Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN dan ANALISA

4.1 PEMBAHASAN

Banjir merupakan peristiwa yang umum di Indonesia, khususnya pada musim hujan,
mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa ini
hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai saat ini belum terselesaikan,
bahkan cenderung makin meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya,
maupun durasinya.

Semarang digambarkan sebagai sebuah kota yang berada di tepian air, di mana
masalah-masalah banjir terjadi karena turunnya permukaan tanah di kawasan pantai dan
adanya kenaikan permukaan air laut. Sebagai akibat dari fenomena ini, terjadi banjir setiap
kali hujan turun dan genangan setinggi beberapa cm bahkan sampai merupakan
pemandangan umum di kawasan kota lama dan tawang, Semarang. Bahkan ketika hujan
turun sangat deras air dapat masuk sampai ke ruang tunggu stasiun tawang. Hal ini
menyebabkan gangguan kepada masyarakat dan juga menyebabkan gangguan pada
pengembangan ekonomi daerah secara signifikan. Masalah-masalah ini sangat akut dan
memerlukan perhatian serius dan harus segera ditanggulangi.

Untuk menaggulangi permasalahan tersebut pemerintah kota Semarang membuat


sistem polder, salah satunya adalah polder tawang. Tetapi sayang polder tersebut sempat
kurang berfungsi kurang baik dikarenakan banyaknya sampah dan juga terjadi sedimentasi
di polder tersebut.

Hal ini tidak lagi terjadi sekarang, karena polder tersebut telah dioptimalisasikan
fungsinya dengan pembersihan sampah, dan sedimentasi dan juga perbaikan pompa polder
tersebut. sehingga banjir di Semarang sudah berkurang terutama di kawasan kota lama dan
sekitar stasiun tawang. Banjir yang melanda kawasan kota lama dan juga sekitar stasiun
tawang sekarang sudah dapat dikendalikan dan ini dapat dilihat dari penurunan genangan
air yang jauh lebih cepat daripada tahun lalu bila hujan deras turun dan juga tidak adanya
lagi air limpasan dari sungai-sungai di daerah tersebut.
Kota ini dialiri oleh beberapa sungai dan empat puluh persen daratannya berada di
bawah muka laut pasang, selain itu juga terjadi penurunan tanah di bagian peisisr utara
kota. Laju penduduk Semarang pun pesat sehingga berdampak pada pengelolaan serta
pengendalian banjir. Sinergi ini meminta semua pemangku kepentingan baik itu
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah di sekitar Kota Semarang, untuk bekerja
sama guna mengendalikan banjir di daerah Semarang.
System kerja polder tawang adalah menampung air-air limpasan dari sungai-sungai
yang berada di kawasan tersebut. apabila terjadi hujan deras dan sungai-sungai sudah tidak
mampu menampung air, maka air tersebut akan di tampung di polder tawang dan apabila
polder sudah penuh, maka air akan di pompa menuju ke sungai Bandarharjo.
Pemerintah Provinsi Semarang berharap, dengan berfungsinya kembali polder
tawang, kedepannya kawasan kota lama dan sekitar stasiun tawang tidak dilanda banjir
kembali. Peningkatan kapasitas daya tampung polder tawang dan pengerukan akan
menyebabkan air bisa lebih cepat dialirkan ke laut. Meskipun demikian pencapaian target
ini akan sangat bergantung pada masyarakat yang membantu dengan tidak buang sampah
disaluran yang sudah dibersihkan dan tetap menjaga kebersihan di kawasan tersebut
4.2 PEMBAHASAN

Ide memilih sistem polder perkotaan percontohan di Semarang adalah sebagai hasil dari kerja
sama antara pihak pemerintah Indonesia dengan pihak Kerajaan Belanda dengan sasaran sebagai
berikut:

 pertukaran ilmu pengetahuan tingkat tinggi;


 adaptasi teknologi dan metodologi dari pihak Belanda dengan meyediakan kegiatan
stimulan;
 implementasi Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu dan Model Pengendalian Banjir
dalam konteks perkotaan.

Untuk mendukung sasaran dan tujuan tersebut suatu polder percontohan dipilih dan dalam hal ini
wilayah Banger di Semarang.

4.2. Akar Permasalahan

Kota-kota di Indonesia secara umum didesain dengan sistem drainase terbuka, di mana
air hujan akan masuk ke dalamnya. Pemeliharaan sistem ini sering kali di bawah tingkat atau
standard yang diperlukan. Di samping itu, sistem-sistem seperti ini sering tersumbat oleh
sampah-sampah, seperti sampah plastik dan sebagainya. Akibatnya, air hujan dan air selokan
tidak dapat mengalir dengan lancar. Di samping daerah penyimpanan air (retensi) tidak cukup
tersedia, dan kadang-kadang sistem pompa juga tidak digunakan pada sistem drainase.
Selanjutnya, perencanaan pada tingkat wilayah sungai hanya dikembangkan pada cakupan dan
tingkat terbatas. Penggundulan hutan di bagian hulu menyebabkan terjadinya erosi lahandalam
skala besar dan sedimentasi pada sistem aliran sungai, baik di daerah pedesaan mau pun di
daerah perkotaan. Perluasan dan pengembangan kota-kota yang begitu cepat dan sering tidak
terkendali sering ikut memperburuk kondisi, terutama berkaitan dengan penyediaan air untuk
industri dan untuk air minum. Untuk memenuhi kebutuhan seperti itu, opsi terbaik adalah
menggunakan air dari air sungai tetapi proses pengelolaan kualitas harus disediakan dan hal ini
sangat mahal. Solusi lebih mudah adalah dengan menyedot air tanah tetapi ini akan
menyebabkan turunnya permukaan tanah (ambles) secara serius. Untuk jangka panjang,
penyedotan air tanah dan menurunnya permukaan tanah akan menyebabkan meningkatnya
intrusi air laut ke dalam sistem air tanah dan pada akhirnya meningkatnya masalah banjir.

Untuk memecahkan masalah-masalah seperti di atas, dalam kerangka kerja perencanaan


Polder Percontohan Banger, harus diterapkan suatu pendekatan terpadu dan menerapkan
partisipasi masyarakat.

Untuk permasalahan di daerah Banger Semarang, penyebab yang sangat mendasar adalah:
1) debit curah hujan yang ekstrim
2) Pesatnya pertumbuhan urbanisasi di Semarang
3) Banjir disebabkan oleh tingkat air yang tinggi di luar polder
4) Genangan yang disebabkan oleh hujan deras
5) Kedua jenis banjir yang diperkuat oleh penurunan tanah: Yang pertama karena daerah
pesisir semakin berada di bawah permukaan air laut
6) Perluasan area beraspal dan kelalaian pemeliharaan dan penyumbatan dari drainase
yang ada meningkatkan infrastruktur genangan tersebut.
7) Perubahan iklim akan lebih memperburuk situasi karena kenaikan permukaan laut dan curah
hujan meningkat pada musim hujan.
8) kurangnya pengalaman dan pengetahuan dalam pengelolaan dan pengembangan zona
pesisir secara terpadu
9) kurangnya dukungan dana yang diperlukan untuk pengembangan

Anda mungkin juga menyukai