KOTA SEMARANG
TAHUN ANGGARAN 2023
SUMBER DANA APBD KOTA SEMARANG
KERANGKA ACUAN KERJA
PAKET - PEKERJAAN MASTERPLAN SUMBER DAYA AIR KOTA SEMARANG
Uraian Pendahuluan
1. Latar Belakang Salah satu sumber daya alam yang substantif dan penting
adalah air. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai kebutuhan
dasar, air dibutuhkan manusia untukminum, mandi, dan cuci.
Sedangkan dalam tahapanyang lebih lanjut dapat digunakan
untuk irigasi, pembangkit listrik, industri, dan lain sebagainya.
Namun air juga kerap membawa permasalahan bagi
manusia, apabila tidak dikelola dengan baik, dimana
mengakibatkan bencana, misalnya bencana kekeringanpada
musim kemarau, gagal panen padi karena tidak tercukupinya air
dan terjadinya banjir karena volume air yang melimpah dan tidak
dikendalikan.
Di Semarang, krisis air bersih pernah memicu perang lima
hari antara pemuda Semarang dengan tentara Jepang pada
1945. Penyebabnya karena rebutan air antara tentara Jepang
dengan pemuda Semarang. Saksi bisunya reservoir Siranda
yang masih ada sampai sekarang. Sebanyak 15 kelurahan dari
enam kecamatan di Kota Semarang kesulitan air bersih. Daerah
kekurangan air bersih di Kecamatan Tembalang ada empat
kelurahan, yakni Rowosari, Meteseh, Mangunharjo dan
Tandang. Sedangkan Kecamatan Candisari di Kelurahan
Jomblang. Kecamatan Genuk yakni Kelurahan Bangtayu Kulon,
Bangetayu Wetan dan Kelurahan Trimulyo. Kecamatan
Gajahmungkur terdapat dua kelurahan yakni kelurahan Bendan
Duwur, dan Bendan Ngisor. Untuk Kecamatan Tugu ada tiga
kelurahan yakni, Kelurahan Mangkang Wetan, Mangkang Kulon
dan Mangunharjo. Kecamatan Banyumanik di Kelurahan
Gedawang.
Air baku dari Kali Garang dan Kali Babon acap kali
terkendala kontinuitas dan kualitas. Persoalan ini terjadi karena
hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Garang berada Kabupaten
Semarang dan hulu kali Babon ada di perbatasan Semarang-
Demak. Ketika kondisi hulu rusak karena perubahan tata guna
lahan. Daerah hulu tidak lagi hijau, maka suplai air akan
berkurang. Sementara persoalan hulu di luar kewenangan
pemerintah Kota Semarang. Ironisnya, sulitnya air bersih ini
dibarengi dengan kondisi bahwa Semarang sejak dulu sering
banjir dan air sungainya tercemar. Di selatan Semarang, kualitas
sumur artesis juga semakin menurun. Kualitas sejumlah mata air
tidak bagus. Mengandung besi dan mangaan.
Kendala suplai maupun distribusi coba diatasi dengan
mendorong penduduk beralih dari sumber air tanah dalam ke air
permukaan. Sebab, penggunaan air tanah dalam secara
berlebihan berdampak pada penurunan tanah di kawasan
pesisir. Ketika air tanah diambil secara berlebihan, akuifer akan
tertekan dan bisa menyebabkan terjadinya penurunan muka
tanah.
Masjid Layur, cagar budaya di Kelurahan Dadapsari pada
tahun 1910 masih berdiri dua lantai dan tergenang air di halaman
belakangnya, kini pada 2022, sudah tak pernah kebanjiran.
Walaupun, masjid yang berdiri di kawasan kampung arab itu kini
tinggal satu lantai. Lantai di bawahnya telah lama tenggelam
seiring penurunan tanah di pesisir Semarang. Ketika tanah
sudah turun, air asin bisa masuk melalui pori-pori tanah ke
lapisan akuifer yang kosong sehingga air dalam tanah yang
semula tawar menjadi asin.
Tantangan mengubah kebiasaan penduduk yang terbiasa
menggunakan air tanah dalam untuk beralih ke PDAM bukan hal
mudah. Perlu edukasi dan percepatan penyambungan jaringan
PDAM ke rumah warga. Yang jelas, jika peralihan tak segera
dilakukan sisi utara Semarang yang saat ini sudah turun bisa jadi
berada di bawah permukaan laut di masa mendatang. Krisis air
bersih pun menanti.
Melihat besarnya manfaat dan peranan air terhadap pola
kehidupan manusia secara langsung maupun terhadap kegiatan-
kegiatan perekonomian, pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya air kiranya perlu dikembangkan oleh Pemerintah Kota
Semarang.
Di Kota Semarang terdapat 21 (dua puluh satu) sungai yang
langsung bermuara ke Laut Jawa. Ke-dua puluh satu sungai
tersebut merupakan jaringan drainase primer di Kota Semarang
sehingga aliran air yang berada di saluran - saluran langsung di
hubungkan dengan sungai orde 1 terdekat supaya dapat
langsung mengalir ke Laut Jawa.
Luas dan tinggi genangan banjir di wilayah Semarang
menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Dengan pola
banjir yang tiba-tiba, titik genangan dari waktu ke waktu semakin
bertambah. Hal tersebut diduga terjadi kerusakan lahan, atau
terjadinya perubahan tata guna lahan pertanian-perkebunan
menjadi permukiman dan industri di bagian hulu. Selain itu, banjir
yang terjadi di Semarang juga disebabkan oleh air dengan debit
besar, mengalir dengan cepat melampaui ambang batas
kapasitas penampang aliran yang telah mengalami degradasi
penampang. Hal ini diakibatkan oleh hasil erosi dari hulu DAS
atau Sub DAS-nya, ditambah dengan penyempitan badan sungai
dan pasang surut air laut di wilayah hilir.
Perubahan penggunaan lahan DAS di Kota Semarang telah
menyebabkan dampak negatif di segmen hilir berupa
peningkatan sedimentasi dan erosi, pendangkalan sungai,
penyempitan aliran sungai Beringin, dan besarnya aliran
permukaan, yang pada akhirnya menimbulkan banjir. Perubahan
fungsi lahan menjadi lahan terbangun dalam skala besar dan
bersifat permanen dalam suatu DAS akan mempengaruhi besar
kecilnya hasil air.
Keadaan fisik maupun sosial DAS juga berpengaruh
terhadap kuantitas dan kualitas air sungai. Pengaruh fisik DAS
adalah pengaruh Akhir faktor penutup lahan, jenis tanah,
kemiringan lereng dan bentuk DAS. Pengaruh sosial dalam hal
ini adalah kondisi penduduk. Kondisi penduduk merupakan salah
satu faktor yang ikut memegang peranan terhadap kondisi suatu
DAS.Tekanan penduduk memberikan pengaruh terhadap lahan,
terutama didalam hal jenis-jenis penutup lahan di daerah
tersebut seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan
penduduk. Kondisi ini pada gilirannya akan turut mempengaruhi
kondisi hidrologis di suatu daerah aliran sungai (Widianto,
1999:4).
Kejadian tersebut akan menyebabkan melimpahnya air pada
musim hujan dan sebaliknya sangat minimumnya air pada musim
kemarau. Hal ini membuat fluktuasi debit sungai Akhir musim
kemarau dan musim hujan berbeda tajam. Jadi jika fluktuasi debit
sungai sangat tajam, berarti bahwa fungsi DAS tidak bekerja
dengan baik, apabila hal ini terjadi berarti bahwa kualitas DAS
tersebut adalah rendah (Suripin, 2004:186).
Terakhir kali banjir bandang melanda perumahan Dinar
Indah Meteseh Kota Semarang. Banjir di perumahan Dinar Indah
Meteseh diduga kuat akibat jebolnya tanggul di sekitaran
Pengkol Sungai Babon yang berada di dekat kawasan
perumahan. Dua orang kabarnya meninggal dunia. Sementara
warga lainnya saat ini masih mengungsi di masjid terdekat.
Menilik lebih dalam, hujan bukan satu-satunya pihak yang
”bersalah” dalam rentetan peristiwa banjir dan longsor di
Semarang itu.
Di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, banjir
terjadi karena saluran air di sekitar permukiman warga meluap.
Kondisi itu terjadi karena saluran air terlalu kecil lalu juga adanya
sumbatan sampah. Selain merendam permukiman dan
memaksa sejumlah orang mengungsi, banjir juga membuat jalan
pantura Semarang tidak bisa terlewati. Rel kereta tak luput dari
dampak banjir. Akibatnya, empat perjalanan kereta dibatalkan
dan sepuluh perjalanan kereta diubah melalui jalur selatan.
Pemetaan adalah langkah awal, mulai dari peta tanah yang
tidak bisa menyerap air, tidak ada sambungannya dengan air,
kemudian memetakan luasan permukaan tanah yang menyusut
tanahnya. Hasil pemetaan itu bisa menjadi panduan untuk
melakukan berbagai upaya, antara lain menambah daerah
resapan, memperbaiki saluran air yang tidak tersambung, serta
menyetop ekspolitasi air tanah pada wilayah yang muka
tanahnya terus menurun. Upaya lain yang tak kalah penting
adalah konservasi SDA dan perawatan sungai melalui upaya
pembatasan pengambilan air tanah dan normalisasi sungai.
Mayoritas sungai yang ada saat ini dangkal dan penuh dengan
sampah. Kondisi itu membuat fungsinya sebagai jalan air tidak
optimal. Jika sungai sudah berfungsi optimal, air hujan sebanyak
apapun akan bisa lewat, tidak akan meluap hingga merendam
permukiman. Kalaupun meluap, dampaknya tidak akan separah
saat sungai tidak berfungsi optimal.
Namun, perawatan sungai itu tidak bisa hanya
penerapannya di daerah hulu dan tengah, tetapi juga perlu
melakukan di daerah hilir. Sebab, selama beberapa tahun
terakhir, banyak hutan mangrove di kawasan pesisir yang rusak.
Kerusakan itu terjadi karena faktor alam dan faktor manusia.
Perbaikan hutan mangrove harus ada perlakuan sebagai bagian
dari melindungi daratan dari intrusi air laut.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, program pengendalian
banjir kota Semarang sudah saatnya mulai diarahkan pada
kegiatan-kegiatan yang strategis, yang tidak hanya pada
penganganan banjir di lokasi terdampak saja, akan tetapi perlu
kegiatan – kegiatan inovatif di daerah hulu hingga ke hilir. Selain
itu diperlukan monitoring melalui sistem informasi sumber daya
air agar semua pihak dapat Bersama-sama memantau kondisi
sumber daya air di Kota Semarang. Sejalan dengan itu, maka
kegiatan pengendalian banjir di wilayah Semarang perlunya
ditekankan pada aspek konservasi pada wilayah hulu hingga ke
hilir.
10. Peralatan, Peralatan Material, Personil, dan Fasilitas dari Pejabat Pembuat
Material, Komitmen Pengguna Jasa akan memfasilitasi kebutuhan
Personel dan data/informasi yang diperlukan untuk penyusunan kegiatan ini.
Fasilitas dari
PPK
11. Peralatan dan Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan material untuk
Material dari mendukung kelancaran terlaksananya pekerjaannya di kantor
Penyedia Jasa maupun di lapangan antara lain : ruang kantor beserta
Konsultansi kelengkapannya, komputer, printer, dan alat-alat bantu lainnya
yang diperlukan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan ini.
13. Jangka Waktu Jangka waktu penyelesaian pekerjaan adalah 6 bulan atau 180
Penyelesaian hari kalender sejak SPMK.
Pekerjaan
14. Personil Tenaga ahli dan Tenaga Pendukung minimal yang diperlukan
untuk menangani pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
a. Tenaga Ahli
1) Ketua Tim (Team Leader) Ahli Hidrologi
Kualifikasi Pendidikan yang dibutuhkan adalah minimal S2
Teknik Sipil/ Teknik Pengairan/ Teknik Keairan dengan
pengalaman sesuai bidangnya minimal 2 (dua) tahun dan
memiliki SKA Ahli Madya Sumber Daya Air (Kode: 211) atau
Ahli Madya Bidang Keahlian Teknik Sumber Daya Air
jenjang 8 (Kode: SIP.10.002.8) dengan jangka waktu
penugasan selama 6 bulan.
2) Ahli Geoteknik
Kualifikasi Pendidikan Tenaga ahli yang dibutuhkan adalah
minimal S1 Teknik Geologi dengan pengalaman kerja
sesuai bidangnya minimal 6 (enam) tahun dan memiliki SKA
Ahli Geoteknik (Kode: 216) atau Ahli Muda Geoteknik
Jenjang 7 (Kode: SIP.15.001.7) dengan jangka waktu
penugasan selama 6 bulan.
3) Ahli Geodesi
Kualifikasi Pendidikan Tenaga ahli yang dibutuhkan adalah
minimal S1 Teknik Geodesi dengan pengalaman kerja
sesuai bidangnya minimal 6 (enam) tahun dan memiliki SKA
Ahli Muda Geodesi (Kode: 217) atau Ahli Muda Survei
Terestris Jenjang 7 (Kode: SIP.16.001.7) dengan jangka
waktu penugasan selama 6 bulan.
4) Ahli Hidrologi
Kualifikasi Pendidikan Tenaga ahli yang dibutuhkan adalah
minimal S1 Teknik Sipil/ Teknik Pengairan/ Teknik Keairan
dengan pengalaman kerja sesuai bidangnya minimal 6
(enam) tahun dan memiliki SKA Ahli Muda Sumber Daya Air
(Kode: 211) atau Ahli Muda Bidang Keahlian Teknik Sumber
Daya Air Jenjang 7 (Kode: SIP.10.001.7) dengan jangka
waktu penugasan selama 6 bulan.
5) Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota, Kualifikasi Pendidikan
Tenaga ahli yang dibutuhkan adalah minimal S1
Perencanaan Wilayah Kota / Planologi dengan pengalaman
kerja sesuai bidangnya minimal 6 (enam) tahun dan memiliki
SKA Ahli Muda Perencanaan Wilayah dan Kota (Kode: 502)
atau SKA Ahli Muda Perencana Tata Ruang Wilayah dan
Kota Jenjang 7(Kode: PWK. 01.001.7) dengan jangka waktu
penugasan selama 6 bulan.
6) Ahli Teknik Lingkungan, Kualifikasi Pendidikan Tenaga ahli
yang dibutuhkan adalah minimal S1 Tenik Lingkungan
dengan pengalaman kerja sesuai bidangnya minimal 6
(enam) tahun dan memiliki SKA Ahli Muda Teknik
Lingkungan (Kode: 501) atau Ahli Muda Teknik Lingkungan
Bidang Jasa Konstruksi Jenjang 7 (Kode: TTL.02.001.7)
dengan jangka waktu penugasan selama 5 bulan.
7) Ahli Ekonomi, Kualifikasi yang dibutuhkan adalah minimal
Sarjana (S-1) jurusan Ekonomi / Ekonomi Pembangunan,
memiliki pengalaman kerja sesuai bidangnya minimal 6
(enam) tahun dengan jangka waktu penugasan selama 5
bulan.
b. Tenaga Pendukung
1) 2 (dua) orang Surveyor yang memiliki latar belakang
pendidikan minimal D-III Teknik Sipil dengan pengalaman
dibidangnya lebih dari 3 (tiga) tahun. Tugas dan tanggung
jawab surveyor adalah mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan dari lapangan dan bertanggung jawab atas
keakuratan data yang didiperoleh dengan jangka waktu
penugasan selama 3 bulan.
2) 1 (satu) orang Drafter/Juru Gambar yang memiliki keahlian
dan ketrampilan dalam menggunakan komputer sebagai
media untuk menyusun gambar serta memiliki pengalaman
dibidangnya, untuk membantu Ketua Tim maupun Tenaga
Ahli, khususnya dalam membuat gambar desain/prototype
dan pemetaan lingkungan. Mempunyai latar belakang
pendidikan minimal D-III semua Jurusan dengan jangka
waktu penugasan selama 6 bulan.
3) 1 (satu) orang Operator Komputer yang memiliki latar
pendidikan minimal D-III semua Jurusan dengan tugas
keterampilan dalam menggunakan komputer sebagai
administrator dengan jangka waktu penugasan selama 6
bulan.
4) 1 (satu) orang Sekretaris yang memiliki latar pendidikan
minimal D-III semua Jurusan dengan tugas keterampilan
dalam melakukan kegiatan administrasi dan tata cara
persuratan dengan jangka waktu penugasan selama 5
bulan.
15. Tahapan a. Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data Sekunder
Pelaksanaan b. Tahap Inventarisasi dan Identifikasi
Pekerjaan c. Tahap Analisis Data Hidrologi dan Hidrometri
d. Tahap Perumusan Rencana dan Strategi
e. Tahap Penyusunan dan Penyerahan Laporan
f. Tahap Presentasi / Diskusi
Rincian atau detail jadwal dan tahapan pelaksanaan pekerjaan
dapat dilihat pada lampiran Kerangka Acuan Kerja ini dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Kerangka Acuan
Kerja ini.
16. Laporan Sebagai tahap awal dalam pelaksanaan kegiatan, maka laporan
Pendahuluan pendahuluan yang disusun harus mampu memberikan
gambaran yang jelas kepada pemberi pekerjaan berkaitan
dengan konsep dan metode pelaksanaan dan penanganan
pekerjaan yang akan dilakukan oleh pemberi pekerjaan. Secara
garis besar laporan pendahuluan minimal berisi hal-hal sebagai
berikut:
o Gambaran tentang pekerjaan
o Metodologi perencanaan
o Tenaga Ahli yang terlibat.
o Time Schedule Pekerjaan.
o Identifikasi pemanfaatan sumber daya air
17. Laporan Antara Laporan Antara berisikan tentang kompilasi data primer dan
sekunder, analisis data lapangan. Adapun pada laporan antara
sudah menampilkan perumusan rencana dan strategi
pengelolaan sumber daya air meliputi :
o Standar dan kriteria analisis hidrologi dan hidrolis
o Inventarisasi sumber daya air
o Identifikasi daya rusak air
o Identifikasi potensi pengembangan sumber daya air
o Analisis hidrologi
o Analisis kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya air
18. Laporan Akhir Laporan akhir berisikan hasil dari kegiatan ini dan masukan-
masukan dari tim teknis dan peserta rapat pembahasan serta
rekomendasi terkait rencana dan strategi pengelolaan sumber
daya air.
Dalam laporan akhir di dalamnya mencakup:
o Analisis pendayagunaan sumber daya air
o Analisis water balance
o Analisis konservasi
o Analisis pengendalian daya rusak
o Analisis Pengembangan kelembagaan
o Rencana dan stategi pengelolaan sumber daya air
19. FGD Merupakan sosialisasi dan diskusi publik terhadap seluruh hasil
rangkaian penyusunan, sebagai bahan penyempurnaan dalam
dokumen akhir yang disusun. Dilakukan sebanyak dua (2) kali
dengan mengundang stakeholders terkait mewakili unsur
masyarakat, akademisi dan swasta, serta tim teknis penyusun
Masterplan Sumber Daya Air Kota Semarang.
Hal-hal lain
20. Produksi dalam Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus
Negeri dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.