Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume 16, No.

2, Juli 2011 : 124­132 ISSN : 0854­9524

Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air)


sebagai Dasar Analisis Sistem Drainase
di Daerah Aliran Sungai Wilayah Semarang Berbantuan SIG

Th.Dwiati Wismarini, Dewi Handayani Untari Ningsih dan Fatkhul Amin


Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank Semarang
e­mail : thedwiwis@gmail.com, zahradw@gmail.com

Abstrak

Perhitungan debit air dilakukan untuk mengetahui laju aliran puncak pada Sistem Drainase .
Metode yang digunakan untuk memperkirakan laju aliran puncak (debit banjir) adalah metode
Rasional, dimana metode ini umum dipakai karena sangat simpel dan mudah penggunaannya, namun
penggunaannya terbatas untuk DAS­DAS dengan ukuran kecil, yaitu kurang dari 300 ha. Analisis
intensitas seragam dan merata di seluruh DAS selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi
(tc) DAS. Beberapa metode untuk memperkirakan laju aliran puncak (debit banjir) , lebih banyak
ditentukan oleh ketersediaan data. Data yang digunakan sebagai indikator menentukan wilayah yang
berpotensi rawan banjir berdasarkan indikator, Debit Air DAS, Curah Hujan, Topografi,dan
penggunaan lahan. Analisa pada sistem drainase untuk menentukan wilayah yang berpotensi banjir
dengan memanfaatkan aplikasi Sistem Informasi Geografi.

Kata Kunci : laju aliran puncak (debit banjir), metode rasional, analisa sistem drainase, sistem
informasi geografi.

PENDAHULUAN
Hujan deras yang mengguyur Kota
Semarang pada tanggal 7 – 8 Februari 2009
mengakibatkan separuh lebih jumlah
Kecamatan di Semarang terendam banjir.
Banjir di Semarang kali ini terbilang cukup
parah. Data di Pemkot menyebutkan, separuh
wilayah ibukota Jawa Tengah ini tergenang air,
sebanyak 8 dari 16 kecamatan tergenang air.
Ketinggian air bervariasi, antara 10 cm hingga
1 meter.
Banjir hampir merata di Semarang. Di
Tanah Mas, Karang Ayu, Semarang Bawah, di Gambar 1. Wilayah Semarang dengan bencana
kotanya, di Tambak Lorok, di Mangkang, banjir tanggal 8 Februari 2009 ( http://gis.sc­
Tawang semuanya kena banjir. Sejumlah drr.org/wp­content/uploads/).
wilayah yang terendam air dengan ketinggian
mencapai 1­1,5 meter antara lain di Mangkang, Kawasan pantai utara Semarang rentan
Rambutan, Purinjasmoro, Jalan Supriadi, Jalan terhadap banjir. Daerah ini merupakan dataran
Tunjung Biru, Karang Ayu, dan Semarang rendah yang dibentuk oleh endapan banjir dan
Bawah. Banjir paling parah terjadi di pantai. Ada enam kecamatan langganan banjir,
Mangkang dengan ketinggian mencapai 1,5 yaitu Semarang Barat, Semarang Utara,
meter (diilustrasikan di gambar 1.). Semarang Timur, Genuk, Tugu dan Gayamsari.
Penyebab dari banjir di kota Semarang karena
banjir kiriman dari hulu dan rob (limpasan air
laut).
Banjir kiriman yang terjadi secara
periodik setiap tahun dan melanda daerah

124 Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air) Sebagai Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai
Wilayah Semarang Berbantuan SIG
sekitar pertemuan Kali Kreo, Kali Kripik, dan arus sejajar pantai, sehingga terjadi
Kali Garang sampai di Kampung Bendungan pendangkalan muara yang berakibat
disebabkan oleh: mengurangi kapasitas penyaluran dan
akibat selanjutnya menambah parah banjir
a. Peningkatan debit air sungai yang
di sekitarnya.
mengalir dari DAS Garang (luasnya 204
km2), DAS Kreo (luasnya 70 km2), dan Sistem drainase yang buruk menjadi
DAS Kripik (luasnya 34 km2). penyebab utama banjir di Kota Semarang. Dari
Peningkatan debit ini disebabkan oleh: enam kecamatan langganan banjir, sebagian
intensitas hujan yang besar, atau intensitas besar disebabkan karena saluran air tidak ada,
hujan yang sama namun jatuh pada saluran tersumbat sampah, dan akibat
wilayah yang telah berubah atau telah bangunan yang mengganggu saluran.
mengalami konversi penggunaan lahan.
Dari penyebab banjir tersebut, faktor
b. Berkurangnya kapasitas pengaliran atau sistem drainase yang buruk memberi
daya tampung saluran atau sungai tersebut, kontribusi terbesar. Sistem drainase yang
sehingga air meluap menggenangi daerah buruk inilah yang menyebabkan banjir lokal di
di sekitarnya. Semarang. Sistem drainase yang buruk
menyebabkan aliran air tidak lancar sehingga
c. Banjir kiriman ini diperparah oleh kiriman
terjadi genangan setiap kali hujan deras
air dari daerah atas yang semakin besar,
(sumber : Puslitbang Kimpraswil Kota
sebagai konsekuensi bertambah luasnya
Semarang, 2002).
daerah terbangun yang merubah koefisien
alirannya. Sebagian besar saluran drainase utama
Kota Semarang, baik yang alamiah maupun
Banjir lokal yang lebih bersifat setempat,
buatan, dibagian hilir mempunyai elevasi
sesuai dengan atau seluas kawasan yang
saluran lebih rendah dari pada elevasi dasar
tertumpah air hujan, terjadi disebabkan oleh:
muara/pantai. Hal ini menyebabkan
a. Tingginya intensitas hujan. sedimentasi serius dan menimbulkan
pendangkalan. Sistem drainase utama yang
b. Belum tersedianya sarana drainase yang
memadai. ada, sebagian besar belum mempunyai garis
sempadan yang jelas dan dan belum
c. Penggunaan saluran yang masih untuk diperdakan.
berbagai tujuan (multipurpose) baik untuk
penyaluran air hujan, limbah, dan sampah Daerah potensi banjir adalah daerah
rumah tangga, padahal belum bisa yang memiliki potensi untuk dilanda banjir.
diimbangi oleh air penggelontoran yang Potensi ini dapat dihitung dan digolongkan
dengan menggunakan kriteria­kriteria potensi
dialirkan.
banjir. Pemilihan berbagai metode yang cocok
d. Banjir lokal ini diperparah oleh fasilitas untuk menghitung perkiraan laju aliran puncak
bangunan bawah tanah (pipa PAM, kabel (debit air) dilakukan untuk mengetahui area
Telkom, dan PLN) yang kedudukannya yang memiliki potensi banjir sesuai dengan
sangat mengganggu drainase. karakteristik tipografi wilayah Semarang.
Sedangkan banjir rob yang melanda Perhitungan debit air untuk mengetahui
daerah­daerah di pinggiran laut atau pantai kapasitas DAS wilayah kawasan terutama
disebabkan oleh: kawasan Semarang Utara untuk melakukan
a. Permukaan tanah yang lebih rendah analisis sistem drainase pada saluran drainase
daripada muka pasang air laut. primer dan sekunder

b. Bertambah tingginya pasang air laut. Analisa spasial pada daerah yang
potensial rawan banjir dilakukan dengan
c. Sedimentasi dari daerah atas (burit) di memanfaatkan teknologi Sistem Informasi
muara sungai (Kali Semarang, Banjir Geografi. Penentuan wilayah yang memiliki
Kanal Barat, Kali Silandak, Kali Banger, potensi banjir digambarkan pada lokasi
Silandak Flood Way, Baru Flood Way, kawasan dengan menggunakan pemetaan.
dan kali Asin) maupun sedimentasi air laut Pembuatan program aplikasi Sistem Informasi
khususnya oleh pasang surut (rob), di
samping oleh pengaruh gelombang dan

Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air) Sebagai Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai 125
Wilayah Semarang Berbantuan SIG
Geografi untuk menggambarkan analisis METODE PENELITIAN
kawasan yang memiliki potensi banjir.
Metode Pengembangan Sistem Drainage
Sistem Drainase adalah sebagai berikut :
Sistem Drainase yang bisa didefinisikan Tahap Perencanaan Dan Pemrograman
sebagai berikut as consisting of the fixed
Sistem drainase perkotaa melayani
facilities, the flow entities, and the control
pembuangan kelebihan air dari suatu kawasan
system that permit people and goods to
kota dengan cara mengalirkan ke pembuangan
overcome the friction of geographical space
akhir, seperti sungai, danau, atau laut baik
efficiently in order to participate in a timely
melalui permukaan tanah (suface drainage)
manner in some desired activity
maupun bawah permukaan tanah (subsurface
(http://www.ctre. iastate.edu /
drainage) untuk menghindari terjadinya
educweb/ce451/lectures/ intro/lecture.htm,
genangan air. Kelebihan air tersebut berasal
2001).
tidak hanya dari buangan air hujan tetapi juga
Daerah ALiran Sungai (DAS) dari air limbah domestik dan industri. Namun
yang paling dominan adalah air hujan.
Daerah Aliran Sungai (catchment area,
watershed) adalah suatu wilayah daratan yang Data kondisi lokasi sistem drainase yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan ada saat ini harus dikatahui secara detail untuk
anak­anak sungainya, yang berfungsi perencanaan sistem drainase yang meliputi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air Peta Topografi, Peta Iklim, Peta Hidrologi,
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke Peta Daerah Genangan, Peta Tataguna Lahan
laut secara alami, yang batas di darat dan Rencana Pengembangan masa mendatang
merupakan pemisah topografis dan batas di dan Peta Sistem Drainase yang ada.
laut sampai dengan daerah perairan yang
Memperkirakan Laju Aliran Puncak
masih terpengaruh aktivitas daratan.
Metode untuk memperkirakan laju
Sub DAS adalah bagian DAS yang
aliran permukaan puncak yang umum dipakai
menerima air hujan dan mengalirkannya
adalah metode Rasional USSCS (1973).
melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap
Metode ini sangat simpel dan mudah
DAS terbagi habis kedalam Sub DAS – Sub
penggunaannya terbatas untuk DAS­DAS
DAS., Wilayah Sungai (WS) atau wilayah
dengan ukuran kurang dari 300Ha (Goldman
DAS adalah kesatuan wilayah pengelolaan
et.al.,1986).
sumberdaya air dalam satu atau lebih DAS
dan/atau pulau­pulau kecil yang luasnya Perhitungan Debit Air dengan Metode
kurang dari atau sama dengan 2.000 km2 Rasional
(200.000 ha).
Kajian sistem drainase yang
Hidrologi dilakukan dengan perhitungan debit banjir
rencana 2 tahun. Hasil perhitungan debit banjir
Daerah aliran sungai sebagai ekosistem
rencana akan dibandingkan dengan kapasitas
alami berlaku proses­proses biofisik hidrologis
existing drainase untuk menentukan mampu
didalamnya dimana proses­proses tersebut
atau tidaknya suatu drainase menampung debit
merupakan bagian dari suatu daur hidrologi
sungai.
atau siklus air (Gambar 2.)
Data untuk penentuan debit banjir
rencana pada penelitian ini adalah data curah
hujan, dimana curah hujan merupakan salah
satu dari beberapa data yang dapat digunakan
untuk memperkirakan besarnya debit banjir
rencana dengan persamaan rasional, seperti
berikut (Suripin,2004):
Q = 0.002778 C I A
Dimana:
Q = laju aliran (debit) puncak (m³/detik)
Gambar 2. Daur hidrologi (siklus air)

126 Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air) Sebagai Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai
Wilayah Semarang Berbantuan SIG
C = koefisien aliran permukaan (0 ≤ C ≤ 1) Perhitungan Debit Banjir Kanal Barat
I = intensitas curah hujan (mm/jam) Dari pengumpulan data, kawasan Banjir
Kanal Barat merupakan daerah datar dan
A = luas DAS (ha)
memiliki jenis tanah alluvial yang
Koefisien aliran permukaan (C), diklasifikasikan sebagai lempung sangat lunak,
koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara lempung berlanau (berdebu) lunak dan
puncak aliran permukaan terhadap intensitas lempung pasir. Perhitungan Koefisien C
hujan. Harga C ditentukan dengan metode dari seperti berikut:
Hassing (1995):
C = Ct + Cs + Cv
Tabel 1. Koefisien aliran untuk metode
= 0,03 + 0,16 + 0,28 ( datar <1%),
rasional (dari Hassing, 1995)
Tanah lempung & lanau, tanpa
Koefisien aliran C = Ct+Cs+Cv
tanaman)
Topografi, Ct Tanah, Cs Vegetasi, Cv
Datar (1%) 0.03 Pasir dan 0.04 Hutan 0.04 = 0,47
gravel
Bergelombang 0.08 Lempung 0.08 Pertanian 0.11 Banjir Kanal Barat memiliki panjang sungai
(1­10%) berpasir 5.300 m dan kemiringan rata­rata 0,020, maka
Perbukitan 0.16 Lempung 0.16 Padang 0.21 waktu kosentrasi (tc) dihitung seperti berikut:
(10­20%) dan lanau rumput
Pegunungan 0.26 Lapisan 0.26 Tanpa 0.28 0,385
(>20%) batu tanaman 0,87 x L²
Intensitas hujan adalah tinggi atau tc =
1000 x S
kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat
umum hujan adalah makin singkat hujan
berlangsung intensitasnya cenderung makin 0,385
0,87 x 5,3 ²
tinggi dan makin besar periode ulangnya
=
makin tinggi pula intensitasnya. Intensitas
hujan dapat dihitung dengan rumus mononobe: 1000 x 0,020

= 1,08 jam
R24 24
I=
24 t waktu kosentrasi (tc) yang didapat sebesar
1,08 jam dan sesuai data curah hujan
maksimum harian sebesar 105 mm/jam. Maka
Dimana:
perhitungan Intensitas curah hujan:
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam) R24 24
I =
R24 = curah hujan maksimum harian 24 tc
(selama 24jam) (mm)
0,385
0,87 x L² 105 24
tc = =
1000 x S 24 1,08

= 34,56 mm/jam
Dimana:
Contoh Kasus perhitungan debit banjir :
tc = waktu kosentrasi (jam)
Banjir Kanal Barat memiliki luas DAS 145,00
L = panjang saluran (km) ha, maka debit banjir rencana untuk Banjir
S = kemiringan rata­rata saluran Kanal Barat:
Pada daerah dengan topografi datar Qp = 0,002778 C I A
kemiringan saluran rata­rata sebesar 0,020 = 0,002778 x 0,47 x 34,56 x 145,00
yang disesuaikan dengan topografi daerah
datar. = 6,54 m³/detik

Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air) Sebagai Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai 127
Wilayah Semarang Berbantuan SIG
Dari perhitungan diperoleh debit banjir digunakan untuk membuat kelas interval
rencana 2 tahun untuk Banjir Kanal Barat adalah :
sebesar 6,54 m³/detik, sedangkan kapasitas Xt – Xr
existing 609 m³/detik sehingga Banjir Kanal Ki =
Barat mampu menampung debit banjir rencana. k
Analisa Indikator Banjir Wilayah Studi Keterangan
Area
Ki = Kelas Interval
Analisis indikator banjir dalam
Xt =Data Tertinggi
penelitian ini dilakukan dengan cara
pembobotan sesuai dengan kriteria yang sudah Xr =Data Terendah
ada, berdasarkan (a). Klasifikasi curah hujan k =Jumlah kelas yang diinginkan
[tabel 2]. , (b). Klasifikasi drainase [tabel 3],
(c). Klasifikasi penggunaan lahan [tabel 4], (d). Nilai kelas interval
Klasifikasi topografi [tabel 5]. Seperti tabel Data tertinggi = 39
berikut:
Data terendah = 10
Tabel 2. Klasifikasi curah hujan
No Curah Hujan Nilai Bobot Skor Jumlah kelas =5
Variabel
1 Sangat tinggi (>160 5 20 Ki = (39 ­ 10) / 5
mm)
= 5,8
2 Tinggi (121 – 160 4 16
mm) Dibulatkan =6
3 Sedang (81 – 120 3 4 12
mm) Nilai tingkat kerawanan banjir di
4 Rendah (41 – 80 mm) 2 8 bedakan dalam lima kelas kerawanan banjir,
5 Sangat rendah (<40 1 4 yaitu: sangat rawan, rawan, cukup rawan,
mm) kurang rawan, tidak rawan. Dengan nilai kelas
Tabel 3. Klasifikasi drainase interval seperti ditunjukkan tabel 6 berikut:
Kriteria Drainase Nilai Bobot Skor
Variabel
Tabel 6. Klasifikasi rawan banjir
No Kelas kerawanan banjir Skor
Tidak tertampung 2 6
3 1 Sangat rawan ≥ 34
Tertampung 1 3
2 Rawan 28 – 33
Tabel 4. Klasifikasi penggunaan lahan 3 Cukup rawan 22 – 27
No Penggunaan Lahan Nilai Bobot Skor 4 Kurang rawan 16 – 21
Variabe 5 Tidak rawan ≤ 15
l
1 Lahan terbuka, 5 10 Penggunaan Lahan
waduk, rawa, tambak Tabel 8. Data Geografis dan Topografi
2 Pemukiman, 4 8
Kelurahan Letak Topografi Ketinggian
campuran, geografis dari pmk
2
pekarangan laut
3 Pertanian, sawah 3 6 Bululor Bukan
4 Perkebunan, semak 2 4 Datar 2
Pantai
5 Hutan 1 2 Plombokan Bukan
Datar 24
Tabel 5. Klasifikasi topografi Pantai
Panggung Bukan
No Nilai Bobot Skor Datar 1
Topografi Kidul Pantai
Variabel
Panggung Lor Pantai Datar 2
1 Datar (0 – 24 m) 3 3
2 Bergelombang 2 2 Kuningan Pantai Datar 1
miring (25 – 74 m) 1 Purwosari Bukan
Datar 2
Pantai
3 Perbukitan (75 – 200 1 1
m) Dadapsari Bukan
Datar 1
Pantai
Pembuatan nilai interval kelas Bandarharjo Pantai Datar 0
kerentanan banjir bertujuan untuk Tanjung mas Pantai Datar 0
membedakan kelas kerentanan banjir antara
Sumber: BPS, 2004
yang satu dengan yang lain. Rumus yang

128 Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air) Sebagai Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai
Wilayah Semarang Berbantuan SIG
Dalam penelitian ini pekarangan, dan Geofisika (BMKG) stasiun Klimatologi
bangunan dan halaman sekitar diasumsikan Semarang.
sebagai pemukiman karena dalam kawasan
Drainase
pemukiman terdapat rumah, pendidikan,
peribadatan dan sebagainya. Berdasarkan Penanganan drainase Kota Semarang,
pengumpulan data dengan mengunjungi kantor terbagi atas dua karakteristik wilayah yaitu
BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Jawa penanganan daerah atas dan penanganan
Tengah dan BAPPEDA kota Semarang, daerah bawah. Penanganan daerah atas terbagi
penggunaan areal tanah di kecamatan ke dalam beberapa pelayanan DAS, yaitu DAS
Semarang Utara tahun 2007 ditampilkan Babon, DAS Banjir Kanal Timur, DAS Banjir
sebagai tabel 7 (dalam satuan m²): Kanal Barat, DAS Silandak/Siangker, DAS
Bringin, DAS Plumbon. Sementara bagian
Tabel 7. Penggunaan Lahan
bawah terbagi ke dalam empat sistem drainase,
Pekarangan, bangunan & Sistem Drainase Semarang Timur, Sistem
Kelurahan
Sa Tam halaman sekitar Drainase Semarang Tengah, Sistem Drainase
wah bak Pendid Periba Semarang Barat dan Sistem Drainase
Rumah
ikan datan
1 2 3 4 5 6 Semarang Tugu.
Bululor 0 0 737.089 44.083 2.400
Plombokan 0 0 357.222 21.364 1.200
Sistem Drainase di Kecamatan Semarang
Panggung 0 0 Utara termasuk dalam Sistem Drainase
298.428 17.848 900
Kidul Semarang Tengah. Sistem drainase utama di
Panggung 0 0 766.782 45.859 2.700
Lor
wilayah ini adalah sistem drainase Bulu, Kali
Kuningan 0 0 609.269 0,00 2.100 Semarang, Kali Baru, dan Kali Banger.
Purwosari 0 0 401.602 24.019 1.200 Berdasarkan DAS Semarang Tengah terbagi
Dadapsari 0 0 508.096 30.388 1.800
Bandar harjo 0 0 847.675 50.697 2.700
dalam beberapa sub sistem, yaitu seperti tabel
Tanjung mas 0 7.000 1.268.830 75.885 4.300 10. berikut:
Tabel 10. Pembagian drainase di Kecamatan
Kelurahan Pekarangan, bangunan & halaman sekitar Semarang Utara
Perdaga Olah Pelayanan Makam Kapasitas
ngan raga umum Sub Luas Das Panjang
Sungai Existing
1 7 8 9 10 Sistem (ha) (m)
(m³/dtk)
Bululor 17.800 17.800 4.800 60.000 Kali Banjir 5300
Banjir Kanal
Plombokan 8.800 8.800 2.400 30.000 Kanal 145,00 609
Barat
Panggung Barat
6.900 6.900 1.800 30.000
Kidul Saluran Bulu 93,57 4 5090
Panggung Kali Bulu
19.400 19.400 5.400 60.000 1120
Lor Kali Asin Kali Asin 281,35 5
Kuningan 15.200 15.200 4.200 30.000 Kali Kali 6750
Purwosari 9.300 16.250 2.400 30.000 576,28 28
Semarang Semarang
Dadapsari 12.900 12.900 3.600 30.000 750
Kali Baru Kali Baru 185,55 9
Bandarharjo 20.300 35.00 5.400 60.000
Tanjung mas 31.00 53.00 8.400 90.000 Kali 6750
Kali Banger 523,79 11
Banger
Sumber: BPS, Bappeda
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Geografis
Analisa Rawan Banjir
Data geografis menjelaskan letak
geografis, topografi dan ketinggian dari Hasil analisa dengan melakukan skoring tiap­
permukaan laut. Data geografis ini diperlukan tiap kelurahan ini ditampilkan dalam tabel
karena daerah dengan topografi datar memiliki berikut:
kecenderungan merupakan daerah rawan Tabel 11. Skoring tiap kelurahan
banjir. Kelurahan Indikator Hasil Kriteria Skor
Survey
Data Curah Hujan Data
Bululor Curah 105 mm Sedang 12
Data curah hujan merupakan salah satu hujan Banjir Tertampu 3
Drainase Kanal ng 8
faktor yang penting dalam melakukan analisis Pengguna Barat Pemukim 3
daerah rawan banjir. Data curah hujan ini di an lahan Pemukim an
peroleh dari Badan Meteorologi Klimatologi Topografi an Datar
2m
∑ = 26

Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air) Sebagai Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai 129
Wilayah Semarang Berbantuan SIG
Kelurahan Indikator Hasil Kriteria Skor Tabel 12. Kerawanan wilayah Semarang Utara
Survey
Kelas Kerawanan
Data Kelurahan Skor Total
Plombokan Curah 105 mm Sedang 12
Banjir
hujan Kali Asin Tidak 6 Bululor 26 Cukup Rawan
Drainase Pemukim tertampun 8 Plombokan 29 Rawan
Pengguna an g 3 Panggung Kidul 26 Cukup Rawan
an lahan 24 m Pemukim Panggung Lor 29 Rawan
Topografi an
Kuningan 29 Rawan
Datar
∑ = 29
Purwosari 29 Rawan
Panggung Curah 105 mm Sedang 12 Dadapsari 26 Cukup Rawan
Kidul hujan Banjir Tertampu 3 Bandarharjo 29 Rawan
Drainase Kanal ng 8 Tanjung mas 31 Rawan
Pengguna Barat Pemukim 3
an lahan Pemukim an Analisa Menggunakan Tools Sistem
Topografi an Datar
1m
Informasi Geografi
∑ = 26 Dalam melakukan analisa menggunakan
Panggung Curah 105 mm Sedang 12
Lor hujan Saluran Tidak 6 tools SIG dilakukan overlay (tumpang tindih)
Drainase Bulu tertampun 8 untuk menghasilkan unit pemetaan baru yang
Pengguna Pemukim g 3
an lahan an Pemukim
digunakan sebagai analisis. Overlay yang
Topografi 2m an digunakan adalah dengan menggunakan
Datar fasilitas yang terdapat pada program Arcview
∑ = 29
Kuningan Curah 105 mm Sedang 12
yaitu Geo Processing dengan metode Irisan
hujan Kali Asin Tidak 6 (Intersection), seperti gambar berikut ini:
Drainase Pemukim tertampun 8
Pengguna an g 3 Penataan dan Pengendalian Sistem
an lahan 1m Pemukim drainase
Topografi an
Datar Banjir di kota Semarang bersumber
∑ = 29
Purwosari Curah 105 mm Sedang 12 pada peningkatan debit banjir dari daerah
hujan Kali Asin Tidak 6 tangkapan airnyadan pengaruh fluktuasi muka
Drainase Pemukim tertampun 8 air laut akibat pasang surut, oleh karena itu,
Pengguna an g 3
an lahan 2m Pemukim pengendalian banjir di kta Semarang pada
Topografi an dasarnya terdiri dari 3 pendekatan yaitu :
Datar
∑ = 29 1. Pengendalian banjir yang datang dari DAS
Dadapsari Curah 105 mm Sedang 12 di Hulunya
hujan Kali Tertampu 3
Drainase Semarang ng 8 2. Pengendalian Banjir Lokal
Pengguna Pemukim Pemukim 3
an lahan an an 3. Pengendalian banjir akibat pasang surut
Topografi 1m Datar
∑ = 26 atau rob.
Bandarharjo Curah 105 mm Sedang 12
hujan Kali Baru Tidak 6 Pengendalian Banjir yang datang dari
Drainase Pemukim tertampun 8 DAS di hulunya bisa dilakukan dengan
Pengguna an g 3
an lahan 0m Pemukim
mengendalikan alliran permukaan. Paradigm
Topografi an yang berlaku saat ini untuk menanggulangi
Datar banjir harus diubah dari paradigm drainase
∑ = 29
Tanjung Curah 105 mm Sedang 12
menuju paradigm manajemen sumberdaya air.
mas hujan Kali Tidak 6
Drainase Banger tertampun 10
Dengan perhitungan Debit puncak pada
Pengguna Tambak g 3 aliran sungai dan Daerah Aliran Sungai, serta
an lahan 0m Pemukim berdasarkan faktor­faktor yang menjadi
Topografi an
Datar indikator untuk are yang memiliki potensi
∑ = 31 banjir seperti Curah Hunan, Topografi,
Penggunaan Lahan, Sistem Drainase. Analisa
Dari hasil skoring Tabel 11. , tingkat
perhitungan hanya berdasar area studi yang
kerawanan wilayah Semarang Utara sesuai
merupakan wilayah yang sering terjadi banjir
klasifikasi pada Tabel 12. seperti ditampilkan
dan rob.
pada tabel berikut:

130 Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air) Sebagai Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai
Wilayah Semarang Berbantuan SIG
Gambar 3. Menu Mencari Area Tingkat Gambar 6. Tampilan Informasi Drainase
Kerawanan
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Perhitungan debit aliran puncak pada
Daerah Aliran Sungai bertujuan untuk
mengetahui Debit Maksimum Air yang
tertampung pada tahun keadaan dengan
curah hujan tinggi pada daerah aliran
sungai kawasan yang berpotensi rawan
banjir,
Gambar 4. Pilihan Kelurahan sesuai dengan 2. Perhitungan debit air berdasarkan data
Kriteria existing air pada saat curah hujan tinggi
Gambar 3. Menu Mencari Area dengan dengan kapasitas daya tampung
Tingkat Kerawanan. Gambar 4. Pilihan saluran/sungai/kali yang dilewati untuk
Kelurahan Yang Sesuai Dengan Kriteria. mengetahui saluran/sungai/kali bisa
menampung limpasan air pada saat
Pilihan untuk mencari Informasi kriteria kejadian.
dan hasil perhitungan debit banjir rencana
suatu drainase yang ada di Kecamatan 3. Perhitungan debit air sebagai salah satu
Semarang Utara. indikator dalam skoring untuk menentukan
daerah yang berpotensi rawan banjir selain
berdasarkan indikator tingginya curah
hujan, topografi dan penggunaan lahan di
sekitar saluran/sungai/kali.
4. Analisa daerah yang berpotensi Banjir
digambarkan dengan bantuan aplikasi
Sistem Informasi Geografi untuk
menentukan kawasan rawan banjirdengan
berdasarkan sistem drainase pada saluran
drainase primer dan sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
………..,2001,http://www.ctre. iastate.edu /
educweb/ce451/lectures/
Gambar 5. Button Untuk Memilih Informasi
intro/lecture.htm
kawasan.
……….,2000, ”GIS development Guide :
Pilihan untuk mencari Informasi kriteria
Conceptual Design of The SIG”,New
dan hasil perhitungan debit banjir rencana
York state archives internet document,
suatu drainase yang ada di Kecamatan
http://www.archives.nysed.gov/pubs/gis/
Semarang Utara bisa dilihat di gambar 6.
concept.htm,December

Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air) Sebagai Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai 131
Wilayah Semarang Berbantuan SIG
Aronoff, Stanley. 1989. Geographic Modelling Center, House 15A, Rd 35,
Information System : A Managemnet Dhaka, Bangladesh,
Perspektive.WDL Publication, http://gis.esri.com/library/userconf/proc
Ottawa,Canada,1989 97/ proc97/abstract /a487.htm
BAPPEDA.2005­2010. Draft Rencana : Nelson Prof., S.A. 2003, Streams and
Rencana Tata Ruang Wilayah Drainage Systems, Tulane University,
Kotamadya Daerah Tingkat II http://www.tulane.edu/~sanelson/geol11
Semarang. Pemda Kabupaten Daerah 1/streams.htm
Tingkat II. Semarang
Prahasta,Eddy. 2001. Sistem Informasi
Burrough, P.A. 1994. Principles of Geografi. Informatika Bandung
Geographical Information System for
Rhind, David, 1997,” MAPS and MAP
Land Resource Assessment .Oxford
ANALYSIS”, Birkbeck College,
University Press Inc.,New York
University of London,
Buliung,Ronald N. and De Luca,Patrick http://www.geog.ubc.ca/courses/klink/gi
F.,1999,”Spatial Pattern of Demand for s.notes/ncgia/u02.html#OUT2.2
Education : A Case Study”,Journal of
Suripin Dr.Ir. M.Eng 2004, Sistem Drainase
Geographic Information and Decision
Perkotaan yang Berkelanjutan , Andi
Analysis, Vol.4, no.2,pp.37­51
Offset, Yogyakarta
Densham ,Paul, Armstrong , Marc P. and
Tuman, 2001,” Overview of GIS”,
Kemp,Karen K., 1995,” Collaborative
http://www.gisdevelopment.net/tutorials/
Spatial Decision­Making”, National
tuman006.htm
Center for Geographic Information and
Analysis (NCGIA),
http://www.ncgia.ucsb.edu/research/i17/
I­17_home.html
Densham ,Paul J. And Goodchild, M.F.,
1989,”Spatial Decision Support
Systems : A Research Agenda”,
In:Proceedings
GIS/LIS’89,Orlando,FL.,pp 707­716
ESRI .1996. ArcView GIS : Installation Guide.
Environmental Systems Research
Institute,Inc.
ESRI ,2001,“Capabilities of a GIS”,
http://www.esricanada.com/k­12/gis/
capabilities.html
JICA. 1992. The Master Plan on Water
resources Development and Feasibility
Study for Urgent Flood Control and
Urban Drainage in Semarang City and
Suburbs. Inten Report I.
Lane,Thomas G. 1996. Avenue :Customizing
and Application Development for Arc
View. Environmental Systems Research
Institute,Inc.
Mark O., Kalken T.V.,Rabbi K., Jesper K.
1997,”A Mouse GIS Study Of The
Drainage In Dhaka City”, Danish
Hydaulic Institute, Agern Alle, 2970
Horsholm,Denmark, Surface Water

132 Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air) Sebagai Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai
Wilayah Semarang Berbantuan SIG

Anda mungkin juga menyukai