026-039
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/
p-ISSN : 2798-3420 I e-ISSN : 2477-6068
1. Pendahuluan
Embungimerupakan bangunaniair yangiberfungsi menampungiair hujanidan air limpasan, namun
juga dapat dikembangkan menjadi pengendaliibanjir dengan caraimenampungidan melepaskan air
setekah melewati puncakibanjir. Ada juga embung yang di fungsikan dengan memanfaatkan air
tampungan sebagai air baku untuk kebutuhan masyarakat. Pembangunan embung biasanya berada pada
hulu sungai atau bagian anak sungai yang berperan sebagai pengatur angkutan sedimen sungai [1].
Sungai Kemuning hampir tiap tahun mengalami banjir padaisaat musimihujan dikarenakan
kapasitas penampang SungaiiKemuningiyang tidak dapat mengatasi besar banjir yang terjadi [2].
Padaisaatimusim kemarau, terdapat beberapa wilayah yang mengalami kekeringan. Untuk Sungai
Kemuning ini merupalan salah satu sungai yang berpengaruh di KabupateniSampang, iMadura. Panjang
SungaiiKemuning kurang lebih 59 km, dengan variasi lebar penampang di sekitar 12 m sampai dengan
26 m dan variasi kedalaman penampang sekitar 3 m sampai dengan 8 m.
Pembangunan embung diharapkan mampu menahan air banjir untuk mengurangi volume debit air
yang mengalir dan dapat digunakan di saatimusimikemarau terjadi. Tujuanistudi iniiadalah untuk
mengetahui besar debit banjir rancangan sungai Kemuning serta pengaruh adanya pembangunan
embung terhadap besar reduksi banjir yang terjadi.
2. Bahan dan Metode
2.1 LokasiiStudi
Studiiini berlokasikan di Sungai Kemuning yang terletak pada Kabupaten Sampang, Madura.
Dengan luas DAS (Daerah Aliran Sungai) sebesar 319,16 km2 dengan berfokus pada perencanaan
embung yang berlokasikan pada bagian hulu sungai yang berlokasikan pada Desa Daleman, Desa
Rohayu, dan Desa Komis. Penempatan lokasi perencanaan embung dapatidilihatipadaigambar 1…..
2.2 Data-data yang dibutuhkani
Dalam penelitian ini menggunakan data curah hujan 15 tahun dari tahun 2006 sampai dengan 2020
pada 7 stasiun hujan dan peta situasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kemuning untuk analisa hidrologi.
Peta topografi yang diperoleh dari data bangkitan DEMNAS digunakan untuk mendapatkan peta tata
guna lahan. Kemudian data cross section, long section sungai dan data pasang surut air laut yang
digunakan dalam analisa HEC-RAS.
2.3 Metodologi
2.3.1 Analisa Hidrologi
27
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039
1. UjiiKonsistensiiData
Ujiikonsistensi digunakan agar dapat mengetahui kebenaran dari suatu data pengukuran curah
hujan bisa dikatakan konsisten jika perhitungan data pengukurannya akurat dan sesuai dengan
fenomena hujan yang terjadi [3].
2. Curah Hujan Rata-rata Daerah
Pada analisa ini menggunakan metode poligon Thiessen. Metode poligon Thiessen
mengasumsikan bahwa semua tinggi hujan dapat mewakili ketinggian curah hujan suatu wilayah
tertentu. Metode ini memperhitungkan nilai rasio luas setiap stasiun hujan yang mengeliilinginya
[4].
3. AnalisaiFrekuensiiCurahiHujan
Analisa data frekuensi curah hujan bertujuan menentukan besaran hujanidanidebit
banjirirancangan (designiflood) pada perode ulang tertentu [5]. Pada analisa ini
menggunakanimetode LogiPearson Type III.
4. Uji Kesesuaian Distribusii
Uji kesesuaian distribusi yang digunakan adalah ujiiSmirnov-Kolmogorov dan Uji ChiiSquare
untuk mengetahui apakah data debit tersebut sesuai.
5. Distibusi Hujan Jam-jaman
Analisisidistribusiihujan jam-jaman memberikaniestimasi berapa besaran hujan yangiakaniturun
setiapijamnyaidariitotalikeseluruhanihujaniyangiturun . Durasi hujan yang digunakan selama 6
jam, karena disesuaikan dengan rata-rata konsentrasi hujan di Indonesia [6]. Pada analisa ini
menggunakan metode Mononobe.
6. Debit BanjiriRancangani
Metodeiuntuk menganalisis debitabanjirrrancanganndengan kala ulang tertentu menggunakan
HidrograffSatuannSintetissNakayasu. Metode ini memberikan persamaan sebagai berikut [7]:
1 𝐴𝑥𝑅𝑒
𝑄𝑝 = ( ) Pers 1.
3,6 (0,3𝑇𝑝 +𝑇0,33 )
dengan:
Qp = debitipuncakibanjiri(m3/dt)
A = luasaniDAS (km2)
Re = curahhhujaniefektif (1mm)
Tp = waktuidariipermulaanibanjirisampaiipuncakihidrograf (jam)
T0,3 = waktuidariipuncakibanjirisampaii0,3ikaliidebitipuncak (jam)
1. AnalisaiFrekuensiiCurahiHujan
Analisa data frekuensi curah hujan bertujuan menentukan besaran hujanidanidebit
banjirirancangan (designiflood) pada perode ulang tertentu [5]. Pada analisa ini
menggunakanimetode LogiPearson Type III.
2. Uji Kesesuaian Distribusii
Uji kesesuaian distribusi yang digunakan adalah ujiiSmirnov-Kolmogorov dan Uji ChiiSquare
untuk mengetahui apakah data debit tersebut sesuai.
3. Distibusi Hujan Jam-jaman
Analisisidistribusiihujan jam-jaman memberikaniestimasi berapa besaran hujan yangiakaniturun
setiapijamnyaidariitotalikeseluruhanihujaniyangiturun . Durasi hujan yang digunakan selama 6
jam, karena disesuaikan dengan rata-rata konsentrasi hujan di Indonesia [6]. Pada analisa ini
menggunakan metode Mononobe.
4. Debit BanjiriRancangani
Metodeiuntuk menganalisis debitabanjirrrancanganndengan kala ulang tertentu menggunakan
HidrograffSatuannSintetissNakayasu. Metode ini memberikan persamaan sebagai berikut [7]:
28
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039
1 𝐴𝑥𝑅𝑒
𝑄𝑝 = ( ) Pers 1.
3,6 (0,3𝑇𝑝 +𝑇0,33 )
dengan:
Qp = debitipuncakibanjiri(m3/dt)
A = luasaniDAS (km2)
Re = curahhhujaniefektif (1mm)
Tp = waktuidariipermulaanibanjirisampaiipuncakihidrograf (jam)
T0,3 = waktuidariipuncakibanjirisampaii0,3ikaliidebitipuncak (jam)
30
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039
Dari luasan wilayah yang mewakili setiap stasiun hujan akan didapatkan nilai koefisien Thiessen
setiap-stasiun-hujan. Perhitungan curah hujan harian daerah maksimum dengan memakai nilai data
hujan maksimum di setiap stasiun hujan yang telah dikoreksi kemudian dikalikan dengan koefisien
Thiessen. Berikut merupakan gambar dari polygon Thiessen:
3.1.2 HidrografiSatuaniSintetisiNakayasui
Analisa debit banjir rancangan dihitung pada setiap lokasi perencanaan embung. Penentuan
subDAS dengan cara menggunakan lokasi embung sebagai oulet dari subDAS yang akan dipakai untuk
perhitungan debit banjir rancangan dengan metode HSS Nakayasu. Parameter yang dipakai pada
metode HSS Nakayasu antara lain: tenggang waktu hidrograf, tenggang waktu dari permulaan hujan
sampai puncak hidrograf, tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf, luas daerah
pengaliran, panjang alur sungai terpanjang, dan koefisien pengaliran. Kala ulang yang dipakai untuk
perhitungan pada perencanaan embung adalah Q 25th. Berikut merupakan data luas dan panjang subDAS
rencana embung.
Tabel 4: PanjangidaniLuasisubDAS Rencana Embung
L A
Nama
km km2
Embung Daleman 23.26 130.98
Embung Rohayu 26.96 200.01
Embung Komis 34.86 231.06
Tampungan rencana Embung Daleman pada elevasi +61,5 dengan volume total sebesar 228.146,06
3
m . Tampungan rencana Embung Rohayu pada elevasi +58 dengan volume total sebesar 296.709,23
m3. Tampungan rencana Embung Komis pada elevasi +53 dengan volume total sebesar 457.651,09 m3.
Untuk hasil hidrograf banjir rancangan tiap subDAS rencana embung dengan kalaiulang 25itahun bisa
dilihatipada gambariberikut [14].
32
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039
berdasarkan debit yang terjadi [15]. Berdasarkan penampang yang melimpas didapatkan hasil reduksi
sebesar 17,79%, sedangkan berdasarkan debit yang terjadi didapatkan hasil reduksi sebesar 4,85%.
3.3.1 Kondisi Eksisting
Pada analisa kondisi eksisting ini menggunakan debit banjir rancangan Q 25th. Sehingga
memperoleh tinggi limpasan pada Sungai Kemuning bagian hulu rata-rata kurang dari 1 m. Sedangkan
pada bagian hilir lebih dari 1 m dengan tinggi limpasan tertinggi pada bagian kiri penampang sebesar
1,63 m dan 1,33 m pada bagian kanan penampang. Banyak penampang yang melimpas pada analisa
kondisi eksisting ini sebanyak 742 dari 956 total penampang, dan debit maksimum yang terjadi sebesar
259,410 m3/dt.
3.3.2 Kondisi Rencana
Pada analisa kondisi rencana ini menggunakan debit banjir rancangan Q 25th. Dengan adanya 3
bangunan embung yang berada pada sungai Kemuning, tinggi limpasan pada penampang sungai rata-
rata berturun sedikit. Banyak penampang yang melimpas pada kondisi rencana ini sebanya 610 dari 956
total penampang, dan debit maksimum yang terjadi sebesar 246,830 m3/dt.
3.4 Analisa Retensi Banjir
Pada analisa ini dilakukan perhitungan dari pengaruh adanya pembangunan 3 rencana embung
pada sungai kemuning dengan dua kondisi yaitu berdasarkan penampang yang melimpas dan
berdasarkan debit yang terjadi [15]. Berdasarkan penampang yang melimpas didapatkan hasil reduksi
sebesar 17,79%, sedangkan berdasarkan debit yang terjadi didapatkan hasil reduksi sebesar 4,85%.
3.3.3 Kondisi Eksisting
Pada analisa kondisi eksisting ini menggunakan debit banjir rancangan Q 25th. Sehingga
memperoleh tinggi limpasan pada Sungai Kemuning bagian hulu rata-rata kurang dari 1 m. Sedangkan
pada bagian hilir lebih dari 1 m dengan tinggi limpasan tertinggi pada bagian kiri penampang sebesar
1,63 m dan 1,33 m pada bagian kanan penampang. Banyak penampang yang melimpas pada analisa
kondisi eksisting ini sebanyak 742 dari 956 total penampang, dan debit maksimum yang terjadi sebesar
259,410 m3/dt.
3.3.4 Kondisi Rencana
Pada analisa kondisi rencana ini menggunakan debit banjir rancangan Q 25th. Dengan adanya 3
bangunan embung yang berada pada sungai Kemuning, tinggi limpasan pada penampang sungai rata-
rata berturun sedikit. Banyak penampang yang melimpas pada kondisi rencana ini sebanya 610 dari 956
total penampang, dan debit maksimum yang terjadi sebesar 246,830 m3/dt.
33
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039
34
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039
36
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039
a) b)
c) d)
Gambar 10: Potongan Melintang Kondisi Eksisting a) Sta. 16, b) Sta. 61, c) Sta. 113, dan
d) Sta.130
37
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039
a) b)
c) d)
Gambar 12: Potongan Melintang Kondisi Rencana a) Sta. 16, b) Sta. 61, c) Sta. 113, dan
d) Sta.130
4. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan perhitungan yang sudah dilakukan didapatkan pada analisa hidrologi
didapatkan
1. Debit banjir rancangan pada 3 lokasi rencana embung, pada embung Daleman didapatkan Q 25th
sebesar 255,102 m3/dt, pada embung Rohayu didapatkan Q25th sebesar 353,868 m3/dt, pada embung
Komis didapatkan Q25th sebesar 344,046 m3/dt.
38
Aditiya, A. R. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 026-039
2. Pembangunan 3 lokasi embung mampu mereduksi banjir sebesar 17,79% berdasarkan penampang
yang melimpas dan 4,85% berdasarkan debit yang terjadi. Sehingga bisa disimpulkan kalau
embung memiliki sedikit pengaruh terhadap reduksi banjir.
Daftar Pustaka
[1] M. A. Darmawan, S. Sumerman, W. Hermanto, and I. Ikhwanudin, “PERENCANAAN
EMBUNG KRAJAN KABUPATEN GROBOGAN,” Jurnal Teknik Sipil Giratory Upgris, vol.
1, no. 2, 2022, doi: 10.26877/goratory.v1i2.9419.
[2] I. Murrozaq, “Perencanaan diversion channel untuk mengurangi debit banjir sungai Kemuning
Kabupaten Sampang,” 2019.
[3] L. L. Rizki, “Analisis Hidrologi dan Hidraulika pada Bangunan Pelimpah (Studi Kasus:
Bangunan Pelimpah Bendungan Tugu),” REKONSTRUKSI TADULAKO: Civil Engineering
Journal on Research and Development, 2021, doi: 10.22487/renstra.v2i2.267.
[4] K. H. William and K. D. Hutomo, “The Natural Disaster Prone Index Map Model in Indonesia
Using the Thiessen Polygon Method,” INTENSIF: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Penerapan
Teknologi Sistem Informasi, vol. 5, no. 2, 2021, doi: 10.29407/intensif.v5i2.14612.
[5] M. S. Bhat et al., “Flood frequency analysis of river Jhelum in Kashmir basin,” Quaternary
International, vol. 507, 2019, doi: 10.1016/j.quaint.2018.09.039.
[6] L. M. Limantara, Hidrologi Praktis. Bandung: Lubuk Agung, 2010.
[7] B. Triatmodjo, Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset Yogyakarta, 2008.
[8] S. Sosrodarsono, Bendungan Type Urugan, 4th ed. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1977.
[9] J. A. Hernández-Andrade and S. I. Martínez-Martínez, “Flood routing on a reservoir: Hydrologic
or hydraulic?,” Tecnologia y Ciencias del Agua, vol. 10, no. 6, 2019, doi: 10.24850/j-tyca-2019-
06-06.
[10] S. L. Hunt and K. C. Kadavy, “USBR Type III and Type IV Stilling basins and rock aprons
associated with stepped chutes,” Appl Eng Agric, vol. 34, no. 2, 2018, doi: 10.13031/aea.12638.
[11] R. Asmaranto, HEC-geoRAS - HecRAS - Mapper Panduan Praktis Insinyur Pengairan untuk
Analisa Hidrolika Sungai - Genangan Banjir. Malang: CV. AE Media Grafika, 2021.
[12] T. Irawan, Z. F. Haza, and L. H. Widaryanto, “Analisis Genangan Banjir Menggunakan Sistem
Aplikasi Hec-Ras 5.0.7 (Studi Kasus Sub-DAS Sungai Dengkeng),” Teknik Sipil, vol. 6, no. 1,
2021.
[13] R. Haribowo, R. Asmaranto, L. T. W. N. Kusuma, and B. G. Amrina, “Effect of Rice Straw
Mulch on Surface Runoff and Soil Loss in Agricultural Land under Simulated Rainfall,” in IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 2021, vol. 930, no. 1. doi: 10.1088/1755-
1315/930/1/012007.
[14] R. Asmaranto, D. Priyantoro, D. Yustika Rini, and A. Khurotul Aini, “Safety evaluation of the
existing Grawan dam based on hydro-geotechnical behaviour conditions to ensure the
availability of water resources,” in IOP Conference Series: Earth and Environmental Science,
2020, vol. 437, no. 1. doi: 10.1088/1755-1315/437/1/012006.
[15] T. A. Afdianti, Yusuf R, and Mardiani, “STUDI REDUKSI BANJIR DENGAN
KOLAM RETENSI PADA SUNGAI-SUNGAI PARALEL,” 2022.
39