Anda di halaman 1dari 24

PERMASALAHAN DRAINASE PADA

KABUPATEN SUMENEP

Oleh :
Ravika Nur Melinda (41810729)

Mata Kuliah Drainase Perkotaan


Dosen : Ir. Irma Suryanti, S.T., M.T.
TABLE OF CONTENTS

01 PENDAHULUAN 02 PEMBAHASAN

03 PENUTUP
01
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Sumenep merupakan salah satu


Kabupaten yang terletak di Pulau
Madura, Jawa Timur. Beribu kota di
Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep
dijuluki sebagai Kota Keris karena
memiliki banyak pengrajin keris.
LATAR BELAKANG

Berdasarkan (RPIJM Kabupaten Sumenep, 2021), kawasan rawan banjir di Kabupaten


Sumenep sering diakibatkan oleh kerusakan hutan dan berbagai kawasan lindung di bagian
atas sehingga tidak dapat menahan laju air di bagian atas. Selain itu, banjir juga dapat
diakibatkan karena rendahnya resapan air di kawasan terbangun dan sistem drainase yang
tidak optimum menyalurkan air. Wilayah rawan banjir ini terdapat pada berbagai wilayah
Kabupaten Sumenep, khususnya Kecamatan Kalianget.
LATAR BELAKANG

Faktor lain yang menyebabkan banjir ialah curah hujan tinggi, drainase meluap, dan
sedimentasi sungai. Hal ini menyebabkan kerugian baik fisik maupun non fisik seperti
kerusakan infrastruktur, penurunan akses lalu-lalang, hasil tani nihil, kematian hewan
ternak, dan sebagainya. Untuk mengurangi dampak tersebut, maka diperlukan penanganan
yang baik untuk mencegah terjadinya genangan air atau banjir.
RUMUSAN MASALAH

a Apa permasalahan drainase pada Kabupaten Sumenep ?

b Apa penyebab dari permasalahan drainase tersebut ?

c Bagaimana hubungan antara permasalahan tersebut terhadap aspek teknis, non teknis dan
OP ?

d Bagaimana pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan


drainase tersebut ?
TUJUAN DAN MANFAAT

a Mengetahui permasalahan drainase yang terjadi di Kabupaten Sumenep

b Mengetahui penyebab dari permasalahan drainase tersebut

c Mengetahui hubungan antara permasalahan drainase tersebut terhadap aspek teknis,


non teknis, dan OP

d Mengetahui pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan tersebut


02
PEMBAHASAN
DRAINASE PERKOTAAN

Menurut Suripin (2004) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air. Secara umum, drainase perkotaan didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu
wilayah administrasi kota dan daerah urban, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal.
PERMASALAHAN DRAINASE

Aliran Air yang Penurunan Kapasitas


01 Lambat 02 Drainase

Arus Balik (Back


03 Water) 04 Alih Fungsi Lahan
BANJIR YANG MELANDA KABUPATEN
SUMENEP

Dilansir dalam kanal Youtube AN Record


Official, banjir menerjang Kabupaten
Sumenep pada 04 Maret 2021. Puluhan
rumah warga di Desa Bilapora Barat
tergenang hingga setinggi lutut orang
dewasa.
BANJIR YANG MELANDA KABUPATEN
SUMENEP

Dilansir dalam E-Kabari, banjir menerjang


Sumenep pada 23 Februari 2021. Banjir
tersebut memberikan dampak terhadap
masyarakat berupa terendamnya rumah
tinggal masyarakat dan hilangnya hewan
ternak.
BANJIR YANG MELANDA KABUPATEN
SUMENEP

Dilansir dalam Jatim TIMES, banjir


tersebut disebabkan oleh buruknya
sistem drainase sehingga menimbulkan
genangan ketika hujan deras mengguyur
daerah tersebut.
PENYEBAB PERMASALAHAN DRAINASE

Sikap Kurang Peduli Kesalahan dalam


01 Masyarakat 02 Perencanaan Tata Ruang
Wilayah

03 Kondisi Topografi 04 Kurangnya kegiatan


Wilayah Pemeliharaan Sistem Drainase
HUBUNGAN PERMASALAHAN TERHADAP
ASPEK TEKNIS

Aspek teknis merupakan aspek yang terkait sistem jaringan drainase perkotaan.
Salah satunya terkait dengan kondisi topografi Kabupaten Sumenep yang landai
sehingga dalam perencanaan desain drainase perlu memperhatikan kelandaian dari
saluran agar aliran air dapat berjalan dari hulu ke hilir secepat mungkin sehingga
tidak timbul genangan air atau banjir.

Selain itu Kabupaten Sumenep yang terletak dekat pantai mengakibatkan adanya
resiko arus balik (back water) dari badan penerima ke saluran drainase yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hal ini juga perlu diperhatikan dalam
perencanaan agar dapat meminimalisir resiko yang terjadi.
HUBUNGAN PERMASALAHAN TERHADAP
ASPEK NON TEKNIS

Aspek non teknis merupakan aspek terkait diluar dari sistem jaringan
drainase perkotaan seperti perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat
yang masih kurang peka terhadap pentingnya drainase
mengakibatkan banyaknya penyalahgunaan fungsi drainase.
HUBUNGAN PERMASALAHAN TERHADAP
ASPEK NON TEKNIS

Penyalahgunaan fungsi tersebut dapat berupa pola pikir masyarakat yang


menganggap saluran drainase dapat digunakan sebagai tempat pembuangan
sampah sehingga banyak sampah menumpuk pada saluran drainase.
Masyarakat yang terbiasa membuang sampah pada drainase mengakibatkan
timbulnya timbunan sampah pada drainase. Tidak hanya menjadi sarang
penyakit karena kondisi yang lembab, timbunan sampah juga mengakibatkan
adanya penurunan kapasitas drainase sehingga tidak sesuai pada
perencanaannya.
HUBUNGAN PERMASALAHAN TERHADAP
ASPEK OP

Operasional dan pemeliharaan merupakan dua kegiatan yang saling


berkesinambungan. Operasional diartikan sebagai kegiatan menjalankan sarana
dan prasaranan drainase perkotaan sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Sedangkan pemeliharaan adalah kegiatan dalam rangka menjaga sarana dan
prasarana agar tetap berfungsi dengan baik selama jangka waktu yang sudah
direncanakan.
HUBUNGAN PERMASALAHAN TERHADAP
ASPEK OP

Pemeliharaan sangat penting dilakukan, agar kegiatan operasional dapat berjalan


semestinya. Kegiatan pemeliharaan yang kurang, dapat menimbulkan masalah dalam
kegiatan operasional, seperti terjadinya timbunan sedimentasi karena tidak adanya
kegiatan penggalian sehingga menyebabkan penurunan kapasitas drainase dalam
mengalirkan air ke badan penerima. Hal ini juga memberikan dampak timbulnya
genangan air atau banjir.
PEMECAHAN MASALAH

Memberikan Penyuluhan Melakukan Perencanaan


01 Kepada Masyarakat 02 Ulang Tata Ruang Wilayah

03 Melakukan Perencanaan 04 Melakukan Kegiatan


Ulang Drainase Pemeliharaan Secara Rutin
03
PENUTUP
KESIMPULAN
Kabupaten Sumenep dalam beberapa tahun terakhir sering dilanda bencana banjir. Banjir tersebut
diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi dan adanya permasalahan drainase sehingga aliran air
terhambat. Permasalahan drainase tersebut berupa penurungan fungsi atau kapasitas drainase, alih
fungsi lahan, arus balik (back water), dan lambatnya aliran air. Permasalahan tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu kurangnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi drainase, kesalahan
dalam penataan ruang dan wilayah kota, kurangnya kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana
drainase, dan kondisi topografi. Permasalahan tersbeut perlu diatasi guna mengoptimalkan kinerja
saluran drainase. Beberapa cara dapat dilakukan seperti pemberian penyuluhan, penataan ulang
ruang dan wilayah, mendesain ulang saluran drainase, dan memaksimalkan kegiatan pemeliharaan.
THANKS !

Anda mungkin juga menyukai