BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
III - 1
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
tingkat kinerjanya dalam suatu rentang kinerja yang dapat diterima. Upaya menjaga
tingkat kinerja ini dilakukan dengan melakukan tindakan pemeliharaan secara terus
menerus beriringan dengan operasi dari pemanfaatan SDA dan prasarana SDA itu
sendiri.
Sistem Manajemen
Operasi
Sistem Manajemen
Pemeliharaan
Memenuhi Kriteria
Layak Operasi
Kriteria
Kinerja Layak
Operasi SDA dan
Prasarana SDA
Inspeksi SDA dan
Prasarana SDA
Tidak
Pemeliharaan Memenuhi Kriteria
Layak Operasi
Gambar 3.1 Hubungan Operasi dan Pemeliharaan SDA dan Prasarana SDA
(modifikasi Grigg, 1988)
Gambar 3.1 menggambarkan bahwa operasi dari SDA dan prasarana SDA
tidak dapat berdiri sendiri tanpa didukung oleh aktivitas pemeliharaan. Kegiatan
pemeliharaan adalah merupakan pendukung bagi selalu beroperasinya SDA dan
prasaranan SDA. Untuk itu keberadaan kegiatan pemeliharaan menjadi mutlak
diperlukan. Untuk dapat menjamin bahwa kegiatan operasi dan pemeliharaan
dilaksanakan dengan baik, maka penyelenggaraan kegiatan operasi dan
pemeliharaan harus mengadopsi prinsip-prinsip manajemen yang melingkupi fungsi
perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengawasan.
Pengadopsian prinsip-prinsip manajemen pada kegiatan operasi dan pemeliharaan
menjadi sangat relevan mengingat di dalam penyelenggaraan kegiatan operasi dan
pemeliharaan terdapat sejumlah besar sumber daya yang dilibatkan, mulai dari
sumber daya pekerja, sumber daya material, sumber daya peralatan, sumber daya
uang dan yang tidak boleh diabaikan adalah sumber daya informasi. Masing-masing
III - 2
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
dari sumber daya ini tentunya harus dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien
mungkin. Khusus untuk itu kegiatan pemeliharaan tidak boleh hanya dilakukan
dengan pendekatan sporadis. Kegiatan pemeliharaan tidak boleh hanya didasarkan
pada kegiatan yang sifatnya insidentil dan sesaat, tetapi merupakan kegiatan yang
terus-menerus (berkelanjutan) guna mendukung kegiatan operasi.
Dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan operasi pemeliharaan yang
dinamis dan mengadopsi prinsip-prinsip manajemen sejumlah sumber daya yang
tidak sedikit akan dimanfaatkan. Atas dasar pemikiran ini maka perhatian dari
kegiatan operasi dan pemeliharaan tidak melulu pada aspek teknis tetapi meliputi
aspek-aspek lainnya. Sebagai contoh, pada dalam setiap pelaksanaan kegiatan
operasi pemeliharaan terdapat kebutuhan pembentukan unit kerja pelaksana operasi
dan pemeliharaan termasuk pengaturan pekerjaan di dalamnya, hal ini aspek
kelembagaan dan organisasi. Sementara di dalam unit kerja pelaksana operasi
pemeliharaan tersebut terdapat sumber daya pekerja dan juga pengawas, ini
menggambarkan perlu adanya perhatian kepada aspek sumber daya manusia.
Demikian pula pada setiap pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan, sudah
pasti akan memerlukan sumber daya uang. Kondisi ini mencerminkan perlu adanya
pengaturan pada sumber daya ini, artinya ada aspek keuangan di dalam kegiatan
operasi dan pemeliharaan.
Pada setiap kegiatan operasi dan pemeliharaan akan memerlukan data awal
sebagai pijakan pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan di lapangan. Data
awal seperti contohnya “as built drawing” dan spesifikasi pembangunan prasarana
SDA merupakan pijakan dasar bagi pengoperasian prasarana SDA yang baik.Terkait
dengan pelaksanaan pekerjaan operasi dan pemeliharaan sendiri di lapangan akan
memunculkan data baru tentang kondisi operasi, pemanfaatan sumber daya,
termasuk kondisi SDA dan prasarana SDA itu sendiri. Adanya sejumlah data yang
diperlukan dan yang timbul (ter-generate) pada kegiatan operasi dan pemeliharaan
mencerminkan adanya kebutuhan akan adanya perhatian pada aspek administratif
dan sistem informasi. Seperti tergambarkan pada Gambar 3.2 dapat disampaikan
disini bahwa di dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan SDA dan prasarana SDA
terdapat enam aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Aspek Kelembagaan danOrganisasi
2. Aspek Sumber Daya Manusia
III - 3
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
3. Aspek Masyarakat
4. Aspek Keuangan
5. Aspek Teknis
6. Aspek Administratif dan Sistem Informasi
Di dalam aspek-aspek tersebut terdapat sejumlah faktor manajerial yang harus
diperhatikan agar jalannya fungsi-fungsi pada sistem manajemen operasi dan
pemeliharaan SDA dan prasarana SDA dapat berjalan dengan baik. Ada tidaknya
serta kelemahan pada faktor-faktor yang ada akan berdampak kepada lemahnya
penyelenggaraan fungsi-fungsi operasi dan manajemen. Kelemahan ini akan
berimbas pada kinerja kegiatan operasi dan pemeliharaan itu sendiri yang pada
gilirannya lambat laut akan akan berdampak kepada kinerja operasi dari SDA dan
prasarana SDA. Bentuk kinerja operasi yang buruk dari SDA dan prasarana SDA
berarti kegagalan tercapainya maksud dan tujuan awal dari pemanfaatan SDA dan
pembangunan prasarana SDA.
Sistem
Manajemen O dan P
SDA dan Prasarana SDA
Aspek Aspek
Aspek Aspek Aspek Aspek
Kelembagaan & Sumber Daya
Masyarakat Keuangan Administratif & SI Teknis
Organisasi Manusia
Gambar 3.2 Enam Aspek pada Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan SDA
dan Prasarana SDA
III - 4
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 5
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
sebagai pemanfaat;
2. Pengaturan hubungan unit kerja operasi dan pemeliharaan dengan masyarakat
pendukung pengeloaan SDA dan prasarana SDA (dalam hal ini peran partisipasi
masyarakat);
3. Peningkatan kapasitas (pembinaan dan pelatihan) masyarakat pendukung
pengelola SDA dan prasarana SDA.
Aspek keempat adalah aspek keuangan. Aspek ini memberikan pengaruh signifikan
pada kinerja kegiatan operasi dan pemeliharaan. Aspek ini memiliki isu strategis yang
tercermin pada anggaran operasi dan anggaran pemeliharaan. Keberadaan
anggaran operasi ditujukan bagi pelaksanaan fungsi-fungsi operasi, sementara
anggaran pemeliharaan ditujukan bagi kegiatan-kegiatan pemeliharaan itu sendiri
yang memberikan gambaran dukungannya bagi penyelenggaraan operasi yang
optimal. Anggaran pemeliharaan, seperti anggaran-anggaran lainnya pada sebuah
organisasi mencerminkan dua hal strategis, pertama, sebagai cerminan kebijakan
dan strategi organisasi dalam mempertahankan kinerja operasi, dan kedua, sebagai
alat kontrol dan evaluasi kinerja dari sisi keuangan. Atas dua isu strategis pada aspek
keuangan tersebut maka faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada aspek keuangan
adalah:
1. Anggaran operasi dan pemeliharaan
2. Standar biaya-biaya (termasuk harga satuan) atau indeks
3. Standar operating procedure / Prosedur baku mutu pemanfaatan anggaran, dan
pelaporan keuangan
4. Prosedur Baku Mutu audit keuangan.
Aspek kelima adalah aspek administratif dan sistem informasi. Terkait dengan
sumber daya air dan prasarana SDA, maka sistem informasi yang dimaksudkan
termasuk di dalamnya adalah sistem informasi geografis. Pada aspek ini kemampuan
untuk mengkoleksi, mencatat, mengolah serta menyajikan berbagai jenis data
pemeliharaan secara cepat, tepat, lengkap, relevan dan ekonomis guna mendukung
seluruh kegiatan-kegiatan pemeliharaan dalam bentuk informasi bagi proses analisis
dan pengambilan keputusan merupakan fokus dari aspek ini. Dengan kemampuan
pengelolaan data dan informasi yang baik diharapkan terjadi tingkat pengawasan
kinerja operasi dan pemeliharaan yang baik. Secara spesifik faktor-faktor yang perlu
diperhatikan pada aspek ini adalah:
III - 6
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
3.1.2 Pola Kerja Operasi dan Sistem Pemeliharaan Bangunan Sumber Daya Air
Suatu sistem SDA yang dimanfaatkan dan prasarana SDA yang beroperasi
secara alamiah akan mengalami proses deteriorisasi. Proses penurunan kinerja
diakibatkan oleh banyak faktor. Untuk elemen pintu irigasi misalnya, penurunan
kinerja operasi dapat terjadi karena pengaruh faktor karakteristik intrinsik komponen,
faktor karakterisik operasi dan pemeliharaan sistem/elemen dan faktor karakteristik
lingkungan dimana elemen pintu irigasi berada. Secara bersama-sama faktor-faktor
tersebut mengakibatkan sebuah elemen prasarana SDA pada suatu titik masa tidak
dapat lagi digunakan. Oleh sebab untuk menjamin tetap dapat beroperasi maka
proses perbaikan atau penggantian harus dilakukan. Proses perbaikan atau
III - 7
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 8
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
Pola Penyelenggaraan
Pemeliharaan SDA
Korektif tidak
Inspeksi & Evaluasi
Korektif terjadwal terjadwal
Langsung
(Darurat)
Analisis Prediktif
III - 9
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
dapat berlangsung optimal, sejumlah prasarana SDA dibangun. Demikian pula perlu
dipahami bahwa sejumlah prasarana SDA dibangun dalam konteks pengendalian
daya rusak air.
3.2 Metodologi
III - 10
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
MULAI
PERSIAPAN
Personil yang Administrasi Peralatan yang
ditugaskan dan studi terdahulu digunakan
Diskusi/
No Asistensi
CEK
Yes
Diskusi/ No
Asistensi
No DISKUSI
CEK
Yes Yes
A
Laporan RMK
III - 11
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
Data Pemeliharaan
Pengumpulan data historis
Bangunan Diskusi Narasumber
pemeliharaan Bangunan
Pengendali
Pengendali Sedimen ksisting
Sedimen eksisting
Penyusunan Konsep
Laporan
No
Diskusi/
Asistensi
CEK
Yes
Laporan
Pendahuluan
Analisa dan
Elaborasi Data
Analisa Sistem
Analisa Fungsi
Operasi dan
Bangunan
Pemeliharaan
Pengendali Sedimen
Penyusunan Konsep
Laporan Interim
Diskusi/
Asistensi No
CEK
Yes
Laporan
Interim
III - 12
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
Penyusunan
Konsep Laporan
Diskusi/
Asistensi No
CEK
Yes
Final
Laporan Akhir
No
CEK
Yes
Laporan Akhir
SELESAI
3.2.1 Persiapan
III - 13
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 14
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 15
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 16
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi dan penentuan posisi
menggunakan satelit yang dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan
dan waktu di muka bumi setiap saat, dengan ketelitian penentuan posisi dalam fraksi
milimeter sampai dengan meter. Kemampuan jangkauannya mencakup seluruh dunia
dan dapat digunakan banyak orang setiap saat pada waktu yang sama (Abidin,H.Z,
1995).
Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS adalah perpotongan ke belakang
dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang
koordinatnya telah diketahui seperti gambar berikut :
Gambar 3.8 Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS [Abidin,H.Z, 1995]
III - 17
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 18
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
0,092*(ea)^0.5)*(0,10+0,90*n/N)]+
c/(O+c)*[0,35*(1+0,54*u)*(es-ea)]
Analisa Perhitungan Data Hidrologi
1. Uji konsistensi data hujan
Jika data hujan tidak konsisten yang diakibatkan oleh berubahnya atau
terganggunya lingkungan di sekitar tempat di mana alat ukur penakar
hujan dipasang, misalnya antara lain karena terlindung oleh
pohon, terletak berdekatan dengan gedung tinggi, perubahan cara
penakaran dan pencatatannya, pemindahan letak penakar hujan dan
sebagainya, maka seolah- olah terjadi penyimpangan terhadap trend
data hujan yang semula atau sebenarnya.
Oleh karena itu maka pengujian konsistensi data hujan perlu dilakukan.
Dan hal tersebut dapat diselidiki dengan menggunakan metode seperti
dijelaskan di bawah ini.
Metode Rescaled Adjusted Partial Sums
Dipakai untuk mengatasi ketidakkonsistenan suatu data hujan dari
suatu stasiun dengan data hujan dari stasiun itu sendiri,
dengan cara mendeteksi pergeseran nilai rata-rata (mean). Data
hujan yang tidak konsisten sering terjadi akibat beberapa hal
seperti:
Alat diganti dengan alat yang berspesifikasi lain
Perubahan lingkungan yang mendadak
Lokasi pencatatan data hujan dipindahkan
Rumus yang digunakan:
Sk* = (Yi – Yrerata)2
Sk** = Sk* / Dy
Dy2 = (Yi – Yrerata)2 / n
Q = Sk**maks
R = Sk**mak - Sk**min
Tabel 3.1 Nilai Q / n0,5 dan R / n 0,5
0,5 0,5
N Q/n R/n
90% 95% 99% 90% 95% 99%
10 1,050 1,140 1,290 1,210 1,280 1,380
20 1,100 1,220 1,420 1,340 1,430 1,600
30 1,120 1,240 1,480 1,400 1,500 1,700
III - 19
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
Metode Uji F
Uji F dengan analisa variansi yang bersifat dua arah, dengan
hipotesa sebagai berikut:
Hipotesa 1 : H0 = hujan homogen dari bulan ke bulan
H1 = hujan tidak homogen dari bulan ke
bulan
Hipotesa 2 : H0 = hujan homogen dari tahun ke tahun
H1 = hujan tidak homogen dari tahun ke
tahun
Ada dua F score dihitung dengan rumus-rumus
berikut :
F1 = [(n-1). n (X’i – X’)2] / (Xij – X’i – X’j +
X’)2] F2 = [(k-1). k (X’j – X’)2] / (Xij – X’i –
X’j + X’)2]
dimana :
X’i = Harga rata-rata untuk bulan i
X’j = Harga rata-rata untuk tahun j
X’ = Harga rata-rata untuk keseluruhan
Xij = Harga pengamatan untuk bulan j pada tahun j
n = Banyaknya pengamatan perbulan (tahun)
k = Banyak bulan
H0 diterima jika harga F hitung < F kritis
H0 ditolak jika harga F hitung > F kritis
III - 20
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
Reduced Reduced
Tr (tahun) Tr (tahun)
Variate Variate
III - 21
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5157 0.5181 0.5202 0.5220
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5283 0.5296 0.5309 0.5320 0.5332 0.5343 0.5353
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5402 0.5410 0.5418 0.5424 0.5430
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5458 0.5463 0.5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5511 0.5515 0.5518
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.9496 0.9676 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0316 1.0411 1.0493 1.0565
20 1.0628 1.0696 1.0754 1.0811 1.0864 1.0915 1.0961 1.1004 1.1047 1.1086
30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1285 1.1313 1.1339 1.1363 1.1388
40 1.1413 1.1436 1.1458 1.1480 1.1499 1.1519 1.1538 1.1557 1.1574 1.1590
50 1.1607 1.1623 1.1638 1.1658 1.1667 1.1681 1.1696 1.1708 1.1721 1.1734
60 1.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.1824 1.1834 1.1844
70 1.1854 1.1863 1.1873 1.1881 1.1890 1.1898 1.1906 1.1915 1.1923 1.1930
80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1959 1.1967 1.1973 1.1980 1.1987 1.1994 1.2001
90 1.2007 1.2013 1.2020 1.2026 1.2032 1.2038 1.2044 1.2049 1.2055 1.2060
Sumber : Jaromir Nomec, 1973
III - 22
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 23
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 24
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
1 1
log x= +k
log x (S log x)
III - 25
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
Uji Kecocokan
Untuk menentukan kecocokan (the goodness of fit test) distribusi
frekuensi dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang
diperkirakan dapat menggambarkan/ mewakili distribusi
frekuensi tersebut diperlukan pengujian parameter.
Uji Chi-Kuadrat
Uji chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah
persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapot mewakili
dari distribusi statistik sampel data yang dianalisis.
Pengambilan keputusan uji ini
III - 26
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
x2
Derajat Bebas (dk) 0.200 0.100 0.050 0.010 0.001
III - 27
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
n > 50 1. 07 1. 22 1 .3 6 1 .6 3
0,5 0,5 0,5 0,5
n n n n
5. Hujan Netto
Hujan netto adalah bagian dari curah hujan total yang menghasilkan
limpasan langsung (direct run-off).
Limpasan langsung ini terdiri dari limpasan permukaan (surface run-off)
III - 28
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
dan aliran antara atau interflow (air yang masuk ke dalam lapisan tipis di
bawah permukaan tanah dengan permeabilitas rendah, yang keluar
lagi ditempat yang rendah dan berubah menjadi limpasan permukaan).
Rn c R
dimana :
Rn = hujan netto (mm/hari)
c = koefisien pengaliran
R = curah hujan harian rancangan maksimum (mm/hari)
III - 29
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 30
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
b) Analisa Sedimentasi
Untuk kepentingan analisis, digunakan metode empiris untuk
memperkirakan besarnya erosi yaitu metoda Universal Soil Loss Equation (USLE).
Persamaan ini digunakan untuk memperkirakan rata-rata kehilangan tanah
tahunan disamping untuk mengevaluasi pengaruh dari upaya-upaya konservasi
maupun perbedaan pola tanam dan pengelolaanya pada tanah pertanian. Metode
USLE hanya dapat digunakan untuk menghitung dalam jangka panjang rata-rata
erosi lapisan/lembar dan erosi sebenamya. Erosi alur dan erosi saluran tidak
dapat diihitung dengan metode tersebut. Perkiraan laju erosi dalam satuan ton/ha
diberikan untuk jenis tanah tertentu, dengan kemiringan tertentu dan penggunaan
tanah tertentu termasuk upaya-upaya konservasinya.
Persamaan USLE adalah debagai berikut :
A = R x K x (LS) x (LM)
dimana:
A = kehilangan tanah (ton/ha)
R = indek erosivitas tanah
K = indek erodibilitas tanah
LS = panjang kemiringan/parameter kemiringan
LM = parameter penggunaan tanah dan pengelolaarmya
Meskipun persamaan USLE cukup sederhana sebagai model yang tetap,
namun diperlukan data yang baik menyangkut data hujan, vegetasi/penggunaan
lahan dan kondisi tanah untuk dapat dikalibrasikan dengan model.
1. Erosivitas Hujan
Kehilangan tanah dari lahan pertanian merupakan akibat dari hujan tunggal
yang secara langsung berhubungan dengan total energi kinetik dari hujan (E) dan
intensitas maksimum di atas 30 menit (I30)- Untuk mendapatkan rata-rata hujan
pada waktu yang panjang. Nilai R dari hujan tunggal diasumsikan dan dibagi
dengan jumlah tahun pengamatan.
Menurut Bols (1978) perkiraan hubungan untuk menghitung R :
R = 6.12 Pm 1.21 x N-0.47x Pmax 0.53
dimana:
Pm = curah hujan rata-rata bulanan (cm)
N = jumlah rata-rata hari hujan per bulan
Pmax = rata-rata hujan maximum selama 24 jam perbulan (cm)
III - 31
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
Gambar 3.9 Hubungan antara rata-rata hujan tahunan dan faktor erosivitas R (Sumber
BTA 155)
III - 32
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
Kapasitas infiltrasi tergantung pada distribusi ukuran pori dan stabilitas pori.
Dengan agregat tanah yang baik biasanya mempunya ruang pori yang besar dan
terbuka pada saat periode basah. Kelebihan air memudahkan pengangkutan
subsoil, dan disini aliran permukam tanah bias dikurangi. Kandungan karbon
organic di dalam tanah merupakan hal yang penting sebab berpengaruh pada
stabilitas agregat. Tanah dengan kandungan bahan organik kurang dari 2%
bersifat mudah tererosi.
Indek erodibilitas tanah K memberikan batasan kuantitatif dari kemampuan
tanah memberikan perusakan dan pengangkutan. Indek menyatakan sejumlah
tanah tererosi dari plot standar per bagian erosivitas hujan. Faktor erodibilitas
tanah dapat ditentukan dari plot standard erosi yang mana K dinyatakan dalam
ton/ha per unit dari erosivitas hujan. Faktor erodibilitas plot standard erosi berkisar
antara 0 dan 0.7 untuk tanah-tanah tropis. Kebanyakan nilai K berkisar antara
0.05 sampai 0.35. Umumnya kebanyakan tanah-tanah yang diipegaruhi oleh iklim
(Oxisols and Ultisols) kurang mudah tererosi daripada tanah-tanah yang tidak
dipengaruhl oleh iklim (Alfisols, Arldisols, Mollisols and Vertisols). Berdasarkan
nilai yang diberikan untuk berbagai type tanah faktor K dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
Tabel 3.12 Hubungan Klas tanah dan Nilai K
Klas Nilai K
Rendah <0.15
Sedang 0.15 - 0.25
Tinggi >0.25
Sumber : Hamer,1990
Secara umum faktor K berhubungan dengan tipe tanah dan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
III - 33
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 34
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
b. Tingkatan Pengelolaan
III - 35
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 36
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
mempunyai nilai yang rendah yakni 0,05. Upaya konservasi dapat diabaikan,
dengan demikian nilai faktor M dapat dianggap sama dengan 1.
Sawah : Untuk sawah tidak mungkin untuk membuat perbedaan antara faktor L
dan M. Untuk kombinasi, faktor LM sebesar 0,01 dapat digunakan.
Pertanian non lrigasi : Untuk tanah pertanian non irigasi termasuk berbagai jenis
tanaman, tumbuh terpisah atau antar tanaman, nilai faktor penggunaan tanah
sebesar 0,50 dapat digunakan. Faktor pengelolaan untuk berbagai kelas
kemiringan dan tingkat pengelolaan diberikan sebagai berikut:
Tabel 3.15 Hubungan Tingkat Pengelolaan dan Faktor Pengelolaan-non irigasi.
Tingkat Faktor Pengelolaan
Pengelolaan kemiringan kemiringan kemiringan kemiringan
0 - 2% 2 -15% 15 -40% >40%
Sangat 0.620 0.660 0.790 0.880
Rendah 0.220 0.290 0.460 0.620
Sedang 0.890 0.125 0.191 0.273
Tinggi 0.023 0.039 0.060 0.087
Optimal
Sumber : Abdurrachman et al. (1984)
Kebun Campuran : Tanaman yang tumbuh dalam kebun campuran secara
esensial sama dengan tanaman pada pertanian non irigasi, namun secara umum
tanaman mempunyai kepadatan penutupan yang lebih dan bercampur baur
dengan pohon-pohonan. Sebagai hasil penutupan tajuk tanaman yang lebih tinggi
dan produksi bahan organik (mulsa) faktor L untuk kebun campuran lebih rendah
dibanding dengan lahan non irigasi. Faktor L sebesar 0.25 dapat diasumsikan.
Pilihan pengelolaan untuk kebun campuran dibandingkan dengan pertanian
non irigasi diberikan sesuai daftar di atas.
Perkebunan : Untuk perhitungan rata-rata pada perkebunan, faktor L sebesar 0,45
dapat digunakan. Faktor M untuk berbagai klas kemiringan dan tingkat
pengelolaan ditunjukkan pada Tabel berikut :
Tabel 3.16 Hubungan Tingkat Pengelolaan dan faktor Pengelolaan-perkebunan
Tingkat Faktor Pengelolaan
Pengelolaan kemiringan kemiringan kemiringan kemiringan
0 - 2% 2 -15% 15 -40% >40%
Sangat 0.500 0.565 0.635 0.712
Rendah 0.104 0.146 0.192 0.260
Sedang 0.010 0.023 0.044 0.075
Tinggi 0.003 0.004 0.005 0.007
Optimal
Sumber : Abdurrachman et al. (1984)
III - 37
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 38
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
diukur secara mudah, narnun pengukuran yang akurat dari bed load transport
merupakan masalah.
Berdasarkan distribusi ukuran partikel dari bed load, pengambilan sample
yang tidak terbawa dari sungai, kontribusi bed load dapat diperkirakan. Kontribusi
ini berkisar antara 10-30 %. Bila tidak ada data tersedia dari bed load, dapat
dipakai koreksi sebesar 10-15 %.
Pengambilan sampel sedimen dan pengukuran debit biasanya diambil
selama aliran rendah dan sedang. Pada keadaan debit tinggi pengukuran sulit
dilakukan dan sering tidak dilakukan. Hal ini menandakan bahwa sebagian rating
curve debit diextrapolasikan dan dapat keliru/salah untuk debit yang tinggi.
Apabila persentase pengangkutan sedimen sangat besar selama periode pendek
kenaikan permukaan air selama banjir, demikian juga ketika konsentrasi sedimen
mungkin 5-10 kali lebih tinggi dari pada debit yang sama selama tahap penurunan
dan lebih dari pada 100 kali lebih tinggi dari konsentrasi yang diamati selama
aliran rendah maupun aliran sedang sedang, maka kemungkinan terjadi
kesalahan dari ketidakakuratan rating curve yang diekstrapolasi. Bagaimanapun
juga sampling selama tahap peningkatan dan debit puncak adalah penting dan
rating curve sedimen untuk peningkatan dan penurunan seharusnya dapat dibuat.
Membandingkan informasi besarnya sedimen dari berbagai sumber yang
berbeda biasanya sulit dilakukan, pada kenyataannya realibilitas data tergantung
pada banyak dan macam teknik pengambilan sampel yang digunakan maupun
frekuensi pengambilan sampel. Beban sedimen biasanya tidak dihitung dari
kedalaman sample yang diambil dari berbagai titik di dalam penampang melintang
sungai. Kadang-kadang hanya sampel dari satu tempat dan penampang
melintang sungai tempat dimana pengambilan itu tidak dikoreksi untuk
kemungkinan terjadinya kesalahan pengambilan sampel.
Masalah lain yang dihadapi adalah kendala anggaran sering frekuensi
pengambilan sampel amat terbatas. Sebab konsentrasi sedimen tinggi dan debit
hanya tadi. Selama periode yang singkat (lebih dari 80 % sedimen load tahunan
dapat dibawa dibawah waktu 1%). Akibat teknik pengambilan yang tidak sesuai
maupun ketidaktelitian rating curve menyebabkan perkiraan sedimen melebihi
sekitar 60%.
III - 39
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 40
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 41
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 42
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 43
Laporan Pendahuluan
Penyusunan Manual OP Bangunan Pengendali Sedimen
III - 44