Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI

KEBUTUHAN AIR TANAMAN

Oleh:
Wirdho Pratama Subekti
NIM A1C019049

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................... i
I. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan..................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
III. METODOLOGI............................................................................................. 7
A. Alat dan Bahan........................................................................................ 7
B. Prosedur Kerja......................................................................................... 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 8
A. Hasil........................................................................................................ 8
B. Pembahasan............................................................................................. 8
V. PENUTUP......................................................................................................13
A. Kesimpulan.............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
LAMPIRAN..........................................................................................................16

i
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air adalah salah satu sumber kekayaan alam yang sangat bermanfaat,
dan merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.
Permasalahan saat ini adalah keberadaan air dimuka bumi ini tidak cukup
merata, baik jumlah maupun lokasinya, meskipun ketersediaannya masih
cukup banyak. Potensi ketersediaan air relatif tetap dan beragam menurut
tempat dan musim, pada musim hujan, jumlah air yang tersedia untuk
irigasi sangat melimpah, sebaliknya jumlah air menurun pada musim
kemarau. Maka dari itu penggunaan air irigasi selayaknya dilakukan
secara efektif dan efisien.
Kebutuhan air tanaman serta konsep keseimbangan air yang akan
membantu menetapkan waktu tanam yang tepat pada daerah tertentu
sehingga tanaman terhindar dari air yang berlebih dan juga keterbatasan
air. Dengan demikian perlu dilakukan analisis neraca air lahan yang dapat
digunakan sebagai informasi tentang kapan awal penggunaan air tanah
untuk proses evapotranspirasi, waktu terjadi surplus (kelebihan) air dalam
tanah, waktu terjadi defisit (kekurangan) air dalam tanah dan kapan saat
yang tepat untuk pengisian kembali air tanah. Hal tersebut diatas sangat
berguna untuk para pelaku irigasi dalam menentukan jadwal irigasi. Kadar
air dalam tanah hanya bisa berkurang melalui proses evapotranspirasi dan
drainase dalam tanah.
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan lahan untuk pertanian. Keterbatasan ketersediaan air pada
lahan pertanian menyebabkan lahan pertanian tidak bisa di budidayakan
sepanjang tahun. Perencanaan kebutuhan air tanaman dilakukan agar
sistem usaha tani berkelanjutan dapat dipertahankan. Petani di Desa Rato
hanya mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.

2
Hal ini dikarenakan sangat sulit untuk memprediksi turunnya hujan. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu sistem irigasi dalam pemenuhan air tanaman.
Dari penjelasan sebelumnya yang melatarbelakangi adanya
praktikum kali ini dengan melakukan pengukuran kebutuhan air tanaman
secara langsung dan dengan rumus empiris. Sehingga dapat dipakai untuk
kehidupan bermasyarakat ketika terjadi ketidakseimbangan air dimana air
yang tersedia tidak sesuai dengan air yang dibutuhkan, sehingga dapat
menetukan langkah-langkah yang tepat agar pertanian dapat berjalan
dengan lancar.

B. Tujuan

1. Melatih mahasiswa agar mengetahui cara pengukuran kebutuhan air tanaman


secara langsung dan empiris.
2. Melatih mahasiswa menghitung kebutuhan air tanaman dengan rumus empiris
berdasarkan data unsur iklim/cuaca tersedia.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan air tanaman (crop water requitment) adalah jumlah air


yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi
tanaman yang bebas penyakit, tumbuh di areal pertanian pada kondisi
cukup air dari kesuburan tanah dengan potensi pertumbuhan yang baik.
Evapotranspirasi merupakan evaporasi dengan medium yang berbeda, oleh
karena itu pendekatannya sama dengan evaporasi. Faktor yang
mempengeruhi evapotranspirasi adalah:
1. Faktor meteorologis (matahari = 95% transpirasi terjadi pada siang hari sel-
sel stomata tertutup).
2. Jenis tumbuhan (menentukan ketersediaan air dalam tumbuhan dan ukuran
stomata, semakin besar kemampuan menyerap air dan ukuran maka traspirasi
akan semakin besar).
3. Jenis tanah (akan membatasi ketersediaan air dalam tanah).
Pengaruh iklim terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh ETo
(evapotranspirasi tanaman referensi), yaitu “laju evapotranspirasi dari
permukaan berumput luas setinggi 8 ̶ 15 cm, rumput hijau yang tingginya
seragam, tumbuh aktif, secara lengkap menaungi permukaan tanah dan
tidak kekurangan air.” Empat metode yang dapat digunakan adalah Blaney
Criddle, Radiasi, Penman dan Evaporasi Panci, dimodifikasi untuk
menghitung ETo dengan menggunakan data iklim harian selama periode
10 atau 30 hari.
Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air tanaman
diberikan oleh koefisien tanaman (kc) yang menyatakan hubungan antara
ETo dan ET tanaman (ETtanaman = kc × ETo). Nilai-nilai kc beragam
dengan jenis tanaman, fase pertumbuhan tanaman, musim pertumbuhan,
dan kondisi cuaca yang ada.
Pendugaan evapotranspirasi dapat dengan persamaan empiris:
1. Metode Banley Criddle

4
ET0 = c {p (0,46 T + 8)}
Faktor koreksi dinyatakan dalam grafik fari p (0,46 T + 8) sebagai
sumbu x dan nilai ET0 sebagai sumbu y. ET0 = evapotranspirasi potensial
(mm/hari), c = faktor koreksi (merupakan fungsi dari kelembapan relatif
minimum, lama penyinaran, kecepatan angin), p = presentase lama
penyinaran harian rata-rata (dugaan berdasarkan bulan dan letak tempat) T =
suhu rata-rata harian (℃).
2. Metode Radiasi
ET0 = c (W × Qs)
ET0 = evapotranspirasi potensial (mm/hari), c = faktor koreksi
berdasarkan kelembapan, W = faktor pemberat berdasarkan ketinggian temat
dan suhu rata-rata (Lamp), Qs = radiasi gelombang pendek yang diterima
oleh permukaan bumi, dengan Qs = Qa (0,29 + 0,59 n/D), dimana Qa =
radiasi extraterssial (mm/hari), n = lama penyinaran nyata (jam), dan D =
lama penyinaran maksimum (jam).
3. Metode Penman
ET0 = c {W × Qn + (lʎ W) f(u) (ew ˗ ea)}
ET0 = evapotranspirasi potensial (mm/hari), c = faktor koreksi, W =
faktor pemberat, Qn = radiasi netto (mm/hari), f(u) = fungsi kecepatan angin,
(ew ˗ ea) = perbedaan tekanan uap air jenuh dan tekanan uap air nyata (mbar).
Dengan Qn = Q (1 ˗ r) ˗ Qc, dimana Qs = radiasi gelombang pendek yang
diterima oleh permukaan bumi (mm/hari) jika tidak ada data gunakan Qs
persamaan radiasi, r = nilai albedo (0,25), dan Qc = radiasi gelombang
panjang yan dipancarkan kembali.
4. Metode Panci Evaporasi
ET0 = Kp × Epanci
ET0 = evapotranspirasi potensial (mm/hari), Kp = koefisien panci,
Epanci = evaporasi panci (mm/hari).
Kp tergantung pada lingkaran lokasi panci:
a. RH relatif rata-rata.
b. Kondisi tanaman pada lokasi.

5
c. Kecepatan angin harian (km/hari).
d. Jarak tanaman atau permukaan tanpa tanaman yang diukur searah dengan
datangnya angin.
Pengurkuran langsung evapotranspirasi dapat dilakukan dengan
menggunakan panci evaporasi yang dikalibrasi dengan faktor koreksi
tanaman, dan Lisimeter. Lisimeter merupakan stimulasi model pendekatan
neraca air yang berbentuk bejana dan diisi dengan tanah yang ditanami
dengan tanaman yang sesuai. Jumlah evapotranspirasi sebidang tanah
bertanaman dapat diukur secara langsung dengan menggunakan
evapotanspirometer/Lisimeter. Alat tersebut berupa sebuah bejana yang
cukup besar, diisi tanah dan ditanami. Jumlah yang menguap dihitung
berdasarkan persamaan perimbangan air sebagai berikut:
C + S = E + Pk + DP
Dimana C = curah hujan, S = air siraman waktu Rs yang
dimaksudkan, E = evapotranspirasi, Pk = air perkolasi, dan DP = jumlah
air untuk penjenuhan tanah sampai kapasitas lapang.
Irigasi ialah penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan
cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Dalam pelaksanaan
suatu penelitian diperlukan hasil-hasil yang relevan dengan masalah
penelitian. Hal ini dimaksudkan agar meletakkan dasar yang konseptual
dan sistimatis bagi penelitian yang hendak dilakukan (Mada Y. V. et al.,
2016).
Mokobombang M. E. et al. (2016) menyatakan bahwa air merupakan
kebutuhan bagi manusia. Semua makhluk membutuhkan air dalam
kehidupannya, sehingga tanpa air dapat dipastikan tidak ada kehidupan.
Kebutuhan air yang dimaksud adalah kebutuhan air yang digunakan untuk
menunjang segala kegiatan manusia meliputi:
1. Kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada tempat-
tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Kebutuhan air
non domestik yaitu kebutuhan air di luar keperluan rumah tangga. Kebutuhan
air non domestik antara lain:

6
a. Penggunaan komersil dan industri yaitu penggunaan air oleh badanbadan
komersil dan industri.
b. Penggunaan umum yaitu penggunaan air untuk bangunanbangunan
pemerintah, rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah.
2. Kebutuhan air sangat berkaitan dengan jumlah penduduk. Semakin besar
jumlah penduduk maka semakin besar pula kebutuhan air yang diperlukan.
Dalam menganalisis kebutuhan air bersih maka perlu menghitung jumlah
penduduk.
Kebutuhan air irigasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
Perkolasi (p), Curah hujan efektif (Re), Areal tanam sawah (As),
Penggunaan air konsumtif (Etc), Pergantian lapisan air; (WLR), dan
Efisiensi. Sedangkan tahapan perhitungan kebutuhan air irigasi dibagi atas
2 tahapan, yaitu:
1. Kebutuhan air selama penyiapan lahan.
2. Kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman.
3.

7
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Alat Tulis
2. Jurnal Pertanian Mengenai Kebutuhan Air Tanaman
3. Kertas HVS A4
4. Laptop

B. Prosedur Kerja

1. Jurnal pertanian mengenai kebutuhan air tanaman dicari oleh para peserta
untuk dianalisis.
2. Isi dari jurnal tersebut dianalisis.
3. Artikel tentang kebutuhan air tanaman dicetak/print.
4. Artikel tentang kebutuhan air tanaman dipresentasikan oleh para peserta.

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Pengertian kebutuhan air menurut beberapa literatur, menurut


Rahayu D. W. et al. (2015) kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air
yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan
produksi secara normal. Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air
yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mengganti air yang hilang akibat
penguapan, baik melalui tanaman itu sendiri ataupun melalui tanah.
Kebutuhan air untuk tanaman selain dipengaruhi oleh evapotranspirasi
potensial, jenis tanaman dan umur pertumbuhannya.
Kebutuhan air tanaman merupakan air yang dibutuhkan untuk
memenuhi sejumlah air yang hilang melalui evapotranspirasi suatu
tanaman sehat, tumbuh pada areal luas pada tanah yang menjamin cukup
lengas tanah, kesuburan tanah, dan lingkungan hidup tanaman cukup baik,
sehingga secara potensial tanaman akan berproduksi dengan baik (Achmad
S. R. & Putra R. C., 2016).
Ardiansah I. et al. (2018) menyatakan bahwa kebutuhan air tanaman
merupakan sifat tanah yang menunjukkan kapasitas atau kemamampuan
menyimpan air tanaman di daerah perakaran.
Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang digunakan tanaman
untuk dapat tumbuh normal atau evapotranspirasi. Jumlah evapotranspirasi
kumulatif selama pertumbuhan tanaman yang harus dipenuhi oleh air
irigasi dipengaruhi oleh jenis tanaman, radiasi surya, sistem irigasi, lama
pertumbuhan, hujan dan faktor lainnya (Kasmir K., 2019).

9
Definisi dan pengertian dari evapotranspirasi adalah gabungan dari
peristiwa evaporasi dan transpirasi, yang berlangsung bersama-sama.
Evapotranspirasi merupakan proses cuaca yang sangat penting dalam
perencanaan persediaan air dan dalam perhitungan neraca air dan produksi
air juga siklus hidrologis dari suatu wilayah atau DAS (Mokobombang M.
E. et al., 2016).
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan
tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan).
Peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya
bersama-sama disebut evapotranspirasi. Dengan demikian,
evapotranspirasi adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke
atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya
pengaruh faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi. Sesuai dengan
namanya, ET juga merupakan gabungan antara proses-proses evaporasi,
intersepsi, dan transpirasi (Winarno G. D. et al., 2010).
Evapotranspirasi adalah proses penguapan atau kehilangan air yang
berasal dari permukaan tanah dan permukaan tumbuhan akibat adanya
aktivitas penyinaran matahari. Keduanya bertanggung jawab terhadap
proses kehilangan air tanah di bawah kondisi lapang yang normal.
Sedangkan laju evapotranspirasi lahan basah sangat dipengaruhi oleh
kondisi alam sekelilingnya (Nuryanto D. E. & Rizal J., 2013).
Hakim I. L. N. et al., (2016) menyatakan bahwa evapotranspirasi
adalah sejumlah air yang dipergunakan oleh tanaman dalam
berlangsungnya pertumbuhan jaringan tanaman dan yang menguap dari
tanah yang berdekatan atau dari embun yang tertahan pada dedaunan
tanaman dalam jangka waktu tertentu, terdapat beberapa persamaan untuk
menghitung evapotranspirasi di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Persamaan Penman.
2. Persamaan Jensen-Haise.
3. Persamaan Hamon.
4. Persamaan Bleney-Criddle.

10
Menurut Yainahu R. R. F. et al. (2016) evapotranspirasi adalah
penguapan yang terjadi dari permukaan lahan yang ditumbuhi tanaman.
Nilai evapotranspirasi merupakan penjumlahan dari evaporasi
(evaporation) dan transpirasi (transpiration) secara bersama-sama.
Evaporasi adalah berubahnya air menjadi uap air dari permukaan tanah
maupun permukaan air, sedangkan transpirasi merupakan penguapan
melalui tubuh tanaman yaitu pada daun melalui stomata sebagai proses
fisologis.
Kasmir K. (2019) menyatakan bahwa macam-macam irigasi yang
banyak ditemui saat ini yaitu sebagai berikut:
1. Irigasi permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di
sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan
bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui
saluran sampai ke lahan pertanian.
2. Irigasi bawah permukaan adalah irigasi yang dilakukan dengan cara
meresapkan air ke dalam tanah dibawah zona perakaran tanaman melalui
sistem saluran terbuka maupun dengan pipa bawah tanah. Sistem irigasi
bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah di
bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan
menggunakan pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju
zona perakaran dan selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman.
3. Irigasi lokal, dimana sistem ini air distribusikan dengan teknik pipanisasi. Di
sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih
dahulu.
4. Irigasi dengan penyemprotan, merupakan irigasi yang biasanya dipakai
penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot seperti kabut, sehingga
tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian
menetes ke akar.
5. Irigasi tetes adalah sistem irigasi dengan menggunakan pipa atau selang
berlubang dengan menggunakan tekanan tertentu yang nantinya air akan
keluar dalam bentuk tetesan langsung pada zona perkaran tanaman.

11
Mardiyani, E., & Mareta, W. (2016) menyatakan bahwa pada penerapannya ada 4
jenis irigasi ditinjau dari cara pemberian airnya yaitu:
1. Irigasi Gravitasi (Gravitational Irrigation)
Irigasi gravitasi adalah irigasi yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi
untuk mengalirkan air dari sumber ke tempat yang membutuhkan, pada
umumnya irigasi jenis ini banyak digunakan di Indonesia. Adapun macam-
macam irigasi jenis ini adalah sebagai berikut:
a. Irigasi genangan liar.
b. Irigasi genangan dari saluran.
c. Irigasi alur dan gelombang.
2. Irigasi Bawah Tanah (Sub Surface Irrigation)
Irigasi bawah tanah adalah irigasi yang mensuplai air langsung ke
daerah akar tanaman yang membutuhkannya melalui aliran tanah. Dengan
demikian tanaman tidak diberi air melalui permukaan tetapi melalui bawah
tanah. Jenis irigasi ini cocok untuk tanaman yang tidak banyak memerlukan
air. Cara ini dapat dilakukan melalui saluran terbuka dan atau saluran
tertutup, dimana air akan meresap melalui dinding-dindingnya kedalam tanah.
3. Irigasi Siraman (Sprinkler Irrigation)
Irigasi siraman adalah irigasi yang dilakukan dengan cara menirukan air
hujan (Sprinkling), dimana pada prakteknya dilakukan dengan cara
pengaliran air lewat pipa dengan tekanan tertentu (4 ̶ 6 atm). Sehingga dapat
membasahi areal yang cukup luas. Pemberian air dengan cara ini dapat
menghemat dalam segi pengelolaan tanah karena dengan pengairan cara ini
tidak diperlukan permukaan tanah yang rata, juga dengan pengairan ini dapat
mengurangi kehilangan air di saluran karena air dikirim melalui saluran
tertutup.
4. Irigasi Tetesan (Driple Irrigation/Trickler Irrigation)
Irigasi tetesan adalan irigasi yang pada prinsipnya sama dengan irigasi
siraman, hanya saja pipa tersiernya dibuat melalui jalur pohon dan
tekanannya lebih kecil karena hanya digunakan untuk meneteskan air saja.

12
Jurnal tersebut berisi tentang kajian yang dilakukaan dengan
menggunakan tanaman mentimun yang ditanam pada tanah vertisol. Di
dalamnya terdapat penjelasan tentang tanaman mentimun yang memiliki
daya adaptasi yang cukup terhadap lingkungan dan tidak memerlukan
perawatan khusus. Tanaman ini memang membutuhkan banyak air, tetapi
sangat peka terhadap kelebihan dan kekurangan air. Tanah memiliki
kemampuan untuk menyimpan kelembaban vertisol di tanah yang tinggi,
tetapi berubah sangat cepat dari kurang menjadi berlebihan atau
sebaliknya. Di tempat kelembaban tanah kering petani harus selalu dijaga
dalam keadaan optimal. Salah satu cara mengatasi ketersediaan air adalah
air di sekitar penyiraman tanaman. Dalam jurnal tersebut bertujuan untuk
mengetahui kebutuhan air optimal dalam penyiraman tanaman mentimun
di vertisol. Desain yang digunakan 3 x 4. Desain faktorial disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor pertama
adalah volume air terdiri dari tiga level, yaitu 0,5 l; 1 l; 1,5 l, faktor kedua
adalah frekuensi air minum terdiri dari 4 level, yaitu dua kali sehari, dua
kali sehari satu kali, dua hari, tiga hari sekaligus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada volume air vertisol 1 l dengan frekuensi
penyiraman dua kali sehari adalah kebutuhan air yang optimal dalam
menyiram mentimun dan memberikan hasil yang lebih baik.
Kendala yang dihadapi saat praktikum berlangsung diantaranya yang
paling utama adalah susahnya akses internet, karena memang akses
internet belum merata ke seluruh daerah. Selanjutnya, dengan
dilaksanakannya praktikum secara online membuat antusias peserta tidak
seperti saat praktikum di lapangan, sehingga terjadinya ketidakteraturan
saat dilaksanakannya diskusi. Kemudian pemberitahuan tentang jadwal
praktikum yang terlalu dekat dengan dilaksanakannya praktikum.

13
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dapat


mengetahui cara pengukuran kebutuhan air tanaman secara langsung dan
empiris dimana caranya adalah dengan menggunakan beberapa metode
diantaranya metode Banley Criddle, Radiasi, Penman, Panci Evaporasim,
dan Lisimeter. Dimana dalam metode-metode tersebut memiliki perbedaan
tersendiri dari masing-masing metode.
Kemudian mahasiswa dapat menghitung kebutuhan air tanaman
dengan rumus empiris berdasarkan data unsur iklim/cuaca tersedia.
Rumus-rumus empiris tersebut diantaranya Metode Banley Criddle dengan
rumus ET0 = c {p (0,46 T + 8)}, Metode Radiasi dengan rumus ET0 = c
(W × Qs), Metode Penman dengan rumus ET0 = c {W × Qn + (l ʎ W) f(u)
(ew ˗ ea)}, Metode Panci Evaporasi dengan rumus ET0 = Kp × Epanci,
dan Metode Lisimeter dengan rumus C + S = E + Pk + DP.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah pemberitahuan tentang


dilaksanakannya praktikum. Sehingga terjadinya ketidaktahuan tentang jadwal
praktikum tidak terjadi, karena tidak semua anggota membuka handphone setiap
saat. Adanya peraturan yang lebih jelas saat dilaksanakan praktikum, sehingga
kepasifan anggota dalam praktikum tidak terjadi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. R., & Putra, R. C. 2016. Pengelolaan Lengas Tanah dan Laju
Pertumbuhan Tanaman Karet Belum Menghasilkan pada Musim Kemarau
dan Penghujan. Warta Perkaretan, 35(1).

Ardiansah, I., Putri, S. H., Wibawa, A. Y., & Rahmah, D. M. 2018. Optimalisasi
Ketersediaan Air Tanaman dengan Sistem Otomasi Irigasi Tetes Berbasis
Arduino Uno dan Nilai Kelembaban Tanah. Ultimatics: Jurnal Teknik
Informatika, 10(2), 78-84.

Ariastuti, N. L. P. S., Suryana, I. M., & Javandira, C. 2017. Penentuan Waktu


Tanam Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Berdasarkan Neraca Air
Lahan di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Jurnal Agrimeta, 7(13).

Hakim, I. L. N., Permana, S., & Farida, I. 2016. Analisis Aliran Air Melalui
Bangunan Talang pada Daerah Irigasi Walahir Kecamatan Bayongbong
Kabupaten Garut. Jurnal Konstruksi, 14(1).

Hariyanto, D., & Sriwijaya, B. 2013. Kajian Volume dan Frekuensi Penyiraman
Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun pada Vertisol. Jurnal
Agrisains, 4(7).

Kasmir, K. 2019. Analisis Pemanfaatan Pompa Air untuk Irigasi di Desa Rato
Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Doctoral Dissertation. Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Mataram, Mataram.

Mada, Y. V., Krisnayanti, D. S., & Udiana, I. M. 2016. Studi Pola Lengkung
Kebutuhan Air untuk Irigasi pada Daerah Irigasi Tilong. Jurnal Teknik Sipil,
5(1), 117-126.

Mardiyani, E., & Mareta, W. 2016. Perencanaan Bangunan Pelengkap Daerah


Irigasi Kepayang Kecamatan Lempuing Kabupaten Oki Sumatera Selatan
dari STA 0+ 000–STA 2+ 000. Doctoral Dissertation. Politeknik Negeri
Sriwijaya.

Mokobombang, M. E., Sumarauw, J. S., & Tanudjaja, L. 2016. Analisis Neraca


Air Sungai Kinali di Titik Bendung Kinali Ongkag Kabupaten Bolaang
Mongondow. Jurnal Sipil Statik, 4(12).

Nuryanto, D. E., & Rizal, J. 2013. Perbandingan Evapotranspirasi Potensial


Antara Hasil Keluaran Model ReGCM 4.0 dengan Perhitungan Data
Pengamatan. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 14(2).

15
Rahayu, D. W., Wirosoedarmo, R., & Suharto, B. 2015. Optimasi Pola Tanam di
Daerah Irigasi Senggowar dan Widas. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis
dan Biosistem, 3(3), 315-324.

Tim penyusun. 2020. Petunjuk Praktikum Klimatologi. Fakultas Pertanian


Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Winarno, G. D., Hatma, & Soedjoko, S. A. 2010. Hidrologi Hutan. Universitas


Lampung, Bandar Lampung.

Yainahu, R. R. F., Mananoma, T., & Wuisan, E. M. 2016. Perencanaan Sistem


Penyediaan Air Bersih di Desa Maen Likupang Timur Kabupaten Minahasa
Utara Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Sipil Statik, 4(2).

16
LAMPIRAN

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

Anda mungkin juga menyukai