Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p.

026-039
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/
p-ISSN : 2798-3420 I e-ISSN : 2477-6068

Studi Perencanaan Embung sebagai Upaya Pengendalian Banjir


Sungai Kemuning Kabupaten Sampang Madura Provinsi Jawa
Timur
Study on Planning for Reservoir as an Effort to Control Kemuning River
Floods, Sampang Madura Regency
Achmad Rizkiawan Aditiya1*, Very Dermawan2, Runi Asmaranto3
123
Departemen Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Jalan MT. Haryono
No. 167, Malang, 65145, Indonesia

Korespondensi Email : Abstrak: Embung merupakan bangunan air yang


rizkiawan901@gmail.com berfungsi menampung air hujan dan air limpasan.
SungaiiKemuning yang berlokasikan di Kabupaten
DOI: Sampang, Madura dengan panjang sungai utama kurang
https://doi.org/10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.03 lebih 58 km tiap tahunnya saat musim hujan tidak dapat
menampung debit banjir yang terjadi dan juga
Kata kunci: Embung, Reduksi Banjir, mengalami kekeringan pada saat musing kemarau.
HEC-RAS 6.2, SungaiiKemuning Pembangunan embung diharapkan mampu menahan air
banjir untuk mengurangi volume debit air yang mengalir
Keywords: Retarding basins, Flood dan dapat digunakan di saat musim kemarau terjadi. Pada
Reduction, HEC-RAS 6.2, Kemuning perencanaan pelimpah direncanakan 3 lokasi embung
River pada Sungai Kemuning. Tujuanistudi iniiadalah untuk
mengetahui besar debit banjir rancangan sungai
Kemuning serta pengaruh adanya pembangunan embung
Article history:
terhadap besar reduksi banjir yang terjadi. Perhitungan
Received: 13-12-2022
debit banjir rancangan menggunakan metode Nakayasu.
Accepted: 24-01-2023 Analisa menggunakan aplikasi HEC-RAS 6.2 dengan
menggunakan debit banjir Q25th. Menghitung reduksi
dengan adanya perencanaan embung pada sungai
Kemuning. Hasil analisa debit banjir rancangan Q25th
pada Embung Daleman didapatkan sebesar 255,102
m3/dt, pada Embung Rohayu sebesar 353,868 m3/dt, dan
pada Embung Komis sebesar 344,046 m3/dt.
Perencanaan 3 embung pada studi ini mereduksi banjir
sebesar 17,79% berdasarkan penampang yang melimpas
dan 4,85% berdasarkan debit yang terjadi.

Abstract: Retarding basin is a water structure that


functions to collect rainwater and runoff water. The
Kemuning River which is located in Sampang Regency,
Madura, with the main river length of approximately 58
km, every year during the rainy season cannot
accommodate the flood discharge but drought during the
dry season. The construction of the retarding basin is
expected to be able to reduce the volume of flood
discharge and also can be used on dry season. It is
planned to have 3 locations of retarding basins on the
*Penulis korespendensi: rizkiawan901@gmail.com
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

Kemuning River. In planning the spillway. Study


Objectives this is to determine the magnitude of the
designed flood discharge of the Kemuning river and the
influence of the construction of the reservoir on the
amount of flood reduction that occurs. Calculation of
design flood discharge using Nakayasu method. Analysis
using the HEC-RAS 6.2 application of Q25th flood
discharge. .Calculating the reduction with the planning
of the retarding basins on the Kemuning river. The Q25th
design flood discharge at Daleman was 255.102 m 3/s, at
Rohayu was 353.868 m3/s, and at Komis was 344.046
m3/s. The planning of 3 retarding basins has a flood
reduction of 17.79% based on the overflow section and
4.85% based on previous flood design discharge.

1. Pendahuluan
Embungimerupakan bangunaniair yangiberfungsi menampungiair hujanidan air limpasan, namun
juga dapat dikembangkan menjadi pengendaliibanjir dengan caraimenampungidan melepaskan air
setekah melewati puncakibanjir. Ada juga embung yang di fungsikan dengan memanfaatkan air
tampungan sebagai air baku untuk kebutuhan masyarakat. Pembangunan embung biasanya berada pada
hulu sungai atau bagian anak sungai yang berperan sebagai pengatur angkutan sedimen sungai [1].
Sungai Kemuning hampir tiap tahun mengalami banjir padaisaat musimihujan dikarenakan
kapasitas penampang SungaiiKemuningiyang tidak dapat mengatasi besar banjir yang terjadi [2].
Padaisaatimusim kemarau, terdapat beberapa wilayah yang mengalami kekeringan. Untuk Sungai
Kemuning ini merupalan salah satu sungai yang berpengaruh di KabupateniSampang, iMadura. Panjang
SungaiiKemuning kurang lebih 59 km, dengan variasi lebar penampang di sekitar 12 m sampai dengan
26 m dan variasi kedalaman penampang sekitar 3 m sampai dengan 8 m.
Pembangunan embung diharapkan mampu menahan air banjir untuk mengurangi volume debit air
yang mengalir dan dapat digunakan di saatimusimikemarau terjadi. Tujuanistudi iniiadalah untuk
mengetahui besar debit banjir rancangan sungai Kemuning serta pengaruh adanya pembangunan
embung terhadap besar reduksi banjir yang terjadi.
2. Bahan dan Metode
2.1 LokasiiStudi
Studiiini berlokasikan di Sungai Kemuning yang terletak pada Kabupaten Sampang, Madura.
Dengan luas DAS (Daerah Aliran Sungai) sebesar 319,16 km2 dengan berfokus pada perencanaan
embung yang berlokasikan pada bagian hulu sungai yang berlokasikan pada Desa Daleman, Desa
Rohayu, dan Desa Komis. Penempatan lokasi perencanaan embung dapatidilihatipadaigambar 1…..
2.2 Data-data yang dibutuhkani
Dalam penelitian ini menggunakan data curah hujan 15 tahun dari tahun 2006 sampai dengan 2020
pada 7 stasiun hujan dan peta situasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kemuning untuk analisa hidrologi.
Peta topografi yang diperoleh dari data bangkitan DEMNAS digunakan untuk mendapatkan peta tata
guna lahan. Kemudian data cross section, long section sungai dan data pasang surut air laut yang
digunakan dalam analisa HEC-RAS.
2.3 Metodologi
2.3.1 Analisa Hidrologi
27
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

1. UjiiKonsistensiiData
Ujiikonsistensi digunakan agar dapat mengetahui kebenaran dari suatu data pengukuran curah
hujan bisa dikatakan konsisten jika perhitungan data pengukurannya akurat dan sesuai dengan
fenomena hujan yang terjadi [3].
2. Curah Hujan Rata-rata Daerah
Pada analisa ini menggunakan metode poligon Thiessen. Metode poligon Thiessen
mengasumsikan bahwa semua tinggi hujan dapat mewakili ketinggian curah hujan suatu wilayah
tertentu. Metode ini memperhitungkan nilai rasio luas setiap stasiun hujan yang mengeliilinginya
[4].
3. AnalisaiFrekuensiiCurahiHujan
Analisa data frekuensi curah hujan bertujuan menentukan besaran hujanidanidebit
banjirirancangan (designiflood) pada perode ulang tertentu [5]. Pada analisa ini
menggunakanimetode LogiPearson Type III.
4. Uji Kesesuaian Distribusii
Uji kesesuaian distribusi yang digunakan adalah ujiiSmirnov-Kolmogorov dan Uji ChiiSquare
untuk mengetahui apakah data debit tersebut sesuai.
5. Distibusi Hujan Jam-jaman
Analisisidistribusiihujan jam-jaman memberikaniestimasi berapa besaran hujan yangiakaniturun
setiapijamnyaidariitotalikeseluruhanihujaniyangiturun . Durasi hujan yang digunakan selama 6
jam, karena disesuaikan dengan rata-rata konsentrasi hujan di Indonesia [6]. Pada analisa ini
menggunakan metode Mononobe.
6. Debit BanjiriRancangani
Metodeiuntuk menganalisis debitabanjirrrancanganndengan kala ulang tertentu menggunakan
HidrograffSatuannSintetissNakayasu. Metode ini memberikan persamaan sebagai berikut [7]:
1 𝐴𝑥𝑅𝑒
𝑄𝑝 = ( ) Pers 1.
3,6 (0,3𝑇𝑝 +𝑇0,33 )
dengan:
Qp = debitipuncakibanjiri(m3/dt)
A = luasaniDAS (km2)
Re = curahhhujaniefektif (1mm)
Tp = waktuidariipermulaanibanjirisampaiipuncakihidrograf (jam)
T0,3 = waktuidariipuncakibanjirisampaii0,3ikaliidebitipuncak (jam)
1. AnalisaiFrekuensiiCurahiHujan
Analisa data frekuensi curah hujan bertujuan menentukan besaran hujanidanidebit
banjirirancangan (designiflood) pada perode ulang tertentu [5]. Pada analisa ini
menggunakanimetode LogiPearson Type III.
2. Uji Kesesuaian Distribusii
Uji kesesuaian distribusi yang digunakan adalah ujiiSmirnov-Kolmogorov dan Uji ChiiSquare
untuk mengetahui apakah data debit tersebut sesuai.
3. Distibusi Hujan Jam-jaman
Analisisidistribusiihujan jam-jaman memberikaniestimasi berapa besaran hujan yangiakaniturun
setiapijamnyaidariitotalikeseluruhanihujaniyangiturun . Durasi hujan yang digunakan selama 6
jam, karena disesuaikan dengan rata-rata konsentrasi hujan di Indonesia [6]. Pada analisa ini
menggunakan metode Mononobe.
4. Debit BanjiriRancangani
Metodeiuntuk menganalisis debitabanjirrrancanganndengan kala ulang tertentu menggunakan
HidrograffSatuannSintetissNakayasu. Metode ini memberikan persamaan sebagai berikut [7]:

28
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

1 𝐴𝑥𝑅𝑒
𝑄𝑝 = ( ) Pers 1.
3,6 (0,3𝑇𝑝 +𝑇0,33 )
dengan:
Qp = debitipuncakibanjiri(m3/dt)
A = luasaniDAS (km2)
Re = curahhhujaniefektif (1mm)
Tp = waktuidariipermulaanibanjirisampaiipuncakihidrograf (jam)
T0,3 = waktuidariipuncakibanjirisampaii0,3ikaliidebitipuncak (jam)

Gambar 1: Lokasi Perencanaan Embung


2.3.2 Analisa Hidrolika
1. KapasitasiPengaliraniMelaluiiPelimpah
Debitiyang melalu pelimpahidenganiambang teteap dihitungiberdasarkanirumus [8]:
𝑄 = 𝐶𝐿𝐻 3/2 Pers 2.
dengan:
Q = debitiyangilewatipelimpahi(m3/dt)
C = koefisienilimpahan
L = lebariefektifiambangipelimpahi(m)
H = totalitinggiitekaniairidiatasiambangipelimpahi(m)
2. KoefisieniDebit
Koefisienidebiti (C) dari tipe standart suatuipelimpahidihitungidenganipersamaan
Iwasakiisebagai berikut [8]:
𝐶𝑑 = 2,200 − 0,0416(𝐻𝑑/𝑊)0,99 Pers 3.
1+2𝑎(ℎ/𝐻𝑑)
𝐶 = 1,6 × Pers 4.
1+𝑎(ℎ/𝐻𝑑)
dengan: i
Ci = koefisienidebiti
Cdi = koefisien debit pada saat h=Hdi
hi = tinggiiairidiatasimercuibendung (m) i
29
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

Hdi = tinggi teknanan rencana diatas mercu bendung (m)i


Wi = P = tinggi bendung bagian hulu (m)i
Ai = konstantai (diperolehipadaisaat h=Hd, iyangiberarti C=Cd) i
3. Penelusuran Banjir
Penelusuranibanjir adalah peramalanihidrograf disuatu titik pada suatuialiran atau
bagianisungai yangididasarkan atas pengamatan hidrograf di titik lain. Cara ini baik
untukibeberapaitipe dari perencanaan untukipengendalianibanjir, denganipersamaan
sebagaiiberikut [9]:
𝐼1 +𝐼2 𝑆1 𝑂1 𝑆2 𝑂2
+( − ) =( − ) Pers 5.
2 ∆𝑡 2 ∆𝑡 2
𝐼1 +𝐼2
+𝜓 =𝜑 Pers 6.
2
dengan:
S1 = tampunganiwadukipada waktu permulaaniwaktu t(m3)i
S2 = tampunganiwadukipada akhir waktuit (m3) i
I1 = inflowikeibendung padaipermulaan waktu t (m3/dt) i
I2 = inflowikeibendung padaiakhir waktu t (m3/dt) i
O1 = outflowimelalui pelimpahipada permulaan waktu ti(m3/dt) i
O2 = outflowimelalui pelimpahipada akhir waktuiti(m3/dt) i
∆t = periodeipenelusuran banjiri(detik) i
4. Desain Bangunan Pelimpah dan Kolam Olak
Dalam studi perencanaan embung pada studi ini direncanakan tubuh embung yang menyatu
dengan bangunan pelimpah. Pelimpah tersebut merupakan pelimpah langsung (overflow weir
type), denganikomponen pelimpahiberupa tubuhimercu denganitipeiOgee 1 dan kolam olak
USBR IV [10].

2.3.3 Analisa HEC-RAS


1. Data Geometri
Data geometri yang diperlukan pada analisa ini adalah data sungai yang berupa potongan
memanjang dan potongan melintang sungai, ada juga inline structure data dengan
memasukkan desain dari bangunan yang direncanakan [11].
2. UnsteadyiFlowiDatai
Pada unsteadyiflowidata hanya berupa data flow hydrograph dan stage hydrograph. Dimana
untuk flow hydrograph merupakan data dari debit banjir rancangan dan stage hydrograph
merupakan data dari pengaruh pasang surut air laut [12].
3. Hasil dan Pembahasani
3.1 AnalisaiHidrologii
3.1.1 AnalisaiCurahiHujaniRerataiDaerahi
Data curah hujaniyangidigunakan selama 15itahun dariitahun 2006 sampai dengan 2020 dengan 7
stasiunihujan. Setelah itu didapatkan nilai curah-hujan harian maksimum-tahunan seperti tabel-berikut
[13].
Tabel 1: CurahiHujaniHarianiMaksimumiTahunan (Tahun 2006 - 2012)

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012


CH (mm) 96,736 95,272 75,839 67,857 82,894 55,699 55,668

Tabel 2: CurahiHujaniHarianiMaksimumiTahunan (Tahun 2012 – 2020)

Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

30
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

CH (mm) 72,367 57,212 62,456 65,895 71,216 68,332 65,641 72,429

Dari luasan wilayah yang mewakili setiap stasiun hujan akan didapatkan nilai koefisien Thiessen
setiap-stasiun-hujan. Perhitungan curah hujan harian daerah maksimum dengan memakai nilai data
hujan maksimum di setiap stasiun hujan yang telah dikoreksi kemudian dikalikan dengan koefisien
Thiessen. Berikut merupakan gambar dari polygon Thiessen:

Gambari2: Sebaran Stasiun Hujanidan Poligon Thiessen DAS Kemuning


Apabila data hujan maksimum di setiap stasiun hujan memiliki tanggal kejadian yang tidak sama, maka
perlu dianalisis menggunakan data seri hujan DistribusiiHujaniJam-jaman. Berikut ini merupakan tabel
hasil perhitungan distribusi hujan jam-jaman.
Tabel 3: DistribusiiHujaniJam-jamaniMetodeiMononobe

t Curah Hujan Tiap Jam (mm/hari)


(Jam) 1 5 10 25 50
1 19,635 31,151 34,047 37,713 40.453
2 5,104 8,097 8,850 9,802 10.515
3 3,580 5,680 6,208 6,876 7.376
31
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

4 2,850 4,522 4,942 5,474 5.872


5 2,407 3,818 4,173 4,623 4.958
6 2,104 3,338 3,648 4,041 4.334

3.1.2 HidrografiSatuaniSintetisiNakayasui
Analisa debit banjir rancangan dihitung pada setiap lokasi perencanaan embung. Penentuan
subDAS dengan cara menggunakan lokasi embung sebagai oulet dari subDAS yang akan dipakai untuk
perhitungan debit banjir rancangan dengan metode HSS Nakayasu. Parameter yang dipakai pada
metode HSS Nakayasu antara lain: tenggang waktu hidrograf, tenggang waktu dari permulaan hujan
sampai puncak hidrograf, tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf, luas daerah
pengaliran, panjang alur sungai terpanjang, dan koefisien pengaliran. Kala ulang yang dipakai untuk
perhitungan pada perencanaan embung adalah Q 25th. Berikut merupakan data luas dan panjang subDAS
rencana embung.
Tabel 4: PanjangidaniLuasisubDAS Rencana Embung

L A
Nama
km km2
Embung Daleman 23.26 130.98
Embung Rohayu 26.96 200.01
Embung Komis 34.86 231.06

Tampungan rencana Embung Daleman pada elevasi +61,5 dengan volume total sebesar 228.146,06
3
m . Tampungan rencana Embung Rohayu pada elevasi +58 dengan volume total sebesar 296.709,23
m3. Tampungan rencana Embung Komis pada elevasi +53 dengan volume total sebesar 457.651,09 m3.
Untuk hasil hidrograf banjir rancangan tiap subDAS rencana embung dengan kalaiulang 25itahun bisa
dilihatipada gambariberikut [14].

3.2 Analisa Hidrolika


3.2.1 Perencanaan Pelimpah
Pelimpah yang direncanakan pada studi ini merupakan pelimpah langsung (overflow weir type).
Perencanaan ini menggunakanidebit banjirirancangan kalaiulang 25 tahun. Rencana Embung Daleman
direncanakan puncak pelimpah pada elevasi +61,5,tinggi pelimpah 5,5 m, dan lebar pelimpah 25 m.
Dengan debit banjir rancangan Q25th sebesar 255,102 m3/dt. Kedua pada rencana Embung Rohayu
direncanakan puncak pelimpah pada elevasi +58,tinggi pelimpah 5 m, dan lebar pelimpah 25 m. Dengan
debit banjir rancangan Q25th sebesar 353,868 m3/dt. Ketiga pada rencana Embung Komis direncanakan
puncak pelimpah pada elevasi +53,tinggi pelimpah 6 m, dan lebar pelimpah 35 m. Dengan debit banjir
rancangan Q25th sebesar 344,046 m3/dt.
3.2.2 Desain Embung
Bedasarkan perencanaan embung pada mercu pelimpah direncanakan menggunakan tipe ogee 1 dan
kolam olak USBR IV pada ketiga embung rencana. Berikut merupakan tampilan denah dari ketiga
rencana embung [10].
3.3 Analisa Retensi Banjir
Pada analisa ini dilakukan perhitungan dari pengaruh adanya pembangunan 3 rencana embung
pada sungai kemuning dengan dua kondisi yaitu berdasarkan penampang yang melimpas dan

32
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

berdasarkan debit yang terjadi [15]. Berdasarkan penampang yang melimpas didapatkan hasil reduksi
sebesar 17,79%, sedangkan berdasarkan debit yang terjadi didapatkan hasil reduksi sebesar 4,85%.
3.3.1 Kondisi Eksisting
Pada analisa kondisi eksisting ini menggunakan debit banjir rancangan Q 25th. Sehingga
memperoleh tinggi limpasan pada Sungai Kemuning bagian hulu rata-rata kurang dari 1 m. Sedangkan
pada bagian hilir lebih dari 1 m dengan tinggi limpasan tertinggi pada bagian kiri penampang sebesar
1,63 m dan 1,33 m pada bagian kanan penampang. Banyak penampang yang melimpas pada analisa
kondisi eksisting ini sebanyak 742 dari 956 total penampang, dan debit maksimum yang terjadi sebesar
259,410 m3/dt.
3.3.2 Kondisi Rencana
Pada analisa kondisi rencana ini menggunakan debit banjir rancangan Q 25th. Dengan adanya 3
bangunan embung yang berada pada sungai Kemuning, tinggi limpasan pada penampang sungai rata-
rata berturun sedikit. Banyak penampang yang melimpas pada kondisi rencana ini sebanya 610 dari 956
total penampang, dan debit maksimum yang terjadi sebesar 246,830 m3/dt.
3.4 Analisa Retensi Banjir
Pada analisa ini dilakukan perhitungan dari pengaruh adanya pembangunan 3 rencana embung
pada sungai kemuning dengan dua kondisi yaitu berdasarkan penampang yang melimpas dan
berdasarkan debit yang terjadi [15]. Berdasarkan penampang yang melimpas didapatkan hasil reduksi
sebesar 17,79%, sedangkan berdasarkan debit yang terjadi didapatkan hasil reduksi sebesar 4,85%.
3.3.3 Kondisi Eksisting
Pada analisa kondisi eksisting ini menggunakan debit banjir rancangan Q 25th. Sehingga
memperoleh tinggi limpasan pada Sungai Kemuning bagian hulu rata-rata kurang dari 1 m. Sedangkan
pada bagian hilir lebih dari 1 m dengan tinggi limpasan tertinggi pada bagian kiri penampang sebesar
1,63 m dan 1,33 m pada bagian kanan penampang. Banyak penampang yang melimpas pada analisa
kondisi eksisting ini sebanyak 742 dari 956 total penampang, dan debit maksimum yang terjadi sebesar
259,410 m3/dt.
3.3.4 Kondisi Rencana
Pada analisa kondisi rencana ini menggunakan debit banjir rancangan Q 25th. Dengan adanya 3
bangunan embung yang berada pada sungai Kemuning, tinggi limpasan pada penampang sungai rata-
rata berturun sedikit. Banyak penampang yang melimpas pada kondisi rencana ini sebanya 610 dari 956
total penampang, dan debit maksimum yang terjadi sebesar 246,830 m3/dt.

33
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

Gambari3: Tampungan Rencana Embung Daleman

Gambari4: Tampungan Rencana Embung Rohayu

Gambari5: Tampungan Rencana Embung Komis

34
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

Gambar 6: Rekapitulasi Hidrograf Banjir Rancangan Q 25th subDAS Rencana

Gambar 7: GeometriiAlur SungaiiKemuningi


35
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

Gambar 8: Denah Rencana Embung Daleman (x=113,279056°, y= -7,072100°)

36
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

Gambar 9: Hasil Simulasi KondisiiEksistingidengan KalaiUlangi25iTahuni

a) b)

c) d)

Gambar 10: Potongan Melintang Kondisi Eksisting a) Sta. 16, b) Sta. 61, c) Sta. 113, dan
d) Sta.130

37
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

Gambar 11: HasiliSimulasi Kondisi Rencana denganiKalaiUlangi25iTahun

a) b)

c) d)
Gambar 12: Potongan Melintang Kondisi Rencana a) Sta. 16, b) Sta. 61, c) Sta. 113, dan
d) Sta.130
4. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan perhitungan yang sudah dilakukan didapatkan pada analisa hidrologi
didapatkan
1. Debit banjir rancangan pada 3 lokasi rencana embung, pada embung Daleman didapatkan Q 25th
sebesar 255,102 m3/dt, pada embung Rohayu didapatkan Q25th sebesar 353,868 m3/dt, pada embung
Komis didapatkan Q25th sebesar 344,046 m3/dt.

38
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039

2. Pembangunan 3 lokasi embung mampu mereduksi banjir sebesar 17,79% berdasarkan penampang
yang melimpas dan 4,85% berdasarkan debit yang terjadi. Sehingga bisa disimpulkan kalau
embung memiliki sedikit pengaruh terhadap reduksi banjir.

Daftar Pustaka
[1] M. A. Darmawan, S. Sumerman, W. Hermanto, and I. Ikhwanudin, “PERENCANAAN
EMBUNG KRAJAN KABUPATEN GROBOGAN,” Jurnal Teknik Sipil Giratory Upgris, vol.
1, no. 2, 2022, doi: 10.26877/goratory.v1i2.9419.
[2] I. Murrozaq, “Perencanaan diversion channel untuk mengurangi debit banjir sungai Kemuning
Kabupaten Sampang,” 2019.
[3] L. L. Rizki, “Analisis Hidrologi dan Hidraulika pada Bangunan Pelimpah (Studi Kasus:
Bangunan Pelimpah Bendungan Tugu),” REKONSTRUKSI TADULAKO: Civil Engineering
Journal on Research and Development, 2021, doi: 10.22487/renstra.v2i2.267.
[4] K. H. William and K. D. Hutomo, “The Natural Disaster Prone Index Map Model in Indonesia
Using the Thiessen Polygon Method,” INTENSIF: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Penerapan
Teknologi Sistem Informasi, vol. 5, no. 2, 2021, doi: 10.29407/intensif.v5i2.14612.
[5] M. S. Bhat et al., “Flood frequency analysis of river Jhelum in Kashmir basin,” Quaternary
International, vol. 507, 2019, doi: 10.1016/j.quaint.2018.09.039.
[6] L. M. Limantara, Hidrologi Praktis. Bandung: Lubuk Agung, 2010.
[7] B. Triatmodjo, Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset Yogyakarta, 2008.
[8] S. Sosrodarsono, Bendungan Type Urugan, 4th ed. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1977.
[9] J. A. Hernández-Andrade and S. I. Martínez-Martínez, “Flood routing on a reservoir: Hydrologic
or hydraulic?,” Tecnologia y Ciencias del Agua, vol. 10, no. 6, 2019, doi: 10.24850/j-tyca-2019-
06-06.
[10] S. L. Hunt and K. C. Kadavy, “USBR Type III and Type IV Stilling basins and rock aprons
associated with stepped chutes,” Appl Eng Agric, vol. 34, no. 2, 2018, doi: 10.13031/aea.12638.
[11] R. Asmaranto, HEC-geoRAS - HecRAS - Mapper Panduan Praktis Insinyur Pengairan untuk
Analisa Hidrolika Sungai - Genangan Banjir. Malang: CV. AE Media Grafika, 2021.
[12] T. Irawan, Z. F. Haza, and L. H. Widaryanto, “Analisis Genangan Banjir Menggunakan Sistem
Aplikasi Hec-Ras 5.0.7 (Studi Kasus Sub-DAS Sungai Dengkeng),” Teknik Sipil, vol. 6, no. 1,
2021.
[13] R. Haribowo, R. Asmaranto, L. T. W. N. Kusuma, and B. G. Amrina, “Effect of Rice Straw
Mulch on Surface Runoff and Soil Loss in Agricultural Land under Simulated Rainfall,” in IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 2021, vol. 930, no. 1. doi: 10.1088/1755-
1315/930/1/012007.
[14] R. Asmaranto, D. Priyantoro, D. Yustika Rini, and A. Khurotul Aini, “Safety evaluation of the
existing Grawan dam based on hydro-geotechnical behaviour conditions to ensure the
availability of water resources,” in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
2020, vol. 437, no. 1. doi: 10.1088/1755-1315/437/1/012006.
[15] T. A. Afdianti, Yusuf R, and Mardiani, “STUDI REDUKSI BANJIR DENGAN
KOLAM RETENSI PADA SUNGAI-SUNGAI PARALEL,” 2022.

39

Anda mungkin juga menyukai