Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang latar belakang, dan tujuan dari makalah ini.

1.1 Latar Belakang


Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran dan
agihannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk
hubungannya dengan mahluk-mahluk hidup (International glossary of Hidrologi,
1974). Karena perkembangannya yang begitu cepat, hidrologi telah menjadi dasar dari
pengelolaan sumberdaya-sumberdaya air rumah tangga yang merupakan
pengembangan, agihan dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya air secara terencana.
Air merupakan salah satu unsur yang vital dalam kehidupan. Air dapat ditemukan
disemua tempat dipermukaan bumi ini. Air merupakan sumber daya abiotik yang
keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hampir semua
kegiatan hidup manusia bersinggungan langsung dengan air.
Longsor atau pelengsengan merupakan satu hal yang sangat populer di Indonesia,
khususnya pada daerah permukiman yang dekat dengan DAS. Mengingat beberapa
daerah kota di Indonesia mengalamiplengsengan, peristiwa ini hampir, setiap tahun
terulang namun permasalahan ini sampai saat ini masih sering diabaikan, bahkan
cenderung makin meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun
durasinya.
Kecamatan Klojen kelurahan Samaan merupakan salah satu kecamatan yang
terletak di Kota Malang, letaknya cukup strategis apabila dengan perkembangan dan
peningkatan masyarakat di kota tersebut, maka akan bertambah pula sarana dan
prasarana yang mendukung, salah satu adalah sistem pembuangan dan penaggulangan
drainase. Dengan perkembangan sebagai kabupaten sistem drainase sangat dibutuhkan
untuk membuang air hujan yang tidak terserap dalam tanah, serta mencegah terjadinya
genangan air yang dapat menggangu aktifitas masyarakat dan membuat lingkungan
sekitar Kecamatan Klojen menjadi tidak sehat dan terjadinya banjir atau genangan
khususnya bagi masyarakatnya yang tinggal disepanjang daerah aliran sungai (DAS).
Masalah genangan atau pelimpasan air menjadi pemikiran dan perhatian dari
berbagai pihak, itu karena kurangnya antusias masyarakat dan minimnya saluran

1
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
drainase di dalam maupun sekitar wilayah Kecamatan Klojen. Oleh sebab itu masalah
tersebut sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat yang baik dalam keindahan,
kesehatan, ekonomi maupun sosial budaya. Permasalahan tersebut segera
ditanggulangi masyarakat mengingat akan dampak yang akan ditimbulkannya.
Sebagai kecamatan yang padat akan pembangunan, sudah selayaknya pemerintah
daerah (PEMDA) memperhatikan keadaan drainase yang ada di Kelurahan Samaan
Kecamatan Klojen dengan bertambahnya pemukiman penduduk yang meningkat setiap
tahunnya maka akan bertambah juga volume debit air yang mengalir lorong-lorong di
sekitar kecamatan yang belum mempunyai saluran drainase sama sekali. Kapasitas
drainase yang sudah direncanakan tidak memenuhi syarat, karena hanya sekitar
wilayah dalam kecamatan. Pembuangan limbah-limbah dari rumah dengan keadaan
mmenigkatnya penghuni di kecamatan dan pemakaian air serta pembuangan sampah
sampah tidak pada tempatnya, serta di tinjau dari segi lingkungan kelurahan Samaan
yang cukup strategis dan sehingga pada musim hujan terjadi genangan bahkan
limpasan air yang dapat merusak lingkungan serta jalan raya
Selain itu, berdasarkan hasil observasi dan kajian bencana dari badan
peanggulangan bencana daerah di kota Malang, di daerah Kelurahan Samaan ini juga
rawan terhadap longsor (plengsengan) disekitar pinggiran-pinggiran sungai. Selain
limpasan air yang biasa terjadi didaerah pingiran sungai, pelengsengan ini juga
merupakan masalah yang cukup serius. Melihat dari tingkat resikon ya yang lebih
tinggi dan memungkinkan terjadi di daerah Samaan tersbut.
Sehingga perlu tanggul atau drainase agar pada saat air sedang naik plesngsengan
maupun penguapan dapat ditanggulangi dengan efektif. Mengingat banyak warga yang
tinggal di daerah DAS, maka dapat mengakibatkan rumah pemukiman warga roboh
apabila plengsengan pinggiran sungai terjadi.
Dengan dilakukanya observasi di Kecamatan Klojen Kelurahan Samaan Kota
Malang ini diharapkan konsep pengembangan pemukiman penduduk terarah dan
terpadu guna mewujudkan cita-cita masyarakat dalam terciptanya lingkungan yang
sehat, serta usaha untuk mencegah terjadinya peluapan air dan pelengsengan yang
menimbulkan kerusakan jalan, tidak sehat, serta mengganggu masyarakat sehari-hari.

2
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan permasalahan tentang rawan nya bencana
longsor (plengsengan) yang terjadi di Kecamatan Klojen Kelurahan Samaan.
2. Untuk menjelaskan permasalahan genangan / limpasan air yang berhubungan
dengan ilmu hidrologi yang mungkin terjadi di sekitar lingkungan Kecamatan
Klojen kelurahan Samaan.
3. Kurangnya drainase yang tersedia di Kecamatan Klojen Kelurahan Samaan.

1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan obseravasi ini adalah untuk mengetahui data curah hujan,
pendataan sumber air apa saja yang terdapat didaerah Kec.Klojen kel.Samaan, untuk
mengetahui data tata guna lahan, dan mengkaji permasalahn yang terjadi disepanjang
DAS (Daerah Aliran Sungai), dan memberikan solusi atas permasalahan tersebut.

3
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Profil Kelurahan Samaan


Kelurahan Samaan merupakan kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan
Klojen, Kota Malang. Kelurahan ini terdiri dari delapan RW (Rukun Warga) dan 58
RT (Rukun Tetangga). Kelurahan yang memiliki motto “Senyum, Salam, Sapa” ini
dibentuk pada tahun 1987, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1987.
Secara administratif, Kelurahan Samaan dikelilingi oleh kelurahan lainnya yang
ada di Kota Malang. Di sebelah utara, Kelurahan Samaan berbatasan langsung dengan
Kelurahan Lowokwaru, Kecamatan Lowokwaru. Sedangkan di sebelah timur,
kelurahan ini berbatasan langsung dengan Kelurahan Rampal Celaket, Kecamatan
Klojen. Sementara di sebelah selatan, Kelurahan Samaan berbatasan dengan Kelurahan
Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen. Lalu, di sebelah barat, kelurahan ini berbatasan
dengan Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen.
Berdasarkan laman resminya, Kelurahan Samaan memiliki luas tanah 60,7 ha.
Ada 10.716 jiwa penduduk yang bermukim di kelurahan ini, yang terdiri dari 2.902
Kepala Keluarga. Jumlah itu terbagi menjadi 5.381 jiwa penduduk pria dan 5.439 jiwa
penduduk wanita. Mayoritas penduduknya adalah lulusan SMA atau yang sederajat.
Tak heran jika banyak dari mereka yang memiliki mata pencaharian sebagai pedagang.

2.2 Analisa Hidrologi dan Analisis Data Hujan


Eliseu Martin (2010) pada jurnal yang berjudul : “ Kajian Sistem Jaringan
Drainase Jalan Desa Bocek Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang ”,
menyatakan bahwa dalammengkaji system jaringan drainase yang berkaitan dengan
perencanaan drainase, analisa hidrologi sangat penting untuk mencari curah hujan
rancangan. Dalam mencari curah hujan rancangan dan analisa hidrologi dicari besaran
debit pembuang. Debit pembuat sendiri dihitung berdasarkan besarnya curah hujan
yang ada. Untuk mendapatkan besaran curah hujan maksimum dilakukan dengan
menganalisis curah hujan harian maksimum, kemudian dipilih curah hujan terbesar
yang kemudian dipergunakan sebagai masukan dalam perhitungan curah hujan
rancangan.
4
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Data hujan yang ada sebelum dipergunakan dalam proses analisis dan
perhitungan, terlebih dahulu dilakukan pengujian, agar data tersebut tidak memberikan
angka simpangan baku yang terlebih besar atau tingkat homogeneus data yang kurang
baik.

2.3 Analisis Curah Hujan


Hujan yang tercatat di stasiun pencatat hujan adalah hujan titik atau hujan
yang terjadi ditempat alat pencatat hujan berada, karena intensitas curah hujan sangat
bervariasi terhadap suatu tempat atau kawasan dibutuhkan nilai rata-rata hjan kawasan
dari beberapa stasiun penakar hujan yang ada dalam wilayah tersebut.
Dalam perhitungan ini digunakan metode rata-rata aljabar, metode ini
didasarkan pada asumsi bahwa yang sama atau setara. Cara ini sangat cocok untuk
kawasan atau daerah yang rata atau datar, alat penakar tersebar hamper merata dan
harga individual curah hujan tidak terlalu jauh dari harga rata-ratanya. Persamaan
umum yang digunakan adalah :

R 1+ R 2+… …+ Rn
Rrata-rata =
n
Dimana :
Rrata-rata = hujan rata-rata DAS (mm).
R1,R2,Rn = hujan yang tercatat di stasiun 1, 2, n (mm).

2.4 Pemilihan Tipe Distribusi


Setiap tipe distribusi memiliki sifat yang khas sehingga setiap data
hidrologi harus diuji kesesuainnya dengan sifat masing-masing tipe distribusi tersebut.
Tipe distribusi yang sesuai dapat diketahui berdasarkan parameter-parameter statistic
data pengamatan. Hal ini dilakukan dengan melakukan tnjauan terhadap syarat batas
parameter statistic tiap distribusidengan parameter data pengamatan.

5
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Kriteria pemilihan awal kesesuaian tipe distribusi berdasarkan parameter statistic
Secara teoritis langkah awal penentuan tipe distribusi dapat dilihat dari parameter-
parameter statistic data pngamatan lapangan. Parameter-parameter yang dilakukan
adalah Cs, Cv, dan Ck. Kriteria pemilihan untuk tipe-tipe distribusi berdasarkan
parameter statistic adalah sebagai berikut :

a. Tipe distribusi normal


Distribusi normal adalah simetris terhadap sumbu vertical dan berbentuk
lonceng yang juga disebut distribusi Gauss. Distribusi normal ,e,punyai dua
parameter yaitu rerata (μ) dan deviasi standar (σ) dari populasi.
Fungsi distribusi normal mempunyai bentuk :

1 2 2

P(X) = e−( x−μ ) / (2 σ )


σ √2 π

dimana : X =variable random


p(X) = fungsi probabilitas kontinyu

Sri Harto (1993) memberikan sifat-sifat distribusi normal, yaitu nilai


koefisien kemencengan (skewness) sama dengan nol (Cs = 0 ; atau kecil sekali)
dan nilai koefisien kurtosis Ck = 3.

b. Tipe distribusi log normal


Distribusi normal digunakan apabila nilai-nilai dari variable random tidak
mengikuti distribusi normal, tetapi nilai logaritmanya memenuhi distribusi normal.
Dalam hal ini, Fungsi densitas probabilitas (PDF) diperoleh dengan melakukan
transformasi, yang dalam hal ini digunakan persamaan transformasi berikut :

Y = ln x atau y = log x

Parameter dari distribusi log normal adalah rerata dan deviasi standar dari y
yaitu μy dan σy. Dengan menggunakan transformasi tersebut maka :

6
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
1 2 2

p(X) = e−( y−μy ) /(2 σ y )


σy √ 2 π

Fungsi densitas kumulatif (CDF) dapat diturunkan dengan integrasi dari fungsi
densitas probabilitas, yang menghasilkan :

y
1

2
− ( y−μy ) /(2 σ y )2

F(z) = e dy
σy √ 2 π −∞

Sri Harto (1993) memberikan sifat-sifat distribusi log normal, sebagai


berikut :
Nilai kemecengan : Cs = C³v + 3Cv
Nilai kurtosis : Ck = C8v + 6C6v +15C4v + 16C2v + 3

c. Tipe distribusi Gumbel


Distribusi gumbel banyak digunakan untuk analisis data maksimum, seperti
untuk analisis frekuensi banjir. Fungsi densitas kumulatif mempunyai bentuk :

dimana : F(x) = e−e− y (7.18)


x−u
y= (7.19)
α

α=
√6 s (7.20)
π

u = x – 0,5772α (7.21)

dengan : y = factor reduksi Gumbel


u = modus dari distribusi (titik dari densitas probabilitas maksimum)
s = deviasi standar
Sri Harto (1993) , menyatakan bahwa distribusi Gumbel mempunyai
sifat :

7
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Koefisien skewness Cv = 1,1396 dan
Koefisien kurtosis Ck = 5,4002
yn dan σn adalah nilai rerata dn deviasi standar dari variant Gumbel, yang nilainya
tergantung dari jumalah data seperti diberikan dalam Tabel 7.6
Tabel Nilai yn dan σn fungsi jumlah data
n yn σn N yn σn n yn σn
8 0,4843 0,9043 39 0,5430 1,1388 70 0,554 1,1854
8
9 0,4902 0,9288 40 0,5436 1,1413 71 0,555 1,1863
0
10 0,4952 0,9497 4 0,5442 1,1436 72 0,555 1,1873
2
11 0.4996 0,9676 42 0,5448 1,1458 73 0,555 1,1881
5
12 0,5053 0,9833 43 0,5453 1,1480 74 0,555 1,1890
7
13 0,5070 0,9972 44 0,5258 1,1490 75 0.555 1,1898
9
14 0,5100 1,0098 45 0,5463 1,1518 76 0,556 1,1906
1
15 0,5128 1,0206 46 0,5468 1,1538 77 0,556 1,1915
3
16 0,5157 1,0316 47 0,5473 1,1557 78 0,556 1,1923
5
17 0,5181 1,0411 48 0,5447 1,1574 79 0,556 1,1930
7
18 0,5202 1,0493 49 0,5481 1,1590 80 0,556 1,1938
9
19 0,5220 1,0566 50 0,5485 1,1607 81 0,557 1,1945
0
20 0,5235 1,0629 51 0,5489 1,1623 82 0,557 1,1953
2

8
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
21 0,5252 1,0696 52 0,5493 1,1638 83 0,557 1,1959
4
22 0,5268 1,0754 53 0,5497 1,1653 84 0,557 1,1967
6
232 0,5283 1,0811 54 0,5501 1,1667 85 0,557 1,1973
8
24 0,5296 1,0864 55 0,5504 1,1681 86 0,558 1,1980
0
25 0,5309 1,0914 56 0,5508 1,1696 87 0,558 1,1987
1
26 0,5320 1,0961 57 0,5511 1,1708 88 0,558 1,1994
3
27 0,5332 1,1004 58 0,5515 1,1721 89 0,558 1,2001
5
28 0,5343 1,147 59 0,5518 1,1734 90 0,558 1,2007
6
29 0,5353 1,1086 60 0,5521 1,1747 91 0,558 1,2013
7
30 0,5362 1,1124 61 0,5524 1,1759 92 0,558 1,2020
9
31 0,5371 1,1159 62 0,5527 1,1770 93 0,559 1,2026
1
32 0,5380 1,1193 63 0,5530 1,1782 94 0,559 1,2032
2
33 0,5388 1,1226 64 0,5533 1,1793 95 0,559 1,2038
3
34 0,5396 1,1255 65 0,5535 1,1803 96 0,559 1,2044
5
35 0,5403 1,1285 66 0,5538 1,1814 97 0,559 1,2049
6
36 0,5410 1,1313 67 0,5540 1,1824 98 0,559 1,2055
8

9
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
37 0,5418 1,1339 68 0,5543 1,1834 99 0,559 1,2060
9
38 0,5424 1,1363 69 0,5545 1,1844 100 0,560 1,2065
0

Bila kriteria 3 (tiga) sebaran diatas tidak memenuhi, maka akan dicoba cara grafis
dengan menggunakan sebaran data :
d. Tipe distribusi log Pearson III
Pearson telah mengembangkan banyak model matematika fungsi distribusi
untuk membuat persamaan empiris dari suatu distribusi. Ada 12 tipe distribusi
Pearson, namun hanya distribusi log Pearson III yang banyak digunakan d alam
hidrologi, terutama dalam analisis data maksimum. PDF dari distribusi log Pearson
III mempunyai bentuk sebagai berikut :

γ−1 −xl β
x e
p(x) = γΓ (γ ) (7.30)
β

dengan : β dan γ adalah parameter.


βγ adalah rerata dari distribusi gamma
β²γ adalah varians
2/(γ)1/2 adalah kemencengan
Persamaan CDF mempunyai bentuk :


Γ ( γ )=∫ x γ-1e− x dx (7.31)
0

Bentuk kumulatif dari distribusi log Pearson III dengan nilai variat X
apabila digambarkan pada kertas probabilitas logaritmik akan membentuk
persamaan garis lurus. Persamaan tersbut mempunyai bentuk sebagai berikut :

yr = y + Kj Sy (7.32)

Dimana :

10
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
yr = nilai logaritmik dari x dengan perioe ulang T
y = nilai rerata dari yi
Sy = deviasi standar dari yi
KT = factor frekuensi

2.5 Analisis Intensitas Hujan


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya hujan atau frekuensi
kejadiannya. Untuk data hjan jangka pendek dapat digunakan rumus Tallbot, Sherman,
Ishiguro. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia dapat dihitung dengan rumus
Mononobe (CD Soemarto, 1987 : 40).

( )
2 /3
R 24 24
It =
24 t
Dimana :
It = Intensitas cahaya (mm/jam).
t = Waktu (durasi) curah hujan (( menit untuk a sampel c ) dan jam untuk d)).
R24 = Tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm).

2.6 Debit Limpasan Air Rencana


Penentuan debit limpasan air rancangan merupakan bagian terpenting dalam
perencanaan suatu rancangan bangunan-bangunan pengairan. Oleh karena itu,
pengamatan debit banjir sangat diperlukan, meskipun demikian jika tidak tersedia data
debit, perkiraan debit banjir dapat diprediksi berdasarkan data hujan, kemudian
perhitungan debit banjir akan dihitung dengan menggunakan data sintesis.
Qa = 0,278 . C . I . A
Dimana :
Qa = Debit limpasan air
C = Coefficient run off
I = Intensitas curah hujan (m/jam)
A = Luas daerah pengaliran (km)

11
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
2.7 Drainase
Drainase yang berasal dari bahasa inggris yaitu drainage mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Drainase dapat didefinisikan
sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air
hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
fungsi kawasan atau lahan tidak terganggu (Suripin, 2004). Debit saluran drainase (Qs)
adalah debit air yang terdapat di dalam saluran drainase yang merupakan hasil kali antara
luas penampang saluran drainase (As) dengan kecepatan aliran rata-rata (V). Rumus
kecepatan rata-rata pada perhitungan dimensi penampang saluran menggunakan rumus
Manning, karena rumus ini mempunyai bentuk yang sederhana tetapi memberikan hasil
yang memuaskan Chow (Suripin, 2004)

Qs = As . V

Qs = As ( 1n . R ²3 . S ¹2)
Keterangan :
Qs = debit saluran drainase (m³/detik)
V = kecepatan (m/dt)
As = luas penampang saluran (m²)
n = koefisien kekasaran manning
R = jari-jari hidrolik
S = kemiringan memanjang saluran
Selanjutnya, daya tampung maksimum drainase dapat diketahui ketika terjadi
debit puncak, diperlukan perbandingan antara debit saluran drainase maksimum
dengan debit banjir rencana. Daya tamping saluran drainase lebih besar dari debit
banjir rencana maka saluran tersebut masih layak dan tidak terjadi luapan air.
Penentuan daya tampung didasarkan atas tampungan terbesar yang terjadi setiap hari.
Daya tampung merupakan selisih antara debit saluran drainase (Qs) dengan debit banjir
rancangan (Qr) (Situmorang J Mulyanto dkk, 2013) dan (Putri R Dwi, 2014).

Q = Qs- Qr
Keterangan :
12
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Q = daya tampung saluran (m3/detik)
Qs = debit saluran drainase (m3/detik)
Qr = debit banjir rancangan (m3/detik)

2.8 Longsor (Plengsengan)


Menurut Suryolelono (2002), tanah longsor merupakan fenomena alam yang
berupa gerakan massa tanah dalam mencari keseimbangan baru akibat adanya
gangguan dari luar yang menyebabkan berkurangnya kuat geser tanah dan
meningkatnya tegangan geser tanah. Pengurangan parameter kuat geser tanah
disebabkan karena bertambahnya kadar air tanah dan menurunnya ikatan antar butiran
tanah.
Sedangkan tegangan geser tanah meningkat akibat meningkatnya berat satuan
tanah. Kuat geser tanah adalah kemampuan intenal tanah dalam menahan keruntuhan
akibat geseran sepanjang bidang keruntuhanya (Das, 1998). Teori tentang kekuatan
geser tanah sangat diperlukan dalam analisis kapasitas dukung pondasi, stabilitas
lereng ataupun tegangan lateral tanah. Das (1998) mengungkapkanbahwa keruntuhan
material tanah disebabkan oleh kombinasi kritis dari tegangan normal (σ n ) dan
tegangan gesernya (Ƭf). Secara lebih jelas, kondisi diatas dapat ditunjukkan pada
Gambar 2

Hubungan antara tegangan geser dan tegangan normal pada kriteria keruntuhan Mohr-
Coloumb dapat dinyatakan dalam Persamaan 1.
Ƭf = C + σntan φ …………………………………………………………… (1)
dengan,
13
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Ƭf = Tegangan geser tanah (kg/cm²)
C = Kohesi tanah (kg/cm²)
σn = Tegangan normal tanah (kg/cm²)
φ = Sudut gesek internal tanah ( ͦ )

14
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tinjauan Umum

Metodologi penelitian adalah semacam latar belakang argumentative yang


dijadikan alasan mengapa suatu metode penelitian dipakai dalam suatu kegiatan
penelitian. Metodologi penelitian dibutuhkan untuk mengatur perencanaan dan
pelaksanaan. Metodologi penelitian memberi tuntunan mengenai proses, cara
mengukur dan mengumpulkan data. Dalam metodologi terdapat informasi yang
menentukan langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan.

3.2 Rancangan Penulisan

Penulisan Tugas ini dimulai dengan survei lapangan untuk melihat kondisi dan
gambaran umum kondisi lapangan, seta mendapatkan data-data yang diperlukan.
Kemudian dilakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang ada di lokasi
observasi. Setelah masalah-masalah tersebut dirumuskan, dilakukan tinjauan pustaka
sebagai landasan dasar untuk melakukan tindakan selanjutnya, kemudian dilakukan
analisa. Setelah dianalisis, hasil perhitungan digunakan untuk merencanakan solusi
yang sesuai berdasarkan rumusan masalah.

3.3 Waktu dan Tempat Observasi

Observasi dilaksanakan pada tanggal 14 - 16 Maret 2018. Tempat dilaksanakannya


observasi yaitu di kantor kelurahan Samaan, sserta lingkungan kelurahan Samaan dan
sekitar aliran sungai yang mengalir disepanjang Kelurahan Samaan, Kecamatan
Klojen, Kota Malang.

15
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Gambar 3.1 Lokasi Observasi

3.4 Subyek Observasi

Berkaitan dengan subyek observasi ini agar mendapatkan hasil yang maksimal
maka kami menemui PNS yang bekerja di kantor Kelurahan Samaan, Kecamatan
Klojen, Kota Malang. Namun sangat disayangkan saat mendatangi kantor kelurahan
Samaan dan menemui PNS yang bekerja disana kami hanya diberikan buku profil
kelurahan Samaan, hanya sedikit pertanyaan kami yang bisa ditanggapi karena
kesibukan tersendiri. Setelah mempelajari dan mencatat data-data yang diperlukan dari
buku profil kelurahan Samaan tersebut kami memutuskan untuk berkeliling disekitar
kelurahan tersebut melihat kondisi atau permasalahan yang ada dan berhubungan
dengan Hidrologi.

Gambar 3.2 Buku Profil Kelurahan Samaan Gambar 3.3 Kantor Kelurahan Samaan

16
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
3.5 Pengumpulan Data

Berdasarkan sumbernya, data yang diperoleh pada proses pengumpulan data adalah :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan atau peninjauan
langsung di lapangan. Data primer juga diperoleh dari wawancara dengan pihak-
pihak yang dianggap mampu memberikan informasi yang diperlukan. Data yang
diperoleh adalah data visual dari kondisi lokasi studi berupa foto dan informasi dari
petugas instansi terkait.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan-catatan yang


telah ada. Data ini diperoleh dari instansi-instansi yang terkait. Data-data sekunder
yang diperoleh meliputi :

1. Peta Topografi atau Peta Rupa Bumi Indonesia daerah Kelurahan Samaan.

2. Data kondisi geografis, tofografi, geologi dan curah hujan.

3. Data jumlah penduduk Kelurahan Samaan.

4. Data sumber air apa saja yang ada di Kelurahan Samaan.

5. Data penggunaan lahan, dan kesesuaian lahan serta data Rencana Tata Ruang
Wilayah.

6. Data curah hujan pada Kelurahan Samaan hasil pengamatan 2 Stasiun yang
didapat dari BMKG.

3.6 Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dalam suatu perhitungan untuk
memperoleh hasil penelitian yang selanjutnya akan diambil kesimpulan dari tujuan
penulisan ini. Adapun cara analisis penelitian ini adalah:
a. Mencari data curah hujan maksimum per tahun tiap stasiun hujan di DAS

b. Perhitungan curah hujan wilayah DAS dengan metode aljabar.


17
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
c. Menganalisa frekuensi dan probabilitas curah hujan dengan menggunakan empat
jenis distribusi yang digunakan dalam bidang hidrologi yaitu Distribusi Normal,
Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III, dan Distribusi Gumbel.

d. Perhitungan curah hujan rencana dengan metode yang memenuhi.

e. Melakukan perhitungan intensitas hujan dengan metode mononobe. Ini dikarenakan


data jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian maksimum.
e. Perhitungan debit banjir rencana.

f. Memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di lokasi observasi.

g. Memberikan kesimpulan dan saran.

18
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
BAB IV

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Peta Kelurahan Samaan

19
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
4.1 Kondisi Geografis

Kelurahan Samaan merupakan bagian dari Kecamatan Klojen Kota Malang,


dengan luas wilayah 53,49 Ha. Kordinat Kelurahan Samaan terletak pada longitude :
112.628019° dan latitude : -7.960857°. Kelurahan Samaan juga dilewati DAS Brantas.
Secara administratif Kelurahan Samaan memiliki 8 RW dan 58 RT dengan batas
wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kelurahan Jatimulyo dan Kelurahan Panaggungan


 Sebelah Timur : Kelurahan Lowokwaru dan Kelurahan Rampal Celaket
 Sebelah Selatan : Kelurahan Klojen
 Sebelah Barat : Kelurahan Oro-Oro Dowo

Gambar 4.2 Perbatasan Kelurahan

Topografi

Walaupun Kota Malang yang terletak di dataran tinggi yaitu pada ketinggian antara 440
– 667 meter diatas permukaan air laut. Secara keseluruhan wilayah Kelurahan Samaan
merupakan dataran rendah, yang memiliki topografi relatif datar dengan kemiringan
tanah rata-rata 0 – 8%.

20
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Geologi

Secara keseluruhan wilayah Kelurahan Samaan memiliki kondisi geologi miosen dan
fasies B Gamping. Selain itu dari 4 jenis tanah yang ada di Kota Malang , Kelurahan
Samaan memiliki jenis tanah aluvial kelabu tua. Tanah aluvial berwarna kelabu
memiliki sifat fisik jika kering akan keras, pijal dan lekat jika basah sehingga jenis
tanah ini sering menjadi penyebab banjir.

Curah Hujan

Kondisi curah hujan pada Kelurahan Samaan rata-rata 2000 – 3000 mm yang secara
menyeluruh terjadi di wilayah tersebut. Hasil pengamatan Stasiun Klimatologi
Karangploso curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret,
April, dan Desember. Sedangkan pada bulan Juni, Agustus, dan November curah hujan
relatif rendah.

4.2 Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Kelurahan Samaan hingga akhir Desember 2017 sebesar 11.268
jiwa, 2.905 Kepala Keluarga dengan rincian 5.569 jiwa laki-laki dan 5.699 jiwa
perempuan, dengan komposisi sebagai berikut :

 Usia 0 – 15 : 3.252 jiwa


 Usia 15 – 56 : 6.843 jiwa
 Usia 56 keatas : 1.174 jiwa

Dari gambaran diatas, menunjukkan bahwa SDM masyarakat Kelurahan Samaan


cukup memadai untuk dikembangkan secara optimal, memiliki jumlah usia produktif
yang cukup tinggi dan merupakan potensi sebagai modal yang besar dalam
pelaksanaan pembangunan.

4.3 Analisa SWOT Kelurahan

Untuk dapat menetapkan strategi yang tepat, berpijak pada kondisi realistis dan disusun
secara konseptual, analitis, rasional serta komprehensif maka dipergunakan analisis

21
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) tentang kondisi dan potensi
lingkungan.

Tabel 4.1 Faktor – faktor Internal

TEMA / POTENSI (S) Strength KELEMAHAN (W) Weakness


VARIABEL
1. Luas wilayah 53,49 Ha Kodisi Topografi Kelurahan
2. Terdiri dari 8 RW dan 58 RT Samaan secara keseluruhan
Geografis merupakan dataran rendah,
relativ datar dengan kemiringan
tanah rata – rata 0 - 8 %
Jumlah penduduk yang cukup Termasuk kategori kepadatan
besar : tinggi, berdasarkan SNI 03-
Demografis Jumlah : 11.268 jiwa 1733-2004 dengan nilai berkisar
L= 5.569 dan P= 5.699 201 - 400 jiwa/Ha.
Jumlah KK= 2.905 KK
1. Jalan lingkungan memiliki 1. Masih terdapat beberapa
lebar dimensi lebih dari 1,5 meter perkerasan yang rusak dan
2. Jalan lingkungan permukaan belum diperbaiki
telah diperkeras 2. Masih terdapat jalan
3. Jalan lingkungan yang ada lingkungan yang memiliki lebar
Aksesbilitas Jalan sudah dilengkapi dengan saluran kurang dari 1,5 meter
samping jalan (Drainase) 3. Masih banyak jalan di
4. Topografi lahan pemukiman Kelurahan Samaan yang belum
warga yang mudah diakses (datar) memiliki saluran samping jalan
(Drainase)
4. Masih terdapat jalan yang
tergenang air saat hujan
1. Luas area pemukiman tanah 1. Sering terjadi banjir akibat
yang mempunyai kemiringan penyempitan aliran sungai
2. Jalan lingkungan sudah sehingga meluap ke jalan dan

22
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Drainase dilengkapi degan saluran Drainase rumah warga
Lingkungan 3. Kawasan permukiman yang 2. Saluran drainase masih
jarang terjadi genangan air/banjir terhubung dengan saluran air
4. Panjang drainase dengan limbah rumah tangga
kualitas minimum memadai 3. Banyak saluran drainase yang
rusak
4. Masih banyak saluran
drainase yang daya tampungnya
tidak memadai
5. Masih banyak rumah warga
yang tidak terhubung dengan
saluran drainase di lokasi
permukiman
1. Sebagian besar masyarakat 1. Beberapa rumah tangga yang
terlayani oleh saluran PDAM belum tersambung saluran
Penyediaan Air 2. Banyak tersedia sumber air PDAM
Minum bersih 2. Banyak sumber air yang tidak
dimanfaatkan secara optimal
3. Sumber air yang ada kurang
terawat
1. Jalan yang cukup lebar 1. Pemilihan sampah belum
memudahkan pengambilan dilakukan di keseluruhan
sampah baik gerobak maupun wilayah
kendaraan pengangkut sampah 2. Masih kurangnya kesadaran
Pengelolaan 2. Petugas kebersihan rutin masyarakat terhadap pemilihan
Persampahan mengangkut sampah ke TPS/TPA sampah
hampir setiap pagi
3. Tempat sampah sudah terpisah
berdasarkan jenis sampah

Tabel 4.2 Faktor – faktor Eksternal

23
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
TEMA / VARIABEL PELUANG (O) Opportunity ANCAMAN (T) Threat

Dekat dengan pusat pemerinthan Kawasan rawan banjir dan


Kota Malang, Kecamatan Klojen, longsor
pusat bisnis, pasar besar, mall,
Gografis pasar tawangmangu, rumah sakit
umum, kantor POLRESTA Malang,
hotel, sekolah dan akses jalan raya
1. Program biopori sebagai 1. Kurangnya kemampuan
alternatif mengurangi limpahan air pemerintah setempat terutama
ke jalan masalah pendanaan
2. Masih adanya perubahan 2. Tidak adanya lahan yang bisa
perkerasan jalan menjadi paving dibebaskan untuk pelebaran jalan
untuk penyerapan air yang meluap 3. Kurang adanya partisipasi
Aksesbilitas Jalan kejalan masyarakat untuk pelebaran jalan
3. Terhubung langsung dengan terutama masalah lahan
hirarki arteri sekunder II 4. Kontur dari kawasan yang
4. Adanya program untuk mendanai mempengaruhi kemiringan jalan
perbaikan aspal yang rusak
1. Adanya indikasi program terkait 1. Kurangnya kemampuan
normalisasi saluran drainase pemerintah setempat terutama
2. Adanya indikasi program terkait masalah pendanaan
Drainase Lingkungan peningkatan kualitas saluran 2. Partisipasi masyarakat yang
drainase kurang dalam menyediakan
3. Adanya indikasi program terkait saluran drainase di depan rumah
normalisasi sungai masing – masing
3. Tumpukan tanah yang
mengendap menghambat drainase

1. Saluran air minum PDAM sudah 1. Susahnya memperoleh dana


melayani keseluruhan rumah di dari pemerintah untuk
pembangunan plengsengan DAS

24
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
kelurahan samaan Brantas secara maksimal
2. Pembangunan plengsengan 2. Tidak ada dana yang bisa
Penyediaan Air secara total di sepanjang aliran dipergunakan untuk
Minum DAS Brantas di wilayah Kelurahan memberdayakan sumber air bersih
Samaan secara maksimal
3. Pemberdayaan dan pemanfaatan
sumber air bersih yang maksimal

4.4 Potensi Lokasi dan Potensi Bencana

Beberapa potensi lokasi maupun potensi bencana yang terjadi di Kelurahan Samaan
diantaranya sebagai berikut

Tabel 4.3 Data Lokasi dan Potensi Bencana

RW JENIS KEBENCANAAN DAN POTENSI LUAS (M2)


BENCANA
1 Rawan Longsor 7502,0
2 Rawan Longsor 7362,9
3 Rawan Longsor 3530,5
4 Rawan Longsor 104,9
5 Rawan Longsor 32272,4
8 Rawan Longsor 4385,0
Total 55157,7
Sumber : Bappeda Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat luasan terkecil terjadi bencana longsor adalah
RW 4 sedangkan luasan tersebar adalah RW.5. Hal ini disebabkan karena Kelurahan
Samaan berada dibantaran sungai brantas yang berpengaruh pada topografi kawasan.
Bencana longsor sangat membahayakan keselamatan masyarakat di Kelurahan Samaan
mengingat wilayah tersebut adalah kawasan padat penduduk. Sehingga perlu adanya

25
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
pencegahan dan penataan lingkungan dan bangunan untuk meminimalisir terjadinya
longsor di Kelurahan Samaan.

Beberapa kegiatan sudah dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah terjadinya


longsor dengan membuat plengsengan di beberapa tempat. Namun, masih ada beberapa
titik yang masih perlu untuk di buat plengsengan. Kurangnya pembuatan plengsengan
ini disebabkan karena biaya pembiayaan yang sangat mahal dan merupakan kegiatan
skala kota sehingga dalam pengadaan kegiatan tersebut membutuhkan waktu
perencanaan yang lama.

Berikut gambar lokasi yang sudah dilakukan pencegahan rawan longsor dengan
pembuatan plengsengan.

26
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Gambar 4.3 Titik Lokasi Rawan Longsor yang Sudah Terdapat Plengsengan

27
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Gambar 4.4 Titik Lokasi Rawan Longsor yang Belum Terdapat Plengsengan

Masih terdapat jalan yang tergenang air saat hujan, salah satu penyebab utamanya
adalah saluran drainase yang belum bekerja secara maksimal atau daya tampungnya
kurang memadai. Bisa kita lihat pada gambar 4.5 drainase tersebut tersumbat oleh
tanah dan banyaknya sampah sehingga mengurangi maksimalnya penampungan air
pada drainase.

28
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Gambar 4.5 Drainase yang Tersumbat

Permasalahan selanjutnya yaitu kurangnya drainase. Masih banyak rumah warga yang
tidak terhubung dengan saluran drainase di lokasi permukiman. Bisa dilihat pada
gambar 4.6

Gambar 4.6 Belum Adanya Drainase

4.5 Analisis Hidrologi

Untuk analisis hidrologi, ditunjang dengan ketersediaan data sebagai berikut :

29
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Data pencatatan berupa data curah hujan dari 2 Stasiun pengamat hujan berdasarkan
data yang diterima dari BMKG. Data yang akan dipakai adalah minimal 10 tahun data,
didapat dari Stasiun Penakar Hujan berikut :

1. Stasiun Ciliwung ( periode 2008 – 2017 )


2. Stasiun Sukun ( periode 2008 – 2017 )

Tabel 4.4 Data Curah Hujan Stasiun Ciliwung

Tabel 4.5 Data Curah Hujan Stasiun Sukun

4.5.1 Hujan Harian Maksimum Rata-rata

30
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Dari data pengamatan tinggi curah hujan dari kedua stasiun Ciliwung dan Sukun.
Maka dilakukan analisa data hujan harian maksimum rata-rata dengan memakai
metode aljabar.

Tabel 4.6 Curah Hujan Maksimum Tahunan

No Tahun Xi (mm)
1 2008 511
2 2009 499
3 2010 531
4 2011 421
5 2012 532
6 2013 542
7 2014 568
8 2015 412
9 2016 635
10 2017 447

Sumber : Hasil perhitungan

4.5.2 Distribusi Probabilitas & Hujan Rencana


Distribusi Normal
Perhitungan dengan distribusi normal secara praktis dapat didekati dengan persamaan
sebagai berikut :

dengan : XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang


T- tahunan, =nilai rata-rata hitung variat, s = deviasi standar nilai variat, z = faktor
frekuensi dari distribusi normal (tabel z untuk distribusi normal), merupakan fungsi
dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang
digunakan untuk analisis peluang.

31
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Tabel 4.7 Analisis Hujan Rancangan Dengan Distribusi Normal
No Tahun Huja (mm) T 1/T K X
1 2008 511 2 0,5 0 509,60
2 2009 499 5 0,2 0,84 567,25
3 2010 531 10 0,1 1,28 597,44
4 2011 421 20 0,05 1,64 622,15
5 2012 532 25 0,04 1,7 626,26
6 2013 542 50 0,02 2,05 650,28
7 2014 568 100 0,01 2,33 669,50
8 2015 412
9 2016 635
10 2017 447
jumlah 5096
rata-rata 510
maksimum 635
minimum 412
std. Deviasi 68,63
n 10

Sumber : Hasil perhitungan

Distribusi Log Normal


Jika Y = log X, maka perhitungan dengan distribusi normal secara praktis dapat
didekati dengan persamaan sebagai berikut :

dengan YT=perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang


T-tahunan, = nilai rata-rata hitung variat, s=deviasi standar nilai variat, z=faktor
frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model
matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang.

Tabel 4.8 Analisis Hujan Rancangan Dengan Distribusi Log Normal


No Tahun Hujan (mm) Logx (mm) T 1/T K logx x

32
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
1 2008 511 2,71 2 0,5 0 2,704 505,42
2 2009 499 2,70 5 0,2 0,84 2,753 566,43
3 2010 531 2,73 10 0,1 1,28 2,779 601,27
4 2011 421 2,62 20 0,05 1,64 2,800 631,37
5 2012 532 2,73 25 0,04 1,7 2,804 636,53
6 2013 542 2,73 50 0,02 2,05 2,824 667,48
7 2014 568 2,75 100 0,01 2,33 2,841 693,32
8 2015 412 2,61
9 2016 635 2,80
10 2017 447 2,65
jumlah 27,04
rata- rata 2,70
maksimum 2,80
minimum 2,61
std. Deviasi 0,06
n 10

Sumber : Hasil perhitungan

Distribusi Log-Pearson III


Jika Y = log X, maka perhitungan dengan distribusi normal secara praktis dapat
didekati dengan persamaan sebagai berikut :

dengan YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang


T- tahunan, =nilai rata-rata hitung variat, s =deviasi standar nilai variat, KT=faktor
frekuensi (tabel nilai KT untuk distribusi log pearson III), nilai KT ini tergantung dari
koefisien kemencengan (skewness) dan probabilitasnya.

Tabel 4.9 Analisis Hujan Rancangan Dengan Distribusi Log Person III
No Tahun Hujan (mm) Logx (mm) T 1/T K logx X

33
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
1 2008 511 2,708 2 0,5 -0,079 2,699 500,03
2 2009 499 2,698 5 0,2 0,81 2,751 564,13
3 2010 531 2,725 10 0,1 1,32 2,781 604,54
4 2012 421 2,624 20 0,05 1,7 2,804 636,53
5 2013 532 2,726 25 0,04 1,9 2,816 654,03
6 2014 542 2,734 50 0,02 2,3 2,839 690,51
7 2015 568 2,754 100 0,01 2,67 2,861 726,05
8 2016 412 2,615
9 2017 635 2,802
10 2018 447 2,650
jumlah 27,04
rata-rata 2,70
maksimum 2,80
minimum 2,61
std. Deviasi 0,06
Cs -0,143
n 10

Sumber : Hasil perhitungan

Distribusi Gumbel
Perhitungan curah hujan rencana menurut metode Gumbel, mempunyai perumusan
sebagai berikut:

dengan XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang

T- tahunan, = nilai rata-rata hitung variat,s = deviasi standar nilai variat, K


= faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model
matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang.
Faktor probabilitas K untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :

denganYn =reduced meanyang tergantung jumlah sampel/data n, Sn =reduced


standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel/data n, Ytr =reduced
variate, yang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

34
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Dengan Tr = kala ulang.
Tabel 4.10 Analisis Hujan Rancangan Dengan Gumbel
No Tahun Hujan (mm) T 1/T yt x
1 2008 511 2 0,5 0,367 502,90
2 2009 499 5 0,2 1,500 584,81
3 2010 531 10 0,1 2,250 639,04
4 2012 421 20 0,05 2,970 691,06
5 2013 532 25 0,04 3,199 707,57
6 2014 542 50 0,02 3,902 758,40
7 2015 568 100 0,01 4,600 808,86
8 2016 412
9 2017 635
10 2018 447
jumlah 5096
rata-rata 510
maksimum 635
minimum 412
std. Deviasi 68,63
n 10

untuk n =10 maka hubungan Ybn dan Sn dengan jumlah data maka didapat
Yn= 0,4592
Sn= 0,9496

Sumber : Hasil perhitungan

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Hujan Rancangan


Hujan Rancangan (mm)
Kala Ulang
No Metode Metode Log Metode Log Metode
(Tahun)
Gumbel Person III Normal Normal
35
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
1 2 502,90 500,03 505,42 509,60
2 5 584,81 564,13 566,43 567,25
3 10 639,04 604,54 601,27 597,44
4 20 691,06 636,53 631,37 622,15
5 25 707,57 654,03 636,53 626,26
6 50 758,40 690,51 667,48 650,28
7 100 808,86 726,05 693,32 669,50

Uji Kesesuaian
Tabel 4.12 Uji Chi Kuadrat
Normal log normal gumbel log pearson III
Chi Square Hitung 3,000 3,000 2,526 29,323
Chi Square Kritis 4,53 4,5333 4,5333 4,5333
Hipotesis Diterima Diterima Diterima Ditolak

Tabel 4.13 Uji Smirnov Kolmogorov

Normal log normal gumbel log pearson II


D max 9,22 9,78 11,66 84,04
α 5% 5% 5% 5%
D kritis 41 41 41 41
Hipotesis Diterima Diterima Diterima Ditolak

Tabel 4.14 Syarat Uji Kesesuaian

Jenis Distribusi Syarat Perhitungan Kesimpulan


cs = o 0 MEMENUHI
Normal
ck = 3 -0,161 TIDAK MEMENUHI
cs ≤ 1,1396 0,141 TIDAK MEMENUHI
Gumbel
ck ≤ 5,4002 -0,161 TIDAK MEMENUHI
Log Pearson cs ≠ 0 -0,144 TIDAK MEMENUHI
cs = 3Cv +cv = 3 0,141 TIDAK MEMENUHI
Log Normal
Ck = 5,383 -0,161 TIDAK MEMENUHI

Sumber : Hasil perhitungan

4.5.3 Analisa Intensitas Hujan


Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai ketinggian curah hujan yang terjadi
pada kurun waktu dimana air hujan berkonsentrasi.Analisa intensitas curah hujan ini
dapat diproses berdasarkan data curah hujan yang telah terjadi pada tahun-tahun

36
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
sebelumnya. Perhitungan besarnya intensitas curah hujan dapat dipergunakan
beberapa rumus empiris dalam hidrologi.
Rumus Mononobe dipakai apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada
hanya data hujan harian.

dengan I = intensitas curah hujan (mm/jam), t = lamanya curah hujan (jam), R24 =
curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Tabel 4.15 Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan


Hujan max
Tahun Hujan Maksimal
(mm)
2008 2008 28,72
2009 2009 39,74
2010 2010 66,40
2011 2011 32,11
2012 2012 36,66
2013 2013 37,78
2014 2014 56,42
2015 2015 33,66
2016 2016 28,26
2017 2017 40,58
Sumber : Hasil perhitungan

Karena uji smirnov kolmogorov dan uji chi kuadrat diterima, cs juga memenuhi jadi
menggunakan distribusi normal

Tabel 4.16 Distribusi Normal Setelah Memenuhi

37
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
No Tahun Hujan max (mm) T 1/T K X
1 2008 28,72 2 0,5 0 40,034
2 2009 39,74 5 0,2 0,84 50,325
3 2010 66,40 10 0,1 1,28 55,715
4 2012 32,11 20 0,05 1,64 60,125
5 2013 36,66 25 0,04 1,708 60,958
6 2014 37,78 50 0,02 2,05 65,147
7 2015 56,42 100 0,01 2,33 68,577
8 2016 33,66
9 2017 28,26
10 2018 40,58
jumlah 400,34
rata-rata 40,03
maksimum 66,40
minimum 28,26
std. Deviasi 12,25
Cs 1,4
n 10
Sumber : Hasil perhitungan

Dipakai periode ulang 50 tahun durasi 60 menit karena melihat kondisi tata guna
lahan yang sudah padat dengan pemukiman jadi besar kemungkinan beralihnya
fungsi tata guna lahan sangat rendah di Kelurahan Samaan. Sehingga kami
merencanakan debit limpasan hujan periode ulang 50 tahun.
Tabel 4.17 Intensitas Hujan
Menit Intensitas (mm/jam)
5 118,60
10 74,70
15 57,00
20 47,05
30 35,90
60 22,61
120 14,24
Sumber : Hasil perhitungan

Dari perhitungan tersebut didapatkan Intensitas Hujan, yang dipakai adalah 60 menit
= 22,61 mm/jam.

4.5.4 Debit Rencana

38
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase
untuk mencegah terjadinya genangan. Untuk drainase perkotaan dan jalan raya,
sebagai debit rencana ditetapkan debit banjir maksimum periode ulang 50 tahun.
Pemikiran secara rasional ini dapat dinyatakan secara aljabar dengan:
Q = 0,278 C. I. A
Rumus Modifikasi :
Q =0,278 C.Cs.I.A
Dengan A = luas daerah pengaliran, I = intensitas hujan, Cs = Koefisien
Penampungan, C = angka pengaliran.

Tabel 4.18 Nilai Koefisien Limpasan yang Digunakan Dalam Perhitungan

39
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Gambar 4.7 Peta Tata Guna Lahan Kelurahan Samaan

Tabel 4.19 Nilai Koefisien Limpasan yang Digunakan Dalam Perhitungan Sesuai
Tata Guna Lahan
TATA GUNA LAHAN KOEFISIEN LIMPASAN
PERUMAHAN 0,75
KUBURAN 0,2
RUANG TERBUKA HIJAU 0,1
PERDAGANGAN 0,7
FASILITAS UMUM 0,4
LAHAN KOSONG 0,2
Rata-rata 0,392

Diketahui : Luas wilayah Kelurahan Samaan A = 52,49 Ha


A = 0,5349 km²

Koefisien Tata Guna Lahan C = 0,392

Intensitas Hujan I = 22,61 mm/jam

Maka Q = 0,278 x 0,392 x 22,61 mm/jam x 0,5349 km2 = 1,317 m3/dtk


Jadi debit limpasan rencana di Kelurahan Samaan adalah 1,317 m³/detik.

40
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
BAB V
SOLUSI DAN PERENCANAAN

5.1 Solusi

Permasalahan berupa longsor atau plengsengan serta limpasan air akibatnya


kurangnya drainase yang memadai yang terjadi di kecamatan Klojen kelurahan Samaan
merupakan suatu permasalahan yang harus diperbaiki dengan menggunakan berbagai
macam solusi yang ada. Dalam hal ini penulis memberikan penawaran solusi untuk
penanganan masalah yang ada didalam menangani masalah-masalah tersebut. Solusi
yang mungkin dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah :
1. Dibuatkannya drainase yang lebih besar dan berdasarkan data dari buku kelurahan
dijelaskan bahwa saluran drainase masih belum tersedia untuk sebagian wilayah
yang ada di daerah kecamatan Samaan, sehingga penambahan saluran drainase
disebagian daerah yang belum tersalurnya saluran drainase dapat pula dijadikan
solusi untuk permasalahn tersebut. Untuk mengatasi permasalahan infrastruktur
tersebut, diperlukan sistem drainase yang berwawasan lingkungan, dengan prinsip
dasar mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan secara
terkendali dan lebih banyak memiliki kesempatan untuk meresap kedalam tanah.
Hal ini dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung dengan baik dan
dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih efisien. Untuk dapat
memadukan berbagai tingkat kepentingan, maka perlu diupayakan adanya
koordinasi antara instansi atau lembaga yang terkait dengan masyarakat.
Peran serta masyarakat dilakukan dengan pendekatan partisipatif dengan
melibatkan seluruh masyarakat yang ada dalam pembangunan sistem drainase.
Disamping itu peraturan yang menjangkau perilaku masyarakat harus berjalan
dengan baik dan konsekuen, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
memelihara sistem drainase, meningkatkan rasa memiliki dan meningkatkan sifat
peduli terhadap lingkungan.
2. Untuk mengatasi masalah plengsengan, berdasarkan pengarahan dari pemerintah
setempat dapat dilakukan penanaman pohon untuk penyerapan air yang optimum.
Serta dapat juga diberikan solusi berupa pemindahan rumah untuk sebagian rumah

41
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
yang berada disekitar daerah tanah yang miring atau rawan akan terjadinya
plengsengan.

Gambar 5.1 Skema Penanaman Pohon Disepanjang Aliran Sungai

Ketentuan terbaru tentang jarak atau batas garis sempadan sungai di dalam dan
luar kawasan perkotaan. Aturan ini diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 28/PRT/M tahun 2015. Garis sempadan
pada sungai tidak bertanggul (ada bangunan penahan banjir)/plengsengan di dalam
perkotaan minimal berjarak 10 meter dari tepi kiri dan kanan sepanjang alur sungai.

42
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Jadi jarak antara rumah ke sungai minimal 10 meter, dari jarak 10 meter tersebut dapat
dilakukan penanaman pohon untuk penyerapan air yang optimum.

5.2 Perencanaan

Berdasarkan hasil perhitungan debit rencana curah hujan pada bagian pembahasan,
didapat Qp = 1,317 m3/det. Maka kami mencoba untuk mendesain drainase yang dapat
menampung curah hujan yang terjadi. Bentuk drainase penampang adalah trapesium,
maka didapat perhitungan sebagai berikut.

1,6 m

1m

1,2 m

Gambar 5.2 Drainase Rancanagan

Diketahui :
(Qp) ¿ 1,317 m3/det
S ¿ 0,001 Asumsi
m ¿ 0 , 25
b ¿ 1 ,2 m
B ¿ 1 , 6m
h ¿ 1m
Maka dimensi yang didapat adalah :
Luas Penampang basah saluran (A) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan rumus
B+ b
A ¿ xh
2
1, 6+1 , 2
¿ x1
2

43
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
¿ 1 , 4 m2

Keliling basah saluran (P)

P ¿ b+ 2h √ 1+m ²

¿ 1 ,2+ 2.1 √ 1+0 , 25²

¿ 3,262 m

Jari-jari Hidrolis

A
R ¿
p

1,4
¿
3,262

¿ 0,429

Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (V)

2 1
1
V ¿ . R3 . S2
n

2 1
1
¿ . 0,429 3 . 0,001 2
n

¿ 1,200 m/det

Maka perhitungan debit saluran eksisting rencana (Q) Daerah sekitar jalan raya
Bandulan dapat dihitung dengan

Q ¿ A.V

¿ 1 , 4 x 1,200

¿ 1,679 m3/det

Dari perhitungan di atas maka didapat bahwa debit aliran saluran drainase sksisting
(Q) daerah sekitar jalan raya Samaan adalah 1,679 m3/det lebih besar dari pada debit
aliran rencana sebesar 1,317 m3/det, maka drainase rancangan dapat menampung air
ketika hujan turun. Jadi dari perhitungan tersebut didapat hasil persentase drainase
rancangan bisa menampung debit rencana yaitu 27,54%.

44
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Drainase rancangan 1,679 m3/det > Debit rencana 1,317 m3/det.

Gambar 5.3 Drainase Rancangan

Perencanaan saluran drainase trapesium dan persegi banyak dipilih untuk talang
jaringan irigasi di daerah perkotaan besar. Penggunaan tebing yang tegak
menjadikan model drainase ini lebih dihindari daripada drainase trapesium. Hal ini
disebabkan untuk membuat dinding drainase yang tegak memerlukan konstruksi
yang kuat dan lebih mahal. Sedangkan pada dinding drainase trapesium
konstruksinya lebih murah karena kemiringannya mengikuti garis kemiringan tanah.

45
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Gambar 5.4 Lokasi Drainase Yang Direncanakan

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Dari hasil observasi yang sudah dilakukan dan dalam hasil penulisan dari makalah ini
maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air yang berada dimuka bumi.
2. Curah hujan, Intensitas Hujan merupakan faktor yang penting dalam lingkup ilmu
hidrologi.
3. Dalam menghitung Analisis hujan, terdapat labngkah-lngkah yang perlu dikerjaan:
a. Menetukan/menghitung hujan harian maksimum rata-rata
b. Menghitung distribusi probabilitas dan hujan rencana :
Dengan menggunakan beberapa metode ,
1 Metode Distribusi Normal
2 Metode Distribusi Log Normal
3 Metode Distribusi Log Pearson III
4 Metode Gumbel Gumbel
Setelah semua langkah tersebut, maka dari hasil perhitungan dapat
diketahui bahwa metode distribusi normal memiliki kesesuaian dengan data
hujan yang ada.
c. Menghitung Analisis Intensitas Hujan sebesar = 22,61 mm/jam.
d. Menghitung Debit Rencana dengan hasil ditemukan = 1,317 m³/detik.

6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil observasi dan kesimpulan diatas adalah :
1. Perlu dilakukan pemeliharaan baik secara rutin, berkala, maupun secara khusus dan
rehabilitasi untuk ormalisasi saluran drainasee baik pengangkutan sampah,
pengerukan sedimentasi, dan pembersihan dimensi saluran secara menyeluruh,
ataupun pembuata dimensi saluran yang lebih besar agar saluran drainase dapat
menjalankan fungsinya secara efektif dan optimal.

46
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
2. Menignkatkan peran serta masyarakat dan pemerintah untuk selalu memelihara
dengan tidak membuang sampah kesaluran drainase dan membersihkan saluran dari
sampah, sedimentasi dan tumbuhan liar yang menghambat aliran air dan
menurunkan daya tampung system drainase.
3. Melakukan penanaman pohon untuk meminimalisir terjadinya plengsengan
terhadap tanah yang miring. Selain itu, pemerintah harap ikut aktif dalam
penanganan masalah yang ada disekitar lingkungan, agar segala bentuk
permasalahan dapat diatasi dengan efektif dan optimal.

47
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
DAFTAR PUSTAKA

Sunjoto. (2011). Teknik Drainase Pro Air. Jurusan Teknik Sipil & Lingkungan Universitas
Gajah Mada.
Triatmodjo B. 1993. Hidraulika I. Beta Offset, Yogyakarta.
Triatmodjo B. 1996. Hidraulika II. Beta Offset, Yogyakarta.
Triatmodjo, 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset Yogyakarta.
Soemarto, 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga.
Sri Harto, 2000. Hidrologi. Yogyakarta: Nafiri Offset.
Subramanya, 2013. Engineering Hydrology. New Delhi: McGrawHill.
Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi Offset.
Harahap, Marlina Sari, 2010, Studi Identifikasi Dan Analisa Sistem Drainase Untuk
Penanggulangan Banjir Pada Kecamatan Medan Johor Dan Kecamatan Medan Polonia,
Departemen Teknik Sipil Usu, Medan.
Kamiana, I Made, 2011, Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Alfiansyah YBC, 2002, drainase perkotaan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala,
Banda Aaceh
https://kelsamaan.malangkota.go.id/profil/
https://googleweblight.com/i?u=https://fadlyfauzie.wordpress.com/2012/03/29/banjir-
karena-salah-konstruksi-drainase/&hl=id-ID

http://konsultanlingkungan.net/berbagai-macam-perencanaan-saluran-drainase-terbaik.html
https://bpbd.malangkota.go.id/peta-banjir-dan-longsor-di-kec-blimbing/

48
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
LAMPIRAN

49
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
50
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
51
S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

Anda mungkin juga menyukai