Anda di halaman 1dari 20

1

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGGULANGI BANJIR DI KOTA


PALEMBANG
Oleh : Anggi Anggraini ,Khofifah Dekriana Putri ,Khonsa Syadanna,
Nadysa Aulia F,Yohanes Christian Marbun
Jurusan Akuntansi Sektor Publik , Fakultas Akntansi, Politeknik Negeri Sriwijaya

ABSTRAK
Kepala Stasiun Klimatologi dan Geofisika Kelas 1 Palembang Wandayantolis
mengatakan sebagian besar wilayah Sumatera Selatan diprakirakan mengalami
peningkatan curah hujan mulai dari September-Oktober 2021 sampai dengan
akhir triwulan pertama 2022. Palembang adalah kota rawa, namun rawa banyak
ditimbun untuk membangun perumahan. Pembangunan kota kurang melihat
rencana strategis, seharusnya di daerah rawa tidak boleh dilakukan
pembangunan disana. Ruang terbuka hijau juga tidak standar 30%. Seharusnya
10 ribu ruang terbuka hijau, saat ini hanya 3600 saja. Sangat kurang sekali
wilayah resapan , Kebijakan pemerintah belum taat undang-undang penataan
ruang, peran pemerintah perlu ditingkatkan lagi. Maka dari itu, Agar
penanggulangan banjir lebih integratif dan efektif, diperlukan tidak hanya
koordinasi di tingkat pelaksanaan, tetapi juga di tingkat perencanaan
kebijakan,Tujuan kajian ini adalah untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan
dalam penanggulangan banjir dan memahami kebijakan pemerintah dalam
menanggulangi bencana banjir dikota. Metode penelitian ini adalah melakukan
observasi lapangan dan mereview data sekunder yang berupa buku laporan dan
artikel dari jurnal. Kesimpulan dari kajian ini adalah bagaimana kebijakan
bencana banjir di kota Palembang . berdasarkan kajian direkomendasikan Dalam
rangka memulihkan dan mendayagunakan sungai dan pemeliharaan kelestarian
DAS, maka rekomendasi ke depan perlu disusun kebijakan (peraturan)
pemerintah yang mengatur tentang pengelolaan DAS terpadu.
PENDAHULUAN
Banjir merupakan suatu Persoalan banjir seolah sudah
masalah yang rentan mengancam menjadi tradisi tahunan yang wajib
bagi kota-kota besar di Indonesia dirasakan apabila musim penghujan
yang memiliki laju pertumbuhan tiba seperti halnya banjir besar yang
penduduk yang jauh lebih pesat baru-baru ini terjadi di kota
dibandingkan pertumbuhan Palembang. Genangan yang cukup
penduduk masyarakat desa. tinggi di jalan Kemang Manis Kota
Palembang mengakibatkan
2

kendaraan tidak bisa lewat, sehingga perkembangan pembangunan Kota


aktivitas sehari-hari masyarakat Palembang yang mereklamasi lahan
terganggu dan bahkan harus di wilayah rawa ini mengakibatkan
hentikan untuk sementara waktu peningkatan intensitas bencana
sampai genangan normal seperti banjir yang terjadi. Hal ini membuat
semula. daerah ini rentan terhadap bencana
Banyaknya rawa yang banjir dan menjadi dataran banjir
ditimbun menyebabkan air yang yang baru.
seharusnya ditampung oleh rawa Banjir di kawasan tepian sungai
akan beralih ke bagian perkotaan Musi Palembang.
lainnya (seperti jalan, drainase, Daerah tepian sungai Musi
permukiman, dan lainnya) yang lebih yang padat penduduknya sering
rendah, sehingga menyebabkan terdampak banjir di setiap tahunnya.
banjir di lokasi-lokasi tertentu. Hal ini Banjir di kawasan tepian sungai Musi
juga diperburuk dengan karakteristik yang memiliki kepadatan tinggi
topografi Kota Palembang yang dengan drainase yang buruk dengan
relatif rendah, yaitu sekitar 0-20 timbunan sampah yang banyak salah
mdpl. Kota Palembang sebagian satu akibat dari padatnya penduduk
besar terdiri dari daerah berawa yang dan kurangnya pengetahuan
rentan terhadap bencana banjir masyarakat tentang bencana banjir.
terutama ketika musim hujan datang. Awal September 2021 banjir
Sebagai contoh, berkurangnya merendam jalan protokol Kapten A
kawasan berkurangnya daerah Rivai Palembang.
resapan di sekitar perumahan Seperti yang terjadI Rabu
Polygon mengakibatkan daerah ini (1/9) lalu. Kota Palembang,
menjadi daerah genangan air dan Sumatera Selatan dikepung banjir.
bahkan terdampak bencana banjir. Setelah hampir tiga jam hujan
Oleh karena itu, kondisi ini membuat melanda ibu kota Provinsi Sumatera
Kota Palembang sangat berpotensi Selatan ini.Banjir yang mengepung
terkena dan terancam bencana Palembang membuat jalanan, rumah
banjir. penduduk dan kawasan publik
Kejadian Bencana Banjir di Kota menjadi kebanjiran. Misalnya di jalan
Palembang protokol Kapten A Rivai Palembang,
Bencana banjir pada awalnya sejumlah kendaraan terjebak
mengenangi daerah pinggiran Kota banjir.Banjir menerjang jalan
Palembang yang sebagian besar protokol, membuat pengendara
wilayahnya berupa rawa. Namun, terutama roda dua menjadi kesulitan
3

melintas. Belum lagi saluran air yang drainage pump dengan kapasitas
tersumbat membuat banjir makin 6.000 ltr/detik yang diklaim dapat
dalam dan menyulitkan warga. mengurangi genangan sebesar 245
Hujan ini, membuat Palembang Ha.Namun pada hari itu, pompa tidak
dikepung banjir. Hujan di awal berjalan maksimal. Padahal, Sungai
September yang berlangsung lebih Bendung berada di tengah kota
dari lima jam itu membuat sejumlah Palembang. Posisinya inilah yang
wilayah kota Palembang terendam. menjadi alasan dibangunnya pompa
Tidak hanya wilayah yang biasa dengan tujuan mengurangi air yang
menjadi langganan, seperti simpang menggenangi sebagian besar
lima DPRD Sumsel, Simpang Polda, wilayah kota Palembang itu. Hanya
Jl Veteran, Jl Kol H Barlian, Jl saja, hadirnya pompanisasi ini belum
Demang Lebar Daun dan beberapa menjawab bagaimana cara
ruas jalan lain, tetapi juga kini mengatasi wilayah banjir atau
genangan air besar sudah terlihat di genangan yang telah meluas. Tidak
kawasan Kambang Iwak. Genangan hanya di tengah kota tetapi juga telah
air yang diistilahkan warga sebagai sampai ke wilayah pinggiran kota
banjir ini, meluas dari sebelumnya di Palembang.
beberapa wilayah di pusat kota, kini Banjir yang terjadi di Jalan
telah menyasar pula ke wilayah Kemang Manis Kecamatan ilir
pinggiran. Pompanisasi Tidak Barat II Palembang
Maksimal Banjir yang terjadi di jalan
Pemkot Palembang Kemang Manis Kota Palembang ini
sebetulnya memiliki Pompa merupakan masalah yang sangat
Pengendali Banjir Sub Daerah Aliran mengganggu warga di sekitarnya,
Sungai (DAS) Bendung Kota genangan terjadi diakibatkan
Palembang yang selesai meluapnya air dari saluran drainase
pembangunannya pada akhir tahun dikarenakan saluran tidak dapat
2019. Pompa ini dibangun dengan menampung volume air yang
tujuan mengurangi banjir kota melampaui kapasitas jika curah
Palembang di SUB DAS Bendung. hujan yang sangat tinggi sehingga
Sistem Pengendali Banjir Kota mengakibatkan banjir di kawasan
Palembang ini dilengkapi dengan tersebut..
kolam retensi dengan tampungan Faktor-faktor penyebab terjadinya
sebesar 50.000 m3 dan pintu air banjir
otomatis. Pompanya sendiri memiliki Intensitas Curah hujan yang
spesifikasi tipe pompa submersible sangat besar, kondisi saluran yang
4

tidak berfungsi dengan baik, dimensi pemerintah


saluran yang ada tidak besar dan mengabaikan,bagaimana upaya
jumlah tumpukan sedimen. dan pemerintah dalam upaya
sampah menyumbat pencegahan dan pengendalian banjir
saluran.penyebab banjir di jalan dikota palembang dan apa saja
Kemang Manis Kecamatan ilir Barat kendala pemerintah dalam upaya
II Palembang diketahui sudah tidak mengendalikan banjir
mampu lagi menampung debit air Kebijakan
hujan yang tinggi karena Kebijakan publik menurut
penumpukan sedimen dan sampah Thomas Dye ialah apa pun pilihan
yang menyumbat saluran, sehingga pemerintah untuk melakukan atau
untuk mengatasi banjir perlu tidak melakukan (whatever
dilakukan dinormalisasi dengan governments choose to do or not to
pengerukan endapan dan sampah, do) (dalam Subarsono, 2016: 2).
dan untuk antisipasi jangka panjang Definisi dari Dye tersebut
diperlukan sistem aliran drainase memuat setidaknya prasyarat
baru agar aliran air hujan dapat sebuah kebijakan, yakni pertama,
mengalir dengan baik. kebijakan harus diputuskan dan
Agar penanggulangan banjir lebih diimplementasikan oleh pemerintah,
integratif dan efektif, diperlukan tidak bukan organisasi swasta; dan kedua,
hanya koordinasi di tingkat kebijakan harus mengandung pilihan
pelaksanaan, tetapi juga di tingkat akan dilakukan atau tidak dilakukan
perencanaan kebijakan Atas oleh lembaga pemerintah tersebut.
pertimbangan tersebut kami Lain hal dengan Anderson (dalam
mengkaji kebijakan penanggulangan Koryati, 2004:7), kebijakan publik
banjir dengan judul ”KEBIJAKAN menurutnya merupakan
PEMERINTAH DALAM pengembangan dari kebijakan yang
MENANGGULANGI BANJIR DI dilakukan oleh institusi pemerintah
KOTA PALEMBANG” dan aparaturnya. Definisi tersebut
Tujuan penulisan yaitu untuk menjelaskan bahwa:
mengetahui apa saja faktor 1) pemerintah selalu mempunya
penyebab banjir dikota tujuan tertentu yang ingin dicapai;
palembang,kebijakan apa saja yang 2) kebijakan selalu merupakan
sudah dilakukan pemerintah dalam tindakan-tindakan yang dilakukan
mengatasi banjir dikota pemerintah;
palembang,bagaimana dampak 3) kebijakan ialah apa yang
banjir dikota palembang apabila benar-benar dilakukan pemerintah;
5

4) kebijakan bersifat positif, 3) stabilisasi politik guna


dalam arti merupakan keputusan menopang pembangunan negara;
pemerintah untuk melakukan 4) memperkuat negara dan
sesuatu; memperkuat pasa
5) kebijakan didasarkan pada Penanggulangan Bencana
peraturan perundang-undangan Konsep penanggulangan
serta bersifat memaksa. bencana telah mengalami
Adapun dalam konteks penelitian ini, pergeseran paradigma, dari yang
definisi kebijakan publik yang dipakai sebelumnya paradigma
ialah, seperti dikutip Handoyo (2012: konvensional menjadi paradigma
10), Friedrich menjelaskan kebijakan holistik (BNPB, 2007:5). Paradigma
tindakan seseorang, kelompok, atau konvensional memandang bencana
pemerintah dalam suatu lingkungan sebagai suatu peristiwa atau
tertentu yang menyediakan rintangan kejadian yang tak terelakkan
sekaligus kesempatan di mana sehingga berfokus pada pertolongan
kebijakan yang diajukan dapat pada korban serta menjadikan
dimanfaatkan untuk mengatasi penanggulangan lebih bersifat
usaha mencapai tujuan atau (memberi) bantuan dan kedaruratan.
merealisasikan tujuan dan sasaran. Adapun paradigma holistik, atau bisa
Secara lebih lanjut, Nugroho disebut paradigma mitigasi, ialah
menjelaskan bahwa dalam kebijakan suatu pandangan yang
publik ialah suatu cara untuk memperhatikan sudut pandang
mencapai tujuan masing-masing teknis dan ilmiah, lantas dipadukan
lembaga negara, dan dalam konteks dengan faktor-faktor sosial, ekonomi,
negara berkembang seperti di dan politik dalam perencanaan
Indonesia, tujuan yang lebih relevan penanggulangan bencana.
ialah menyangkut manajemen Penanggulangan bencana menjadi
sumber daya (2014: 56). Manajemen lebih urgen dibutuhkan di masa kini
tersebut terjabarkan dalam empat lantaran dunia menatap lebih banyak
tujuan, yakni ancaman (Carter, 2008: 4). Ancaman
1) mendistribusikan sumberdaya bencama alam seperti gempa bumi,
nasional, yang mencakup redistribusi angin topan, gunung berapi, tsunami,
dan absorpsi sumber daya; kebakaran hutan, dan sebagainya
2) meregulasi, meliberalisasi, dan hanya disebut “bencana tradisional”.
menderegulasi segala hal Belakangan, muncul ancaman
menyangkut pengelolaan sumber bencana baru yang melibatkan
daya; perkembangan peradaban umat
6

manusia. Terorisme, konflik sosial, terencana, terpadu, terkoordinasi,


atau pembajakan ialah contoh dan menyeluruh
bencana yang terjadi di level d. Menghargai budaya lokal
manusia. Di luar itu, bencana akibat e. Membangun partisipasi dan
perkembangan teknologi seperti kemitraan publik serta swasta
nuklir, wabah penyakit, hingga apa f. Mendorong semangat gotong
yang kita kenal sebagai “darurat royong, kesetiakawanan, dan
iklim” atau “pemanasan global”. kedermawanan
Pengertian penanggulangan g. Menciptakan perdamaian dalam
bencana sendiri termaktub dalam kehidupan bermasyarakat,
Undang-Undang nomor 24 tahun berbangsa, dan bernegara
2007 bab 1 pasal 1, yakni Menurut hasil penelitian Pusat Studi
serangkaian upaya yang meliputi Bencana UGM Yogyakarta (2002)
penetapan kebijakan pembangunan dalam Tarjono (1996), pelaksanaan
yang berisiko timbulnya bencana, penanggulangan bencana banjir
kegiatan pencegahan bencana, harus melewati tiga tahap utama,
tanggap darurat, dan rehabilitasi. yatu:
Adapun menurut Hyogo Framework Tahap sebelum bencana
for Action (2005) ialah seluruh Hampir semua bencana terjadi
kegiatan yang meliputi aspek secara mendadak atau tiba-tiba,
perencanaan dan penanggulangan meskipun beberapa langkah mitigasi
bencana, pada sebelum, saat, dan telah ditemukan seperti peringatan
sesudah terjadi bencana, mencakup sebelum terjadi gempa, gunung
pencegahan, mitigasi, berapi, atau tsunami. Oleh karena itu,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan daerah dengan riwayat bencana
pemulihan. kelam harus “mempersiapkan diri”
Pada pasal 4 UU 24/2007 tersebut, untuk menghadapi bencana
tujuan penanggulangan bencana berikutnya.
ialah sebagai berikut. Ada 4 kegiatan pokok yang
a. Memberikan perlindungan kepada harus dilaksanakan secara lintas
masyarakat dari ancaman bencana sektoral oleh pelaksana, meliputi:
21 1) Pembuatan peta rawan banjir
b. Menyelaraskan peraturan- 2) Sosialisasi peta daerah rawan
peraturan perundang-undangan banjir dan pemberdayaan
yang sudah ada masyarakat
c. Menjamin terselenggaranya 3) Pelatihan pencegahan dan
penanggulangan bencana secara mitigasi banjir
7

4) Sistem peringatan dini 2) Rehabilitasi lahan dan


konservasi
Tahap bencana terjadi 3) Penanganan pengungsi
Penangangan saat (atau Banjir
sesaat setelah) bencana terjadi Beberapa faktor penyebab
merupakan semua kegiatan yang banjir menurut Kodoatie (2002: 78)
ditujukan untuk menyelamatkan secara umum bisa dibagi menjadi
korban manusia dan harta benda. dua, yakni sebab-sebab alami dan
Pada tahap ini juga terdapat sebab tindakan manusia. Penyebab
pendataan korban dan jumlah alami banjir meliputi:
kerugian material. 1. Pengaruh air pasang Air
Ada 5 kegiatan pokok yang harus pasang laut memperlambat aliran
dilaksanakan secara lintas sektoral sungai ke laut. Jika banjir datang di
oleh pelaksana, meliputi: saat bersamaan dengan air pasang,
1) Pencarian dan pertolongan maka genangan akan lebih meninggi
(SAR) karena terjadi aliran balik
2) Kaji bencana dan kebutuhan (backwater).
bantuan 2. Curah hujan Sebagai negara
3) Bantuan kesehatan dengan iklim tropis, Indonesia akan
4) Bantuan penampungan dan mengalami separuh tahun dengan
pangan curah hujan yang cukup tinggi. Hal
5) Bantuan air bersih dan tersebut akan menyebabkan
sanitasi pemenuhan kapasitas sungai, yang
Tahap setelah bencana jika sampai melebih tebing sungai, air
Bentuk penanganan setelah akan meluap dan menggenangi
bencana dilakukan tanpa batas daratan di sekitarnya.
waktu. Bantuan kemanusiaan 3. Pengaruh fisiografi Fisiografi
dilakukan sesaat setelahnya, atau geografi fisik sungai seperti
sedangkan rehabilitasi korban dan bentuk, fungsi, dan kemiringan
rekonstruksi infrastruktur dilakukan daerah pengaliran sungai (DPS),
beberapa saat setelah bencana kemiringan sungai, geometrik hidrolik
terjadi. (bentuk penampang seperti lebar,
Ada 4 kegiatan pokok yang harus kedalaman, potongan memanjang,
dilaksanakan secara lintas sektoral dan material dasar sungai), lokasi
oleh pelaksana, meliputi: sungai, dan lain-lain.
1) Pengkajian dampak banjir 4. Erosi dan sedimentasi 28
Erosi dan sedimentasi di DPS
8

berpengaruh terhadap pengurangan 2. Kawasan kumuh Kawasan


kapasitas penampang sungai karena kumuh yang berjajar di sepanjang
akan mengurangi kapasitas saluran tepian sungai merupakan salah satu
sehingga timbul genangan dan banjir penghambat aliran sungai. Luas
di sungai. penampang sungai akan berkurang
5. Menurunnya kapasitas sungai akibat pemanfaatan bantaran untuk
Pengurangan kapasitas aliran banjir permukiman kumuh warga. Masalah
pada sungai dapat disebabkan oleh kawasan kumuh di tepian sungai ini
pengendapan yang berasal dari erosi lebih banyak terjadi di wilayah
DPS dan erosi tanggul sungai yang perkotaan.
berlebihan dan sedimentasi di sungai 3. Sampah Ketidakdisiplinan
akibat tidak adanya vegetasi penutup masyarakat dengan membuang
dan penggunaan lahan yang tidak sampah langsung ke sungai
tepat. merupakan salah satu kebiasaan
6. Kapasitas drainase yang tidak buruk yang membuat aliran sungai
memadai Tingkat penyerapan air menjadi terhambat.
oleh tanah yang tidak maksimal 4. Bendung dan bangunan lain
dapat mengakibatkan air terlalu lama Bendung dan bangunan lain seperti
menggenang di daratan. Diperlukan pilar jembatan dapat meningkatkan
jenis tanah yang tepat untuk elevasi muka air karena konstruksi
menciptakan sistem drainase yang buatan manusia tersebut memakan
maksimal, atau kalau tidak, perlu sebagian tempat yang seharusnya
membangun instalasi drainase diisi sebagian volume air.
berupa lubang-lubang biopori, atau 5. Kerusakan bangunan
sistem drainase buatan lainnya. pengendali banjir Pemeliharaan yang
Adapun penyebab banjir akibat kurang memadai terhadap bangunan
faktor manusia meliputi: pengendali banjir dapat
1. Menurunnya fungsi Daerah menimbulkan kerusakan dan
Aliran Sungai Bagian hulu sungai akhirnya menjadi tidak berfungsi,
sebagai daerah resapan Daerah yang lantas amat berpotensi malah
Aliran Sungai (DAS) bisa mengalami meningkatkan kuantitas banjir.
degradasi fungsi jika mengalami 6. Perencanaan sistem
berbagai rintangan seperti pengendalian banjir yang tidak tepat
penggundulan hutan, teknik agraria Beberapa sistem pengendalian banjir
yang kurang tepat, perluasan kota, mungkin dapat mengurangi dampak
perubahan tata guna lahan, dan negatif banjir dalam taraf kecil hingga
sebab-sebab lainnya. besar. Akan tetapi, perencanaan
9

yang tidak tepat bisa saja malah Ahmad Syarif dan kawan-kawan
membuat sistem tersebut. (2014) tentang komunikasi dan
Penelitian Relevan informasi pada implementasi
Erwin Agus Widiyanto dan kebijakan penyelenggaraan bencana
kawan-kawan (2016) tentang di Kota Makassar. Penelitian tersebut
penyelenggaraan penanggulangan berfokus pada tiga indikator penting
bencana di Kabupaten Magelang. dalam komunikasi dan informasi
Penelitian tersebut berpijak pada penyelenggaraan bencana, yakni
implementasi kebijakan berdasarkan koordinasi dengan pihak-pihak
Peraturan Daerah no. 3 Tahun 2014 terkait, integrasi perangkat
tentang Penyelenggaraan komunikasi masing-masing pihak
Penanggulangan Bencana. terkait, dan sinkronisasi program
Pemerintah Kabupaten Magelang penyelenggaraan penanggulangan
telah melakukan implementasi awal bencana dari masing-masing pihak
Perda tersebut dengan membentuk terkait. Penelitian tersebut
Badan Penanggulangan Bencana menyimpulkan urgensi komunikasi
Daerah (BPBD). Akan tetapi, BPBD dan informasi dalam
Kabupaten Magelang masih penanggulangan bencana, tetapi
mengalami keterbatasan personil, belum mendapat perhatian
dengan pegawai negeri sipil yang sepenuhnya dari semua pihak
diberdayakan belum berjumlah penyelenggara penanggulangan
sesuai yang dimandatkan Perda. bencana. Penelitian tersebut relevan
Selain itu, implementasi Perda juga dengan penelitian ini, terutama
belum menyentuh pembentukan dalam fokus penelitian . Perbedaan
Lembaga Penanggulangan Bencana dengan penelitian ini terletak pada
Desa. Penelitian 34 tersebut relevan bahwa penelitian tersebut hanya
dengan penelitian dalam skripsi ini, menitikberatkan pada komunikasi
terutama terkait aspek implementasi dan informasi, tanpa menyentuh
penanggulangan bencana. lebih dalam terhadap implementasi
Perbedaan dengan penelitian dalam kebijakan yang dilakukan
skripsi ini ialah bahwa penelitian Pemerintah.
tersebut menyandarkan analisis METODE PENELITIAN
implementasi hanya pada kebijakan Metode penelitian ini adalah
berdasarkan suatu peraturan daerah melakukan observasi lapangan dan
dan bukan menganalisis bencana mereview data sekunder yang
banjir. berupa buku laporan dan artikel dari
jurnal.
10

Sugiyono (2012:137) mengatakan sangat tepat karena penelitian ini


bahwa pengumpulan data sekunder bertujuan untuk mengetahui
merupakan sumber yang tidak bagaimana kebijakan dan upaya
langsung bagi suatu kajian. Data penanggulangan banjir di Kota
sekunder yaitu data-data tertulis palembang. Kajian ini meliputi
yang digunakan sebagai informasi observasi dan analisis wilayah di 10
pendukung dalam analisis data kecamatan di Palembang yang
primer. Tipe kajian yang digunakan terdampak banjir. Alasan pemilihan
yaitu deskriptif dengan pendekatan lokasi tersebut, karena loksi tersebut
kualitatif. mengalami intensitas banjir cukup
Menurut David Williams sering dan sangat merugikan
(dalam Moleong,2011:5) penelitian masyarakat. Analisis dilakukan untuk
kualitatif adalah pengum- pulan kata mengetahui penyebab utama
dalam suatu latar alamiah, dengan terjadinya banjir dikota Palembang
menggunakan metode alamiah, dan ,dan mengetahui kebiajakan apa saja
dilakukan oleh orang atau peneliti yang telah dilakukan pemerintah kota
yang tertarik secara alamiah. Palembang mengenai banjir,Oleh
Bogdan dan Taylor (dalam sebab itu, perlu dilakukan kajian
Moleong, 2011:3) mengatakan strategi cara penanggulangan banjir
bahwa metode penelitian kualitatif agar kerusakan dan kerugian akibat
sebagai prosedur penelitian yang banjir dapat dikurangi.
menghasilkan data deskriptif berupa HASIL DAN PEMBAHASAN
kata-kata tertulis atau lisan dari Hasil Penlitian
orang-orang dan perilaku yang Faktor penyebab banjir dikota
diamati. palembang
Denzin dan Lincoln (dalam Hasil prakiraan probabilistik
Moleong, 2011:5) penelitian kualitatif Badan Meteorologi, Klimatologi dan
adalah penelitian yang Geofisika (BMKG), curah hujan di
menggunakan latar alamiah dengan Sumsel pada bulan September ini
maksud menafsirkan ke akan mengalami peningkatan. Tak
cenderungan yang terjadi dan terkecuali kota Palembang.Curah
dilakukan dengan jalan melibatkan hujan yang tinggi ini menjadi
berbagai metode yang ada. kekhawatiran tersendiri bagi warga
Berdasarkan beberapa Palembang. Banjir dan genangan air
pendapat di atas, penggunaan yang muncul, jadi permasalahan
metode review data sekunder dari berulang setiap musim penghujan
jurnal kualitatif dalam penelitian ini yang tak kunjung terselesaikan.
11

Selain karena faktor alam, Gandus, Kecamatan Kertapati,


banjir terjadi akibat keterlambatan kecamatan Seberang Ulu I,
pompanisasi sehingga kecamatan Seberang Ulu II,
penanggulangan awal banjir juga Kecamatan Plaju, Kecamatan Ilir
tidak optimal. dari kejadian tersebut, Barat II, Kecamatan Bukit Kecil,
untuk selanjutnya Pemkot Kecamatan Ilir Timur I, Kecamatan
Palembang berencana menambah Ilir Timur II, Kecamtan Kalidoni.
sejumlah pompa portable. Kecamatan tersebut menjadi salah
Diantaranya di kawasan Jalan satu kecamatan rawan banjir karena
Ahmad Yani, Jalan Urip Sumoharjo, terletak di pinggiran Sungai Musi dan
Jalan Kapten A Rivai, Jalan Veteran, banyak memiliki Daerah Aliran
Jalan RE Martadinata. Sungai (DAS) sehingga saat air
Salah satunya Pemkot akan Sungai Musi pasang dan hujan turun
melakukan penambahan kolam sebagian kawasan tergenang banjir.
retensi yang berlokasi di Keramasan Sampah, Gotong Royong dan
yang tidak jauh dari pembangunan Pandemi
Kantor Gubernur seluas 10 Tidak hanya membangun
Hektar.Berdasarkan Perda No.11 kolam retensi di dekat komplek
tahun 2012, Izin Reklamasi Rawa Perkantoran Keramasan, Kepala
(IRR) dikeluarkan oleh Wali Kota Dinas PUPR kota Palembang Ahmad
Palembang. Bastari juga menyebut perlu
Curah hujan di Kota Palembang kesadaran masyarakat agar tidak
termasuk tinggi, yaitu rata-rata 2.600 membuang sampah sembarangan di
mm/tahun dan cenderung saluran air.pendangkalan sungai
terdistribusi merata sepanjang tahun akibat dari 45,3% masyarakat yang
dengan persentase hari hujan rata- tinggal di pinggir sungai membuang
rata sebesar 48% per tahun (BMKG, sampah ke sungai. Alternatif
2020) dan luas wilayah 40.061 Ha penanggulangan yang
atau 400,61 km2 (BPS Kota direkomendasikan adalah,
Palembang, 2020). Tinggi nya curah rehabilitasi saluran sesuai dengan
hujan dan kondisi geografis debit, pengerukan sungai,
menyebabkan kota Palembang pembuatan kolam retensi, penertiban
rawan terhadap bencana banjir. bangunan liar yang berada di pinggir
Wilayah di Kota Palembang yang sungai, pengarahan kepada
rawan terhadap banjir adalah 10 masyarakat tentang kebersihan
kecamatan yang berada di tepian lingkungan sungai.
sungai musi yaitu Kecamatan
12

Pemkot Palembang pada banjirnya beberapa bagian di


sebetulnya memiliki Peraturan Kota Palembang.
Walikota (PERWALI) No.14/2019 Intervensi Pengendalian Banjir
tentang Pelaksanaan Gotong Ada beberapa kebijakan yang
Royong Tingkat Kota, Gotong dikeluarkan oleh pemerintah Kota
Royong Tingkat Kecamatan, Gotong Palembang dalam mengintervensi
Royong Mandiri Tingkat Rukun perubahan guna lahan dan
Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW). mengurangi risiko bencana banjir, di
Disamping pembangunan antaranya: pengendalian rawa,
yang harus pula dikedepankan, pembangunan kolam retensi,
permasalahan perkotaan yang membangun turap, normalisasi
kompleks menjadi tanggung jawab sungai, dan membangun daerah
pemerintah. Mengurangi daerah resapan air dengan memanfaatkan
slump, meningkatkan pendidikan ruang terbuka hijau.
masyarakat, dan beberapa hal terkait Pemkot akan melakukan
lain akan membantu dalam penambahan kolam retensi yang
mengatasi banjir perkotaan . berlokasi di Keramasan yang tidak
Selain itu, faktor eksternal jauh dari pembangunan Kantor
yang perlu diperhatikan adalah Gubernur seluas 10 Hektar.
persoalan terkait dampak perubahan Pemerintah Kota Palembang dan
iklim. intensitas hujan 101,48 Provinsi Sumatera Selatan
mm/jam menyebabkan genangan pengurangan risiko bencana banjir
seluas 0,375 ha terjadi pada 44 dilakukan dengan upaya kebijakan
lokasi di sepuluh DAS; Berdasarkan non struktural. Pemerintah Kota
skenario yang dilakukan di dalam Palembang menerbitkan peraturan
Kajian Risiko Adaptasi Perubahan daerah terkait pembinaan
Iklim (KRAPI), Palembang memiliki pengendalian dan pemanfaatan
kerentanan yang sedang terhadap rawa, yaitu Peraturan Daerah
dampak kenaikan muka air laut. (Perda) No. 11 Tahun 2012. Dalam
Kenaikan muka air laut, juga akan perda ini, sekitar 2.106,13 Ha
mengakibatkan perubahan pasang merupakan rawa konservasi yang
tinggi dan juga tingginya air dilarang untuk dialih fungsikan
permukaan. Akibatnya, jika terjadi peruntukannya. Sedangkan terdapat
peningkatan air di Kota Palembang rawa budidaya seluas 2.811,21 Ha
akibat hujan, maka air dapat tertahan yang dimanfaatkan sebagai lahan
akibat pasang tinggi, yang berakibat pertanian, perikanan, perkebunan
dan permukiman dengan rumah
13

bertiang tanpa melakukan lokasi tersebut dan pembangunan di


penimbunan. Sementara itu, terdapat bagian hulu sungai musi yang tidak
kebijakan terkait dengan DAS, yaitu terkendali memperparah kejadian
Perda Gubernur Sumatera Selatan banjir di Kota Palembang. Umumnya,
no. 5 Tahun 2013, yang berisi cara cara masyarakat mengatasi
mengatasi pencemaran, membatasi persoalan tersebut adalah dengan
penerbangan liar terutama di daerah meninggikan lantai bangunan dan
hulu karena akan berdampak di akses menuju bangunan,
daerah hulu, dan mengatur Menanggapi persoalan tersebut,
pemanfaatan lahan disekitar DAS. Pemerintah Kota Palembang
Adaptasi Banjir oleh Penduduk maupun Provinsi Sumatera Selatan
Peningkatan jumlah penduduk mengeluarkan kebijakan dalam
sebesar 17,32% mengakibatkan mengendalikan perubahan guna
peningkatan luas area terbangun lahan basah dan mengurangi risiko
sebesar 43,57%; Kepadatan bencana banjir. Beberapa kebijakan
penduduk 1.468,0 (BPS KOTA tersebut diantaranya: Peraturan
PALEMBANG, 2020) merupakan Daerah (Perda) Nomor 11 tahun
salah satu penyebab banjir. 2012 mengenai rawa dan Perda yang
Pertambahan penduduk dikeluarkan oleh Gubernur Nomor 5
Pertambahan penduduk di tahun 2013 mengenai pengendalian
Kota Palembang mengakibatkan aktivitas di daerah hulu. Kebijakan ini
permintaan lahan semakin tinggi. Hal merupakan bentuk pendekatan non-
ini ditunjukkan dengan alih fungsi struktural dalam mengelola risiko
lahan basah (rawa) menjadi lahan banjir (Correia et al., 1999; Hansson
terbangun, seperti perumahan, et al., 2008). Selain itu, pemerintah
perdagangan, industri dan jasa pun mengeluarkan kebijakan dengan
semakin meningkat sejak tahun 1985 pendekatan struktural melalui
hingga saat ini. Dampak yang pembangunan kolam retensi sebagai
ditimbulkan dari penimbunan rawa ini pengendali banjir pada lahan
adalah banjir. terbangun, pembangunan turap
Sebenarnya, kedua pembangunan (perkuatan tebing atau dinding
tersebut telah diatur oleh pemerintah penahan tanah) di Sungai Musi,
sehingga diharapkan dampak dari normalisasi Sungai Musi dan
pembangunan tersebut tidak membangun daerah resapan air
menimbulkan banjir. Akan tetapi, dengan memanfaatkan RTH.
adanya kecenderungan Untuk mengatasi persoalan dan
pembangunan perumahan disekitar kendala memang tidak mudah
14

apabila dilakukan oleh pemerintah m3/dtk sedangkan debit banjir


daerah sendiri tanpa dukungan pihak 187,303 m3/dtk;
lain. Oleh karena itu, hal yang perlu c. Tinggi pasang Sungai
dilakukan dalam menghadapi Musi 0,7 - 2,2 m, sehingga terjadi
persoalan dan kendala dalam aliran balik menuju hulu sungai kecil
mengendalikan alih fungsi lahan sejauh 1100 m - 3500 m;
basah, yaitu dengan cara d. peningkatan jumlah
memaksimalkan kebijakan struktural penduduk sebesar 17,32%
yang sedang berlangsung maupun mengakibatkan peningkatan luas
penegasan pengendalian alih fungsi area terbangun sebesar 43,57%;
lahan dalam bentuk pengesahan e. pendangkalan sungai
RTRW Kota Palembang, sebagai akibat dari 45,3% masyarakat yang
acuan pembangunan wilayah. tinggal di pinggir sungai membuang
Disamping itu, pengadaan peta sampah ke sungai. Alternatif
rawan banjir pun penting sebagai penanggulangan yang
dasar penetapan kebijakan untuk direkomendasikan adalah,
minimalisir potensi kerusakan banjir . rehabilitasi saluran sesuai dengan
Upaya mengintegrasikan debit, pengerukan sungai,
pendekatan struktural dan non- pembuatan kolam retensi, penertiban
struktural menjadi tantangan bagi bangunan liar yang berada di pinggir
Pemerintah Kota Palembang dan sungai, pengarahan kepada
para aktor lainnya dalam mengelola masyarakat tentang kebersihan
risiko banjir melalui peningatan lingkungan sungai.
kapasitas dan komitmen Pemerintah f. Pompanisasi Tidak
Daerah Kota Palembang. Maksimal Pemkot Palembang
Pembahasan sebetulnya memiliki Pompa
Analisis penyebab banjir Pengendali Banjir Sub Daerah Aliran
dikota Palembang antara lain adalah Sungai (DAS) Bendung Kota
: Palembang yang selesai
a. intensitas hujan 101,48 pembangunannya pada akhir tahun
mm/jam menyebabkan genangan 2019. banjir terjadi akibat
seluas 0,375 ha terjadi pada 44 keterlambatan pompanisasi
lokasi di sepuluh DAS; sehingga penanggulangan awal
b. kapasitas drainase tidak banjir juga tidak optimal.
memadai, seperti pada DAS Dampak banjir di kota Palembang
Lambidaro, kapasitas saluran 13,89 bila Pemerintah mengabaikan nya :
15

1. Kerusakan sarana dan prasarana 7. Aktivitas warga terhambat


Bencana banjir bisacmenimbulkan .Dampak banjir terendamnya rumah
kerusakan sarana dan prasarana, membuat warga harus melakukan
karena banjir yang menerjang bisa penanganan terlebih dahulu sebelum
merusak rumah penduduk, gedung, beraktivitas.
kendaraan dan juga merusak fasilitas 8. Muncul Korban JiwaAdapun
sosial. dampak negatif banjir yang paling
2. Melumpuhkan jalur transportasi parah, yakni munculnya korban jiwa.
Banjir yang meluap hingga di jalanan Hadirnya korban sebagai dampak
dapat menimbulkan masalah, salah banjir bandang sering kali
satunya adalah lumpuhnya jalur dikarenakan terseret arus atau
transportasi. Sehingga, warga baik luapan air yang tak terprediksikan.
pejalan kaki ataupun pengguna Kebijakan yang sudah dilakukan
kendaraan tidak bisa melewati dan pemerintah dalam mengatasi
tentu hal ini akan menimbulkan banjir di Kota Palembang
kerugian. Ada beberapa kebijakan yang
3. Pencemaran dikeluarkan oleh pemerintah Kota
lingkungan,Luapan air karena banjir Palembang dalam mengintervensi
akan membuat lingkungan menjadi perubahan guna lahan dan
kotor dan tidak sedikit sampah yang mengurangi risiko bencana banjir, di
berserakan tentu hal ini akan antaranya: pengendalian rawa,
mencemari lingkungan dan juga pembangunan kolam retensi,
menimbulkan berbagai macam membangun turap, normalisasi
penyakit. sungai, dan membangun daerah
4. Masalah kesehatan ,jika air resapan air dengan memanfaatkan
kotor dalam jumlah banyak ruang terbuka hijau.
menggenang, beragam wabah Pemerintah Kota Palembang dan
gangguan kesehatan lebih mudah Provinsi Sumatera Selatan
menyerang siapa saja, khusus nya pengurangan risiko bencana banjir
kaum lanjut usia. dilakukan dengan upaya kebijakan
5. Kerugian ekonomi,Terjadi non struktural. Pemerintah Kota
kerusakan pada rumah dan barang Palembang menerbitkan peraturan
elektronik yang ada. daerah terkait pembinaan
6. Sulitnya air bersih,Dampak pengendalian dan pemanfaatan
dari banjir sulitnya mendapatkan rawa, yaitu Peraturan Daerah
Jumlah air bersih , jumlah air bersih (Perda) No. 11 Tahun 2012.
berkurang.
16

Dalam perda ini, sekitar 2.106,13 Ha (5) memberikan bantuan pangan,


merupakan rawa konservasi yang pakaian, dan peralatan kebutuhan
dilarang untuk dialih fungsikan lainnya, serta pelayanan kesehatan
peruntukannya. Sedangkan terdapat darurat kepada korban bencana;
rawa budidaya seluas 2.811,21 Ha (6) mendata lokasi dan jumlah
yang dimanfaatkan sebagai lahan korban bencana.
pertanian, perikanan, perkebunan Pada tahap setelah banjir, kebijakan
dan permukiman dengan rumah dan program yang telah dilakukan di
bertiang tanpa melakukan daerah studi umumnya masih
penimbunan. Sementara itu, terdapat bersifat fisik, sedangkan yang
kebijakan terkait dengan DAS, yaitu bersifat non fisik masih belum
Perda Gubernur Sumatera Selatan ditemui.
no. 5 Tahun 2013, yang berisi cara Program dan kegiatan fisik yang
mengatasi pencemaran, membatasi telah dilakukan adalah:
penerbangan liar terutama di daerah (1) pendataan kerusakan bangunan
hulu karena akan berdampak di dan fasilitas publik;
daerah hulu, dan mengatur (2) memperbaiki prasarana publik
pemanfaatan lahan disekitar DAS. yang rusak;
Kebijakan dan program pada (3) pembersihan lingkungan;
tahapan ketika terjadi bencana, (4) mengajukan usulan pembiayaan
berupa: program pembangunan fasilitas
(1) pemberitahuan dini kepada penanggulangan banjir.
masyarakat tentang kondisi cuaca; Upaya pemerintah mengendalikan
(2) menempatkan petugas pada pos- banjir banyak menemui kendala,
pos pengamatan; antara lain lantaran:
(3) menyiapkan sarana (1) kurangnya kepedulian
penanggulangan, termasuk bahan masyarakat menjaga lingkungan;
banjiran; (2) kurangnya kesadaran
(4) mengevakuasi dan masyarakat mematuhi peraturan
mengungsikan penduduk ke daerah yang berlaku dan menjaga
aman, sesuai yang telah kebersihan lingkungan;
direncanakan dengan (3) kurangnya partisipasi
memanfaatkan seluruh komponen masyarakat, bahkan cenderung
masyarakat, TNI, Polri, Satlak PBP, tergantung pada bantuan
Satkorlak PBP, Badan SAR Nasional pemerintah;
(Basarnas), dan Karang Taruna; (4) peraturan daerah masih sangat
terbatas;
17

(5) lemahnya penegakan hukum; e. Keterpadu


(6) kurangnya koordinasi antar an dalam pengendalian dan
lembaga pemerintah; penanggulangan erosi, banjir dan
(7) terbatasnya dana pemerintah. kekeringankebijakan yang masih
dapat dilakukan oleh Pemerintah
Dalam rangka memulihkan dan untuk mengatasi banjir di Kota
mendayagunakan sungai dan Palembang
pemeliharaan kelestarian DAS, maka Dalam rangka mengurangi dampak
rekomendasi ke depan perlu disusun banjir,dapat disusun berbagai
kebijakan (peraturan) pemerintah kebijakan dan program
yang mengatur tentang pengelolaan penanggulangan, baik yang bersifat
DAS terpadu, yang antara lain dapat prevention, intervention maupun
memuat : recovery. Pada tahap pra bencana
Pengelolaan DAS terpadu yang dilakukan:
meliputi : (1) membuat peta rawan bencana;
a. Keterpadu 2) membangun, meningkatkan,
an dalam proses perencanaan, yang memperbaiki atau normalisasi, dan
mencakup keterpaduan dalam memelihara sungai, tampungan air,
penyusunan dan penetapan rencana dan drainase beserta peralatan dan
kegiatan di daerah aliran sungai. fasilitas penunjangnya;
b. keterpadua (3) menyusun peraturan dan
n dalam program pelaksanaan, yang menertibkan daerah bantaran
meliputi keterpaduan penyusunan sungai; (4) membuat peta daerah
program-program kegiatan di daerah genangan banjir;
aliran sungai, termasuk memadukan (5) sosialisasi dan pelatihan prosedur
waktu pelaksanaan, lokasi dan tetap penanggulangan banjir;
pendanaan serta mekanismenya. (6) menegakkan hukum terhadap
c. Keterpadu pelanggaran pengelolaan daerah
an program-program kegiatan aliran sungai;
pemerintah pusat dan daerah yang (7) menyediakan cadangan pangan
berkaitan dengan daerah aliran dan sandang serta peralatan darurat
sungai, sejalan dengan adanya banjir lainnya;
perundangan otonomi daerah. (8) membuat sumur resapan;
d. Keterpadu (9) pemantapan Satkorlak PBP;
an dalam pengendalian pelaksanaan (10) merevisi tata ruang propinsi
program kegiatan yang meliputi maupun kota secara terkoordinasi
proses evaluasi dan monitoring. dan terintegrasi;
18

(11) mengendalikan perkembangan perubahan guna lahan dan


lingkungan dan pengembangan mengurangi risiko bencana banjir, di
daerah hulu; antaranya: pengendalian rawa,
(12) membuat penampungan air pembangunan kolam retensi,
berteknologi tinggi; membangun turap, normalisasi
(13) menerapkan pengelolaan sungai, dan membangun daerah
sungai terpadu berdasarkan satuan resapan air dengan memanfaatkan
wilayah sungai (SWS) dan ruang terbuka hijau.
memberdayakan kelembagaan Pemerintah Kota Palembang dan
pengelolaan SWS; Provinsi Sumatera Selatan sudah
(14) membangun fasilitas pengolah melakukan berbagai upaya dan
limbah dan sampah; strategi pengurangan risiko bencana.
(15) mereboisasi kota dan daerah Sayangnya, upaya pengaturan guna
hulu; lahan dan pengelolaan DAS belum
(16) mendirikan Posko banjir di signifikan dalam hal pengawasan
wilayah RT/ RW. dan pengendalian pemanfaatan
PENUTUP lahan basah, baik yang konservasi
KESIMPULAN DAN SARAN ataupun yang ditunjukkan untuk
1. Kesimpulan lahan terbangun, sehingga praktek
Berdasarkan hasil penelitian yang alih fungsi lahan masih dapat ditemui
dilakukan oleh peneliti tentang hingga ini. Upaya struktural, seperti
implementasi kebijakan pembangunan turap, kolam retensi,
penanggulangan banjir di drainase, dan lainnya, yang telah
palembang, maka sesuai tujuan dilakukan dan yang akan dilakukan
penelitian dapat diambil simpulan akan sangat tidak efektif mengurangi
sebagai berikut. risiko banjir apabila upaya
1. Bentuk kebijakan penanggulangan pengendalian guna lahan basah dan
banjir dikota Palembang yaitu, pengelolaan DAS tidak dilakukan
Perda No.11 tahun 2012, Izin secara maksimal.
Reklamasi Rawa (IRR) dikeluarkan Dalam rangka memulihkan dan
oleh Wali Kota Palembang. mendayagunakan sungai dan
2. Implementasi kebijakan pemeliharaan kelestarian DAS, maka
penanggulangan banjir adalah rekomendasi ke depan perlu disusun
sebagai berikut. kebijakan (peraturan) pemerintah
Ada beberapa kebijakan yang yang mengatur tentang pengelolaan
dikeluarkan oleh pemerintah Kota DAS terpadu, yang antara lain dapat
Palembang dalam mengintervensi memuat :
19

Pengelolaan DAS terpadu yang peraturan daerah tentang


meliputi : penanggulangan bencana yang
a. Keterpaduan dalam proses masih sangat terbatas.
perencanaan, yang mencakup 2. Untuk maksud yang sama,
keterpaduan dalam diharapkan agar alat/sarana dalam
penyusunan dan penetapan rencana penanggulangan bencana banjir
kegiatan di daerah aliran sungai. harus ditambah dan dilengkapi. agar
b. Keterpaduan dalam program proses penanggulangan bencana
pelaksanaan, yang meliputi banjir dapat diatasi dengan baik.
keterpaduan penyusunan
program-program kegiatan di daerah DAFTAR PUSTAKA
aliran sungai, termasuk memadukan Peraturan dan Perundang-undangan
waktu Undang-Undang Republik Indonesia
pelaksanaan, lokasi dan pendanaan No. 11 tahun 1974, Tentang
serta mekanismenya. Pengairan
c. Keterpaduan program-program Undang-Undang Republik Indonesia
kegiatan pemerintah pusat dan No. 24 tahun 1992, Tentang
daerah yang berkaitan Penataan Ruang
dengan daerah aliran sungai, sejalan Peraturan Pemerintah Republik
dengan adanya perundangan Indonesia No. 27 tahun 1991,
otonomi daerah. Tentang Rawa
d. Keterpaduan dalam pengendalian Peraturan Pemerintah Republik
pelaksanaan program kegiatan yang Indonesia No. 35 tahun 1991,
meliputi proses Tentang Sungai
evaluasi dan monitoring. Peraturan Pemerintah Republik
e. Keterpaduan dalam pengendalian Indonesia No. 47 tahun 1997,
dan penanggulangan erosi, banjir Tentang Rencana Tata Ruang
dan kekeringan Wilayah
Saran Peraturan Menteri PU N0.
Terkait dengan kesimpulan 39/PRT/1989, Tentang Pembagian
penelitian ini, maka terdapat Wilayah Sungai
beberapa hal yang dapat disarankan Buku dan Makalah
oleh peneliti diantaranya: Bieri, Stephan. Dr., “Disaster Risk
1. Untuk memaksimalkan Management and the Systems
efektivitas kebijakan Approach by”, World
penanggulangan bencana banjir,
maka pemerintah perlu menetapkan
20

Institute for Disaster Risk Department, 1994.


Management (DRM), 2003 Rietbergen-McCracken, Jennifer &
(www.drmonline.net) Narayan, Deepa, ”Participation and
B. Affeltranger, “Public participation Social
in the design of local strategies for Assessment:Tools and Techniques”,
flood mitigation The International Bank for
and control, INTERNATIONAL Reconstruction and
HYDROLOGICAL PROGRAMME, Development / THE WORLD BANK,
IHP-V USA, 1998. (www.worldbank.org)
Technical Documents in Hydrology Zonneveld, Luuk, The Toolkit for
UNESCO, France, Participation in Local Government
2001.(www.unesco.org) Learning to Make
Ernst, John, Director – Asia Region participation Work. Oxfam/Novib,
Participation Institute for 2001
Transportation &
Development Policy, Manila – How
and Why?, 1998/ (www.toolkit.com)
Pamfill. C., The process of
participatory governance: an analysis
of 40 cases, June 2002.
(www. toolkitparticipation.com)
________, The World Bank and
Participation, The World Bank,
Operations Policy

Anda mungkin juga menyukai