Anda di halaman 1dari 72

Pelatihan Analisa Jaringan

menggunakan software EPANET 2.0


Pelatihan Analisa Jaringan
menggunakan software EPANET 2.0
Dasar-dasar Pemodelan

Persamaan Hidrolis Dalam Sistem Distribusi


Dalam melakukan perencanaan jaringan sistem distribusi ada beberapa perumusan perhitungan
hidrolis yang dijadikan acuan diantaranya adalah:

A Persamaan Energi dalam Pipa


Dalam aplikasi hidrolika, energi sering dinyatakan dalam energi per satuan berat atau dalam
satuan panjang atau lebih umum disebut tekanan. Dalam hidrolika, energi ini dibagi ke dalam
tiga bagian yaitu:
- Pressure Head
p/γ (dimana p = N/m2 ; γ= berat jenis N/m3)
- Elevation Head
z (ketinggian dari titik tertentu, m)
- Velocity Head
V2/2g (V= kecepatan, m/dt)
(g= percepatan gravitasi, m/dt2)

Selain ketiga bentuk energi di atas, ada energi yang mungkin dimasukkan dalam sistem seperti
energi pompa. Persamaan keseimbangan hidrolis antara dua titik dalam aliran pipa dapat
dinyatakan sebagai berikut :

2 2
p1 V p V
 z1  1  hp  2  z2  2  hl
 2g  2g

dimana :
hp = head dari pompa (m)
hl = kehilangan tekanan total (m)
B Gradien Energi dan Hidrolis
Pengertian dari gradien energi dan gradien hidrolis adalah sebagai berikut:
Gradien hidrolis:
Merupakan jumlah head pressure (p/γ) dan head elevasi, yang dinyatakan dalam tinggi kolom air
dalam piezometer, digambarkan dalam garis HGL (Hydraulic Grade Line).
Gradien energi:
Merupakan penjumlahan gradien hidrolis dan head kecepatan (V2/2g), yang dinyatakan dalam
tinggi kolom air dalam tabung pitot, digambarkan dalam garis EGL (Energy Grade Line). Pada
kondisi tertentu EGL sama dengan HGL yaitu pada saat kecepatan aliran 0, seperti pada
reservoir.
Kedua pengertian di atas dapat digambarkan pada Gambar berikut:

1
Dasar-dasar Pemodelan

Garis HGL dan EGL aliran dalam pipa


(Sumber: Haestad Methods)

C Perubahan Energi dalam Pipa


Dalam sistem jaringan, prinsip keseimbangan hidrolis adalah bahwa aliran yang masuk harus
sama dengan aliran keluar. Sedangkan keseimbangan energi dalam pipa dinyatakan bahwa
besarnya kehilangan tekanan dalam pipa harus seimbang pada tiap-tiap titik, seperti yang
digambarkan pada Gambar berikut:

a b
3
1
c d

Perubahan energi dan aliran dalam pipa


(Sumber: Haestad Methods)

Pada Gambar di atas dapat diterangkan sebagai berikut bahwa jumlah debit air yang ada di pipa
a sama dengan jumlah aliran yang masuk ke pipa percabangan b dan c. Demikian juga
keseimbangan energi yang terjadi bahwa besarnya energi di titik 3 sama dengan besarnya energi
di titik 1 dikurangi kehilangan tekanan yang terjadi selama di pipa b. Begitu pula harus sama
dengan kehilangan tekanan di pipa c ditambah di pipa d.
D Friksi Loses (Kehilangan Tekanan Utama)
Friksi loses atau kehilangan tekanan karena gesekan pipa merupakan kehilangan tekanan utama
yang terjadi pada sistem jaringan pipa karena kondisi pipa seperti diameter pipa, kekasaran
pipa, panjang pipa yang dipengaruhi oleh debit aliran dan tekanan kerja awal dalam sistem.
Beberapa persamaan yang digunakan untuk memperkirakan friksi loses ini antara lain:
1. Persamaan Hazen William
Persamaan ini yang paling sering digunakan dalam analisa tekanan pipa dalam
sistem distribusi air, persamaannya adalah sebagai berikut:

Q  kCAR 0,63 S 0,54

2
Dasar-dasar Pemodelan

dimana:
Q = aliran air/debit dalam pipa (m3/dt)
C = koefisien kekasaran Hazen William (tanpa satuan)
A = luas penampang pipa (m2)
R = diameter hidrolik pipa (m)
A luaspenampangpipa (m 2 )

P kelilingbasahpipa (m)
S = kemiringan/ friction slope (m/m)
hf headloss(m)

L panjang (m)
k = konstanta (0,85)
Nilai C untuk beberapa jenis pipa dapat dilihat pada Tabel berikut:
Koefisien Kekasaran Hazen William Material Pipa

No Material pipa Nilai C

1 Asbes Semen 140


2 Cast Iron
Baru 130
Umur 10 th 107-113
Umur 20 th 89-100
Umur 30 th 75-90
Umur 40 th 64-83
3 Galvanized Iron 120
4 Steel Pipe
Baru 140-150
Lama 110
5 PVC 140-150
Sumber: Haestad Methods

2. Persamaan Darcy Weisbach


LV 2
hf  f
D2g

dimana:
hf = headloss dalam pipa (m)
f = koefisien Darcy Weisbach (tanpa satuan)
nilai koefisien f ini dapat ditentukan dengan persamaan
Swamee dan Jain sebagai berikut :
1 . 325
f  2
 k 5 , 74 
 ln  3 , 7 D  0 ,9 
R e  
 

k = tinggi kekasaran (m)

3
Dasar-dasar Pemodelan

D = diameter pipa (m)


Re = bilangan Reynolds
D = diameter pipa (m) = 4 R (jari-jari hidrolik)
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/dt)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
Maka persamaan Darcy Weisbach di atas dapat dilambangkan menjadi :
R hf L RS
Q  A 8g  A 8g
f f

dimana:
Q = aliran air/debit dalam pipa (m3/dt)
A = luas penampang pipa (m2)
Nilai f untuk beberapa jenis pipa dapat dilihat pada Tabel berikut:

Koefisien Kekasaran Darcy Weisbach Material Pipa

No Material pipa Nilai f

1 Commercial steel (enamel coated) 0,0048


2 Commercial steel (new) 0,045
3 Galvanized iron 0,15
4 Cast iron (new) 0,26
5 Concrete (steel forms, smooth) 0,18
Concrete (good joints, average)
6 0,36
Concrete (rough, visible, form marks)
7 0,60
Riveted steel (new)
8 0,9-9,0
Corrugated metal
9 45
Sumber: Haestad Methods

3. Persamaan Manning
Persamaan ini didasarkan pada persamaan Chezy sebagai berikut:

R1 6
Ck
n
dari persamaan di atas akan didapat persamaan Manning sebagai berikut :
k
Q AR 2 3 S 1 2
n
dimana :
Q = debit air (m3/dt) A = luas penampang pipa (m2)
k = konstanta (1) R = jari-jari hidrolis (m)
n = kekasaran Manning S = kemiringan (m/m)
Nilai k untuk beberapa jenis pipa dapat dilihat pada Tabel berikut:

4
Dasar-dasar Pemodelan

Koefisien Kekasaran Manning Material Pipa


Nilai k
No Material pipa
Min Normal Maks
1 Steel (Baja)
Lockbar and welded 0,010 0,012 0,014
Riveted and spiral 0,013 0,016 0,017
2 Cast iron (Besi Tuang)
Coated 0,010 0,013 0,014
Uncoated 0,011 0,014 0,016
3 Wrought iron (Besi Tempa)
Black 0,012 0,014 0,015
Galvanized 0,013 0,016 0,017
4 Corrugated metal
Subdrain 0,017 0,019 0,021
Storm drain 0,021 0,024 0,030
Sumber: Haestad Methods

E Minor Loses
Minor loses dalam pipa bertekanan disebabkan gerakan aliran air dalam pipa, seperti
meningktanya turbulensi dapat menurunkan HGL pada sistem. Besarnya kehilangan tekanan ini
tergantung pada bentuk fitting pada pipa, yang berpengaruh langsung pada garis aliran dalam
pipa seperti terlihat pada Gambar di bawah.

Gambar 2.18.
Model Garis Aliran dalam Pipa
(Sumber: Haestad Methods)
Persamaan minor loses yang umum dipakai adalah sebagai berikut:
V2
hm  k
2g

dimana:
hm = headloss minor (m)
V = kecepatan aliran (m/dt)
k = koefisien fitting, nilai k untuk tiap-tiap model dapat dilihat pada Tabel
berikut:

5
Dasar-dasar Pemodelan

Koefisien Beberapa Macam Fitting Material Pipa


Fitting Nilai k Fitting Nilai k

Pipa Masuk 0,03 - 0,05 90o Smooth Bend


Bellmouth 0,12 - 0,25 Bend radius/D = 4 0,16 – 0,18
Rounded 0,50 Bend radius/D = 2 0,19 – 0,25
Sharp Edged 0,80 Bend radius/D = 1 0,35 – 0,40
Projecting Bend
Pipa Menyempit Tiba-Tiba Θ = 15o 0,05
o
D2/D1 = 0,80 0,18 Θ = 30 0,10
D2/D1 = 0,50 0,37 Θ = 45o 0,20
o
D2/D1 = 0,20 0,49 Θ = 60 0,35
o
Pipa Menyempit Mengerucut Θ = 90 0,80
D2/D1 = 0,80 0,05 Tee
D2/D1 = 0,50 0,07 Aliran Lurus 0,30 – 0,40
D2/D1 = 0,20 0,08 Aliran Cabang 0,75 – 1,80
Pipa Melebar Tiba-Tiba Persimpangan
D2/D1 = 0,80 0,16 Aliran Lurus 0,50
D2/D1 = 0,50 0,57 Aliran Cabang 0,75
D2/D1 = 0,20 0,92
Pipa Melebar Mengerucut 45o Wye
D2/D1 = 0,80 0,03 Aliran Lurus 0,30
D2/D1 = 0,50 0,08 Aliran Cabang 0,50
D2/D1 = 0,20 0,13
Sumber: Haestad Methods

6
Dasar-dasar Pemodelan

Pemodelan dan Simulasi Jaringan Sistem Distribusi


A Umum
Simulasi sistem distribusi merupakan proses pemodelan perilaku sistem distribusi dengan
pendekatan matematis untuk mendapatkan kondisi yang hampir sama pada kondisi sebenarnya.
Dari proses simulasi dengan pemodelan sistem jaringan distribusi akan mempermudah kita
dalam:
1. Memperkirakan respon sistem distribusi yang ada terhadap kondisi yang cukup luas.
2. Dapat dilakukan antisipasi terhadap kondisi-kondisi yang nantinya terjadi pada suatu
sistem baik sistem yang telah ada maupun yang direncanakan.
3. Mempermudah kita dalam melakukan evaluasi dan pengembangan sistem jaringan
4. Mempermudah dalam pembuatan zona-zona pelayanan didasarkan pada kondisi-
kondisi tertentu yang akan lebih mudah diperhitungkan dengan adanya model
jaringan distribusi yang akan kita buat
Sedangkan tujuan dari proses simulasi dengan pemodelan pada sistem distribusi antara lain:
 Sebagai rencana induk jangka panjang, termasuk pengembangan dan rehabilitasi
 Sebagai studi pengamanan kebakaran
 Pengontrolan kualitas air
 Manajemen Energi
 Desain Sistem Distribusi
 Membantu dalam operasional sistem distribusi termasuk untuk training operator,
membantu mempercepat proses perbaikan
Dalam pembuatan model dan simulasi ini beberapa parameter dapat kita simulasikan misalnya
tekanan kerja, diameter pipa dan jenis pipa.
B Proses Pembuatan Model Sistem Distribusi
Dalam pembuatan model suatu sistem distribusi membutuhkan beberapa pentahapan sebelum
model tersebut dapat dipakai untuk tujuan di atas. Pemodelan ini harus didahului beberapa
tahap persiapan yang menunjang dalam pembuatan suatu model, seperti pengumpulan data,
pemilihan program pemodelan, pengecekan data, kalibrasi data dan lain-lain. Hal ini
dimaksudkan agar pemodelan yang kita lakukan nantinya benar-benar akan mendekati kondisi
sebenarnya dari suatu jaringan distribusi. Gambar di bawah ini merupakan skema tahapan yang
harus dilalui dalam membuat suatu pemodelan sampai model tersebut dapat digunakan sebagai
acuan dalam tujuan di atas.
Keakurasian model sistem jaringan distribusi yang kita buat sangat tergantung dari data yang kita
peroleh, semakin data yang kita peroleh semakin detail dan baik maka simulasi model yang kita
buat akan semakin mendekati kondisi nyata dari sistem di lapangan. Untuk itu diperlukan
database tentang jaringan distribusi secara lengkap akan sangat membantu dalam melakukan
analisa dan evaluasi jaringan distribusi.

7
Dasar-dasar Pemodelan

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi

8
Dasar-dasar Pemodelan

Beberapa komponen yang perlu disiapkan sebelum melakukan pemodelan sistem distribusi antara
lain:
a. Peta dan data pipa jaringan distribusi zona atau sub zona yang akan dibuat model (panjang
pipa, diameter pipa, dan jenis pipa) bahkan untuk hasil yang lebih detail ditambah dengan data
tentang umur pipa dan kondisi pipa. Peta jaringan ini meliputi bentuk jaringan, bentuk
hubungan pipa, aksesoris yang terpasang, letak tapping, letak dan kondisi valve atau katup
(kondisi terbuka, tertutup atau terbuka berapa persen). Jika data yang terkumpul akurat dan
mendekati kondisi lapangan maka model yang akan kita buat dan simulasikan akan mendekati
kondisi nyata di lapangan.
Dari peta ini harus dapat diketahui ketinggian atau kontur dari masing-masing titik dari model
jaringan yang akan dibuat.
b. Data tentang kebutuhan air, kebutuhan air ini harus dilakukan analisa untuk menentukan
kelayakan jaringan terhadap debit air yang diperlukan oleh konsumen. Kebutuhan air yang
harus didata meliputi kebutuhan air tiap-tiap titik tapping sesuai dengan daerah layanan,
sehingga model yang dibuat nantinya dapat mewakili penyebaran kebutuhan air sesuai dengan
jumlah pelanggan dan lokasi pelanggan. Analisa kebutuhan air ini meliputi:
 Perhitungan analisa kebutuhan air jaringan eksisting.
 Perhitungan analisa kebutuhan air jaringan perencanaan, yang terdiri dari eksisting dan
kebutuhan air pelanggan baru.
Data kebutuhan air ini harus meliputi kebutuhan air untuk domestik dari pelanggan rumah, non
domestik (industri, niaga, komersial dan lain-lain) juga air yang hilang sebagai tingkat
kebocoran. Selain itu juga perlu memperhatikan faktor kebutuhan air seperti faktor jam
puncak, faktor hari maksimum dan sebagainya.
c. Menentukan batasan - batasan hidrolis yang akan menjadi batasan dalam analisa kita, misalnya:
 Head loss maksimal yang diijinkan adalah 10 m/ 1.000 m
 Kecepatan minimum dalam pipa 0,3 m/dt
 Kecepatan maksimum dalam pipa 3,0 m/dt
 Tekanan maksimum dalam pipa 50 m
 Tekanan minimum dalam pipa 5 m
Batasan – batasan ini yang akan menjadi acuan kita dalam melakukan suatu evaluasi model
jaringan yang kita buat. Jika dalam model yang kita buat nantinya banyak output data yang
tidak masuk dalam kriteria ini, maka model yang kita buat harus dilakukan perbaikan-perbaikan
dalam model dengan melakukan simulasi terhadap diameter pipa, pengoperasian valve dan
sebagainya, sampai model kita sesuai dengan batasan yang kita buat. Adapun batasan-batasan
yang kita buat tersebut harus sesuai dengan kriteria - kriteria yang ada misalnya dari batasan
karakteristik pipa dan lain-lain.
d. Mengumpulkan data pengukuran lapangan untuk data kalibrasi model terhadap sistem
jaringan sebenarnya di lapangan, hal ini dilakukan jika kita mau melakukan evaluasi
sistem jaringan dan diketahui bahwa model jaringan eksisting yang kita buat sama
dengan model jaringan eksisting yang ada di lapangan. Nilai kalibrasi ini dapat menjadi
acuan dalam melakukan evaluasi terhadap jaringan dan menentukan kondisi-kondisi apa
yang menyebabkan model dan kondisi sebenarnya berbeda. Data kalibrasi yang dapat
dibuat antara lain kecepatan atau tekanan, debit aliran yang masuk ke suatu sistem dan
lain-lain.
Misalnya jika kita melakukan kalibrasi terhadap tekanan, maka kita melakukan
pengukuran tekanan pada titik-titik tertentu di lapangan dan hasilnya nantinya
disesuaikan dengan nilai tekanan pada titik yang sama pada hasil simulasi.

9
Dasar-dasar Pemodelan

Beberapa program simulasi untuk sistem perpipaan distribusi ini telah banyak diantaranya Program
LOOP yang merupakan program paling sederhana, EPANET maupun WaterCAD yang memberikan
hasil simulasi lebih baik.
Dalam sistem perencanaan jaringan distribusi, model dan simulasi ini merupakan faktor yang sangat
penting untuk mendapatkan sistem keseimbangan aliran dan tekanan dalam pipa terutama jika
sistem jaringan yang kita rencanakan adalah sistem looping. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
keseimbangan hidrolis akan sangat berpengaruh pada aliran air ke pelanggan.
Beberapa komponen yang nantinya sebagai masukan atau input ke dalam pemodelan jaringan
sistem distribusi, diantaranya adalah :
a. Data Gambar
Data gambar merupakan komponen data yang sangat penting untuk membentuk suatu jaringan
distribusi. Dengan adanya data gambar ini akan mempermudah dalam memahami pola jaringan
sistem distribusi yang akan dibuat modelnya. Untuk suatu sistem jaringan eksisting data gambar
akan memuat antara lain:
- Jalur pipa, model sambungan, material pipa, diameter pipa dan lain-lain
- Lokasi beberapa elemen sistem seperti reservoir, tangki maupun valve
- Data kontur tekanan daerah layanan
- Elevasi tiap-tiap node
- Informasi dasar seperti lokasi jalan, nama jalan, zona perencanaan, sungai, dan lain-lain
- Serta beberapa fasilitas lainnya.
- Beberapa jenis data gambar yang dipakai antara lain peta topografi, as-built drawing, peta
dan gambar digital, data sistem informasi geografis dan lain-lain.
b. Representasi Model
Representasi model merupakan pengkajian terhadap data-data yang didapat terutama data
gambar. Dengan melakukan evaluasi model gambar terhadap kondisi sesungguhnya serta
memberikan identifikasi terhadap data gambar yang ada dengan pemberian nama (labelling)
masing-masing komponen, seperti penamaan junction/node, pompa, pipa dan lain-lain, dimana
penamaan itu akan mempermudah kita dalam melakukan identifikasi ulang dalam pemodelan.
Sebagai contoh penamaan suatu junction/node dan pipa, seperti pada Gambar berikut

No. Waste Distrik


No. Waste Distrik
No. Pipa
No. Node

P405-01-17
N405-01-52
No. Sub Zona
No. Sub Zona
Simbul node
Simbul node

Contoh Penamaan Junction dan Pipa

Selanjutnya melakukan evaluasi terhadap data gambar terutama pada data topologinya, dimana
data topologi ini sangat penting karena memuat data tentang sambung menyambungnya pipa,

10
Dasar-dasar Pemodelan

bagaimana bentuk sambungannya, saling berhubungan, tak berhubungan atau cross over harus
dicek dengan benar sehingga dalam pemodelan nantinya tidak terjadi kesalahan hubungan pipa.
Sebagai contoh seperti pada Gambar berikut.

Bentuk Awal

KemungkinanBentuk SambunganSebenarnya

Bentuk Sambung Menyambung Pipa


C Reservoir
Reservoir berfungsi node batas untuk kontrol awal gradien hidrolis suatu sistem distribusi
sekaligus sebagai penyuplai air dengan kapasitas besar dan HGL yang besar pula. Nilai gradien
hidrolis (HGL) pada reservoir dapat di tentukan dengan nilai konstan, dimana HGL ini diset
untuk dapat melayani seluruh area pelayanan yang mengambil air dari suplai reservoir ini.
Dalam pemodelan jaringan sistem distribusi, reservoir ini dapat berupa:
Sumber air, clear well, IPAM, dapat juga berupa titik injeksi air/supplai air ke dalam sistem
distribusi jika dalam pemodelan tersebut sistem mendapatkan air dari supplai pipa utama
meskipun dalam kondisi sebenarnya di lapangan tidak ada reservoir, dengan ketinggian HGL
tertentu. Dalam hal ini reservoir berfungsi sebagai titik acuan untuk mengontrol tekanan dalam
sistem.
D Tangki Storage
Dalam suatu pemodelan, storage tank ini juga berfungsi sebagai node batas, namun yang
membedakan dengan reservoir adalah HGL yang terjadi dalam tangki ini berfluktuasi tergantung
keluar masuknya air. Volume storage tank ini umumnya terbatas, sehingga pada kondisi
tertentu tangki ini dapat berisi penuh dan dapat kosong sama sekali.
Beberapa model tangki storage yang dapat ditemui di sistem distribusi antara lain:
 Tangki yang terdapat pada sistem dengan kondisi langsung tersambung pada sistem dengan
permukaan yang bebas.
 Tangki storage yang berupa tangki tekan (hydropneumatic) tersambung dengan sistem
distribusi, disini air akan mengalami peningkatan HGL karena adanya peningkatan tekanan
dalam tangki.
 Elevated reservoir, dimana air masuk ke tangki storage dengan jalan pemompaan, yang
selanjutnya air akan masuk ke sistem distribusi dengan cara gravitasi dengan HGL sesuai
ketinggian elevated reservoir.

11
Dasar-dasar Pemodelan

Tangki Storage Elevated reservoir


E Junction atau Node
Junction merupakan representasi pertemuan/ penyambungan 2 atau lebih pipa (penyambungan
umumnya dilakukan dengan adanya fitting), dengan komponen terpenting dalam junction
adalah elevasi.
Elevasi merupakan faktor yang menentukan dalam sistem pemodelan jaringan
distribusi, karena sangat berpengaruh pada HGL yang terjadi pada model yang kita
buat. Penentuan elevasi dalam suatu junction dapat dilihat pada Gambar berikut:

Daerah Layanan
Tinggi- D (110 m)

Elevasi
Hidrant -C (99,75 m)
Muka
Tanah -B (99 m) Service
Line

Pipa -A (98 m)

Beberapa Penentuan Elevasi suatu Node

Penentuan elevasi dapat dilakukan dengan memilih salah satu metode seperti pada
Gambar di atas. Penentuan elevasi berdasarkan titik tengah pipa (A) akan sangat
membantu dalam menentukan atau menghitung tekanan untuk suatu studi kebocoran

12
Dasar-dasar Pemodelan

dengan memberikan hasil yang lebih tepat. Sedangkan penentuan dengan dasar elevasi
muka tanah (B) akan lebih mudah, terutama jika dalam pemetaan elevasi. Penentuan
elevasi dengan dasar A dan B ini yang sering dipakai dalam pemodelan sistem distribusi.
Namun keduanya mempunyai kelemahan untuk menentukan area dengan tekanan
kurang, karena model akan keliru dalam mengindikasikan ketersediaan tekanan untuk
konsumen yang berada di daerah tinggi. Sehingga untuk kasus semacam ini perlu
dilakukan pengecekan ulang terhadap elevasi, penentuan elevasi akan lebih tepat jika
menggunakan dasar daerah layanan tertinggi (D).
Namun untuk suatu pemodelan perlu menentukan salah satu acuan/ dasar penentuan
elevasi, dengan melakukan beberapa kalibrasi sehingga nantinya tidak membingungkan
dalam melakukan pemodelan dan analisa.
Node ini umumnya mewakili titik tapping air dari sistem distribusi utama. Kebutuhan air
nantinya akan ditunjukkan oleh node-node dalam model jaringan, sedangkan node-node
itu saling dihubungkan dengan garis (representasi dari pipa). Dengan mengetahui
jumlah pelanggan di setiap step area dalam waste district dan posisinya, dapat
ditentukan letak/posisi tapping. Kebutuhan air diperoleh dari proyeksi sambungan
pelanggan dan konsumsi per kapita sesuai dengan standart desain atau dari kriteria
desain.
Node dibuat dengan pedoman sebagai berikut:
 Setiap percabangan pipa
 Penggantian atau perubahan diameter
 Setiap terdapat tapping
Node – node ini juga dapat menggambarkan letak valve, aksesoris pipa
Contoh Peletakan Juction/ node pada suatu wilayah pelayanan distribusi dapat dilihat
pada Gambar berikut.

RUMAH

J-1 J-2

DAERAH
KOMERSIAL
SEKOLAH

J-3
J-4

Batas Daerah
LayananJunction

Peletakan Junction/Node pada Area Pelayanan

c. Pembentukan Tapping (Skelenization)


Dalam membentuk model jaringan harus mengetahui, jumlah pelanggan di setiap Step
Area dalam Waste District. Dengan mengetahui jumlah pelanggan dan posisinya, dapat
ditentukan letak/posisi tapping. Cara menentukan tapping harus menghitung jumlah

13
Dasar-dasar Pemodelan

pelanggan yang akan dilayani pada tapping tersebut. Untuk itu jalur – jalur pipa dalam
model harus disesuaikan dengan kondisi lapangan yang dapat diperkirakan
kemungkinannya.

Sistem Tapping Pelayanan


Apabila terletak pada pipa dengan sambungan tee juga diambil setengahnya, begitu
pula untuk sambungan pipa cross. Sebagai ilustrasi dapat dijelaskan dalam Gambar
berikut:

Gambar 2.26.
Sistem Tapping untuk Sambungan Tee dan Pipa Bersilangan

Garis arsir merupakan pembebanan tapping dengan diambil setengah jarak antar
tapping. Dari area dalam gambar dapat ditentukan besar tapping, yaitu dari jumlah
pelanggan yang ada pada area tersebut.
Sebagai contoh dalam memodelkan pipa pelayanan di lapangan dengan model tapping
dalam suatu waste district, dapat dilihat contoh pada Gambar berikut:

14
Dasar-dasar Pemodelan

Jaringan Pipa Pelayanan pada Sistem Distribusi

Gambar di atas merupakan kondisi lapangan dimana pipa pelayanan yang mengambil
dari pipa sekunder/tersier, jika kita langsung membuat model seperti gambar di atas
akan kesulitan sebab terlalu banyak pemodelan pengambilan air sekaligus kesulitan
dalam memperkirakan kebutuhan air tiap titik. Sehingga dari di atas dibuat pembagian
pelayanan dengan kaidah yang telah disebutkan pemodelan tapping seperti disebutkan
sebelumnya. Kemungkinan pembagian area pelayanan adalah seperti Gambar berikut:

0.5 0.3 0.7 0.2 0.5 1.0 0.3


0.7

0.2 0.4
0.3 0.5 0.6 0.8 0.5

0.4

0.3 0.5 0.6 0.8 0.5


0.9 0.7

0.7
0.5 0.3 0.7 0.2 0.5

Pembagian Area Pelayanan pada Sistem

15
Dasar-dasar Pemodelan

Distribusi untuk Pemodelan

Setelah area pelayanan terbentuk maka dapat dibentuk model tapping – tapping dalam
Waste District seperti terlihat pada Gambar berikut:

4.8 4.8

6.3

Model Tapping pada Sistem Distribusi

d. Pipa
Untuk membuat model diperlukan informasi data yang akurat mengenai jaringan pipa
yang telah ada, yaitu untuk jenis pipa, diameter, panjang pipa dan minor loses pada
pipa. Untuk jenis pipa dapat dilihat dari angka kekasaran pipa (dalam persamaan Hazen
William dinotasikan lambang C). Data diameter dan jenis pipa ini akan berpengaruh
terhadap headloss yang terjadi sepanjang pipa tersebut. Sedangkan data mengenai
panjang pipa yang menghubungkan antar node berpengaruh terhadap headloss yang
terjadi dalam pipa. Sedangkan data minor loses merupakan data koefisien kehilangan
tekanan akibat aksesoris pipa dan lain-lain.
Kehilangan tekanan minor akibat belokan, percabangan, sambungan dan lain-lain
(aksesoris) dalam hal simulasi umumnya tidak dihitung secara detail, bahkan untuk
beberapa kehilangan tekanan di aksesoris diabaikan karena hf-nya terlalu kecil.
e. Pompa
Data ini memperlihatkan kebutuhan daya pompa agar sistem distribusi dapat berjalan
dengan baik. Data yang dimasukkan pada titik ini akan berpengaruh pada semua
tekanan pada semua node yang ada pada sistem jaringan distribusi. Data yang masuk
dimasukkan berupa head pompa, efisiensi pompa, serta daya pompa.
f. Valve
Data masukan untuk elemen ini berupa jenis valve/katup, besarnya bukaan valve
(status valve). Data masukan tersebut akan berpengaruh terhadap sistem hidrolis dalam

16
Dasar-dasar Pemodelan

sistem distribusi. Pengontrolan valve ini disesuaikan dengan kondisi lapangan.


Peletakan valve juga disesuaikan dengan letaknya di lapangan.
g. Pengontrolan/Perintah Pengontrolan
Pengontrolan ini merupakan perintah yang kita berikan pada elemen-elemen dalam
pemodelan jaringan sistem distribusi. Pengontrolan yang dilakukan didasarkan
parameter yang terjadi pada sistem distribusi. Sebagai contoh kita akan memberikan
perintah dalam pemodelan berupa mematikan pompa saat tekanan pada pipa mencapai
10 bar atau mematikan pompa ke tangki setelah level air pada tangki mencapai
ketinggian tertentu dan pompa akan menyala lagi pada ketinggian tertentu.
h. Tipe Simulasi
Salah satu bagian mendasar dalam topologi jaringan yang telah diketahui untuk
perbaikan dan evaluasi model tergantung pada tujuan. Ada dua tipe simulasi dasar yang
sering digunakan, yaitu:
- Steady State Simulation
Perhitungan pemodelan dengan kondisi sistem tetap, baik itu aliran debit,
tekanan, pengoperasian pompa maupun posisi valve. Dimana diasumsikan
batasan kondisi dalam sistem tidak terjadi perubahan terhadap waktu.
- Extended Period Simulation
Perhitungan dalam model yang mempertimbangan perubahan dinamis dalam
sistem pada jangka waktu tertentu.

17
Pelatihan Analisa Jaringan
menggunakan software EPANET 2.0
Tutorial Epanet 2.0

Tutorial-1

Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis

1. Langkah 1: Membuat File Baru

1. Klik 2 kali icon Epanet. Icon ini bisa ditemukan di start menu >> Program >> Epanet 2.0
pada desktop.
2. Akan muncul bidang gambar (network map) dan dialog box browser di sebelah kanan.

3. Sebelum memulai sebuah model, pilih satuan kerja yang akan digunakan. Klik Project >>
Analysis Options. Pilih satuan kerja LPS (liter per detik), maka data input pipa dalam mm,
demand dalam liter per detik dan panjang pipa dalam meter.

4. Klik File > Save As. Untuk menyimpan dan memberi nama model yang akan dibuat. Pada
dialog box, akan muncul nama file *Net. ubah nama file dengan ESP coba 1 kemudian
simpan di folder yang anda inginkan.

1
Tutorial Epanet 2.0

5. Klik Save.

2. Langkah 2: Membuat Layout Jaringan

1. Berbeda dengan WaterCad, penggambaran Epanet 2.0 tidak bisa dimulai dari pipa, tapi
harus dimulai dari reservoir atau junction, baru dihubungkan dengan pipa.
2. Klik gambar reservoir yang terdapat pada toolbar di atas, kemudian tempatkan pada
bidang gambar.

3. Klik gambar junction/node yang terdapat pada toolbar di atas, kemudian tempatkan
pada bidang gambar seperti di bawah ini

4. Untuk memunculkan notasi pada bidang gambar, klik View>>option, pilih notation,
kemudian checklist elemen yang ingin dimunculkan.

2
Tutorial Epanet 2.0

5. Klik gambar pompa , kemudian klik pada reservoir dan junction 2. Dalam Epanet 2.0,
pompa terbaca sebagai pipa sedangkan reservoir terbaca sebagai junction/node
6. Klik gambar pipa, kemudian hubungkan semua junction/node seperti gambar di bawah ini

7. klik save atau file>>save

3. Langkah 3: Melakukan Input Data

Input data reservoir

 klik 2 kali pada elemen reservoir, anda akan melihat dialog box seperti di bawah

3
Tutorial Epanet 2.0

 Masukkan angka 198 pada Total Head. Elevasi reservoir yang lebih tinggi dari pada
pelayanan akan memberikan Energi/Head, sehingga sistem dapat berjalan secara
gravitasi. Namun apabila posisi Head lebih rendah/sejajar dengan pelayanan, maka
diperlukan pompa sebagai sumber energi.

Input data pompa

 klik 2 kali pada elemen pompa, anda akan melihat dialog box seperti di bawah

 Input data yang harus dimasukkan adalah pump curve, untuk itu anda harus membuat
pump curve terlebih dahulu, klik data pada dialog box browser, kemudian pilih
curves.

 Klik tanda add , akan muncul dialog box curve editor, masukkan data pompa
seperti di bawah

4
Tutorial Epanet 2.0

 Masukkan Curve ID 1 ke dalam value pump 1, pada dialog box pompa.

Input data Junction

 Klik 2 kali pada junction/node 2.


 Input data minimal yang harus diisikan pada junction adalah elevation dan Base
Demand.
 Masukkan angka 198 pada elevation dan 0 pada base demand

 Perhatikan satuan yang anda gunakan.


 Masukkan data-data berikut pada tiap-tiap junction yang lain

Elevation Demand
Label
(m) (L/s)
J-3 200 0.13
J-4 199 0.3
J-5 200 0.7
J-6 199 0.6

 Tutup dialog box junction

5
Tutorial Epanet 2.0

Input data Pipa

 Klik 2 kali pada salah satu elemen pipa, akan muncul dialog box Pipe Properties
 Input data minimal yang harus diisikan pada pipa adalah Diameter, Koevisien Hazen
Williams dan Panjang pipa.
 Klik pada kolom isian Diameter untuk input data diameter pipa.
 Klik pada kolom isian Roughness untuk mengisi koefisien kekasaran pipa
 Klik kolom Length untuk input data panjang pipa.

 Input data berikut pada pipa yang telah anda buat.

Diameter Hazen-
Label Length (m)
(mm) Williams C
P-2 75 120 200
P-3 75 120 500
P-4 75 120 400
P-5 75 120 500
P-6 75 120 400

 Perhatikan satuan yang anda gunakan

Untuk input data pada elemen yang sama, anda tidak perlu menutup dialog box, klik pada
element berikutnya, kemudian lakukan input data pada dialog box yang sama.

4. Langkah 4: Melakukan Perhitungan/RUN untuk Steady State Analysis

9. Klik untuk melakukan perhitungan/calculation option


10. Apabila tidak terdapat masalah maka akan muncul tulisan Run Was Successfull, namun
apabila terdapat masalah, maka akan muncul tulisan Run Was UnSuccessfull, untuk
memperbaikinya, baca report kesalahan pada sistem.

6
Tutorial Epanet 2.0

11. Untuk menganalisa hasil perhiutungan klik tanda tabel , pilih Network Nodes untuk
menganalisa data output pada node (seperti pressure) dan pilih Network Links untuk
menganalisa data output pada pipa (seperti Velocity).

7
Tutorial Epanet 2.0

Membuat Analisa Jaringan dengan Extended Periode Simulation

1. Langkah 1: membuka model/file Epanet sebelumnya

5. Klik open kemudian pilih file ESP Coba 1.NET.


6. Setelah file sudah dibuka, klik File > Save As.
7. kemudian ganti nama dengan ESP Coba 2.
8. Klik OK.

2. Langkah 2: Membuat Pattern Demand

1. Untuk membuat pattern, klik pattern di dialog box browser.

2. Klik add .
3. Akan muncul pattern editor, dengan nomor pattern 1, isikan data berikut, jika benar maka
anda akan memperoleh gambar seperti di bawah.

Time from
Multiplier
Start (hours)
1 0.25
2 0.37
3 0.45
4 0.64
5 1.15
6 1.4
7 1.75
8 1.5
9 1.42
10 1.38
11 1.27
12 1.2
13 1.4

8
Tutorial Epanet 2.0

Time from
Multiplier
Start (hours)
14 1.17
15 1.18
16 1.22
17 1.31
18 1.5
19 1.25
20 0.98
21 0.62
22 0.45
23 0.37
24 0.25

4. Klik OK.
5. Tutup demand box

3. Langkah 4: Melakukan Perhitungan/RUN untuk Extended Periode Simulation

1. Klik Data pada dialog browser, kemudian, klik times, akan muncul dialog box time option,
input data total duration dengan angka 24.

9
Tutorial Epanet 2.0

2. Untuk melihat perubahan hidrolis tiap jam pada bidang gambar, menculkan terlebih dahulu
nilai pressure pada tiap junction dengan cara klik view>>option>>pilih Notation dan
checklist pada kotak Display Node values.

10
Tutorial Epanet 2.0

3. Klik map pada Dialog box browser, kemudian pilih pressure pada isian Nodes.

4. Klik tanda play, untuk melihat perubahan hidrolis tiap jamnya.

11
Tutorial-2

JARINGAN DISTRIBUSI SEDERHANA

Dalam contoh berikut kita akan menganalisis sebuah jaringan perpipaan distribusi yang
sederhana seperti dalam gambar berikut.

Sistem tersebut terdiri dari sebuah sumber reservoir (dalam hal ini berupa clearwell/bak
pengumpul sebuah IPA) dimana kemudian airnya dipompakan ke sebuah jaringan
perpipaan yang terdiri dari 2 buah loop. Disamping itu terdapat pula sebuah pipa yang
menghubungkan sistem jaringan dengan sebuah tangki berbentuk silinder yang
berfungsi sebagi balancing reservoir.

Pompa distribusi (link 9) memiliki kapasitas 40 L/det dengan head 45 m, reservoir balance
(node 8) memiliki diameter 15 m dengan ketinggian muka air awal (saat ini) 1 meter dan
ketinggian muka air maksimum 6 meter. Adapun data Node dan Pipa adalah sebagai
berikut :

Node Elevasi Tanah (m) Kebutuhan Air (L/det)


--------------------------------------------------------------------------------------------------
1 200 0
2 200 0
3 210 10
4 200 10
5 195 15
6 200 5
7 200 0
8 242 0
--------------------------------------------------------------------------------------------------
1
Data Pipa :

Pipa Panjang pipa (m) Diameter (mm) Factor C (gesekan)


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1 1000 350 100
2 1500 300 100
3 1500 200 100
4 1500 200 100
5 1500 200 100
6 2000 250 100
7 1500 150 100
8 2000 150 100
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

2
PENYELESAIAN

1. Persiapan Program

Pertama-tama yang harus kita lakukan adalah membuat proyek baru dalam EPANET dan
memastikan bahwa pilihan standar (default option) sudah kita tentukan.

• Buka program EPANET, kemudian dari menu bar pilih File >> New untuk
membuat proyek baru.
• Kemudian pilih Project >> Default akan terlihat sebuah jendela dialog project
default seperti berikut :

• Pada halaman ID Labels (label identitas), hapus semua isi ID Prefix jika ada
kemudian isi ID Increment dengan angka 1, ini akan membuat EPANET secara
otomatis mengurutkan penomoran object baru.
• Pada halaman Hydraulics pilih LPS (L/det) sebagai satuan aliran (flow units) dan
Hazen Williams (H-W) sebagai formula perhitungan kehilangan tekanan (headloss
formula)
• Isi/cek kotak “Save as defauls for all new projects” untuk menyimpan pilihan-
pilihan di atas sebagai standar proyek-proyek berikutnya. Kemudian klik OK.

Kemudian kita akan mengatur pilihan tampilan peta sehingga label ID akan muncul setiap
kita menambahkan obyek kedalam gambar jaringan.

• Pilih View >> Option pada menu bar untuk memunculkan jendela dialog pilihan
peta (map option)
• Pilih halaman Notation dan isi/cek kotak “Display Node ID’s” dan “Display Link
ID’s” untuk memunculkan label identitas node dan pipa

3
• Pilih halaman Symbols dan pastikan isi/cek seluruh kotak yang ada
• Klik OK untuk menyetujui pilihan-pilihan tersebut dan menutup jendela dialog

2. Menggambar Jaringan Pipa

Sekarang kita telah siap untuk memulai menggambar jaringan perpipaan kita dengan
menggunakan tombol-tombol yang terdapat dalam Toolbar.

• Pertama masukkan sebuah reservoir dengan mengklik tombol reservoir


kemudian klik mouse pada peta dimana reservoir tersebut akan ditempatkan
• Lalu kita akan menambahkan beberapa buah node dengan mengklik tombol node
dan mengklik mouse pada peta di lokasi node 2 hingga node 7
• Kemudian tambahkan tangki dengan mengklik tombol tangki dan mengklik
mouse pada peta di lokasi reservoir balance.

Langkah selanjutnya kita akan menambahkan pipa, mulai dengan pipa 1 yang
menghubungkan node 2 dan 3.

• Pertama klik tombol pipa kemudian klik mouse pada node 2 lalu node 3.
terlihat bahwa sebuah garis terbentuk menghubungkan node 2 dan 3.
• Ulangi prosedur tersebut untuk pipa 2 hingga 7.
• Pipa 8 jalurnya berbelok, untuk menggambarnya, klik pada node 5 kemudian pada
saat mouse digerakkan ke arah node 6 klik beberapa kali sesuai perubahan arah
garis pipa hingga node 6.
• Terakhir kita akan menambahkan sebuah pompa. Klik tombol pompa dan klik
node 1 kemudian node 2.

4
Untuk melengkapi peta jaringan, kita akan memberikan label pada reservoir, pompa dan
tangki.
• Klik tombol text kemudian klik pada tempat dimana kita akan menempatkan
teks tersebut dan sebuah kotak teks akan tampil untuk diisikan kata-kata sesuai
dengan yang kita inginkan. Ketik SUMBER atau IPA di dekat Reservoir (node 1),
ketik POMPA di dekat pompa dan ketik RESERVOIR BALANCE di dekat Tangki.
• Lalu klik tombol Selection untuk mengaktifkan mode seleksi obyek pada peta.

Sampai di sini kita telah menyelesaikan gambar peta jaringan perpipaan. Jika obyek yang
kita inginkan belum sesuai posisinya kita dapat memindahkannya dengan cara mengklik
obyek yang bersangkutan kemudian sambil terus menekan tombol kiri mouse kita dapat
menggeser obyek tersebut ke posisi yang kita inginkan.

3. PENGATURAN KARAKTERISTIK OBYEK (OBJECT PROPERTIES)

Setiap obyek yang ditambahkan ke dalam proyek telah disediakan karakeristik awal
tertentu (default properties). Nilai dari obyek tertentu tersebut dapat diubah dengan
memunculkan Property Editor. Ada beberapa cara untuk memunculkan Property Editor
yaitu :
• Klik ganda pada obyek di dalam peta jaringan
• Klik kanan mouse pada obyek tertentu dan pilih Properties dalam menu pop-up
yang muncul.
• Klik ganda pada obyek di halaman Data dalam jendela Browser
• Pilih obyek dari halaman Data dalam jendela Browser kemudian klik tombol Edit
Browser .

Kita mulai dengan mengedit Node 2, setelah jendela Property Editor muncul, kita dapat
memasukkan nilai elevasi dan kebutuhan air untuk node ini. Kita dapat menggunakan
panah ke atas dan ke bawah pada keyboard atau menggunakan mouse untuk pindah
dari kotak isian satu ke yang lain. Kita dapat pula menggunakan tombol pindah halaman
(page up / page down) untuk pindah dari satu obyek ke obyek yang lain.

5
Untuk jalur pipa (links) kita harus memasukkan nilai panjang pipa, diameter pipa dan nilai
kekasaran pipa (C-factor).

Perhatikan contoh kasus di atas, untuk Sumber / Reservoir kita harus memasukkan
elevasinya 200 dalam isian Total Head, Untuk Reservoir Balance / Tangki masukkan
angka 242 pada isian Elevation, masukkan angka 1 pada isian initial level, angka 6
pada isian maximum level, dan angka 15 pada isian diameter.

Untuk Pompa, kita harus menentukan karakteristik kurva pompa (hubungan antara head
dan kapasitas). Masukkan angka 1 sebagai label identitas dalam isian Pump Curve.

Berikutnya kita akan membuat kurva pompa 1 (pump curve 1). Dari halaman Data Page
dalam jendela Browser pilih Curves dalam daftar “dropdown” dengan terlebih dahulu
mengklik tombol dropdown list , kemudian klik tombol Add . Sebuah kurva baru
akan ditambahkan ke dalam data base dan jendela edit kurva (Curve Editor) akan
muncul.

Masukkan kapasitas pompa 40 dalam isian flow dan head pompa 45 dalam isian head.
EPANET akan secara otomatis menciptakan sebuah kurva pompa dari satu titik yang
telah kita masukkan tersebut. Klik OK untuk menutup jendela editor.

4. MENYIMPAN DAN MEMBUKA PROYEK

Setelah kita menyelesaikan rancangan awal dari jaringan perpipaan, sebaiknya kita
segera menyimpan pekerjaan tersebut kedalam hardisk ataupun disket.

• Dari menu pilih File lalu Save As


• Setelah jendela Save As muncul, pilih Folder dan nama file yang akan di simpan.
• Klik OK untuk eksekusi penyimpanan

6
Data proyek tersebut akan tersimpan dalam format binary khusus, jika kita ingin
menyimpan dalam bentuk text yang dapat dibaca langsung, gunakan perintah File >>
Export >> Network.

Jika suatu saat kita ingin memanggil atau membuka proyek tersebut kembali, dapat
dilakukan dengan memilih File lalu Open.

5. MENJALANKAN PROGRAM ANALISIS SESAAT

Sekarang kita telah memiliki informasi yang cukup untuk melakukan analisis hidrolis
sesaat. Untuk menjalankan program analisis pilih Project >> Run >> Analysis atau klik
tombol Run Analysis pada Toolbar.

Jika analisis yang dilakukan bermasalah, maka sebuah jendela laporan status (Status
Report) akan muncul dan menjelaskan masalah apa yang terjadi. Jika analisis berjalan
sukses maka kita dapat melihat hasil perhitungan analisis tersebut dengan beberapa
cara:

• Pilih Halaman Map pada jendela Browser lalu pilih Pressure, perhatikan bahwa
nilai tekanan merubah tiap node menjadi berwarna khusus. Untuk melihat
keterangan peta (legend) untuk kode warna, Pilih : View >> Legends >> Node
(atau klik kanan mouse pada ruang kosong dalam peta lalu pilih Node Legend).
Kita dapat pula merubah interval ukuran dan warnanya, klik kanan pada
keterangan peta (legend) untuk memunculkan jendela editornya.
• Memunculkan jendela Property Editor (klik ganda pada salah satu obyek atau
jalur) dan hasil perhitungan dapat dilihat pada bagian akhir dari jendela tersebut.
• Menciptakan tabulasi perhitungan, dengan memilih Report >> Table atau klik
tombol tabel (table) pada toolbar. Setelah jendela Pilihan Tabel (table
selection) muncul isi/cek tipe tabel mana yang akan dimunculkan apakah Tabel
Node (network node) atau Tabel Jalur Pipa (network link). Kemudian pilih
halaman kolom untuk memilih jenis data/perhitungan apa saja yang akan
dimunculkan pada tiap kolom. Kemudian klik OK, kita akan mendapatkan hasinya
kurang lebih seperti berikut.

7
Perhatikan bahwa angka dengan tanda negatif pada kolom kapasitas aliran (flow)
menyatakan aliran yang berlawanan arah dengan arah penggambaran jalur pipa pertama
kali.

6. MENJALANKAN ANALISIS MENERUS (EXTENDED PERIODE)

Pada kenyataannya sistem distribusi berlangsung tidak sesaat tetapi berlangsung


menerus selama 24 jam dalam sehari. Dengan demikian kita memerlukan pengamatan
hidrolis secara menerus dalam sistem kita dimana perubahan tekanan dalam sistem
ditimbulkan oleh berubahnya kebutuhan air (pemakaian air) oleh konsumen setiap saat.

Dalam contoh berikut, kita akan melakukan simulasi hidrolis dengan perubahan pola
kebutuhan air setiap 2 jam, sehingga dalam 1 hari terdapat 12 perubahan pemakaian air.

Pertama-tama kita harus memasukkan pola perubahan kebutuhan air dengan memilih
halaman Data pada Browser kemudian klik tombol daftar dropdown , pilih Option
kemudian pilih Time. Kemudian isi angka 2 pada Pattern Time Step. Kita juga dapat
memilih berapa jam total waktu yang akan kita amati, misalnya kita akan mengamati
selama 2 hari atau 48 jam, jadi kita harus mengisi angka 48 dalam Total Duration.

8
Untuk mengatur pilihan pola kebutuhan air, pilih Pattern dalam daftar dropdown
kemudian klik tombol Add kemudian isi faktor pemakaian (faktor pengali) dengan
angka berikut (sebagai contoh perhitungan) : 0.5 ; 0.6 ; 1.6 ; 1.3 ; 1 ; 0.8 ; 0.9 ; 1 ; 1.4 ; 1.2
; 1 ; 0.7 lalu klik OK.

Selanjutnya untuk menjalankan program analisis kembali kita pilih Project >> Run >>
Analysis atau klik tombol Run Analysis pada Toolbar.

Untuk melihat hasil simulasi analisis menerus ada beberapa cara yaitu :

• Pilih halaman Map dalam Browser kemudian gunakan tombol scrollbar pada
Kontrol Waktu (time control). Coba cara di atas dengan terlebih dahulu memilih
Pressure (tekanan) pada isian Node dan Flow (aliran) pada isian Link.
• Menggunakan tombol ala video player (play dan stop) yang terdapat pada bagian
bawah scrollbar.Tombol play untuk memulai animasi perubahan kondisi dari jam
ke jam dan tombol stop untuk menghentikannya.

• Tambahkan arah aliran air pada tiap jalur pipa dengan


memilih View >> Option pada menu, kemudian pilih
halaman Flow Arrows pada jendela Map Option, isi/cek
pada arrow style selain “None”. Lalu kita dapat
menjalankan kembali animasi dengan tombol play seperti
telah dijelaskan sebelumnya.
• Membuat grafik “time series” untuk node atau link yang
mana saja. Sebagai contoh untuk mengamati perubahan
tinggi muka air pada reservoir balance terhadap waktu:
1. Klik pada reservoir balance (tanki)
2. Pilih Report >> Graph atau kilk tombol grafik
sehingga akan muncul jendela pilihan grafik.
3. Isi/cek Time Series pada pilihan Graph Type.
4. Pilih Pressure pada pilihan Parameter
5. Klik OK, lalu kita akan mendapatkan tampilan grafik
seperti berikut.

9
Studi Kasus
Kita akan mencoba contoh kasus sederhana pada sistem yang sudah dibangun di
atas dimana diasumsikan pada node 3, 4, 5 dan 6 terjadi perubahan demand
karena pertumbuhan penduduk dan migrasi sebagai berikut:
Node 3 : 10 L/det Æ 15 L/det
Node 4 : 10 L/det Æ 20 L/det
Node 5 : 15 L/det Æ 25 L/det
Node 6 : 5 L/det Æ 10 L/det

Dengan kasus tersebut, hitung kembali sistem hidrolis/tekanan yang terjadi di setiap
node. Caranya dengan meng-edit data pada tiap node yang berubah demand-nya dengan
meng-klik 2x node yang besangkutan dan merubah angka Base Demand-nya sesuai
dengan perubahan yang terjadi.

Selanjutnya klik Run Analysis dan lihat apa yang terjadi…

Kita akan menemukan peringatan pada jendela Run Status bahwa terjadi tekanan yang
sangat rendah pada waktu-waktu tertentu, Klik OK untuk melihat dimana dan kapan
terjadinya tekanan yang terlalu rendah tersebut yang akan ditampilkan secara otomatis
pada jendela Status Report. Disini terlihat bahwa pada waktu-waktu jam puncak terjadi
tekanan yang sangat rendah pada node 5.

Pertanyaan selanjutnya apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut?

Dalam kasus ini yang pertama harus kita pertimbangkan adalah bahwa kebutuhan yang
berubah/bertambah membutuhkan kapasitas pompa yang sesuai pula.

Kita akan mencoba untuk mengganti pompa distribusi dengan kapasitas yang sesuai yaitu
dengan kapasitas 70 L/det dengan head 45 m.

Klik jendela Browser-Data, kemudian klik tombol dropdown list , lalu pilih Curves,
kemudian klik 2x pada angka 1 (kurva 1), lalu ubah karakteristik pompa dengan kapasitas
70 L/det dan Head 45 m (head tidak berubah).

Selanjutnya kita coba lagi simulasinya, klik Run Analysis dan lihat apa yang terjadi…

Ternyata masih ada pesan peringatan terjadinya tekanan sangat rendah, perhatikan
dimana terjadinya tekanan yang sangat rendah tersebut. Terlihat pada hasil perhitungan
bahwa tekanan yang rendah masih terjadi pada node 5.

Selanjutnya kita akan mencoba mengatasinya dengan memasang satu jalur pipa dengan
diameter 150 mm yang dipasang paralel dengan pipa no. 7 yang menghubungkan node 4
dan node 5.
Klik tombol tambah pipa dan pasang dari node 4 ke node 5, lakukan sedemikian
sehingga tidak terjadi gambar yang tumpang tindih dengan pipa no.7.

Kemudian edit pipa tersebut (jangan lupa klik dulu tombol sellection dan klik 2x pipa
no.10) dan rubah data panjang pipa dan diameternya. Selanjutnya lakukan Run Analysis
lagi, lihat kembali hasilnya.

Kali ini simulasi berhasil dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
modifikasi yang harus dilakukan apabila kebutuhan air di wilayah distribusi bertambah
seperti kasus di atas adalah dengan mengganti pompa dengan kapasitas yang sesuai
dan memasang pipa distribusi paralel menuju node yang tekananya rendah.

11
Tutorial-3

Water Distribution System

Problem
Assume that you need to calculate the diameter of each pipe, the flow and velocity in each pipe, and
pressure in each node, in the network shown in Figure 1:

Initial level 10 ft, elevation 400 ft, diameter 50 ft, height 20 ft.

P1

P4 P9 P13 P15 P18

P20
P2 P11
P7 P16
P5 P10 P14 P19

P3 P12
P8 P17 P21

P6

Figure 1. Network configuration in step-by-step example.

A 50 ft diameter tank is located in a city to supply drinking water for a small community. The tank is 20
ft. high and is located 400 ft above the city. The tank supplies water with a constant flow of 4 cfs during
the day. All the nodes in the network are located at 0 ft elevation. All the pipes have a roughness
coefficient C = 100. Use Hazen-Williams formula during your calculations. Minor losses are neglected.
Table 1 shows the length and diameters of each pipe.

Table 1. Pipe characteristics

Pipe 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Lenght
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 100 50 50 50 50 50 50 50
(ft)
Diameter
12 8 8 12 8 8 8 8 12 8 8 8 12 10 12 12 12 10 8 10 10
(Inches)

The demand of water in each node is constant during the day. Figure 2 shows the existing demand of
water in each node.

1
0.21 cfs
0.05 cfs 0.18 cfs 0.02 cfs 0.11 cfs
4 cfs

1 4 7 10 12 15
0.15 cfs

2 5 8 13 16

0.18 cfs 0.17 cfs 0.05 cfs


0.31 cfs 0.08 cfs

3 6 9 11 14 17

0.13 cfs
0.02 cfs

0.51 cfs 0.61 cfs 0.71 cfs 0.51 cfs

Figure 2. Water demands in step-by-step example

In this step-by-step example, you will learn how to solve this problem. In this example, you will also
learn to calculate the effects in the network when the tank is replaced by a reservoir and when a pump is
included in the system. At the end, the example also includes a scenario with different demands during
the day.

3
Creating the Project Scenario: Working with Objects

Adding an Object: Junctions

To add a Junction using the Map Toolbar:

1. Select the type of junction (node, reservoir, or tank) to add from the Map toolbar. Move the
mouse to the desired location on the map and click.

Figure 7. Adding a junction or a tank

ALWAYS start a project by putting at least two junctions on the map (must have something that
the pipe can link to on both ends). You can add all junctions at this time, or add additional
junctions later.

2. To add a junction to the map: on the toolbar, select the “add junction tool” and then left-click
with the mouse on the map at the location where the junction is desired. Repeat for all junctions.
Check the problem. The junctions are numbered top to bottom, left to right. Use this order to
create the junctions.

Figure 8. Adding junctions

7
Figure 9. Adding all junctions at one time

All projects must have at least one tank or reservoir to run!. You need to create pressure in the system
to move the water in the network. In this example, we will first create a water tank..

Establishing the starting point for the water: Adding a Tank

1. Using the map toolbar, select the “Add Tank” button.


2. Place the tank on the map in the desired location (upper left corner for this example).

8
Adding an Object: Links

To add a Link using the Map Toolbar:

1. Select the type of link to add (pipe, pump, or valve) from the Map Toolbar.

Figure 10. Adding a pipe, button selector

2. Click the mouse over the link's start node. The start node will flash and a pencil will appear on
the screen.

3. Move the pencil between the start and end nodes.

Figure 11. Adding a pipe - reaching ending node.

4. Click the mouse again over the link's end node.

9
Figure 12. Adding a pipe.

The pipes’ order is stated in the problem. Use the same order as in Figure 1. The final network is shown
in Figure 13

Figure 13. Final Network.

10
Selecting an Object (How to Select Objects from the Map to Add Information)

To select an object on the map:

1. Select Edit | Select or click the Select Object button (Arrow) on the Map Toolbar.
2. Click the mouse over the desired object on the map.

To select an object using the Browser:

1. Select the type of object from the Object listbox of the Database Browser.
2. Select the desired object from the Item listbox.

Editing an Object (Adding Information to Links and Junctions)

To edit an object appearing on the map

Select the object on the map, then click the Edit button on the Database Browser (or simply double-click
the object on the map). The appropriate table (shown below) will appear. For the junctions, the minimum
required information is the demand and the elevation. For the pipes, the minimum required information is
the following: start and end nodes, lengths, diameters, and roughness. The tank must have an elevation, a
diameter, a minimum, maximum and an initial water level. Items in yellow are not entered; they are
calculated by EPANET during a simulation. Do not enter all the data at this moment, some later tips will
help you to copy and paste properties.

Figure 14. Adding junction and pipe properties

11
Notice that at junction 1, there is a local demand of 0.15 cfs, but the tank is supplying 4 cfs. Node 1 is
where water enters the system. Therefore, the total demand is negative and has a value of 0.15 – 4 = -3.85
cfs. The bottom of the tank is located at 400 ft and has an initial level of 10 ft above the tank bottom. The
data corresponding to the tank is shown in Figure 15.

Figure 15. Tank properties

To edit an object appearing in the Browser

Select the object from the Database Browser and then click the Edit button (or simply double-click the
item in the Browser).

Figure 16. Browser

12
Changing Map Features

Labels can help you to identify common pipes, with similar characteristics

To add a label to the map:

1. Select the Label button on the Map Toolbar.


2. Click the mouse on the map where the label should appear.
3. Enter the text for the label description.
4. Press the Enter key.

Or access the map features by clicking on the map, and then right-click with the mouse. When the pop-up
menu appears, select Options. Edit the appropriate features as shown below.

13
Figure 17. Map Options

In the map option notation, check the box corresponding to display Link ID’s. Notice that pipes 1, 4, 9,
13, 15, 16 and 17 are the same. Copying and pasting the values will save some time.

14
Copying and Pasting Object Properties

The properties of an object displayed on the Network Map can be copied and pasted into another object
from the same category.

To copy the properties of an object to EPANET's internal clipboard:


1. Right-click the object on the map.
2. Select Copy from the pop-up menu that appears.

To paste copied properties into an object:


1. Right-click the object on the map.
2. Select Paste from the pop-up menu that appears.

Deleting an Object

To delete an object:

1. Select the object on the map or from the Database Browser.


2. Either:
• Click the Delete button on the General Toolbar
• Click the Del button on the Database Browser
• Press the Del key.

Note: You can require that all deletions be confirmed before they take effect. See the General Preferences
page of the Program Preferences dialog box for this option, if desired.

Moving an Object

To move a node or label to another location on the map:


1. Select the node or label.
2. With the left mouse button held down over the object. Drag it to its new location.
3. Release the left button.

Alternatively, new X and Y coordinates for the object can be typed in manually in the Property Editor.

Whenever a node is moved, all links connected to it are moved as well.

Selecting a Group of Objects

To select a group of objects that lie within an irregular region of the network map:

1. Select Edit | Group Select or click the Select Group button on the Map Toolbar.
2. Draw a polygon fence line around the region of interest on the map by clicking the left mouse
button at each successive vertex of the polygon.

15
3. Close the polygon by clicking the right button or by pressing the Enter key; Cancel the selection
by pressing the Escape key.

To select all objects currently in view on the map select Edit | Select All. (Objects outside the current
viewing extent of the map are not selected.)

Editing a Group of Objects

To edit a property for a group of objects:

1. Draw a polygon region around the group of objects to be edited if one does not already exist (see
Selecting a Group of Objects) or select Edit | Select All to select all object currently in view on
the map.
2. Select Edit | Group Edit.
3. Define what to edit in the Group Edit Dialog Box that appears:

Modifying Legends and Setting Preferences

The format menu under File | Preferences is where the number of decimal points to be used can be
selected.

Figure 18. Format Preferences

16
Showing a Legend

On the Map Browser, select what needs to be displayed, and the appropriate legend will be displayed on
the side of the network map.

The legend can be edited by right-clicking on the legend. EPANET has the ability to allow the user to
select the intervals for the legends.

Figure 19. Diagram with legends.

SAVE YOUR PROJECT AT THIS MOMENT. If you wish, you can save it with another name.

17
Analyzing a Network

After a network has been suitably described, it’s hydraulic and water quality behavior can be analyzed.
This section describes how to specify options to use in the analysis, how to start the analysis and how to
troubleshoot problems that might have occurred with the analysis.

Setting Analysis Options

To set Analysis Options:

1. Select Options from the Object list of the Database Browser.

2. Select Hydraulics, Quality, Reactions, Times, or Energy from the Item list.

3. If the Property Editor is not already visible, click the Edit button.

4. Edit your option choices in the Property Editor.

Running an Analysis

To run a hydraulic/water quality analysis:

1. Select Project | Run Analysis or click the Run button (lightning bolt) on the General Toolbar.
2. The progress of the analysis will be displayed in a Run Status window.
3. Click OK when the analysis ends.

If the analysis runs successfully, the end of run icon will appear in the Run Status section of the Status
Bar at the bottom of the EPANET workspace. Any error or warning messages will appear in a Status
Report window.

Figure 20. Run Button..

18
If the run was successful, then the pipe values will be changed from “#N/A” to the calculated values, as
shown below.

Figure 19. Successful Run.

19
Viewing the results in tables:

On the toolbar, select Table. Then select the information that is desired. The columns to be printed can be
selected using the middle tab on the active window. The results for the junctions and pipes are shown in
the tables below.

Figure 20. Tabular results

Demand Patterns

We assumed at the beginning that there was a constant demand in the city, but that is not accurate. It is
possible to create a scenario where each hour is a multiplier from the minimum demand. The demands
shown earlier in Figure 2 corresponded to the minimum demands in the city that occurred between
midnight and 1 a.m. For the rest of the day, the demand is higher. Typical multiplying factors during each
hour are shown in Table 2.

Table 2. Demand Multiplying factors.


Hour 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Factor 1 2 2 5 8 10 15 17 24 20 16 14

Hour 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Factor 10 8 15 20 16 8 5 4 2 2 1.5 1

20
Creating a new demand pattern

To create a new demand pattern:

1. Click on Add button from the Patterns Editor of the Database Browser.

2. In the pattern editor window, fill in the description and multipliers for each hour of the day.

3. Save the pattern

4. Click OK to accept the pattern

Figure 21. Pattern editor

Creating a Time Series Analysis.

1. Select Options from the Object list of the Database Browser.

2. Select Times from the Item list.

3. If the Property Editor is not already visible, click the Edit button.

4. Select a total duration of 24 hours for the simulation. Close the times options window.

5. Save the project and Run the program again.

Once the time series is created, it is possible to observe the simulation for different periods of the day.

21
Visualizing a Time Series simulation

1. Select the Map tab in the Browser.

2. Select the pressure and velocity in nodes and pipes, check that the values appeared in the main window.

3. Adjust the legend with the desired colors and ranges.

4. In the Browser window press the forward button to run the simulation.

Figure 22. 24 hour simulation.

Pumps

Assume now that the maximum elevation of the tank is reduced to 340 ft. To change the elevation
generates negative pressures in the node 17 at 8 a.m. It is desired to add a pump in pipe 21 to increase the
head pressure.

22
Adding a pump

To add a pump:

1. Click the pump button on the general toolbar

2. Click on the beginning and end nodes where the pump is located.

3. Select Curves from the data tab in the browser

4. Click the Add button to add a new curve

5. In the curve editor window, select curve type Pump.

6. Enter a pump design flow of 30 cfs and head of 20 ft. This will calculate automatically the equation of
the pump.

7. Save the curve. Click OK.

8. Double-click on the pump to display its properties.

9. Write CU1 in pump curve. Run the program.

Reservoir

Delete the pump and tank. Assume now that there is no tank. Replace the tank with a reservoir at the same
elevation as the city. Because the city and the reservoir are at the same elevation, you will need a Pump to
supply the water.

Adding a reservoir

To add a reservoir:

1. Click the reservoir button on the general toolbar

2. The reservoir is located in the same location where the tank was.

3. Click in the pump button in the general toolbar

4. Connect the reservoir and the node 1 with the pump.

5. Select Curves from the data tab in the browser

6. Click the Add button to add a new curve

7. In the curve editor window, select curve type Pump.

8. Enter a pump design flow of 4 cfs and a head of 300 ft. This will automatically calculate the equation
of the pump, or design your own pump characteristics.

23
9. Save the curve. Click OK.

10. Double-click on the pump to display its properties.

11. Write CU1 in pump curve. Run the program.

Urban Water Assignment


This assignment has 3 parts:
1) Develop an EPANET simulation for your neighborhood, using an appropriate demand curve for
the population and other characteristics of the area. Design an alternative system that will use a
dual system.
2) One system will be a conventional system using a water storage pressure tank for the water supply
for potable, and other uses that require high-quality water.
3) A second system should be designed for fire fighting and irrigation, and possibly other non-potable
uses. The supply for this system should be a storage reservoir (actually a stormwater pond).
Determine the water needs from this pond to satisfy peak fire fighting requirements, along with
some supplemental irrigation, and other appropriate uses.

24
Pelatihan Analisa Jaringan
menggunakan software EPANET 2.0

3
Peta dalam EPANET
Persiapan Dan Pengolahan Data Dengan Peta
A. Peta Google Earth
Peta yang dugunakan adalah peta yang mempunyai bentuk BMP Picture. Misalkan, ketika
menggunakan peta dari Google earth harus di olah terlebih dahulu menggunakan aplikasi paint.
Setelah itu baru dikonversikan ke dalam aplikasi Epanet. Adapun tahapannya adalah sebagai
berikut ini.

1. Tekan tombol Prt Sc SysRq pada keyboard Laptop di lembar kerja Google earth
2. Tekan CTRL + V di lembar kerja paint

Hasilnya adalah sebagai berikut:

Gambar Hasil Capture dari Google Earth


3. Tahap Selanjutnya adalah meng CROP peta dari Google earth dan di simpan dengan file
BMP Picture
4. Jangan lupa untuk mencatan koordinat pada titik atas dari lembar kerja google earth dan
titik bawah dari lembar kerja google earth.
5. Selesai
Titik Atas
Google
Earth

Titik Bawah
Google
Earth

Gambar Posisi Nilai Koordinat


B. Peta Dari ArcGis
Arcgis merupakan elemen penting dalam perencanaan terutama dalam perencanaan jaringan
perpipaan dari sumber ke pelayanan. Tahapan yang harus dilakukan dalam menggunakan peta
ArcGis adalah sebagao berikut ini.
1. Buka Lembar Kerja Arcgis
2. Input data peta melalui perintah sebagai berikut
Add Data
SHP

Gambar Lembar Kerja Arcgis


Gambar Lembar Kerja Arcgis + Peta
3. Mencatat nilai koordinat pada titik atas (Biru) dan bawah(Hijau) dari lembar kerja Arcgis

Posisi Koordinat
4. Crop Peta diatas menggunakan aplikasi paint
5. Tekan tombol Prt Sc SysRq pada keyboard Laptop di lembar kerja ArcGis
6. Tekan CTRL + V di lembar kerja paint
7. Tahap Selanjutnya adalah meng CROP peta dari Google earth dan di simpan dengan file
BMP Picture
8. Jangan lupa untuk mencatan koordinat pada titik atas dari lembar kerja ArcGis dan titik
bawah dari lembar kerja google earth.
9. Selesai

Lokasi

Pemotongan Peta

Gambar Lembar Kerja Pemotongan Di Aplikasi Kerja Paint

Setelah melalui proses diatas, baik melalui program kerja google earth maupun program
kerja dari lembar kerja arcgis dapat dilakukan pengopera.asian epanet dengan cara mengimput
peta wilayah perencanaan kita ke dalam lembar kerja epanet dengan memasukan peta dan
koordinatnya.
LATIHAN
Soal-1
L Pipa :
650 m

L Pipa :
800 m

L Pipa :
700 m

L Pipa :
600 m

L Pipa :
600 m

L Pipa :
2200 m

Gambar Simulasi I Jaringan Pipa


Tabel Data Jaringan
Kebutuhan
No Nama Ketinggian (m) Lower Left Upper Right
Debit(L/s)
1 Sumber Air 50 107
2 Pelayanan 1 5 17
3 Pelayanan 2 10 14 X 428552.23 X 437091.34
4 Pelayanan 3 5 11 Y 9222200,48 Y 9228904.65
5 Pelayanan 4 2 64
6 Pelayanan 5 3 49
7 Pelayanan 6 25 15

Tugas :
1. Tentukan Dimensi Pipa yang sesuai dengan kriteria design untuk Tekanan minimum dan maksimum.
2. Tentukan headloss dari hasil simulasi ?
Soal-2

Gambar Simulasi II Jaringan Pipa


Tabel Data Jaringan
Kebutuhan
No Nama Ketinggian (m) Lower Left Upper Right
Debit(L/s)
1 Pelayanan 1 50 107
2 S Air Sungai &
- 17
IPA
3 Pelayanan 2 10 14 X 428790,68 X 437271,75
4 Pelayanan 3 10 11 Y 9222901,07 Y 9227769,38
5 Pelayanan 4 2 64
6 Pelayanan 5 3 49
7 Pelayanan 6 25 15

Tugas :
1. Tentukan Dimensi Pipa yang sesuai dengan kriteria design untuk Tekanan minimum dan maksimum
2. Tentukan headloss dari hasil simulasi.

Catatan:
Panjang Pipa sama dengan soal-1

Anda mungkin juga menyukai