Anda di halaman 1dari 58

JARINGAN

& SALURAN IRIGASI


KEBUTUHAN AIR IRIGASI (KAI)

DOSEN: TANIA EDNA BHAKTY, ST., MT., DR.


Sistem Pemberian Irigasi

MENERUS GOLONGAN GILIRAN

T
Jenis tanaman a
n
Cara pemberian air i
a
Jenis tanah yang digunakan (tebs)
Cara pengelolaan pemeliharaan saluran dan bangunan
Pengolahan tanah
Iklim dan keadaan cuaca
Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi (NFR) didekati dengan metode Water Balance dengan
parameter:
1. Kebutuhan air untuk tanaman (ETc)
2. Kebutuhan air akibat perkolasi dan rembesan (P)
3. Kebutuhan air untuk pergantian lapisan air (WLR)
4. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PL)
T 5. Curah hujan efektif (Ref)
a
n ETc
i
a Ref Ref
(tebs) NFR

P IR
WLR

irigasi & bangunan air ‐ tebs 3


Evapotranspirasi
Evapotranspirasi / kebutuhan air tanaman
(consumtive use)

Evaporasi Transpirasi

T iklim •Iklim
a •jenis, varietas, umur tanaman
n
i
a
(tebs) Cara pengukuran :
1. Secara langsung  dengan Lysimeter
2. Rumus empiris :
a) Pennman Modifikasi
b) Hargreaves
c) Thornwaite
d) Blaney-Criddle

irigasi & bangunan air ‐ tebs 4


Penggunaan Konsumtif (ETc)
Besarnya evapotranspirasi tanaman acuan dapat dihitung dengan persamaan :

ETc = Kc. ETo


Kc = koefisien tanaman
ETo = evaporasi potensial

Berikut ini contoh koefisien tanaman padi berdasarkan tabel FAO dan Nedeco/Prosida (Dirjen
T
Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985)
a
n
i Umur Dua Minggu Ke
No. Tanaman
a (hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
(tebs) 1 Padi (NEDECO/PROSIDA)
- Varietas Unggul 90 1.20 1.27 1.33 1.30 1.30 0.00
- Varietas Biasa 120 1.20 1.20 1.32 1.40 1.35 1.24 1.12 0.00
Padi (FAO)
- Varietas Unggul 90 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00
- Varietas Biasa 120 1.10 1.10 1.10 1.10 1.10 1.05 0.95 0.00
2 Kedelai 85 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
3 Jagung 80 0.50 0.59 0.96 1.05 1.02 0.95
4 Kacang tanah 130 0.50 0.51 0.66 0.85 0.95 0.95 0.95 0.55
5 Bawang 70 0.50 0.51 0.69 0.90 0.95
6 Buncis 75 0.50 0.64 0.89 0.95 0.88
7 Kapas 195 0.50 0.50 0.58 0.75 0.91 1.04 1.05 1.05 1.05 0.87 0.65 0.65 0.65
irigasi & bangunan air ‐ tebs 5
Evaporasi Potensial (ETO)
Besarnya evaporasi potensial dihitung dengan persamaan Penmann Modifikasi

Data-data yang diperlukan meliputi :

1. T  temperatur/suhu bulanan rerata (°C)


2. RH  kelembaban relatif bulanan rerata (%)
T 3. n/N  kecerahan matahari bulanan rerata (%)
a
n 4. U  kecepatan angin bulanan rerata (m/det)
i 5. LL  letak lintang daerah yang ditinjau
a 6. C  angka koreksi Penman
(tebs)

Contoh besarnya evaporasi potensial rata-rata (mm/hari)

J F M A M J J A S O N D
4,4 4,5 4,4 4,3 4,0 3,6 4,1 4,9 5,4 5,9 5,2 4,2

irigasi & bangunan air ‐ tebs 6


3. Perkolasi dan rembesan
Perkolasi ini dipengaruhi antara lain oleh:
a. Tekstur tanah, tanah dengan tekstur halus mempunyai
angka perkolasi yang rendah, sedangkan tanah dengan
T tekstur yang kasar mempunyai angka perkolasi yang besar.
a
n b. Permeabilitas tanah
i
a
c. Tebal lapisan tanah bagian atas, makin tipis lapisan tanah
(tebs)
bagian atas ini makin rendah/kecil angka perkolasinya.
 Perkolasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
perkolasi vertikal dan horizontal. Menurut hasil
penelitian di lapangan, perkolasi vertikal lebih kecil
dari pada perkolasi horizontal, angkanya berkisar
antara 3 sampai 10 kali, hal ini terutama untuk sawah‐
T sawah dengan keadaan lapangan yang mempunyai
a
n kemiringan besar yaitu sawah‐sawah dengan teras‐
i
a teras.
(tebs)
 Akan tetapi perkolasi horizontal ini, masih dapat
dipergunakan lagi oleh petak sawah dibawahnya
sehingga perkolasi horizontal tidak diperhitungkan
sebagai kehilangan.
 Di Jepang menurut hasil penelitian di lapangan,
angka‐angka perkolasi untuk berbagai jenis tanah
disawah dengan lapisan tanah bagian atas (top soil)
lebih tebal dari 50 cm adalah sebagai berikut (Rice
Irrigation in Japan, OTCA 1973)
T
a
n Tabel (4)
i
a
(tebs)
Macam Tanah Perkolasi Perkolasi Vertikal
(mm/hari)
Sandy loam 3-6
Loam 2-3
Clay Loam 1-2
 Pemerintah Indonesia telah membuat standar
pemakaian angka perkolasi seperti disajikan
dalam tabel berikut :

T Tabel (5)
a
n Tingkat perkolasi pada berbagai tekstur tanah
i
a Angka Perkolasi
(tebs)
Jenis Tanah
Padi (mm/hari) Palawija (mm/hari)
Tekstur Berat 1 2
Tekstur Sedang 2 4
Tekstur Ringan 5 10
Sumber : standar Perencanaan Irigasi KP. 01
 Di Indonesia menurut penelitian di
lapangan, angka perkolasi ini seperti untuk
Proyek Irigasi Sempor adalah 0,70 mm/hari.
Di daerah daratan pantai utara pulau Jawa
T
dari percobaan‐percobaan yang telah
a
n dilakukan berkisar 1 mm/hari. Di NTB
i
a digunakan angka 2mm/hari.
(tebs)
 Untuk menentukan besarnya perkolasi
secara tepat, satu satunya cara yang
diperlukan adalah dengan mengadakan
pengukuran di lapangan
Perkolasi
Padi  pengolahan tanah, pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Palawija  tidak dilakukan penggenangan pada masa pertumbuhan
generatif cukup pembasahan pada daerah perakaran

Tabel Angka Perkolasi


ZONA TANAH TINGKAT PERKOLASI
T
a Kediri ‐ Nganjuk Tanah ‐ tanah berat 2.0
n
Tanah ‐ tanah sedang 3.0
i
a Tanah ‐ tanah ringan 1.5
(tebs)
Tuban ‐ Mojokerto Alluvial coklat keabu‐abuan 1.0
Pasuruan ‐ Probolinggo Regosol coklat keabu‐abuan 1.0
Regosol 2.0
Regosol dan Litosol 2.0
Grumosol 1.0
Mediteran 2.0

irigasi & bangunan air ‐ tebs 12


Penggantian lapisan air (WLR)
 WLR (water layer replacement) adalah penggantian air
genangan di sawah dengan air irigasi yang baru dan
segar.
T
a  Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan.
n
i Penggantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan.
a
(tebs)  Biasanya dilakukan penggantian lapisan air sebanyak 2
kali masing-masing setinggi 50mm selama 1 bulan dan 2
bulan setelah transplantasi. (lihat skema) diberikan
dengan jangka waktu satu setengah bulan.
 Jadi kebutuhan air tambahan adalah 3,3 mm/hari
Pergantian Lapisan Air (WLR)

N D J F M A M J J A S O

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
WLR 1 WLR 2 WLR 3

3.3

3.3

3.3

3.3
T
a
3.3

3.3

3.3

3.3
n
i
a
3.3

3.3

3.3

3.3
(tebs)
WLR

1.1

1.1

2.2

1.1

1.1

1.1

1.1

2.2

1.1

1.1
irigasi & bangunan air ‐ tebs 14
Penyiapan Lahan

Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan untuk penyiapan lahan adalah :
• waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan
• jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan

T
a Untuk seluruh petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan
n adalah 1,5 bulan (45 hari)
i
a Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan mesin, jangka waktu satu
(tebs) bulan (30 hari) dapat dipertimbangkan
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan (puddling) bisa diambil 200 mm, ini untuk
penjenuhan (presaturation). Dan untuk keperluan penggenangan sawah pada awal
transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi.
Angka 200 m di atas mengandaikan bahwa tanah itu tidak ditanami selama lebih dari 2,5
bulan. Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai kebutuhan air
untuk penyiapan lahan.

irigasi & bangunan air ‐ tebs 15


Penyiapan Lahan

Untuk menentukan besarnya kebutuhan air selama penyiapan lahan, digunakan rumus
van de Goor dan Zijlstra sebagai berikut :

M ek M  E0  P
IR 
T ek  1 MT
a
k 
S
n
i dimana :
a IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/hari
(tebs) M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi
disawah yang sudah dijenuhkan, mm/hari
E0 = evaporasi air terbuka yang diambil 1.1 ET0 selama penyiapan lahan, mm/hari
P = perkolasi, mm/hari
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan genangan 50 mm,
yaitu 200 + 50 = 250 mm (untuk tanah lempung)

irigasi & bangunan air ‐ tebs 16


Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan

E0 + P T 30 hari T 45 hari
mm/ hari S 250 mm S 300 mm S 250 mm S 300 mm
5,0 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13,0 8,8 9,8
6,0 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12,0 13,6 9,4 10,4
7,0 12,3 13,9 9,8 10,8
T 7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
a 8,0 13,0 14,5 10,5 11,4
n 8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
i
9,0 13,6 15,2 11,2 12,1
a
9,5 14,0 15,5 11,6 12,5
(tebs)
10,0 14,3 15,8 12,0 12,9
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11,0 15,0 16,5 12,8 13,6

irigasi & bangunan air ‐ tebs 17


Curah Hujan Efektif

Definisi : Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh selama masa tumbuh tanaman,
yang dapat digunakan untuk memenuhi air konsumtif tanaman.
Besarnya curah hujan ditentukan dengan 70% dari curah hujan rata–rata tengah bulanan dengan
kemungkinan kegagalan 20% (Curah hujan R80).
Dengan menggunakan Basic Year dengan rumus :
R80 = n/5 + 1
T
a dengan n adalah periode lama pengamatan
n
i Curah hujan efektif diperoleh dari 70% x R80 per periode waktu pengamatan. Apabila data hujan
a yang digunakan 10 harian maka persamaannya menjadi :
(tebs) −Repadi =(R80x 70%)/10 mm/hari.
−Retebu =(R80x60%)/ 10 mm/hari.
−Repalawija = (R80 x 50%) / 10 mm/hari
Curah hujan efektif juga dapat dihitung dengan menggunakan metode Log Pearson III berdasarkan
data hujan yang tersedia.

irigasi & bangunan air ‐ tebs 18


Curah Hujan Efektif

Curah Hujan Efektif untuk Padi


Untuk irigasi padi curah hujan efektif bulanan diambil 70% dari curah hujan minimum
tengah‐bulanan dengan periode ulang 5 tahun.
T
a 1
R e  0.7 x R 80
n 15
dimana,
i
a Re = curah hujan effektif, mm/hari
(tebs) R80 = curah hujan minimum tengah bulanan dengan kemungkinan terpenuhi 80 %.
15 = Jumlah hari setengah bulan

Curah Hujan Efektif untuk Palawija


Ditentukan dengan periode bulanan dan curah hujan rata‐rata bulanan
dihubungkan dengan rata‐rata bulanan evapotranspirasi tanaman. (tabel USDA‐SCS
1969)

irigasi & bangunan air ‐ tebs 19


Contoh perhitungan hujan efektif
Hujan Setengah Bulan Rata-Rata Daerah (Sta.Sengkol, Mangkung, Rambitan)

Tabel (6)

A. Perhitungan CH Efektif (andalan) dengan cara BASIC YEAR

T Tahun
a No Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des an
n I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II (mm)
i 1 1992 123 146 140 189 157 97 105 29 0 9 1 0 1 2 0 2 11 54 28 39 5 145 117 96 1497
a
2 1993 120 211 228 23 16 55 83 13 24 0 14 3 0 0 0 0 0 3 12 23 20 68 114 323 1353
(tebs) 3 1994 38 144 179 135 224 126 58 0 2 0 0 0 0 6 0 0 4 0 2 0 1 59 153 36 1170
4 1995 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 0 0 10 0 20 11 167 116 150 44 1345
5 1996 84 55 125 169 130 31 36 24 46 0 0 0 13 2 5 0 0 3 1 45 41 42 72 29 950
6 1997 137 59 188 264 81 0 36 3 45 1 11 2 2 0 0 0 0 35 11 78 3 27 143 109 1237
7 1998 204 51 38 60 76 211 124 145 0 3 45 4 66 29 1 0 3 137 14 363 137 85 74 189 2058
8 1999 154 176 107 85 131 165 64 10 19 0 0 1 2 0 2 2 0 0 18 73 102 65 196 58 1431
9 2000 184 174 53 83 53 90 208 74 111 8 2 0 0 0 0 0 0 0 134 51 312 64 93 3 1698
10 2001 61 71 156 20 67 138 157 42 0 0 74 0 0 0 0 0 0 0 12 46 36 69 141 71 1161

1. Hujan setengah bulanan rata-rata daerah, dijumlahkan (menjadi hujan tahunan)


Tabel (7)

P (%) tahunan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des
No Tahun
= m/(n+1) ranking I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II

1 1998 9.09 2,058  204  51  38  60  76  211  124  145  ‐ 3  45  4  66  29  1  ‐ 3 137  14  363  137  85  74  189 

T 2 2000 18.18 1,698  184  174  53  83  53  90  208  74  111  8  2  0  ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 134  51  312  64  93  3 
a
3 1992 27.27 1,497  123  146  140  189  157  97  105  29  ‐ 9  1  0  1  2  0  2  11  54  28  39  5  145  117  96 
n
i 4 1999 36.36 1,431  154  176  107  85  131  165  64  10  19  ‐ ‐ 1  2  ‐ 2  2  0  ‐ 18  73  102  65  196  58 
a
(tebs)
5 1993 45.45 1,353  120  211  228  23  16  55  83  13  24  ‐ 14  3  0  ‐ ‐ ‐ ‐ 3  12  23  20  68  114  323 

6 1995 54.55 1,345  140  148  126  120  111  85  60  7  14  6  3  1  3  2  ‐ ‐ 10  ‐ 20  11  167  116  150  44 

7 1997 63.64 1,237  137  59  188  264  81  0  36  3  45  1  11  2  2  ‐ ‐ ‐ ‐ 35  11  78  3  27  143  109 

8 1994 72.73 1,170  38  144  179  135  224  126  58  0  2  ‐ ‐ ‐ 0  6  ‐ ‐ 4  ‐ 2  0  1  59  153  36 

9 2001 81.82 1,161  61  71  156  20  67  138  157  42  ‐ 0  74  0  0  0  ‐ ‐ ‐ ‐ 12  46  36  69  141  71 

10 1996 90.91 950  84  55  125  169  130  31  36  24  46  ‐ ‐ ‐ 13  2  5  ‐ ‐ 3  1  45  41  42  72  29 

2. Hujan tahunan dirangking dan diberi peluang


Tabel (8)

Bulan Jan  Feb  Mar  Apr  Mei  Jun  Jul  Agts  Sept  Okt  Nov  Des 

Periode I  II  I  II  I  II  I  II  I  II  I  II  I  II  I  II  I  II  I  II  I  II  I  II 

T Padi (R80)  61  71  156  20  67  138  157  42  ‐ 0  74  0  0  0  ‐ ‐ ‐ ‐ 12 46  36  69  141  71 
a
n Palawija (R50)  140  148  126  120  111  85  60  7  14  6  3  1  3  2  ‐ ‐ 10  ‐ 20 11  167  116  150  44 
i
a R efektif padi  43 49 109 14 47 96 110 30 - 0 52 0 0 0 - - - - 8 32 25 48 98 49
(tebs) R efektif 
Palawija  98  104  88  84  78  60  42  5  10  4  2  1  2  2  ‐ ‐ 7  ‐ 14  8  117  81  105  31 

3. R efektif adalah hujan pada tahun tertentu dengan probabilitas tertentu. Dapat langsung diambil (th 1994 dan 2001)
atau diinterpolasi (2001 - 1994 dan 1995 - 1993). Lihat tabel (7)

4. Jadi hujan dengan peluang 80% (R80) adalah seluruh data pada tahun 2001, sedangkan R50 adalah seluruh data tahun
1995

5. Hujan efektif padi = 0.7*R80, dan hujan efektif palawija = 0.7*R50


Frekuensi Terjadinya CH & CH Efektif Untuk Padi
FREKUENSI TERPENUHI Re
PERIODE 0 . 7 xR 80
95% 90% 80% 75% 50% 20% 10% 5%
15
JAN 1 18 27 49 54 76 121 158 196 2.3
2 24 38 44 46 84 139 162 204 2.2
FEB 1 21 28 36 41 59 89 121 143 1.7
2 22 32 44 49 71 111 129 147 2.2
MAR 1 28 35 41 53 70 113 124 151 1.9
2 32 40 49 57 85 112 146 159 2.1
APR 1 31 37 46 52 78 124 159 172 2.1
T 2 33 48 54 63 92 146 166 218 2.5
a MEI 1 45 54 73 81 109 168 189 240 3.2
n 2 50 66 77 84 116 152 181 210 3.3
i JUN 1 50 60 83 91 106 158 169 205 3.9
a 2 40 50 57 59 94 137 161 190 2.7
(tebs) JUL 1 31 38 45 51 88 115 148 183 2.1
2 9 17 30 49 52 90 112 107 1.4
AGT 1 0 0 10 12 23 74 86 110 0.5
2 0 0 5 6 22 36 69 90 0.2
SEP 1 0 0 0 5 8 27 48 85 0
2 0 0 6 12 15 43 82 95 0.2
OKT 1 0 0 7 10 24 58 98 125 0.3
2 0 6 10 13 36 102 142 175 0.5
NOV 1 12 28 40 44 61 88 104 164 2.0
2 28 32 42 46 64 112 146 180 2.0
DES 1 23 31 46 49 61 108 129 169 2.1
2 27 34 55 61 79 112 141 166 2.5
irigasi & bangunan air ‐ tebs 23
Curah Hujan Efektif Untuk Palawija

PERIODE ETc (mm) R (mm) Re (mm) Re (mm/h)


JUL 55 140 55 1.8
AGT 122 45 36 1.2
SEP 136 23 20 0.7
OKT 50 60 38 1.2
T NOV 44 160 100 3.3
a
n
i
a
(tebs)

irigasi & bangunan air ‐ tebs 24


Kebutuhan Air Irigasi Di Sawah (IR)

Kebutuhan Bersih Air di Sawah dimana,


Untuk Padi 
ETc = penggunaan komsumtif, mm
NFR  ETc  P  Re  WLR P = perkolasi, mm/hari
Re = curah hujan efektif, mm/hari
WLR= penggantian lapisan air, mm/hari
T
a Kebutuhan Bersih Air di Sawah e = efisiensi irigasi
n Untuk palawija 
i
a NFR  ETc  Re
(tebs)
Palawija
Efisiensi Irigasi
Jaringan tersier 80%
Kebutuhan Air Irigasi  IR = NFR / e Saluran sekunder 90%
Saluran primer 90%
Jumlah 65%

irigasi & bangunan air ‐ tebs 25


Kebutuhan air untuk tanaman palawija
1. Perhitungan kebutuhan air untuk tanaman palawija sama
dengan perhitungan kebutuhan air untuk padi, hanya saja R
T
efektif untuk palawija adalah R50.
a
n
i
2. Tanaman palawija tidak membutuhkan air untuk
a
(tebs)
pengolahan lahan serta pergantian lapisan air.
3. Contoh perhitungan kebutuhan air untuk tanaman padi
dan palawija dapat dilihat pada tabel terlampir.
Awal tanam
Satu kali masa tanam disebut 1 musim tanam. 

tanaman Pengolahan lahan Umur tanaman


T Padi 1 bulan 2,5 – 3 bulan
a
n palawija ‐ 3 bulan
i
a
(tebs)

Musim tanam pertama biasanya dimulai ketika awal musim hujan


Musim tanam pertama disebut MT1 dilanjutkan musim tanam kedua MT2 dan Musim tanam
ketiga MT3 
Intensitas tanam
Intensitas tanam didefinisikan sebagai prosentase luas lahan yang dapat
ditanami terhadap luas seluruh Daerah Irigasi

T
Contoh :
a
n Jika diketahui luas DI 1000 ha. Maka perhitungan intensitas tanamnya
i diilustrasikan seperti dlm tabel berikut
a
(tebs)
Musim tanam Luas tanam (ha) Intensitas tanam (%)
MT1 1000 100
MT2 750 75
MT3 500 50
IT Total (setahun) 225
Pola tanam
Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, penentuan pola tanam merupakan hal yang 
perlu dipertimbangkan.
Berikut ini contoh pola tanam yang biasa dipakai :
T
a
n
i Ketersediaan air irigasi pola tanam dalam satu tahun
a
(tebs)
1. Berlimpah/ banyak Padi – padi ‐ palawija
2. cukup/sedang Padi – padi – Kosong
Padi – Palawija ‐ Palawija
3. Kurang Padi – Palawija ‐ Kosong
Palawija _ Padi ‐ Kosong
i
a
a
n
T

(tebs)
C C1 C2 C3

1
LP LP LP LP
N

N
LP

2
LP 1.1 LP LP

1
D

LP 1.1 1.1 LP

2
1.08 1.05 1.1 1.1
J

1
1.07 1.05 1.05 1.1
PADI

J
90 hari

2
1.02 0.95 1.05 1.05
setelah transpl
F

1
0.67 0 0.95 1.05 F
0.32 0 0.95 2
M

1
0 0
M

LP
2

LP LP LP LP
A

LP 1.1 LP LP
A

2
M

LP 1.1 1.1 LP
1

1.08 1.05 1.1 1.1


Skema Pola Tanam dengan Koefisien Tanaman
PADI
90 hari

M
J

1.07 1.05 1.05 1.1


setelah transpl

1.02 0.95 1.05 1.05


J
J

0.67 0 0.95 1.05


1

0.48 0.5 0 0.95


A

0.14 0.75 0.5 0


1

0.75 1.0 0.75 0.5


S

85 hari

A
KEDELAI

0.91 1.0 1.0 0.75


Contoh Pola Tanam (Padi – Padi – Palawija)

1
O

0.94 0.82 1.0 1.0


1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

irigasi & bangunan air ‐ tebs


2

0.75 0.43 0.82 1.0


1

0.42 - 0.45 0.82


O

0.15 - - 0.45
30
Efisiensi Irigasi
 Efisiensi merupakan persentase perbandingan
antara jumlah air yang dapat digunakan untuk
pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang
dikeluarkan dari pintu pengambilan. Agar air yang
T
sampai pada tanaman tepat jumlahnya seperti yang
a
n
direncanakan, maka air yang dikeluarkan dari pintu
i pengambilan harus lebih besar dari kebutuhan.
a
(tebs)  Biasanya Efisiensi Irigasi dipengaruhi oleh besarnya
jumlah air yang hilang di perjalanannya dari saluran
primer, sekunder hingga tersier.
− saluran tersier : 80 %
− saluran sekunder : 90 %
− saluran primer : 90 %
Efisiensi irigasi total (C)= 80% x 90% x 90% = 65 %
Ringkasan Langkah-langkah
perhitungan kebutuhan air
1. Menentukan besarnya nilai evapotranspirasi daerah
setempat, dengan menggunakan metode Penman, radiasi,
T
thornwhite, atau yang lain.
a
n
i
2. Menentukan koefisien tanaman (kc) berdasarkan
a
(tebs)
berdasarkan tabel FAO atau NEDECO.
3. Menentukan penggunaan konsumtif tanaman (Cu atau
ETc), didapatkan dengan cara mengalikan koefisien
tanaman (kc) dengan angka evapotranspirasi potensial
(ET0).
3. Menentukan kebutuhan air untuk persiapan lahan,
biasanya ditentukan berdasarkan kondisi kekeringan
T
lahan serta kebiasaan petani. Besarnya 200 + 50 mm
a
n untuk genangan, atau 250 mm utk tanah kering
i
a berat/pecah-pecah + 50mm untuk genangan.
(tebs)
4. Selanjutnya dihitung kebutuhan air selama penyiapan
lahan dengan persamaan Van Goor dan Ziljstra atau baca
tabel dari KP 01 di atas.
5. Menentukan nilai perkolasi. Nilai perkolasi untuk daerah
DIY (biasanya diambil) sebesar 2,0 mm/hari.
T 6. Menentukan evaporasi selama penyiapan lahan yang
a
n
i
didapatkan dari mengalikan nilai evapotranspirasi
a
(tebs)
potensial dengan koefisien 1,1.
7. Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak 2 kali masing-
masing 50 mm pada saat sebulan dan dua bulan setelah
transplantasi (atau 3,33mm/hari selama setengah bulan).
8. Menentukan hujan efektif R eff dengan rumus : (0,7 x R80)/Jumlah
hari setengah bulanan.
− R80 adalah hujan dengan probabilitas 80%, untuk tanaman
T
aT padi.
na
in
a i
− R50 adalah hujan dengan probabilitas 50% untuk tanaman
a
(tebs)
(tebs) palawija.
9. Menentukan kebutuhan air irigasi di sawah yaitu dengan cara
mengurangi total kebutuhan air dengan hujan efektif untuk
tanaman padi/palawija.
10. Konversi satuan kebutuhan air di sawah dari mm/hari menjadi
l/dt/ha dengan cara membagi kebutuhan air irigasi dengan 8,64.
(lihat contoh hitungan).
11. Menentukan kebutuhan air di intake (DR) yaitu dengan cara
membagikan kebutuhan air di sawah dengan efisiensi irigasi. Nilai
efisiensi irigasi keseluruhan adalah 0,65.
Neraca air
• Neraca air adalah perimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air di daerah
studi
T
a • Debit kebutuhan didapat dari perhitungan kebutuhan air irigasi berdasarkan pola
n tanam yang terpilih
i
a • Debit ketersediaan didapat dari perhitungan debit andalan di sungai atau tempat
(tebs)
pengambilan air
Neraca air
• Bila debit melimpah maka kebutuhan dipenuhi sesuai luas sawah maksimum.
• Bila debit kurang, maka ada tiga alternatif solusi yaitu :
T
a
n
1. luas daerah irigasi dikurangi
i
a 2. melakukan modifikasi dalam pola tanam
(tebs)
3. rotasi teknis golongan
Padi sistem hemat air
• Mengantisipasi ketersediaan air yang semakin terbatas maka perlu
dicari terus cara budidaya tanaman padi yang hemat air. Salah satunya
adalah Cara pemberian air terputus/berkala (intermittent
irrigation).
T
a • Cara ini terbukti efektif di lapangan dalam usaha hemat air, namun
n mengandung kelemahan dalam membatasi pertumbuhan rumput.
i
a • Sistem pemberian air terputus/ berkala sesuai untuk daerah dengan
(tebs) debit tersedia aktual lebih rendah dari debit andalan 80%.
Sistem golongan
• Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan, sehingga
harus dibuat rencana pembagian air yang baik. 
T
a • Kebutuhan air tertinggi dalam petak tersier disebut Qmax
n
i • Pada saat air tidak memenuhi kebutuhan air tanaman dengan pengaliran
a menerus, maka pemberian air tanaman diberikan secara bergilir.
(tebs)
• Dalam sistem pemberian air secara bergilir, permulaan tanam tidaklah serempak.  
Sawah dibagi menurut golongan‐golongan dan permulaan pekerjaan sawah
dijalankan secara bergiliran menurut golongan masing‐masing
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Golongan
ET0 Re ETc DR
PERIODE P mm/h WLR C1 C2 C3 C NFR mm/h
mm/h mm/h mm/h L/dt ha
PERIOD
(9) = (10) = (11) = (12) =
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(11)
(2x9) (10+3+5-4)
ex8.64

NOP 1 5.2 2.0 2.0 LP LP LP LP 11.3 9.3 1.66


2 2.0 1.1 LP LP LP 11.3 9.3 1.66
DES 1 4.2 2.0 2.1 1.1 1.1 LP LP 10.5 8.4 1.50
2 2.5 1.1 1.05 1.1 1.1 1.08 4.5 5.1 0.91
JAN 1 4.4 2.0 2.3 1.1 1.05 1.05 1.1 1.07 4.7 5.5 0.98
T 2 2.2 2.2 0.95 1.05 1.05 1.02 4.5 6.5 1.15
a FEB 1 4.5 2.0 1.7 1.1 0 0.95 1.05 0.67 3.0 4.4 0.78
n 2 2.2 1.1 0 0.95 0.32 1.4 2.3 0.41
i MAR 1 4.4 2.0 1.9 0 0 0 0 0
a 2 2.1 LP LP LP LP 9.4 7.3 1.30

(tebs) APR 1 4.3 2.0 2.1 1.1 LP LP LP 9.4 7.3 1.30


2 2.5 1.1 1.1 LP LP 9.4 6.9 1.23
MEI 1 4.0 2.0 3.2 1.1 1.05 1.1 1.1 1.08 4.3 4.2 0.75
2 3.3 1.1 1.05 1.05 1.1 1.07 4.3 4.1 0.73
JUN 1 3.6 2.0 3.9 2.2 0.95 1.05 1.05 1.02 3.7 4.0 0.71
2 2.7 1.1 0 0.95 1.05 0.67 2.4 2.9 0.52
JUL 1 4.1 2.0 2.1/ 1.8* 1.1 0.5 0 0.95 0.48 1.3/0.7* 2.5/0* 0.45/0*
2 1.4/ 1.8* 0.75 0.5 0 0.41 1.7* 0* 0*
AGT 1 4.9 2.0 0.5/1.2* 1.0 0.75 0.5 0.75 3.7* 2.5* 0.44*
2 0.5/1.2* 1.0 1.0 0.75 0.91 4.5* 3.3* 0.58*
SEP 1 5.1 2.0 0/0.7* 0.82 1.0 1.0 0.94 4.8* 4.1* 0.73*
2 0/0.7* 0.45 0.82 1.0 0.75 3.8* 3.1* 0.55*
OKT 1 5.9 2.0 0.3/1.2* - 0.45 0.82 0.42 2.5* 1.3* 0.23*
2 0.5/1.2* - - 0.45 0.15 irigasi & bangunan air ‐
0.9* 0* 0* tebs 41
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Golongan
ET0 Re ETc DR
PERIODE P mm/h WLR C1 C2 C3 C NFR mm/h
mm/h mm/h mm/h L/dt ha
PERIOD
(9) = (10) = (11) = (12) =
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(11)
(2x9) (10+3+5-4)
ex8.64

NOP 1 5.2 2.0 2.0/3.3 - - 0.45 0.15 0.8* 0* 0*


2 2.0 LP LP LP LP 11.3 9.3 1.66
DES 1 4.2 2.0 2.1 1.1 LP LP LP 10.5 8.4 1.50
2 2.5 1.1 1.1 LP LP 10.5 8.0 1.42
JAN 1 4.4 2.0 2.3 1.1 1.05 1.1 1.1 1.08 4.8 5.6 0.99
T 2 2.2 1.1 1.05 1.05 1.1 1.07 4.8 5.6 1.00
a FEB 1 4.5 2.0 1.7 2.2 0.95 1.05 1.05 1.02 4.6 7.1 1.26
n 2 2.2 1.1 0 0.95 1.05 0.67 3.0 3.9 0.70
i MAR 1 4.4 2.0 1.9 1.1 0 0.95 0.32 1.4 2.6 0.46
a 2 2.1 0 0 0 0 0

(tebs) APR 1 4.3 2.0 2.1 1.1 LP LP LP 9.6 7.5 1.34


2 2.5 1.1 LP LP LP 9.6 7.1 1.26
MEI 1 4.0 2.0 3.2 1.1 1.1 LP LP 9.4 6.2 1.10
2 3.3 1.1 1.05 1.1 1.1 1.08 4.3 4.1 0.73
JUN 1 3.6 2.0 3.9 1.1 1.05 1.05 1.1 1.07 3.9 3.1 0.54
2 2.7 2.2 0.95 1.05 1.05 1.02 3.7 5.2 0.92
JUL 1 4.1 2.0 2.1 1.1 0 0.95 1.05 0.67 2.7 3.7 0.67
2 1.4/ 1.8* 1.1 0.5 0 0.95 0.48 1.3/0.7* 3.0/0* 0.54/0*
AGT 1 4.9 2.0 0.5/1.2* 0.75 0.5 0 0.41 2.0* 0.8* 0.14*
2 0/1.2* 1.0 0.75 0.5 0.75 3.7* 2.5* 0.44*
SEP 1 5.1 2.0 0/0.7* 1.0 1.0 0.75 0.91 4.6* 3.9* 0.69*
2 0.2/0.7* 0.82 1.0 1.0 0.94 4.8* 4.1* 0.73*
OKT 1 5.9 2.0 0.3/1.2* 0.45 0.82 1.0 0.75 4.4* 3.2* 0.57*
2 0.5/1.2* - 0.45 0.82 0.42 irigasi & bangunan
2.5* 1.3* 0.23* air ‐ tebs 42
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Golongan
ET0 Re ETc DR
PERIODE P mm/h WLR C1 C2 C3 C NFR mm/h
mm/h mm/h mm/h L/dt ha
PERIOD
(9) = (10) = (11) = (12) =
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(11)
(2x9) (10+3+5-4)
ex8.64

NOP 1 5.2 2.0 2.0/3.3* - 0.45 0.82 0.42 2.2* 0* 0*


2 2.0/3.3* - - 0.45 0.15* 0.8* 0* 0*
DES 1 4.2 2.0 2.1 LP LP LP LP 10.5 8.4 1.50
2 2.5 1.1 LP LP LP 10.5 8.0 1.42
JAN 1 4.4 2.0 2.3 1.1 1.1 LP LP 1.08 8.5 1.51
T 2 2.2 1.1 1.05 1.1 1.1 1.08 4.8 5.7 1.00
a FEB 1 4.5 2.0 1.7 1.1 1.05 1.05 1.1 1.07 4.8 6.2 1.11
n 2 2.2 2.2 0.95 1.05 1.05 1.02 4.6 6.6 1.17
i MAR 1 4.4 2.0 1.9 1.1 0 0.95 1.05 0.67 2.9 4.1 0.74
a 2 2.1 1.1 0 0.95 0.32 1.4 2.4 0.43

(tebs) APR 1 4.3 2.0 2.1 0 0 0 0 0


2 2.5 LP LP LP LP 9.6 7.1 1.26
MEI 1 4.0 2.0 3.2 1.1 LP LP LP 9.4 6.2 1.10
2 3.3 1.1 1.1 LP LP 9.4 6.1 1.09
JUN 1 3.6 2.0 3.9 1.1 1.05 1.1 1.1 1.08 3.9 3.1 0.55
2 2.7 1.1 1.05 1.05 1.1 1.07 3.9 4.3 0.76
JUL 1 4.1 2.0 2.1 2.2 0.95 1.05 1.05 1.02 4.2 6.3 1.12
2 1.4 1.1 0 0.95 1.05 0.67 2.7 4.4 0.79
AGT 1 4.9 2.0 0.5/1.2* 1.1 0.5 0 0.95 0.48 1.6/0.8* 4.2/0* 0.74/0*
2 0.2/1.2* 0.75 0.5 0 0.41 2.0* 0.8* 0.14*
SEP 1 5.1 2.0 0/0.7* 1.0 0.75 0.5 0.75 3.8* 3.1* 0.55*
2 0.2/0.7* 1.0 1.0 0.75 0.91 4.6* 3.9* 0.69*
OKT 1 5.9 2.0 0.3/1.2* 0.82 1.0 1.0 0.94 5.5* 4.3* 0.76*
2 0.3/1.2* 0.45 0.82 1.0 0.75 irigasi & bangunan air ‐
4.4* 3.2* 0.57* tebs 43
Kebutuhan Pengambilan Air Irigasi (lt/det/ha)
ALT 1 ALT 2 ALT 3 ALT 4 ALT 5 ALT 6
PERIODE

NOP 1 1.66 0.0 0 0.83 0.55 0 Alternatif Pengambilan Air :


2 1.66 1.66 0 1.66 1.11 0.83
DES 1 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1 : A saja
2 0.91 1.42 1.42 1.16 1.25 1.42 2 : B saja
JAN 1 0.98 1.0 1.51 0.99 1.16 1.25
3 : C saja
2 1.15 1.00 1.00 1.08 1.05 1.00
FEB 1 0.78 1.3 1.11 1.02 1.05 1.19 4 : A + B
T 2 0.41 0.70 1.17 0.56 0.76 0.94 5 : A + B + C
a MAR 1 0 0.46 0.74 0.23 0.40 0.60
n 6 : B + C
2 1.30 0 0.43 0.65 0.58 0.22
i
APR 1 1.30 1.34 0 1.32 0.88 0.67
a
2 1.23 1.26 1.26 1.25 1.25 1.26
(tebs) Alternatif :
MEI 1 0.75 1.10 1.10 0.93 0.98 1.10
2 0.73 0.73 1.09 0.73 0.85 0.91 1 : 1 Golongan A (mulai 1 November)
JUN 1 0.71 0.54 0.55 0.63 0.60 0.55
2 : 1 Golongan B (mulai 15 November)
2 0.52 0.92 0.76 0.72 0.73 0.84
JUL 1 0.45 0.67 1.12 0.56 0.75 0.90
3 : 1 Golongan C (mulai 1 Desember)
2 0 0.54 0.79 0.27 0.44 0.67 4 : 2 Golongan A + B
AGT 1 0.44 0.14 0.74 0.29 0.44 0.44
5 : 3 Golongan A + B + C
2 0.58 0.44 0.14 0.51 0.38 0.29
SEP 1 0.73 0.69 0.55 0.71 0.65 0.62 6 : 2 Golongan B + C
2 0.55 0.73 0.69 0.64 0.65 0.71
OKT 1 0.23 0.57 0.76 0.40 0.52 0.66
2 0 0.23 0.57 0.12 0.27 0.40 irigasi & bangunan air ‐ tebs 44
Pola Tata Tanam Masa Tanam November I

T
a
n
i
a
(tebs)
Pola Tata Tanam Masa Tanam November II

T
a
n
i
a
(tebs)
Pola Tata Tanam Masa Tanam Desember I

T
a
n
i
a
(tebs)
6.00

ALTERNATIF PTT
5.00

4.00

T
3.00 a
KAI (l/s/ha)
n
2.00
i
a
(tebs)
1.00

0.00
Jan-1 Jan-2 Feb-1 Feb-2 Mar-1 Mar-2 Apr-1 Apr-2 Mei-1 Mei-2 Jun-1 Jun-2 Jul-1 Jul-2 Ags-1 Ags-2 Sep-1 Sep-2 Okt-1 Okt-2 Nov-1 Nov-2 Des-1 Des-2
Re 1.90 4.41 2.73 4.98 2.74 3.29 4.01 0.76 0.09 0.00 0.35 0.67 0.58 0.65 0.68 0.98 0.07 0.00 0.00 0.23 0.02 0.00 0.13 0.35
Alternatif 3 1.61 0.13 0.27 0.02 0.04 0.00 0.00 1.85 1.98 1.90 0.84 0.62 0.59 0.28 0.48 0.51 0.74 0.65 0.41 0.27 0.23 0.23 1.79 1.67
Alternatif 1 0.43 0.26 0.27 0.00 0.00 1.43 1.47 1.85 0.93 0.93 0.97 0.62 0.54 0.37 0.60 0.66 0.74 0.65 0.41 0.27 1.84 1.84 1.79 0.58
Alternatif 2 0.43 0.13 0.40 0.00 0.04 0.00 1.47 1.85 1.98 0.93 0.84 0.75 0.46 0.41 0.50 0.66 0.74 0.65 0.41 0.27 0.23 1.84 1.79 1.67
Alternatif 4 0.43 0.19 0.33 0.00 0.02 0.71 1.47 1.85 1.46 0.93 0.91 0.69 0.50 0.39 0.55 0.66 0.74 0.65 0.41 0.27 1.03 1.84 1.79 1.13
Alternatif 5 0.82 0.17 0.31 0.01 0.03 0.48 0.98 1.85 1.63 1.25 0.88 0.67 0.53 0.36 0.52 0.61 0.74 0.65 0.41 0.27 0.77 1.31 1.79 1.31
Alternatif 6 1.02 0.13 0.33 0.01 0.04 0.00 0.74 1.85 1.98 1.42 0.84 0.69 0.52 0.35 0.49 0.59 0.74 0.65 0.41 0.27 0.23 1.04 1.79 1.67
SISTEM ROTASI

Keuntungan sistem rotasi kekurangan


1. Q puncak berkurang 1. Bisa menimbulkan komplikasi sosial
2. Kebutuhan pengambilan bertambah 2. Kehilangan air akibat eksploitasi lebih
secara berangsur2 pd periode tinggi
T penyiapan lahan
a
n
3.  Eksploitasi lebih rumit
i 4. Jangka waktu penanaman lebih lama 
a
(khususnya utk tanaman padi karena
(tebs)
membutuhkan pengolahan lahan), 
dan mengakibatkan waktu utk
tanaman kedua menjadi berkurang
5. Daur hama sulit diberantas. Jadi akan
ada pemakaian pestisida.
Contoh perhitungan rotasi

T • Petak tersier seluas 135,65 ha terdiri dari 3 petak sub tersier dengan
a masing‐masing luas
n
i − Sub tersier a luas 53,10 ha dengan kebutuhan air 2,84 l/dt/ha
a
(tebs) − Sub tersier b luas 47,55 ha dengan kebutuhan air 2,95 l/dt/ha
− Sub tersier c luas 35,00 ha dengan kebutuhan air 3,26 l/dt/ha
A. Perhitungan debit rencana

• Kondisi batas : Jika debit tersedia >65% Qmaks, maka pemberian


air dilakukan secara terus menerus
T • Pemberian air (Q) Jika Q = 100% Qmaks
a
n
i − Petak a dapat air = 53,10 ha x 2,84 l/det /ha = 150,80 l/det
a
(tebs) − Petak b dapat air = 47,55 ha x 2,95 l/det/ha = 140,27 l/det
− Petak c dapat air = 35,00 ha x 3,26 l/det/ha = 114,10 l/det
jumlah Qmax = 405,17 l/det
• Pemberian air jika Q = 65% Qmaks. Sebesar
65/100 x 405,17 l/det = 263,36 l/det. Maka
pemberian air nya menggunakan cara rotasi sub
tersier I
T
a • Periode I. Sub tersier a+b diairi, c ditutup
n
i
a
Luas a+b = 53,10 + 47,55 = 100,65 ha
(tebs)
− Qa = (53,10/100,65) x 263,36 = 138,94 l/det
− Qb = (47,55/100,65) x 263,36 = 124,42 l/det
• Periode II. Sub tersier a+c diairi, b ditutup
Luas a+c = 53,10 + 35,00 = 88,10 ha
− Qa = (53,10/88,10) x 263,36 = 158,73 l/det
− Qc = (35,00/88,10) x 263,36 = 104,63 l/det
T
a
n
i
a
• Periode III. Sub tersier b+c diairi, a ditutup
(tebs)
Luas b+c = 47,55 + 35,00 = 82,55 ha
− Qb = (47,55 / 82,55) x 263,36 = 151,73 l/det
− Qc = (35,00/ 82,55) x 263,36 = 111,55l/det
• Pemberian air jika Q = 35% Qmaks, maka
pemberian airnya menggunakan cara rotasi sub
tersier II
• Pemberian air nya = 0,35 x 405,17 = 121,55 l/dt
T
a • Air sebanyak 121,55 l/det tidak dapat dibagikan
n
i secara proporsional dalam waktu yang bersamaan,
a
(tebs)
sehingga diberikan secara bergilir di masing‐
masing sub tersier a, b dan c, dengan penjadwalan
dan lama waktu pemberiannya diperhitungkan
sesuai proporsi luas masing‐masing.
• Hasil hitungan pemberian air tersebut, dapat dirangkum dalam
tabel berikut :

petak sub Luas (ha) Q (l/det) Q rencana


tersier 100% 65% 35% (l/det)
T
a a 53.10 150.80 158.73 121.55 158.73
n b 47.55 140.27 151.70 121.55 151.70
i
a c 35.00 114.10 104.63 121.55 121.55
(tebs)

• Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa debit yang


terbesar tidak selalu terdapat pada Q = Qmax. Sehingga debit
rencana tidak selalu dapat ditentukan dari 100%Qmax,
melainkan harus dihitung juga pemberian airnya secara rotasi.
B. Perhitungan jam rotasi
• Q> 65%, Semua petak mendapatkan giliran pemberian air secara terus
menerus
• 65% > Qmax > 35%
T
a • 2 golongan dibuka dan 1 golongan ditutup
n
i
a
(tebs)
• Qmax < 35%
• 1 golongan dibuka, 2 golongan ditutup
T
a
n
i
a
(tebs)
Hari Pemberian air terus Rotasi I (Q = 35% ‐ 65%) Rotasi II (Q < 35%)
menerus (Q = 65% –
100%)
jam Petak yang  jam Petak yang  jam Petak yang 
diairi diairi diairi
Senin 6:00 6:00 6:00 b
Selasa
T Rabo a + b 17:00 c
a Kamis
n Jumat 12:00 a
i Sabtu a + b + c 11:00
a
Minggu
(tebs)
Senin a + c 6:00 b
Selasa
Rabo 24:00 17:00 c
Kamis
Jumat b + c 12:00
Sabtu a
Minggu
senin 6:00 6:00 6:00

Anda mungkin juga menyukai