adalah 139.162
kepala keluarga. Wilayah Pangandaran merupakan wilayah yang potensial.
Beberapa potensi yang terdapat di wilayah ini antara lain potensi pariwisata.
Wilayah Pangandaran juga telah sejak lama berkembang sebagai kawasan

II - 14
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

destinasi pariwisata. Beberapa objek wisata yang diandalkan, berkaitan dengan


potensi alam pesisir pantai, yaitu Pantai Timur dan Barat Pangandaran, Pantai
Batu Hiu, Pantai Batu Karas, dan Pantai Karang Nini. Daya tarik objek wisata
pantai Pangandaran juga bahkan tidak sedikit telah menarik wisatawan
mancanegara untuk dating setiap tahunnya.
Objek wisata lainnya yang berkembang berhubungan dengan keunikan bentukan
fisik alam dari wilayah Pangandaran, yaitu di Kecamatan Cijulang terdapat objek
wisata Green Canyon atau Cukang Taneuh, serta kawasan wisata agro Lembah
Putri dan Cagar Alam Pananjung.
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Kabupaten Pangandaran

Jumlah Penduduk
Kecamatan (Orang)

2015 *) 2016
[1] [2] [3]

01 Cimerak 46 262 46 563

02 Cijulang 27 258 27 254

03 Cigugur 21 454 21 764

04 Langkaplancar 48 854 49 156

05 Parigi 42 533 42 958

06 Sidamulih 27 417 27 496

07 Pangandaran 51 634 53 057

08 Kalipucang 37 397 37 298

09 Padaherang 67 982 67 753

10 Mangunjaya 31 953 32 384

Kabupaten pangandaran 402 744 405 683


Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangandaran (Diolah)
*) angka perbaikan

II - 15
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

2.5 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Tasikmalaya

2.5.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak di antara 7 º 02 ’ dan 7 º 50 ’


Lintang Selatan serta 109 º 37 ’ dan 108 º25 ’ Bujur Timur, dengan batas -batas
wilayah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kabupaten Ciamis dan Kota Tasikmalaya
 Sebelah Timur : Kabupaten Ciamis
 Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
 Sebelah Barat : Kabupaten Garut
Kabupaten Tasikmalaya mempunyai luas wilayah sebesar 269.907 hektar, secara
administratif terdiri dari 39 Kecamatan, 351 desa. Tiga kecamatan merupakan
kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir dan lautan yaitu Kecamatan
Cikalong, Cipatujah dan Karangnunggal, dengan panjang garis pantai 56 km.
Kecamatan yang termasuk kedalam wilayah Kabupaten Tasikmalaya adalah
sebagai berikut :
1. Kadipaten 19. Cineam 36. Cipatujah
2. Pagerageung 20. Taraju 37. Karangnunggal
3. Ciawi 21. Puspahiang 38. Cikalong
4. Sukaresik 22. Tanjungjaya 39. Pancatengah
5. Jamanis 23. Sukaraja
6. Sukahening 24. Gunungtanjung
7. Rajapolah 25. Karangjaya
8. Cisayong 26. Bojonggambir
9. Cigalontang 27. Sodonghilir
10. Sariwangi 28. Parungponteng
11. Leuwisari 29. Jatiwaras
12. Padakembang 30. Salopa
13. Sukaratu 31. Culamega
14. Singaparna 32. Bantarkalong
15. Salawu 33. Bojongasih
16. Mangunreja 34. Cibalong
17. Sukarame 35. Cikatomas
18. Manonjaya

II - 16
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

2.5.2 Kondisi Topografi

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor BPS Provinsi Jawa Barat
tahun 2017, kondisi topografi wilayah Kabupaten Tasikmalaya cukup beragam.
Dilihat dari ketinggiannya maka kecamatan Bojong gambir dan Taraju mempunyai
wilayah paling tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya dengan ketinggian rata-
rata sebesar 800 m dari muka laut dan wilayah yang terendah adalah kecamatan
Cikalong dengan tinggi hanya 25 m dari muka laut.
Kondisi kemiringan lahan di Kabupaten Tasikmalaya berturut-turut yaitu:
 Sangat Curam (> 40 %) sebesar 1,39 % dari luas Kabupaten Tasikmalaya,
 Agak Curam (15 % - 40 %) sebesar 25,35 %,
 Curam (5 % - 15 %) sebesar 27,11 %,
 Landai (2 % - 5 %) sebesar 13,27 %, dan
 Datar ( 0 % - 2 %) sebesar 32,87 % dari luas Kabupaten Tasikmalaya.
Dari data kemiringan lahan terlihat bahwa sebagian besar bentang alam
Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh bentuk permukaan datar sampai dengan
agak curam, dengan kondisi kemiringan lahan tersebut kurang menguntungkan
untuk pengembangan prasarana dan sarana wilayah.
Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari Daerah Aliran
sungai-besar dan sungai kecil yang merupakan bagian dari sistem drainase yang
dipengaruhi oleh kondisi topografi dan struktur fisiografinya di Kabupaten
Tasikmalaya terdapat 6 daerah aliran sungai besar atau sungai utama, yaitu
Sungai Cilangla, Cimedang, Cisanggiri, Cipatujah, Citanduy, dan Sungai Ciwulan.
Pola aliran daerah aliran sungai umumnya berpola radial, karena lebih dipengaruhi
dominansi vulkanik. Pada daerah tektonik pola aliran berubah menjadi tidak teratur
(irregular), tergantung pada bentuk dan arah proses tektonik yang terjadi.
2.5.3 Kondisi Lahan
Luas tanah Kabupaten Tasikmalaya setelah pemekaran dengan Kota
Tasikmalaya adalah sebesar 269.907 hektar dimana 218.154 hektar dipergunakan
sebagai lahan pertanian dan 51.753 hektar merupakan lahan bukan pertanian,
seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. Hal lain mengenai luas tanah dan
penggunaannya dapat dilihat pada bab ini.
Kecamatan Bojonggambir memiliki luas lahan paling besar yaitu 22.784
hektar dengan luas lahan pertanian 20.369 hektar dan bukan pertanian 2.415
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen

hektar. Sedangkan kecamatan dengan luas lahan paling kecil ialah Kecamatan
Rajapolah yaitu 1.491 hektar dimana 1.223 hektar lahan pertanian dan 268 hektar
lahan bukan pertanian.
2.5.4 Klimatologi
Kabupaten Tasikmalaya mengalami iklim tropis hutan hujan. Kabupaten ini
menerima curah hujan tahunan rata-rata 2,072 mm. Meskipun mendapatkan hujan
deras, Kabupaten ini memiliki temperatur yang sedang. Suhu rata-rata harian
Kabupaten Tasikmalaya bervariasi, berkisar antara 20 ° sampai 34 °C di daerah
dataran rendah dan 18 ° sampai 22 °C di daerah dataran tinggi. (Sumber :
Kabupaten Tasikmalaya dalam Angka 2017)

Gambar 2.1 Wilayah Kabupaten Tasikmalaya


2.5.5 Penggunaan Lahan
Luas tanah Kabupaten Tasikmalaya setelah pemekaran dengan Kota
Tasikmalaya adalah sebesar 269.907 hektar dimana 218.154 hektar atau sekitar
81 % dari luas keseluruhan wilayah kabupaten Tasikmalaya dipergunakan sebagai
lahan pertanian dan 51.753 hektar atau sekitar 19 % dari luas keseluruhan wilayah
merupakan lahan bukan pertanian.
Kecamatan Bojonggambir memiliki luas lahan paling besar yaitu 22.784
hektar dengan luas lahan pertanian 20.369 hektar dan bukan pertanian 2.415
hektar. Sedangkan kecamatan dengan luas lahan paling kecil ialah Kecamatan
Rajapolah yaitu 1.491 hektar dimana 1.223 hektar lahan pertanian dan 268 hektar
lahan bukan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai