T
Jenis tanaman a
n
Cara pemberian air i
a
Jenis tanah yang digunakan (tebs)
Cara pengelolaan pemeliharaan saluran dan bangunan
Pengolahan tanah
Iklim dan keadaan cuaca
Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi (NFR) didekati dengan metode Water Balance dengan
parameter:
1. Kebutuhan air untuk tanaman (ETc)
2. Kebutuhan air akibat perkolasi dan rembesan (P)
3. Kebutuhan air untuk pergantian lapisan air (WLR)
4. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PL)
T 5. Curah hujan efektif (Ref)
a
n ETc
i
a Ref Ref
(tebs) NFR
P IR
WLR
Evaporasi Transpirasi
T iklim •Iklim
a •jenis, varietas, umur tanaman
n
i
a
(tebs) Cara pengukuran :
1. Secara langsung dengan Lysimeter
2. Rumus empiris :
a) Pennman Modifikasi
b) Hargreaves
c) Thornwaite
d) Blaney-Criddle
Berikut ini contoh koefisien tanaman padi berdasarkan tabel FAO dan Nedeco/Prosida (Dirjen
T
Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985)
a
n
i Umur Dua Minggu Ke
No. Tanaman
a (hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
(tebs) 1 Padi (NEDECO/PROSIDA)
- Varietas Unggul 90 1.20 1.27 1.33 1.30 1.30 0.00
- Varietas Biasa 120 1.20 1.20 1.32 1.40 1.35 1.24 1.12 0.00
Padi (FAO)
- Varietas Unggul 90 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00
- Varietas Biasa 120 1.10 1.10 1.10 1.10 1.10 1.05 0.95 0.00
2 Kedelai 85 0.50 0.75 1.00 1.00 0.82 0.45
3 Jagung 80 0.50 0.59 0.96 1.05 1.02 0.95
4 Kacang tanah 130 0.50 0.51 0.66 0.85 0.95 0.95 0.95 0.55
5 Bawang 70 0.50 0.51 0.69 0.90 0.95
6 Buncis 75 0.50 0.64 0.89 0.95 0.88
7 Kapas 195 0.50 0.50 0.58 0.75 0.91 1.04 1.05 1.05 1.05 0.87 0.65 0.65 0.65
irigasi & bangunan air ‐ tebs 5
Evaporasi Potensial (ETO)
Besarnya evaporasi potensial dihitung dengan persamaan Penmann Modifikasi
J F M A M J J A S O N D
4,4 4,5 4,4 4,3 4,0 3,6 4,1 4,9 5,4 5,9 5,2 4,2
T Tabel (5)
a
n Tingkat perkolasi pada berbagai tekstur tanah
i
a Angka Perkolasi
(tebs)
Jenis Tanah
Padi (mm/hari) Palawija (mm/hari)
Tekstur Berat 1 2
Tekstur Sedang 2 4
Tekstur Ringan 5 10
Sumber : standar Perencanaan Irigasi KP. 01
Di Indonesia menurut penelitian di
lapangan, angka perkolasi ini seperti untuk
Proyek Irigasi Sempor adalah 0,70 mm/hari.
Di daerah daratan pantai utara pulau Jawa
T
dari percobaan‐percobaan yang telah
a
n dilakukan berkisar 1 mm/hari. Di NTB
i
a digunakan angka 2mm/hari.
(tebs)
Untuk menentukan besarnya perkolasi
secara tepat, satu satunya cara yang
diperlukan adalah dengan mengadakan
pengukuran di lapangan
Perkolasi
Padi pengolahan tanah, pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Palawija tidak dilakukan penggenangan pada masa pertumbuhan
generatif cukup pembasahan pada daerah perakaran
N D J F M A M J J A S O
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
WLR 1 WLR 2 WLR 3
3.3
3.3
3.3
3.3
T
a
3.3
3.3
3.3
3.3
n
i
a
3.3
3.3
3.3
3.3
(tebs)
WLR
1.1
1.1
2.2
1.1
1.1
1.1
1.1
2.2
1.1
1.1
irigasi & bangunan air ‐ tebs 14
Penyiapan Lahan
Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan untuk penyiapan lahan adalah :
• waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan
• jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan
T
a Untuk seluruh petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan
n adalah 1,5 bulan (45 hari)
i
a Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan mesin, jangka waktu satu
(tebs) bulan (30 hari) dapat dipertimbangkan
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan (puddling) bisa diambil 200 mm, ini untuk
penjenuhan (presaturation). Dan untuk keperluan penggenangan sawah pada awal
transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi.
Angka 200 m di atas mengandaikan bahwa tanah itu tidak ditanami selama lebih dari 2,5
bulan. Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai kebutuhan air
untuk penyiapan lahan.
Untuk menentukan besarnya kebutuhan air selama penyiapan lahan, digunakan rumus
van de Goor dan Zijlstra sebagai berikut :
M ek M E0 P
IR
T ek 1 MT
a
k
S
n
i dimana :
a IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/hari
(tebs) M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi
disawah yang sudah dijenuhkan, mm/hari
E0 = evaporasi air terbuka yang diambil 1.1 ET0 selama penyiapan lahan, mm/hari
P = perkolasi, mm/hari
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan genangan 50 mm,
yaitu 200 + 50 = 250 mm (untuk tanah lempung)
E0 + P T 30 hari T 45 hari
mm/ hari S 250 mm S 300 mm S 250 mm S 300 mm
5,0 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13,0 8,8 9,8
6,0 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12,0 13,6 9,4 10,4
7,0 12,3 13,9 9,8 10,8
T 7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
a 8,0 13,0 14,5 10,5 11,4
n 8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
i
9,0 13,6 15,2 11,2 12,1
a
9,5 14,0 15,5 11,6 12,5
(tebs)
10,0 14,3 15,8 12,0 12,9
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11,0 15,0 16,5 12,8 13,6
Definisi : Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh selama masa tumbuh tanaman,
yang dapat digunakan untuk memenuhi air konsumtif tanaman.
Besarnya curah hujan ditentukan dengan 70% dari curah hujan rata–rata tengah bulanan dengan
kemungkinan kegagalan 20% (Curah hujan R80).
Dengan menggunakan Basic Year dengan rumus :
R80 = n/5 + 1
T
a dengan n adalah periode lama pengamatan
n
i Curah hujan efektif diperoleh dari 70% x R80 per periode waktu pengamatan. Apabila data hujan
a yang digunakan 10 harian maka persamaannya menjadi :
(tebs) −Repadi =(R80x 70%)/10 mm/hari.
−Retebu =(R80x60%)/ 10 mm/hari.
−Repalawija = (R80 x 50%) / 10 mm/hari
Curah hujan efektif juga dapat dihitung dengan menggunakan metode Log Pearson III berdasarkan
data hujan yang tersedia.
Tabel (6)
T Tahun
a No Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des an
n I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II (mm)
i 1 1992 123 146 140 189 157 97 105 29 0 9 1 0 1 2 0 2 11 54 28 39 5 145 117 96 1497
a
2 1993 120 211 228 23 16 55 83 13 24 0 14 3 0 0 0 0 0 3 12 23 20 68 114 323 1353
(tebs) 3 1994 38 144 179 135 224 126 58 0 2 0 0 0 0 6 0 0 4 0 2 0 1 59 153 36 1170
4 1995 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 0 0 10 0 20 11 167 116 150 44 1345
5 1996 84 55 125 169 130 31 36 24 46 0 0 0 13 2 5 0 0 3 1 45 41 42 72 29 950
6 1997 137 59 188 264 81 0 36 3 45 1 11 2 2 0 0 0 0 35 11 78 3 27 143 109 1237
7 1998 204 51 38 60 76 211 124 145 0 3 45 4 66 29 1 0 3 137 14 363 137 85 74 189 2058
8 1999 154 176 107 85 131 165 64 10 19 0 0 1 2 0 2 2 0 0 18 73 102 65 196 58 1431
9 2000 184 174 53 83 53 90 208 74 111 8 2 0 0 0 0 0 0 0 134 51 312 64 93 3 1698
10 2001 61 71 156 20 67 138 157 42 0 0 74 0 0 0 0 0 0 0 12 46 36 69 141 71 1161
P (%) tahunan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des
No Tahun
= m/(n+1) ranking I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 1998 9.09 2,058 204 51 38 60 76 211 124 145 ‐ 3 45 4 66 29 1 ‐ 3 137 14 363 137 85 74 189
T 2 2000 18.18 1,698 184 174 53 83 53 90 208 74 111 8 2 0 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 134 51 312 64 93 3
a
3 1992 27.27 1,497 123 146 140 189 157 97 105 29 ‐ 9 1 0 1 2 0 2 11 54 28 39 5 145 117 96
n
i 4 1999 36.36 1,431 154 176 107 85 131 165 64 10 19 ‐ ‐ 1 2 ‐ 2 2 0 ‐ 18 73 102 65 196 58
a
(tebs)
5 1993 45.45 1,353 120 211 228 23 16 55 83 13 24 ‐ 14 3 0 ‐ ‐ ‐ ‐ 3 12 23 20 68 114 323
6 1995 54.55 1,345 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 ‐ ‐ 10 ‐ 20 11 167 116 150 44
7 1997 63.64 1,237 137 59 188 264 81 0 36 3 45 1 11 2 2 ‐ ‐ ‐ ‐ 35 11 78 3 27 143 109
8 1994 72.73 1,170 38 144 179 135 224 126 58 0 2 ‐ ‐ ‐ 0 6 ‐ ‐ 4 ‐ 2 0 1 59 153 36
9 2001 81.82 1,161 61 71 156 20 67 138 157 42 ‐ 0 74 0 0 0 ‐ ‐ ‐ ‐ 12 46 36 69 141 71
10 1996 90.91 950 84 55 125 169 130 31 36 24 46 ‐ ‐ ‐ 13 2 5 ‐ ‐ 3 1 45 41 42 72 29
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des
Periode I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
T Padi (R80) 61 71 156 20 67 138 157 42 ‐ 0 74 0 0 0 ‐ ‐ ‐ ‐ 12 46 36 69 141 71
a
n Palawija (R50) 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 ‐ ‐ 10 ‐ 20 11 167 116 150 44
i
a R efektif padi 43 49 109 14 47 96 110 30 - 0 52 0 0 0 - - - - 8 32 25 48 98 49
(tebs) R efektif
Palawija 98 104 88 84 78 60 42 5 10 4 2 1 2 2 ‐ ‐ 7 ‐ 14 8 117 81 105 31
3. R efektif adalah hujan pada tahun tertentu dengan probabilitas tertentu. Dapat langsung diambil (th 1994 dan 2001)
atau diinterpolasi (2001 - 1994 dan 1995 - 1993). Lihat tabel (7)
4. Jadi hujan dengan peluang 80% (R80) adalah seluruh data pada tahun 2001, sedangkan R50 adalah seluruh data tahun
1995
T
Contoh :
a
n Jika diketahui luas DI 1000 ha. Maka perhitungan intensitas tanamnya
i diilustrasikan seperti dlm tabel berikut
a
(tebs)
Musim tanam Luas tanam (ha) Intensitas tanam (%)
MT1 1000 100
MT2 750 75
MT3 500 50
IT Total (setahun) 225
Pola tanam
Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, penentuan pola tanam merupakan hal yang
perlu dipertimbangkan.
Berikut ini contoh pola tanam yang biasa dipakai :
T
a
n
i Ketersediaan air irigasi pola tanam dalam satu tahun
a
(tebs)
1. Berlimpah/ banyak Padi – padi ‐ palawija
2. cukup/sedang Padi – padi – Kosong
Padi – Palawija ‐ Palawija
3. Kurang Padi – Palawija ‐ Kosong
Palawija _ Padi ‐ Kosong
i
a
a
n
T
(tebs)
C C1 C2 C3
1
LP LP LP LP
N
N
LP
2
LP 1.1 LP LP
1
D
LP 1.1 1.1 LP
2
1.08 1.05 1.1 1.1
J
1
1.07 1.05 1.05 1.1
PADI
J
90 hari
2
1.02 0.95 1.05 1.05
setelah transpl
F
1
0.67 0 0.95 1.05 F
0.32 0 0.95 2
M
1
0 0
M
LP
2
LP LP LP LP
A
LP 1.1 LP LP
A
2
M
LP 1.1 1.1 LP
1
M
J
85 hari
A
KEDELAI
1
O
0.15 - - 0.45
30
Efisiensi Irigasi
Efisiensi merupakan persentase perbandingan
antara jumlah air yang dapat digunakan untuk
pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang
dikeluarkan dari pintu pengambilan. Agar air yang
T
sampai pada tanaman tepat jumlahnya seperti yang
a
n
direncanakan, maka air yang dikeluarkan dari pintu
i pengambilan harus lebih besar dari kebutuhan.
a
(tebs) Biasanya Efisiensi Irigasi dipengaruhi oleh besarnya
jumlah air yang hilang di perjalanannya dari saluran
primer, sekunder hingga tersier.
− saluran tersier : 80 %
− saluran sekunder : 90 %
− saluran primer : 90 %
Efisiensi irigasi total (C)= 80% x 90% x 90% = 65 %
Ringkasan Langkah-langkah
perhitungan kebutuhan air
1. Menentukan besarnya nilai evapotranspirasi daerah
setempat, dengan menggunakan metode Penman, radiasi,
T
thornwhite, atau yang lain.
a
n
i
2. Menentukan koefisien tanaman (kc) berdasarkan
a
(tebs)
berdasarkan tabel FAO atau NEDECO.
3. Menentukan penggunaan konsumtif tanaman (Cu atau
ETc), didapatkan dengan cara mengalikan koefisien
tanaman (kc) dengan angka evapotranspirasi potensial
(ET0).
3. Menentukan kebutuhan air untuk persiapan lahan,
biasanya ditentukan berdasarkan kondisi kekeringan
T
lahan serta kebiasaan petani. Besarnya 200 + 50 mm
a
n untuk genangan, atau 250 mm utk tanah kering
i
a berat/pecah-pecah + 50mm untuk genangan.
(tebs)
4. Selanjutnya dihitung kebutuhan air selama penyiapan
lahan dengan persamaan Van Goor dan Ziljstra atau baca
tabel dari KP 01 di atas.
5. Menentukan nilai perkolasi. Nilai perkolasi untuk daerah
DIY (biasanya diambil) sebesar 2,0 mm/hari.
T 6. Menentukan evaporasi selama penyiapan lahan yang
a
n
i
didapatkan dari mengalikan nilai evapotranspirasi
a
(tebs)
potensial dengan koefisien 1,1.
7. Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak 2 kali masing-
masing 50 mm pada saat sebulan dan dua bulan setelah
transplantasi (atau 3,33mm/hari selama setengah bulan).
8. Menentukan hujan efektif R eff dengan rumus : (0,7 x R80)/Jumlah
hari setengah bulanan.
− R80 adalah hujan dengan probabilitas 80%, untuk tanaman
T
aT padi.
na
in
a i
− R50 adalah hujan dengan probabilitas 50% untuk tanaman
a
(tebs)
(tebs) palawija.
9. Menentukan kebutuhan air irigasi di sawah yaitu dengan cara
mengurangi total kebutuhan air dengan hujan efektif untuk
tanaman padi/palawija.
10. Konversi satuan kebutuhan air di sawah dari mm/hari menjadi
l/dt/ha dengan cara membagi kebutuhan air irigasi dengan 8,64.
(lihat contoh hitungan).
11. Menentukan kebutuhan air di intake (DR) yaitu dengan cara
membagikan kebutuhan air di sawah dengan efisiensi irigasi. Nilai
efisiensi irigasi keseluruhan adalah 0,65.
Neraca air
• Neraca air adalah perimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air di daerah
studi
T
a • Debit kebutuhan didapat dari perhitungan kebutuhan air irigasi berdasarkan pola
n tanam yang terpilih
i
a • Debit ketersediaan didapat dari perhitungan debit andalan di sungai atau tempat
(tebs)
pengambilan air
Neraca air
• Bila debit melimpah maka kebutuhan dipenuhi sesuai luas sawah maksimum.
• Bila debit kurang, maka ada tiga alternatif solusi yaitu :
T
a
n
1. luas daerah irigasi dikurangi
i
a 2. melakukan modifikasi dalam pola tanam
(tebs)
3. rotasi teknis golongan
Padi sistem hemat air
• Mengantisipasi ketersediaan air yang semakin terbatas maka perlu
dicari terus cara budidaya tanaman padi yang hemat air. Salah satunya
adalah Cara pemberian air terputus/berkala (intermittent
irrigation).
T
a • Cara ini terbukti efektif di lapangan dalam usaha hemat air, namun
n mengandung kelemahan dalam membatasi pertumbuhan rumput.
i
a • Sistem pemberian air terputus/ berkala sesuai untuk daerah dengan
(tebs) debit tersedia aktual lebih rendah dari debit andalan 80%.
Sistem golongan
• Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan, sehingga
harus dibuat rencana pembagian air yang baik.
T
a • Kebutuhan air tertinggi dalam petak tersier disebut Qmax
n
i • Pada saat air tidak memenuhi kebutuhan air tanaman dengan pengaliran
a menerus, maka pemberian air tanaman diberikan secara bergilir.
(tebs)
• Dalam sistem pemberian air secara bergilir, permulaan tanam tidaklah serempak.
Sawah dibagi menurut golongan‐golongan dan permulaan pekerjaan sawah
dijalankan secara bergiliran menurut golongan masing‐masing
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Golongan
ET0 Re ETc DR
PERIODE P mm/h WLR C1 C2 C3 C NFR mm/h
mm/h mm/h mm/h L/dt ha
PERIOD
(9) = (10) = (11) = (12) =
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(11)
(2x9) (10+3+5-4)
ex8.64
T
a
n
i
a
(tebs)
Pola Tata Tanam Masa Tanam November II
T
a
n
i
a
(tebs)
Pola Tata Tanam Masa Tanam Desember I
T
a
n
i
a
(tebs)
6.00
ALTERNATIF PTT
5.00
4.00
T
3.00 a
KAI (l/s/ha)
n
2.00
i
a
(tebs)
1.00
0.00
Jan-1 Jan-2 Feb-1 Feb-2 Mar-1 Mar-2 Apr-1 Apr-2 Mei-1 Mei-2 Jun-1 Jun-2 Jul-1 Jul-2 Ags-1 Ags-2 Sep-1 Sep-2 Okt-1 Okt-2 Nov-1 Nov-2 Des-1 Des-2
Re 1.90 4.41 2.73 4.98 2.74 3.29 4.01 0.76 0.09 0.00 0.35 0.67 0.58 0.65 0.68 0.98 0.07 0.00 0.00 0.23 0.02 0.00 0.13 0.35
Alternatif 3 1.61 0.13 0.27 0.02 0.04 0.00 0.00 1.85 1.98 1.90 0.84 0.62 0.59 0.28 0.48 0.51 0.74 0.65 0.41 0.27 0.23 0.23 1.79 1.67
Alternatif 1 0.43 0.26 0.27 0.00 0.00 1.43 1.47 1.85 0.93 0.93 0.97 0.62 0.54 0.37 0.60 0.66 0.74 0.65 0.41 0.27 1.84 1.84 1.79 0.58
Alternatif 2 0.43 0.13 0.40 0.00 0.04 0.00 1.47 1.85 1.98 0.93 0.84 0.75 0.46 0.41 0.50 0.66 0.74 0.65 0.41 0.27 0.23 1.84 1.79 1.67
Alternatif 4 0.43 0.19 0.33 0.00 0.02 0.71 1.47 1.85 1.46 0.93 0.91 0.69 0.50 0.39 0.55 0.66 0.74 0.65 0.41 0.27 1.03 1.84 1.79 1.13
Alternatif 5 0.82 0.17 0.31 0.01 0.03 0.48 0.98 1.85 1.63 1.25 0.88 0.67 0.53 0.36 0.52 0.61 0.74 0.65 0.41 0.27 0.77 1.31 1.79 1.31
Alternatif 6 1.02 0.13 0.33 0.01 0.04 0.00 0.74 1.85 1.98 1.42 0.84 0.69 0.52 0.35 0.49 0.59 0.74 0.65 0.41 0.27 0.23 1.04 1.79 1.67
SISTEM ROTASI
T • Petak tersier seluas 135,65 ha terdiri dari 3 petak sub tersier dengan
a masing‐masing luas
n
i − Sub tersier a luas 53,10 ha dengan kebutuhan air 2,84 l/dt/ha
a
(tebs) − Sub tersier b luas 47,55 ha dengan kebutuhan air 2,95 l/dt/ha
− Sub tersier c luas 35,00 ha dengan kebutuhan air 3,26 l/dt/ha
A. Perhitungan debit rencana